Karakterisasi dan resiliensi tanah terdegradasi di lahan kering Kalimantan Tengah

KARAKTERISASI DAN RESILIENSI TANAH TERDEGRADASI
DI LAHAN KERING KALIMANTAN TENGAH

MUHAMMAD ANANG FIRMANSYAH

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

Judul Disertasi
Nama
NRP
Program Studi

: Karakterisasi dan Resiliensi Tanah Terdegradasi di Lahan Kering
Kalimantan Tengah
: Muhammad Anang Firmansyah
: A261020031
: Ilmu Tanah


Menyetujui,
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. H. Sudarsono, M.Sc
Ketua

Dr. Ir. Sri Djuniwati, M.Sc
Anggota

Dr. Ir. Gunawan Djajakirana, M.Sc
Anggota

Prof. Dr. Ir. Hidayat Pawitan, M.Sc
Anggota

Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Tanah

Dekan Sekolah Pascasarjana


Dr. Ir. H. Komaruddin Idris, MS

Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS

Tanggal Ujian: 16 Agustus 2007

Tanggal Lulus:

ABSTRACT
Muhammad Anang Firmansyah. Characterization and Resilience of Degraded
Upland Soils in Central Kalimantan (under supervision of SUDARSONO as
Chairman, HIDAYAT PAWITAN, SRI DJUNIWATI, and GUNAWAN
DJAJAKIRANA as members).

Soil degradation is an important issue for land management and sustainable
environment quality. Soil degradation can be rehabilitated if the characteristic of its
resilience is known. The objectives of this research were 1) to characterize and to
classify degraded upland soil in Central Kalimantan, based on land quality (LQ),i.e.:
water availability, w; nutrient availability, n; Al toxicity, t; resistancy to soil erosion,
e; flood, f; and soil deterioration of anthropogenic, d; which determine land suitability

class for various Land Utilization Types (LUT), i.e local rice, rice-rice-soybean;
rubber, and oil palm with the three pattern of production and fertilization, and 2) to
find indicators which influence soil degradation and soil resilience. The classification
of land suitability was based on land index obtained from the commodity production
of each LUT according to LQ. The study results showed that Alfisol had the highest
potency was that was indicated by higher land index than others soil for oil palm
LUT. The main indicator of soil degradation and resilience was LQ of nutrient
availability. The high soil potential did not indicate the resilience capability; on the
contrary, the low soil potential was prone to soil degradation. Soil resistancywas
generally high, except Spodosol was low resistant and slow resilience. Soil taxa were
not able to show the different of degradation and resilience in upland Central
Kalimantan.
---------------------------------------------

Key Words: degradation, resilience, upland, Central Kalimantan.

RINGKASAN
Muhammad Anang Firmansyah. Karakterisasi dan resiliensi tanah terdegradasi di
lahan kering Kalimantan Tengah (dibawah bimbingan SUDARSONO sebagai Ketua
Komisi Pembimbing, HIDAYAT PAWITAN, SRI DJUNIWATI, dan GUNAWAN

DJAJAKIRANA masing-masing sebagai Anggota Komisi Pembimbing).

Degradasi tanah merupakan isu penting karena terkait dengan pengelolaan lahan,
ketahanan pangan, dan kualitas lingkungan yang berkelanjutan. Penetapan kawasan
budidaya dan peruntukan lainnya hendaklah didasarkan pada kemampuan tanah
untuk bertahan dari gangguan yang mengakibatkan terjadinya degradasi, namun juga
didasarkan pada kemampuan tanah untuk cepat pulih seperti semula jika faktorfaktor gangguan tersebut lenyap. Tujuan penelitian ini adalah melakukan evaluasi
kelas kesesuaian lahan, dan karakterisasi dan klasifikasi degradasi (penurunan
produksi) dan resiliensi (pemulihan produksi atau kemampuan tanah untuk pulih
setelah terdegradasi) tanah-tanah di lahan kering Kalimantan Tengah berdasarkan
pendugaan produksi. Besarnya produksi tersebut diduga dari berbagai kualitas lahan
(LQ) yang berpengaruh langsung terhadap produksi, yaitu: ketersediaan air (w),
ketersediaan hara (n), toksisitas aluminium (t), genangan (f), ketahanan tanah
terhadap erosi (e), dan deteriorasi tanah secara antropogenik (d). Penelitian ini
menggunakan 15 macam LUT (Tipe Penggunaan Lahan), yaitu: padi lokal, padikedelai, padi-padi-kedelai, karet, dan kelapa sawit, di mana masing-masing terbagi
dalam 3 pola (A, B, C). Pola-pola tersebut didasarkan atas atribut LUT produce
(produksi) dan teknologi (pemupukan). Pola A memiliki tingkat produksi lokal dan
tanpa pupuk, pola B memiliki tingkat produksi nasional dan pemupukan secara
anjuran, dan pola C memiliki tingkat produksi nasional dengan pemupukan
preskripsi. Contoh tanah diambil dari berbagai jenis tanah dan tersebar di berbagai

kabupaten di Kalimantan Tengah, yaitu: Ultisol-1 dan Ultisol-2 di Kabupaten Barito
Utara; Alfisol dan Entisol di Kabupaten Barito Selatan; Ultisol-1, Ultisol-2, dan
Spodosol di Kabupaten Gunung Mas, Entisol di Kota Palangka Raya; dan Inceptisol
di Kabupaten Kotawaringin Barat. Contoh tanah juga didasarkan pada beberapa unit
lahan, yaitu: lahan hutan, lahan tidur 5 hingga 20 tahun, dan lahan pertanian.
Metodologi didasarkan pada penetapan indeks lahan yang didasarkan pada model
pendugaan masing-masing kualitas lahan, selanjutnya dilakukan klasifikasi
kesesuaian lahan secara parametrik untuk menetapkan kelas kesesuaian lahan.
Klasifikasi degradasi tanah terbagi tiga kelas, yaitu: 1) Degradasi ringan (D1) apabila
terjadi penurunan indeks lahan tanpa diikuti penurunan kelas kesesuaian lahan, 2)
Degradasi sedang (D2) apabila terjadi penurunan indeks lahan diikuti penurunan
kelas kesesuaian lahan satu tingkat, dan 3) Degradasi berat (D3) apabila indeks lahan
menurun dan mengakibatkan kelas kesesuaian lahan menurun lebih dari satu tingkat.
Tolok ukur degradasi adalah indeks lahan dan kelas kesesuaian lahan pada tanah di
lahan hutan sebagai tanah belum terdegradasi. Klasifikasi resiliensi tanah didasarkan
pebibgkatan indeks lahan pada masa bera (lahan tidur) dibandingkan lahan hutan

pada beberapa periode (5 – 20 tahun), di mana indeks lahan pada tanah di unit lahan
tidur tersebut minimal sama dengan besarnya indeks lahan di tanah di lahan hutan.
Tingkatan resiliensi tanah terbagi kedalam tiga kelas, yaitu: 1) Resiliensi lambat (R1),

apabila resiliensi terjadi lebih dari 10 tahun lahan tidur, 2) Resiliensi sedang (R2),
jika resiliensi terjadi pada 10 tahun lahan tidur, dan 3) Resiliensi cepat (R3) jika
resiliensi tanah terjadi pada kurun waktu 5 tahun lahan tidur. Hasil berdasarkan
model pendugaan produksi, indeks kualitas lahan dan indeks lahan menunjukkan
bahwa tanah-tanah di lahan kering Kalimantan Tengah memiliki potensi lebih baik
untuk mendukung LUT berbasis tanaman perkebunan dibandingkan LUT berbasis
tanaman pangan. Umumnya untuk LUT berbasis tanaman perkebunan memiliki
kelas kesesuaian lahan agak sesuai (S2) hingga sangat sesuai (S1), sedangkan LUT
berbasis tanaman pangan umumnya sesuai marjinal (S3) hingga agak sesuai (S2).
Berdasarkan pola LUT, maka pola C dan pola B cenderung mendukung potensi tanah
lebih tinggi dibandingkan pola A. Faktor penghambat utama umumnya adalah LQ
ketersediaan hara (n). Berdasarkan tingkatan degradasi, maka umumnya degradasi
tanah di lokasi penelitian adalah rendah (D1) hanya pada Spodosol memiliki
tingkatan degradasi berat (D3). Rendahnya tingkatan degradasi tanah menunjukkan
bahwa tanah-tanah di lahan kering Kalimantan Tengah memiliki resistensi tinggi.
Ditinjau dari resiliensi, maka umumnya Ultisol untuk LUT berbasis tanaman
perkebunan memiliki resiliensi cepat (R3), begitu juga pada Entisol Barito Selatan
pada seluruh LUT pola A. Sebaliknya pada Spodosol ternyata seluruh LUT yang
dikaji memiliki tingkat resiliensi lambat. Dengan demikian Spodosol memiliki sifat
tanah yang sangat sensitif, resistensi rendah, dan resiliensi lambat, artinya Spodosol

mudah sekali menjadi terdegradasi jika digunakan untuk penggunaan lahan baik
tanaman pangan maupun perkebunan, dan begitu terdegradasi maka tanah ini sangat
sulit untuk pulih kembali seperti semula. Rekomendasi penerapan LUT yang dikaji
terbagi tiga macam, yaitu: direkomendasikan, direkomendasikan bersyarat, dan tidak
direkomendasikan.
Umumnya tanah-tanah dilahan kering sebagian termasuk
direkomendasikan dan direkomendasikan bersyarat, hanya pada Spodosol maka tanah
ini tidak direkomendasikan untuk seluruh LUT yang dikaji. Berdasarkan penelitian
ini, juga diperoleh hasil, bahwa tidak ada pola khusus bahwa satu jenis tanah lebih
tahan terdegradasi dan lebih cepat teresilensi dibandingkan tanah lainnya. Sehingga
taksa tanah tidak mampu menunjukkan hal tersebut, sehingga hipotesis yang
diajukan Eswaran (1994) bahwa tanah-tanah memiliki kemampuan untuk menahan
degradasi dan memiliki resiliensi lebih cepat dari jenis tanah yang satu dengan
lainnya tidak berlaku di tanah di lahan kering Kalimantan Tengah.
-------------------------------Kata Kunci: degradasi, resiliensi, lahan kering, Kalimantan Tengah.

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2007
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini Saya menyatakan bahwa disertasi yang berjudul: “Karakterisasi dan
Resiliensi Tanah Terdegradasi di Lahan Kering Kalimantan Tengah” adalah
benar merupakan hasil karya Saya sendiri dengan pengarahan Komisi Pembimbing,
dan belum pernah diajukan sebagian atau keseluruhan dari penelitian ini untuk
memperoleh gelar akademik di lembaga pendidikan manapun.

Semua data dan

informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa
kebenarannya.


Bogor, Agustus 2007

Muhammad Anang Firmansyah

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Surabaya pada tanggal 22 Pebruari 1968, Ayahandanya bernama
Drs. H. Ahmad Muqaddis, SH. dan Ibundanya bernama Hj. Nur Sutartik, penulis
merupakan anak sulung dari empat bersaudara.

Penulis menyelesaikan Sarjana pada Program Studi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian
UPN ‘Veteran” Jawa Timur tahun 1992, dilanjutkan menempuh pendidikan di
Jurusan Ilmu Tanah pada Program Pascasarjana IPB Bogor dan lulus tahun 1997.
Mulai Agustus 2002 penulis dipercaya untuk tugas belajar di Program Studi Ilmu
Tanah pada Sekolah Pascasarjana IPB Bogor guna menyelesaikan program S3.

Sejak meraih gelar Magister Sains, penulis bekerja sebagai peneliti pada Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah.

Bulan Juli 1997 penulis menyunting Rizqon Khasanah SP, dan dikaruniai Allah SWT

dengan dua putra yaitu Laili Maya Ramadani dan Ibrahim Jihad Firmansyah.

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas Rahmad dan HidayahNya maka tulisan ini dapat diselesaikan. Tidak lupa Penulis mengucapkan Shalawat
serta Salam kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta Keluarganya. Topik tulisan
ini merupakan pengembangan dari sinopsis yang diajukan saat mendaftarkan diri di
SPS IPB, dan merupakan masalah yang ditemui secara luas di Kalimantan Tengah.
Degradasi lahan akan tetap terjadi di Kalimantan Tengah apabila dikelola
tanpa memperdulikan kelestarian sumberdaya alam dan hanya mementingkan segi
ekonomi yang bersifat jangka pendek.
Atas terselesaikannya penyusunan disertasi ini, Penulis merasa telah banyak
didukung dan dibantu oleh berbagai pihak, dan dengan tulus Penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya. Berikut ini ucapan terimakasih kepada berbagai
pihak yang dapat disebutkan namanya, antara lain :
1.

Ucapan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sudarsono, M.Sc. Beliau
merupakan Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan ide,
ilmu tentang evaluasi lahan yang selalu menekankan framework FAO 1976

secara benar, dan Beliau merupakan gudang ilmu evaluasi lahan yang
mumpuni, dan kepada Beliaulah Penulis berguru.

Kesabaran dan kebijakan

Beliau selama Penulis dalam proses pembimbingan penelitian dan penulisan,
dan prasangka beliau yang baik kepada Penulis, senantiasa menjadi pendorong
bagi

Penulis untuk menyelesaikan studi. Semoga Allah SWT senantiasa

memberi Rahmad dan Hidayah kepada Beliau beserta Keluarganya. Amiin.

2.

Ucapan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Hidayat Pawitan, M.Sc., karena
Beliaulah maka Penulis lebih memahami ilmu Hidrologi yang dinamis. Begitu
pentingnya aspek Hidrologi, sehingga sebagian besar waktu banyak tersita
untuk memahami dan menganalisis data-data yang terkait tentang kebutuhan air
untuk tanaman.

3.

Ucapan terimakasih juga ditujukan kepada Ibu Dr. Ir. Sri Djuniwati, M.Sc.
Beliau penuh kesabaran dan rasa kasih sayangnya menjadikan kekuatan bagi
penulis untuk tidak putus asa saat menghadapi berbagai perubahan dan koreksi
yang sangat berat selama penulisan disertasi. Pertanyaan Beliau tidak panjangpanjang, namun jawabannya selalu tidak sederhana.

Semoga Allah SWT

memberikan Rahmad dan Hidayah kepada Beliau dan Keluarganya. Amiin.
4.

Ucapan terimakasih ditujukan kepada Bapak Dr. Ir. Gunawan Djajakirana,
M.Sc. Beliau adalah Komisi Pembimbing yang luar biasa, bukan hanya sifat
terus-terangnya saja tetapi juga kepiawaian penguasaan teori dan pengalaman
lapangnya sehingga dapat disebut “bintangnya ilmu tanah”, “kamus berjalan”,
serta “orang lapangan”.

Dari Beliau sangat banyak Penulis memperoleh

manfaat dan mengambil hikmah. Saran dan kritikan pedas menjadi indah sebab
ketulusan Beliau menginginkan muridnya menjadi peneliti

berkualitas. Dan

pelajaran berharga yang selalu Beliau ulang-ulang adalah “Jangan berpatokan
pada teori saja tetapi lihat data lapangan”.

Penulis merasa bangga Beliau

menjadi pembimbingnya.
5.

Ucapan terimakasih ditujukan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Budi Mulyanto, M.Sc.

atas ilmu yang diajarkan kepada Penulis dan juga hikmah yang sangat berharga
yang penulis rasakan, sehingga Penulis wajib mengubah adab murid kepada
gurunya.

Kebaikan hati beliau dan wawasan keilmuan yang disampaikan

dengan cerdas selalu menggugah ide-ide baru bagi Penulis untuk diterapkan di
daerah. Semoga Allah SWT memberikan Rahmad dan Hidayah kepada Beliau
dan Keluarganya. Amiin.
6.

Ucapan terimaksih disampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Kukuh Murtilaksono,
M.Sc selaku Penguji Luar Komisi dan Ketua Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan. Pertanyaan dan telaah yang cermat serta kebaikan hati
Beliau sangat Penulis rasakan telah membantu penyelesaian studi. Semoga
Allah SWT memberikan Rahmad dan Hidayah kepada Beliau dan Keluarganya.
Amiin.

7.

Ucapan terimakasih disampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Komaruddin Idris, MS
selaku Ketua Program Studi Ilmu Tanah yang telah banyak memberikan
kelancaran dan kemudahan selama Penulis melaksanakan studi. Semoga Allah
SWT memberikan Rahmad dan Hidayah kepada Beliau dan Keluarganya.
Amiin.

8.

Ucapan terimakasih disampaikan juga kepada Bapak Dr. Ir. M. Sabran, M.Sc.
selaku Kepala Balai BPTP Kalimantan Tengah (12 Maret 2001 – 14 Juli 2004)
yang mendukung penulis untuk melanjutkan tugas belajar di SPS IPB Bogor.
Semoga Allah SWT memberikan Rahmad dan Hidayah kepada Beliau dan
Keluarganya. Amin.

9.

Ucapan terimakasih disampaikan kepada Bapak Dr. Ir. H. Muhrizal Sarwani,
MSc, selaku Kepala Balai BPTP Kalimantan Tengah (14 Juli 2004 – 17 Januari
2007), yang memberikan dukungan dan kemudahan bagi Penulis saat
pengambilan contoh tanah di Kalimantan Tengah. Beliau sekaligus sebagai
Penguji Luar Komisi dalam Ujian Terbuka Penulis.

Semoga Allah SWT

memberikan Rahmad dan Hidayah kepada Beliau dan Keluarganya. Amiin.
10.

Ucapan terimakasih disampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Masganti, MS, selaku
Kepala Balai BPTP Kalimantan Tengah (17 Januari 2007 – sekarang), yang tak
henti-hentinya memberikan perhatian dan bantuan dana yang tidak sedikit.
Semoga amalan baik Beliau mendapatkan balasan kebaikan berlipat-lipat dari
Allah SWT.

Dan semoga Allah SWT memberikan Rahmad dan Hidayah

kepada Beliau dan Keluarganya. Amiin.
11.

Ucapan terimakasih juga di tujukan kepada guru-guru Penulis pada saat tolabul
ilmi yang telah meluruskan dan menambah keilmuan Penulis, yaitu: Bapak
Prof. Dr. Ir. H. Oetit Koswara, M.Sc., Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sudarsono, M.Sc.,
Bapak Prof. Dr. Ir. H. Supiandi Sabiham, M.Sc., Bapak Prof. Dr. Ir. Rykson
Situmorang, M.Sc., Bapak Prof. Dr. Ir. H. Iswandi Anas, M.Sc., Bapak Prof.
Dr. Ir. Didie Sophandie, M.Sc., Bapak Prof. Dr. Ir. U.S. Wiradisastra M.Sc.,
Bapak Prof. Dr. Ir. Budi Mulyanto, M.Sc., Bapak Dr. Ir. H. Oteng Haridjaja,
M.Sc., Bapak Dr. Ir. H. Komaruddin Idris, MS., Bapak Dr. Ir. Kukuh
Murtilaksono, M.Sc., Ibu Dr. Ir. Sri Djuniwati, M.Sc., Bapak Dr. Ir. Gunawan
Djajakirana, M.Sc., dan Bapak Dr. Ir. M. Ghulamahdi, M.Sc. Semoga Allah

SWT membalas budi baik kepada Beliau atas amalannya dalam menyebarkan
ilmu. Amiin.
12.

Ucapan terimakasih ditujukan kepada Ibunda dan Ayahanda, yang tak lelah
mendoakan Penulis menghadapi kesulitan selama menyelesaikan studi. Penulis
juga selalu meminta ridho Beliau, karena Ridlollohi fiiridlol

waalidayni

wasukhthullohi fii sukhthil waalidayni (Ridho Allah tergantung kepada kerelaan
kedua orang tua, dan murka Allah tergantung kepada kemarahan kedua orang
tua. HR Turmudzi). Semoga Allah SWT memberikan nikmat Iman dan nikmat
Islam kepadanya hingga akhir hayatnya. Amiin.
13.

Ucapan terimakasih juga ditujukan kepada Bapak dan Ibu Mertua Penulis yaitu
KHM Cholil Asy’ari (Almarhum) dan Hj Siti Aisyah, atas segala dukungan dan
doanya bagi Penulis selama ini.

Semoga Allah SWT selalu memberikan

Rahmad dan Hidayah kepada Beliau. Amiin.
14.

Ucapan terimakasih ditujukan kepada Adik-adik: Abi, Era, Lusi, dan Cici.
Kepada Isteri dan anak-anak, juga diucapkan terimakasih, dan semoga ilmu ini
membawa berkah dan dapat lebih mendekatkan Kita kepada Allah SWT.
Ucapan terimakasih juga ditujukan kepada berbagai pihak yang tidak dapat

disebutkan satu-persatu, namun nama-namanya selalu melekat di hati dan ingatan
penulis.

Penulis mohon maaf apabila dalam penulisan ini baik seting maupun

substansinya ditemui ketidak sempurnaan, sebab sebagai insan maka Penulis tidak
akan lepas dari lupa dan lalai.
Bogor, Agustus 2007
Penulis

KARAKTERISASI DAN RESILIENSI TANAH TERDEGRADASI
DI LAHAN KERING KALIMANTAN TENGAH

MUHAMMAD ANANG FIRMANSYAH

Disertasi
sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Doktor
pada Program Studi Ilmu Tanah dalam bidang Evaluasi Lahan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

xv

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL…………………………………………………………

xvi

DAFTAR

xxi

GAMBAR………………………………………………………

xxiii

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………
PENDAHULUAN
Latar
Belakang……………………………………………………...
Tujuan……………………………………………………………….
Manfaat.…………………………………………………………......
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian
Degradasi
Tanah………………………………………...
Pengertian Resiliensi Tanah..……………………………………..
Evaluasi
Lahan
Berdasarkan
Kualitas

1
12
12

13
16
20

Lahan……………………….
BAHAN DAN METODE
Waktu
dan
Tempat
Penelitian………………………………………
Bahan
Penelitian
dan
Pengambilan
Contoh
Tanah…………………
Tahapan
Penelitian…………………………………………………..
Klasifikasi
Degradasi
dan
Resiliensi
Tanah...……………………….
HASIL DAN PEMBAHASAN

23
24
26
51

xvi
Keadaan
Iklim..............................…………………………………..
Keadaan
Lahan
dan
Usahatani……………....……………………...
Karakterisasi
Jenis
Tanah………………..………………………….
Kondisi
Periode
Pertumbuhan………………………………………
LQ
Ketersediaan
Air………………………………………………...
LQ
Genangan.....……………………………..……………………...
LQ
Ketersediaan
Hara………………………………………………
LQ
Toksisitas
Aluminium…………………………………………..
LQ
Ketahanan
Tanah
terhadap
Erosi……………………………….
LQ
Deteriorasi
Tanah
Antropogenik..................................................
Indeks
Lahan
dan
Kelas
Kesesuaian
Lahan........................................
Karakterisasi
Degradasi
dan
Resiliensi
Tanah..…………………….
Rekomendasi
Penggunaan
Lahan........................................................
Faktor
Degradasi
dan
Resiliensi
Tanah………………………….......

56
57
63
65
75
89
91
116
120
126
127
139
143
147

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan.........................................................................................

150
150

Saran...................................................................................................
DAFTAR

152

PUSTAKA……………………………………………………...

161

LAMPIRAN…………………………………………………………….....

xvii

DAFTAR TABEL
Halaman
1.

2.

Lokasi Penelitian Berdasarkan Sebaran Jenis Tanah, Luasan
SPT, dan Skala Peta……...…….....……………………………
Metode Analisis Sifat Fisik, Kimia Tanah, dan Mineralogi
Fraksi
Pasir…………………………….…………………………

3.
4.
Atribut

LUT
Padi
Lokal
C……………………….

Pola

LUT
Padi-Kedelai
C…………………….

Pola

A,

B,

dan
30

A,

B,

dan

6.
7.
8.

9.

26
29

Atribut

5.

23

31
32

Atribut LUT
C……………....

Padi-Padi-Kedelai

Pola

A,

B,

dan
33

Atribut
LUT
Karet
C……………...........………..
Atribut
LUT
Kelapa
C…………………….

Pola

A,

B,

dan
34

Sawit

Pola

A,

B,

dan
38

10. Data Penelitian Degradasi dan Resiliensi Tanah untuk Setiap
Land Quality…………………………………………………………....
11. Kondisi CHE, 50% CHE, 90% CHE pada Beberapa Lokasi
Penelitian
di
Kalimantan
Tengah
12. ..................................................

40
43

44
Persamaan Regresi Pendugaan Produksi Berdasarkan Land
13. Quality Ketersediaan Air pada Berbagai Komoditas LUT
..……
45
Dosis Pemupukan
14. LUT.......

Anjuran

Masing-masing

Komoditas
49

Jumlah Hara Pemupukan
Preskripsi Berdasarkan
15. Komoditas LUT, Jenis Tanah dan Lokasi di Kalimantan
Tengah...................
16.
Persamaan Regresi Pendugaan Produksi Komoditas Padi,
17. Kedelai, Karet, dan Kelapa Sawit Berdasarkan Jumlah Hara
Tanah
dan
Pupuk
(N,
P2 O5,
K2 O,
dan
MgO)……………….........

50
52

57

xviii
18.
Penetapan Nilai C Komoditas Berdasarkan LUT dan Waktu
Penggunaan
dalam
19. Setahun…………………………………….
Nilai
P
Berdasarkan
Lereng…………………..

LUT

dan

67

Tingkat

76

Kelas Kesesuaian Lahan (KKL) Berdasarkan Indeks Lahan
…..

80

21. Kondisi Curah Hujan dan Suhu Udara Rata-Rata Bulanan
di
Lokasi
Penelitian
Kalimantan
Tengah…………….......................

81

22. Panjang Periode Pertumbuhan pada Berbagai Lokasi di
Kalimantan
Tengah........................................................................

82

20.

23. Kondisi Air Tersedia Profil Rata-rata Bulanan pada
Berbagai LUT Berbasis Tanaman Pangan pada Berbagai
Land
Unit dan
Jenis Tanah di Kalimantan
Tengah……........................................
24.
Dugaan Produksi
LUT Berbasis Tanaman Pangan
Berdasarkan
Air Tersedia Profil Rata-rata
Bulanan pada Berbagai Land Unit dan Jenis Tanah di
25. Kalimantan Tengah ………………………...
Indeks LQ Ketersediaan Air LUT Berbasis Tanaman
Pangan Berdasarkan Dugaan Produksi pada Berbagai Land
dan Jenis Tanah
di
Kalimantan Tengah
26. Unit
………………………........

83

84

85

88
Kondisi Ketersediaan Air Profil Tanah dan ETc Rata-rata
27. Bulanan pada LUT Karet pada Berbagai Land Unit dan Jenis
Tanah
di
Kalimantan
Tengah
…....................................................
28. Dugaan Produksi LUT Karet Berdasarkan Air Tersedia
Profil dan ETc Rata-rata Bulanan pada Berbagai Land Unit
dan
Jenis
Tanah
di
Kalimantan
29. Tengah…....……………………………....

88

90

90
Indeks LQ Ketersediaan Air LUT Karet Berdasarkan Dugaan
30. Produksi pada Berbagai Pola, Land Unit, dan Jenis Tanah di
Kalimantan
Tengah………………………………........................

93

xix
31.
Kondisi Defisit Air Tersedia Profil Tahunan LUT Kelapa
Sawit
pada Berbagai Land Unit dan Jenis Tanah di
Kalimantan
32. Tengah……………………............................................................

95

97
Dugaan Produksi LUT Kelapa Sawit Berdasarkan Jumlah
33. Defisit Air Tersedia Profil Tahunan pada Berbagai Land Unit
dan
Jenis
Tanah
di
Kalimantan
Tengah………………………………….....
34. Indeks LQ Ketersediaan Air LUT Kelapa Sawit Berdasarkan
Dugaan Produksi pada Berbagai Pola, Land Unit, dan Jenis
Tanah
di
Kalimantan
Tengah…………………….........................
35.
Kondisi Genangan pada Berbagai Land Unit dan Jenis
Tanah
di
Kalimantan
36. Tengah……………………………………............
Indeks LQ Genangan pada Berbagai Land Unit dan Jenis
Tanah
di
Kalimantan
Tengah
37. ……………………………………

99

101

103

104

106
Jumlah Hara pada LUT Padi Lokal pada Berbagai Pola,
dan Jenis Tanah di Kalimantan
38. Land Unit,
Tengah…...........................
108
Dugaan Produksi LUT Padi Lokal Berdasarkan Jumlah
39. Hara pada Berbagai Pola, Land Unit, dan Jenis Tanah di
Kalimantan
Tengah……………………………………....................................
40.
Indeks LQ Ketersediaan Hara LUT Padi Lokal pada Berbagai
Pola, Land Unit, dan Jenis Tanah di Kalimantan
41. Tengah..............
Jumlah Hara Tanah pada Komoditas Kedelai LUT PadiKedelai pada Berbagai Pola, Land Unit, dan Jenis Tanah di
42. Kalimantan
Tengah…………………………....................................................
43. Dugaan Produksi Kedelai LUT Padi-Kedelai Berdasarkan
Jumlah Hara pada Berbagai Pola, Land Unit, dan Jenis
Tanah
di
Kalimantan
44. Tengah………………………………………………
Indeks LQ Ketersediaan Hara LUT Padi-Kedelai pada

110

112

114

116

117

118

xx
Berbagai Pola, Land Unit, dan Jenis Tanah di Kalimantan
45. Tengah..............
Indeks LQ Ketersediaan Hara LUT Padi-Padi-Kedelai pada
Berbagai Pola, Land Unit, dan Jenis Tanah di Kalimantan
46. Tengah............................................................................................

119

121
Jumlah Hara LUT Karet pada Berbagai Pola, Land Unit,
Jenis
Tanah
di
Kalimantan
47. dan
Tengah……...……………………….
123
Dugaan Produksi LUT Karet Berdasarkan Jumlah Hara
48. pada Berbagai Pola, Land Unit, dan Jenis Tanah di
Kalimantan
Tengah…………………………....................................................
49. Indeks LQ Ketersediaan Hara LUT Karet pada Berbagai
Pola, Land Unit, dan Jenis Tanah di Kalimantan
Tengah.......................
50.
Jumlah Hara LUT Kelapa Sawit pada Berbagai Pola, Land
Unit, dan
Jenis Tanah di Kalimantan Tengah
51. ……………....................

125

127

128

129
Dugaan Produksi LUT Kelapa Sawit Berdasarkan Jumlah
52. Hara pada Berbagai Pola, Land Unit, dan Jenis Tanah di
Kalimantan
Tengah
……………………………………...................................
53.
Indeks LQ Ketersediaan Hara LUT Kelapa Sawit pada
Berbagai Pola, Land Unit, dan Jenis Tanah di Kalimantan
Tengah……......
54.
Kejenuhan Al pada LUT Berbasis Tanaman Pangan pada
Berbagai Land Unit dan Jenis Tanah di Kalimantan
55. Tengah.......
Dugaan Persentase Produksi Padi dan Kedelai Akibat
Kejenuhan Al pada Berbagai Land Unit dan Jenis Tanah
56. di
Kalimantan
Tengah……………………………………………
57. Indeks LQ Toksisitas Al pada LUT Berbasis Tanaman
Pangan pada Berbagai Pola, Land Unit, dan Jenis Tanah di
Kalimantan
58. Tengah……………........................................................................

130

131

132

133

135

136

137
Tebal Tanah yang Hilang Akibat Erosi pada

LUT, Land

xxi
dan
Jenis
Tanah
59. Unit,
Tengah…………...................…..

di

Kalimantan

60. Penurunan Produktivitas (%) Akibat Kehilangan Tanah
pada Berbagai Komoditas LUT, Land Unit, dan Jenis Tanah
di
Kalimantan
Tengah........................................................................
61.
Indeks LQ Ketahanan Tanah terhadap Erosi pada Berbagai
Komoditas LUT, Land Unit, dan Jenis Tanah di Kalimantan
Tengah……....................................................................................
.
Indeks LQ Deteriorasi Tanah Antropogenik pada Berbagai
Land
Unit,
dan
Jenis
Tanah
di
Kalimantan
Tengah................................
Indeks Lahan LUT Padi Lokal pada Berbagai Pola, Land Unit,
dan
Jenis
Tanah
di
Kalimantan
Tengah………............................
Kelas Kesesuaian Lahan LUT Padi Lokal pada Berbagai Pola,
Land Unit, Jenis Tanah, dan Lokasi
di Kalimantan
Tengah….....
Indeks Lahan LUT Padi-Kedelai pada Berbagai Pola, Land
Unit, Jenis
Tanah, dan Lokasi
di Kalimantan
Tengah………..............
Kelas Kesesuaian Lahan LUT Padi-Kedelai pada Berbagai
Pola, Land Unit, Jenis Tanah, dan Lokasi di Kalimantan
Tengah............................................................................................
Indeks Lahan LUT Padi-Padi-Kedelai pada Berbagai Pola,
Land Unit, Jenis
Tanah, dan Lokasi di Kalimantan
Tengah………......
Kelas Kesesuaian Lahan LUT Padi-Padi-Kedelai pada
Berbagai Pola, Land Unit, Jenis Tanah, dan Lokasi di
Kalimantan
Tengah…........................................................................................
Indeks Lahan LUT Karet pada Berbagai Pola, Land Unit,
Jenis
Tanah,
dan
Loksi
di
Kalimantan
Tengah…...................................
Kelas Kesesuaian Lahan LUT Karet pada Berbagai Pola,
Land Unit, Jenis Tanah, dan Lokasi di Kalimantan
Tengah…...............

138

142

145

xxii

Indeks Lahan LUT Kelapa Sawit pada Berbagai Pola, Land
Unit, Jenis
Tanah, dan Lokasi di Kalimantan
Tengah….......................
Kelas Kesesuaian Lahan LUT Kelapa Sawit pada Berbagai
Pola, Land Unit, Jenis Tanah, dan Lokasi di Kalimantan
Tengah…......
Tingkatan Degradasi, Resiliensi Alami (Rm) dan Resiliensi
Antropogenik (Rt) Melalui Periode Lahan Tidur pada
Berbagai LUT, Jenis tanah, dan Lokasi di Kalimantan
Tengah..................
Rekomendasi Tipe Penggunaan Lahan (LUT) pada Jenis
Tanah,
dan
Lokasi
di
Kalimantan
Tengah.................................................

xxiii

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.

Kerangka
pemikiran
......................................................

penelitian.

24

2.
3.

4.

5.

10

Lokasi
penelitian
........................................

di

Kalimantan

Tengah.

Kondisi lahan berdasarkan land unit Ultisol-2 Gunung Mas (a)
dan Entisol Palangka Raya (b), pada lahan hutan (1), lahan
tidur
10
tahun
(2),
dan
lahan
pertanian
(3)………………………………

60

61

Kondisi lahan berdasarkan land unit Spodosol Gunung Mas
(a) dan Inceptisol Kotawaringin Barat (b), pada lahan hutan
(1), lahan tidur 10 tahun (2), dan
lahan pertanian
(3)………………………...
64

6.

7.

Beberapa jenis tanah lokasi penelitian: Ultisol-1 Gunung
Mas (a)
Spodosol Gunung Mas (b), Inceptisol Kotawaringin Barat (c),
dan
Entisol Palangka Raya (d), lahan hutan (1) dan lahan
pertanian
(2)…………………………………………………………………..

68

68
8.

9.

Kondisi periode pertumbuhan di LUT padi lokal, CHE, 50%
CHE dan air tersedia profil (ATP) di Ultisol-1 LT 20 tahun
Barito
Utara
dan
Barito
Selatan…………………………………………...
Kondisi periode pertumbuhan di LUT padi-kedelai, CHE, 50%
CHE dan air tersedia profil (ATP) di Ultisol-1 LT 20 tahun di
Barito
Utara
dan
Barito
Selatan….........…………………………...

69

69

10.

11.

12.

Kondisi periode pertumbuhan di LUT padi-padi-kedelai, CHE,
50% CHE dan air tersedia profil (ATP) di Ultisol-1 LT 20
tahun
di
Barito
Utara
dan
Barito
Selatan…………………………………
Kondisi periode pertumbuhan di LUT karet, CHE, 50% CHE
dan air tersedia profil (ATP) di Ultisol-1 LT 20 tahun di
Barito
Utara
dan
Barito
Selatan………………………………………………….

69

70

70

xxiv
13.

Kondisi periode pertumbuhan di LUT kelapa sawit, CHE,
50% CHE dan air tersedia profil (ATP) di Ultisol-1 LT 20
tahun
di
Barito
Utara
dan
Barito
Selatan……………………………………

70

14.

15.

Kondisi periode pertumbuhan di LUT padi lokal, CHE, 90%
CHE dan air tersedia profil (ATP) di Entisol LT 10 tahun
Palangka
Raya..................................................................................................

71

71
16.

17.

Kondisi periode pertumbuhan di LUT padi-kedelai, , CHE,
90% CHE dan air tersedia profil (ATP) di Entisol LT 10
tahun
Palangka
Raya……………………………………………………...
Kondisi periode pertumbuhan di LUT padi-padi-kedelai, CHE,
90% CHE dan air tersedia profil (ATP) di Entisol LT 10
tahun
Palangka
Raya………………………………...................................

71

72

18.
Kondisi periode pertumbuhan di LUT karet, CHE ,90% CHE
dan air tersedia profil (ATP) di Entisol LT 10 tahun Palangka
Raya.....

72

19.

20.

Kondisi periode pertumbuhan di LUT kelapa sawit, CHE, 90%
CHE dan air tersedia profil (ATP) di Entisol LT 10 tahun
Palangka
Raya……………………………………………………...

72

73
21.

Kondisi periode pertumbuhan di LUT padi lokal, CHE ,50%
CHE dan air tersedia profil (ATP) di Ultisol LT 10 tahun
Gunung Mas..
73

22.

Kondisi periode pertumbuhan di LUT padi-kedelai, CHE, 50%
CHE dan air tersedia profil (ATP) di Ultisol LT 10 tahun
Gunung
Mas………………………………………………………...............
.

73

23.

24.

Kondisi periode pertumbuhan di LUT padi-padi-kedelai, CHE,
50% CHE dan air tersedia profil (ATP) di Ultisol LT 10 tahun
Gunung
Mas………………………………………………………..

74

25.

Kondisi periode pertumbuhan di LUT karet, CHE, 50% CHE
dan air tersedia profil (ATP) di Ultisol LT 10 tahun Gunung
Mas…….
Kondisi periode pertumbuhan di LUT kelapa sawit,

74

CHE,

74

xxv
50% CHE dan air tersedia profil (ATP) di Ultisol LT 10 tahun
Gunung
Mas………………………………………………………………

Kondisi periode pertumbuhan di LUT padi lokal, CHE ,50%
CHE dan air tersedia profil (ATP) di Inceptisol LT 20 tahun
Kotawaringin
Barat………………………………………………...
Kondisi periode pertumbuhan di LUT padi-kedelai, CHE, 50%
CHE dan air tersedia profil (ATP) di Inceptisol LT 20 tahun
Kotawaringin
Barat………………………………………………...
Kondisi periode pertumbuhan
di LUT padi-padi-kedelai,
CHE, 50% CHE dan air tersedia profil (ATP) di Inceptisol
LT 20 tahun
Kotawaringin
Barat…………………………………………….......
Kondisi periode pertumbuhan di LUT karet, CHE ,50% CHE
dan air tersedia profil (ATP) di Inceptisol LT 20 tahun
Kotawaringin
Barat……………………………………………………………….
.
Kondisi periode pertumbuhan di LUT kelapa sawit, CHE,
50% CHE dan air tersedia profil (ATP) di Inceptisol LT 20
tahun
Kotawaringin
Barat………………………………………………...

xxvi

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1.

Curah Hujan Rata-rata Bulanan pada Berbagai Lokasi
Penelitian
di
Kalimantan
Tengah
.........………………............................................

161

2.

3.

Suhu Udara Rata-rata Bulanan pada Berbagai Lokasi Penelitian
di
Kalimantan
Tengah……………..................................................……

162

163
4.

Penetapan ETp Berdasarkan Metode Blaney-Cridle pada
Berbagai
Lokasi
Penelitian
di
Kalimantan
Tengah.............................................
164

5.

Kadar Air Tanah pada Kapasitas Lapang, Titik Layu
Permanen, dan WHC untuk Tanaman Pangan per 7,5 cm dan
Tanaman Perkebunan per 15 cm Lapisan Tanah Lokasi
Penelitian Kalimantan Tengah ......

169

6.

7.

Kondisi Ketersediaan Air Bulanan LUT Padi Lokal pada
Berbagai Land Unit dan
Jenis Tanah di Kalimantan
Tengah…………............

171

173
Kondisi Ketersediaan Air Bulanan LUT Padi-Kedelai pada
Berbagai Land Unit, dan Jenis Tanah di Kalimantan Tengah
............................

176

Kondisi Ketersediaan Air Bulanan LUT Padi-Padi-Kedelai pada
Berbagai Land Unit dan Jenis Tanah di Kalimantan Tengah
.............

179

10. Kondisi Ketersediaan Air Bulanan LUT Karet pada Berbagai
Land Unit
dan Jenis Tanah di Kalimantan Tengah

180

8.

9.

xxvii
…..………................
11.
Produksi Rata-rata Karet Kering Bulanan
Berdasarkan
Ketersediaan Air pada LUT Karet pada Berbagai Land Unit dan
Tanah
di
Kalimantan
12. Jenis
Tengah………………..............................

182

183

13. Kondisi Ketersediaan Air Bulanan LUT Kelapa Sawit pada
Berbagai Land Unit dan Jenis Tanah di Kalimantan Tengah
…………….......

186

14. Mineral Fraksi Pasir pada Berbagai Land Unit dan Jenis Tanah
di
Kalimantan
Tengah.........................................……………………….

190

15. Penentuan Dosis Pupuk Metode Preskripsi pada Berbagai LUT
Pola
C
di
Kalimantan
Tengah......................................................................
16.
Sifat Fisik dan Kimia Tanah Lokasi Penelitian untuk Penentuan
LQ Ketersedian Hara dan LQ Toksisitas Al pada Berbagai Land
Unit
dan
Jenis
Tanah
di
Kalimantan
Tengah..................………………….
Dugaan Produksi Padi dan Kedelai pada Berbagai LUT Akibat
Kejenuhan Al pada Berbagai Land Uni, dan Jenis Tanah di
Kalimantan
Tengah..............................................................................
Nilai Erosivitas Hujan Bulanan (R) Lokasi Penelitian di
Kalimantan
Tengah..........................................................................………………
Sifat-sifat Tanah untuk Perhitungan LQ Ketahanan Tanah
terhadap Erosi di Berbagai Land Unit dan Jenis Tanah di
Kalimantan
Tengah..................................................................................................

191

192

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Degradasi tanah merupakan isu penting dalam AGENDA 21, hal ini
terkait dengan aspek ketahanan pangan dan kualitas lingkungan. Degradasi tanah
menyebabkan penurunan LQ (land quality = kualitas lahan) dan kesesuaiannya
untuk penggunaan tertentu. Tanah merupakan salah satu faktor penyusun lahan
yang rentan terhadap proses degradasi. Menurut FAO (1977) degradasi tanah
merupakan satu atau lebih proses terjadinya penurunan kemampuan tanah secara
aktual atau potensial untuk memproduksi barang dan jasa.
Karakteristik dan klasifikasi tanah terdegradasi yang dikenal secara umum
adalah GLASOD atau Globall Assessment of Current Status of Human-induced
Soil Degradation (Oldeman 1994a). GLASOD merupakan metode pengkajian
degradasi tanah akibat pengaruh manusia dalam skala global dengan penekanan
faktor eksternal erosi air dan angin, serta faktor internal memburuknya sifat kimia
dan fisik tanah. Kajian degradasi tanah yang menggunakan metode GLASOD di
tingkat regional Asia Selatan dan Asia Tenggara dikenal sebagai ASSOD atau
Assessment of the Status of Human-induced Soil Degradation in South and
Southeast Asia (Lynden dan Oldeman 1997).
Tipe degradasi tanah yang digunakan sebagai dasar kajian GLASOD
maupun ASSOD masih secara umum menggunakan sifat-sifat tanah dan belum
menekankan pada LUT (Land Utilization Type = tipe penggunaan lahan) tertentu.
Klasifikasi degradasi tanah di Indonesia juga telah dilakukan dan tidak jauh dari
ASSOD, namun setiap klasifikasinya berbeda-beda berdasarkan tujuan yang ingin
diperoleh; demikian juga istilah degradasi tanah juga tidak seragam.

2
Menurut Suwardjo et al. (1996) klasifikasi degradasi tanah di sektor
kehutanan lebih menekankan pada aspek hidrologi lahan didasarkan pada tingkat
penutupan lahan dan kurang menekankan pada kondisi tanahnya.

Sektor

transmigrasi lebih menekankan melihat degradasi tanah sebagai lahan marjinal,
yaitu lahan yang pernah dibuka dan digunakan untuk pertanian namun saat ini
produksinya sangat rendah.

Lahan marjinal umumnya menjadi lahan tidur

bervegetasi semak belukar, rumput-rumputan, dan wilayah ladang berpindah.
Sektor pertanian mengartikan degradasi tanah sebagai lahan kritis dengan
berbagai tingkatan yang mempengaruhi produktivitas tanah tersebut.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 150/2000 tentang
pengendalian kerusakan tanah untuk biomassa, menggunakan istilah degradasi
tanah sebagai kerusakan tanah untuk produksi biomassa.

Kerusakan tanah

untuk produksi biomassa adalah berubahnya sifat dasar tanah melampaui kriteria
baku kerusakan tanah.

Kriteria baku kerusakan tanah tingkat nasional yang

terlampir pada peraturan pemerintah tersebut tidak bersifat komprehensif dan
sangat umum, sedangkan kriteria baku kerusakan tanah tingkat daerah umumnya
belum tersusun. Kondisi ini sangat memprihatinkan, dilain pihak pada tahuntahun terakhir ini bencana alam yang terkait degradasi tanah seringkali terjadi.
Ekologis

umumnya membagi degradasi dalam dua aspek terhadap

kondisi perubahan lingkungan dalam penelitian-penelitian ekosistem, yaitu: 1)
resistensi (resistance), kemampuan suatu ekosistem bertahan seperti ekosistem
semula dan tidak berubah setelah terjadi gangguan, dan 2) resiliensi (resilience),
kemampuan ekosistem pulih ke kondisi semula setelah lenyapnya gangguan.

3
Hal tersebut sesuai yang diungkapkan Tengberg dan Stocking (2001)
bahwa degradasi tanah memiliki tingkatan yang beragam, tergantung daya dukung
tanah bersangkutan, yaitu sensitivitas atau kerapuhan/fragilitas tanah serta
resiliensi. Menurut Szabolcs (1994) resiliensi yaitu kemampuan tanah untuk
memperbaharui (renewable) atau melakukan regenerasi dirinya sendiri setelah
berbagai macam pemburukan (deterioration) dan degradasi telah hilang.
Resiliensi tanah merupakan hal baru yang memerlukan penelitianpenelitian jangka panjang.

Resiliensi dapat diketahui melalui penetapan

indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur kemampuan tanah untuk
berfungsi kembali (restore) atau pulih (recovery) (Seybold et al. 1999).
Indikator-indikator tentang degradasi maupun resiliensi lahan

yang saat ini

banyak digunakan umumnya masih menggunakan sifat-sifat tanah, yaitu: sifat
fisik, kimia, maupun biologi atau dikenal sebagai LC (land characteristic) atau
karakteristik lahan.

Pengertian LC adalah atribut lahan yang dapat diukur dan

diperkirakan. Jika LC digunakan secara langsung dalam evaluasi lahan, maka
akan timbul masalah yang terkait adanya interaksi antar LC tersebut.
Kelemahan LC yang digunakan sebagai indikator penilaian degradasi dan
resiliensi saat ini juga disebabkan tidak berhubungan langsung dengan kebutuhan
spesifik penggunaan lahan. Akibatnya indikator-indikator tersebut yang saat ini
digunakan kurang dapat menjelaskan tingkatan produksi atau manfaat yang akan
diperoleh dari suatu LUT tertentu.

Maka perlu disusun indikator degradasi

berdasarkan LQ (land quality), karena LQ berhubungan erat dengan penggunaan
suatu LUT, sehingga dapat menggambarkan produksi dugaan atau manfaat LUT.

4
Penggunaaan lahan tentu tergantung kepada atribut LUT yang memiliki
tujuan khusus. Setiap atribut penyusun LUT memiliki kriteria tertentu, satu saja
atribut dari salah satu atribut penyusun LUT berbeda, maka akan memberikan
perbedaan terhadap produksi atau manfaat yang dihasilkan.

Berdasarkan hal

tersebut, maka nilai besaran indikator-indikator untuk mengklasifikasikan
tingkatan degradasi dan resiliensi lahan akan berubah sesuai dengan atribut LUTnya.
Tanah-tanah yang menyusun lahan kering umumnya marjinal, bereaksi
masam, kandungan basa-basa rendah, kadar aluminium tinggi, serta peka erosi.
Tanah-tanah tersebut saat ini merupakan tumpuan produksi biomassa, baik
sebagai sumber pangan maupun sumber energi yang dapat diperbaharui.
Penggunaan tanah-tanah di lahan kering yang melampaui daya dukung lahan
akibat penggunaan lahan yang tidak berbasis konservasi dan kesesuaian
penggunaan lahan akan mempercepat dan meningkatkan terjadinya proses-proses
degradasi tanah.
Di Provinsi Kalimantan Tengah degradasi tanah yang mengakibatkan
lahan kritis mencapai 1,76 juta hektar pada awal tahun 1999/2000 (BPS 2001).
Degradasi tersebut umumnya terjadi pada lahan kering yang meliputi 4,78 juta
hektar atau 31,34% dari luas Kalimantan Tengah (Puslittanak 1995). Penggunaan
lahan umumnya selain untuk tanaman pangan juga digunakan untuk pengusahaan
tanaman perkebunan.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka diperlukan penelitian mengenai
karakteristik degradasi tanah berdasarkan kemampuan tanah untuk memproduksi
biomassa melalui penggunaan LQ pada berbagai LUT. Penggunaan LQ untuk

5
berbagai LUT sebagai parameter degradasi tanah ditujukan untuk mengetahui
faktor yang berhubungan dengan kesesuaian lahan serta produksi yang dihasilkan
masing-masing LUT.

Selain itu diperlukan juga penelitian tentang resiliensi

tanah berdasarkan restorasi LQ yang terdegradasi melalui lama pemberaan.

Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan klasifikasi
degradasi tanah yang sudah ada adalah belum menggambarkan besarnya
penurunan kemampuan tanah yang mengalami degradasi terutama terhadap
produksi biomassa.
Permasalahan yang lain adalah klasifikasi degradasi tanah yang sudah ada
selain tidak mampu menunjukkan besarnya penurunan produksi biomassa pada
tanah yang mengalami degradasi, juga belum dapat menunjukkan penurunan
produksi apabila tanah yang terdegradasi digunakan untuk berbagai jenis
penggunaan lahan yang berbeda. Hal ini didasarkan bahwa tipe penggunaan lahan
yang berbeda-beda akan membutuhkan persyaratan (requirement) yang berbeda
pula.
Permasalahan lainnya pada klasifikasi degradasi tanah yang sudah ada
adalah klasifikasi tersebut kurang logis, karena menganggap bahwa tanah tidak
memiliki keragaman dalam sifat-sifatnya.

Hal itu dikarenakan klasifikasi

degradasi tanah masih bersifat umum, dan akan sangat fatal apabila digunakan
untuk mengklasifikasikan jenis tanah yang secara alami memiliki sifat tanah yang
kurang baik. Sebagai contoh adalah Spodosol walaupun tidak terdegradasi namun
karena sifat tanah secara alaminya kurang baik dan lebih rendah dari tolok ukur

6
yang digunakan oleh klasifikasi degradasi tanah yang sudah ada, maka tanah
tersebut masuk dalam tanah terdegradasi.
Terkait dengan resiliensi, maka klasifikasi resiliensi tanah hingga saat ini
secara nasional belum dikenal. Ketiadaan informasi faktor-faktor utama resiliensi
berdampak pada kurang tepatnya upaya penggunaan dan pengelolaan lahan untuk
berbagai peruntukan pertanian dan non pertanian, serta upaya pemulihan tanah
terdegradasi melalui proses alami maupun antropogenik. Diketahuinya faktor
yang memberikan pengaruh resiliensi akan mempercepat dan lebih memberikan
peluang keberhasilan upaya rehabilitasi tanah terdegradasi.

Kerangka Pemikiran
Tanah

yang

mengalami

degradasi

umumnya

digolong-golongkan

berdasarkan penurunan sifat-sifat lahannya (LC), namun penggunaan indikator
LC tersebut tidak mampu menunjukkan sejauh mana degradasi yang terjadi
menimbulkan penurunan produksi barang (komoditas) maupun jasa. Salah satu
upaya agar klasifikasi degradasi tanah mampu menunjukkan besarnya penurunan
produksi maka digunakan kualitas lahan (LQ), karena LQ berhubungan erat
dengan LUT dan dapat digunakan menduga besarnya produksi komoditas lebih
tepat dibandingkan LC.

Menurut

Sys

et

al.

(1991a,b)

keuntungan

penggunaan LQ antara lain: 1) LQ berkaitan langsung terhadap kebutuhan
spesifik penggunaan lahan, 2) LQ dapat menghitung interaksi antara faktor-faktor
lingkungan, 3) jumlah keseluruhan LQ lebih rendah dibandingkan LC. Kondisi
LQ yang mengalami penurunan sangat berpengaruh terhadap penggunaan lahan,
sebab LQ untuk penggunaan yang berbeda akan memiliki kepekaan yang berbeda
terhadap macam dan derajat degradasi yang terjadi.

7
Klasifikasi degradasi tanah hendaknya mampu menunjukkan penurunan
produksi biomassa, jika dibandingkan kemampuan tanah alaminya memproduksi
biomassa pada penggunaan lahan yang sama. Klasifikasi degradasi tanah dapat
menjawab pertanyaan tersebut apabila menggunakan tolok ukur penurunan
produksi melalui penggunaan LQ, dan juga berdasarkan LUT. Dengan demikian
akan diketahui jenis penggunaaan lahan yang berdampak besar dan jenis
penggunaan lahan yang berdampak kecil pada degradasi tanah.
Penggunaan tolok ukur yang umum pada klasifikasi degradasi tanah yang
sudah ada tidak menggambarkan keragaman jenis tanah, maka sebaiknya
digunakan tolok ukur spesifik berdasarkan jenis tanah yang sama dengan jenis
tanah yang akan diklasifikasikan. Tolok ukur setiap jenis tanah didasarkan pada
tanah yang tidak terdegradasi atau belum terdegradasi, maka tolok ukur
didasarkan pada tanah yang diambil di unit lahan hutan dengan asumsi tanah
tersebut belum atau tidak mengalami degradasi. Konsekuensi penggunaan tolok
ukur ini adalah bahwa setiap jenis tanah akan memiliki tolok ukur sendiri-sendiri.
Karena keragaman sifat-sifat tanah disebabkan berbagai aspek

faktor

pembentuk tanah antara lain kondisi iklim, bahan induk, vegetasi, topografi, dan
waktu, maka klasifikasi degradasi tanah secara lateral dibatasi selama ada
kesamaan faktor-faktor pembentukan tanah.
Aspek penting yang perlu diperhatikan adalah perlu digunakannya asas
penggunaan yang lestari atau berkelanjutan, lestari diartikan bahwa tanah dapat
digunakan terus-menerus tanpa mengalami penurunan sifat atau kualitas lahannya,
atau diartikan bahwa penggunaan tanah oleh generasi sekarang untuk mencukupi
kebutuhannya tidak akan mengurangi atau menghambat kepada generasi yang

8
akan datang untuk memenuhi kebutuhannya dari penggunaan tanah.

Dengan

demikian jenis penggunaan tanah yang lestari dan berkelanjutan tidak hanya
memperhatikan keuntungan ekonomi jangka pendek, namun juga