Analisis keanekaragaman 23 genotipe cabai (Capsicum sp.) berdasarkan penampakan fenotipik serta ketahanannya terhadap penyakit antraknosa (Colletotrichum sp.)

ANALISIS KEANEKARAGAMAN 23 GENOTIPE CABAI
(Capsicum sp.) BERDASARKAN PENAMPAKAN
FENOTIPIK SERTA KETAHANANNYA TERHADAP
PENYAKIT ANTRAKNOSA (Colletotrichum sp.)

NENI HARIATI
A34402042

PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007

ANALISIS KEANEKARAGAMAN 23 GENOTIPE CABAI
(Capsicum sp.) BERDASARKAN PENAMPAKAN
FENOTIPIK SERTA KETAHANANNYA TERHADAP
PENYAKIT ANTRAKNOSA (Colletotrichum sp.)

NENI HARIATI
A34402042


Skripsi
Sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007

RINGKASAN

NENI HARIATI. Analisis Keanekaragaman 23 Genotipe Cabai (Capsicum
sp.) Berdasarkan Penampakan Fenotipik serta Ketahanannya

terhadap

Penyakit Antraknosa (Colletotrichum sp.). (Di bimbing oleh MUHAMAD
SYUKUR dan WIDODO).


Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pola pengelompokan dan
keanekaragaman 23 genotipe cabai (Capsicum sp.) berdasarkan penampakan
fenotipik serta ketahanannya terhadap penyakit antraknosa (Colletotrichum sp.)
isolat BRB 17.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Oktober 2006 yang bertempat di
kebun pribadi Cibeureum dengan ketinggian ± 250 m dpl, Laboratorium Klinik
Tanaman Departemen Proteksi Tanaman dan Laboratorium Pemuliaan Tanaman
Departemen Agronomi dan Hortikultura. Tanaman yang digunakan adalah 23
genotipe cabai yaitu IPB C-1, IPB C-2, IPB C-3, IPB C-4, IPB C-5, IPB C-7,
IPB C-8, IPB C-9, IPB C-10, IPB C-14, IPB C-15, IPB C-18, IPB C-19,
IPB C-28, IPB C-31, IPB C-34, IPB C-37, IPB C-64, IPB C-66, IPB C-67,
IPB C-68, IPB C-69 dan IPB C-70. Pengamatan dilakukan terhadap 41 karakter
meliputi karakter kuantitatif dan kualitatif. Keanekaragaman dianalisis dengan
menggunakan metode analisis komponen utama, analisis gerombol dan analisis
biplot. Ketahanan penyakit dianalisis dengan skoring persentase kejadian penyakit
dan analisis ragam diameter serangan pada taraf nyata 5%.
Berdasarkan analisis komponen utama, tiga komponen utama me njelaskan
44.22% dari keragaman total. Komponen I terdiri dari 14 peubah yaitu warna
buku batang, tipe pertumbuhan tanaman, tipe percabangan, bentuk daun, bulu
daun, panjang daun, posisi bunga, bentuk tepi kelopak, panjang buah, lebar buah,

bobot buah, panjang tangkai buah dan tebal daging buah. Komponen II terdiri dari
7 peubah yaitu tinggi batang utama, warna daun, calyx annular constriction,
antocyanin spots or stripes, fruit set, permukaan buah dan leher di pangkal buah.
Komponen

III

hanya

terdiri

dari

satu

peubah

saja

yaitu


warna

batang.Pengelompokan berdasarkan KU I dan KU II terdapat 5 kelompok, KU I

dan KU III terdapat 6 kelompok serta KU II dan KU III terdapat 7 kelompok.
Berdasarkan analisis gerombol maka didapat 5 gerombol dengan tingkat
kemiripan 80%. Gerombol I, II dan III terdiri dari dua genotipe yaitu IPB C-8 dan
IPB C-10 untuk gerombol I, genotipe IPB C-15 dan IPB C-34 untuk gerombol II
dan gerombol III yaitu genotipe IPB C-28 dan IPB C-37. Gerombol IV terdiri dari
16 genotipe yaitu IPB C-3, IPB C-19, IPB C-1, IPB C-66, IPB C-2, IPB C-70,
IPB C-68, IPB C-69, IPB C-9, IPB C-67, IPB C-64, IPB C-14, IPB C-31,
IPB C-7, IPB C-18 dan IPB C-5. Gerombol V hanya terdiri dari satu genotipe
yaitu IPB C-4.
Hasil analisis biplot menjelaskan bahwa gerombol 1 dicirikan dengan jelas
oleh warna buku batang dan bulu daun. Gerombol 3 dicirikan dengan panjang dan
bobot buah. Gerombol 4 dicirikan dengan panjang batang utama. Gerombol 5
dicirikan oleh warna semburat pada mahkota bunga dan warna tangkai sari.
Gerombol 2 tidak dicirikan secara jelas oleh peubah yang diamati.
Dua puluh tiga genotipe yang diuji menunjukkan sifat ketahanan yang

berbeda terhadap penyakit antraknosa yang disebabkan oleh Colletotrichum sp.
isolat BRB 17. Semua genotipe yang diuji tergolong rentan dan sangat rentan
kecuali untuk genotipe IPB C-18, IPB C-66, IPB C-2 dan IPB C-15. Berdasarkan
persentase kejadian penyakit, genotipe IPB C-18 bersifat sangat tahan pada hari
ke 5, tahan pada hari ke 7 dan sangat rentan pada hari ke 12. Genotipe IPB C-66
bersifat tahan pada hari ke 5 dan ke 7 dan bersifat moderat pada hari ke 12.
Genotipe IPB C-2 dan IPB C-15 bersifat tahan pada hari ke 5 serta bersifat
moderat pada hari ke 7 dan ke 12.

LEMBAR PENGESAHAN
Judul

: Analisis Keanekaragaman 23 Genotipe Cabai (Capsicum sp.)
Berdasarkan Penampakan Fenotipik serta Ketahanannya
terhadap Penyakit Antraknosa (Colletotrichum sp.)

Nama

: Neni Hariati


NRP

: A34402042

Program Studi

: Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih

Menyetujui,

Pembimbing I

Pembimbing II

Muhamad Syukur, SP. MSi.

Dr. Ir. Widodo, MS.

NIP : 132 258 034


NIP : 131 476 605

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr.
NIP : 130 422 698

Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung, Jawa Barat pada tanggal 30 Januari 1984.
Penulis merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara dari keluarga Bapak
Lasiman Suropawiro dan Ibu Eka Kartini.
Tahun 1996 Penulis lulus dari SDN Sudimampir I kemudian pada tahun
1999 penulis telah menyelesaikan studi di SLTPN 1 Padalarang. Selanjutnya
penulis lulus dari SMUN 2 Cimahi pada tahun 2002.
Penulis diterima di IPB pada tahun 2002 melalui jalur USMI di Program
Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan

Hortikultura, Fakultas Pertanian. Penulis aktif

berorganisasi di Himpunan

Mahasiswa Agronomi pada tahun 2003-2004 dan bergabung di Paguyuban
Mahasiswa Bandung dari tahun 2002 sampai skripsi ini diselesaikan.

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul
“Analisis Keanekaragaman 23 Genotipe Cabai (Capsicum sp.) Berdasarkan
Penampakan Fenotipik serta Ketahanannya terhadap Penyakit Antraknosa
(Colletotrichum sp.)”. sebagai tugas akhir mahasiswa Strata 1 untuk memperoleh
gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tulus
kepada:
1. Bapak, Ibu, Mama, Teteh, Aa, Rayi dan seluruh keluarga besar Maksudi
atas doa, dorongan dan dukungannya
2. Muhamad Syukur, SP. MSi. dan Dr. Ir. Widodo, MS. selaku pembimbing
skripsi atas bimbingan dan arahan kepada penulis selama skripsi ini

disusun.
3. Dr. Ir. Yudiwanti W.E.K, MSi. selaku dosen penguji yang telah bersedia
memberikan saran dan masukannya.
4. Dr. Ir. Syarifah Iis Aisyah, MSc.Agr sebagai pembimbing akademik atas
bimbingan dan arahan selama penulis melaksanakan studi di IPB.
5. Seluruh dosen PMTTB khususnya dan Dosen AGH atas nasehat dan ilmu
yang bermanfaat.
6. Mbak Eca, Teh Mawi, Fifin dan Endah atas masukan dan sarannya.
7. Mukh. Nasrul Abadi untuk segala doa, perhatian, bantuan, dukungan dan
kasih sayangnya.
8. PF Cantique (Niuyh, Riku, Nana, Andrie, Melinda, Ieka, Chiput, Iera,
Deedee, Nura, Enchi, Devi, Vivi, Ufi dan Sofi) atas keceriaan, semangat
dan kebersamaan.
9. WIC crew (Cici, Emi, Atin, Eev, Endang), Maya, Iis, Anita, Wela, Ng2,
Yayu, dan teman-teman PMTTB untuk keceriaan dan kebersamaannya.
10. Aik, Ayu, Astie atas senyum dan persahabatannya.
11. Semua pihak yang telah membantu selama studi dan penelitian yang tidak
bisa disebut satu-persatu.

Penulis berharap hasil yang didapat dari skripsi ini dapat bermanfaat bagi

yang memerlukan.

Bogor, Januari 2007

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ......................................................................................................i
DAFTAR TABEL ..............................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................iv
PENDAHULUAN ..............................................................................................1
Latar Belakang ..............................................................................................1
Tujuan ............................................................................................................2
Hipotesis .........................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................................3
Botani dan Budidaya Cabai. ...........................................................................3
Antraknosa (Colletotrichum sp.) pada Cabai.................................................4
Pemuliaan Tanaman Cabai.............................................................................7
BAHAN DAN METODE ..................................................................................9

Waktu dan Tempat .......................................................................................9
Bahan dan Alat ..............................................................................................9
Metode Penelitian .........................................................................................9
Pelaksanaan Penelitian .................................................................................10
Percobaan di Lapangan ............................................................................10
Percobaan di Laboratorium ......................................................................11
Pengamatan ....................................................................................................12
Percobaan di Lapangan ............................................................................12
Percobaan di Laboratorium ......................................................................15
Analisis Data ..................................................................................................16
HASIL DAN PEMBAHASAN ..........................................................................18
Kondisi Umum . .............................................................................................18
Karakter Morfolo gi Tanaman. .......................................................................19
Karakter Kuantitatif .................................................................................19
Karakter Kualitatif ...................................................................................20
Hubungan Kekerabatan 23 Genotipe Cabai...................................................25
Analisis Komponen Utama ......................................................................25
Analisis Gerombol ...................................................................................28
Analisis Biplot .........................................................................................30
Ketahanan Terhadap Penyakit Antraknosa ....................................................31
Heritabilitas Sifat Ketahanan Penyakit ..........................................................36
Korelasi Berbagai Karakter terhadap Sifat Kerentanan.................................37
KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................................39
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................41
LAMPIRAN .......................................................................................................44

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman
Teks

1. Kelas Ketahanan Berdasarkan Kejadian Penyakit . ...........................................16
2. Deskripsi Statistika 23 Genotipe Cabai ............................................................19
3. Deskripsi Bulu Batang, Tipe Percabangan, Bulu Daun, Leaf Density,
Mandul Jantan, Pigmen Kelopak Bunga, Calyx Annual Constriction,
Leher Pada Tangkai Buah dan Fruit Blossom End Appendage Pada 23
Genotipe Cabai ................................................................................................. 21
4. Deskripsi Warna Buku Batang, Warna Daun, Warna Mahkota Bunga,
Warna Bercak Mahkota Bunga, Warna Kotak Sari, Warna Tangkai Sari,
Warna Buah Pada Tahap Intermediet dan Warna Buah Matang 23
Genotipe Cabai ..................................................................................................22
5. Deskripsi Bentuk Batang, Bentuk Daun, Bentuk Mahkota Bunga, Bentuk
Buah, Bentuk Pangkal Buah, Fruit Set at Blossom End, Permukaan Buah
dan Kepadatan Buah 23 Genotipe Cabai ..........................................................23
6. Deskripsi Bentuk Tepi Kelopak, Stigma Exertion, Jumlah Bunga per
Axil, Tipe Pertumbuhan dan Warna Bunga 23 Genotipe Cabai ...................... 24
7. Nilai Ketahanan Penyakit dan Diameter Serangan Antraknosa
(Colletotrichum sp.) Isolat BRB 17 pada Hari ke 5 .........................................33
8. Nilai Ketahanan Penyakit dan Diameter Serangan Antraknosa
(Colletotrichum sp.) Isolat BRB 17 pada Hari ke 7 .........................................34
9. Nilai Ketahanan Penyakit dan Diameter Serangan Antraknosa
(Colletotrichum sp.) Isolat BRB 17 pada Hari ke 12 .......................................35
10. Nilai Komponen Ragam dan Heritabilitas Arti Luas pada Genotipe yang
Diuji terhadap Sifat Ketahanan Penyakit ........................................................36
11. Koefisien Korelasi Sifat Kerentana n dengan Peubah Kua litatif dan
Kuantitatif yang Diamati ................................................................................37
Lampiran
1. Nilai Akar Ciri Komponen Utama Berdasarkan Analisis Komponen
Utama 23 Genotipe Cabai ................................................................................45
2. Nilai Vektor Ciri Tiga Komponen Utama 23 Genotipe Cabai ........................46

ANALISIS KEANEKARAGAMAN 23 GENOTIPE CABAI
(Capsicum sp.) BERDASARKAN PENAMPAKAN
FENOTIPIK SERTA KETAHANANNYA TERHADAP
PENYAKIT ANTRAKNOSA (Colletotrichum sp.)

NENI HARIATI
A34402042

PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007

ANALISIS KEANEKARAGAMAN 23 GENOTIPE CABAI
(Capsicum sp.) BERDASARKAN PENAMPAKAN
FENOTIPIK SERTA KETAHANANNYA TERHADAP
PENYAKIT ANTRAKNOSA (Colletotrichum sp.)

NENI HARIATI
A34402042

Skripsi
Sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007

RINGKASAN

NENI HARIATI. Analisis Keanekaragaman 23 Genotipe Cabai (Capsicum
sp.) Berdasarkan Penampakan Fenotipik serta Ketahanannya

terhadap

Penyakit Antraknosa (Colletotrichum sp.). (Di bimbing oleh MUHAMAD
SYUKUR dan WIDODO).

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pola pengelompokan dan
keanekaragaman 23 genotipe cabai (Capsicum sp.) berdasarkan penampakan
fenotipik serta ketahanannya terhadap penyakit antraknosa (Colletotrichum sp.)
isolat BRB 17.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Oktober 2006 yang bertempat di
kebun pribadi Cibeureum dengan ketinggian ± 250 m dpl, Laboratorium Klinik
Tanaman Departemen Proteksi Tanaman dan Laboratorium Pemuliaan Tanaman
Departemen Agronomi dan Hortikultura. Tanaman yang digunakan adalah 23
genotipe cabai yaitu IPB C-1, IPB C-2, IPB C-3, IPB C-4, IPB C-5, IPB C-7,
IPB C-8, IPB C-9, IPB C-10, IPB C-14, IPB C-15, IPB C-18, IPB C-19,
IPB C-28, IPB C-31, IPB C-34, IPB C-37, IPB C-64, IPB C-66, IPB C-67,
IPB C-68, IPB C-69 dan IPB C-70. Pengamatan dilakukan terhadap 41 karakter
meliputi karakter kuantitatif dan kualitatif. Keanekaragaman dianalisis dengan
menggunakan metode analisis komponen utama, analisis gerombol dan analisis
biplot. Ketahanan penyakit dianalisis dengan skoring persentase kejadian penyakit
dan analisis ragam diameter serangan pada taraf nyata 5%.
Berdasarkan analisis komponen utama, tiga komponen utama me njelaskan
44.22% dari keragaman total. Komponen I terdiri dari 14 peubah yaitu warna
buku batang, tipe pertumbuhan tanaman, tipe percabangan, bentuk daun, bulu
daun, panjang daun, posisi bunga, bentuk tepi kelopak, panjang buah, lebar buah,
bobot buah, panjang tangkai buah dan tebal daging buah. Komponen II terdiri dari
7 peubah yaitu tinggi batang utama, warna daun, calyx annular constriction,
antocyanin spots or stripes, fruit set, permukaan buah dan leher di pangkal buah.
Komponen

III

hanya

terdiri

dari

satu

peubah

saja

yaitu

warna

batang.Pengelompokan berdasarkan KU I dan KU II terdapat 5 kelompok, KU I

dan KU III terdapat 6 kelompok serta KU II dan KU III terdapat 7 kelompok.
Berdasarkan analisis gerombol maka didapat 5 gerombol dengan tingkat
kemiripan 80%. Gerombol I, II dan III terdiri dari dua genotipe yaitu IPB C-8 dan
IPB C-10 untuk gerombol I, genotipe IPB C-15 dan IPB C-34 untuk gerombol II
dan gerombol III yaitu genotipe IPB C-28 dan IPB C-37. Gerombol IV terdiri dari
16 genotipe yaitu IPB C-3, IPB C-19, IPB C-1, IPB C-66, IPB C-2, IPB C-70,
IPB C-68, IPB C-69, IPB C-9, IPB C-67, IPB C-64, IPB C-14, IPB C-31,
IPB C-7, IPB C-18 dan IPB C-5. Gerombol V hanya terdiri dari satu genotipe
yaitu IPB C-4.
Hasil analisis biplot menjelaskan bahwa gerombol 1 dicirikan dengan jelas
oleh warna buku batang dan bulu daun. Gerombol 3 dicirikan dengan panjang dan
bobot buah. Gerombol 4 dicirikan dengan panjang batang utama. Gerombol 5
dicirikan oleh warna semburat pada mahkota bunga dan warna tangkai sari.
Gerombol 2 tidak dicirikan secara jelas oleh peubah yang diamati.
Dua puluh tiga genotipe yang diuji menunjukkan sifat ketahanan yang
berbeda terhadap penyakit antraknosa yang disebabkan oleh Colletotrichum sp.
isolat BRB 17. Semua genotipe yang diuji tergolong rentan dan sangat rentan
kecuali untuk genotipe IPB C-18, IPB C-66, IPB C-2 dan IPB C-15. Berdasarkan
persentase kejadian penyakit, genotipe IPB C-18 bersifat sangat tahan pada hari
ke 5, tahan pada hari ke 7 dan sangat rentan pada hari ke 12. Genotipe IPB C-66
bersifat tahan pada hari ke 5 dan ke 7 dan bersifat moderat pada hari ke 12.
Genotipe IPB C-2 dan IPB C-15 bersifat tahan pada hari ke 5 serta bersifat
moderat pada hari ke 7 dan ke 12.

LEMBAR PENGESAHAN
Judul

: Analisis Keanekaragaman 23 Genotipe Cabai (Capsicum sp.)
Berdasarkan Penampakan Fenotipik serta Ketahanannya
terhadap Penyakit Antraknosa (Colletotrichum sp.)

Nama

: Neni Hariati

NRP

: A34402042

Program Studi

: Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih

Menyetujui,

Pembimbing I

Pembimbing II

Muhamad Syukur, SP. MSi.

Dr. Ir. Widodo, MS.

NIP : 132 258 034

NIP : 131 476 605

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr.
NIP : 130 422 698

Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung, Jawa Barat pada tanggal 30 Januari 1984.
Penulis merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara dari keluarga Bapak
Lasiman Suropawiro dan Ibu Eka Kartini.
Tahun 1996 Penulis lulus dari SDN Sudimampir I kemudian pada tahun
1999 penulis telah menyelesaikan studi di SLTPN 1 Padalarang. Selanjutnya
penulis lulus dari SMUN 2 Cimahi pada tahun 2002.
Penulis diterima di IPB pada tahun 2002 melalui jalur USMI di Program
Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian. Penulis aktif

berorganisasi di Himpunan

Mahasiswa Agronomi pada tahun 2003-2004 dan bergabung di Paguyuban
Mahasiswa Bandung dari tahun 2002 sampai skripsi ini diselesaikan.

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul
“Analisis Keanekaragaman 23 Genotipe Cabai (Capsicum sp.) Berdasarkan
Penampakan Fenotipik serta Ketahanannya terhadap Penyakit Antraknosa
(Colletotrichum sp.)”. sebagai tugas akhir mahasiswa Strata 1 untuk memperoleh
gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tulus
kepada:
1. Bapak, Ibu, Mama, Teteh, Aa, Rayi dan seluruh keluarga besar Maksudi
atas doa, dorongan dan dukungannya
2. Muhamad Syukur, SP. MSi. dan Dr. Ir. Widodo, MS. selaku pembimbing
skripsi atas bimbingan dan arahan kepada penulis selama skripsi ini
disusun.
3. Dr. Ir. Yudiwanti W.E.K, MSi. selaku dosen penguji yang telah bersedia
memberikan saran dan masukannya.
4. Dr. Ir. Syarifah Iis Aisyah, MSc.Agr sebagai pembimbing akademik atas
bimbingan dan arahan selama penulis melaksanakan studi di IPB.
5. Seluruh dosen PMTTB khususnya dan Dosen AGH atas nasehat dan ilmu
yang bermanfaat.
6. Mbak Eca, Teh Mawi, Fifin dan Endah atas masukan dan sarannya.
7. Mukh. Nasrul Abadi untuk segala doa, perhatian, bantuan, dukungan dan
kasih sayangnya.
8. PF Cantique (Niuyh, Riku, Nana, Andrie, Melinda, Ieka, Chiput, Iera,
Deedee, Nura, Enchi, Devi, Vivi, Ufi dan Sofi) atas keceriaan, semangat
dan kebersamaan.
9. WIC crew (Cici, Emi, Atin, Eev, Endang), Maya, Iis, Anita, Wela, Ng2,
Yayu, dan teman-teman PMTTB untuk keceriaan dan kebersamaannya.
10. Aik, Ayu, Astie atas senyum dan persahabatannya.
11. Semua pihak yang telah membantu selama studi dan penelitian yang tidak
bisa disebut satu-persatu.

Penulis berharap hasil yang didapat dari skripsi ini dapat bermanfaat bagi
yang memerlukan.

Bogor, Januari 2007

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ......................................................................................................i
DAFTAR TABEL ..............................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................iv
PENDAHULUAN ..............................................................................................1
Latar Belakang ..............................................................................................1
Tujuan ............................................................................................................2
Hipotesis .........................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................................3
Botani dan Budidaya Cabai. ...........................................................................3
Antraknosa (Colletotrichum sp.) pada Cabai.................................................4
Pemuliaan Tanaman Cabai.............................................................................7
BAHAN DAN METODE ..................................................................................9
Waktu dan Tempat .......................................................................................9
Bahan dan Alat ..............................................................................................9
Metode Penelitian .........................................................................................9
Pelaksanaan Penelitian .................................................................................10
Percobaan di Lapangan ............................................................................10
Percobaan di Laboratorium ......................................................................11
Pengamatan ....................................................................................................12
Percobaan di Lapangan ............................................................................12
Percobaan di Laboratorium ......................................................................15
Analisis Data ..................................................................................................16
HASIL DAN PEMBAHASAN ..........................................................................18
Kondisi Umum . .............................................................................................18
Karakter Morfolo gi Tanaman. .......................................................................19
Karakter Kuantitatif .................................................................................19
Karakter Kualitatif ...................................................................................20
Hubungan Kekerabatan 23 Genotipe Cabai...................................................25
Analisis Komponen Utama ......................................................................25
Analisis Gerombol ...................................................................................28
Analisis Biplot .........................................................................................30
Ketahanan Terhadap Penyakit Antraknosa ....................................................31
Heritabilitas Sifat Ketahanan Penyakit ..........................................................36
Korelasi Berbagai Karakter terhadap Sifat Kerentanan.................................37
KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................................39
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................41
LAMPIRAN .......................................................................................................44

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman
Teks

1. Kelas Ketahanan Berdasarkan Kejadian Penyakit . ...........................................16
2. Deskripsi Statistika 23 Genotipe Cabai ............................................................19
3. Deskripsi Bulu Batang, Tipe Percabangan, Bulu Daun, Leaf Density,
Mandul Jantan, Pigmen Kelopak Bunga, Calyx Annual Constriction,
Leher Pada Tangkai Buah dan Fruit Blossom End Appendage Pada 23
Genotipe Cabai ................................................................................................. 21
4. Deskripsi Warna Buku Batang, Warna Daun, Warna Mahkota Bunga,
Warna Bercak Mahkota Bunga, Warna Kotak Sari, Warna Tangkai Sari,
Warna Buah Pada Tahap Intermediet dan Warna Buah Matang 23
Genotipe Cabai ..................................................................................................22
5. Deskripsi Bentuk Batang, Bentuk Daun, Bentuk Mahkota Bunga, Bentuk
Buah, Bentuk Pangkal Buah, Fruit Set at Blossom End, Permukaan Buah
dan Kepadatan Buah 23 Genotipe Cabai ..........................................................23
6. Deskripsi Bentuk Tepi Kelopak, Stigma Exertion, Jumlah Bunga per
Axil, Tipe Pertumbuhan dan Warna Bunga 23 Genotipe Cabai ...................... 24
7. Nilai Ketahanan Penyakit dan Diameter Serangan Antraknosa
(Colletotrichum sp.) Isolat BRB 17 pada Hari ke 5 .........................................33
8. Nilai Ketahanan Penyakit dan Diameter Serangan Antraknosa
(Colletotrichum sp.) Isolat BRB 17 pada Hari ke 7 .........................................34
9. Nilai Ketahanan Penyakit dan Diameter Serangan Antraknosa
(Colletotrichum sp.) Isolat BRB 17 pada Hari ke 12 .......................................35
10. Nilai Komponen Ragam dan Heritabilitas Arti Luas pada Genotipe yang
Diuji terhadap Sifat Ketahanan Penyakit ........................................................36
11. Koefisien Korelasi Sifat Kerentana n dengan Peubah Kua litatif dan
Kuantitatif yang Diamati ................................................................................37
Lampiran
1. Nilai Akar Ciri Komponen Utama Berdasarkan Analisis Komponen
Utama 23 Genotipe Cabai ................................................................................45
2. Nilai Vektor Ciri Tiga Komponen Utama 23 Genotipe Cabai ........................46

3. Metode Aglomeratif Berdasarkan Analisis Gerombol Berdasarkan
Teknik Hierarki 23 Genotipe Cabai ................................................................47
4. Rataan Panjang Batang, Diameter Batang, Panjang Daun dan Lebar
Daun 23 Genotipe Cabai ..................................................................................48
5. Rataan Panjang Buah, Diameter Bua h, Bobot Buah, Panjang Tangkai
Buah dan Tebal Daging Buah 23 Genotipe Cabai ...........................................49
6. Nilai Rataan Peubah Untuk Setiap Gerombol .................................................50
7. Matrix Proximity Berdasarkan Jarak Euclid 23 Genotipe Cabai ...................51
8. Nama dan Asal 23 Genotipe Cabai ..................................................................52
9. Sidik Ragam Karakter Diameter Serangan Pada Hari ke 5 ............................53
10. Sidik Ragam Karakter Diameter Serangan Pada Hari ke 7 ............................53
11. Sidik Ragam Karakter Diameter Serangan Pada Hari ke 12 ..........................53
12. Sidik Ragam Karakter Kejadian Penyakit Pada Hari ke 5...............................53
13. Sidik Ragam Karakter Kejadian Penyakit Pada Hari ke 7...............................53
14. Sidik Ragam Karakter Kejadian Penyakit Pada Hari ke 12.............................53

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halama n
Teks

1. Konidia Beberapa Spesies Colletotrichum. .......................................................4
2. Siklus Penyakit Antraknosa yang Disebabkan Oleh Colletotrichum sp. ...........5
3. Gejala Serangan Antraknosa pada Beberapa Bagian Tanaman.........................6
4. Tipe Pertumbuhan Tanaman ............................................................................12
5. Bentuk Daun ....................................................................................................12
6. Posisi Bunga .....................................................................................................13
7. Bentuk Tepi Kelopak .......................................................................................13
8. Calyx Annular Contriction...............................................................................13
9. Bentuk Buah.....................................................................................................14
10. Bentuk Pangkal Buah.......................................................................................15
11. Leher Di Pangkal Buah....................................................................................15
12. Fruit Blossom End Appendage ........................................................................15
13. Gejala Serangan Trips ......................................................................................18
14. Gejala Serangan Layu Bakteri .........................................................................18
15. Analisis Komponen Utama 23 Genotipe Berdasarkan KU I dan KU II .........26
16. Analisis Komponen Utama 23 Genotipe Berdasarkan KU I dan KU III.........27
17. Analisis Komponen Utama 23 Genotipe Berdasarkan KU II dan KU III .......27
18. Dendrogram Hasil Analisis Gerombol 23 Genotipe Cabai
(Capsicum sp.) .................................................................................................29
19. Hasil Analisis Biplot Gerombol 23 Genotipe Cabai........................................30
20. Konidia Spesies Colletotrichum sp. Isolat BRB 17 .........................................32

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Cabai merupakan salah satu sayuran penting yang identik dengan aroma
dan rasanya yang pedas. Beberapa varietas cabai mempunyai keunikan dalam
bentuk dan warna yang dapat digunakan sebagai tanaman hias. Disamping
kontribusi aroma dan rasanya, cabai merupakan sumber

pro-vitamin A dan

vitamin C. Cabai juga digunakan sebagai obat terutama di Afrika dan penduduk
asli Amerika Latin.
Kebutuhan cabai di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Data statistik menunjukan bahwa kebutuhan cabai dalam negeri pada tahun 2003
sebesar 176.264 ton dan meningkat menjadi 194.588 ton pada tahun 2004 (Badan
Pusat Statistik, 2006). Menurut Ditjen Bina Produksi Hortikultura (2001)
produktivitas cabai merah di Indonesia termasuk rendah, yaitu 4.2 ton/ha.
Nawangsih et al. (2003) menyatakan bahwa salah satu faktor penghalang
keberhasilan budidaya cabai pada umumnya ialah adanya gangguan hama dan
penyakit.
Antraknosa adalah penyakit terpenting yang menyerang cabai di
Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan (Colletotrichum sp.) yang
distimulir oleh kondisi lembab dan suhu relatif tinggi (AVRDC 1988). Penyakit
antraknosa dapat menyebabkan kerusakan sejak dari persemaian sampai tanaman
cabai berbuah, dan merupakan masalah utama pada buah masak, serta berakibat
serius terhadap penurunan hasil dan penyebaran penyakit. Berdasarkan laporan
Balai Penelitian Hortikultura Lembang (1993), kehilangan hasil pada pertanaman
cabai akibat serangan antraknosa dapat mencapai 50-100% pada saat musim
hujan. Pengendalian penyakit yang umum dilakukan petani adalah dengan
aplikasi pestisida. Ashari (1995) menyatakan bahwa penggunaan pestisida yang
berlebihan dapat menimbulkan banyak dampak negatif antara lain meningkatkan
biaya produksi, resistensi patogen terhadap pestisida, residu pestisida dan
kematian musuh alami. Oleh karena itu, penggunaan varietas unggul yang tahan
merupakan salah satu solusi yang aman, murah, ramah lingkungan dan efektif.

Untuk mendapatkan varietas cabai yang unggul dan tahan tersebut
diperlukan serangkaian kegiatan pemuliaan tanaman. Langkah awal yang harus
dilakukan dalam kegiatan pemuliaan tanaman adalah pembentukan populasi dasar
dengan keragaman yang tinggi (Poespodarsono, 1988). Genotipe-genotipe yang
telah dikoleksi kemudian dikarakterisasi dan dilakukan studi keanekaragaman
serta evaluasi hubungan kekerabatan antar genotipe tersebut untuk memudahkan
dalam kegiatan peningkatan keragaman genetik. Menurut Mangoendidjojo (2003)
persilangan antar genotipe yang berkerabat jauh (dalam satu spesies) akan
menghasilkan keragaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan genotipegenotipe yang berkerabat dekat.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pola pengelompokan dan
keanekaragaman 23 genotipe cabai (Capsicum sp.) berdasarkan penampakan
fenotipik serta ketahanannya terhadap penyakit antraknosa (Colletotrichum sp.)
isolat BRB 17.

Hipotesis
Terdapat

genotipe

yang

(Colletotrichum sp.) isolat BRB 17.

tahan

terhadap

penyakit

antraknosa

TINJAUAN PUSTAKA

Botani dan Budidaya Cabai
Cabai (Capsicum sp.) termasuk famili Solanaceae. Genus capsicum ini
terdiri atas sekurang-kurangnya 25 spesies liar dan 5 spesies domestifikasi.
Spesies domestifikasi yang dikenal yaitu C. annuum, C. baccatum, C. chinense,
C. fructescens dan C. pubescens (Bosland dan Votaya, 2000). Menurut Rubatzky
dan Yamaguchi (1997) cabai merupakan tanaman herba dimana sebagian besar
menjadi berkayu pada pangkal batangnya dan beberapa jenis menjadi lir-semak.
Cabai adalah tanaman tahunan tropika yang biasanya ditanam sebagai tanaman
setahun. Pada umumnya tanaman tumbuh tegak, sangat bercabang dan tinggi
0.5-1.5 m. Akar tunggang kuat dan dalam dengan perakaran pada umumnya
berkembang sempurna. Daun yang relatif halus dengan bulu jarang adalah daun
tunggal dan tipis, dengan ukuran yang bervariasi, dengan helaian daun lanset dan
bulat telur lebar.
Bunga dan buah umumnya bersifat tunggal pada setiap buku. Warna
mahkota bervariasi dari putih hingga putih kehijauan dan putih keunguan hingga
ungu. Warna kepala sari adalah biru, ungu dan kuning sedangkan warna biji
kuning muda, coklat atau hitam. Bunga tunggal atau soliter berwarna putih
tumbuh pada percabangan di bawah ketiak daun serta merupakan bunga sempurna
(hermaprodite), dan merupakan tanaman menyerbuk sendiri walau demikian cabai
memiliki persentase penyerbukan silang di lapang berkisar 7.6 – 36.8% dengan
rata-rata 16.5% (Greenleaf, 1986). Persilangan sering terjadi pada bunga yang
memiliki tangkai putik yang panjang dan kepala putik lebih tinggi daripada
benang sari.
Cabai dapat ditanam mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi,
daerah tropik maupun subtropik. Menurut Sumarni (1996), suhu yang umum
untuk pertumbuhan dan pembungaan tanaman cabai adalah 21-27ºC. Suhu untuk
pembentukan buah maksimum berada pada kisaran 15.5-21ºC. Suhu yang tinggi
di siang hari (23ºC) menyebabkan tanaman layu dan bunga gugur, selain itu
viabilitas serbuk sari akan berkurang pada suhu di atas 30ºC (Poulos, 1994). Suhu
yang tinggi juga akan merangsang perkembangbiakan hama seperti ulat, trips dan

aphids. Selain itu cabai memerlukan kelembaban relatif 80% dan sirkulasi udara
yang lancar untuk pertumbuhannya (Prajnanta, 2002). Menurut sumarni (1996)
curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai sekitar 600-1250 mm
per tahun.
Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1997) tanah yang cocok untuk
pertanaman cabai adalah tanah yang berdrainase baik, karena tanaman sangat
peka terhadap genangan. Tanaman yang tergenang cenderung mengalami
kerontokan daun dan terserang penyakit akar. Cabai tanggap terhadap
pemupukan. Pupuk nitrogen tambahan diberikan sebelum tanam dan diberikan
lagi sebelum pembungaan pertama. Keasaman (pH) tanah yang paling sesuai
berkisar antara 6.5 dan 7.0.

Antraknosa (Colletotrichum sp.) pada Cabai
Terdapat lima patogen yang menyebabkan penyakit antraknosa, yaitu
Colletotrichum piperatum, C. capsici (Syd and Bisb), C. gloeosporioides (Penz)
Sacc., C. acutatum Simm dan C. coccodes (Wailr.) Huges (Chupp dan Sherf,
1960). Menurut Agrios (1997) cendawan ini termasuk ke dalam divisi
Amastigomycotina, sub divisi Deuteromycotyna, Kelas Coelomycetes, ordo
Melanconiales, famili Melanconiaceae dan genus Colletotrichum. Bentuk konidia
dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1.

Konidia Beberapa Spesies Colletotrichum. A. Konidia
C. gloeosporioides; B & C. Konidia C. acutatum; D. Konidia C.
capsici (Sumber: AVRDC, 2003)

Patogen ini menyerang buah cabai baik yang masih hijau maupun yang
telah masak, kadang-kadang juga dapat menginfeksi batang dan daun tanaman.
Penyakit antraknosa menimbulkan gejala busuk buah yang dicirikan oleh adanya
bercak coklat kehitaman pada permukaan buah, yang selanjutnya meluas menjadi
busuk lunak, pada bagian tengah bercak terdapat kumpulan titik-titik hitam yang
terdiri dari sekelompok seta dan konidium jamur. Pada serangan yang berat dapat
menyebabkan buah mengering dan keriput sehingga buah yang seharusnya
berwarna merah menjadi seperti jerami (Semangun, 2000). Cendawan tersebut
bereproduksi dengan membentuk massa konidia dalam aservulus (Gambar 2).

Gambar 2. Siklus Penyakit Antraknosa yang Disebabkan Oleh Colletotrichum sp.
(Modifikasi Agrios, 1997)
Serangan yang terjadi pada biji akan menyebabkan kegagalan biji untuk
berkecambah, pada kecambah dapat menimbulkan rebah kecambah (damping off)
serta pada tanaman dewasa dapat menimbulkan mati pucuk dan infeksi lebih

lanjut dapat menyebabkan busuk kering pada batang (Suryaningsih et al., 1996).
Gejala serangan antraknosa pada buah, daun dan batang dapat dilihat pada
Gambar 3.

1

2

3

4

Gambar 3. Gejala Serangan Antraknosa pada Beberapa Bagian Tanaman.1. Daun;
2. Buah Matang; 3. Buah Hijau; 4. Batang
Suryaningsih et al. (1996)
antraknosa dapat bertahan baik pada

menyatakan bahwa cendawan penyebab
biji, sisa-sisa tanaman yang terinfeksi

maupun pada inang lain. Di pertanaman, konidia dapat disebarkan oleh angin, air
hujan atau terbawa pada alat pertanian. Spora akan cepat berkecambah apabila
menemukan inang dan gejala serangan akan tampak lima hari setelah terjadinya
infeksi. Kelembaban relatif udara 95% yaitu pada saat cuaca berkabut dan
berembun dengan suhu udara rata-rata 32ºC akan sangat membantu inisiasi infeksi
dan perkembangan penyakit selanjutnya. Cendawan ini menyerang buah cabai
baik yang masih hijau maupun yang telah masak. Suhu, kelembaban relatif, dan
curah hujan yang tinggi pada saat terjadinya proses pemasakan buah akan
memacu infeksi dan sering menyebabkan epidemik yang merusak (Agrios, 1997).
Menurut

Semangun

(2000)

ketahanan

terhadap

penyakit

dapat

dikelompokkan ke dalam ketahanan struktural dan fungsional. Ketahanan
struktural adalah ketahanan terhadap penyakit yang disebabkan oleh struktur
tanaman itu sendiri yang menyebabkan patogen tidak menyukai atau tidak
mampu menyerang tanaman tersebut seperti tebal dan kerasnya lapisan epidermis,
adanya lignin pada dinding sel, adanya duri-duri halus pada permukaan organ

vegetatif atau adanya lapisan lilin pada permukaan buah. Ketahanan fungsional
adalah ketahanan terhadap penyakit yang disebabkan oleh adanya reaksi biokimia
tanaman sehingga perkembangan patogen dapat terhambat. Tanaman inang
mempunyai sistem fungsional yang memproduksi senyawa antimikrobal
fitoalexin (capsaicin) yang bersifat racun dan dapat menghambat perkembangan
patogen. Mekanisme ketahanan tanaman cabai diduga berasal dari adanya reaksi
hipersensitif, detoksifikasi patogen, ketahanan secara terus menerus dari substansi
pertumbuhan serta enzim dan toleransi tanaman (Agrios, 1997).
Ketahanan cabai terhadap penyakit antraknosa bersifat kuantitatif dan
dikendalikan secara poligenik, serta diketahui sekurang-kurangnya dikendalikan
oleh tujuh gen (Sanjaya, Herison, dan Suryotomo, 2001). Faktor lingkungan
sangat berperan terhadap tingkat ketahanan tanaman di lapang karena sifat
ketahanan ini bersifat poligenik. Selain itu seleksi secara konvensional
memerlukan populasi yang sangat besar.

Pemuliaan Tanaman Cabai
Pemuliaan tanaman merupakan usaha untuk memperbaiki bentuk dan sifat
tanaman yang lebih cepat dibandingkan dengan perbaikan melalui seleksi di alam.
Menurut Poehlman (1979) pemuliaan tanaman dapat diartikan sebagai seni dan
ilmu dalam mengubah dan meningkatkan sifat mewaris pada tanaman. Tahapan
awal dalam pemuliaan tanaman adalah evaluasi plasma nutfah yang ditujukan
pada perbaikan kualitas dan daya hasil dengan mengkoleksi keragaman dari
tanaman itu sendiri.
Pemuliaan cabai diarahkan dalam pembentukan hasil produksi yang tinggi
juga banyak ditujukan agar tahan terhadap penyakit seperti antraknosa
(Colletotrichum sp.), potato mosaic virus (PMV), cucumber mosaic virus (CMV)
dan lain- lain. Menurut Allard (1960) dasar dari pembentukan varietas yang tahan
penyakit adalah pengetahuan tentang kemampuan patogen organisme parasitnya
dan perbedaan spesies yang tahan pada infeksi penyakit. Intensitas suatu penyakit
merupakan hasil interaksi dari virulensi patogen dengan derajat kerentanan
tumbuhan inang yang ditentukan oleh banyak faktor yang mengadakan interaksi
(Semangun, 2000). Dalam mencari ketahanan cabai terhadap antraknosa bisa

dilakukan dengan evaluasi berbagai plasma nutfah cabai dan seleksi genotipe
yang memiliki gen ketahanan terhadap penyakit antraknosa.
Persilangan merupakan salah satu kegiatan pemuliaan tanaman dimana
persilangan dua atau lebih tetua yang berbeda genotipenya diharapkan
menghasilkan

kombinasi genetik yang diinginkan. Poespodarsono (1988)

menyatakan bahwa untuk mencapai keberhasilan dalam melakukan persilangan
maka perlu adanya pemilihan tetua sesuai dengan sifat yang akan dimuliakan.
Tetua yang digunakan dapat berasal dari varietas lokal, varietas introduksi
maupun varietas hasil pemuliaan sebelumnya.
Evaluasi hubungan kekerabatan antar genotipe perlu dilakukan untuk
mempermudah melakukan persilangan antar genotipe. Evaluasi tersebut dapat
dilakukan melalui studi keragaman tanaman yang akan dimuliakan. Studi
keragaman berguna untuk megelompokkan genotipe-genotipe cabai.

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Oktober 2006.
Bertempat di kebun pribadi Cibeureum dengan ketinggian ± 250 m dpl,
Laboratorium Klinik Tanaman Departemen Proteksi Tanaman dan Laboratorium
Pemuliaan Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura.

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah 23 genotipe cabai
(IPB C-1, IPB C-2, IPB C-3, IPB C-4, IPB C-5, IPB C-7, IPB C-8, IPB C-9, IPB
IPB C-10, IPB C-14, IPB C-15, IPB C-18, IPB C-19, IPB C-28, IPB C-31, IPB
IPB C-34, IPB C-37, IPB C-64, IPB C-66, IPB C-67, IPB C-68, IPB C-69 dan
IPB C-70) dengan keterangan genotipe pada Lampiran 8, sarana produksi untuk
budidaya cabai, inokulum dari biakan murni cendawan Colletrotichum sp. (isolat
BRB 17), PDA (Potato Dextrose Agar), alkohol, air steril dan tissue.
Alat yang digunakan adalah alat budidaya cabai pada umumnya, meteran,
jangka sorong, laminar air flow, gelas L, gelas kimia, haemocytometer, jarum
suntik (syringe) ukuran 22, kain saring, mikroskop elektrik, timbangan elektrik
OHAUS dan bak plastik.

Metode Penelitian
1. Analisis Keanekaragaman 23 genotipe cabai
Percobaan ini menggunakan data kualitatif dan kuantitatif. Peubah
kualitatif dideskripsikan dengan skoring dan peubah kuantitatif dengan
menghitung rata-rata dari setiap peubah.
2. Evaluasi ketahanan terhadap penyakit antraknosa
Percobaan ini dilakukan di laboratorium dengan menggunakan metode
Rancangan Kelompok Lengkap Teracak faktor tunggal yaitu 23 genotipe cabai
terdiri dari 3 ulangan. Rancangan ini dapat ditulis dengan model matematika
sebagai berikut:

Yij = µ + a i + ßj + eij
Keterangan:
i

= 1,2,3; j = 1,2,3,…,23.

Yij

= Nilai pengamatan pengaruh faktor ulangan ke- i, genotipe ke-j.

µ

= Rataan umum.

ai

= Nilai tambah pengaruh faktor ulangan ke- i.

ßj

= Nilai tambah faktor genotipe ke-j.

eijk

= Galat percobaan.
Buah yang diuji adalah buah dari 23 genotipe hasil panen di lapangan
masing- masing sebanyak 3 ulangan, dimana setiap ulangan terdiri dari ± 20
buah cabai yang masih hijau dan telah mencapai ukuran maksimum.

Pelaksanaan Penelitian
Percobaan di Lapangan
Persemaian dan Penanaman
Sebelum dilakukan persemaian, benih direndam dengan air hangat selama
± 24 jam kemudian dikecambahkan pada tissue lembab dalam plastik dan
diinkubasi pada suhu 30 ºC. Setelah berkecambah (± 14 hari) kemudian ditanam
pada media steril sampai bibit memiliki 4 helai daun sempurna (± 4 minggu) lalu
ditanam di lapang.
Setelah lahan disiapkan sesuai rancangan penelitian, satu minggu sebelum
penanaman dibuat lubang tanam dengan jarak 50 cm x 50 cm dengan kedalaman
± 30 cm dan jarak antar bedeng 50 cm. Bedengan kemudian ditutup dengan mulsa
plastik hitam perak dan dibuat lubang yang disesuaikan dengan jarak tanam.
Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk kandang dosis 40 ton/ha.
Bibit ditanam pada lubang tanam yang telah diberi furadan 3G untuk
mencegah lalat bibit dan hama tanah lainnya kemudian diberi ajir bambu untuk
mencegah tanaman rebah.
Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan meliputi pemupukan, penyiraman,
pewiwilan,

penyiangan

serta

pengendalian

ha ma

dan

penyakit.

Pemupukan menggunakan pupuk NPK dengan konsentrasi 10 g/L dan

gandasil D 2 g/L dilakukan seminggu sekali. Pupuk diaplikasikan dalam bentuk
cair dengan dosis 250 ml per tanaman. Pewiwilan cabang air bertujuan untuk
mengatur pertumbuhan dan distribusi fotosintat sehingga pertumbuhan generatif
tidak terhambat. Penyiangan gulma dilakukan seminggu sekali disekitar tanaman
dan antar bedeng. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan seminggu sekali
menggunakan insektisida Curacron (2 cc/L) dan fungisida Dithane M-45, Benlate
dan Antracol (2 g/L).

Percobaan di Laboratorium
Pra inokulasi
Pembuatan isolat dilakukan dengan menyiapkan potongan dari konidia
(biakan murni) kemudian dibiakan pada media PDA dalam cawan petri kemudian
disimpan pada suhu 28 ºC dengan intensitas cahaya 12 jam/hari selama 5-7 hari.
Konidia dipanen dengan memasukkan air sebanyak 20 ml ke dalam cawan
kemudian permukaan isolat digosok perlahan dengan menggunakan gelas L.
Suspensi konidia tersebut kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring
dan dihitung kerapatannya dengan menggunakan haemocytometer dan mikroskop
elektrik. Suspensi tersebut kemudian diencerkan sampai 5x105 /ml.
Buah cabai yang akan digunakan untuk diinokulasi adalah cabai yang
sehat kemudian dicuci terlebih dahulu dan dikeringkan.
Inokulasi
Metode inokulasi yang digunakan adalah metode suntik. Inokulasi
dilakukan dengan menyuntikkan inokulum cendawan Colletrotichum sp. berupa
suspensi konidia ke permukaan buah cabai. Buah cabai yang telah diinokulasi
disimpan di atas anyaman kawat di dalam bak plastik yang sebelumnya sudah
disterilisasi dan dialasi dengan tissue basah kemudian dibungkus dengan plastik
untuk menjaga kelembaban dalam bak plastik kemudian ditutup dengan plastik
hitam dan diinkubasi pada suhu ruang.

Pengamatan
Percobaan di Lapangan
Peubah yang diamati merujuk pada IPGRI Chili Descriptor, meliputi:
1. A2 = Warna batang diamati pada bibit sebelum ditransplanring,
2. A3

= Warna buku batang, diamati setelah panen pertama,

3. A4 = Bentuk batang diamati setelah panen pertama,
4. A5 = Bulu batang, diamati setelah panen pertama
5. A7

= Tipe pertumbuhan tanaman, diamati pada waktu 50% tanaman
berbuah,

Menyebar

Tegak
Agak tegak

Gambar 4. Tipe Pertumbuhan Tanaman

6. A9

= Tinggi batang utama (cm), diukur setelah panen pertama,

7. A10 = Diameter batang (cm), diukur di tengah batang utama setelah
panen pertama,
8. A11 = Tipe percabangan,
9. A13 = Leaf density, diamati setelah panen pertama,
10. A14 = Warna daun,
11. A15 = Bentuk daun,
deltoid

ovate

lanceolate

Gambar 5. Bentuk Daun

12. A17 = Bulu daun,
13. A18 = Panjang daun, diamati pada daun dewasa,
14. A19 = Lebar daun, diamati pada daun dewasa,
15. B2 = Jumlah bunga per axil
16. B3

= Posisi bunga, diamati pada saat anthesis,

Tidak tegak

Semi tegak

Tegak

Gambar 6. Posisi Bunga
17. B4

= Warna mahkota bunga,

18. B5 = Warna semburat pada mahkota bunga,
19. B6

= Bentuk mahkota bunga,

20. B8

= Warna kotak sari, diamati setelah bunga mekar tapi belum
terjadi anthesis,

21. B10 = Warna tangkai sari, diamati setelah anthesis,
22. B12 = Stigma exsertion,
23. B13 = Mandul jantan,
24. B14 = Pigmen kelopak bunga,
25. B15 = Bentuk tepi kelopak,

Rata

Agak bergerigi

bergerigi

Gambar 7. Bentuk Tepi Kelopak

26. B16 = Calyx annular constriction,

0

1

Gambar 8. Calyx Annular Constriction

27. C2

= Antocyanin spots or stripes,

28. C3

= Warna buah tahap intermediet,

29. C4

= Fruit set, diamati sebelum panen,

30. C6

= Warna buah matang

31. C7 = Bentuk buah,

elongate

Almost round

triangular

campanulate

blocky

Gambar 9. Bentuk Buah

32. C8

= Panjang buah (cm), rataan dari 2 ulangan masing- masing 10
buah masak,

33. C9

= Lebar buah (cm), diukur dari bagian pangkal, tengah dan ujung
terdiri dari 2 ulangan masing- masing 10 buah masak,

34. C10 = Bobot buah (g), rataan dari 2 ulangan masing- masing 10 buah
masak,
35. C11 = Panjang tangkai buah (cm), rataan dari 2 ulangan masingmasin

Dokumen yang terkait

Skrining Ketahanan Genotipa Cabai (Capsicum sp.) Terhadap Penyakit Antraknosa (Colletotrichum gloeosporfoides Penz.)

0 16 54

Uji Ketahanan Berbagai Genotipa Cabai (Capsicum Sp.) Terhadap Penyakit Antraknosa( Colletotricum Gloeosporioides Penz.).

0 17 53

Keragaman 13 genotipe cabai (Capsicum sp.) dan jetahanannya terhadap penyakit antraknosa yang disebabkan oleh Colletotrichum gloeosporioides

0 10 52

Evaluasi Ketahanan terhadap Antraknosa (Colletotrichum sp.) serta Beberapa Karakter Kuantitatif dan Kualitatif pada Cabai (Capsicum annuum L.) Silang Dialel Penuh (Full Dialled).

0 9 159

Keragaan beberapa genotipe cabai (Capsicum annuum L.) dan ketahanannya terhadap antraknosa, hawar Phytophthora, dan layu bakteri serta parameter genetiknya

0 3 250

Keragaman 28 Genotipe Cabai (Capsicum annuum L.) dari Berbagai Grup dan Ketahanannya Terhadap Isolat Colletotrichum sp. Penyebab Penyakit Antraknosa

0 14 28

Beberapa Genotipe Cabai dan Ketahanannya terhadap Penyakit Antraknosa yang Disebabkan oleh Colletotrichum acutatum.

1 11 69

Pemanfaatan sumber daya genetik lokal dalam perakitan varietas Unggul cabai (capsicum annuum) tahan terhadap penyakit antraknosa Yang disebabkan oleh colletotrichum sp

0 3 7

PENGUJIAN PRIMER SPESIFIK UNTUK DETEKSI BERBASIS PCR SPESIES Colletotrichum sp., PATOGEN PENYEBAB PENYAKIT ANTRAKNOSA PADA PERTANAMAN CABAI (Capsicum sp.).

0 0 6

UJI AKURASI PRIMER SPESIFIK Colletotrichum sp. PENYEBAB ANTRAKNOSA PADA TANAMAN CABAI (Capsicum sp.).

0 4 6