Menanamkan Emosi Positif Anak Melalui Gaya Pengasuhan Authoritative

A.20

MENANAMKAN EMOSI POSITIF ANAK
MELALUI GAYA PENGASUHAN AUTHORITATIVE
Rifa Hidayah
Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
[email protected]

Abstraksi. Emosi positif sangat dibutuhkan anak. Anak yang memiliki emosi positif akan
lebih mudah beradaptasi dengan orang lain dan mampu menyelesaikan berbagai masalah.
Salah satu peran orangtua dalam mengembangkan emosi positif anak adalah melalui
pengasuhan authoritative. Sebab dengan gaya pengasuhan authoritative orangtua
menerapkan pola asuh secara demokratis dengan memberi kebebasan pada anak untuk
bertindak namun tetap berdasarkan aturan, pengawasan yang luwes dengan tuntutan, serta
adanya komunikasi. Orangtua dapat mengembangkan beberapa cara dalam pengasuhan
authoritative. Pertama menciptakan lingkungan yang kondusif dengan mengutamakan
mendidik anak secara kasih sayang. Kedua menumbuhkan rasa aman dan nyaman pada anak.
Ketiga menciptakan hubungan emosional yang positif antara anak dan orangtua. Keempat
menciptakan kepuasan pada anak melalui wawasan, pengalaman dan contoh penanaman
karakter melalui pendidikan dan sosialisasi. Kelima orangtua memberikan rasa aman melalui
kehangatan, pemberian perhatian, pengertian dan kasih sayang orangtuanya, dan keenam

mengembangkan keteladanan melalui nilai-nilai afeksi dan emosi positif. Orangtua yang
menerapkan gaya authoritative cenderung menunjukkan sikap fleksibel, responsif dalam
merawat anak. Dengan demikian pola asuh authoritative menjadikan anak memiliki emosi
positif, sikap mandiri, percaya diri, imajinatif, mudah beradaptasi, motivasi tinggi untuk
berprestasi.
Kata kunci: anak, emosi positif, gaya pengasuhan authoritative.

mengatasi

Anak adalah harapan orangtua. Setiap

kesulitan

dan

memecahkan

menjadi

masalah (Feinberg, 2005). Dengan berbekal


pribadi yang sehat, termasuk memiliki

perkembangan emosi yang positif maka

emosi

kelak anak akan

orangtua

mendambakan

positif.

Emosi

anak

positif


dapat

menghadapi

ditanamkan sejak masa anak. Menanamkan

berbagai

emosi positif melalui cara yang benar sangat

tanggung jawab terhadap masa depan untuk

penting sebagaimana realita yang ada bahwa

keluarga dan pekerjaan, tampil lebih dewasa

salah satu kesuksesan individu ditandai

dan bersikap lebih matang, serta lebih


dengan berkembangnya kematangan emosi

mampu memecahkan masalah karena lebih

yang positif. Kematangan emosi ditandai

matang emosi.

dengan

kemampuan

seseorang

dalam

225

tantangan,


mampu

mandiri,

memiliki

226 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013

Emosi positif merupakan berbagai

media masa maupun televisi, contoh “Di

perasaan menyenangkan yang dirasakan

Bekasi seorang bocah berumur 7 tahun, tega

seseorang dan merefleksikan suasana hati

menenggelamkan


yang positif dan ditandai dengan kesuksesan

sebuah kolam, dengan dalih karena korban

dalam mencapai tujuan misalnya bahagia,

memiliki hutang seribu rupiah” (Metro pos,

bangga, cinta, dan perasaan bebas (Krietner

2013). Kasus pembunuhan di Jakarta-yaitu

dan Kinichi, 2003; Tellegen dkk. dalam

pembunuhan berencana yang dilakukan oleh

Watson & Clark, 1992). Dengan emosi

anak SD berusia 13 tahun, karena terpergok


positif individu mampu mengarahkan dan

saat mencuri sebuah ponsel milik temannya

mengendalikan emosi negatif yang akan

(Surabaya pos, 2012).

temannya

sendiri

di

sangat bermanfaat bagi diri sendiri maupun

Menyadari adanya fenomena tersebut

orang lain, di mana anak yang memiliki


maka orangtua memiliki peran penting

emosi

sebagai model anak dalam berperilaku,

positif

ditandai

oleh

adanya

kemampuan di dalam mengontrol emosi,

memiliki

kewajiban menerapkan emosi


mampu menampakkan emosi di tempat dan

positif pada anak. Apalagi akibat emosi

waktu yang tepat.

anak yang negatif anak mengalami frustrasi

Sayangnya perkembangan emosi anak

yang hebat, dan ini nyata dialami anak.

seringkali kurang mendapat perhatian dari

Anak bisa mengalami frustrasi misalnya jika

orangtua. Orangtua lebih memprioritaskan

keinginannya tidak dipenuhi oleh orangtua,


peningkatan

contoh

prestasi

akademis

semata

anak

menginginkan

mainan,

kurang banyak belajar

sedangkan orangtua tidak memenuhinya.


melalui sosialasi dan interaksi untuk melihat

Selain itu anak bisa memiliki emosi negatif

contoh penerapan emosi positif

karena proses meniru yaitu melihat tindakan

sehingga

anak

anak.

Padahal fenomenanya meskipun pada usia

kekerasan

anak, namun anak juga bisa mengalami

keluarga, hal ini sangatlah berbahaya pada

berbagai permasalahan emosi, misalnya

anak.

merasa frustrasi, tertekan perasaan dan

terutama

Perkembangan

dalam

emosi

lingkungan

yang tidak

memiliki konflik internal maupun eksternal

optimal akan menyebabkan anak berperilaku

pada diri anak, di mana anak sering

negatif. Padahal anak dengan emosi positif

menampilkan emosi negatif yang tidak

akan lebih mudah mencapai kematangan

disadari oleh orangtua, misalnya anak

yang akan menguntungkan bagi individu.

merasa frustrasi, mengalami kecemasan

Kematangan

emosi

bahkan berbuat agresif. Misalnya berbagai

kemampuan

individu

kasus yang sering terjadi di antara anak-

perasaan dengan berani dan melalui proses

anak yang sebagian telah dimuat dalam

pertimbangan-pertimbangan perasaan dan

merujuk

pada

mengekspresikan

Menanamkan Emosi Positif Anak Melalui Gaya Pengasuhan Authoritative | 227
Hidayah, R. [hal.225-236]

keyakinan yang tinggi (Covey, 2005). Selain

dan

itu

oleh

penanaman emosi positif amat penting

pemunculan

diberikan melalui pengasuhan orangtua.

perilaku emosi yang tepat sesuai dengan

Pola asuh yang tepat untuk menanamkan

usia dewasa daripada bertingkah laku seperti

emosi positif adalah pola asuh authoritative

anak-anak

/demokratis. Gaya pengasuhan authoritatif

kematangan

perkembangan

emosi

emosi

ditandai

dan

(Wolman,1973).

Bila

anak

masyarakat.

Karena

parenting

itu

styles)

maka

ditanamkan emosi positif sejak kecil kelak

(authoritative

di usia dewasa akan lebih siap menghadapi

untuk menanamkan emosi positif pada anak,

berbagai tantangan karena individu lebih

karena

matang secara emosi, sehingga individu

menguntungkan bagi tumbuh kembang anak

dapat mengontrol dirinya sendiri terutama

(Moshman dkk, 1987). Sebagaimana hasil

dalam berhubungan dengan orang lain

penelitian Astuti (2005) bahwa persepsi

(Birren & Sloane, 1980).

anak

Anak perlu mengembangkan berbagai
ketrampilan yang diperlukan dalam menjalin

akan

memiliki

terhadap

/demokratis

dampak paling

authoritative

sikap

memiliki

dipakai

hubungan

positif

dengan kematangan emosi anak.

hubungan dengan orang lain (Chapman dan

Cara

orangtua

mengasuh

dan

keluarga

akan

Campbell, 2000), misalnya saja anak usia

mendidik

sekolah dasar (6-12 tahun) salah satu tugas

mempengaruhi perilaku anak. Jika orangtua

perkembangan adalah anak mampu interaksi

memperlakukan anak dengan bekal emosi

dengan teman sebaya dan membentuk sikap

positif dan selalu memberikan perhatian

positif

Dengan

yang baik pada anak maka perkembangan

memiliki hubungan sosial yang baik perlu

emosi anak juga akan bagus. Sebaliknya jika

ditonjolkan kematangan emosi sehingga

anak selalu menerima kekurangan perhatian,

anak mudah bersahabat. Pada masa anak

maka yang terjadi anak akan memiliki emosi

penting untuk meletakkan dasar nilai- nilai

yang negatif. Pola asuh orangtua yang

positif termasuk emosinya sebagai bekal

authoritative akan mencegah munculnya

untuk kehidupan anak, karena itu kualitas

emosi negatif anak seperti rasa frustasi anak.

pemberian

Orangtua

terhadap

stimuli

kelompok.

lingkungan

harus

diberikan sebaik-baiknya (Gunarsa, 2001).
Pemerolehan

emosi

positif

anak

anak

dalam

harusnya

mengusahakan

perkembangan emosi positif yang terbaik
untuk

anak.

Orangtua

hendaknya

dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain

memberikan contoh yang baik pada anak,

Emosi positif anak sangat dipengaruhi pola

karena

asuh yang diterapkan orangtua. Kegiatan

seharunya memberikan dan menanamkan

pengasuhan meliputi cara memperlakukan

nilai-nilai positif pada anak yang menjadi

anak, membimbing anak, melindungi anak

fondasi perkembangan masa depan anak

keluarga

sebagai

pembimbing,

228 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013

dikemudian hari. Anak yang diasuh dengan

emosi, sebagai representasi mental (Barrett,

perawatan, penghargaan dan pemberian

Mesquita, Ochsner dan Gross, 2007).

nilai-nilai
melalui

positif
pola

termasuk

emosinya

autoritatif

asuh

Emosi terbagi atas emosi negatif dan

akan

emosi positif (Batson dalam Clark, 1992:

mempunyai harga diri tinggi, dan lebih

Krietner dan Kinichi, 2003; Tellegen dkk.

menghargai

dalam Watson & Clark, 1992). Emosi

orang

lain,

begitu

pula

kemampuan sosialnya baik, sehingga tidak

posisif

banyak

gangguan

keadaan suasana hati yang positif dipicu

perilaku emosi negatif. Sebaliknya orangtua

oleh adanya kesuksesan dalam mencapai

yang sangat ketat dan kaku dengan pola

tujuan,

asuh otoriter, maka anak akan cenderung

bersemangat,

memiliki kontrol diri yang kurang (Feldman

kenyamanan dan biasanya berisi hal-hal

dan Wenzel, dalam Kail dan Nelson, 1993)

positif

dan akan membuat anak lebih depresif

bahagia, bangga, cinta, dan perasaan bebas.

(Baumrind, 1991)

Sedangkan emosi negatif dipicu oleh adanya

mengalami

masalah

secara

subtansial

ditandai

dengan berbagai rasa

penuh

serta

merefleksikan

konsentrasi,

menyenangkan

dan

misalnya

Mengingat urgennya orangtua (ayah

suatu kegagalan dan keputusasaan dalam

dan ibu) dalam sebuah keluarga yang

mencapai tujuan atau beberapa kondisi

menjadi

emosi

lingkungan

sosial

pertama,

negatif

tertentu

sekaligus tempat menanamkan berbagai

menyenangkan

nilai positif pada anak terutama emosi

takut/cemas,

positif, maka topik pembahasan kali ini akan

cemburu dan benci.

difokuskan pada penanaman emosi positif

Emosi

melalui penerapan pola asuh authoritative

mengarahkan,

yang sesuai dan terbaik untuk anak

(Atkinson,

yang

tidak

misalnya
malu/rasa

bersalah,

dapat
dan
dkk,

marah,
sedih,

mengaktifkan,

menyertai
1996),

perilaku
begitupula

penanaman emosi negatif dan positif akan
mempengaruhi perilaku anak. Ketika anak

Emosi Positif pada Anak
Emosi merupakan perasaan yang

banyak diajarkan emosi negatif maka anak

dan

akan sering melihat kegagalan dan banyak

pengalaman sadar yang diikuti oleh perilaku

menimbulkan tekanan yang memicu stress

(Halonen dan Santrock,1999), sekaligus

pada anak, dan anak nantinya akan sering

dipertimbangkan sebagai salah satu faktor

merasa

yang melatarbelakangi tindakan seseorang

diajarkan emosi positif, ditananamkan rasa

(Kupers,

bahagia, rasa cinta sesama, bangga akan

melibatkan

respon

2001)

fisiologis

dan

bersifat

subjektif

(Strongman,

2003)

yang secara

diwujudkan

dalam

bentuk

sadar

pengalaman

dirinya

tertolak.

dan

di

Sebaliknya

berikan

jika

anak

kesempatan

berekspresi maka anak akan merasakan

Menanamkan Emosi Positif Anak Melalui Gaya Pengasuhan Authoritative | 229
Hidayah, R. [hal.225-236]

kepuasan dalam segala pencapaian tujuan

mengontrol

hidupnya dan memiliki komitmen tinggi

batasan. Dalam pola asuh authoritative

serta

orangtua

cenderung

melaksanakan tugas (Kreitner dan Kinichi,

sayang,

kehangatan

2003). Anak yang mempunyai emosi positif

menetapkan aturan yang standar secara

secara konsisten mampu menggambarkan

rasional yang harus dicapai anak sesuai

diri sebagai pribadi yang antusias, percaya

dengan kebutuhan dan kemampuan anak.

diri, dan bergairah, sebaliknya anak yang

Selain itu orangtua

memiliki emosi negatif menggambarkan diri

mengekspresikan pendapatnya dan memberi

sebagai anak yang penuh rasa bersalah,

kebebasan anak menentukan keputusan

takut, dan gugup (Berry & Hansen,1996).

sendiri. Anak diajari untuk bertindak secara

bertanggung

jawab

dalam

serta

memberikan

batasan-

memberikan
dan

kasih

tegas

dalam

mendorong anak

tegas dan rasional, melalui komunikasi
orangtua dan anak dengan berdiskusi secara

Pola Asuh Authoritative
Pola asuh merupakan cara orangtua

timbal-balik. (c). permissive parenting style.

anak,

Orangtua dalam pola pengasuhan ini terlalu

memberikan bimbingan, pengarahan, pujian,

membebaskan anak, dengan tidak banyak

rasa aman dan perhatian pada anak (Crider

memberi aturan atau tidak mengekang anak,

dalam Martina P dkk, 2003; Santrock, 1999;

anak

Steinberg, 2002;). Secara umum terdapat

dengan bebas, bahkan orangtua jarang

tiga

mengkontrol

membesarkan,

memperlakukan

jenis

pola

pengasuhan;

(a).

boleh

mengekspresikan

perilaku

anak

perasaan

(Diana

authoritarian parenting style. Dalam pola

Baumrind. Lasswell & Lasswell, 1987;

pengasuhan tersebut, orangtua bertindak

Sigelman & Shaffer, 1991). Dari ketiga jenis

membatasi

dan

pola asuh yang meliputi authoritarian,

terhadap

authoritative dan permissive parenting style,

membatasi

menunjukkan bahwa pola asuh yang paling

kebebasan

mengutamakan
orangtua.
perilaku

anak

kepatuhan

Orangtua
anak,

sangat

terkesan

dan

relevan untuk menanamkan emosi positif

cenderung menuntut banyak aturan. (b).

anak adalah authoritative, di mana orangtua

authoritative

dapat

parenting

kaku,

style.

Orangtua

menerapkan

pola

asuh

secara

dalam pola pegasuhan ini memberikan pola

seimbang/proporsional dan terjalin interaksi

asuh

timbal balik antara orangtua dan anak.

secara

demokratis

dengan

mengarahkan anak mandiri dan bertanggung
jawab atas apa yang dilakukan, sehingga

Menanamkan Emosi Positif Anak Melalui

anak dapat memilih secara bebas berbagai

Gaya Pengasuhan Authoritative

hal yang terbaik dilakukan oleh anak,

Penerapan pola asuh yang sesuai

namun orangtua tetap mengawasi dan

sangat penting untuk perkembangan anak.

230 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013

Sesuai

dengan

teori

ekologi

dari

self-assured,

bertanggungjawab,

adaptif,

Bronfenbrenner (Santrok, 2004), bahwa

kreatif serta sukses di sekolah, dan ini

perkembangan

oleh

sangat berbeda di banding pola asuh lainnya

konteks sosial di mana anak berada,

(Steinberg, 2002), sehingga pola asuh

termasuk

authoritative lebih tepat diterapkan untuk

anak

keluarga,

dipengaruhi

teman

sebaya.

Bronfenbrenner (Santrok,2004) menekankan
pentingnya

lingkungan

sosial

menanamkan emosi positif pada anak.

individu

Anak membutuhkan kasih sayang

dalam perkembangan anak. Anak hidup

agar

terutama dalam lingkungan keluarga masa

Orangtua di tuntut mampu menerapkan

perkembangannya dilingkari oleh sistem-

berbagai

sistem.

disebut

masalah kepada anaknya dan pada akhirnya

microsystem, yaitu di mana di microsystem

perilaku anak tersebut terpengaruh oleh apa

ini seseorang sering menghabiskan banyak

yang dilakukan orangtuanya (Pakaslahti

waktu

dkk., 1996). Penerapan pola asuh dengan

Sistem

pertama

dilingkungan

yang

tersebut.

Yang

termasuk

microsystem

tetangga,

lingkungan masyarakat,

yaitu

keluarga,
peer,

kebutuhan

psikologis

strategi

untuk

terpenuhi.

memecahkan

gaya pengasuhan authoritative

di mana

orangtua memiliki kepedulian pada anak
dengan mengarahkan perkembangan anak

sekolah.
Di antara microsystem tersebut yang

dengan memperhatikan nilai baik buruk

paling berperan terhadap perkembangan

pada masyarakat. Penanaman emosi positif

anak adalah lingkungan keluarga, karena

melalui

waktu anak banyak di rumah bersama

melibatkan nilai-nilai positif, kedisiplinan,

orangtua. Microsystem difokuskan terhadap

norma dan segala hal yang diperlukan anak.

berfungsinya jalinan relasi anak di dalam
keluarga

serta

lingkungan

fisik

yang

pola

asuh

authoritative

yang

Orangtua yang menerapkan pola asuh
authoritative

akan

lebih

mudah

didalamnya. Termasuk pola asuh orangtua

menanamkan emosi positif pada anak, hal

pada anaknya. Merujuk pada pandangan

ini orangtua memberikan kebebasan pada

teori ini maka penanaman emosi positif

anak berbuat, namun tetap memiliki kendali,

merupakan bagian dari analisis konteks

artinya orangtua menghargai anak, sehingga

microsystem yang melibatkan pola asuh

akan tercipta hubungan yang harmonis,

orangtua pada anak. Melalui pola asuh

karena ada keterbukaan dan saling bertukar

orangtua bagaimana memperlakukan anak

pikiran antara orangtua dan anak, sehingga

sangat penting bagi perkembangan emosi

menjadikan anak lebih mandiri dalam

positif anak. Pola asuh authoritative lebih

memecahkan berbagai masalahnya dengan

mengarahkan anak untuk memiliki berbagai

lebih bertanggung jawab.

kompentensi

psikososial,

seperti

Menanamkan Emosi Positif Anak Melalui Gaya Pengasuhan Authoritative | 231
Hidayah, R. [hal.225-236]

Pola asuh authoritative diterapkan

sehingga anak mampu merasakan emosi

orangtua kepada anak secara demokratis,

positif memiliki rasa bahagia, bangga,

bertindak

memberikan

memiliki kasih sayang antar keluarga dan

rasionalisasi pada anak sampai anak benar-

teman-teman yang dipilih, karena orangtua

benar bisa menerima. Dalam kondisi ini

juga

akan terjadi keterbukaan pendapat anak dan

memilih kawan, dan membolehkan anak

orangtua dan anak bisa mengekspresikan

menyelesaikan

emosi dan ide-ide yang diterima oleh

diselesaikan sesuai dengan keinginan anak.

orangtua.

asuh

Keluarga yang menerapkan pola asuh

authoritative memiliki timbal balik dengan

authoritative dan menanamkan emosi positif

anak saling memberi dan menerima, bahkan

pada anak akan menggiring anak pada sifat

aturan yang diberikan orangtua pada anak

mengendalikan diri yang baik, sehingga

juga

dalam

bijak

dan

Orangtua

dengan pola

dikomunikasikan dengan berbagai

konsekuensi, misal jika

anak melanggar

memberi

kebebasan

tugas

anak

yang

berperilaku

anak

untuk

harus

tidak

mengedepankan emosi yang negatif, tidak

orangtua

cemas, resah, akan tetapi anak lebih

mengingatkan anak dulu dengan tidak

mengutamakan emosi positif pada anak.

langsung menghukum.

Orangtua dalam mengasuh anak menghargai

atau

bahkan

bersalah

Pola asuh authoritative ini dapat

anak atas kemampuan yang dimiliki anak

membawa anak pada perilaku positif dalam

dengan tetap berpegang pada standar yang

bersahabat

ada

dan

memiliki

kemampuan

bekerjasama dengan yang

lain, serta

mampu menghadapi stress (Baumrind dalam
Berkowitz,

1989),

selain

itu

dengan

untuk

masa

depan terbaik anak

(Baumrind, 1968).
Orangtua
beberapa

dapat

cara

mengembangkan

dalam

pengasuhan

penerapan pola asuh authoritative anak

authoritative.

dilatih mandiri, kreatif, karena individu

lingkungan

memliliki

mengutamakan mendidik anak secara kasih

kemampuan

berkreasi

yang

Pertama
yang

menciptakan

kondusif

kreatif dan ini merupakan hal yang penting

sayang.

bagi

menerapkan kasih sayang, maka anak

anak

(Larson,

pendekatan

authoritative

mengasuh

anak

2000).

Model

lebih

banyak

memiliki

Dalam

rasa

pengasuhan

dengan

kasih

sayang

yang

dalam

kehangatan,

berperilaku serta merasakan adanya bahagia,

memotivasi anak secara realistis dan melatih

hidup bebas tanpa adanya rasa cemas dan

kemandirian anak. Pada tipe pola asuh

tertekan dan hal ini akan membentuk anak

authoritative orangtua merangsang anak-

untuk memiliki emosi positif. Mendidik

anak

dengan kasih sayang akan memiliki dampak

untuk

aktif

dengan

berpartispasi

dalam

mengambil keputusan untuk dirinya sendiri,

psikologis

pada

anak

terutama

untuk

232 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013

perkembangan emosinya menuju emosi

orangtua,

positif,

orangtua (Rudy & Grusec, 2001).

dimana

anak

yang

sering

dan

Ketiga

diperlakukan dengan kasih sayang maka

menyesuaikan

menciptakan

standar

hubungan

anak akan menjadikan kasih sayang sebagai

emosional yang positif antara anak dan

bekal dalam kehidupannya yang berwujud

orangtua.

pada perilaku anak, misalnya anak akan

anak, orangtua lebih mudah pemahaman

bangga dan bahagia dalam kehidupannya

anak jika orangtua mengenali karakteristik

karena anak merasa diterima dan dihargai

anak sesuai dengan tahap perkembangan

orangtua,

emosi anak. Untuk menanamkan emosi

sehingga

terhindar

dari

positif,

kecemasan.
Kasih sayang orangtua (ayah dan ibu)

Orangtua

perlu

penting memahami

memperhatikan

tingkat

perkembangan anak, kesesuaian usia dan

yang dirasakan anak akan membuat anak

program

mempunyai emosi positif dan memiliki

memperhatikan perbedaan dan keunikan

kepedulian

seperti

anak. Emosi perlu ditanamkan sejak dini,

memperhatikan membantu orang lain, dan

pada masa bayi, emosi diberikan lebih

memperlakukan diri dan orang lain dengan

bersifat pasif melalui interaksi langsung,

penuh kasih sayang. Dengan demikian kasih

ekspresi wajah, misalnya selalu tersenyum

sayang orangtua penting dalam proses

saat bersama anak, menghargai anak saat

identifikasi anak pada orangtua dalam

anak berhasil. Seiring perkembangan anak

mengadopsi pola-pola emosi positif.

dari bayi yang mulai berinteraksi dengan

pada

orang

lain

pendidikan

anak

serta

Kedua menumbuhkan rasa aman dan

lingkungan, orangtua harus memfasilitasi

nyaman pada anak. Anak yang selalu di

terwujudnya situasi yang aman bagi anak.

tanamkan rasa aman tidak akan mudah putus

Pola emosi pada saat kanak-kanak awal

asa dan memiliki jiwa berjuang tinggi, dan

lebih aktif, misalnya melalui komunikasi

mampu menghargai dirinya sendiri serta

verbal dengan berkata lembut dan ekpresi

merasa selalu memiliki teman dan tidak

yang menyenangkan, tidak menghardik atau

suka menyendiri serta memiliki kepercayaan

cemberut, sehingga anak akan cenderung

diri yang tinggi karena di manapun berada

meniru. Pada usia kanak-kanak akhir di

akan merasa nyaman. Dalam menciptakan

mana sosialisasi anak semakin luas dan

rasa nyaman dan aman orangtua (ayah dan

lebih komplek maka keteladanan emosi

ibu) perlu menjalin komunikasi yang efektif,

positif

dan sebaiknya menerima anak dengan

orangtua yang dapat dilihat langsung. Dalam

hangat dan serta tidak menunjukkan emosi

hal ini orangtua membutuhkan berbagai

marah,

sehingga

termotivasi

untuk

harus

tercermin

dari

perilaku

lebih

mudah

strategi untuk mengajarkan anak mengenai

mengikuti

arahan

pola-pola emosi positif yang sesuai. Dengan

anak

Menanamkan Emosi Positif Anak Melalui Gaya Pengasuhan Authoritative | 233
Hidayah, R. [hal.225-236]

demikian anak akan memahami contoh-

akan belajar mempunyai tujuan, bila anak

contoh keteladanan orangtua, agar nantinya

di tanamkan sikap bijaksana anak

anak memiliki self control emosi yang baik

belajar menghargai keadilan dan bila anak

dan mencapai kematangan emosi.

terbiasa hidup dalam kejujuran, anak akan

akan

Keempat menciptakan kepuasan pada

belajar menghargai kebenaran (Hurlock,

anak melalui wawasan, pengalaman dan

1978). Ini berarti pengasuhan orangtua

contoh

melalui

memberikan dampak pada pembentukan

Orangtua

perilaku anak-anak termasuk emosi postiif

penanaman

karakter

pendidikan

dan

sosialisasi.

diharapkan

memiliki

dan

pada anak, karena itu sikap positif orangtua

pengetahuan luas dalam mendidik anak,

dalam mendidik anak hendaknya seimbang

sebab

antara

pengalaman

orangtua

dan

pengasuhan,

penghargaan

dan

disiplin yang dihubungkan dengan pola asuh

perilakunya dalam mengasuh anak (Monks

(LeFebvre, 2004). Dukungan emosional

et al.,1988). Kelima, orangtua memberikan

perlu

rasa aman melalui kehangatan, pemberian

terutama dari orangtua agar anak mencapai

perhatian, pengertian dan kasih sayang

kematangan emosi, dan penanaman emosi

orangtuanya. Anak yang di didik dengan

positif

kehangatan akan memiliki disiplin diri yang

penanaman norma agama agar anak dalam

tinggi biasanya dapat mengontrol diri dalam

berperilaku

menghadapi berbagai persoalan. Perhatian

agama.

diwujudkan

dikembangkan

sebaiknya

sedini

diimbangi

mengedepankan

mungkin

dengan

nilai-nilaia

dengan

Lingkungan keluarga yang harmonis

dorongan

sangat dipengaruhi oleh peran ayah dan ibu

psikologis yang merangsang anak untuk

sebagai tauladan anak-anak dalam keluarga.

melakukan

Hubungan timbal balik antara anak-orangtua

pemberian

dapat

sangat

pengetahuan
mempengaruhi

orangtua

akan

wawasan

motivasi,

berupa

berbagai

kegiatan

positif

saling menghargai, dengan penerapan pola

sebagaimana cita-cita anak.
adalah

asuh authoritative sangat dibutuhkan untuk

mengembangkan keteladanan melalui nilai-

pembentukan sikap dan perilaku anak serta

nilai positif. Dalam melaksanakan pola asuh

mempengaruhi perkembangan emosi anak

authoritative ini, keteladanan merupakan

terutama emosi positifnya, karenanya emosi

unsur sangat penting. Jika anak sering di

positif perlu diberikan sejak dini melalui

dukung maka anak akan menjadi bahagia

penerapan pola asuh yang authoritative .

Langkah

keenam

dan mengembangkan rasa kasih sayang
antar manusia, saling

menyayangi dan

hidup tanpa merasakan tekanan dan bila
anak hidup memperoleh pengakuan anak

Simpulan dan Saran
Berdasarkan pembahasan yang telah
dikemukakan

di

atas,

dapat

di

tarik

234 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013

beberapa kesimpulan antara lain bahwa pola

sosialisasi, melalui kehangatan, pemberian

asuh authoritative orangtua memiliki peran

perhatian, pengertian dan kasih sayang

yang sangat penting dalam perkembangan

orangtuanya, dan kembangkan keteladanan

emosi anak, termasuk penanaman emosi

melalui nilai-nilai positif.

positif. Penerapan pola asuh authoritative

Pola

asuh

authoritative

relevan

akan sangat bermakna dalam kehidupan

diterapkan dalam lingkungan keluarga untuk

anak dan perkembangan anak, di mana anak

menanamkan emosi positif pada anak,

akan

dengan

sehingga hasil kajian ini lebih baiknya perlu

mengendalikan emosi serta meminimalkan

ditindak lanjuti dalam penelitian. Mengingat

kecemasan maupun frustrasi. Melalui pola

pentingnya kajian ini untuk ditindak lanjuti

asuh authoritative anak-anak dilatih untuk

dalam penelitian maka bagi para peneliti dan

mengembangkan emosi positifnya secara

praktisi yang tertarik dalam topik emosi

optimal,

tercapai

positif dan pola asuh anak maka hendaknya

keseimbangan emosional positif sebagai

dapat lebih jeli untuk mendalami, mengkaji

bagian dari terwujudnya mental yang sehat.

dan meneliti lebih lanjut variabel-variabel

memiliki

emosi

sehingga

positif

akan

Cara yang ditempuh orangtua, harus

yang lebih bervariatif sehingga memberikan

lebih cermat dan jeli menerapkan pola asuh

sumbangan besar terhadap emosi positif

authoritative

antara

lain

anak, bukan hanya pada aspek ekternal pola

lingkungan

yang

kondusif

menciptakan
dengan

asuh orangtua authoritative saja, akan tetapi

mengutamakan mendidik anak secara kasih

juga aspek ekternal lain yang lebih luas

sayang, menumbuhkan rasa aman dan

yaitu lingkungan yang meliputi peran

nyaman pada anak, menciptakan kepuasan

sekolah, tetangga, teman sebaya, guru.

pada anak melalui wawasan, pengalaman,

Selain

penanaman karakter melalui pendidikan dan

internal anak seperti kepribadian anak.

itu

juga

memperhatikan

aspek

DAFTAR PUSTAKA

Barret, L.F. (2006). Solving the emotion paradox: categorization and the experience of emotion.
Personality and Social psychology Review. 10, 1. 20-46.
Baumrind, D. (1968). Authoritarian VS authoritative parental, control. Adolescence, 3, 255- 272.
Baumrind, D. (1991). the Influence of parenting style on adolescent competence and subtance
Abuse. Journal or Early Adolescence, 11 (1), 56 – 95
Berkowitz, L. (1989). Frustration-aggression hypothesis. examination and reformulation.
Psychological Bulletin, 106, 59 – 73.

Menanamkan Emosi Positif Anak Melalui Gaya Pengasuhan Authoritative | 235
Hidayah, R. [hal.225-236]

Berry, D.S., & Hansen,J.S. (1996). Possitive affect, negative affect, and social interaction.
Journal of Personality and Social Psychology, 71 (4), 796-809.
Bierman, K. L., Miller, L. C., & Stabb, D. S. (1987). Improving the social behavior and peer
acceptance of rejected boys : effect of social skill training with instructions and
prohibitions, Journal of Consulting and Clinical Psychology, 55 (2), 194-200.
Bierman, K. L., & Furman, W. F. (1986). The effect of social skill training and peers
involvement on the social adjustment of preadolescent, Child Development, 55, 151-162.
Bierman, K. L. (1986). Process of change during social skill training with preadolescents and its
relation to treatment outcome, Child Development, 57, . 230-240.
Birren, J. E., & Sloane, R. B. (1980). Hanbook of mental health and aging. New Jersey: Prentice
Hall.
Chapman, G., & Campbell, R. (2000). Lima bahasa kasih untuk anak-anak (terjemahan Meitasari
Tjandrasa), Interaksara, Batam.
Covey, F. (2005). An Interview with franklin covey. Diakses dari http://www.franklincovey.com.
Tanggal. 20 Januarii 2012
Elkind, D., & Weiner. (1978). Developmental of child. New York: Jhon Willey & Sons, Inc
Erawati, M. (2004). Gaya pengasuhan authoritatif, perkembangan kognisi dan gender typing
anak. Tesis. Yogyakarta: UGM.
Feinberg, M.R. (2005). The effective psychology for manager. http://www.tao.infoproduk.com.
Gunarsa, SD. (2001). Menyikapi periode kritis pada anak dan dampaknya pada profil
kepribadian; bunga psikologi perkembangan pribadi. Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia.
Halonen, J.S., & Santrock, J.W. (1999). Psychology, context and application. New York :
McGraw-Hill Company,Inc.
Kail R.V., & Nelson, W.R (1993). Developmental psychology. Prentice Hall, New Jersey.
Kreitner, R., & Kinici, A. (2003). Organization behavior. New York: McGraw-Hill Companies
Inc.
Küpers, W. (2001). A phenomenology of embodied passion and the demotivational realities of
organization. Paper. To be presented at CSM 2001, Manchester at the stream.
Larson, R. W. (2000). Toward a psychology of positive youth development. American
Psychologist. 55, 170 – 183.
LeFebvre, Joan E. (2004). Parenting the prescholer, what your
www.uwex.edu/ces/flp/pp/pdf/style.pdf, di akses tanggal 12 Mei 2012

parenting

style

Martina, P., Novembrie, Sugoto, Sri Siuni, & Kartika, Aniva. (2003). Gaya pengasuhan orangtua
dan kematangan sosial anak slow learner. Laporan Penelitian. Temu Ilmiah Nasional III
IPPI : Yogyakarta.
Monk, F.J., Knoers, A.M.P., & Haditono, S.R. (1988). Psikologi perkembangan. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press
Padmonodewo, S. (2001). Intervensi dini suatu usaha alternatif guna meningkatkan kualitas
bangsa; bunga rampai psikologi perkembangan pribadi dari bayi sampai lanjut usia.
Jakarta: UIP

236 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013

Posmetro. (2013). Hanya karena utang seribu, bocah 7 tahun membunuh temannya. Diakses di
http://posmetrobatam.com, tanggal 18 Mei 2013
Santrock, John W. (1999). Life-span development, seventh edition. McGraw Hill College :
Boston
Santrock, W. J. (2004). Educational psychology. New York. McGraw-Hill Company.Inc.
Sigelman, Carol, K., & Shaffer, David R. (1991). Life-span human development, second edition.
Pacific Groove : California.
Skinner, C. E. (1977). Educational psychology. New Delhi: Prentice Hall.
Steinberg, Laurence. (2002). Adolescence, Sixth Edition. McGraw Hill : Boston.
Sternberg, & Robert J. (1999). Cognitive psychology, second edition. Fort Worth : Harcourt
Brace College Publishers.
Surabaya Pos Pagi. (2012). Anak
http://www.surabayapagi.com/

SD

berani

membunuh

temannya

karena

HP.

Watson, D., & Clark, L. E. (1992). Affect Separable and Inseparable : On the Hierarchial
Arrangement of the Negative Affects. Journal of Personality and Social Psychology, 62
(3) 489-505.