Persepsi Masyarakat Tentang Bank Islam Di Kabupaten Bogor
PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG BANK ISLAM
DI KABUPATEN BOGOR
OLEH:
M. ABDUH KHALID. M
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002
' -/'
ABSTRAK
M.ABDUH KBAL1D.M. "Persepsi Masyarakat Tentang Bank Islam
di Kabupaten Bogor" (Dibawah bimbingan Margono Slarnet sebagai ketua,
Soedijanto Padmowihardjo dan Bunasor Sanim sebagai anggota).
Penelitian ini bertujuan untuk
menguraikan gambaran persepsi
masyarakat tentang bank Islam dan menguraikan faktor-faktor karakteristik
personal dan situasional yang berhubungan dengan persepsi tersebut.
Pengumpulan data dilaksanakan di empat kecamatan di Kabupaten
Bogor sejak bulan November 2000 sampai dengan Pebruari 2001. Penentuan
daerah penelitian dilakukan secara sengaja @urvosive).
Penentuan sampel
dilakukan dengan menggunakan tehnik sampel quota (quota sampling),
berjumlah 80 orang. Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji kompa~atif
Man Whitney U Test dan uji korelasi peringkat Spearman.
Hasil penelitian rnenunjukan terdapat perbedaan sangat nyata antara
persepsi responden nasabah dengan non nasabah t e n p n g bank Islam, ha1 ini
diduga karena persepsi responden nasabah tentang konsep bank Islam mayoritas
berkategori sedang (55%), sedangkan persepsi responden non nasabah tentang
konsep bank Islam, mayoritas berkategori jelek (57,5%). Persepsi responden
nasabah tentang prosedur bank Islam mayoritas berkategori sedang (50%), untuk
responden non nasabah
persepsinya tentang prosedur bank Islam mayoritas
adalah jelek (92,5%). Persepsi responden nasabah tentang pelayanan bank Islam
berkisar antara kategori sedang yaitu (473%) dan kategori baik yaitu (47,5%),
untuk responden non riasabah, persepsi tentang pelayanan bank Islam mayoritas
adaIah jelek (92,5%).
Analisis korelasi rank Spearman (rs) menunjukan bahwa variabel status
ekonomi responden nasabah hanya memiliki hubungan nyata dengan persepsi
tentang konsep bank Islam. Variabel kekosrnopolitan responden fiasabah memiliki
hubungan sangat nyata dengan konsep bank Islam dan terhadap bank Islam secara
keseluruhan.. Untuk
responden
non nasabah variabel
kekosmopolitan
berhubungan sangat nyata dengan prosedur bank Islam. Variabei pengetahuan
responden nasabah rnerniliki hubungan sangat nyata dengan konsep bank Islam.
Sedang variabel pengetahuan responden nasabah berhubungan nyata dengan
pelayanail bank Islam.
Untuk responden non nasabah variabel pengetahuan
berhubungan sangat nyata dengan konsep bank Islam. Variabel motivasi berusaha
responder1 nasabah memiliki hubungan nyata dengan prosedur bank Islam.
Variabel kebijakan bank Islam
untuk responden nasabah memiliki hubungan
sangat nyata dengan konsep bank Islam dan bank Islam secara keseluruhan,
sedangkan untuk responden non nasabah hubungannya antara dua variabel bersifat
nyata. Variabel intensitas sosialisasi bank Islam untuk responden nasabah
berhubungan sangat nyata dengan konsep bank Islam dan dengan bank Islam
secara keseluruhan dan responden non nasabah memiliki hubungan nyata hanya
dengan konsep bank Islam.
Berdasarkan data yang didapat, responden nasabah (32,5'/0) tidak bersedia
mengajak keiuarga dan masyarakat untuk menjadi nasabah bank Islam, (22,5%)
ragu-ragu dan (45%) bersedia. Untuk responden non nasabah sebagian besar
menjawab ragu-ragu untuk menjadi nasabah bank Islam yaitu (57,5%). bersedia
(30%) dan tidak bersedia (12.5%).
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:
Persepsi Masyarakat Tentang Bank Islam Di Kabupaten Bogor
Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah
dipublikasikan.
Semua
sumber
data
dan
informasi
yang
digunakan
dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, 23 Januari 2002
telah
PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG BANK ISLAM
DI KABUPATEN BOGOR
M. ABDUH KHALID. M
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002
Judul Tesis
:
Persepsi Masyarakat
Kabupaten Bogor
Nam a
NRP
Program Studi
:
M.Abduh Kha1id.M
97090
Umu Penyuluhan Pembangunan
:
:
Tentang
Bank
Islam
Di
Menyetuj ui,
1.Komisi Pembimbing
Pr0f.Dr.H
etua
I
Prof.~r.lr.~.~oediian6~
Anggota
~ r o f . ~ d ~ r . ~ u n Sanim.M.Sc
asor
Anggota
Mengetahui,
2.Ketua Program Studi Ilmu
Penyuluhan Pernbangunan
Tanggal Lutus : 23 Januari 2002
3.Di-tur
Program Pascasariana
RIWAYAT HIDUP
Penulis di lahirkan di Bogor pada tanggal 30 Juli 1963 sebagai anak
ke tujuh dari-pasangan (alrn) Ahmad Mamad Ma'turidi dan (alm) Hj.Neneng
Nafsiah. Pendidikan saqana ditempuh di Jurusan Muamalat Fakultas Syari'ah
IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, lulus pada tahun 1990. Pada tahun 1997,
penulis diterima kuliah di Program Pascasajana (5-2) di Program Studi Ilmu
Penyuluhan
Pembangunan
IPB
Bogor.
Beasiswa
pendidikan
pascasarjana
diperoleh dari Departemen Pendidikan Nasional (BPPS).
Penulis bekerja sebagai staf pengajar di Jurusan Muamalah/Ekonomi
Islam Fakultas Studi Islam Universitas Djuanda Ciawi Bogor dan kini menjabat
sebagai Ketua Jurusan Muamalah&konomi Islam di fakultas yang sama.
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Shalawat
dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw, beserta keluarga
dan sahabatnya.
Judul
penelitian
yang
penulis
laksanakan
adalah
"Persepsi
Masyarakat Tentang Bank Islam di Kabupaten Bogor". Penulisan ini dilakukan
sebagai salah satu syarat penyelesaian tugas akhir Program Magister Sains (S-2)
pada Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor.
Dengan selesainya penulisan tesis ini, penulis ucapkan terimakasih
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
(1)
Bapak
ProEDr.H.R.Margono
Slamet;
Bapak
Prof.Dr.Ir.H.Soedijanto
Padmowihardjo dan Bapak ProfDr.Ir.Bunasor Sanim, M.Sc seiaku ketua
d m anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan
bimbingan dalam penelitian dan penulisan.
(2)
Direksi Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Insan Cita Parung, BPRS
Bina Rahmah Darmaga, BPRS Rif atul Ummah Ciomas dan BPRS Amanah
Umah Leuwiliang Bogor khususnya Bapak H.Taufik Rahman atas bantuan
data-data dan dananya.
(3)
Biro Syariah Bank Indonesia (BI), BAZIS DKI, Yayasan Pusat Studi dan
Pengembangan lslam dan Fakultas
Studi Islam Universitas Djuanda,
Yayasan Pendidikan Taman Islam atas bantuan dana dan kesempatan
sehingga selesainya tesis ini.
(4)
Drs. E.Mujahidin M a k ~ n u nM.Si, Ir Setyono, M.Si
kontribusinya
berupa
bantuan
pengolahan
dan 1r.Mohana atas
data dan diskusi-diskusinya
sehingga menambah analisa penulis.
(5)
Orang tua penulis, ayahanda (Alm.) Ahmad Mamad Ma'turidi dan ibunda
(Alm.) Hj.Neneg Nafsiah atas jasa-jasa
berupa pendidikan
dan kasih
sayangnya yang diterima penulis.
(6)
Istri tercinta Dra. Rahmah, serta anak-anak penulis yaitu Zara Fathia
Muflihani (8 tahun) dan Muhammad Firhad (5 bulan)
atas dorongan, doa
dan pengorbanannya.
Somoga hasil penelitian ini dapat bemanfaat baik bagi penulis
maupun
pihak-pihak
terkait,
khususnya
sebagai
keberhasilan pengembangan Bank Islam di Indonesia.
tambahan
masukan
bagi
DAFTAR IS1
Halaman
DAFTAR TABEL .............................................................................................
x
PENDARULUAN .............................................................................................
Latar Belakang .......................:..............................................................
Masalah Penelitian ................................................................................
..
Tujuan Penelitlan .................................................................................
..
Ruang Lingkup Peneld~an.....................................................................
.
.
Kegunaan Penelitlan .............................................................................
1
1
4
4
5
5
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 6
Pembangunan Nasional .........................................................................
6
Peranan Bank Islam dalam Pembangunan ............................................
8
Persepsi Masyarakat tentang Bank Islam .......................................... 17
Faktor-Faktor yang Mempengamhi Persepsi ....................................... 23
KERANGKA PEMIKIRAN
DAN HIPOTESIS .............................................
. .
Kerangka Perniklran ............................................................................
Hipotesis .............................................................................................
25
METODOLOGI PENELITIAN
......................................................................
..
Lokasi Penel~tran.................................................................................
..
Rancangan P e n e l ~ t ~ a..........................................................................
n
Populasi dan Sampel ..........................................................................
Data ....................................................................................................
Waktu dan Metode PengumpuIan Data .............................................
Validitas Instrumen .............................................................................
Realibi :itas I~lstruinen ........................................................................
Analisa Data .......................................................................................
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ...................................
29
29
29
35
HASIL PENELITMN DAN PEMBAHASAN ............................................
Gambaran Umum Daerah Penelitian ...............................................
Identitas Responden ...................................................................
44
45
Persepsi Masyarakat tentang Bank Islam .........................................
Persepsi Masyarakat tentang Konsep Bank Islam .......................
Persepsi Masyarakat tentang Prosedur Bank Islam .....................
Persepsi Masyarakat tentang Pelayanan Bank Islam ..................
25
28
29
31
32
32
32
33
44
48
48
56
58
Hubungan Karakteristik Personal
dengan Persepsi Masyarakat tentang Bank Islam ................................. 63
Hubungan Status Ekonomi
dengan Persepsi Masyarakat tentang Bank Islam ........................ 64
Hubungan Pengalaman Berusaha
dengan Persepsi Masyarakat tentang Bank Islam ........................ 66
Hubungan Kekosmopolitan
dengan Persepsi Masyarakat tentang Bank Islam ........................ 68
Hubungan Pengetahuan
dengan Persepsi Masy arakat tentang Bank Islam ........................ 70
Hubungan Motivasi Berusaha
dengan Persepsi Masyarakat tentang Bank Islam ........................ 72
Hubungan Karakteristik Situasional
dengan Persepsi Masyarakat tentang Bank Islam ................................. 74
Hubungan Kebijakan Bank Islam
dengan Persepsi Masyarakat tentang Bank Islam ........................ 74
Hubungan Intensitas Sosialisasi Bank Islam
dengan Persepsi Masyarakat tentang Bank Islam ........................ 75
Perilaku Masyarakat terhadap Bank Islam ......................................... 77
Model Penyuluhan tentang Bank Islam untuk Masyarakat .................. 83
KESfMPULAN D A N SARAN .......................................................................
Kesimpulan ........................................................................................
Saran-Saran .........................................................................................
87
87
91
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
93
LAMPIRAN ....................................................................................................
96
DAFTAR TABEL
Halalaan
1.
Perbedaan Sistem Bagi Hasil dengan Sistem Bunga ................................... 14
2 . Perbedaan antara Bank Syariah dengan Bank Konvensional ....................... 16
3.
Populasi Nasabah Bank Islam ....................................................................
30
4 . Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia. Tingkat
Pendidikan Dan Jenis Usaha ....................................................................... 46
5 . Perseps; Masyarakat Tentang Konsep Bank Islam ...................................... 49
6 . Uraian Variabe! Persepsi Nasabah Tentang Konsep Bank .......................... 49
7.
Uraian VariabeI Persepsi Non Nasabah Tentang Konsep Bank ................... 50
8. Persepsi Masyarakat Tentang Prosedur Bank Islam ....................................
56 '
9 . Uraian Variabel Persepsi Nasabah Tentang Prosedur Bank Islam ............... 57
I0 . Uraian Variabel Persepsi Non Nasabah Tentang Prosedur Bank Islam ....... 57
1 1. Persepsi Masyarakat Tentang Pelayanan Bank Islam .................................. 59
12. Uraian Variabel Persepsi Nasabah Tentang Pelayanan Bank Islam ............. 59
13. Uraian Variabel Persepsi Non Nasabah Tentang Pelayanan Bank Islam ..... 60
14. Persepsi Masyarakat Tentang Bank Islam .............................................
61
15. Proporsi Uji Beda (Nilai P) Responden Antar Wilayah Penelitian ............... 63
16. Distribusi Responden Berdasarkan Status Ekonomi ...................................
64
17. Hubungan Status Ekonomi Dengan Persepsi Masyarakat Tentang Bank
Islam ..........................................................................................................
64
18. Distribusi Responden Berdasarkan Pengalaman Berusaha .......................... 67
19. Hubungan Pengalaman Berusaha Dengan Persepsi Masyarakat Tentang
Bank Islam .................................................................................................
67
20 . Distribusi Responden Berdasarkan Kekosmopolitan ..................................
68
2 1 . Hubungan Kekosmopolitan Dengan Persepsi Masyarakat Tentang Bank
Islam .......................................................................................................... 68
22. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan ........... ...... ....... ..... ..... . . . .
70
23. Hubungan Pengetahuan Dengan Persepsi Masyarakat Tentang Bank Islam. 7 1
24. Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi Berusaha ..... ..... ....... ..... ..... . .. 7 2
25. Hubungan Motivasi Bemsaha Dengan Persepsi Masyarakat Tentang Bank
Islam .......... ..... ......... . ...... ..... . . . . . . .
. . . ............ .
. . ..
. . . .. . . 7 3
,
,
26. Distribusi Persepsi Responden Tentang Kebijakan Bank Islam . ....... ..... . ..... 74
27. Hubungan ~ e b i j a k a nBank Islam Dengan Persepsi Masyarakat Tentang
Bank Islam ...............................................................................................
75
28.Distribusi Persepsi Responden Tentang Intensitas Sosialisasi Bank Islam ... 76
29. Hubungan Intensitas Sosialisasi Bank Islam Dengan Persepsi Masyarakat
Tentang Bank Islam
76
30. Perilaku Masyarakat Terhadap Bank Islam
78
3 1. Uraian Karekteristik Personal dan Situasional Nasabah Yang Mendorong
Perilaku.Terhadap Bank Islam ................................................................
79
32. Uraian Karekteristik Personal dan Situasional Non Nasabah Yang
Mendorong Perilaku Terhadap Bank Islam .................... ....... ..... .. ......
XO
33. Model P e n y u l ~ h a nBank Islam Untuk Masyarakat
. ..
85
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ummat Islam di Indonesia, memiliki posisi yang ssngat strategis dalam
penentuan keberhasilan pembangunan nasional. Hal ini mengingat karena mereka
(baca: ummat Islam) adalah mayoritas penduduk di Indonesia, sehingga mereka
juga merupakan indikator dari keberhasilan pembangunan terseb~at. Meskipun
demikian, peranan umat Islam secara keseluruhan dalam pembangunan nasional
relatif masih sangat kecil. Hal ini terbukti dengan banyaknya permasalahan yang
dihadapi oleh umat Islam. Diantara permasalahan tersebut adaIah: tingkat
penghasilan (riil) yang rendah, tingkat kemampuan bersaing yang rendah dalam
pengelolaan sumber-sumber ekonomi nasional, tingkat pengangguran yang tinggi.
keterbatasan kemampuan dalam mengelola kegiatan bisnis,
dan ketidakmerataan
kemakrnuran dnn kesejahteraan hidup yang tinggi (Chotib,
dalam
Sasono, et.al
1948).
Salah satu muara permasaiahan di atas pada hakikatnya terletak pada
salah satu ha1 pokok, yaitu rendahnya aspek permodalan umat Islam, disamping
masalah lain yaitu adalah kualitas sumber daya manusianya. Hal ini dapat terjadi,
karena sebagian ummat Islam tidak optimum memanfaatkan jasa perbankan
nasional. Sebab, bagi sebagian mereka, dalam praktek perbankan nasional terdapat
beberapa ha1 yang secara fundamental bertentangan dengan ajaran Islam, terutama
yang berkaitan dengan konsep bunga bank.
Untuk mengurai permasalahan ini, pada tanggal 22-25 Agustus 1990
bertempat di Hotel Sahid Jakarta, Majlis Ulama Indonesia (MUI) mengadakan
Lokakarya
mengenai
"Bunga
Bank
dan
Perbankan",
lokakarya
tersebut
merumuskan pandangan mengenai pembentukan Bank Islam atau sering disebut
juga sebagai Bank Syariah. Berangkat dari hasil lokakarya itulah kemudian
dibentuk Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang mengawali operasinya pada
tanggal 1 Mei 1992 (Chotib,
dalam Sasono, et.al,
1998).
Setelah B M I didirikan, selanjutnya didirikan pula Bank Perkreditan
Syariah (BPRS) di berbagai daerah. Kesemuanya ini dengan sengaja dibentuk
untuk menyediakan "fasilitas permodalan" bagi ummat Islam, disertai harapan agar
problematika ekonomi ummat Islam bisa dipecahkan secara bertahap.
Sejarah berdirinya perbankan dengan sistem bagi hasil (bank Islam),
didasarkan pada dua alasan utarna yaitu (1) adanya pandangan bahwa bunga
-
(i~zlerest) pada bank konvensional hukumnya haram karena termasuk dalam
kategori riba yang dilarang dalam agama, bukan saja pada agama Islanl tetapi juga
oleh agama lainnya, (2) dari aspek ekonomi, penyerahan resiko usaha terhadap
salah satu pihak dlnilai melanggar norma keadilan (Sjahdeini, 1999).
Perkembangan bank Islam di Indonesia dewasa ini masih berada pada
tahap awal, ha1 ini ditunjukan dengan populasi bank Islam yang masih kecil, yaitu 3
Bank Umum Islam (Bank Muarnalah Indonesia, Bank IF1 Syariah. Bank Syariah
Mandiri) d a n 77 Bank Perkreditan Syariah (BPRS), dibandingkan dengan populasi
bank konvensional, yaitu sejumlah 208 Bank Umum dan 2.23 1 Bank Perkreditan
Rakyat (BPR). Dari segi volume usaha terhadap bank konvensional masih sangat
rendah yaitu 0.08
Oh.
DaIam kegiatannya, bank Islam masih menghadapi beberapa
kendala antara lain persepsi masyarakat yang belum tepat terhadap kegiatan
operasional bank Islam (Joyosumarto,
dalam Pengembangan Perbankan,
1999).
Apabila dilihat dari data tahun 2001 asset bank Islam baru mencapai
2,25 triliun (0,20°,4 dari total asset perbankan nasional), sedangkan dana
masyarakat yang dapat dihimpun melalui bank Islam adalah 1,34 triliun (0,20% dari
total
dana
masyarakat
di
perbankan
nasional),
kemudian
dilihat
dari
pembiayaadkredit yang diberikan kepada masyarakat oleh bank Islam adalah 1.77
triliun (0,59% dari total pembiayaadkredit perbankan nasional). (Anomius,2001).
Perkembangan yang kurang menggembirakan
bagi ummat Islam
tersebut secara umum dapat dikatakan bank Islam memang kurang populer atau
kurang
memasyarakat,
mengetahui
sehingga banyak
masyarakat Indonesia yang belum
adanya pelayanan jasa bank Islam. Sebagian besar masyarakat
Indonesia terutama di kawasan luar kota atau pedesaan, belum rnengetahui adanya
bank Islam, sedangkan bagi masyarakat yang mengetahui, banyak yang memiliki
persepsi yang kurang tepat mengenai bank Islam (Syafiie, dalam Pengembangan
Perbankac, 1999).
Bank
Islam
sebagai
sebuah
inovasi
pembangunan,
khususnya
pembangunan ekonomi mengalami banyak kendala. Salah satu kendala yang
dihadapi dalam pengembangan bank Islam adalah pemahaman anggota-anggota
masyarakat
mengenai
kegiatan
operasional bank
Islam.
Meskipun banyak
masyarakat yang membutuhkan dan mendambakan keberadaan bank berdasarkan
prinsip syari'ah, namun pada kenyataannya mereka belum memahami sepenuhnya
produk, mekanisme, sistem, dan seluk beluk bank Islam (Sabirin,
dalam
Syafi'i,
1999)
Sosialisasi tentang bank Islam bisa dimulai dari penyamaan persepsi
masyarakat tentang peranan bank Islam itu sendiri, karena kalau persepsi
~nasyarakat baik
akan
membawa
perkembangan bank Islam
konsekwensi
yang
baik
pula
terhadap
Oleh karena itu, suatu kajian identifikasi persepsi
masyarakat tentang bank Islam sangat penting untuk dilakukan.
Masalah Penelitian
Upaya sosialisasi bank Islam di tengah-tengah masyarakat perlu
dilakukan dalam rangka penyamaan persepsi masyarakat. Perkembangan jumlah
bank Islam seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, rnerupakan bukti bahwa
masyarakat belum mengetahui secara utuh tentang bank Islam.
Untuk melibatkan masyarakat dalarn pembangunan, khususnya dalam
bank Islam, perlu terlebih dahulu digali persepsi mereka tentang bank Islam dan
faktor-faktor
yang mempengamhinya, baik faktor personal
maupun
thktor
situasional Berdasarkan latar belakang dan kenyataan di alas, maka masalah
penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
(1) Bagaimana gambaran persepsi masyarakat tentang bank Islam ?
(2) Faktor-faktor karakteristik personal dan situasional apa yang berhubungan
dengan persepsi tersehut
7
Tujuan Penelitian
~
Penelitian ini bertujuan untuk:
(1) Menguraikan gambaran persepsi masyarakat tentang bank Islam .
(2) Menguraikan
faktor-faktor
karakteristik
berhubungan dengan persepsi tersebut.
personal
dan
situasional
yang
Ruang Lingkup Penelitirn
Penelitian ini difokuskan kepada pencarian data mengenai persepsi
masyarakat tentang bank Islam yang
berkaitan dengan konsep, prosedur dan
pelayanan bank Islam.
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di empat kecamatan di Kabupaten
Bogor, yaitu Kecamatan Parung, Darmaga, Ciomas dan Leuwiliang
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiIiki kegunaan sebagai berikut:
(1) Merumuskan model penyuluhan -peningkatan persepsi masyarakat tentang
bank Islam.
(2) Sebagai upaya dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya yang
merniliki kaitan dengan konsep perubahan perilaku
(3) Sebagai bahan rnasukan bagi pernegang kebijakan yang berkaitan dengan bank
Islam untuk menentukan langkah-langkah awal dalam pendirian bank Islam
(4) Sebagai bahan masukan bagi pembuat program penyuluhan pembangunan
masyarakat yang akan melibatkan masyarakat.
(5) Sebagai data dasar ( bench mark &a
> bagi penelitian lebih lanjut para peneliti
yang tertarik dalam masalah yang sarna.
TINJAUAN PUSTAKA
Pembangunan Nasional
Pembangunan sebagai upaya perbaikan mutu kehidupan, baik di
negara-negara dunia ketiga yang sedang berkembang maupun negara-negara maju
telah menjadi suatu keharusan. Pembangunan secara sederhana didefinisikan
sebagai perubahan yang berguna menuju suatu sistem sosial dan ekonomi yang
diputuskan sebagai kehendak dari suatu bangsa (Rogers, 1985). Senada dengan itu,
Todaro (1987) menyatakan pembangunan merupakan pencerminan dari kehendak
yang terus menerus untuk meningkatkan kesejahteraan yang berasal dari, oleh dan
untuk masyarakat.
Hakikat pembangunan di Indonesia adalah membangun manusia
Indonesia seutuhnya dan membangun masyarakat Indonesia selumhnya. Dengan
demikian
orientasi
dari
setiap
kegiatan
pembangunan
difokuskan
untuk
meningkatkan harkat dan martabat manusia. Pembangunan juga itu tidak hanya
mengejar kemzjuan lahiriah, seperti pangan, sandang, perumahan dan kesehatan;
akan tetapi juga mengejar kemajuan atau kepuasan batiniah seperti pendidikan, rasa
aman, kebebasan mengeluarkan pendapat yang bertanggung jawab, rasa keadilan,
yang merupakan keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara keduanya.
Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat yang berkeadilan sosial. Akan tetapi pelaksanaannya masih banyak
ditemukan hambatan yang menjadi penghalang bagi pencapaian tersebut. Misalnya,
konsentrasi penduduk masih tetap berada di daerah pedesaan yang masih dicirikan
oleh hal-ha1 yang berkonotasi serba rendah, seperti keterbatasan modal dan
keterampilan (skill) dari penduduk desa (Anomius, 2001).
Keterbatasan
modal
mempakan
masalah
utama
yang
dihadapi
masyarakat kecil untuk rnengembangkan usahanya dalarn rangka peningkatan taraf
hidup. Masyarakat ekonomi lernah dan miskin sulit rnengakses sumberdaya modal
usaha pada bidangnya yang mendatangkan keuntungan. Lebih-iebih dalam keadaan
pasar yang kompetitif, golongan ini semakin sulit bersaing dengan golongan
masyarakat lainnya (Anwar, 1993). Sementara itu, sumber dana dari luar yang
dapat mernbantu rnereka dalam mengatasi kekurangan modal tidak mudah
diperoleh.
Masyarakat kecil akan tetap dalarn kerniskinan jika masalah perolehan
sumberdaya modal tidak dapat ditangguiangi. Kerniskinan akan membawa mereka
kepada sikap dan tingkah laku yang rnenerima keadaan sebagai "sesuatu" yang
seakan-akan tidak dapat diubah. Sikap dan tingkah laku ini tercerrnin dalam
lemahnya kemauan untuk maju, ditambah dengan rendahnya kualitas sumberdaya
manusia dan sangat terbatasnya modal yang dimiliki yang pada akhirnya akan
sampai padz terbatasnya kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan
(Anomius, 1993).
Mayoritas penduduk
Indonesia adalah orang Islam dan dengan
sendirinya golongan ekonomi lemah dan pengusaha kecil yang tertinggal dalain
proses pembangunan sebagian juga ummat Islam. Untuk itu diperlukan suatu solusi
yang dapat mengatasi kendala ummat Islam dalarn mengakses modal usaha
sehingga dapat lebih berperan dalam pembangunan. Dengan kata lain, dibutuhkan
suatu lembaga keuangan yang dapat melayani masyarakat luas dan rnenyentuh
masyarakat kecil dengan suatu sistem yang rnudrah dimengerti oleh masyarakat dan
sesuai dengan ajaran Islam.
Kehadiran bank Islam diharapkan dapat menggugah ummat Islam
untuk menyimpan uangnya di bank Islam untuk kemudian disalurkan pada orang
yang membutuhkan modal. ~ a s ~ a r a k amuslim
t
yang tingkat perekonomiannya
masih
rendah
hendaknya
tergugah
untuk
bangkit
dan
ilcut
serta
dalam
pembangunan terutama dalarn pembangunan bidang ekonomi dengan menggunakan
modal yang diperoleh dari bank Islam untuk meningkatkan produktifitas. Dengan
demikian akan tercipta partisipasi penuh dari seluruh ummat -Islam mulai dari
tingkat ekonomi yang lemah hingga yang kuat dalam mewujudkan cita-cita
pembangunan nasional.
Peranan B a n k Islam Dalam Pembangunan
Menurut Poerwadarminta (1989), peranan merupakan bagian dari
tugas yang harus dilakukan. Gibson et.al (1996) mcndefiniskan peranan sebagai
pola perilaku yang diharapkan diberikan kepada suitu posisi tertentu. Indrawijaya
(1 983) menyatakan bahwa peranan yang diterima seseorang akan mendorong yang
bersangkutan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan peranan yang dimilikinya.
Peranan suatu posisi berhubungan dengan posisi lain, sehingga suatu peranan dapat
dipandang sebagai kewajiban dan hak dari pemegang posisi (Newco~zlb, et.al,
1981). Peranan (role), menurut Soekanto (1996), merupakan aspek yang dinamis
dari kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya
sesuai dengan kedudukannya, maka berarti dia menjalankan suatu peranan. Peranan
mencakup tiga hal, yaitu (1) Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan
dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, (2) Peranan adalah suatu
konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai
organisasi, dan (3) Peranan jjuga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang
penting bagi struktur sosial masyarakat.
Berdasarkan
beberapa
definisi
tentang
peranan
di
atas d a p a t
disimpulkan bahwa peranan adalah perilaku yang dilakukan oleh seseorang,
kelompok atau lembaga karena posisi tertentu yang diterimanya.
Adapun pengertian bank Islam, menurut Ensiklopedi Islam (1994),
bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya mmemberikan kredit
dan jasa-jasa
dalam
lalu
lintas
pembayaran
serta
peredaran
uang
yang
pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip syari'at .-Islam. Sedangkan
menurut Sjahdeini (1 999) bank Islam seperti halnya bank konvensional, berfbngsi
sebagai suatu lembaga intermediasi (intermediary institution), yaitu mengerahkan
dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada
masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk fasilitas pembiayaan.
Bank Islam sering juga disebut bank syariah. Secara akadernik, istiIah
Islam dan syari'ah memang mempunyai pengertian yang berbeda. Namun secara
teknis untuk penyebutan Bank Islam dan Bank Syari'ah mempunyai pengertian
yang Sama (Sun~itro,1996).
Berdasarkan rumusan tersebut, bank Islam berarti bank yang tata cara
beroperasinya didasarkan kepada tata cara bermuamalat secara Islam, yakni
mengacu kepada ketentuan-ketentuan al-Qur'an dan al-Hadist (Sumitro, 1996).
Sedangkan pengertian muamalat aadalah ketentuan-ketentuan yang mmengatur
hubungan manusia dengan manusia, baik hubungan pribadi maupun antara
perorangan dengan masyarakat (Khallaf, 1983).
Tanpa mengabaikan peranan perbankan konvensional (dengan s i s t e ~ n
bunga) kehadiran lembaga keuangan Bank Islam sangat diperlukan uuntuk
melayani masyarakat yang enggan melakukan transaksi dengan bank yang
menggunakan
perekonomian
sistem
modern
bunga
Fungsi
seperti
(bank
sekarang
konvensional)
ini
dipandang
dalain
belum
konteks
dapat
mendistribusikan dana secara merata dari dana yang berhasil dihimpunnya yang
disebabkan oleh sistenl yang mendasarinya. Sistem yang dianut lebih berorientasi
pada proJitabiCity serta secur@ dan belum sampai pada misi kesejahteraan ummat
(Alwi, 1991). D a n a lebih banyak beredar dan didistribusikan di kalangan orangorang kaya. D a t a menunjukan bahwa kredit yang dilepas oleh Bank-bank
Pemerintah pada akhir tahun 1992 sejumlah R p 71,7triliun, sebesar R p 30,2 trilyun
diterima oleh hanya 20 nasabah besar (konglomerat). Sedangkan sisanya untuk
pengusaha menengah dan kecil yang jumlahnya puluhan ribu orang ( Sanim, 1995)
Suatu ha1 yang saat ini perlu mendapatkan perhatian adalah masalah
penanggulangan kemiskinan, bagaimana upaya meningkatkan peran umlnat lslam
terutama
golongan
pengusaha
lemah
sehingga
mampu
memasuki
sistem
perekonomian nasionaI secara sehzt pada skala tertentu pada sektor-sektor yang
tersedia (tradisional atau modern). Hal yang sering menjadi penghambat dalain
usaha ini adalah modal, mengingat bahwa bank-bank umum kurang memperhatikan
goiongan ekonomi lemah dan cenderung menyalurkan sebagian besar kreditnya
kepada pengusaha besar.
Bank Islam telah lama menjadi dambaan ummat Islam di Indonesia
Dalam pandangan Ummat Islam daya tarik Bank Islam adalah selain bersifat
materiil juga bersifat imateriil yaitu rasa tentram karena terbebas dari keraguan
tentang riba.
Secara umum tujuan bank Islam ialah mendnrong dan mempercepat
kemajuan ekonomi suatu masyarakat dengan melakukan kegiatan perbankan.
berupa kegiatan investasi sesuai dengan prinsip-prinsip Islam ((Metwally, 11995)
Salah
satu
cara
untuk
mencapai
tujuan
tersebut
Bank
Islam
mencoba
mengembangkan pembiayaan dengan sistem bagi hasil, dimana dengan sistem
tersebut nasabah bank tanpa bunga diharapkan kondisi ekonominya akan menjadi
lebih baik dari pada memanfaatkan modal dari bank yang mendasarkan diri pada
sistem bunga terutama adalah golongan ekonomi lemah.
Kehadiran bank Islam di Indonesia tidak terlepas dari munculnya
kebutuhan
adanya lembaga
keuangan yang berasaskan
syariah
Islam
dan
mengembangkan sistem bagi hasil dalam operasionalnya diharapkan akan menolong
masyarakat yang masih ragu terhadap bunga (deposit0 atau kredit) itu riba atau
bukan Menurut Alwi (1 99 1) diwujudkamya bank tanpa bunga akan menghasilkan
alternatif mekanisme perekonomian yang lebih dinamis dan kompetitif, karena
masyarakat nasabah tidak lagi hanya memiliki satu alternatif keputusan yaitu
mendasarkan pada perhitungan bunga @ro#t oriented yang sepihak) sebagai basis
pendapatan bagi kekayaan yang dimilikinya (uang), melainkan sudah beralih kepada
perhitungan
untung-rugi
yang
dibenarkan
oleh
Islam.
Paham
untung-rugi
mempunyai hikmah tersendiri yaitu semua orang berusaha mencari keuntungan dan
berusaha menghindarkan kerugian, ha1 ini akan membuat kita menjadi dinamis
Jelas ha1 ini berbeda dengan sistem bunga sebagai basis yang menyebabkan bank
akan menerima pendapatan tetap tanpa melihat apakah pihak lain untung atau rugi
dalam menjalankan uangnya. Sistern bagi hasil yang berlandaskan keadilan dan
peningkatan keuntungan bagi kedua belah pihak akan merangsang orang-orang
atau pengusaha-pengusaha kecil yang lemah permodalannya untuk bekerja sama
dengan bank Islam dalam permodalannya guna mendirikan usaha baru dan
rnengembangkan usaha yang telah dijalankan ((Aziz, 1992). Dengan munculnya
kegiatan-kegiatan usaha baru dan pengembangan kegiatan yang telah ada maka
akan terbuka luas lapangan kej a ban?, yang akan mengurangi angka pengangguran
dan meningkatkan pendapatan rnasyarakat dan mengurangi kerniskinan.
Bank Islam dengan sistem bagi hasil yang lebih mengutamakan
kegiatan produksi dan perdagangan serta kebersamaan dalam ha1 investasi,
rnenghadapi resiko usaha dan membagi hasil usaha, akan memberikan sumbangan
yang besar kepada perekonomian
investasi,
penyediaan
kesempatan
Indonesia khususnya dalam menggiatkan
keja
dan
pemerataan
pendapatan
(Perwataatmaja, 1991). Dengan tidak adanya agunan kekayaan (atau kekayaan
bukan sebagai jaminan utama) dan tidak adanya beban bunga akan mendorong
masyarakat golongan ekonomi lemah atau pengusaha kecil untuk lebih berani
memanfaatkan dana dari lembaga keuangan formal, karena selama ini masyarakat
golongan ekonomi Iemah mengalami kesulitan mengakses dana kredit yang
disebabkan oleh kekurangan agunan atau masalah legalitas agunan serta tingginya
bunga. Masyarakat kecil dan usaha kecil biasanya masih sangat sulit mendapatkan
modal. Mereka umumnya mendapat kredit d a ~ rentenir
i
dengan bunga yang tinggi.
Pada bank-bank konvensional juga, kredit usaha kecil sangat langka dan faktor
utama yang menimbulkan usaha kecil sulit untuk mendapatkan dana adalah agunan.
Jelas bahwa masyarakat kecil atau usaha kecil tidak akan mempunyai agunan yang
cukup untuk mendapatkan kkredit, apalagi jika besarnya nilai agunan hams lebih
besar dari besarnya pinjaman. Kondisi seperti itu akan menghambat pengembangan
usaha kecil dan perekonomian nasional.
Adapun peranan bank Islam dalam pembangunan nasional menurut
Aziz (1992) adalah: Pertama, sebagai pelengkap dari bank yang telah ada dan
menyediakan alternatif cara k e j a perbankan yang memuaskan pemakainya. Bank
Islam bukanlah muncul sebagai pesaing bagi lembaga-lembaga ekonomi yang teIah
ada, tetapi lebih merupakan sebagai pengisi atau sebagai pelengkap lernbagalembaga keuangan yang diperlukan bagi pembangunan ekonomi.
Umat Islam yang rnerupakan mayoritas di lndonesia tidak mau
berhubungan dengan bank-bank konvensional, karena alasan kepercayaan agama.
Kehadiran bank Islam dengan menggunakan sistem bagi hasil akan lebih berpeluang
untuk melayani uumat Islam yang merupakan bagian terbesar bangsa Indonesia
untuk mendirikan dan mengembangkan kegiatan usaha ekonomi. Oleh karena itu
kelahiran bank Islam akan Iebih merupakan lembaga perbankan pengisi kekosongan
atau alternatif untuk melayani masyarakat Indonesia, sehingga rnereka lebih terlibat
dan lebih produktif dalam pembangunan nasional.
Kedua,
sebagai
suatu
sarana
untuk
meningkatkan
partisipasi
masyarakat banyak dalam pembangunan nasional dan mengurangi kesenjangan
sosial ekonomi. Dalam GBHN (Garis-garis Besar HaIuan Negara) dinyatakan
bahwa tujuan pembangunan nasional adalah "untuk mewujudkan suatu masyarakat
adil dan makmur yang merata material dan spritual".
Kehadiran bank Islam yang sistem dan operasinya dituntun oleh syariah
Islam diharapkan dapat merangsang seluruh ummat Islam untuk membangun
kualitas hidup dirinya dan masyarakat Indonesia terutama di dalam bidang
pembangunan ekonomi Kehadiran bank Islam juga harus menggugah orang-orang
Islam yang menyimpan uangnya di rumah (karena enggan berhubungan dengan
bank konvensional yang menggunakan sistem bunga) untuk menyimpan uangnya di
bank Islam untuk kemudian oleh bank Islam disalurkan pada orang yang
membutuhkan modal.
Kefiga, menciptakan idpangan kerja. Dengan semakin banyaknya
masyarakat
menyimpan dananya di bank Islam dan memanfaatkan fasilitas
pembiayaan yang
disediakannya
untuk mendirikan usaha atau memperluas
usahanya, maka akan terbuka Iuas lapangan kerja baru yang membutuhkan tenaga
k e j a yang banyak Hal ini akan membantu adanya pemecahan masalah banyaknya
pengangguran yang menjadi kendala bagi pembangunan nasional.
Keempat, sebagai sarana untuk meningkatkan pendapatan masyarakat
Baik peningkatan pendapatan dari sisi pengerahan dana masyarakat maupun
peningkatan pendapatan dari sisi penyaluran dana kepada masyarakat.
Bank Islam adalah lembaga perbankan yang menggunakan sistem dan
prinslp operasinya berdasarkan syari'at Islam (Aziz,
1992) Dalam operasinya
Bank Islam menggunakan sistem bagi hasil serta imbalan jasa lainnya dan tidak
menggunakan perangkat bunga karena diyakini tata cara atau sistem bunga seperti
yang dilakukan bank pada umumnya (konvensional) mengandung unsur riba
Diberlakukannya syariat Islam adalah rnerupakan perbedaan yang mendasar antara
bank Islam dengan bank konvensional Secara ringkas dapat dibedakan antara
sistem bagi hasil (bank Islam) dengan sistem bunga (bank Konvensional) pada tabel
1.
Tabel I.
Perbedaan Sistem Bagi Hasil Dengan Sistem Bungs
nasabah untung atau rugi.
bisa dilakukan
peminjam.****
Surnber:
*
**
***
****
*****
*****
***
penyitaan
keuntungan
ke
kayaan
Saefuddin (1991)
Antonio
(200 1)
Perwataatmaja (1 993)
Uzair (1985)
Karirn (1995)
Anwar (1993)
maka
kerugian
akan
Jika diteliti lebih jauh akan terdapat tiga perbedaan antara pendapatan
yang berasal dari bunga dengan pendapatan yang berasal dari non bunga. Menurut
Uzair,
(1985) perbedaan tersebut adalah: (1) Jumlah pengembalian (pinjaman
ditambah dengan bunga pinjaman) yang telah ditetapkan sebelumnya ( a p r e
determined rare of return) adalah indepeden atau terlepas dari produktivitas aktual,
profitabilztas,
atau utilitas dana pinjaman @in&)
yang disediakan oleh pihak
pertama, dan digunakan oleh pihak lainnya. (2) Suku bunga yang telah ditetapkan
sebelumnya @re-determined rate ofinterest) menurut definisinya adalah sama bagi
semua pihak,
apakah mereka kaya atau miskin, jujur atau curang. Singkatnya,
permintaan, kebutuhan, atau desirabilitas atas pinjaman itu akan menghasilkan
sesuatu yang produktif atau tidak, semuanya adalah tidak relevan di dalam sistem
yang didasarkan pada penarikan bbunga. (3) Penarikan pre-determined rate of
rehtrn secara hukum tetap dilakukan, meskipun jika pemakai dana pinjaman (user
of fhe fznzds.) menderita kebangluutan, kadang-kadang bisa terjadi Likuidasi atas
peminjam dengan menyita kekayaan atau aset-asetnya.
Secara kelernbagaan juga terdapat perbedaan secara prinsip antara
bank Islam dengan bark konvensional seperti terlihat pada tabel 2.
.
Tabel 2.
P e r b e d a a n A n t a r a B a n k Syariah Dengan B a n k Konvensional
Variabel
Landasan
Operasional
+
+
+
+
Bank Svariah
Tidak
bebas
nilai
(berdasarkan
prinsip
Syariah Islam)
Uang sebagai alat tukar
bukan komoditi.
Bunga dalam berbagai
bentuknya dilarang.
Menggunakan prinsip bagi
hasil dan keuntungan atas
I
Bank Konvensial
Nilai
(berdasarkan
prinsip materialistis).
+ Bebas
+ Uang
+
sebagai komoditi yang
diperdagangkan.
Bunga sebagai instnimen
+ Bunga
imbalan
sebagai
instrumen
terhadap
pemilik
I
I+
transaksi riel
Lembaga
- Intermediasi
+ Agen Investasi, manager
investasi
+ Investor.
+ Penyedia jasa lalu lintas
pembayaran
(tidak
bertentangan
dengan
syariah).
+ Pengelola dana kebajikan:
ZIS (hngsi opsional).
+ Hubungan dengan nasabah
adalah
hubungan
kemitraan (investor timbal
balik pengelola investasi).
Risiko Usaha
+ Dihadapi bersama antara
bank
dengan
nasabah
dengan prinsip keadilan
dan kejujuran.
Tidak
mengenal
kernungkinan
tejadinya
selisih
negatif
(negatif
spread) karena sistem yang
digunakan.
Sistem
+ Adanya dewan pengawas
Pengawasan
syariah untuk memastikan
operasional bank tidak
menyimpang dari syariah
disamping
tuntutan
moralitas pengelola bank
dan nasabah sesuai dengan
akhlakul karimah.
Sumber: Wiroso (2001).
Fungsi dan
I uang yang ditetapkan di muka
I + Lembaga
- Intermediasi
+ Penghimpun
+
+
dana masy dan
meminjamkan kembali kpd.
Masyarakat dalam bentuk
kredit dengan imbalan bunga
Penyedia
jasa/lalu
lintas
pembayaran.
Hubungan
bank
dengan
nasabah
adalah hubungan
debitur-kreditur.
+ Risiko
+
+
,
bank tidak terkait
langsung
dengan
debitur,
risiko debitur tidak terkait
langsung dengan bank.
Kemungkinan t e j a d i selisih
negatif antara pendapatan
bunga dan beban bunga.
+ Aspek
moralitas sering kali
terlanggar
karena
tidak
adanya nilai-nilai religius yang
mendasari operasional.
Persepsi Masyarakat Tentang Bank Islam
Persepsi ialah suatu proses dimana seseorang memperoleh kesadaran
mengenai keadaan sekitar lingkungannya (Sereno dan Bodaken, 1975). Sedangkan
Berent et.all (1977), menyebut persepsi itu sebagai penafsiran otak terhadap apa
yang kita rasakan
Lebih jauh Ton Kertapati (I981), menyatakan bahwa persepsi dapat
diartikan sebagai proses untuk mengerti dan menyadari dunia luar diri sendiri.
kesadaran atau pengalaman tentang suatu hal. Ini dapat berupa kegiatan melihat,
mendengar, meraba atau memberi reaksi dengan membeda-bedakan obyek-obyek
atau peristiwa- peristiwa yang tejadi dilingkungan sekitarnya.
Persepsi bukanlah proses yang berdiri sendiri. Sereno et.al (1975),
menjelaskan bahwa proses pembentukan persepsi merupakan serangkaian tiga jenis
proses, yaitu: seleksi, organisasi dan interpretasi. Ketiga proses tersebut merupakan
.. .
rangkaian peristiwa yang terjadi dengan cepat dan bersamaan.
Seleksi,
merupakan
suatu
proses
dimana
seseorang
berusaha
memusatkan seluruh perhatiannya terhadap sesuatu atau beberapa dimensi stimuli
yang .relevan dari ssjurnlah rangsangan yang ada. Tidak semua rangsangan menarik
perhatian seseorang. Hanya sebagian kecil saja yang diubah menjadi kesadaran.
Organisasi, ialah kegiatan menyusun rangsangan kedalam bentuk yang
sederhana dan terpadu. Seseorang cenderung mengorganisasikan rangsangan yyang
terpilih melalui dua cara. Pertama, dengan membedakan antara unsur-unsur
rangsangan (figure) dan tempat dimana unv~r-unsurtersebut berada (ground).
Kedua,
dengan
menyederhanakan
unsur-unsur
rangsangan
termasuk
memadukannya, sehingga rangsangan dengan mudah dapat dimengerti.
Sedangkan
interpretasi,
merupakan
proses
dimana
seseorang
membentuk penilaian-penilaian dan mengambil kesimpulan. Umumnya, ha1 ini lebih
dikenal sebagai evaluasi dan identifikasi.
Sejalan dengan pendapat di atas, Gibson et.al (1988), menyatakan
bbahwa ppersepsi meliputi juga kognisi. Jadi persepsi mencakup ppenafsiran
oobyek, tanda dan orang dari sudut pengalaman dari masing-masing individu yang
mempersepsi. Dengan kata lain, persepsi mencakup proses penerimaan rangsangan,
pengorganisasian
dan
penafsiran
rangsangan
yang
telah
diorganisir
untuk
menentukan sikap dan membentuk perilaku.
Sementara itu Kemp et al, (1975) menyatakan bahwa dalam proses
persepsi, seseorang menggunakan pikiran untuk mernahami objek atau peristiwa.
Sedangkan mata, telinga dan ujung-ujung saraf rnerupakan alat-alat utama persepsi.
AIat-alat ini mengumpulkan data bagi sistem saraf. Data kemudian diubah menjadi
impuls listrik yang selanjutnya memicu proses lain: perubahan listrik dan kimiawi di
dalam sel-sel otak. Hasilnya suatu kesadaran internal terhadap suatu objek atau
peristiwa Karena itu dapat disebut bahwa persepsi adalah awal proses komunikasi
Selanjutnya, Krech e t al, (1976) melihat rangkaian persepsi sebagai
suatu konsep yang dapat digunakan untuk meringkas proses yang dilalui untuk
memperoleh kesadaran.
Proses tersebut
terdiri
atas lima mata rantai: (1)
lingkungan, (2) media yang digunakan untuk berkomunikasi dengan organ perasa
seseorang, misaInya gelombang suara; (3) interaksi antara rangsangan dengan
organ perasa; (4) saraf perasa yang menghantarkan rangsangan ke otak, dan (5)
otak itu sendiri, dimana rangsangan yang datang akan bergabung dengan informasiinformasi terdahulu seperti kepercayaan dan memori untuk merefleksikan persepsi.
Selain itu, persepsi mengikuti prinsip-prinsip tertentu. Kemp et al,
(1975), menyatakan ada dua prinsip penting: (1) persepsi tidak berdiri sendiri,
tetapi terdiri atas beberapa proses penginderaan yang dihubungkan dan dipadukan
menjadi suatu pola yang komplet. Inilah yang menjadi dasar pengetahuan seseorang; dan ((2)
seseorang akan bereaksi terhadap sebagian kecil saja dari
lingkungannya. Ia akan memilih bahagian peristiwa yang ingin ia alami dan menarik
perhatiannya.
Sementara itu, Berelson
and Steiner (1967) menyatakan bahwa
persepsi merupakan kebutuhan atau keinginan individu untuk mengetahui dan
memahami makna informasi yang diterimanya dalarn ruang lingkup dimana ia
berada. Bagaimana seseorang belajar mengenali dan menafsirkan lingkungan
mereka, merupakan dasar untuk rnemahami perilaku rnanusia.
Persepsi berhubungan dengan perilaku. Hal ini ditegaskan oleh Toch
(J
&
II
dan McLean &
Kemp e t a1.,1975) yang menyatakan: "tidak ada perilaku
tertentu tanpa persepsi; perilaku adaiah hasil persepsi masa lalu dan permulaan
persepsi berikutnya".
Dari berbagai uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi ialah
proses penginderaan, penyusunan, dan penafsiran rangsangan, sehingga seseorang
dapat mengenali, memahami, dan menilai makna rangsangan yang diterimanya.
Dengan demikian, orang yang memiliki persepsi tentang sesuatu berarti orang
tersebut mengenali, memahami, dan mampu menilai tentang sesuatu itu SeIain itu,
persepsi merupakan proses aktif penggunaan pikiran sehingga menimbulkan
tanggapan,
bahkan
dapat
membentuk
sikap
seseorang
terhadap
sesuatu
rangsangan
Sedangkan pengertian masyarakat, menurut Ralp Linton (1963).
merupakan kelompok manusia yang telah lama hidup dan bekerjasama pada suatu
tempat tertentu guna mengorganisasikan dirinya sebagai suatu kesatuan mahluk
sosial. Pendapat lain, Gillin (1948) mengemukakan bahwa masyarakat merupakan
sekelompok manusia yang mempunya kebiasaan sikap dan perasaan akan persatuan
yang sama. Kehidupan masyarakat merupakan pengorganisasian kepentingan
perorangan, pengaturan sikap seseorang antara sesamanya, dan pemusatan orang
dalam kelompok tertentu untuk melaksanakan kegiatan secara bersama.
Pengertian persepsi masyarakat menurut Krech (1962) adalah sebagai
proses perubahan kognitif masyarakat untuk menafsirkan serta memahami dunia
yang berada disekitar mereka. Reksowardoyo (1983) mengemukakan bahwa
persepsi
masyarakat
merupakan
tanggapan,
ppengertian
dan
interpretasi
masyarakat tentang sesuatu obyek yang diinformasikan kepada mereka, terutama
bagaimana mereka memandang sesuai dengan dirinya sendiri dalam lingkungan
tempat dia berada. Sedangkan Nord (1976) mengemukakan bahwa persepsi
masyarakat
rnerupakan
proses
pemberian
arti
oleh
masyarakat
terhadap
Ilinghngannya. Setiap orang dapat memberi arti dan memiiih berbagai macam
isyarat yang akan mempengaruhi persepsinya terhadap orang lain atau stimulus
tertentu bahkan individu yang berbeda akan mmelihat ha1 yang sama dengan
dengan
cara yang berbeda pula,
seperti obyek dan tanda-tanda
tertentu.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka sering t e j a d i ketidak seimbangan
pemberian arti oleh masyarakat seIungga t e j a d i salah persepsi terhadap orang lain,
terhadap kelompok atau obyek-obyek tertentu. Masyarakat cenderung menafsirkan
perilaku seseorang yang disesuaikan dengan keadaan dirinya sendiri.
Dari ungkapan di atas, persepsi masyarakat tentang bank Islam dapat
didefinisikan sebagai tanggapan, pengertian dan interpretasi masyarakat tentang
bank Islam yang diinformasikan kepada mereka, sesuai dengan pemahaman diri dan
lingkungannya.
Persepsi masyarakat tentang bank Islam itu sendiri, bisa dilihat dari
hasil pengumpulan pendapat di Jakarta yang dilakukan oleh Majalah INFO BANK
tahun 1992 terhadap 479 orang responden yang cukup terdidik (tamat Universitas
45,3 % dan tamat SLTA 42,O %). Hasil pengumpulan pendapat mereka tentang
suku bunga bank dapat dilihat sebagai berikut: setuju 34,3 %, tidak setuju 3 1,7 %,
kurang setuju 25,9 %, sangat tidak setuju 8 , l % (Taufik ,t.th). HasiI pengumpulan
pendapat ini menggambarkan bahwa rnasyarakat masih menyetujui adanya bunga
bank
Sedangkan persepsi yang agak berbeda ditunjukan oleh sebuah hasil
survei yang dilakukan pada buIan April 1999 di lima kota besar (Jakarta, Bandung,
Semarang, Yogyakarta dan Surabaya) oleh PDAP yang menyebutkan bahwa 68.4
O h
responden mengetahui secara pasti tentang apa itu bank Islam, waIaupun 48,6
O h
responden menganggap bank Islam belum disosialisasikan. Sebanyak 80,6 % dari
mereka percaya bahwa praktik perbankan konvensional menyumbang terjadinya
krisis ekonorni, dan 85,5 % menaruh harapan besar bahwa sistem bank Islam
rnampu menjadi jawaban atas krisis yang diakibatkan praktik-praktik buruk
perbankan konvensional (Zainul , 1999)
Sedangkan jajak pendapat yang dilakukan oleh litbang Republika pada
tanggal 19-22 Agustus 2000 terhadap 500 responden yang berdomisili di DKI
Jakarta ditanyakan tentang minat pada Bank syariah 4,40 % sudah menjadi
nasabah, 29,OO % tidak tertarik 34,40 % tertarik menjadi nasabah dan 32,20
belurn tertarik menjadi nasabah Bank Syariah. (Rqublika, 2000).
O h
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Bailey (1982), menyatakan bahwa persepsi seseorang terhadap suat
DI KABUPATEN BOGOR
OLEH:
M. ABDUH KHALID. M
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002
' -/'
ABSTRAK
M.ABDUH KBAL1D.M. "Persepsi Masyarakat Tentang Bank Islam
di Kabupaten Bogor" (Dibawah bimbingan Margono Slarnet sebagai ketua,
Soedijanto Padmowihardjo dan Bunasor Sanim sebagai anggota).
Penelitian ini bertujuan untuk
menguraikan gambaran persepsi
masyarakat tentang bank Islam dan menguraikan faktor-faktor karakteristik
personal dan situasional yang berhubungan dengan persepsi tersebut.
Pengumpulan data dilaksanakan di empat kecamatan di Kabupaten
Bogor sejak bulan November 2000 sampai dengan Pebruari 2001. Penentuan
daerah penelitian dilakukan secara sengaja @urvosive).
Penentuan sampel
dilakukan dengan menggunakan tehnik sampel quota (quota sampling),
berjumlah 80 orang. Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji kompa~atif
Man Whitney U Test dan uji korelasi peringkat Spearman.
Hasil penelitian rnenunjukan terdapat perbedaan sangat nyata antara
persepsi responden nasabah dengan non nasabah t e n p n g bank Islam, ha1 ini
diduga karena persepsi responden nasabah tentang konsep bank Islam mayoritas
berkategori sedang (55%), sedangkan persepsi responden non nasabah tentang
konsep bank Islam, mayoritas berkategori jelek (57,5%). Persepsi responden
nasabah tentang prosedur bank Islam mayoritas berkategori sedang (50%), untuk
responden non nasabah
persepsinya tentang prosedur bank Islam mayoritas
adalah jelek (92,5%). Persepsi responden nasabah tentang pelayanan bank Islam
berkisar antara kategori sedang yaitu (473%) dan kategori baik yaitu (47,5%),
untuk responden non riasabah, persepsi tentang pelayanan bank Islam mayoritas
adaIah jelek (92,5%).
Analisis korelasi rank Spearman (rs) menunjukan bahwa variabel status
ekonomi responden nasabah hanya memiliki hubungan nyata dengan persepsi
tentang konsep bank Islam. Variabel kekosrnopolitan responden fiasabah memiliki
hubungan sangat nyata dengan konsep bank Islam dan terhadap bank Islam secara
keseluruhan.. Untuk
responden
non nasabah variabel
kekosmopolitan
berhubungan sangat nyata dengan prosedur bank Islam. Variabei pengetahuan
responden nasabah rnerniliki hubungan sangat nyata dengan konsep bank Islam.
Sedang variabel pengetahuan responden nasabah berhubungan nyata dengan
pelayanail bank Islam.
Untuk responden non nasabah variabel pengetahuan
berhubungan sangat nyata dengan konsep bank Islam. Variabel motivasi berusaha
responder1 nasabah memiliki hubungan nyata dengan prosedur bank Islam.
Variabel kebijakan bank Islam
untuk responden nasabah memiliki hubungan
sangat nyata dengan konsep bank Islam dan bank Islam secara keseluruhan,
sedangkan untuk responden non nasabah hubungannya antara dua variabel bersifat
nyata. Variabel intensitas sosialisasi bank Islam untuk responden nasabah
berhubungan sangat nyata dengan konsep bank Islam dan dengan bank Islam
secara keseluruhan dan responden non nasabah memiliki hubungan nyata hanya
dengan konsep bank Islam.
Berdasarkan data yang didapat, responden nasabah (32,5'/0) tidak bersedia
mengajak keiuarga dan masyarakat untuk menjadi nasabah bank Islam, (22,5%)
ragu-ragu dan (45%) bersedia. Untuk responden non nasabah sebagian besar
menjawab ragu-ragu untuk menjadi nasabah bank Islam yaitu (57,5%). bersedia
(30%) dan tidak bersedia (12.5%).
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:
Persepsi Masyarakat Tentang Bank Islam Di Kabupaten Bogor
Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah
dipublikasikan.
Semua
sumber
data
dan
informasi
yang
digunakan
dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, 23 Januari 2002
telah
PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG BANK ISLAM
DI KABUPATEN BOGOR
M. ABDUH KHALID. M
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002
Judul Tesis
:
Persepsi Masyarakat
Kabupaten Bogor
Nam a
NRP
Program Studi
:
M.Abduh Kha1id.M
97090
Umu Penyuluhan Pembangunan
:
:
Tentang
Bank
Islam
Di
Menyetuj ui,
1.Komisi Pembimbing
Pr0f.Dr.H
etua
I
Prof.~r.lr.~.~oediian6~
Anggota
~ r o f . ~ d ~ r . ~ u n Sanim.M.Sc
asor
Anggota
Mengetahui,
2.Ketua Program Studi Ilmu
Penyuluhan Pernbangunan
Tanggal Lutus : 23 Januari 2002
3.Di-tur
Program Pascasariana
RIWAYAT HIDUP
Penulis di lahirkan di Bogor pada tanggal 30 Juli 1963 sebagai anak
ke tujuh dari-pasangan (alrn) Ahmad Mamad Ma'turidi dan (alm) Hj.Neneng
Nafsiah. Pendidikan saqana ditempuh di Jurusan Muamalat Fakultas Syari'ah
IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, lulus pada tahun 1990. Pada tahun 1997,
penulis diterima kuliah di Program Pascasajana (5-2) di Program Studi Ilmu
Penyuluhan
Pembangunan
IPB
Bogor.
Beasiswa
pendidikan
pascasarjana
diperoleh dari Departemen Pendidikan Nasional (BPPS).
Penulis bekerja sebagai staf pengajar di Jurusan Muamalah/Ekonomi
Islam Fakultas Studi Islam Universitas Djuanda Ciawi Bogor dan kini menjabat
sebagai Ketua Jurusan Muamalah&konomi Islam di fakultas yang sama.
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Shalawat
dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw, beserta keluarga
dan sahabatnya.
Judul
penelitian
yang
penulis
laksanakan
adalah
"Persepsi
Masyarakat Tentang Bank Islam di Kabupaten Bogor". Penulisan ini dilakukan
sebagai salah satu syarat penyelesaian tugas akhir Program Magister Sains (S-2)
pada Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor.
Dengan selesainya penulisan tesis ini, penulis ucapkan terimakasih
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
(1)
Bapak
ProEDr.H.R.Margono
Slamet;
Bapak
Prof.Dr.Ir.H.Soedijanto
Padmowihardjo dan Bapak ProfDr.Ir.Bunasor Sanim, M.Sc seiaku ketua
d m anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan
bimbingan dalam penelitian dan penulisan.
(2)
Direksi Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Insan Cita Parung, BPRS
Bina Rahmah Darmaga, BPRS Rif atul Ummah Ciomas dan BPRS Amanah
Umah Leuwiliang Bogor khususnya Bapak H.Taufik Rahman atas bantuan
data-data dan dananya.
(3)
Biro Syariah Bank Indonesia (BI), BAZIS DKI, Yayasan Pusat Studi dan
Pengembangan lslam dan Fakultas
Studi Islam Universitas Djuanda,
Yayasan Pendidikan Taman Islam atas bantuan dana dan kesempatan
sehingga selesainya tesis ini.
(4)
Drs. E.Mujahidin M a k ~ n u nM.Si, Ir Setyono, M.Si
kontribusinya
berupa
bantuan
pengolahan
dan 1r.Mohana atas
data dan diskusi-diskusinya
sehingga menambah analisa penulis.
(5)
Orang tua penulis, ayahanda (Alm.) Ahmad Mamad Ma'turidi dan ibunda
(Alm.) Hj.Neneg Nafsiah atas jasa-jasa
berupa pendidikan
dan kasih
sayangnya yang diterima penulis.
(6)
Istri tercinta Dra. Rahmah, serta anak-anak penulis yaitu Zara Fathia
Muflihani (8 tahun) dan Muhammad Firhad (5 bulan)
atas dorongan, doa
dan pengorbanannya.
Somoga hasil penelitian ini dapat bemanfaat baik bagi penulis
maupun
pihak-pihak
terkait,
khususnya
sebagai
keberhasilan pengembangan Bank Islam di Indonesia.
tambahan
masukan
bagi
DAFTAR IS1
Halaman
DAFTAR TABEL .............................................................................................
x
PENDARULUAN .............................................................................................
Latar Belakang .......................:..............................................................
Masalah Penelitian ................................................................................
..
Tujuan Penelitlan .................................................................................
..
Ruang Lingkup Peneld~an.....................................................................
.
.
Kegunaan Penelitlan .............................................................................
1
1
4
4
5
5
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 6
Pembangunan Nasional .........................................................................
6
Peranan Bank Islam dalam Pembangunan ............................................
8
Persepsi Masyarakat tentang Bank Islam .......................................... 17
Faktor-Faktor yang Mempengamhi Persepsi ....................................... 23
KERANGKA PEMIKIRAN
DAN HIPOTESIS .............................................
. .
Kerangka Perniklran ............................................................................
Hipotesis .............................................................................................
25
METODOLOGI PENELITIAN
......................................................................
..
Lokasi Penel~tran.................................................................................
..
Rancangan P e n e l ~ t ~ a..........................................................................
n
Populasi dan Sampel ..........................................................................
Data ....................................................................................................
Waktu dan Metode PengumpuIan Data .............................................
Validitas Instrumen .............................................................................
Realibi :itas I~lstruinen ........................................................................
Analisa Data .......................................................................................
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ...................................
29
29
29
35
HASIL PENELITMN DAN PEMBAHASAN ............................................
Gambaran Umum Daerah Penelitian ...............................................
Identitas Responden ...................................................................
44
45
Persepsi Masyarakat tentang Bank Islam .........................................
Persepsi Masyarakat tentang Konsep Bank Islam .......................
Persepsi Masyarakat tentang Prosedur Bank Islam .....................
Persepsi Masyarakat tentang Pelayanan Bank Islam ..................
25
28
29
31
32
32
32
33
44
48
48
56
58
Hubungan Karakteristik Personal
dengan Persepsi Masyarakat tentang Bank Islam ................................. 63
Hubungan Status Ekonomi
dengan Persepsi Masyarakat tentang Bank Islam ........................ 64
Hubungan Pengalaman Berusaha
dengan Persepsi Masyarakat tentang Bank Islam ........................ 66
Hubungan Kekosmopolitan
dengan Persepsi Masyarakat tentang Bank Islam ........................ 68
Hubungan Pengetahuan
dengan Persepsi Masy arakat tentang Bank Islam ........................ 70
Hubungan Motivasi Berusaha
dengan Persepsi Masyarakat tentang Bank Islam ........................ 72
Hubungan Karakteristik Situasional
dengan Persepsi Masyarakat tentang Bank Islam ................................. 74
Hubungan Kebijakan Bank Islam
dengan Persepsi Masyarakat tentang Bank Islam ........................ 74
Hubungan Intensitas Sosialisasi Bank Islam
dengan Persepsi Masyarakat tentang Bank Islam ........................ 75
Perilaku Masyarakat terhadap Bank Islam ......................................... 77
Model Penyuluhan tentang Bank Islam untuk Masyarakat .................. 83
KESfMPULAN D A N SARAN .......................................................................
Kesimpulan ........................................................................................
Saran-Saran .........................................................................................
87
87
91
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
93
LAMPIRAN ....................................................................................................
96
DAFTAR TABEL
Halalaan
1.
Perbedaan Sistem Bagi Hasil dengan Sistem Bunga ................................... 14
2 . Perbedaan antara Bank Syariah dengan Bank Konvensional ....................... 16
3.
Populasi Nasabah Bank Islam ....................................................................
30
4 . Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia. Tingkat
Pendidikan Dan Jenis Usaha ....................................................................... 46
5 . Perseps; Masyarakat Tentang Konsep Bank Islam ...................................... 49
6 . Uraian Variabe! Persepsi Nasabah Tentang Konsep Bank .......................... 49
7.
Uraian VariabeI Persepsi Non Nasabah Tentang Konsep Bank ................... 50
8. Persepsi Masyarakat Tentang Prosedur Bank Islam ....................................
56 '
9 . Uraian Variabel Persepsi Nasabah Tentang Prosedur Bank Islam ............... 57
I0 . Uraian Variabel Persepsi Non Nasabah Tentang Prosedur Bank Islam ....... 57
1 1. Persepsi Masyarakat Tentang Pelayanan Bank Islam .................................. 59
12. Uraian Variabel Persepsi Nasabah Tentang Pelayanan Bank Islam ............. 59
13. Uraian Variabel Persepsi Non Nasabah Tentang Pelayanan Bank Islam ..... 60
14. Persepsi Masyarakat Tentang Bank Islam .............................................
61
15. Proporsi Uji Beda (Nilai P) Responden Antar Wilayah Penelitian ............... 63
16. Distribusi Responden Berdasarkan Status Ekonomi ...................................
64
17. Hubungan Status Ekonomi Dengan Persepsi Masyarakat Tentang Bank
Islam ..........................................................................................................
64
18. Distribusi Responden Berdasarkan Pengalaman Berusaha .......................... 67
19. Hubungan Pengalaman Berusaha Dengan Persepsi Masyarakat Tentang
Bank Islam .................................................................................................
67
20 . Distribusi Responden Berdasarkan Kekosmopolitan ..................................
68
2 1 . Hubungan Kekosmopolitan Dengan Persepsi Masyarakat Tentang Bank
Islam .......................................................................................................... 68
22. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan ........... ...... ....... ..... ..... . . . .
70
23. Hubungan Pengetahuan Dengan Persepsi Masyarakat Tentang Bank Islam. 7 1
24. Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi Berusaha ..... ..... ....... ..... ..... . .. 7 2
25. Hubungan Motivasi Bemsaha Dengan Persepsi Masyarakat Tentang Bank
Islam .......... ..... ......... . ...... ..... . . . . . . .
. . . ............ .
. . ..
. . . .. . . 7 3
,
,
26. Distribusi Persepsi Responden Tentang Kebijakan Bank Islam . ....... ..... . ..... 74
27. Hubungan ~ e b i j a k a nBank Islam Dengan Persepsi Masyarakat Tentang
Bank Islam ...............................................................................................
75
28.Distribusi Persepsi Responden Tentang Intensitas Sosialisasi Bank Islam ... 76
29. Hubungan Intensitas Sosialisasi Bank Islam Dengan Persepsi Masyarakat
Tentang Bank Islam
76
30. Perilaku Masyarakat Terhadap Bank Islam
78
3 1. Uraian Karekteristik Personal dan Situasional Nasabah Yang Mendorong
Perilaku.Terhadap Bank Islam ................................................................
79
32. Uraian Karekteristik Personal dan Situasional Non Nasabah Yang
Mendorong Perilaku Terhadap Bank Islam .................... ....... ..... .. ......
XO
33. Model P e n y u l ~ h a nBank Islam Untuk Masyarakat
. ..
85
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ummat Islam di Indonesia, memiliki posisi yang ssngat strategis dalam
penentuan keberhasilan pembangunan nasional. Hal ini mengingat karena mereka
(baca: ummat Islam) adalah mayoritas penduduk di Indonesia, sehingga mereka
juga merupakan indikator dari keberhasilan pembangunan terseb~at. Meskipun
demikian, peranan umat Islam secara keseluruhan dalam pembangunan nasional
relatif masih sangat kecil. Hal ini terbukti dengan banyaknya permasalahan yang
dihadapi oleh umat Islam. Diantara permasalahan tersebut adaIah: tingkat
penghasilan (riil) yang rendah, tingkat kemampuan bersaing yang rendah dalam
pengelolaan sumber-sumber ekonomi nasional, tingkat pengangguran yang tinggi.
keterbatasan kemampuan dalam mengelola kegiatan bisnis,
dan ketidakmerataan
kemakrnuran dnn kesejahteraan hidup yang tinggi (Chotib,
dalam
Sasono, et.al
1948).
Salah satu muara permasaiahan di atas pada hakikatnya terletak pada
salah satu ha1 pokok, yaitu rendahnya aspek permodalan umat Islam, disamping
masalah lain yaitu adalah kualitas sumber daya manusianya. Hal ini dapat terjadi,
karena sebagian ummat Islam tidak optimum memanfaatkan jasa perbankan
nasional. Sebab, bagi sebagian mereka, dalam praktek perbankan nasional terdapat
beberapa ha1 yang secara fundamental bertentangan dengan ajaran Islam, terutama
yang berkaitan dengan konsep bunga bank.
Untuk mengurai permasalahan ini, pada tanggal 22-25 Agustus 1990
bertempat di Hotel Sahid Jakarta, Majlis Ulama Indonesia (MUI) mengadakan
Lokakarya
mengenai
"Bunga
Bank
dan
Perbankan",
lokakarya
tersebut
merumuskan pandangan mengenai pembentukan Bank Islam atau sering disebut
juga sebagai Bank Syariah. Berangkat dari hasil lokakarya itulah kemudian
dibentuk Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang mengawali operasinya pada
tanggal 1 Mei 1992 (Chotib,
dalam Sasono, et.al,
1998).
Setelah B M I didirikan, selanjutnya didirikan pula Bank Perkreditan
Syariah (BPRS) di berbagai daerah. Kesemuanya ini dengan sengaja dibentuk
untuk menyediakan "fasilitas permodalan" bagi ummat Islam, disertai harapan agar
problematika ekonomi ummat Islam bisa dipecahkan secara bertahap.
Sejarah berdirinya perbankan dengan sistem bagi hasil (bank Islam),
didasarkan pada dua alasan utarna yaitu (1) adanya pandangan bahwa bunga
-
(i~zlerest) pada bank konvensional hukumnya haram karena termasuk dalam
kategori riba yang dilarang dalam agama, bukan saja pada agama Islanl tetapi juga
oleh agama lainnya, (2) dari aspek ekonomi, penyerahan resiko usaha terhadap
salah satu pihak dlnilai melanggar norma keadilan (Sjahdeini, 1999).
Perkembangan bank Islam di Indonesia dewasa ini masih berada pada
tahap awal, ha1 ini ditunjukan dengan populasi bank Islam yang masih kecil, yaitu 3
Bank Umum Islam (Bank Muarnalah Indonesia, Bank IF1 Syariah. Bank Syariah
Mandiri) d a n 77 Bank Perkreditan Syariah (BPRS), dibandingkan dengan populasi
bank konvensional, yaitu sejumlah 208 Bank Umum dan 2.23 1 Bank Perkreditan
Rakyat (BPR). Dari segi volume usaha terhadap bank konvensional masih sangat
rendah yaitu 0.08
Oh.
DaIam kegiatannya, bank Islam masih menghadapi beberapa
kendala antara lain persepsi masyarakat yang belum tepat terhadap kegiatan
operasional bank Islam (Joyosumarto,
dalam Pengembangan Perbankan,
1999).
Apabila dilihat dari data tahun 2001 asset bank Islam baru mencapai
2,25 triliun (0,20°,4 dari total asset perbankan nasional), sedangkan dana
masyarakat yang dapat dihimpun melalui bank Islam adalah 1,34 triliun (0,20% dari
total
dana
masyarakat
di
perbankan
nasional),
kemudian
dilihat
dari
pembiayaadkredit yang diberikan kepada masyarakat oleh bank Islam adalah 1.77
triliun (0,59% dari total pembiayaadkredit perbankan nasional). (Anomius,2001).
Perkembangan yang kurang menggembirakan
bagi ummat Islam
tersebut secara umum dapat dikatakan bank Islam memang kurang populer atau
kurang
memasyarakat,
mengetahui
sehingga banyak
masyarakat Indonesia yang belum
adanya pelayanan jasa bank Islam. Sebagian besar masyarakat
Indonesia terutama di kawasan luar kota atau pedesaan, belum rnengetahui adanya
bank Islam, sedangkan bagi masyarakat yang mengetahui, banyak yang memiliki
persepsi yang kurang tepat mengenai bank Islam (Syafiie, dalam Pengembangan
Perbankac, 1999).
Bank
Islam
sebagai
sebuah
inovasi
pembangunan,
khususnya
pembangunan ekonomi mengalami banyak kendala. Salah satu kendala yang
dihadapi dalam pengembangan bank Islam adalah pemahaman anggota-anggota
masyarakat
mengenai
kegiatan
operasional bank
Islam.
Meskipun banyak
masyarakat yang membutuhkan dan mendambakan keberadaan bank berdasarkan
prinsip syari'ah, namun pada kenyataannya mereka belum memahami sepenuhnya
produk, mekanisme, sistem, dan seluk beluk bank Islam (Sabirin,
dalam
Syafi'i,
1999)
Sosialisasi tentang bank Islam bisa dimulai dari penyamaan persepsi
masyarakat tentang peranan bank Islam itu sendiri, karena kalau persepsi
~nasyarakat baik
akan
membawa
perkembangan bank Islam
konsekwensi
yang
baik
pula
terhadap
Oleh karena itu, suatu kajian identifikasi persepsi
masyarakat tentang bank Islam sangat penting untuk dilakukan.
Masalah Penelitian
Upaya sosialisasi bank Islam di tengah-tengah masyarakat perlu
dilakukan dalam rangka penyamaan persepsi masyarakat. Perkembangan jumlah
bank Islam seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, rnerupakan bukti bahwa
masyarakat belum mengetahui secara utuh tentang bank Islam.
Untuk melibatkan masyarakat dalarn pembangunan, khususnya dalam
bank Islam, perlu terlebih dahulu digali persepsi mereka tentang bank Islam dan
faktor-faktor
yang mempengamhinya, baik faktor personal
maupun
thktor
situasional Berdasarkan latar belakang dan kenyataan di alas, maka masalah
penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
(1) Bagaimana gambaran persepsi masyarakat tentang bank Islam ?
(2) Faktor-faktor karakteristik personal dan situasional apa yang berhubungan
dengan persepsi tersehut
7
Tujuan Penelitian
~
Penelitian ini bertujuan untuk:
(1) Menguraikan gambaran persepsi masyarakat tentang bank Islam .
(2) Menguraikan
faktor-faktor
karakteristik
berhubungan dengan persepsi tersebut.
personal
dan
situasional
yang
Ruang Lingkup Penelitirn
Penelitian ini difokuskan kepada pencarian data mengenai persepsi
masyarakat tentang bank Islam yang
berkaitan dengan konsep, prosedur dan
pelayanan bank Islam.
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di empat kecamatan di Kabupaten
Bogor, yaitu Kecamatan Parung, Darmaga, Ciomas dan Leuwiliang
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiIiki kegunaan sebagai berikut:
(1) Merumuskan model penyuluhan -peningkatan persepsi masyarakat tentang
bank Islam.
(2) Sebagai upaya dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya yang
merniliki kaitan dengan konsep perubahan perilaku
(3) Sebagai bahan rnasukan bagi pernegang kebijakan yang berkaitan dengan bank
Islam untuk menentukan langkah-langkah awal dalam pendirian bank Islam
(4) Sebagai bahan masukan bagi pembuat program penyuluhan pembangunan
masyarakat yang akan melibatkan masyarakat.
(5) Sebagai data dasar ( bench mark &a
> bagi penelitian lebih lanjut para peneliti
yang tertarik dalam masalah yang sarna.
TINJAUAN PUSTAKA
Pembangunan Nasional
Pembangunan sebagai upaya perbaikan mutu kehidupan, baik di
negara-negara dunia ketiga yang sedang berkembang maupun negara-negara maju
telah menjadi suatu keharusan. Pembangunan secara sederhana didefinisikan
sebagai perubahan yang berguna menuju suatu sistem sosial dan ekonomi yang
diputuskan sebagai kehendak dari suatu bangsa (Rogers, 1985). Senada dengan itu,
Todaro (1987) menyatakan pembangunan merupakan pencerminan dari kehendak
yang terus menerus untuk meningkatkan kesejahteraan yang berasal dari, oleh dan
untuk masyarakat.
Hakikat pembangunan di Indonesia adalah membangun manusia
Indonesia seutuhnya dan membangun masyarakat Indonesia selumhnya. Dengan
demikian
orientasi
dari
setiap
kegiatan
pembangunan
difokuskan
untuk
meningkatkan harkat dan martabat manusia. Pembangunan juga itu tidak hanya
mengejar kemzjuan lahiriah, seperti pangan, sandang, perumahan dan kesehatan;
akan tetapi juga mengejar kemajuan atau kepuasan batiniah seperti pendidikan, rasa
aman, kebebasan mengeluarkan pendapat yang bertanggung jawab, rasa keadilan,
yang merupakan keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara keduanya.
Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat yang berkeadilan sosial. Akan tetapi pelaksanaannya masih banyak
ditemukan hambatan yang menjadi penghalang bagi pencapaian tersebut. Misalnya,
konsentrasi penduduk masih tetap berada di daerah pedesaan yang masih dicirikan
oleh hal-ha1 yang berkonotasi serba rendah, seperti keterbatasan modal dan
keterampilan (skill) dari penduduk desa (Anomius, 2001).
Keterbatasan
modal
mempakan
masalah
utama
yang
dihadapi
masyarakat kecil untuk rnengembangkan usahanya dalarn rangka peningkatan taraf
hidup. Masyarakat ekonomi lernah dan miskin sulit rnengakses sumberdaya modal
usaha pada bidangnya yang mendatangkan keuntungan. Lebih-iebih dalam keadaan
pasar yang kompetitif, golongan ini semakin sulit bersaing dengan golongan
masyarakat lainnya (Anwar, 1993). Sementara itu, sumber dana dari luar yang
dapat mernbantu rnereka dalam mengatasi kekurangan modal tidak mudah
diperoleh.
Masyarakat kecil akan tetap dalarn kerniskinan jika masalah perolehan
sumberdaya modal tidak dapat ditangguiangi. Kerniskinan akan membawa mereka
kepada sikap dan tingkah laku yang rnenerima keadaan sebagai "sesuatu" yang
seakan-akan tidak dapat diubah. Sikap dan tingkah laku ini tercerrnin dalam
lemahnya kemauan untuk maju, ditambah dengan rendahnya kualitas sumberdaya
manusia dan sangat terbatasnya modal yang dimiliki yang pada akhirnya akan
sampai padz terbatasnya kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan
(Anomius, 1993).
Mayoritas penduduk
Indonesia adalah orang Islam dan dengan
sendirinya golongan ekonomi lemah dan pengusaha kecil yang tertinggal dalain
proses pembangunan sebagian juga ummat Islam. Untuk itu diperlukan suatu solusi
yang dapat mengatasi kendala ummat Islam dalarn mengakses modal usaha
sehingga dapat lebih berperan dalam pembangunan. Dengan kata lain, dibutuhkan
suatu lembaga keuangan yang dapat melayani masyarakat luas dan rnenyentuh
masyarakat kecil dengan suatu sistem yang rnudrah dimengerti oleh masyarakat dan
sesuai dengan ajaran Islam.
Kehadiran bank Islam diharapkan dapat menggugah ummat Islam
untuk menyimpan uangnya di bank Islam untuk kemudian disalurkan pada orang
yang membutuhkan modal. ~ a s ~ a r a k amuslim
t
yang tingkat perekonomiannya
masih
rendah
hendaknya
tergugah
untuk
bangkit
dan
ilcut
serta
dalam
pembangunan terutama dalarn pembangunan bidang ekonomi dengan menggunakan
modal yang diperoleh dari bank Islam untuk meningkatkan produktifitas. Dengan
demikian akan tercipta partisipasi penuh dari seluruh ummat -Islam mulai dari
tingkat ekonomi yang lemah hingga yang kuat dalam mewujudkan cita-cita
pembangunan nasional.
Peranan B a n k Islam Dalam Pembangunan
Menurut Poerwadarminta (1989), peranan merupakan bagian dari
tugas yang harus dilakukan. Gibson et.al (1996) mcndefiniskan peranan sebagai
pola perilaku yang diharapkan diberikan kepada suitu posisi tertentu. Indrawijaya
(1 983) menyatakan bahwa peranan yang diterima seseorang akan mendorong yang
bersangkutan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan peranan yang dimilikinya.
Peranan suatu posisi berhubungan dengan posisi lain, sehingga suatu peranan dapat
dipandang sebagai kewajiban dan hak dari pemegang posisi (Newco~zlb, et.al,
1981). Peranan (role), menurut Soekanto (1996), merupakan aspek yang dinamis
dari kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya
sesuai dengan kedudukannya, maka berarti dia menjalankan suatu peranan. Peranan
mencakup tiga hal, yaitu (1) Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan
dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, (2) Peranan adalah suatu
konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai
organisasi, dan (3) Peranan jjuga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang
penting bagi struktur sosial masyarakat.
Berdasarkan
beberapa
definisi
tentang
peranan
di
atas d a p a t
disimpulkan bahwa peranan adalah perilaku yang dilakukan oleh seseorang,
kelompok atau lembaga karena posisi tertentu yang diterimanya.
Adapun pengertian bank Islam, menurut Ensiklopedi Islam (1994),
bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya mmemberikan kredit
dan jasa-jasa
dalam
lalu
lintas
pembayaran
serta
peredaran
uang
yang
pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip syari'at .-Islam. Sedangkan
menurut Sjahdeini (1 999) bank Islam seperti halnya bank konvensional, berfbngsi
sebagai suatu lembaga intermediasi (intermediary institution), yaitu mengerahkan
dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada
masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk fasilitas pembiayaan.
Bank Islam sering juga disebut bank syariah. Secara akadernik, istiIah
Islam dan syari'ah memang mempunyai pengertian yang berbeda. Namun secara
teknis untuk penyebutan Bank Islam dan Bank Syari'ah mempunyai pengertian
yang Sama (Sun~itro,1996).
Berdasarkan rumusan tersebut, bank Islam berarti bank yang tata cara
beroperasinya didasarkan kepada tata cara bermuamalat secara Islam, yakni
mengacu kepada ketentuan-ketentuan al-Qur'an dan al-Hadist (Sumitro, 1996).
Sedangkan pengertian muamalat aadalah ketentuan-ketentuan yang mmengatur
hubungan manusia dengan manusia, baik hubungan pribadi maupun antara
perorangan dengan masyarakat (Khallaf, 1983).
Tanpa mengabaikan peranan perbankan konvensional (dengan s i s t e ~ n
bunga) kehadiran lembaga keuangan Bank Islam sangat diperlukan uuntuk
melayani masyarakat yang enggan melakukan transaksi dengan bank yang
menggunakan
perekonomian
sistem
modern
bunga
Fungsi
seperti
(bank
sekarang
konvensional)
ini
dipandang
dalain
belum
konteks
dapat
mendistribusikan dana secara merata dari dana yang berhasil dihimpunnya yang
disebabkan oleh sistenl yang mendasarinya. Sistem yang dianut lebih berorientasi
pada proJitabiCity serta secur@ dan belum sampai pada misi kesejahteraan ummat
(Alwi, 1991). D a n a lebih banyak beredar dan didistribusikan di kalangan orangorang kaya. D a t a menunjukan bahwa kredit yang dilepas oleh Bank-bank
Pemerintah pada akhir tahun 1992 sejumlah R p 71,7triliun, sebesar R p 30,2 trilyun
diterima oleh hanya 20 nasabah besar (konglomerat). Sedangkan sisanya untuk
pengusaha menengah dan kecil yang jumlahnya puluhan ribu orang ( Sanim, 1995)
Suatu ha1 yang saat ini perlu mendapatkan perhatian adalah masalah
penanggulangan kemiskinan, bagaimana upaya meningkatkan peran umlnat lslam
terutama
golongan
pengusaha
lemah
sehingga
mampu
memasuki
sistem
perekonomian nasionaI secara sehzt pada skala tertentu pada sektor-sektor yang
tersedia (tradisional atau modern). Hal yang sering menjadi penghambat dalain
usaha ini adalah modal, mengingat bahwa bank-bank umum kurang memperhatikan
goiongan ekonomi lemah dan cenderung menyalurkan sebagian besar kreditnya
kepada pengusaha besar.
Bank Islam telah lama menjadi dambaan ummat Islam di Indonesia
Dalam pandangan Ummat Islam daya tarik Bank Islam adalah selain bersifat
materiil juga bersifat imateriil yaitu rasa tentram karena terbebas dari keraguan
tentang riba.
Secara umum tujuan bank Islam ialah mendnrong dan mempercepat
kemajuan ekonomi suatu masyarakat dengan melakukan kegiatan perbankan.
berupa kegiatan investasi sesuai dengan prinsip-prinsip Islam ((Metwally, 11995)
Salah
satu
cara
untuk
mencapai
tujuan
tersebut
Bank
Islam
mencoba
mengembangkan pembiayaan dengan sistem bagi hasil, dimana dengan sistem
tersebut nasabah bank tanpa bunga diharapkan kondisi ekonominya akan menjadi
lebih baik dari pada memanfaatkan modal dari bank yang mendasarkan diri pada
sistem bunga terutama adalah golongan ekonomi lemah.
Kehadiran bank Islam di Indonesia tidak terlepas dari munculnya
kebutuhan
adanya lembaga
keuangan yang berasaskan
syariah
Islam
dan
mengembangkan sistem bagi hasil dalam operasionalnya diharapkan akan menolong
masyarakat yang masih ragu terhadap bunga (deposit0 atau kredit) itu riba atau
bukan Menurut Alwi (1 99 1) diwujudkamya bank tanpa bunga akan menghasilkan
alternatif mekanisme perekonomian yang lebih dinamis dan kompetitif, karena
masyarakat nasabah tidak lagi hanya memiliki satu alternatif keputusan yaitu
mendasarkan pada perhitungan bunga @ro#t oriented yang sepihak) sebagai basis
pendapatan bagi kekayaan yang dimilikinya (uang), melainkan sudah beralih kepada
perhitungan
untung-rugi
yang
dibenarkan
oleh
Islam.
Paham
untung-rugi
mempunyai hikmah tersendiri yaitu semua orang berusaha mencari keuntungan dan
berusaha menghindarkan kerugian, ha1 ini akan membuat kita menjadi dinamis
Jelas ha1 ini berbeda dengan sistem bunga sebagai basis yang menyebabkan bank
akan menerima pendapatan tetap tanpa melihat apakah pihak lain untung atau rugi
dalam menjalankan uangnya. Sistern bagi hasil yang berlandaskan keadilan dan
peningkatan keuntungan bagi kedua belah pihak akan merangsang orang-orang
atau pengusaha-pengusaha kecil yang lemah permodalannya untuk bekerja sama
dengan bank Islam dalam permodalannya guna mendirikan usaha baru dan
rnengembangkan usaha yang telah dijalankan ((Aziz, 1992). Dengan munculnya
kegiatan-kegiatan usaha baru dan pengembangan kegiatan yang telah ada maka
akan terbuka luas lapangan kej a ban?, yang akan mengurangi angka pengangguran
dan meningkatkan pendapatan rnasyarakat dan mengurangi kerniskinan.
Bank Islam dengan sistem bagi hasil yang lebih mengutamakan
kegiatan produksi dan perdagangan serta kebersamaan dalam ha1 investasi,
rnenghadapi resiko usaha dan membagi hasil usaha, akan memberikan sumbangan
yang besar kepada perekonomian
investasi,
penyediaan
kesempatan
Indonesia khususnya dalam menggiatkan
keja
dan
pemerataan
pendapatan
(Perwataatmaja, 1991). Dengan tidak adanya agunan kekayaan (atau kekayaan
bukan sebagai jaminan utama) dan tidak adanya beban bunga akan mendorong
masyarakat golongan ekonomi lemah atau pengusaha kecil untuk lebih berani
memanfaatkan dana dari lembaga keuangan formal, karena selama ini masyarakat
golongan ekonomi Iemah mengalami kesulitan mengakses dana kredit yang
disebabkan oleh kekurangan agunan atau masalah legalitas agunan serta tingginya
bunga. Masyarakat kecil dan usaha kecil biasanya masih sangat sulit mendapatkan
modal. Mereka umumnya mendapat kredit d a ~ rentenir
i
dengan bunga yang tinggi.
Pada bank-bank konvensional juga, kredit usaha kecil sangat langka dan faktor
utama yang menimbulkan usaha kecil sulit untuk mendapatkan dana adalah agunan.
Jelas bahwa masyarakat kecil atau usaha kecil tidak akan mempunyai agunan yang
cukup untuk mendapatkan kkredit, apalagi jika besarnya nilai agunan hams lebih
besar dari besarnya pinjaman. Kondisi seperti itu akan menghambat pengembangan
usaha kecil dan perekonomian nasional.
Adapun peranan bank Islam dalam pembangunan nasional menurut
Aziz (1992) adalah: Pertama, sebagai pelengkap dari bank yang telah ada dan
menyediakan alternatif cara k e j a perbankan yang memuaskan pemakainya. Bank
Islam bukanlah muncul sebagai pesaing bagi lembaga-lembaga ekonomi yang teIah
ada, tetapi lebih merupakan sebagai pengisi atau sebagai pelengkap lernbagalembaga keuangan yang diperlukan bagi pembangunan ekonomi.
Umat Islam yang rnerupakan mayoritas di lndonesia tidak mau
berhubungan dengan bank-bank konvensional, karena alasan kepercayaan agama.
Kehadiran bank Islam dengan menggunakan sistem bagi hasil akan lebih berpeluang
untuk melayani uumat Islam yang merupakan bagian terbesar bangsa Indonesia
untuk mendirikan dan mengembangkan kegiatan usaha ekonomi. Oleh karena itu
kelahiran bank Islam akan Iebih merupakan lembaga perbankan pengisi kekosongan
atau alternatif untuk melayani masyarakat Indonesia, sehingga rnereka lebih terlibat
dan lebih produktif dalam pembangunan nasional.
Kedua,
sebagai
suatu
sarana
untuk
meningkatkan
partisipasi
masyarakat banyak dalam pembangunan nasional dan mengurangi kesenjangan
sosial ekonomi. Dalam GBHN (Garis-garis Besar HaIuan Negara) dinyatakan
bahwa tujuan pembangunan nasional adalah "untuk mewujudkan suatu masyarakat
adil dan makmur yang merata material dan spritual".
Kehadiran bank Islam yang sistem dan operasinya dituntun oleh syariah
Islam diharapkan dapat merangsang seluruh ummat Islam untuk membangun
kualitas hidup dirinya dan masyarakat Indonesia terutama di dalam bidang
pembangunan ekonomi Kehadiran bank Islam juga harus menggugah orang-orang
Islam yang menyimpan uangnya di rumah (karena enggan berhubungan dengan
bank konvensional yang menggunakan sistem bunga) untuk menyimpan uangnya di
bank Islam untuk kemudian oleh bank Islam disalurkan pada orang yang
membutuhkan modal.
Kefiga, menciptakan idpangan kerja. Dengan semakin banyaknya
masyarakat
menyimpan dananya di bank Islam dan memanfaatkan fasilitas
pembiayaan yang
disediakannya
untuk mendirikan usaha atau memperluas
usahanya, maka akan terbuka Iuas lapangan kerja baru yang membutuhkan tenaga
k e j a yang banyak Hal ini akan membantu adanya pemecahan masalah banyaknya
pengangguran yang menjadi kendala bagi pembangunan nasional.
Keempat, sebagai sarana untuk meningkatkan pendapatan masyarakat
Baik peningkatan pendapatan dari sisi pengerahan dana masyarakat maupun
peningkatan pendapatan dari sisi penyaluran dana kepada masyarakat.
Bank Islam adalah lembaga perbankan yang menggunakan sistem dan
prinslp operasinya berdasarkan syari'at Islam (Aziz,
1992) Dalam operasinya
Bank Islam menggunakan sistem bagi hasil serta imbalan jasa lainnya dan tidak
menggunakan perangkat bunga karena diyakini tata cara atau sistem bunga seperti
yang dilakukan bank pada umumnya (konvensional) mengandung unsur riba
Diberlakukannya syariat Islam adalah rnerupakan perbedaan yang mendasar antara
bank Islam dengan bank konvensional Secara ringkas dapat dibedakan antara
sistem bagi hasil (bank Islam) dengan sistem bunga (bank Konvensional) pada tabel
1.
Tabel I.
Perbedaan Sistem Bagi Hasil Dengan Sistem Bungs
nasabah untung atau rugi.
bisa dilakukan
peminjam.****
Surnber:
*
**
***
****
*****
*****
***
penyitaan
keuntungan
ke
kayaan
Saefuddin (1991)
Antonio
(200 1)
Perwataatmaja (1 993)
Uzair (1985)
Karirn (1995)
Anwar (1993)
maka
kerugian
akan
Jika diteliti lebih jauh akan terdapat tiga perbedaan antara pendapatan
yang berasal dari bunga dengan pendapatan yang berasal dari non bunga. Menurut
Uzair,
(1985) perbedaan tersebut adalah: (1) Jumlah pengembalian (pinjaman
ditambah dengan bunga pinjaman) yang telah ditetapkan sebelumnya ( a p r e
determined rare of return) adalah indepeden atau terlepas dari produktivitas aktual,
profitabilztas,
atau utilitas dana pinjaman @in&)
yang disediakan oleh pihak
pertama, dan digunakan oleh pihak lainnya. (2) Suku bunga yang telah ditetapkan
sebelumnya @re-determined rate ofinterest) menurut definisinya adalah sama bagi
semua pihak,
apakah mereka kaya atau miskin, jujur atau curang. Singkatnya,
permintaan, kebutuhan, atau desirabilitas atas pinjaman itu akan menghasilkan
sesuatu yang produktif atau tidak, semuanya adalah tidak relevan di dalam sistem
yang didasarkan pada penarikan bbunga. (3) Penarikan pre-determined rate of
rehtrn secara hukum tetap dilakukan, meskipun jika pemakai dana pinjaman (user
of fhe fznzds.) menderita kebangluutan, kadang-kadang bisa terjadi Likuidasi atas
peminjam dengan menyita kekayaan atau aset-asetnya.
Secara kelernbagaan juga terdapat perbedaan secara prinsip antara
bank Islam dengan bark konvensional seperti terlihat pada tabel 2.
.
Tabel 2.
P e r b e d a a n A n t a r a B a n k Syariah Dengan B a n k Konvensional
Variabel
Landasan
Operasional
+
+
+
+
Bank Svariah
Tidak
bebas
nilai
(berdasarkan
prinsip
Syariah Islam)
Uang sebagai alat tukar
bukan komoditi.
Bunga dalam berbagai
bentuknya dilarang.
Menggunakan prinsip bagi
hasil dan keuntungan atas
I
Bank Konvensial
Nilai
(berdasarkan
prinsip materialistis).
+ Bebas
+ Uang
+
sebagai komoditi yang
diperdagangkan.
Bunga sebagai instnimen
+ Bunga
imbalan
sebagai
instrumen
terhadap
pemilik
I
I+
transaksi riel
Lembaga
- Intermediasi
+ Agen Investasi, manager
investasi
+ Investor.
+ Penyedia jasa lalu lintas
pembayaran
(tidak
bertentangan
dengan
syariah).
+ Pengelola dana kebajikan:
ZIS (hngsi opsional).
+ Hubungan dengan nasabah
adalah
hubungan
kemitraan (investor timbal
balik pengelola investasi).
Risiko Usaha
+ Dihadapi bersama antara
bank
dengan
nasabah
dengan prinsip keadilan
dan kejujuran.
Tidak
mengenal
kernungkinan
tejadinya
selisih
negatif
(negatif
spread) karena sistem yang
digunakan.
Sistem
+ Adanya dewan pengawas
Pengawasan
syariah untuk memastikan
operasional bank tidak
menyimpang dari syariah
disamping
tuntutan
moralitas pengelola bank
dan nasabah sesuai dengan
akhlakul karimah.
Sumber: Wiroso (2001).
Fungsi dan
I uang yang ditetapkan di muka
I + Lembaga
- Intermediasi
+ Penghimpun
+
+
dana masy dan
meminjamkan kembali kpd.
Masyarakat dalam bentuk
kredit dengan imbalan bunga
Penyedia
jasa/lalu
lintas
pembayaran.
Hubungan
bank
dengan
nasabah
adalah hubungan
debitur-kreditur.
+ Risiko
+
+
,
bank tidak terkait
langsung
dengan
debitur,
risiko debitur tidak terkait
langsung dengan bank.
Kemungkinan t e j a d i selisih
negatif antara pendapatan
bunga dan beban bunga.
+ Aspek
moralitas sering kali
terlanggar
karena
tidak
adanya nilai-nilai religius yang
mendasari operasional.
Persepsi Masyarakat Tentang Bank Islam
Persepsi ialah suatu proses dimana seseorang memperoleh kesadaran
mengenai keadaan sekitar lingkungannya (Sereno dan Bodaken, 1975). Sedangkan
Berent et.all (1977), menyebut persepsi itu sebagai penafsiran otak terhadap apa
yang kita rasakan
Lebih jauh Ton Kertapati (I981), menyatakan bahwa persepsi dapat
diartikan sebagai proses untuk mengerti dan menyadari dunia luar diri sendiri.
kesadaran atau pengalaman tentang suatu hal. Ini dapat berupa kegiatan melihat,
mendengar, meraba atau memberi reaksi dengan membeda-bedakan obyek-obyek
atau peristiwa- peristiwa yang tejadi dilingkungan sekitarnya.
Persepsi bukanlah proses yang berdiri sendiri. Sereno et.al (1975),
menjelaskan bahwa proses pembentukan persepsi merupakan serangkaian tiga jenis
proses, yaitu: seleksi, organisasi dan interpretasi. Ketiga proses tersebut merupakan
.. .
rangkaian peristiwa yang terjadi dengan cepat dan bersamaan.
Seleksi,
merupakan
suatu
proses
dimana
seseorang
berusaha
memusatkan seluruh perhatiannya terhadap sesuatu atau beberapa dimensi stimuli
yang .relevan dari ssjurnlah rangsangan yang ada. Tidak semua rangsangan menarik
perhatian seseorang. Hanya sebagian kecil saja yang diubah menjadi kesadaran.
Organisasi, ialah kegiatan menyusun rangsangan kedalam bentuk yang
sederhana dan terpadu. Seseorang cenderung mengorganisasikan rangsangan yyang
terpilih melalui dua cara. Pertama, dengan membedakan antara unsur-unsur
rangsangan (figure) dan tempat dimana unv~r-unsurtersebut berada (ground).
Kedua,
dengan
menyederhanakan
unsur-unsur
rangsangan
termasuk
memadukannya, sehingga rangsangan dengan mudah dapat dimengerti.
Sedangkan
interpretasi,
merupakan
proses
dimana
seseorang
membentuk penilaian-penilaian dan mengambil kesimpulan. Umumnya, ha1 ini lebih
dikenal sebagai evaluasi dan identifikasi.
Sejalan dengan pendapat di atas, Gibson et.al (1988), menyatakan
bbahwa ppersepsi meliputi juga kognisi. Jadi persepsi mencakup ppenafsiran
oobyek, tanda dan orang dari sudut pengalaman dari masing-masing individu yang
mempersepsi. Dengan kata lain, persepsi mencakup proses penerimaan rangsangan,
pengorganisasian
dan
penafsiran
rangsangan
yang
telah
diorganisir
untuk
menentukan sikap dan membentuk perilaku.
Sementara itu Kemp et al, (1975) menyatakan bahwa dalam proses
persepsi, seseorang menggunakan pikiran untuk mernahami objek atau peristiwa.
Sedangkan mata, telinga dan ujung-ujung saraf rnerupakan alat-alat utama persepsi.
AIat-alat ini mengumpulkan data bagi sistem saraf. Data kemudian diubah menjadi
impuls listrik yang selanjutnya memicu proses lain: perubahan listrik dan kimiawi di
dalam sel-sel otak. Hasilnya suatu kesadaran internal terhadap suatu objek atau
peristiwa Karena itu dapat disebut bahwa persepsi adalah awal proses komunikasi
Selanjutnya, Krech e t al, (1976) melihat rangkaian persepsi sebagai
suatu konsep yang dapat digunakan untuk meringkas proses yang dilalui untuk
memperoleh kesadaran.
Proses tersebut
terdiri
atas lima mata rantai: (1)
lingkungan, (2) media yang digunakan untuk berkomunikasi dengan organ perasa
seseorang, misaInya gelombang suara; (3) interaksi antara rangsangan dengan
organ perasa; (4) saraf perasa yang menghantarkan rangsangan ke otak, dan (5)
otak itu sendiri, dimana rangsangan yang datang akan bergabung dengan informasiinformasi terdahulu seperti kepercayaan dan memori untuk merefleksikan persepsi.
Selain itu, persepsi mengikuti prinsip-prinsip tertentu. Kemp et al,
(1975), menyatakan ada dua prinsip penting: (1) persepsi tidak berdiri sendiri,
tetapi terdiri atas beberapa proses penginderaan yang dihubungkan dan dipadukan
menjadi suatu pola yang komplet. Inilah yang menjadi dasar pengetahuan seseorang; dan ((2)
seseorang akan bereaksi terhadap sebagian kecil saja dari
lingkungannya. Ia akan memilih bahagian peristiwa yang ingin ia alami dan menarik
perhatiannya.
Sementara itu, Berelson
and Steiner (1967) menyatakan bahwa
persepsi merupakan kebutuhan atau keinginan individu untuk mengetahui dan
memahami makna informasi yang diterimanya dalarn ruang lingkup dimana ia
berada. Bagaimana seseorang belajar mengenali dan menafsirkan lingkungan
mereka, merupakan dasar untuk rnemahami perilaku rnanusia.
Persepsi berhubungan dengan perilaku. Hal ini ditegaskan oleh Toch
(J
&
II
dan McLean &
Kemp e t a1.,1975) yang menyatakan: "tidak ada perilaku
tertentu tanpa persepsi; perilaku adaiah hasil persepsi masa lalu dan permulaan
persepsi berikutnya".
Dari berbagai uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi ialah
proses penginderaan, penyusunan, dan penafsiran rangsangan, sehingga seseorang
dapat mengenali, memahami, dan menilai makna rangsangan yang diterimanya.
Dengan demikian, orang yang memiliki persepsi tentang sesuatu berarti orang
tersebut mengenali, memahami, dan mampu menilai tentang sesuatu itu SeIain itu,
persepsi merupakan proses aktif penggunaan pikiran sehingga menimbulkan
tanggapan,
bahkan
dapat
membentuk
sikap
seseorang
terhadap
sesuatu
rangsangan
Sedangkan pengertian masyarakat, menurut Ralp Linton (1963).
merupakan kelompok manusia yang telah lama hidup dan bekerjasama pada suatu
tempat tertentu guna mengorganisasikan dirinya sebagai suatu kesatuan mahluk
sosial. Pendapat lain, Gillin (1948) mengemukakan bahwa masyarakat merupakan
sekelompok manusia yang mempunya kebiasaan sikap dan perasaan akan persatuan
yang sama. Kehidupan masyarakat merupakan pengorganisasian kepentingan
perorangan, pengaturan sikap seseorang antara sesamanya, dan pemusatan orang
dalam kelompok tertentu untuk melaksanakan kegiatan secara bersama.
Pengertian persepsi masyarakat menurut Krech (1962) adalah sebagai
proses perubahan kognitif masyarakat untuk menafsirkan serta memahami dunia
yang berada disekitar mereka. Reksowardoyo (1983) mengemukakan bahwa
persepsi
masyarakat
merupakan
tanggapan,
ppengertian
dan
interpretasi
masyarakat tentang sesuatu obyek yang diinformasikan kepada mereka, terutama
bagaimana mereka memandang sesuai dengan dirinya sendiri dalam lingkungan
tempat dia berada. Sedangkan Nord (1976) mengemukakan bahwa persepsi
masyarakat
rnerupakan
proses
pemberian
arti
oleh
masyarakat
terhadap
Ilinghngannya. Setiap orang dapat memberi arti dan memiiih berbagai macam
isyarat yang akan mempengaruhi persepsinya terhadap orang lain atau stimulus
tertentu bahkan individu yang berbeda akan mmelihat ha1 yang sama dengan
dengan
cara yang berbeda pula,
seperti obyek dan tanda-tanda
tertentu.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka sering t e j a d i ketidak seimbangan
pemberian arti oleh masyarakat seIungga t e j a d i salah persepsi terhadap orang lain,
terhadap kelompok atau obyek-obyek tertentu. Masyarakat cenderung menafsirkan
perilaku seseorang yang disesuaikan dengan keadaan dirinya sendiri.
Dari ungkapan di atas, persepsi masyarakat tentang bank Islam dapat
didefinisikan sebagai tanggapan, pengertian dan interpretasi masyarakat tentang
bank Islam yang diinformasikan kepada mereka, sesuai dengan pemahaman diri dan
lingkungannya.
Persepsi masyarakat tentang bank Islam itu sendiri, bisa dilihat dari
hasil pengumpulan pendapat di Jakarta yang dilakukan oleh Majalah INFO BANK
tahun 1992 terhadap 479 orang responden yang cukup terdidik (tamat Universitas
45,3 % dan tamat SLTA 42,O %). Hasil pengumpulan pendapat mereka tentang
suku bunga bank dapat dilihat sebagai berikut: setuju 34,3 %, tidak setuju 3 1,7 %,
kurang setuju 25,9 %, sangat tidak setuju 8 , l % (Taufik ,t.th). HasiI pengumpulan
pendapat ini menggambarkan bahwa rnasyarakat masih menyetujui adanya bunga
bank
Sedangkan persepsi yang agak berbeda ditunjukan oleh sebuah hasil
survei yang dilakukan pada buIan April 1999 di lima kota besar (Jakarta, Bandung,
Semarang, Yogyakarta dan Surabaya) oleh PDAP yang menyebutkan bahwa 68.4
O h
responden mengetahui secara pasti tentang apa itu bank Islam, waIaupun 48,6
O h
responden menganggap bank Islam belum disosialisasikan. Sebanyak 80,6 % dari
mereka percaya bahwa praktik perbankan konvensional menyumbang terjadinya
krisis ekonorni, dan 85,5 % menaruh harapan besar bahwa sistem bank Islam
rnampu menjadi jawaban atas krisis yang diakibatkan praktik-praktik buruk
perbankan konvensional (Zainul , 1999)
Sedangkan jajak pendapat yang dilakukan oleh litbang Republika pada
tanggal 19-22 Agustus 2000 terhadap 500 responden yang berdomisili di DKI
Jakarta ditanyakan tentang minat pada Bank syariah 4,40 % sudah menjadi
nasabah, 29,OO % tidak tertarik 34,40 % tertarik menjadi nasabah dan 32,20
belurn tertarik menjadi nasabah Bank Syariah. (Rqublika, 2000).
O h
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Bailey (1982), menyatakan bahwa persepsi seseorang terhadap suat