PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PELAYANAN TINGKAT DESA DI KECAMATAN SOCAH KABUPATEN BANGKALAN.
PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PELAYANAN
TINGKAT DESA DI KECAMATAN SOCAH
KABUPATEN BANGKALAN
Skripsi
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) Dalam Filsafat Politik Islam
Oleh:
R. Iqbal Gafiki Arrasyid NIM: E04212006
PROGRAM STUDI FILSAFAT POLITIK ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2016
(2)
ii
PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PELAYANAN
TINGKAT DESA DI KECAMATAN SOCAH
KABUPATEN BANGKALAN
Skripsi
Diajukan Kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S-1) Program Studi Filsafat Politik Islam
Oleh:
R. Iqbal Gafiki Arrasyid NIM: E04212006
PROGRAM STUDI FILSAFAT POLITIK ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2016
(3)
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini disusun oleh:
Nama : R. IQBAL GAFIKI ARRASYID NIM : E04212006
Jurusan : FILSAFAT POLITIK ISLAM
Judul : Persepsi Masyarakat Tentang Pelayanan Tingkat Desa Di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan.
Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.
Surabaya, 12 Agustus 2016 Pembimbing,
Dr. Abdul Chalik, M. Ag NIP.197306272000031002
(4)
iv iv
(5)
(6)
(7)
ABSTRAK
R. Iqbal Gafiki Arrasyid (E04212006); Persepsi Masyarakat Tentang Pelayanan Tingkat Desa Di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan.
Penelitian ini dilatarbelakangi sebuah fakta di masyarakat bahwa tidak semua pelayan masyarakat (Public Servant) desa atau kelurahan memberikan pelayanan secara maksimal kepada masyarakat. Banyak ditemukan kegiatan layanan dilakukan diluar jam kerja, tanpa mengenal batas waktu, tidak memiliki standar operasional, dan dilakukan semaunya oleh aparatur desa. Proses ini tanpa dketahui dan dikontrol ketat oleh pengambil kebijakan di atasnya, sehingga terkesan pelayanan publik di tingkat desa dibiarkan berjalan mengikuti ritme dan mekanisme arus lokal di masing-masing daearah (desa/dusun) tanpa adanya standar dan aturan yang universal. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yang Pertama, Bagaimana pelayanan publik tingkat desa di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan. Kedua, Bagaimana persepsi masyarakat tentang pelayanan tingkat desa di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian kuantitatif deskriptif. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 100 orang yang diambil menggunakan teknik sampel acak stratifikasi (Stratified
Random Sampling). Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini diantaranya adalah observasi, angket, dan dokumentasi. Analisis data yang dipakai adalah statistik deskriptif dengan menggunakan rumus persentase.
Hasil penelitian ini menunjukkan dua hasil, yakni Pertama, Pelayanan tingkat desa di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan berdasarkan hasil penelitian belum dilaksanakan dengan baik. Hal ini bisa dilihat dengan persentase responden yang menyatakan tidak baik pada pelayanan tingkat desa sebesar 57 (57%) responden, sedangkan yang menyatakan baik hanya sebesar 43 (43%) responden saja. Hasil tersebut diperkuat dengan data yang diperoleh dari tiga indikator pelayanan tingkat desa yakni kemampuan penyelenggara pelayanan, Kedisiplinan, dan fasilitas pelayanan. Ketiga indikator tersebut dipilih karena yang paling mempengaruhi pelayanan tingkat desa Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan belum dilaksanakan dengan baik. Adapun hasil yang diperoleh adalah 58 (58%) responden menyatakan penyelenggara pelayanan tingkat desa tidak kompeten, dan 42 (42%) responden menyatakan kompeten dalam melayani masyarakat. Selanjutnya 60 (60%) responden menyatakan penyelenggara pelayanan tidak tepat waktu dalam melayani masyarakat, dan 40 (40%) menyatakan tepat waktu. Dan yang terakhir 82 (82%) responden menyatakan fasilitas pelayanan tingkat desa di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan belum lengkap, dan 18 (18%) menyatakan lengkap. Kedua, Persepsi masyarakat yang dalam hal ini adalah masyarakat desa di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan, mempunyai persepsi yang tidak baik pada pelayanan tingkat desa di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan. Hal ini bisa dibuktikan dengan hasil angket yang menunjukkan 66
(8)
(66%) responden menyatakan tidak baik pada pelayanan tingkat desa di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan, sedangkan yang menyatakan baik hanya 34 (34%) responden. Hasil tersebut diperkuat dengan data yang diperoleh dari tiga indikator persepsi yakni pengetahuan tentang prosedur pelayanan dan responden yang menyatakan tahu hanya sebesar 44 (44%) yang tidak tahu sebesar 56 (56%) responden. Selanjutnya mengenai pemahaman responden pada prosedur pelayanan dan responden yang paham hanya 44 (44%) yang tidak paham sebesar 56 (56%) responden. Yang terakhir penilaian mengenai pelayanan tingkat desa dan hasil yang diperoleh sebanyak 69 (69%) responden belum puas pada pelayanan tingkat desa, sedangkan yang menyatakan puas hanya sebesar 31 (31%) responden.
(9)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PRASYARAT ... ii
PERNYATAAN KEASLIAN ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
UCAPAN TERIMA KASIH ... viii
ABSTRAKS ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Batasan Penelitian ... 8
F. Variabel Penelitian Dan Indikator ... 8
(10)
H. Penelitian Terdahulu ... 11
I. Sistematika Pembahasan ... 14
BAB II LANDASAN TEORI ... 16
A. Konsep Pelayanan Publik ... 16
B. Konsep Persepsi ... 28
C. Kerangka Berpikir ... 34
BAB III METODE PENELITIAN ... 37
A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian ... 37
1. Pendekatan Penelitian ... 37
2. Jenis Penelitian ... 37
B. Obyek Penelitian ... 37
1. Populasi ... 37
2. Sampel ... 39
C. Jenis Data Dan Sumber Data ... 43
D. Teknik Pengumpulan Data ... 44
1. Observasi ... 44
2. Angket ... 45
3. Dokumentasi ... 45
E. Analisis Data ... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 48
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 48
1. Letak Geografis Kecamatan Socah ... 48
2. Topografi Kecamatan Socah ... 48
(11)
B. Karakteristik Responden ... 49
C. Penyajian Data Penelitian ... 52
BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN... 62
A. Pelayanan Tingkat Desa Di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan ... 62
B. Persepsi Masyarakat Tentang Pelayanan Tingkat Desa Di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan ... 96
BAB VI PENUTUP ... 131
A. Kesimpulan ... 131
B. Saran ... 170
DAFTAR PUSTAKA ... 172 LAMPIRAN-LAMPIRAN
(12)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Variabel dan Indikator Varibale X 9
1.2 Variabel dan Indikator Varibale X 9
3.1 Jumlah Populasi Berdasarkan Data Penduduk 38
3.2 Penentuan Sampel Tiap Desa 41
4.1 Pelayanan Tingkat Desa di Kecamatan Socah 53 4.2 Pelayanan Tingkat Desa Berdasarkan Pendidikan 55 4.3 Pelayanan Tingkat Desa Berdasarkan Pekerjaan 56 4.4 Persepsi Masyarakat Pada Pelayanan Tingkat Desa 58
4.5
Persepsi Masyarakat Pada Pelayanan Tingkat Desa Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia
60
4.6
Persepsi Masyarakat Pada Pelayanan Tingkat Desa Berdasarkan Pekerjaan
61
5.1 Pelayanan Tingkat Desa Berdasarkan Pendidikan 66 5.2 Pelayanan Tingkat Desa Berdasarkan Pekerjaan 67
5.3
Persepsi Masyarakat Pada Pelayanan Tingkat Desa Berdasarkan Pendidikan
101
5.4
Persepsi Masyarakat Pada Pelayanan Tingkat Desa Berdasarkan Pekerjaan
102
(13)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Bepikir 34
2.2 Kerangka Berpikir 35
4.1 Jenis Kelamin Responden 49
4.2 Usia Responden 50
4.3 Pendidikan Responden 51
4.4 Pekerjaan Responden 51
4.5
Pelayanan Tingkat Desa Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia
54
4.6 Persepsi Masyarakat Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia 59
5.1 Pelayanan Tingkat Desa 63
5.2
Pelayanan Tingkat Desa Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia
65
5.3 Kompetensi Penyelenggara Pelayanan 68 5.4 Kedisiplinan Penyelenggara Pelayanan 71
5.5 Sikap Penyelenggara Pelayanan 74
5.6 Pelayanan Yang Diberikan Penyelenggara 77 5.7 Tanggung Jawab Penyelenggara Pelayanan 79
5.8 Lokasi Pelayanan Tingkat Desa 82
5.9 Biaya Pelayanan Tingkat Desa 85
5.10 Linkungan Pelayanan Tingkat Desa 87 5.11 Perlakuan Penyelenggara Pelayanan 90
(14)
5.12 Fasilitas Pelayanan Tingkat Desa 93 5.13 Persepsi Masyarakat Pada Pelayanan Tingkat Desa 99
5.14
Persepsi Masyarakat Pada Pelayanan Tingkat Desa Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia
100
5.15 Pengetahuan Responden Tentang Prosedur Pelayanan 104 5.16 Pemahaman Responden Tentang Prosedur Pelayanan 107 5.17 Kepuasan Masyarakat Pada Penyelenggara Pelayanan 110 5.18 Pengetahuan Responden Pada Informasi Pelayanan 113 5.19 Pengetahuan Responden Tentang Syarat pelayanan 116 5.20 Pemahaman Responden Tentang Syarat pelayanan 118 5.21 Kemudahan Mengakses Informasi Pelayanan 121 5.22 Informasi Pelayanan Tingkat Desa 124 5.23 Penyelenggara Dapat Menerima Saran 127
DAFTAR LAMPIRAN No Lampiran
1 Angket/Kuesioner.
2
Tabulasi Data Pelayanan Tingkat Desa Di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan.
3
Tabulasi Data Persepsi Masyarakat Pada Pelayanan Tingkat Desa.
(15)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tugas utama pemerintah adalah sebagai penyelenggara pelayanan publik (Publik Servant). Sebagai penyelenggara, pemerintah mengatur dan mengurus urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan pembantuan
(madebewind) yang diarahkan untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat. Tugas pemerintahan baik ditingkat pusat dan daerah dalam bidang pelayanan publik sesungguhnya adalah sama yaitu memberikan pelayanan secara maksimal kepada masyarakat selaku penerima pelayanan.1 Tidak terkecuali pemerintahan yang berada di desa. Oleh karena itu untuk mewujudkan tugas pemerintah sebagai penyedia pelayanan kepada masyarakat di tingkat desa dibentuklah sebuah pemerintahan di desa yang disebut dengan pemerintahan desa.2
Dalam pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahannya, desa berkewajiban untuk melaksanakan pemberdayaan kepada masyarakat, dan untuk melakukan pemberdayaan tersebut desa diharuskan melakukan upaya pelayanan secara maksimal kepada masyarakat, sebab pemerintahan desa juga merupakan pelayan masyarakat (Public Servant).3
1 Abdul Chalik dkk, Pelayanan Publik Tingkat Desa (Yogyakarta: INTERPENA, 2015),
12.
2 Ibid., 25. 3 Ibid., 26.
(16)
2
Akan tetapi pada kenyataannya tidak semua desa dan kelurahan memberikan pelayanan secara maksimal kepada masyarakat. Banyak ditemukan kegiatan layanan dilakukan diluar jam kerja, tanpa mengenal batas waktu, tidak memiliki standar operasional, dan dilakukan seenaknya oleh aparatur desa. Proses ini tanpa dketahui dan dikontrol ketat oleh pengambil kebijakan di atasnya, sehingga terkesan pelayanan publik di tingkat desa dibiarkan berjalan mengikuti ritme dan mekanisme arus lokal di masing-masing daearah (desa/dusun) tanpa adanya standar dan aturan yang universal.4
Pelayanan publik dapat dikategorikan efektif apabila masyarakat mendapatkan kemudahan pelayanan dengan prosedur yang singkat, cepat, tepat dan memuaskan. Akan tetapi apabila melihat dari hasil observasi yang dilakukan peneliti di 11 desa yang berada di Kecamatan Socah, menunjukkan masih adanya keluhan masyarakat dalam berurusan dengan pihak pemerintahan desa antara lain aparat yang susah ditemui pada saat berurusan, masih banyak dari masyarakat yang tidak mengetahui dengan jelas mengenai prosedur pelayanan khususnya persyaratan yang harus dilengkapi, sehingga menyulitkan bagi masyarakat pada saat berurusan. Dan hal ini masih menjadi salah satu tantangan besar yang dihadapi pemerintah baik itu di pusat, di daerah, maupun di desa, karena selama ini aparat pemerintah identik dengan kinerja yang berbelit-belit penuh dengan KKN serta tidak ada standar yang pasti.
4 Ibid., 37.
(17)
3
Secara teoritis, tujuan pelayanan publik pada dasarnya adalah memuaskan masyarakat. Untuk mencapai kepuasan itu dapat diwujudkan dengan pelayanan publik yang berkualitas. Kualitas disini adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan.5 Untuk mencapai tujuan tersebut, penyelenggara pelayanan publik harus dapat meningkatkan kualitas pelayanan yang dilaksanakan sesuai dengan prinsip pelayanan yaitu:6
1. Kesederhanaan, Prosedur/tata cara pelayanan publik tidak
berbelit-belit, mudah dipahami, dan mudah dilaksanakan.
2. Kejelasan, Adanya kejelasan dan kepastian mengenai:
a. Prosedur/ tata cara pelayanan umum, Persyaratan Pelayanan
umum, baik teknis maupun administrasi,
b. Unit kerja/ pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab dalam
memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan/ persoalan/
sengketa dalam pelaksanaan pelayanan umum/publik.
c. Rincian biaya/tarif pelayanan umum dan tatacara pembayaran,
d. Hak dan Kewajiban baik dari pemberi maupun penerima pelayanan
umum berdasarkan bukti-bukti penerimaan permohonan/
kelengkapan sebagai alat untuk memstikan mulai dari proses
pelayanan umum hingga kepenyelesaiannya,
5 Lijan Poltak Sinambela, Reformasi Pelayanan Publik (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010),
6.
6 KepMenPan Nomer 63 Tahun 2003 “Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan
Pelayanan Publik”.
(18)
4
e. Pejabat yang menerima keluhan masyarakat apabila terdapat
sesuatu yang tidak jelas, dan atau tidak puas atas playanan yang
diberikan kepada masyarakat (pelanggan).
3. Kepastian Waktu, Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan
dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
4. Akurasi, Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat, dan
sah.
5. Keamanan, Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa
aman dan kepastian hukum.
6. Tanggung Jawab, Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau
pejabat yang ditunjuk bertanggungjawab atas penyelenggaraan
pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan dalam pelaksanaan
pelayanan publik.
7. Kelengkapan sarana dan prasarana, Tersedianya sarana dan prasarana
kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk
penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan informatika
(telematika).
8. Kemudahan Akses, Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang
memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan
teknologi telekomunikasi dan informatika.
9. Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahan, Pemberi pelayanan harus
bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah, serta memberikan
(19)
5
10.Kenyamanan, Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan
ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan
sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti
parker, toilet, tempat ibadah dan lain-lain.
Apabila dikaitkan dengan penelitian ini kewajiban pemerintahan desa yang seharusnya memberikan pelayanan secara maksimal kepada masyarakat tersebut masih belum terlihat di pemerintahan desa yang berada di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan. Menurut hasil observasi yang dilakukan peneliti dari 11 desa yang berada di Kecamatan Socah, masalah utama terhambatnya aktivitas pelayanan publik di tingkat desa di Kecamatan Socah kabupaten Bangkalan dikarenakan pengadaan sarana dan prasarana dalam hal ini kantor tempat pelayan (Kantor Desa) yang masih belum ada ataupun belum maksimal sehingga otomatis memperlambat proses pemberian pelayanan kepada masyarakat.
Hal ini bertolak belakang dengan UU No 25 Tahun 2009 Pasal 15 Ayat (d) Penyelenggara berkewajiban menyediakan sarana, prasarana, dan/atau fasilitas pelayanan publik yang mendukung terciptanya iklim pelayanan yang memadai. KepMenPan No 63 Tahun 2003 pada bab penyelenggaraan pelayanan publik tentang prinsip pelayanan publik pada point 7 tentang kelengkapan sarana dan prasarana “Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan informatika (telematika)”.
(20)
6
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti dan membahas lebih jauh mengenai bagaimanakah persepsi masyarakat desa yang berada di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan, sekaligus memperjelas mengenai pelayanan publik tingkat desa di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan, atau sejauh manakah “Persepsi Masyarakat Tentang
Pelayanan Tingkat Desa Di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan”.
B. Rumusan Masalah
Berawal dari latar belakang yang telah peneliti uraikan diatas, maka untuk lebih memfokuskan kajian masalah pada penelitian ini, maka rumusan masalah tersebut disusun kedalam pertanyaan-pertanyaan sebagai batasan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pelayanan publik tingkat desa di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan?
2. Bagaimana persepsi masyarakat tentang pelayanan tingkat desa di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan?
C. Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan rumusan masalah di atas, maka peneliti mempuyai tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini. Adapun tujuan dari penelitian ini agar memperoleh gambaran yang jelas dan tepat serta terhindar dari adanya interpretasi dan meluasnya masalah dalam memahami isi penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah:
(21)
7
1. Untuk menjelaskan pelayanan publik tingkat desa di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan.
2. Untuk menjelaskan sejauh mana persepsi masyarakat tentang pelayanan tingkat desa di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan.
D. Manfaat Penelitian
Berhubungan dengan tujuan penelitian di atas maka peneliti dapat memaparkan manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis: Dari segi teoritis penelitian ini merupakan kegiatan dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya yang berhubungan dengan pelayanan publik. Secara akademis penelitian ini diharapkan mampu memberi sumbangan kepada UIN Sunan Ampel Surabaya khususnya kepada mahasiswa/mahasiswi maupun dosen dan perpustakaan sebagai bahan bacaan yang bersifat ilmiah dan sebagai kontribusi intelektual.
2. Manfaat Praksis: Sedangkan dari segi praksis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pemerintah daerah khususnya pemerintahan desa dan diharapkan dapat menjadi referensi serta sebagai salah satu acuan dasar dalam melaksanakan pelayanan publik yang baik.
(22)
8
E. Batasan Penelitian
Untuk mempermudah didalam memahami penelitian ini, peneliti membatasi objek penelitian yang akan diteliti, yaitu:
1. Letak atau lokasi wilayah pada penelitian ini berada di Kecamatan Socah khususnya 11 desa yang berada di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan yaitu; Desa Sanggra Agung, Desa Jaddih, Desa Parseh, Desa Bilaporah, Desa Buluh, Desa Keleyan, Desa Socah, Desa Junganyar, Desa Dakiring, Desa Petaonan, dan Desa Pernajuh.
2. Masyarakat yang menjadi objek penelitian adalah masyarakat asli Kecamatan Socah khususnya masyarakat yang berasal dari Desa Sanggra Agung, Desa Jaddih, Desa Parseh, Desa Bilaporah, Desa Buluh, Desa Keleyan, Desa Socah, Desa Junganyar, Desa Dakiring, Desa Petaonan, dan Desa Pernajuh.
F. Variabel Penelitian Dan Indikator
Pada penelitian ini terdapat satu variabel, yakni variabel independen/bebas (X). Variabel X tersebut membahas mengenai persepsi masyarakat tentang pelayanan tingkat desa di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan. Adapun indikator dari variabel tersebut adalah sebagai berikut:
(23)
9
Tabel 1.1
Variabel Dan Indikator Variabel X
Variabel Sub Variabel Indikator
Persepsi Masyarakat Pada Pelayanan Desa (X)
Pengetahuan Prosedur Pelayanan, Informasi Pelayanan, dan
Persyaratan Pelayanan Pemahaman Memahami Prosedur dan
Persyaratan Pelayanan Transparan Terbuka dan Terpercaya
Responsif Cepat Tanggap Penilaian Kepuasan Pada
Pelayanan Evaluasi Saran dan Masukan Tabel 1.2
Variabel Dan Indikator Variabel X
Variabel Sub Variabel Indikator
Pelayanan Publik Tingkat Desa (Y)
kompetensi/Kemampuan Keahlian dan Keterampilan Disiplin Mudah Ditemui dan
Tepat waktu Sikap Penyelenggara Sopan, Santun, dan
Ramah Pelayanan Cepat, Tepat, dan
Maksimal
Tanggung Jawab Bertanggung Jawab Atas Pelayanan Yang
Diberikan Akses Mudah, Dekat dan
Terjangkau Biaya Pelayanan Murah dan Terjangkau Lingkungan Pelayanan Tertib, Nyaman, dan
Aman
Kesamaan Hak Tidak Diskriminatif dan Serta Tidak
Membeda-bedakan Sarana/Prasarana Memiliki Ruang
Tunggu, Tempat Parkir, Kotak Saran, WC
(24)
10
G. Definisi Operasional
Untuk mendapatkan penjelasan tentang judul penelitian ini, maka perlu untuk memberikan gambaran yang jelas terhadap judul proposal penelitian ini yaitu “Persepsi Masyarakat Tentang Pelayanan Tingkat
Desa Di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan”. Kiranya sangat
diperlukan adanya penegasan yang terdapat dalam judul tersebut antara lain:
1. Persepsi Masyarakat: Persepsi yang dimaksud penulis adalah persepsi atau pandangan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan pemerintah desa selaku pemberi pelayanan pada masyarakat di tingkat desa. Dalam hal ini yang dimaksud adalah persepsi masyarakatsangat baik, baik, kurang baik, ataupun tidak baik terhadap pelayanan yang diberikan perangkat desa selaku penyelenggara pelayanan di tingkat desa.
2. Pelayanan Tingkat Desa: yaitu kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan ditingkat desa dalam hal ini pemerintahan desa.7 Adapun bentuk pelayanan publik di tingkat desa meliputi pelayanan administrasi dan pelayanan non administrasi, pelayanan administrasi terdapat administrasi umum dan penduduk. Pelayanan administrasi
7 Abdul Chalik dkk, Pelayanan Publik Tingkat Desa, 26.
(25)
11
meliputi pelayanan dalam mengurusi; surat kelahiran, membuat Kartu Tanda Penduduk (KTP), surat kematian, surat izin usaha, surat keterangan gaji orang tua, surat perpindahan penduduk, surat penduduk baru atau membuat KTP Penduduk baru. Sedangkan pelayanan non administrasi terdapat pelayanan secara fisik dan non fisik, pelayanan fisik berupa pembangunan infrastruktur desa, pelayanan non fisik berupa pelayanan dalam bentuk pelatihan dan pemberdayaan masyarakat.8
H. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelusuran terhadap penelitian dan penyajian yang telah ada, ditemukan karya ilmiah terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini, diantaranya adalah :
1. Heriyanto (2014)
Penelitian ini berjudul “Persepsi Masyarakat Terhadap Kualitas Pelayanan Publik Pada Bagian Administrasi Kesejahteraan
Rakyat Pemerintah Kabupaten Gunungkidul DIY”. Skripsi, Program
Studi Pendidikan Administrasi Perkantoran Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta.
8
Arizki Afrizal Ahmad, “Kinerja Pemerintahan Desa Sebagai Penyedia Pelayanan Publik
Di Desa Wringinpitu Kecamatan Mojowarno Kabupaten Jombang”,
Jurnal-online.um.ac.id (Universitas Negeri Malang), Diakses Tanggal 5 April 2016 Pukul 21:00 WIB.
(26)
12
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah sama-sama mempunyai pembahasan pada masyarakat atau publik sebagai subjek penelitiannya. Hanya saja penelitian yang dilakukan Heriyanto lebih menekankan pada kualitas pelayanan publik yang dilakukan oleh aparatur pemerintah Kabupaten Gunungkidul pada bagian administrasi kesejahteraan rakyat. Sedangkan penulis lebih menekankan pada pelayanan publik di tingkat desa di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan.
Hasil dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa persepsi masyarakat pengguna pelayanan pada bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat Pemerintah Kabupaten Gunungkidul DIY, menyatakan penyelenggaraan pelayanan masih kurang memuaskan pada beberapa aspek. Beberapa aspek yang mempengaruhi kualitas pelayanan publik pada bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat Pemerintah Kabupaten Gunungkidul DIY, yaitu aspek kejelasan (kurang jelasnya syarat teknis dan adminstratif), aspek sarana dan prasarana ya g masih kurang, aspek kemudahan akses (wibsite yang masih kurang informative dan pembaruan), aspek keindahan (penataan ruang yang terkesan sempit). Peningkatan penyelenggaraan pelayanan publik pada bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat Pemerintah Kabupaten Gunungkidul DIY dapat dilakukan dengan prioritas kejelasan persyaratan teknis dan administratif, pembuatan papan informasi, perlu adanya kemudahan akses, peningkatan sarana dan
(27)
13
prasarana, papan petunjuk yang jelas untuk menuju bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat, dan pembaruan informasi di website mengenai bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat.
2. Siyam Kurnianingsih (2011)
Penelitian ini berjudul “Persepsi Masyarakat Terhadap Kinerja Perangkat Desa Dalam Memberikan Pelayanan Umum Di Kecamatan
Kajen Kabupaten Pekalongan”. Skripsi, Program Studi Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Pancasakti Tegal.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah sama-sama mempunyai pembahasan pada masyarakat atau publik sebagai subjek penelitiannya. Hanya saja penelitian yang dilakukan Siyam Kurnianingsih lebih menekankan pada kinerja aparatur pemerintahan desa di Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan dalam melakukan pelayanan publik. Sedangkan penulis lebih menekankan pada pelayanan publik di tingkat desa di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan.
Hasil dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa Persepsi cukup baik yang ditunjukan oleh masyarakat tentang perilaku perangkat desa dalam memberikan pelayanan, persepsi masyarakat kurang memuaskan terhadap kualitas pelayanan yang diberikan oleh perangkat desa, persepsi masyarakat terhadap loyalitas perangkat desa belum cukup baik, Persepsi kurang baik dari masyarakat terhadap
(28)
14
kedisiplinan perangkat desa, persepsi yang kurang baik ditunjukan oleh masyarakat tentang kepastian waktu perangkat desa dalam memberikan pelayanan umum, masyarakat mempunyai persepsi yang cukup baik dalam menilai kerjasama antar perangkat desa dalam memberikan pelayanan umum. Dari segi Produktivitas pelayanan kinerja yang diberikan perangkat desa sudah lebih baik, Responsivitas perangkat juga terlihat cukup baik karena pelayanan yang diberikan sesuai aspirasi masyarakat, Akuntabilitas Pelayanan perangkat desa masih kurang konsisten terhadap aturan yang telah ada serta dalam pelaksanaan di lapangan juga mereka kurang adil kepada masyarakat desa, Responbilitas perangkat desa belum terlihat tanggap dalam hal pendidikan.
I. Sistematika Pembahasan
1. BAB I: PENDAHULUAN. Dalam BAB ini berisikan tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Batasan Masalah, Variabel dan Indikator Variabel, Definisi Operasional, Penelitian Terdahulu, dan Sistematika Pembahasan.
2. BAB II: LANDASAN TEORI. Dalam BAB ini akan membahas mengenai Teori Persepsi Masyarakat, Teori Pelayanan Publik, dan Kerangka Berpikir.
3. BAB III: METODE PENELITIAN. BAB ini terdiri dari Pendekatan dan Jenis Penelitian, Obyek Penelitian (Populasi, Sampel, dan Teknik
(29)
15
Sampel), Sumber Data (Data Primer dan Data Sekunder), Metode Pengumpulan Data (Observasi, Angket, dan Dokumentasi, Hipotesis, serta Teknik Analisis Data.
4. BAB IV: HASIL PENELITIAN. BAB ini akan membahas mengenai Deskripsi Lokasi Penelitian, Karakteristik Responden, Penyajian Data Penelitian.
5. BAB V: PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. Pada BAB ini nantinya akan menganalisis tentang persepsi masyarakat pada pelayanan tingkat desa, Pelayanan publik ditingkat desa di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan, dan persepsi masyarakat tentang pelayanan tingkat desa di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan.
6. BAB VI: PENUTUP. Pada BAB ini terdiri dari Kesimpulan dan Saran. 7. DAFTAR PUSTAKA
(30)
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Pelayanan Publik
1. Pengertian Pelayanan Publik
Secara etimologi pelayanan publik terdiri dari dua kata, yaitu pelayanan, dan publik. Pelayanan adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan landasan tertentu dimana tingkat pemuasannya hanya dapat dirasakan oleh orang yang melayani atau dilayani, tergantung kepada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan pengguna.1 Sedangkan publik adalah sejumlah manusia yang memiliki kebersamaan berfikir, perasaan, harapan, sikap, dan tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai-nilai norma yang mereka miliki.2
Sedangkan dari aspek terminologi pelayanan publik adalah segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh institusi pemerintah pusat dan/ atau daerah dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat, maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.3
1 Moenir A.S, Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia (Jakarta: Bina Aksara, 2008),
26-27.
2 Syafi’ie, Inu Kencana, Pengantar Ilmu Pemerintahan (Jakarta: PT. Pertja, 1999), 5. 3 Abdul Chalik dkk, Pelayanan Publik Tingkat Desa, 15.
16
(31)
17
Selanjutnya menurut undang-undang nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik.4 Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Selanjutnya menurut UU itu juga, penyelenggara pelayanan adalah semua institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik.
Adapun tujuan pelayanan publik yaitu: pertama, terwujudnya batasan dan hubungan yang jelas tentang hak, tanggung jawab, kewajiban dan kewenangan seluruh pihak yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan publik. Kedua; terwujudnya sistem penyelenggaraan pelayanan publik yang layak sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan koperasi yang baik; Ketiga, terpenuhinya penyelenggaraan pelayanan publik sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan Keempat, terwujudnya perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik.5
4 UU No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
5 Abdul Chalik dkk, Pelayanan Publik Tingkat Desa, 18.
(32)
18
2. Penyelenggaraan Pelayanan Publik
Pelayanan publik dapat diselenggarakan oleh organisasi publik maupun swasta dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. Pelayanan publik dapat diartikan sebagai segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prisipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.6
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang berkualitas harus ada unsur-unsur pelayanan publik yang terpenuhi sehingga aktifitas tersebut dapat dikatakan aktifitas pelayanan publik antara lain:7
1. Sistem, prosedur, dan metode. Artinya dalam pelayanan publik harus ada sistem informasi, prosedur dan metode yang mendukung kelancaran dalam memberikan pelayanan.
2. Personil, terutama ditekankan pada perilaku aparatur. Maksudnya adalah bahwa dalam pelayanan publik aparatur pemerintah sebagai personil pelayanan harus prefesional, disiplin, dan terbuka terhadap kritik, saran, dan nasehat dari pelanggan dan masyarakat.
6 Hardiansyah, Kualitas Pelayanan Publik; Konsep, Dimensi, Indikator dan
Implementasinya (Yogyakarta: Gava Media,2011), 11.
7 Abdul Chalik dkk, Pelayanan Publik Tingkat Desa, 16
(33)
19
3. Sarana dan prasarana. Artinya dalam pelayanan publik diperlukan peralatan, ruang kerja dan fasilitas pelayanan publik. Misalnya ruang tunggu, tempat parkir, kotak saran, WC, dan lain-lain.
4. Masyarakat sebagai pelanggan, dalam pelayanan pulblik masyarakat sebagai pelanggan sangatlah heterogen baik tingkat pendidikan maupun perilakunya.
Pada dasarnya penyelenggaraan pelayanan publik ini dilaksanakan oleh penyelenggara Negara/pemerintah, lembaga independen yang dibentuk pemerintah, penyelenggara perekonomian dan pembangunan, badan usaha/badan hukum yang diberi wewenang melaksanakan sebagian tugas dan fungsi pelayanan publik. Dan masyarakat umum atau swasta yang melaksanakan sebagian tugas dan fungsi pelayanan publik yang tidak mampu ditangani/dikelola oleh pemerintah.
Adapun layanan yang umum dilakukan oleh organisasi pemerintah maupun swasta pada dasarnya berbeda-beda. Moenir8, menyatakan bahwa bentuk pelayanan publik dibagi menjadi tiga jenis yaitu:
1. Layanan dengan lisan
Layanan ini dilakukan oleh pegawai dibidang hubungan masyarakat, bidang informasi, dan bidang lainnya yang tugasnya memberikan penjelasan kepada siapa saja yang membutuhkan.
8 Moenir A.S, Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, 190.
(34)
20
Agar layanan ini berhasil sesuai dengan harapan, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh pelaku layanan:
a. Memahami hal-hal yang termasuk dalam bidang tugasnya. b. Mampu memberikan penjelasan terhadap sesuatu yang perlu
dengan lancar, singkat, pada dan jelas. c. Bersikap sopan, santun, dan ramah. 2. Layanan dengan tulisan
Layanan ini merupakan bentuk layanan paling menonjol dalam implementasi tugas, tidak hanya dari aspek jumlah tetapi juga dari aspek peranannya. Sesungguhnya layanan melalui tulisan cukup efisien terutama untuk layanan jarak jauh karena fakor biaya. Layanan ini terbagi dalam dua bagian yaitu:
a. Layanan berupa petunjuk, informasi dan sejenisnya ditujukan kepada orang-orang berkepentingan supaya memudahkan mereka dalam berurusan dengan instansi.
b. Layanan berupa berkas tertulis atas permohonan, laporan, keluhan, pemberian dan pemberitahuan.
3. Layanan dalam bentuk perbuatan
Layanan ini sering terkombinasi dengan layanan lisan, sebab hubungan lisan terbanyak dilakukan dalam hubungan pelayanan secara umum, namun fokusnya diperbuatan itu sendiri yang ditunggu oleh orang berkepentingan. Jadi tujuan pokok orang berkepentingan adalah mendapatkan pelayanan dalam bentuk
(35)
21
perbuatan atau hasil perbuatan, bukan sekedar penjelasan dan kesanggupan secara lisan.
3. Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan Pelayanan Publik
Secara teoritis, tujuan pelayanan publik pada dasarnya adalah memuaskan masyarakat. Untuk mencapai kepuasan itu dapat diwujudkan dengan pelayanan publik yang berkualitas. Kualitas disini adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan.9 Secara lebih luas kualitas pelayanan dikatakan oleh Kotler adalah keseluruhan ciri serta sifat dari suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat.10
Pada prinsipnya pengertian-pengertian tersebut di atas dapat diterima bila dikaitkan dengan kebutuhan atau kepentingan masyarakat yang menginginkan kualitas pelayanan dalam takaran tertentu. Namun demikian setiap jenis pelayanan publik yang diselenggarakan oleh instansi-instansi pemerintahan tentu mempunyai kritaria kualitas tersendiri. Hal ini tentu terkait erat dengan atribut pada masing-masing jenis pelayanan. Ciri-ciri yang ada dalam kualitas tersebut menurut Tjiptono adalah:11
9 Lijan Poltak Sinambela, Reformasi Pelayanan Publik (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010),
6.
10 Hardiansyah, Kualitas Pelayanan Publik; Konsep, Dimensi, Indikator dan
Implementasinya, 35.
11 Fandy Tjiptono, Manajemen Jasa (Yogyakarta: Andi Offset, 2001), 56.
(36)
22
a. Ketepatan waktu pelayanan, yang meliputi waktu tunggu dan waktu proses.
b. Akurasi pelayanan, yang meliputi bebas dari kesalahan-kesalahan. c. Kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan.
d. Kemudahan mendapatkan pelayanan, misalnya banyaknya petugas yang melayani dan banyaknya fasilitas pendukung seperti komputer.
e. Kenyamanan dalam memperoleh pelayanan, berkaitan dengan lokasi, ruang tempat pelayanan, tempat parkir, ketersediaan informasi, dan lain-lain.
f. Atribut pendukung pelayanan lainnya seperti ruang tunggu ber AC, kebersihan, dan lain-lain.
Sedangkan prinsip pelayanan publik berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 63/ KEP/ M.PAN/ 7/ 2003, meliputi:
1. Kesederhanaan, Prosedur/ tata cara pelayanan publik tidak
berbelit-belit, mudah dipahami, dan mudah dilaksanakan.
2. Kejelasan, Adanya kejelasan dan kepastian mengenai:
a. Prosedur/ tata cara pelayanan umum, Persyaratan Pelayanan umum, baik teknis maupun administrasi,
b. Unit kerja/ pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan/
(37)
23
c. Rincian biaya/ tarif pelayanan umum dan tatacara pembayaran,
d. Hak dan Kewajiban baik dari pemberi maupun penerima pelayanan umum berdasarkan bukti-bukti penerimaan
permohonan/ kelengkapan sebagai alat untuk memstikan mulai
dari proses pelayanan umum hingga kepenyelesaiannya,
e. Pejabat yang menerima keluhan masyarakat apabila terdapat sesuatu yang tidak jelas, dan atau tidak puas atas playanan yang
diberikan kepada masyarakat (pelanggan).
3. Kepastian Waktu, Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
4. Akurasi, Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat, dan sah.
5. Keamanan, Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan kepastian hukum.
6. Tanggung Jawab, Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk bertanggungjawab atas penyelenggaraan
pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan dalam pelaksanaan
pelayanan publik.
7. Kelengkapan sarana dan prasarana, Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya yang
memadai termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi
dan informatika (telematika).
(38)
24
8. Kemudahan Akses, Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat
memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informatika.
9. Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahan, Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah, serta
memberikan pelayanan dengan ikhlas.
10.Kenyamanan, Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan
yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung
pelayanan, seperti parker, toilet, tempat ibadah dan lain-lain.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penyusunan prinsip dan standar pelayanan publik tersebut dipakai sebagai pedoman dalam pelayanan publik oleh instansi pemerintah dan dapat dijadikan indikator penilaian terhadap kualitas pelayanan yang telah diberikan.
Selanjutnya menurut Ratminto dan Atik ukuran keberhasilan penyelenggaraan pelayanan ditentukan oleh tingkat kepuasan penerima layanan. Kepuasan penerima layanan dicapai apabila penerima layanan memperoleh pelayanan sesuai dengan yang dibutuhkan dan diharapkan.12
12 Ratminto dkk, Manajemen Pelayanan (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2005), 28.
(39)
25
4. Standar Pelayanan Publik
Setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan. Standar pelayanan merupakan ukuran yang telah ditetapkan dalam penyelenggaraan pelayanan publik sebagai pedoman yang wajib ditaati dan dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan, yang akan dijadikan pedoman bagi penerima pelayanan dalam proses pengajuan permohonan, serta sebagai alat kontrol masyarakat penerima pelayanan atas kinerja pemerintah.13
Oleh karena itu perlu disusun dan ditetapkan standar pelayanan sesuai dengan sifat, jenis dan karakteristik layanan tersebut. Dalam proses perumusan dan penyususnannya harus melibatkan masyarakat
dan stakeholder lainnya (termasuk aparat birokrasi) untuk
mendapatkan saran dan masukan.
Standar Pelayanan Publik berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 63/KEP/M.PAN/7/2003, sekurang-kurangnya meliputi:14
a. Prosedur pelayanan; prosedur pelayanan yang telah ditetapkan bagi pemberi dan penerima pelayanan termasuk pengaduan.
b. Waktu pelayanan; waktu penyelesaian yang telah ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan.
13 KepMenPAN Nomer 63 Tahun 2003 Standar Pelayanan Publik, 7.
14 Ibid., 7.
(40)
26
c. Biaya pelayanan; biaya/tarif pelayanan termasuk rinciannya yang telah ditetapkan dalam proses pemberian pelayanan.
d. Produk pelayanan; hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
e. Sarana dan prasarana; penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh penyelenggara pelayanan publik.
f. Kompetensi petugas pelayanan; kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan cepat berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan , sikap, dan prilaku yang dibutuhkan.
5. Kualitas Pelayanan Publik
Kualitas pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah harus memperhatikan kepuasan dari penerima pelayanan. Dalam hal ini terdapat beberapa pendapat tentang kualitas pelayanan seperti yang dikutip oleh Fandy Tjiptono, yaitu :15
a. Josep M. Juran
Juran mendefinisikan kualitas sebagai kecocokan pemakaian (fitnes for us). Definisi ini menekankan pada pemenuhan harapan konsumen.
b. W. Edward Dening
Dening mendefinisikan kualitas sebagai upaya yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen.
15 Fandy Tjiptono, Prinsip-Prinsip Total Quality Service (Yogyakarta: Andi Offset,
2003), 11.
(41)
27
c. Taguchi
Mendefinisikan kualitas sebagai keinginan yang ditimbulkan oleh suatu produk bagi masyarakat setelah produk itu diterima, selain kerugian-kerugian yang disebabkan fungsi instrinsik produk.
Kualitas pelayanan merupakan upaya pemerintah untuk menciptakan kepuasan bagi para pengguna pelayanan, jika pengguna pelayanan merasa puas dengan pelayanan yang telah diterima dapat disimpulkan bahwa pemerintah telah memberikan pelayanan yang sesuai degan tugas pemerintah. Goetsch dan Davis yang diterjemahkan Fandy Tjiptono membuat definisi mengenai kualitas sebagai berikut: “Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan”.16
Berdasarkan beberapa definisi kualitas pelayanan diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan adalah suatu kemampuan untuk menyesuiakan antara keinginan atau tuntutan penerima (masyarakat) pelayanan dengan pelayanan yang diberikan oleh penyelenggara pelayanan sesuai dengan syarat yang telah ditentukan.
16 Fandy Tjiptono, Manajemen Jasa, 101.
(42)
28
Dengan demikian kebutuhan para penerima layanan harus dipenuhi oleh pihak penyelenggara pelayanan agar para penerima layanan tersebut memperoleh kepuasan. Untuk itulah diperlukan suatu pemahaman tentang konsepsi kualitas pelayanan. Menurut Wyckof Kualitas pelayanan diartikan sebagai tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Kualitas pelayanan bukanlah dilihat dari sudut pandang pihak penyelenggara atau penyedia layanan, melainkan berdasarkan persepsi masyarakat (pelanggan) penerima layanan. Pelangganlah yang mengkonsumsi dan merasakan pelayanan yang diberikan, sehingga merekalah yang seharusnya menilai dan menentukan kualitas pelayanan.17
Apabila pelayanan yang diterima atau dirasakan itu sesuai dengan apa yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika pelayanan yang diterima melampaui harapan pelanggan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal. Sebaliknya jika pelayanan yang diterima lebih rendah dari yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan buruk. Dengan demikian baik buruknya kualitas pelayanan tergantung kepada kemampuan penyedia layanan dalam memenuhi harapan masyarakat (para penerima layanan) secara konsisten.
17 Ibid., 59.
(43)
29
Berdasarkan uraian sejumlah pendapat diatas, maka pengertian kualitas pelayanan adalah totalitas karakteristik suatu konsep pelayanan yang mencakup seluruh aspek pelayanan, dan tolak ukur kualitas pelayanan itu adalah dapat memberi kepuasan kepada para pelanggan atau penerima layanan.
B. Konsep Persepsi
Kehidupan bermasyarakat tidak akan lepas dari persepsi masyarakat itu sendiri. Persepsi merupakan tanggapan atau penerimaan langsung dari seseorang. Menurut Jalaluddin Rachmat persepsi merupakan pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.18 Di sisi lain, dalam proses persepsi terdapat tiga komponen utama yaitu:19 1. Seleksi adalah penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar,
intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
2. Interpretasi adalah proses mengorganisasikan sehingga mempunyai arti bagi seseorang.
3. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi.
18 Jalaluddin Rachmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011),
50.
19 Bimo Walgito, Psikologi Sosial: Persepsi Sosial, (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2003),
54.
(44)
30
Selanjutnya, ada tiga tahapan yang mempengaruhi persepsi yang kesemua tahapan tersebut bersifat kontinu satu dengan lainnya. Tahapan tersebut, diantaranya adalah sebagai berikut:20
1. Penyerapan Terhadap Rangsang atau Objek Dari Luar Individu
Rangsang atau objek dalam hal ini diserap atau diterima oleh berbagai panca indera, baik penglihatan, pendengaran, peraba, pencium, dan pengecap secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Hasil penyerapan atau penerimaan oleh alat-alat indera tersebut akan mendapatkan gambaran, tanggapan, atau kesan di dalam otak. Gambaran tersebut dapat tunggal atau jamak, tergantung objek persepsi yang diamati. Di dalam otak terkumpul gambaran-gambaran atau kesan-kesan, baik yang lama maupun yang baru saja terbentuk. Jelas atau tidaknya gambaran tersebut tergantung dari jelas atau tidaknya rangsangan, normalitas alat indera dan waktu yang baru saja atau sudah lama.
2. Pengertian atau Pemahaman
Proses yang telah menjadi gambaran-gambaran atau kesan-kesan di dalam otak, maka gambaran tersebut diorganisir, digolong-golongkan (diklasifikasi), dibandingkan, diinterpretasikan, sehingga terbentuk pengertian atau pemahaman. Proses terjadinya pengertian atau pemahaman tersebut sangat unik dan cepat. Penegertian yang terbentuk tergantung juga pada gambaran-gambaran lama yang telah
20 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta: Andi Offset, 2003), 54-55.
(45)
31
dimiliki individu sebelumnya (disebut persepsi). 3. Penilaian atau Evaluasi
Apabila sudah mengerti dan memahami, terjadilah penilaian dari individu. Individu membandingkan pengertian atau pemahaman yang baru diperoleh tersebut dengan kriteria atau norma yang dimiliki individu secara subjektif. Penilaian individu berbeda-beda meskipun objeknya sama. Oleh karena itu persepsi bersifat individual.
Berbagai ahli telah memberikan definisi yang beragam tentang persepsi, walaupun pada prinsipnya mengandung makna yang sama. Menurut Thoha persepsi adalah proses kognitif yang dialami penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Persepsi merupakan penafsiran yang unik terhadap situasi. Yang dimaksud kognitif diatas adalah proses atau kegiatan mental yang sadar seperti berfikir, mengetahui, memahami, dan kegiatan konsepsi mental seperti; sikap, kepercayaan, dan penghargaan yang kesemuanya merupakan faktor yang menentukan perilaku.21
Sugihartono mengemukakan bahwa persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Persepsi manusia terdapat perbedaan sudut pandang dalam penginderaan. Ada yang mempersepsikan sesuatu itu baik atau persepsi yang positif maupun
21 MiftahThoha, Prilaku Organisasi Konsep Dasar Dan Aplikasinya (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2003), 23.
(46)
32
persepsi negatif yang akan mempengaruhi tindakan manusia yang tampak atau nyata.22
Dari penjelasan di atas dapat ditarik suatu kesamaan pendapat bahwa persepsi merupakan suatu proses yang dimulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri individu sehingga individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya.
Manusia tidak lepas dari kegiatan berpersepsi, hampir setiap hari manusia berpersepsi seperti persepsi ketika berkomunikasi dengan masyarakat, mengurus perizinan, bertemu dengan petugas instansi dan sebagainya. Demikian juga yang terjadi pada masyarakat pengguna layanan dalam mempersepsikan pelayanan tingkat desa di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan. Dengan mereka mamahami suatu hal tentang kualitas pelayanan, maka akan mempengaruhi bagaiamana mereka akan bersikap ataupun bertindak sesuai dengan apa yang mereka pahami.
Menurut Miftah Thoha faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah sebagai berikut:23
1. Faktor internal: perasaan, sikap dan kepribadian individu, prasangka, keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan juga minat, dan motivasi.
22 Sugihartono, Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: UNY Press, 2007), 8. 23 MiftahThoha, Prilaku Organisasi Konsep Dasar Dan Aplikasinya, 154.
(47)
33
2. Faktor eksternal: latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh, pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulangan gerak, hal-hal baru dan familiar atau ketidak asingan suatu objek.
Selanjutnya menurut Miftah Thoha proses terbentuknya persepsi didasari pada beberapa tahapan, yaitu:24
1. Stimulus atau Rangsangan: Terjadinya persepsi diawali ketika seseorang dihadapkan pada suatu stimulus/rangsangan yang hadir dari lingkungannya.
2. Registrasi: Dalam proses registrasi, suatu gejala yang nampak adalah mekanisme fisik yang berupa penginderaan dan syarat seseorang berpengaruh melalui alat indera yang dimilikinya. Seseorang dapat mendengarkan atau melihat informasi yang terkirim kepadanya, kemudian mendaftar semua informasi yang terkirim kepadanya tersebut.
3. Interpretasi: merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang sangat penting yaitu proses memberikan arti kepada stimulus yang diterimanya. Proses interpretasi tersebut bergantung pada cara pendalaman, motivasi, dan kepribadian seseorang.
24 Ibid., 145.
(48)
34
Apabila dikaitkan dengan penelitian ini yang membahas mengenai persepsi masyarakat tentang pelayanan tingkat desa di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan, dapat dimaknai bahwa dengan pandangan atau tanggapan masyarakat dalam menanggapi pelayanan tingkat desa yang nantinya akan membentuk persepsi dari setiap individu. Persepsi tersebut kemudian akan mempengaruhi pelayanan tingkat desa di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan. Persepsi tersebut, dibangun atas tiga indikator, yakni penyerapan, pengertian, dan evaluasi terdapap pelayanan tingkat desa di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan
(49)
35
C. Kerangka Berpikir
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Penjelasan:
Persepsi masyarakat memilki tiga indkator yaitu pengetahuan, pemahaman, dan penilaian. Pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan tentang prosededur dan persyaratan pelayanan, sedangkan pemahaman yang dimaksud adalah pemahaman tentang prosedur dan persyaratan pelayanan. Selanjutnya penilaian yang dimaksud adalah penilaian tentang kepuasan masyarakat pada pelayanan yang diterima dan semuanya dilihat berdasarkan karakteristik responden yaitu jenis kelamin, usia, pendidikan dan pekerjaan.
Persepsi Masyarakat
Pengetahuan Pemahaman Penilaian
Persyaratan Pelayanan
Prosedur Pelayanan Kepuasan Pada
Pelayanan
Jenis Kelamin Usia Pendidikan
(50)
36
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
Penjelasan:
Pelayanan tingkat desa yang dimaksudkan disini memiliki lima indikator yaitu kompeten (memiliki kemampuan), sikap (sopan dan ramah), disiplin (tepat waktu), akses (mudah terjangkau), dan pelayanan secara cepat, tepat, serta maksimal. Kemudian semuanya dilihat dengan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, usia reponden, pendidikan, serta pekerjaan responden.
Pelayanan Tingkat Desa
Kompeten Sikap Disiplin Akses
Memiliki Kemampuan
Tepat Waktu Mudah Terjangkau
Pelayanan
Sopan Ramah
Cepat Tepat Maksimal
Jenis Kelamin Usia Pendidikan
(51)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Pendekatan penelitian kuantitatif merupakan suatu penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu dan bersifat statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yangtelah ditetapkan.1
2. Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang berusaha menggambarkan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan fakta diperoleh.2
B. Obyek Penelitian 1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
1 Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung:
Alfabeta, 2008), 14.
2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka
Cipta, Edisi Revisi, IV, 1993), 215.
(52)
38
kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda yang ada di sekitar kita.3
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah masyarakat desa asli Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan Madura yang terdaftar dalam data penduduk. Berdasarkan dari data penduduk kantor Kecamatan Socah jumlah populasi sebesar 73.317 penduduk. Jumlah populasi tersebut terbagi kedalam 11 desa dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.1
Jumlah Populasi Berdasarkan Data Penduduk Kecamatan Socah
No Desa Pria Wanita Jumlah
1 SOCAH 3.618 3.561 7.179
2 KELEYAN 4.407 4.545 8.952
3 BILAPORAH 3.651 3.674 7.325
4 PARSEH 5.157 5.068 10.225
5 JADDIH 7.201 7.428 14.629
6 BULUH 2.435 2.604 5.039
7 JUNGANYAR 1.836 1.792 3.628
8 DAKIRING 1.556 1.548 3.104
9 PETAONAN 2.081 2.184 4.265
10 PERNAJUH 601 609 1.210
3 Sugiyono, Metode Penelitihan Kombinasi (Mixed Methodes) (Bandung: Alfabeta,
2011), 80.
(53)
39
11 SANGGRA’AGUNG 3.851 3.910 7.761
Jumlah 73.317
Sumber: Kantor Kecamatan Socah
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa populasi dalam penelitian ini berjumlah 73.317 penduduk. Jumlah populasi tersebut terbagi terbagi kedalam 11 desa. Adapun masyarakat desa yang menjadi populasi dalam penelitian ini diantaranya; Socah (7.179), Keleyan (8.952), Bilaporah (7.325), Parseh (10.225), Jaddih (14.629), Buluh (5.039), Junganyar (3.628), Dakiring (3.104), Petaonan (4.265), Pernajuh (1.210), Sanggra Agung (7.761) Jadi jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 73.317 penduduk.4
2. Sampel
Sampel mempunyai pengertian sebagai bagian atau wakil dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh sebuah populasi. Sampel sendiri digunakan untuk menggeneralisasikan atau membuat kesimpulan penelitian yang berlaku bagi populasi.5 Di sisi lain, alasan peneliti menggunakan sampel dikarenakan adanya keterbatasan dana, tenaga, maupun waktu yang digunakan untuk penelitian.6
4 Kantor Kecamatan Socah
5 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,175. 6 Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, 81.
(54)
40
Dalam penelitian ini, sebagaimana yang diketahui jumlah populasi pada penelitian ini berjumlah 73.317 penduduk. Jumlah tersebut, kemudian diambil menjadi sampel dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Slovin, yakni:7
n = N 1+ N.e2
n = 73.317 = 99,99 menjadi 100 responden 1+ 73.317 (10%)2
Dimana :
n = Jumlah sample N = Jumlah populasi
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan. Dalam penelitian ini, besar e ditetapkan 10%.
Berdasarkan hasil penghitungan rumus sampel diatas, dapat diketahui bahwa sampel dalam penelitian ini berjumlah 100 orang. Selanjutnya, dalam pengambilan sampel peneliti menggunakan teknik sampel acak stratifikasi (Stratified Random Sampling) yaitu teknik pengambilan sample dengan memperhatikan strata (tingkatan) dalam populasi. Teknik ini digunakan peneliti dikarenakan sampel yang akan diteliti atau sumber data berada pada daerah yang luas dengan berbagai
7 Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 1996), 78.
(55)
41
latar belakang, yakni mencakup seluruh desa di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan.
Dalam menentukan sampel di setiap desa, peneliti menggunakan Rumus Presentase (P = f/Nxn).
Dimana:
P: Jumlah Responden f: Frekuensi
N: Jumlah Populasi n: Jumlah Sampel
Adapun hasil penentuan sampel di masing-masing desa di Kecamatan Socah dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.2
Penentuan Sampel Tiap Desa
No Desa Jumlah
Peduduk
Pengambilan Sampel
Responden
1 SOCAH 7.179 7.179/73.317x100 9,792 (10) 2 KELEYAN 8.952 8.952/73.317x100 12,21 (12) 3 BILAPORAH 7.325 7.325/73.317x100 9,991 (10) 4 PARSEH 10.225 10.225/73.317x100 13,946 (14) 5 JADDIH 14.629 14.629/73.317x100 19,953 (20) 6 BULUH 5.039 5.039/73.317x100 6,873 (7) 7 JUNGANYAR 3.628 3.628/73.317x100 4,948 (5) 8 DAKIRING 3.104 3.104/73.317x100 4,234 (4)
(56)
42
9 PETAONAN 4.265 4.265/73.317x100 5,817 (6) 10 PERNAJUH 1.210 1.210/73.317x100 1,65 (2) 11 SANGGRA’AGUNG 7.761 7.761/73.317x100 10,586 (10)
JUMLAH 100
Sumber: Kantor Kecamatan Socah
Berdasarkan hasil penghitungan rumus penentuan sampel diatas, dapat diketahui bahwa sampel pada setiap desa mempunyai jumlah responden yang berbeda-beda, dan apabila di jumlah yakni sebesar 100 responden.
Selanjutnya dalam menentukan responden peneliti membuat pertimbangan sebagai berikut:
1. Responden pernah menggunakan pelayanan di desa. 2. Responden dapat mewakili warga desa.
3. Responden dapat mewakili kelompok Guru. 4. Responden dapat mewakili kelompok Petani. 5. Responden dapat mewakili kelompok Pedagang. 6. Responden dapat mewakili kelompok Supir. 7. Responden dapat mewakili kelompok Nelayan.
Untuk memastikan sampainya angket/kuesioner kepada masing-masing responden yang berada di seluruh desa di Kecamatan Socah, peneliti meminta bantuan beberapa teman untuk menjadi pendamping peneliti dengan tujuan mendapatkan data secara
(57)
43
maksimal. Adapun teman yang dijadikan pendamping oleh peneliti diantaranya:
1. Angga Syahputra (Mahasiswa Semester 8 Universitas Trunojoyo Bangkalan).
2. Wadud Wahyudi (Mahasiswa Semester 8 IKIP Bangkalan).
3. Ach. Shoheh (Mahasiswa Semester 4 Universitas Trunojoyo Bangkalan).
4. Zainal Abidin (Mahasiswa Semester 8 Universitas Negeri Surabaya).
5. Emi Agustin (Mahasiswa Semester 8 IKIP Bangkalan).
C. Jenis Data Dan Sumber Data
Data adalah segala keterangan (informasi) mengenai segala hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian.8 Berangkat dari judul penelitian ini, maka dalam penelitian ini data yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Data Kualitatif adalah data yang tidak bisa diukur atau dinilai dengan
angka secara langsung. Adapun yang termasuk dalam data kualitatif dalam penelitian ini, seperti konsep atau teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, seperti teori persepsi dan teori pelayanan publik.
8 M. Amin Tatang, Menyusun Rencana Penelitian (Jakarta: Raja Grafindo, 1990), 130.
(58)
44
2. Data kuantitif adalah data yang bisa dilambangkan dengan angka. Adapun yang termasuk dalam data kuantitatif dalam penelitian ini, seperti nilai hasil angket yang telah diisi oleh responden, jumlah Penduduk, maupun jumlah responden tiap desa di Kematan Socah.
Sedangkan sumber data yang digunakan adalah data lapangan berupa data primer dan data sekunder, seperti dibawah ini:
1. Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dari responden penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data secara langsung sebagai sumber informasi yang dicari. Adapun yang termasuk dalam data primer ini adalah hasil angket yang diperoleh dari responden.
2. Data sekunder adalah data penunjang yang sifatnya untuk melengkapi data primer. Adapun data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini, seperti literatur atau buku, jumlah penduduk desa di Kecamatan Socah, dan data-data yang berkaitan dengan pelayanan tingkat desa yang berasal dari jurnal dan internet.
D. Teknik Pengumpulan Data
Metode atau teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode observasi, angket, dan dokumentasi. Adapun pengertian dari ketiga metode tersebut adalah:
(59)
45
1. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri spesifik bila dibandingkan dengan teknik lain, seperti wawancara dan kuesioner. Hal ini dikarenakan dalam observasi dilakukan proses-proses pengamatan guna penelitian yang khususnya berkaitan dengan prilaku manusia.9
Alasan penulis melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik prilaku masyarakat desa di Kecamatan Socah mengenai persepsi masyarakat tentang pelayanan tingkat desa di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan. 2. Angket
Angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.10 Penyebaran angket tersebut bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelayanan tingkat desa di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan, serta sejauh mana persepsi masyarakat tentang pelayanan tingkat desa di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan, dengan cara memberikan daftar pernyataan tertulis kepada responden lalu diisi oleh responden dan pada akhirnya hasil angket tersebut dikuantitatifkan berupa angka.
9 Suharsini Arikunto, Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
145.
10 Ibid., 142.
(60)
46
Hasil angket didapatkan dari masyarakat desa di Kecamatan Socah yang menjadi sampel dalam penelitian ini.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menelusuri data historis. Penggunaan dokumentasi pada penelitian ini untuk memperoleh kevalidan data dan mengukur kelayakan data untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang pelayanan tingkat desa di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan. Hal-hal yang berkaitan dengan dokumentasi adalah seperti, profil Kecamatan Socah, Jumlah penduduk di Kecamatan Socah, maupun literature yang semuanya didapatkan dari berbagai sumber mulai dari internet, jurnal, skripsi, maupun berbagai literatur yang menunjang.
E. Analisis Data
Dalam penelitian ini teknik analisis data yang dipakai adalah statistik deskriptif dengan menggunakan rumus persentase. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.11 Sedangkan rumus persentase ini diolah
11 Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, 147.
(61)
47
dengan cara frekuensi dibagi dengan jumlah responden dikali 100 persen, seperti dibawah ini:12
P = F
X 100% N
Keterangan:
P : Persentase F : Frekuensi
N : Jumlah responde 100% : Bilangan tetap
Penghitungan menggunakan rumus persentase ini mempunyai langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengkoreksi jawaban kuesioner dari responden. 2. Menghitung frekuensi jawaban responden. 3. Jumlah responden keseluruhan adalah 100 orang. 4. Masukkan ke dalam rumus.
12 Sudjana, Metode Statistika (Bandung: CV.Tarsito, 2001), 129.
(62)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Diskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan, berikut gambaran umum Kecamatan Socah:
1. Letak Geografis Kecamatan Socah
Kecamatan Socah merupakan salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Bangkalan Madura. Kecamatan Socah merupakan kecamatan yang berbatasan langsung dengan pusat pemerintahan Kabupaten Bangkalan yang terletak di Kecamatan Bangkalan. Secara administratif batas-batas Kecamatan Socah sebagai berikut:1
• Sebelah Utara : Kecamatan Bangkalan • Sebelah Selatan : Kecamatan Kamal • Sebelah Barat : Selat Madura • Sebelah Timur : Kecamatan Tragah 2. Topografi Kecamatan Socah
Luas wilayah Kecamatan socah secara administratif memiliki luas 52.82 km atau 5.359.05 ha, pada ketinggian 15 m dari permukaan laut, dengan jumlah penduduk sebesar 73.317 penduduk. Pemerintahan Kecamatan Socah terdiri dari 11 desa (Bilaporah, Buluh, Dakiring, 1
Data Kantor Kecamatan Socah
48
(63)
49
Jaddih, Junganyar, Keleyan, Parseh, Pernajuh, Petaonan, Sanggra Agung, dan Socah), 67 dusun, 68 Rukun Warga (RW) dan 201 Rukun Tetangga (RT). Desa yang mempunyai RW terbanyak adalah Desa Jaddih dengan 11 RW, sedangkan untuk Desa Pernajuh memiliki jumlah RW paling sedikit 3 RW.2
B. Karakteristik Responden
Responden yang menjadi fokus pada penelitian ini diklasifikasikan berdasarkan berbagai macam karakteristik, seperti jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, maupun Kepala Desa yang memimpin saat ini (Blater atau Non Blater). Lebih jelasnya dari berbagai karakteristik responden tersebut akan disajikan dalam beberapa diagram lingkaran dibawah ini:
Gambar 4.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber: Hasil Kuesioner
2 Ibid
58% 42%
Jenis Kelamin
Laki-Laki Perempuan
(64)
50
Berdasarkan diagram lingkaran di atas, dapat diketahui bahwa jumlah responden yang menjadi dalam penelitian ini bila diklasifikasikan berdasarkan jenis kelamin sangat didominasi oleh responden berjenis kelamin pria dengan 58 (58%) responden. Sedangkan responden berjenis kelamin perempuan terdiri dari 42 (42%) responden atau tidak ada sama sekali.
Gambar 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Sumber: Hasil Kuesioner
Apabila dilihat pada diagram lingkaran persentase di atas, dapat diketahui bahwa usia responden yang menjadi fokus pada penelitian ini didominasi oleh responden dengan rentang usia antara 50-59 Tahun dengan jumlah 30 (30%). Selanjutnyam diikuti oleh rentang usia 40-49 Tahun sebanyak 28 (28%), 30-39 Tahun sebesar 26 (26%), lebih dari >60 Tahun sebanyak 10 (10%), dan yang terakhir dengan usia antara 20-29 Tahun dengan jumlah 6 (6%) responden.
6% 26%
28% 30%
10%
Usia Responden
(65)
51
Gambar 4.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Sumber: Hasil Kuesioner
Pada diagram lingkaran di atas, dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan responden didominasi oleh lulusan SD (Sekolah Dasar) dengan jumlah 43 (43%) responden. Kemudian sisanya dibagi menjadi lulusan SLTA, 22 (22%) responden, tamatan SLTP, sebanyak 15 (15%) responden, dan lulusan Perguruan Tinggi sebesar 20 (20%) responden.
Gambar 4.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Sumber: Hasil Kuesioner
43%
15% 22%
20%
Pendidikan Responden
SD SLTP SLTA Perguruan Tinggi
24%
27%
2% 8% 31%
8%
Pekerjaan Responden
(66)
52
Diagram lingkaran di atas, dapat dilihat bahwa penduduk Kecamatan Socah yang menjadi responden pada penelitian ini apabila diklasifikasikan menurut pekerjaan terdiri dari 31 (31%) bekerja sebagai Guru. Kemudian, Pedagang sebanyak 27 (27%), Petani 24 (24%), Supir 8 (8%), Ibu Rumah Tangga 8 (8%), dan yang terakhir Nelayan sebanyak 2 (2%) responden.
C. Penyajian Data Penelitian
1. Analisis Data Tentang Pelayanan Tingkat Desa Di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan
Penyajian data yang pertama peneliti sajikan adalah mengenai pelayanan publik tingkat desa di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan. Dalam penyajian ini, nantinya akan diketahui penyelenggara pelayanan publik tingkat desa di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan telah melakukan pelayanan dengan baik atau tidak terhadap masyarakat. Lebih lanjut, dalam mengetahui pelayanan tersebut, peneliti menggunakan indikator atau pertanyaan pada angket nomer 4 tentang “Penyelenggara pelayanan telah memberikan pelayanan secara maksimal” yang berada pada tabel kuesioner pelayanan tingkat desa di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan. Pada pertanyaan tersebut, disediakan 4 kotak pilihan jawaban, di dalam kotak pilihan 1 dan 2 yakni “Sangat Setuju dan Setuju” diartikan bahwa responden telah mendapatkan pelayanan yang “Baik”
(67)
53
dari penyelenggara pelayanan publik di tingkat desa. Sedangkan di kotak pilihan 3 dan 4 yakni “Tidak Setuju dan Sangat Tidak Setuju” diartikan bahwa responden mendapatkan pelayanan “Tidak Baik” dari penyelenggara pelayanan publik di tingkat desa. Adapun hasil dari pelayanan tingkat desa di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.1
Pelayanan Tingkat Desa
Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan NO.
PELAYANAN TINGKAT
DESA RESPONDEN PROSENTASE
1. BAIK 43 43%
2. TIDAK BAIK 57 57%
JUMLAH 100 100%
Sumber: Hasil Kuesioner
Pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa pelayanan tingkat desa di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan belum dilaksanakan dengan baik. Hal ini bisa dilihat dengan persentase responden yang menyatakan “Tidak Baik” pada pelayanan tingkat desa di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan sebesar 57 (57%) responden, sedangkan yang menyatakan “Baik” sebesar 43 (43%) responden saja. Selanjutnya, pelayanan publik tingkat desa tersebut akan diklasifikasikan berdasarkan karakteristik responden, yakni berdasarkan jenis kelamin dan usia responden. Adapun hasil pelayanan publik tingkat desa berdasarkan karakteristik tersebut dapat dilihat dibawah ini:
(68)
54
Gambar 4.5 Pelayanan Tingkat Desa
Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Usia Responden
Sumber: Hasil Kuesioner
Pada diagram batang di atas, dapat dilihat bahwa pelayanan tingkat desa di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan yang menyatakan “Baik” apabila diklasifikasikan berdasarkan jenis kelamin, sebanyak 25 (25%) responden berjenis kelamin pria dan 18 (18%) responden berjenis kelamin wanita. Disisi lain, sebesar 33 (33%) pria dan 24 (24%) responden wanita menyatakan bahwa pelayanan tingkat desa di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan belum dilaksanakan dengan baik atau “Tidak Baik”.
Selain itu, pada diagram batang di atas juga digambarkan mengenai pelayanan tingkat desa di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan yang menyatakan “Baik” apabila diklasifikasikan berdasarkan usia responden didominasi pada usia 30-39 tahun sebesar 16 (16%) yang kemudian diikuti oleh 50-59 tahun sebanyak 15 (15%),
Pria Wanita 20-29 Tahun 30-39 Tahun 40-49 Tahun 50-59 Tahun > 60 Tahun
Pelayanan Baik 25 18 2 16 6 15 4
Pelayanan Tidak Baik 33 24 4 10 21 16 6
0 5 10 15 20 25 30 35
JENIS KELAMIN DAN USIA
RESPONDEN
(69)
55
40-49 tahun 6 (6%), lebih dari 60 tahun 4 (4%), dan 20-29 tahun 2 (2%).
Selanjutnya, responden yang menyatakan “Tidak Baik” terhadap pelayanan tingkat desa di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan lebih cenderung pada usia 40-49 tahun sebanyak 21 (21%) yang kemudian diikuti oleh usian 50-59 tahun 16 (16%), 30-39 tahun 10 (10%), lebih dari 60 tahun sebesar 6 (6%), dan usia 20-29 tahun hanya 4 (4%) responden saja.
Disisi lain, pelayanan tingkat desa di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan baik atau tidak juga dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat pendidikan, pekerjaan, dan golongan Kepala Desa responden dalam hal ini golongan Blater dan Non Blater. Adapun pelayanan tingkat desa di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan berdasarkan karakteristik tersebut dapat dilihat pada beberapa tabel dibawah ini:
Tabel 4.2
Pelayanan Tingkat Desa Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Sumber: Hasil Kuesioner
PELAYANAN TINGKAT PENDIDIKAN TERAKHIR
NO. Perguruan
TINGKAT DESA Tidak Sekolah SD SLTP SLTA
Tinggi
1. BAIK 0 13 4 12 13
2. TIDAK BAIK 0 30 11 10 7
(70)
56
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa pelayanan tingkat desa di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan yang menyatakan “Baik” apabila diklasifikasikan berdasarkan tingkat pendidikan lebih didominasi oleh responden dengan tingkat pendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 13 (13%) responden yang kemudian diikuti oleh SD sebanyak 13 (13%) responden, SLTA sebanyak 12 (12%) responden, dan SLTP sebanyak 4 (4%). Selanjutnya, responden yang menyatakan “Tidak Baik” terhadap pelayanan tingkat desa di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan cenderung didominasi oleh responden dengan lulusan SD sebanyak 30 (30%) yang kemudian diikuti oleh lulusan SLTP sebanyak 11 (11%), SLTA sebanyak 10 (10%), dan lulusan Perguruan Tinggi sebanyak 7 (7%) responden saja.
Tabel 4.3
Pelayanan Tingkat Desa Berdasarkan Pekerjaan Responden
PELAYANAN
PEKERJAAN NO.
TINGKAT DESA Petani Pedagang Guru Supir Nelayan
Ibu Rumah Tangga
1. BAIK 4 8 23 2 2 4
2. TIDAK BAIK 20 19 8 6 0 4
JUMLAH 24 27 31 8 2 8
(71)
57
Pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa pelayanan tingkat desa di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan yang menyatakan “Baik” apabila diklasifikasikan berdasarkan jenis pekerjaan didominasi oleh Guru sebanyak 23 (23%) yang kemudian diikuti Pedagang sebanyak 8 (8%), Petani 4 (4%), Ibu Rumah Tangga 4 (4%), Nelayan dan Supir masing-masing 2 (2%) responden saja. Selanjutnya, responden yang menyatakan “Tidak Baik” terhadap pelayanan tingkat desa di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan cenderung didominasi oleh responden dengan jenis pekerjaan Petani sebesar 20 (20%) yang kemudian diikuti oleh Pedagang sebesar 19 (19%), Guru 8 (8%), Supir 6 (6%), dan Ibu Rumah Tangga yang hanya 4 (4%) responden saja. 2. Penyajian Data Mengenai Persepsi Masyarakat Pada Pelayanan
Tingkat Desa Di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan
Penyajian data yang kedua peneliti sajikan adalah mengenai Persepsi Masyarakat Pada Pelayanan Tingkat Desa. Dalam penyajian ini, nantinya akan diketahui jumlah responden yang mempunyai persepsi yang baik atau tidak pada pelayanan publik di tingkat desa. Lebih lanjut, dalam mengetahui persepsi masyarakat, peneliti menggunakan indikator atau pertanyaan pada angket nomer 8 tentang “Penyelenggara pelayanan cepat tanggap dalam melayani komplain ataupun keluhan dari masyarakat”. Pada pertanyaan tersebut, disediakan 4 kotak pilihan jawaban, di dalam kotak pilihan 1 dan 2 yakni “Sangat Setuju dan Setuju” diartikan bahwa responden
(1)
168
4) Berdasarkan pekerjaan responden yang menyatakan informasi
pelayanan tingkat desa tidak terpercaya di dominasi oleh Petani
sebanyak 14 (14%) yang kemudian di ikuti Pedagang sebanyak
7 (7%), Guru 5 (5%), Ibu Rumah Tangga 3 (3%), Supir 2 (2%),
dan Nelayan 0 (0%) responden saja. Disisi lain yang
menyatakan informasi pelayanan tingkat desa terpercaya lebih
di dominasi oleh Guru sebanyak 26 (26%) yang kemudian
diikuti Pedagang sebanyak 20 (20%), Petani 10 (10%), Supir 6
(6%), Ibu Rumah Tangga 5 (5%), dan Nelayan 2 (2%)
responden saja.
f. Responden yang menyatakan “Tidak Bisa” memberikan saran pada
penyelenggara pelayanan tingkat desa sebesar 73 (73%) responden,
sedangkan yang menyatakan “Bisa” memberikan saran pada
penyelenggara pelayanan tingkat desa sebesar 27 (27%) responden
saja. Sedangkan apabila dilihat berdasarkan karakteristik
responden sebagai berikut:
1) Berdasarkan jenis kelamin, responden yang menyatakan
penyelenggara pelayanan tingkat desa tidak dapat menerima
saran sebanyak 43 (43%) responden berjenis kelamin pria dan
30 (30%) responden berjenis kelamin wanita. Disisi lain,
sebesar 15 (15%) pria dan 12 (12%) responden wanita
(2)
169
Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan dapat menerima saran.
2) Berdasarkan usia, responden yang menyatakan penyelenggara
pelayanan tingkat desa tidak dapat menerima saran di dominasi
pada usia 50-59 tahun sebesar 26 (26%) yang kemudian diikuti
oleh 40-49 tahun sebanyak 20 (20%), 30-39 tahun 17 (17%),
20-29 tahun 8 (8%), dan lebih dari 60 tahun 2 (2%). Disisi lain
yang menyatakan penyelenggara pelayanan tingkat desa dapat
menerima saran di dominasi pada usia 30-39 tahun sebesar 9
(9%) yang kemudian diikuti oleh 40-49 tahun sebanyak 8 (8%),
50-59 tahun 4 (4%), 20-29 tahun 2 (2%), dan lebih dari 60 tahun 4 (4%).
3) Berdasarkan pendidikan, responden yang menyatakan
penyelenggara pelayanan tingkat desa tidak dapat menerima
saran lebih di dominasi oleh responden dengan tingkat
pendidikan SD sebanyak 33 (33%) responden yang kemudian
diikuti oleh SLTA sebanyak 20 (20%) responden, Perguruan
Tinggi sebanyak 13 (13%) responden, dan SLTP sebanyak 7
(7%). Disisi lain yang menyatakan penyelenggara pelayanan
tingkat desa dapat menerima saran lebih di dominasi oleh
responden dengan tingkat pendidikan sebanyak SD sebanyak
(3)
170
sebanyak 8 (8%) responden, Perguruan Tinggi sebanyak 7 (7%) responden, dan SLTA 2 (2%).
4) Berdasarkan pekerjaan responden yang menyatakan
penyelenggara pelayanan tingkat desa tidak dapat menerima
saran di dominasi oleh Guru sebanyak 25 (25%) yang
kemudian di ikuti Pedagang sebanyak 23 (23%), Petani 17
(17%), Supir 5 (5%), Ibu Rumah Tangga 3 (3%), dan Nelayan
0 (0%) responden saja. Disisi lain yang menyatakan
penyelenggara pelayanan tingkat desa dapat menerima saran
lebih di dominasi oleh Petani sebanyak 7 (7%) yang kemudian
diikuti Guru sebanyak 6 (6%), Ibu Rumah Tangga 5 (5%),
Pedagang 4 (4%), Supir 3 (3%), dan Nelayan 2 (2%) responden saja.
B.
Saran
Peneliti menyadari bahwa penelitian berjudul “Persepsi
Masyarakat Tentang Pelayanan Tingkat Desa Di Kecamatan Socah
Kabupaten Bangkalan” masih membutuhkan penelitian yang lebih
mendalam dari peneliti berikutnya yaitu dengan mencari sejauh mana
“Persepsi Masyarakat Tentang Pelayanan Tingkat Desa Di Kecamatan
(4)
171
Selain itu peneliti berharap dengan adanya skripsi ini dapat
menjadi bahan bacaan bagi penyelenggara pelayanan publik tingkat desa
khususnya bagi penyelenggara pelayanan publik tingkat desa di
Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan agar dapat dengan maksimal
menjalankan kewajibannya sebagai pelayan masyarakat (Publik Service).
Selain itu pada penyusunan hasil penelitian ini, penulis menyadari
bahwa banyak kekurangan-kekurangannya, baik cara penyusunan maupun
pemaparannya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun agar dapat menyempurnakan penyusunan hasil
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Chalik dkk. 2015. Pelayanan Publik Tingkat Desa. Yogyakarta: INTERPENA.
Arikunto, Suharsini. 1993. Edisi Revisi IV. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Dwiyanto, Agus. 2005. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Hardiansyah. 2011. Kualitas Pelayanan Publik; Konsep, Dimensi, Indikator dan Implementasinya. Yogyakarta: Gava Media.
Moenir A.S. 2008. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta: Bina Aksara.
Rachmat, Jalaluddin. 2011. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Ratminto dkk. 2005. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitihan Kombinasi (Mixed Methodes). Bandung: Alfabeta.
Sudjana. 2001. Metode Statistika. Bandung: CV.Tarsito.
Sugihartono. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Sinambela, Lijan Poltak. 2010. Reformasi Pelayanan Publik. Jakarta: PT.Bumi Aksara.
Syafi’ie, Inu Kencana. 1999. Pengantar Ilmu Pemerintahan. Jakarta: PT. Pertja.
Thoha, Miftah. 2003. Prilaku Organisasi Konsep Dasar Dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
(6)
Tjiptono, Fandy. 2003. Prinsip-Prinsip Total Quality Service. Yogyakarta: Andi Offset.
Tatang , M. Amin. 1990. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo.
Umar, Husein. 1996. Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Widodo, Joko. 2001. Etika Birokrasi Dalam Pelayanan Publik. Malang: CV. Citra Malang.
Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial: Persepsi Sosial. Yogyakarta: CV. Andi Offset.