Keandalan Bifenthrin sebagai Bahan Pengawet Kayu Lapis: Pengaruh terhadap Sifat Fisis, Mekanis dan Keawetan

KEANDALAN BIFENTHRIN
SEBAGAI BAHAN PENGAWET KAYU LAPIS: PENGARZJH
TERHADAP SIFAT FISIS, MEKANIS DAN KEAWETART

OLEH :

EDHI HARYANTI

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

KEANDALAN B I F E N T H W
SEBAGAI BAHAN PENGAWET KAYU LAPIS: PENGARUH
TERHADAP SIFAT FISIS, MEKANIS DAN KEAWETAN

Tesis
Sebagai saiah satu syarat untuk mernperoleh gelar
Magister Sttins pada
Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan


PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

Judul Tesis

:Keandalan Bifenthrin sebagai Bahan Pengawet Kayu Lapis:

Pengaruh terhadap Sifat Fisis, Mekanis dan Keawetan
Nama Mahasiswa : Edhi Haryanti
NRP.

: 99321

Program Studi

:

Ilmu Pengetahuan Kehutanan


1 . Kornisi Pembirnbing
I

Prof.Dr. Ir. H. Dodi Nandika. MS
Ketua

Prof. Ir. H. M. Suriono Suriokusumo. MSF. Ph.D
Anggota

*2. Ketua Program Studi

Ilmu Pengetahuan Kehutanan

Y

-

Prof. Dr. Ir. H. Dodi Nandika. MS

Tanggal Lulus: 23 Januari 2002


Dr. Ir. Fauzi ~ebrianto.MS
Anggota

&Gfi tida&mem6e6ani seseorang meChi&n sesuai dengan
&sanagupannya. . .. . ... .. (QS. AfBiqarafi 286)

.. . . . .. man 6arangsirrpa yang 6ertuwat&af&padaAIlhli niscuya2&fi acun
mencu&p&an (.erCuan,hya.. .. . .. . ... (Qs. Atfi Ilial;laq 3)

ABSTRAK
EDHI HARYANTI. Keandalan Bifenthrin sebagai Bahan Pengawet Kayu Lapis:
Pengaruh terhadap Sifat Fisis, Mekanis dan Keawetan. Dibimbing DODI
NANDIKA, SURJONO SURJOKUSUMO dan FAUZI FEBRIANTO.
Penelitian dilakukan uniuk mengetahui efektivitas pengawetan kayu lapis
dengan senyawa bifenthrin melalui metode pencampuran perekat (glue line
treatment). Pembuatan kayu lzpis dilakukan I laboratorium dan di pabrik kayu
lapis PT. Alas Kusuma Pontianak, Kalimantan Barat. Senyawa bifenthrin
diaplikasikan den an lima pemberian dosis yang berbeda yaitu 0 g a.i/m3, 10 g
a.i/m3, 20 g a . i h 30 g a.i/rn3 dan 40 g a.i/m3. Proses pembuatan kayu lapis di

laboratorium menggunakan kayu tusam (Pinus rnerkusii Jungk et de Vriese).
Sedangkan pembuatan di PT. Alas Kusuma Pontianak, Kalimantan Barat
menggunakan carnpuran kayu meranti merah (Shorea sp), meranti kuning (Shorea
sp) dan kamper (Dryobalanops sp). Kayu lapis yang dihasilkan diuji sifat fisis dan
mekanisnya. Dan untuk menguji keefektifan senyawa bifenthrin sebagai bahan
pengawet kayu lapis dilakukan pengujian keawetannya terhadap serangan rayap
tanah Copiotermes curvignafhusHolmgen (Isoptera: Rhinotermitidae).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi senyawa bifenthrin dapat
meningkatkan ketahanan kayu lapis terhadap serangan rayap tanah C
curvignarhus tanpa menurunkan sifat fisis maupun mekanisnya, baik pada
pembuatan kayu lapis di laboratorium maupun di pabrik memenuhi standar SNI
02 - 2704 - 1992. Pada dosis 30 g a.i/rn3,bifenthrin dapat rneningkatkan keawetan
kayu lapis baik pembuatan di laboratoriurn rnaupun pabrik. Mortalitas dan
pengurangan berat kayu lapis produksi laboratorium sebesar 96,67 O h dan 3,17 %.
Pada dosis yang sama kayu lapis produksi pabrik mortalitasnya sebesar 100 %
dengan pengurangan berat kayu lapis 1,O 1 %. Hasil ini didukung pengamatan
garis rekat dengan SEM yang menunjukkan bahwa dengan dosis 40 g a.i/rn3atau
lebih dari 30 g a.i/m3 telah mempengamhi pembentukan garis rekat yang dapat
menurunkan keteguhan rekat kayu lapis.


4.

SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang bejudul:
KEANDALAN BIFENTHRIN
SEBAGAI BAEIAN PENGAWET K A W LAPLS: PENGARUH
TEREXADAP SWAT FISIS, MEKANIS DAN K E A W T A N

Adalah benar merupakan hasil

karya saya sendiri

dan belum pemah

dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digumkan telah

*

dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.


Bogor, 5 Februari 2002

Penulis dilahirkan di Grobogan Jawa Tengah pada tanggal 13 September
1973 sebagai anak ke-3 dari lima bersaudara pasangan H. Sudarlan dan Hj. Sri

Suwarni. Pendidikan Sekolah D w r sampai Sekolah Menengah Atas diselesaikan
di Grobogan Jawa Tengah. Tahun 1991 melanjutkan pendidikan di Xnstitut

Pertanian Stiper Yogyakarta Fakultas Kehutanan Jurusan Teknologi Hasil Hutan,
lulus tahun 1996. Pada tahun 1999 penulis diterima di Progam Studi Ilmu
Pengetahuan Kehutanan Progam Pascasarjana IPB dengan beasiswa BPPS.
Penulis bekerja sebagai staf pengajar di Universibs Lancang Kuning Pekanbaru
Riau.
Untuk menyelesaikan studi progam Magister Sains penulis menyusun tesis
dengan judul "Keandalan Bifenthrin sebagai Bahan Pengawet Kayu Lapis:
Pengaruh terhadap Sifat Fisis, Mekanis dan Keawetan" dibawah bimbingan Prof.
Dr. Ir. H. Dodi Nandika, MS., Prof. Ir. H. Surjono Surjokusumo, MSF. Ph.D dan

Dr. IT.Fauzi Febrianto, MS


Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
menganugrahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan tesis dengan judul
"Keandalan Bifenthrin sebagai Bahan Pengawet Kayu Lapis: Pengaruh terhadap
Sifat Fisis, hfekanis dan Keawetan" dapat diseiesaikan.
Penulisan tesis ini adalah salah satu syarat memperoIeh gelar Magister
Sains pada Progam Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Dalam penelitian
maupun penulisan tesis ini penulis mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai
pihak, untuk itu penulis mangucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Dodi Nandika, MS., Prof. Ir. H. Surjono

Sutjokusumo, MSF. Ph.D., dan Dr. Ir. Fauzi Febrianto, MS atas semua
bimbingan dan saran selarna penulis melakukan penelitian dan
penulisan tesis.
2. Ibu Fadillah, Mbak Isna, terima kasih atas bimbingan spiritual dan
kebersarnaan yang indah tak terlupakan.
3. Teman-teman di Laboratorium Biologi Hasil Hutan Pusat Studi Ilmu

Hayati P B (mak Diba, Mbak Nana, Tekat, P. Yudi, P. Anhari),
terima kasih atas segala bantuan dan kerjasarnanya.
4. Farid, Mbak Emi, Entin, Dina, Mbak Tanti dan ternan-teman IPK

lainnya, terima kasih atas persahabatan yang indah.
5. S e l d warga An-Nisa, terima kasih atas kebersamaannya selama ini.

6. Adik Reni, pergaulan ikhlas ini menjadikan persaudarm kita begtu

manis dan penuh makna.

7. Departemen Pendidikan NasionaI yang telah memberikan bantum
beasiswa sehngga penulis dapat menjalani pendidikan Magister Sains.
Penulis menyadari isi tesis ini jauh dari kesempumaan, oleh sebab itu
penulis mengharapkan saran dan masukan demi kesempurnaan tulisan ini.
Semoga tulisan ini bermanfaat dm memberikan sumbangan pemikiran untuk
perkembangan teknologi pengendalian rayap tanah yang bemawasan lingkungan.

Bogor, Januari 2002

Penulis

DAFTAR ISI


SURAT PERNYATAAN. ................................................. ii
RIWAYAT HIDUP... ......................................................

iii

PRAKATA.. .................................................................

iv

DAFTAR IS1 ................................................................

vi

DAFTAR TABEL.. ........................................................

vii

DAFTAR GAMBAR......................................................

x


D A F T A R L A M P W ...................................................

xii

PENDAHLJLUAN
Latar Belakang.. ......................................................
.

.

1

Tujuan Penel~t~an..
..................................................

3

Manfaat Penelitian.. ................................................


4

.........................................

4

Hipotesis.. ...................
TINJAUAN PUSTAKA

Kayu Lapis...........................................................

5

Pengawetan Kayu Lapis...........................................

7

Bahan Pengawet......................................................

9

Rayap Coptotermes curvigna~husHolmgen...................... 1 1
SAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian..................................... 14
B a h n dan Alat Penelitian..........................................14
Prosedur Penelitian..................................................14
Pembuatan Kayu Lapis..................................

14

Pembuatan Contoh Uji. ..................................

15

Pengujian Sifat Fisis.. ...................................

17

PengujianSifatMekanis................................

19

Pengujian Efikasi ..........................................

23

Analisis Penetrasi Perekat ...............................

25

Analisis Data ..............................................

26

HASLL DAN PEMBAHASAN
Constituent Ratio ...................................................

27

Sifat Flsis Kayu lapis .............................................

28

Sifat Mekanis Kayu Lapis.......................................... 34
Keawetan.........................................................

41

Penetrasi Perekat ...................................................

48

KESIMF'ULAN DAN SARAN

Kesimpulan...........................................................

50

Saran...................................................................

50

DAFTAR PUSTAKA ......................................................

vii

52

DAFTAR TABEL

No.
1.

Teks

Halaman

Nisbah antara Tebal Lapism Inti dengan Lapisan Muka.............. 20
Nilai Constituent Ratio Berdasarkan Ketebalan Finir................. 27
Perbandingan Kualitas Kaya Lapis Hasil Produksi Laboratorium
dan Pabrik antara Contoh Uji Kontrol dan Aplikasi Bifenthrin
30 g a.i/n13Disesuaikan dengan Standar yang Dipersyaratkan.. .... 48
Analisis Keragaman Kadar Air pa& Cbntoh Uji Kayu Lapis
Produksi Laboratorium ...................................................

59

Analisis Keragarnan Kerapatan pada Contoh Uji Kayu Lapis
Produksi Laboratorium.. .................................................

59

Analisis Keragaman Pengembangan Tebal Contoh Uji Kayu Lapis
Produksi Laboratorium.. ................................................
59
Analisis Keragaman Penyerapan pada Contoh Uji Kayu Lapis
Produksi Laboratorium..................................................

59

Analisis Keragaman Keteguhan Rekat Interior I Contoh Uji
Kayu Lapis Produksi Laboratoriurn.. ....................................

60

Analisis Keragaman Keteguhan Rekat Interior I1 Contoh Uji
Kayu Lapis Produksi Laboratorium.. ...................................

60

Analisis Keragaman Keteguhan Lentur Statis Contoh Uji
Kayu Lapis Produksi Laboratoriurn.. ...................................

60

Analisis Keragawn Keteguhan h n t u r P a a h Contoh Uji
Kayu Lapis Produksi Laboratorium....................................

60

Analisis Keragaman Keteguhan Tekan Contoh Uji
Kayu Lapis Produksi Laboratorium.. ...................................

61

Analisis Keragarnan Mortalitas Rayap Contoh Uji Kayu Lapis
Produksi Laboratorium ....................................................

61

Analisis Keragaman Pengurangan Berat Umpan Contoh Uji
Kayu Lapis Produksi Laboratorium.. ...................................

61

Analisis Keragaman Kadar Air Contoh Uji Kayu Lapis Produksi

Pabrik.......................................................................

62

Analisis Keragaman Kerapatan pada Contoh Uji Kayu Lapis
Produksi Pabrik. ............................................................
Analisis Keragaman Pengembangan Tebal Contoh Uji Kayu Lapis
Produksi Pabrik.. ...........................................................
Analisis Keragaman Penyerapan Air Contoh Uji Kayu Lapis
Produksi Pabrik.. ............................................................
Analisis Keragaman Keteguhan Rekat Interior I Contoh Uji
Kayii Lapis Produksi Pabrik.. ...........................................
Analisis Keragaman Keteguhan Rekat Interior II Contoh Uji
Kayu Lapis Produksi Indutri. .............................................
Analisis Keragaman Keteguhan Lentur Statis Contoh Uji
Kayu Lapis Produksi Pabrik. ...........................................
Analisis Keragaman Keteguhan Lentur Patah Contoh Uji
Kayu Lapis Produksi Pabrik.. ......................................
Analisis Keragaman Keteguhan Tekan Contoh Uji
Kayu Lapis Produksi Pabrik.. ............................................
Analisis Keragaman Mortalitas Rayap Contoh Uji Ydyu Lapis
Produksi Pabrik. ........................................................
Analisis Keragaman Pengurangan Berat Umpan Contoh Uji
Kayu Lapis Produksi Pabrik ............................................
Kebutuhan Perekat Kayu Lapis Produksi Laboratorium.. ..........
Komposisi Perekat Kayu Lapis Produksi Laboratorium.. ............
Komposisi Perekat Kayu Lapis Produksi Pabrik.. ..................
Kebutuhan Bahan Pengawet Proddcsi Pabrik.. ......................

DAFTAR GAMBAR
No.

Halaman

Teks

1.

Rumus Bangun Scnyawa Bifenthrin.. . . . . ... ... . .. . . . . .. . . . ... ... . .. .. . 9

2.

Skema Pernotongan Coctoh Uji Sifat Fisis, Mekanis dan
Kea-wetan Kayu Lapis setelah Aplikasi Senyawa Bifenthrin.. . .. . . .

16

Sketsa Contoh Uji Pengujian Keteguhan Rekat.. . . . . . .. . . . ... .. . . .. .. 20
Pengujian Keteguhan Rekat Kayu Lapis dengan Uji Oeser Tarik.. 21
Sketsa Pengujian Keteguhan Lentur.. . .. . ... ... . .. . . . . .. .. . ... .. . . .. ... 22
Sketsa Pengujian Keteguhan Tekan.. . . . . .. . .. . . .. . . . . .. ... . .. ... . .. . . . . 23
Termitarium yang Digunakan untuk Pengumpanan Contoh Uji
terhadap &yap C curvignathus... . . . .. . . .. ... ... ... .. . ... .. . .. . . .. . . . . 24
Hubungan antara Dosis Bifenthrin dengan Kadar Air Kayu Lapis
Produksi Laboratorium dan Pabrik.. . ... .. . . . . . .. ... ... . . . ... . . . ... .. . .. 28
Hubungan antara Dosis Bifenthrin dengan Kerapatan Kayu Lapis
Produksi I~boratoriumdan Pabrik.. . . .. . .. ... ... . . . . . . ... . .. ... ... ... .. 30
Hubungan antara Dosis Bifenthrin dengan Pengembangan Tebal
Kayu Lapis Produksi Laboratorium clan Pabrik... . .. .. . . .. .. . . . . ... .

31

Hubungan antara Dosis Bifenthrin dengan Penyerapan Air Kayu
Lapis Produksi Laboratorium dan Pabrik.. . .. . .. . . .. .. . .. . . . . . . . . . . ... 32
Hubungan antara Dosis Bifenthrin dengan Keteguhan Rekat
Kayu Lapis Produksi Laboratorium dad Pabrik.. . ... ...... . .. ... ... .. 36
Hubungan antara Bosis Bifenthrin dengan Modulus Elastisitas
Kayu Lapis Produksi Laboratorium dan Pabrik.. . ... ... . .. ... . . . . . . . . 37
Hubungan antara Dosis Bifenthrin dengan Modulus Patah
Kayu Lapis Produksi Laboratorium dan Pabrik.. . ....... ... ... ... .... 39
Hubungan antara Dosis Bifenthrin dengan Keteguhan Tekan
Kayu Lapis Produksi Laboratoriurn dan Pabrik.. . ... ... ... . .. ... ... ... 40
Hubungan antara Dosis Bifenthrin dengan Mortalitas Rayap C.
curvignathus setelah Pengumpanan Kayu Lapis Produksi
Laboratorium dan Pabrik ... ... . .. ... ... ... ..... . . . . . ... ... ... ... ... .... 42

.

Hubungan antara Dosis Bifenthrin dengan Pengurangan Berat
Umpan Kayu Lapis Produksi Laboratorium dan Pabrik.. . . . . . . . . . . . 44
Kondisi Contoh Uji Kayu Lapis Produksi Laboratorium setelah
Pengumpanan terhadap Rayap C. curvignathus Holmgen . . . . . . . . . 45
Kondisi Contoh Uji Kontrol dan Contoh Uji Aplikasi Bifenthnn
40 g a.i/m3 dri Kayu Lapis Produksi Laboratorium setelah
Pengumpanan Rayap C. curvignathus Holmgen.. .................

45

Kondisi Contoh Uji Kontrol dari Kayu Lapis Produksi
Laboratorium setelah Pengumpanan Rayap C. curvig~atlzris
Holmgen.. ...............................................................

46

Kondisi Contoh Uji KontroI (0 g a.i/m3) dan Contoh Uji dengan
Aplikasi Bifenthrin 40 g a.i/m3 Kayu Lapis Produksi Pabrik setelah
Pengumpanan terhadap Rayap C. curvignathus Holmgen.. . . . . . . . . . 46
Kondisi Contoh Uji Kayu Lapis Produksi Pabrik setelah
Pengumpanan Rayap C. cuntignathus HoImgen.. ...................

47

Hasil Pengamatan Potongan Melintang Contoh Uji Kontrol
dengan SEM .............................................................

49

Hasil Pengamatan SEM terhadap Potongan Melintang Kayu Lapis
dengan Aplikasi Bifenthrin 40 g a.i/m3 ................................. 49

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Halaman

Teks

1.

Sifat Fisis Kayu Lapis dengan Aplikasi Bifenthrin.. . ... .. . . . . . .. .. . . . .

56

2.

Sifat Mekanis Kayu Lapis dengan Aplikasi Bifenthrin.. . . . . ... . .. . . . ..

57

3.

Keawetan Kaya Lapis dengan ApIikasi Bifenthrin untuk Mencegah
Serangan Rayap C. curvignathus... ... . .. .. . .. . . .. ... ... ... . . . . .. . . . . . . . . .

58

4.

Hasil Analisis Keragaman Sifat Fisis, Mekanis dan Keawetan Kayu
Lapis Produksi Laboratoriurn setelah Aplikasi Bifenthrin ... . .. .. . ... 5 9

5.

Hasil Analisis Keragaman Sifat Fisis, Mekanis dan Keawetan Kayu
Lapis Produksi Pabrik setelah Aplikasi Bifenthrin.. . .. . ... ... .. . . .. ...

62

Kebutuhan Perekat dan Bahan Pengawet Bifenthrin... .. . ... .. . ... . .. .

65

6

xii

Latar Belakang

Kayu lapis merupakan material istimewa, dengan beberapa sifat unik y m g
membuatnya menjadi bahan bangunan yang ideal dengan julukan "The wood of
thousand uses". Kayu lapis dapat dilengkungkan dari lengkung biasa sarnpai

bergelombang dan membentuk lingkaran, sehingga rnerupakan bahan material
yang kuat dan fleksibel sesuai dengan tujuan penggunaannya. Keistimewaan kayu
lapis sebenamya terletak pada susunan lapisan finimya. Finir-finir tersebut
direkatkan satu sama lain dengan arah serat bcrsilangan tegak lurus. Dengan cara
demikian kekuatan kayu yang secara alamiah hanya terletak searah dengan arah
serat sajs, dirubah kehuatannya menjadi tersebar merata sehingga panel-panel
yang relatif tipis dimungkinkan rnemikul beban yang sama dengan kayu solid
yang jauh lebih tebal.
Produksi kayu lapis Indonesia sebagian besar diarahkan untuk memenuhi
pernlintaan ekspor disamping untuk penggunaan &lam negeri. Negara pengimpor
terbesar produk kayu lapis Indonesia adalah Jepang, kemudian diikuti negaranegara lain seperti Arnerika, Jeman, Hongkong, Thailand dan China (Dephutbun,
1999). Volume ekspor kayu Papis pada tahun 1999 mencapai 7,7juta m3 dengan

nilai 2,7 milliar dolar AS. Industri ini secara nyata telah memberikan sumbangan
yang cukup besar dalam perolehan devisa negara setelah minyak dan gas bumi
(Apkindo, 1999). Berdasarkan hasil sensus industri Apkindo sarnpai akhir tahun
1999 tercatat sebanyak 121 buah industri kayu lapis yang rnasih beroperasi
dengan kapasitas terpasang sebesar 11.537.197 m3 per tahun (Apkindo d&
Deperindag, 200 1).

Selama ini diketahui bahwa bahan baku kayu lapis addah kayu-kayu
dengan berat jenis sedang dan kebanyakan mempunyai keawetan alarni yang
rendah sehingga rentan oleh serangan organisme

perusak kayu. Dalam

penggunaan kayu lapis baik sebagai bahan bangunan maupun penggunaan lain
banyak dipengaruhi oleh faktor biologis, fisis, mekanis maupun kimia yang akan
menimbnlkan kerusakan pada produk-produk kayu tersebut. Pengaruh terbesar
yang banyak menimbulkan kerugian adalah faktor biologis. Hal ini didukung oleh
jumlah dan jenis organisme perusak kayu di Indonesia yang cukup tinggi serta
kondisi lingkungan di Indonesia yang mendukung perkembangannya. Salah satu
jenis organisme perusak kayu yang mengakibatkan kemgian cukup besar adalah
rayap tanah Coptofermes curvignathus Holmgren (Isoptera: Rhinotennitidae).
Spesies ini mempunyai penyebaran yang luas clan kasus serangannya tejadi
hampir di seluruh wilayah Indonesia. Kemarnpuan merusak rayap tanah erat
hubungannya dengan ukuran populasi yang tinggi dari satu koloni, wilayah jelajah
yang luas, dan daya adaptasi terhadap lingkungan yang cukup baik.
Beberapa metode pengawetan kayu lapis yang telah dikenal adalah dengan
cara mengawetkan finirnya, mencampurkan bahan pengawet ke dalam perekat
serta pengawetan kayu lapis setelah proses perekatan. Pemilihan metode
pengawetan dan bahan pengawet yang tepat diharapkan tidak akan menurunkan
daya rekat kayu lapis. Dalam ha1 ini perlu dilakukan penelitian menggunakan
bahan pengawet yang diharapkan &pat memperbaiki keawetan kayu lapis pada
khususnya tanpa menurunkan sifat fisis dan mekanisnya.
Sejalan dengan kepedulian manusia terhadap lingkungan terutarna adanya
tuntutan dari masyarakat untuk mendapatkan lingkungan yang sehat, aman dan

penekanan penggunaan bahan kimia berbahaya sekecil mungkin, maka teknologi
pengendalian rayap dengan bahan pengawet yang lebih aman dan ramah
lingkungail dengan biaya yang relatif murah terns dikembangkan. Dalam kaitan
ini Bifenthrin merupakan salah satu bahan pengawet yang direkomendasikan oleh
Komite Pestisida Indonesia. Bifenthrin merupaku: pyrethroid sintetis termasu!!
dalam kelompok insektisida alami. Aktifitas kerjanya bersifat gangguan terhadap
syaraf serangga, terutama melalui syaraf penciuman dan pengecapan. Bifenthrin
pernah dicobakan untuk mencegah serangan bubuk kayu kering (Dinoderus
Minutus FAB) pada rotan. Hasilnya menunjukkan bahwa pada konsentrasi larutan

sebesar 0,04 % bifenthrin cukup efektif untuk rnencegah serangan bubuk kayu
kering dengan mortalitas 100 % (Hartono, 1995). Sedangkan efehititas bif'enthnn
untuk mencegah serangan rayap belwn banyak diketahui. Demikian juga
penganlhnya terhadap sifat fisis dan mekanis kayu lapis.
Berdasarkan

pertimbangan

tersebut

diatas

perlu

untuk

mengkaji

penggunaan bifenthrin sebagai bahan pengalvet untuk mendapatkan produk kayu
lapis yang handal.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keandalan senyawra bifenthrin
yang ditambahkan pada perekat kayu lapis ditinjau dari sifat fisis, mekanis dan
ketahanan terhadap serangan rayap tanah C. curvignathus Holrngren.

Manfaat Penelitian
Informasi

yang

diperoleh

dari

penelitian

ini

bermanfaat

untuk

pengembangan teknologi pengawetan kayu lapis yang handal dalam rangka

pengendalian serangan rayap tanah C. curvignattzm Holmgren dengan senyawa
bifenthnn yang dapat diaplikasikan pada industri
Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian, diajukan beberapa
hipotesis sebagai berikut.

I . Bifenthrin pada dosis tertentu efektif untuk rnengurangi serangan rayap
C. cuwig~zuthusHolmgren.

2. Penambahan Bifenthrin tidak menurunkan sifat fisis dan mekanis kayu
lapis.

3. Penambahan Bifenthrin tidak mempengaruhi penetrasi bahan perekat.

TINJAUAN PUSTAKA
khyu Lapis

Kayu lapis adalah produk panel-panel kayu yang direkat bersama sellingga

arah serat sejumlah finir tegak lurus dan yang lain sejajar sumbu panjang panel. Pada
kebanyakan tipe kayu Iapis setiap dua lapisan sekali diletakkan sejajar yang pertama.
Karenanya untuk menjaga keseirnbangan dari satu sisi panel ke yang lainnya
digunakan jumlah finir yang ganjil (3,5,7,9 dan setemsnya). Sejumlah kayu lapis
diproduksi dengan jumIah genap, contoh utama adalah kayu lapis dari kayu daun

janun (soft wood) yang terbuat dari 4 atau 6 lapisan finir. Dalarn ha1 ini dua fink
diletalckan sejajar untuk rnembentuk inti pueat yang tebal (Haygreen d m Bowyer,
1989). Perkin (1962) rnenyatakan bahwa kayu lapis adalah panel rekayasa yang

terdiri dari lembaran finir dengan jumIah ganjil yang disusun secara bersilangan
antara finir yang satu dengan finir yang lainnya yang kernudian direkat dan ditekan
secara bersamaan dengan perekat tahan air yang mernpunyai kekuatan yang lebih
besar daripada kayu itu sendiri.
Pada dasarnya semua jenis kayu dapat dijadikan fkir, tetapi dalam praktek
hanya beberapa jenis saja yang dipergunakan karena beberapa alasan seperti besamya
sumber, kemudahan pengupasadpenyayatan, karakteristik perekatan, kerapatan kayu,
komposisi clan karakteristik mesin, rnutu hasil olahan dan lain sebagainya
(Surjokusumo, 1984).
Kayu yang akan digunakan untuk kayu lapis harus memiliki beberapa
persyaratan seperti berikut ini Qkljapar, 1996):
1. Bentuk kayu lurus dan bulat
2. Kayu cukup mudah atau lunak jika dikupas.
3. Serat-serat kayunya tidak berpilin ( mudah dipisah-pisahkan).

4. Tidak banyak terdapat mata kayu.

Secara umum langkah-langkah dasar pembuatan kayu lapis meiiputi tahap
pemanasan blok (kayu yang masih berupa log), penpupasan (penyayatan log),
penyimpa~an dan pemotongan .tinir, pengeringan finir, pelaburan perekat serta
penyusunan dan pengepresan finir menjadi kayu lapis (Michael, 1999).
K a y lapis sangat praktis untuk komponen bangunan karena merupakan
lempengan yang lebar dan Iuas yang cocok untuk penutup lantai, dinding maupun
atap. Karena susunan lapisannya panel kayu lapis rnempunyai bentuk yang stabil,
kekuatan yang lebih homogen dibandingkan kayu utuh (solid), mudah dipotongpotong dan dikejakan, kuat dan kaku, siap dipakai secara langsung, &pat disambung
dengan paku atau perekat, dan pemukaannya dapat langsung dicat karena sudah
cukup halus (Surjokusurno, 1984).
Urea Formaldehida sebagai salah satu perekat sintetis untuk merekat kayu
lapis dapat tersedia dalam berbagai bentuk seperti bubuk, cairan, pasta dan
sebagainya. Urea formaldehida adalah salah satu jenis perekat thermosetting yang
termasuk dalam kategori perekat interior (Vick, 1999).
Kayu lapis dapat dimasukkan ke ddam panel kayu (wood basepanels) seperti

halnya papan partikel, papan wol kayy papan serat dan produk semacamnya. Selain
itu kayu lapis dapat pula dimasukkan ke dalam kayu majemuk (composite wood)
karena terdiri atas beberapa komponen yang direkat menjadi satu dengan bahan
perakat (Sutigno, 1994).
Fonnaldehda adalah aldehida alifatik yang paling sederhana dan secara
komersial paling penting. Sejak satu abad lalu formaldehida dlproduksi dan
digunakan &lam indusbi untuk beberapa tujuan yang berbeda. Hal ini timbul karena
reaktifitas kimia yang tinggi d m biaya yang relatif murah, yang mana kemudian

berperan penting dalam pembuatan (sintesa) senyawa-senyawa organik (F'rayitno,
1990).
Kualitas kayu lapis ditentukan oleh beberapa macam hal berdasarkan kriteria
tertentu diadakan penggolongan kualitas kayu lapis. Pada saat ini yang sudah dikenal
adalah penggolongan herdasarkan finir luar dan berdasarkan keteguhan rekatnya.
Keadaan finir di luar ditentukan ole11 keadaan kayunya @ahan baku) dan oleh proses
pengolahannya. Penggolongan kualitas kayu lapis berdasarkan keteguhan rekatnya
ditentukan oleh macam perekat d m komposisinya. Pada garis besarnya kayu lapis
digolongkan ke &lam kayu lapis interior clan kayu lapis eksterior. Berbeda dengan
keberadaan finir luar yang dapat dengan rnudah dilihat, maka keteguhan rekat kayu
lapis tidak dapat dilihat sehmgga peneraan tmda pada kayu lapis memegang peranan
penting (Sutigno, 1994).
Penggolongm kayu lapis berdasarkan penggunaamya dibagi dalam dua
kelompok yaitu kayu lapis penggunaan umum clan kayu lapis penggunaan khusus.
Kayu lapis struktural termasuk kayu lapis penggunaan khusus. Kayu lapis struktural
adalah suatu tipe kayu lapis tertentu yang strukhrrnya terdiri atas susunan lembaranlembaran finu saling tegak lurus dan digunakan dalam struktur bangunan, clan dalam
penggunaannya memerlukan perhitungan beban. Kayu lapis siruktural dibuat dengan
mengutamakan kemampuan panel mernikul beban konstruksi yang direncanakan
(Surjokusumo, 1984).

Pengawetan Kayu Lapis
Pengawetan kayu lapis mempakan kegiatan untuk meningkatkan daya tahan
kayu

lapis

terhadap

serangan faktor-faktor p e n w k

kayu,

sehingga

dapat

memperpanjang umur pemakaian kayu. Disamping itu perlu juga diperhatikan bahwa

perlakuan pengawetan yang digunakan tidak menurunkan sifat-sifat kayu lapis
tersebut (Apkindo, 1978).
Jenis kayu yang umum dipakai untuk kayu Iapis termasuk kelas awet I11
seperti keruing, kelas kuat IV seperti meranti dan kelas kuat V seperti jelutung. Sifat
keawetan dari kaya praktis tidak berubah setelah menjadi kayu lapis. Bila finu dalarn
terbuat dari kayu kelas awet V dan finir Iuar dari kelas awet HI maka jika ada seragan
rayap, yang akan rusak adalab h i r dalam lebih dulu. Usaha untuk meningkatkan
keawetan kayu lapis dapat dilakukan dengan menambahkan bahan pengawet ke

dalam perekat, rnengawetkan finirnya, atau mengawetkan kayu lapisnya (Sutigno,
1984).

Hunt dan Garrat (1967) menyatakan bahwa metode pengawetan kayu lapis
secara pelaburan pada permukaan kayu Iapis, sebagian zat cair akan masuk ke dalam
kayu sebagai akibat dari gaya kapiler tetapi penetrasinya biasanya tidak begitu d a l m .

Permukaan kayu lapis hams cukup halus agar penetrasi larutan pengawet berlangsung
sempuma, hsamping itu jumlah clan konsentrasi bahan pengawet yang dilaburkan
hams tepat. Metode pelaburan adalah cara yang paling sederhana dan sangat rnudah
dilakukan, serta tidak memerlukan biaya besar. Sedangkan menurut Apkindo (1978)
menyatakan pada pengawetan cara sederhana seperti pelaburan, perembesan bahan
pengawet dangkal sehingga hanya efektif luituk jangka waktu yang relatif pendek.
Karena perembesan yang dangkal ini kayu lapis yang diawetkan janganlah dipotong
tanpa mengawetkan bagian-bagian bekas potongan.
Mengawetkan

finir

sebelum

dirakit

rnenjadi

kayu

lapis

sebadaya

menggunakan bahan pengawet yang cocok sehingga tidak mengurangi nilai
keteguhan rekatnya. Telah dibuktikan bahwa keteguhan rekat kayu lapis yang
finimya diawetkan dengan bahan pengawet polyborate atau garam cuprum-chrom-

arsen (CCA) menunjukkan perbadaan jika dibandingkan dengan kayu lapis yang
finimya tidak diawetkan @inlay, 1962). Sedangkan menurut Sutigno (1994),
mengawetkan finir sebelum dirakit menjadi kayu lapis akan menyebabkan keteguhan
rekat menurun. Hal ini berlalcu bagi perelat buatan seperti Urea Formaldehida (ID),
Fen01 Formaldehida (PF)-ataupun perekal. dam yang terbuat dari tumbuhan
Mengawetkan finir sebelum dirakit menjadi kayu lapis akan memberikan
hambatan yang nyata dalam proses perekatan akibat adanya bahan pengawet yang ada
pada permthan finir &-an menjadi penghambat dalam mencapai hubimgan yang era€
antara perekat dm h i r @unt dan Garrat, 1967). Hambatan-hambatan seperti tersebut
diatas dapat dikurangi apabila beberapa persyaratan dapat terpenuhi sebagai berikut
(Prayitno, 1984):
a. Permukaan finir yang direkat hams benar-benar rata dan halus, misalnya
diamplas sebelum direkat.
b. Bahan pengawet mampu tetap tinggal di dalam finir pada waktu
pengeringan finir. Hal ini sulit dilakukan untuk jenis bahan pengawet larut
air, karena bahan pengawet larut air akan i h t bersama-sama ke
permukaan kayu &bat gaya kapiler dan gaya lainnya yang mendorong air
keluar dari kayu pada waktu pengeringan.
c. Menggunakan bahan pengawet yang mampu mengadakan ikatan yang
kuat bersama-sama dengan perekatnya ataupun f i sebagai bahan yang
direkat.

Bahan Pengawet
Bifenthrin (C23H22CF3o2) merupakan bahan aktif yang terdapat sebasar
25,3396 pada bahan pengawet yang bernama dagang Biflex 25 EC. Bifenthrin
mempunyai nama kimia (2 methyl { 1,l- biphenyl] - 3
3,3-trifluoro-propenyl)

-

2,2

-

dimetyl

-

- Y) methyl 3 - (2 - chloro-3,

cyclopropane carboxilate hasil penemuan

FMC Coorperation Philadelpia USA. Bifenthnn ini merupakan produk sintetis
insektisida alami Pirethroid. Dalam bent& murninya bersifat tidak tahan lama.
m t a s kerjanya bersifat ganggum pada syaraf penciuman (olJactoris) dan

pengecapan. Mengganggu enzim perut serangga dan memberikan rangsangan
penolakan yang diberi bahan pengawet ini.

Gambar I . Rumus Bangun Senyawa Bifenthrin
Yang dimaksud dengan formulasi EC (Enzulsihle Concentrate) adalah
formulasi pestisida berupa pekatan jemih yang dapat diemulsikan dengan air.
Bifenthrin juga dapat melar~tkanlemak, susu dan alkohol. Selain itu bahan pengawet
Biflex 250 EC ampuh dan efektif untuk:
1. Mencegah serangan rayap tanah dengan konsentrasi bahan pengawet
0,06% - O,12%
2. Mencegah serangan rayap kayu kering dengan konsentrasi brthan

pengawet 0,006%

3. hfencegah bubuk kayu dengan konsentrasi 0,06%
4. Mencegah lebah dan semut dengan konsentrasi 0,06%

Data fish bifentbrin antara lain: berupa cairan berwarna coklat kekuningan,

- 5,5 sentipoise pada suhu 20°C, lama penyimpanan lebih dari 2
* 0,7, tihi nyala 37OC - 43OC.Tidak bersifat korosif terhadap lagam dan

kekentalan cairan 4,8
tahun pH 5.7

tidak mudah menguap \'FMC, 1987).
Rayap CoptoLerrnes curvignuthus Holmgren
Nandika dan Tarnbunan (1990) menyatakan bahwa C. curvignathus
termasuk rayap tan&

yang paling Iuas serangannya di Indonesia karena didukung

oleh j d a h populasi yang cukup tinggi dalam satu k o l o g daya jelajah yang luas
serta adaptasi terhadap lingkungan yang baik. Sistematika jenis rayap ini addah :

Ordo

: Isoptera

FamiLi

: Rhinotermitidae

Subfamili : Coptotermitinae
Genus

: Coptotennes

Species

: Coptotemes curvignathus Holmgren

Rayap adalah serangga kecil, bertubh lunak yang hidup berkoloni
(bermasyarakat), sehitrgga disebirt serangga sosial yang dapat menyerang melaltii riga
jdan utarna unhlk dapat masuk rumah:
a.

Menyerang kayu yang berhubungan langsung dengan tanah

b. MelaIui retakan-retakan atau celah-celah, plesteran, pondasi dinding
tembok.
c. Membangun pipa-pipa perlindungan di atas bahan-bahan yang tidak dapat
ditembus untuk mencapai sasaran.
Rayap C. curvignathus daerah penyebarannya sangat luas di dunia termasuk

di Asia tenggara d m di Indonesia terdapat

* 200 species rayap atau sekitar 10% dari

total jenis rayap yang ada di dunia. Tempat bersarang rayap tersebut bisa di dalam
kayu yang sudah mati, kayu yang masih hidup atau di dalam tanah dan mempunyai

cara-cara mekanis untuk pertahanannya yang dalarn ha1 ini rayap kadang-kadang
diperlengkapi/mempunyai satu cairan kimia yang lengket dan beracun disekresikan
pada musuhnya (Rodriguez and Slansky, 1987). Di h e r a h tropika rayap tanah
merupakan salah satu serangga perombak yang penting yang memsak kayu bangunan
dan bahan laimya seperti bambu, kertas, papan clan bahat~berlignoseldosa l&mya.
Menurut Tarumingkeng (1971), C. curvfgnathus merupakan salah satu rayap
yang termasuk dalam farnili Rhinotermitidae. Ciri-ciri dari farnili ini adalah
mempunyai fontanel (ubun-ubun) yang rnerupakan sebuah tempat yang pucat, kecil

dan cekaing pada bagian depan kepala antara dua mat% pada bagian mesonoturn dan
metonaturn terdapat sayap yang mempunyai tipe reticulate (seperti semacam jarhg)
tanpa bulu-bulu. Famili ini dikenal sebagai rayap tanah. Jenis rayap ini dapat hidup
walau tanpa berhubungan dengan tmah, jika kayu yang dierang mendapat air secara
teratur, misalnya pada bagian-bagian rumah yang ~cemperoleh air hujan karena
kebocoran atap dan bagian-bagian dekat karnar mandi.
Graham (1952) menyatakan bahawa C. curvignathus merupakan hama serius
pada pohon karet di Asia Tenggara d m menyerang kulit pohon pada bagian lainnya.
Untuk rnencapai sasarannya rayap jenis ini membuat tunnels bawah tanah dan
kadang-kadang tunnels tersebut ditutupi dengan bekas kayu yang diserang dan
partikel tanah.Sarangnya terdapat pada kayu rnati, log atau tunggul kayu tua. Sarang
terdiri dari kamar-kamar yang berbelok-belok dan diisi dengan lapism tipis karton
kayu keras membentuk stnrktur kerusakan sarang lebah (honey comb damage).
Struktur ini membentuk sarang sekunder terdiri dari pekerja, prajurit dan telur-telur

dibawa ke tempat ini dani sarang utama. Sedangkan menurut Sorrnuwat (1996), jenis
rayap dari famili Rhinotennitidae seperti Reticuliterrnes spp dan Coptotermes spp
banyak digunakan dalam penelitian karena rayap tersebut sangat ganas serangannya
terhadap tnaterial kayu atau bahan lain yang mengandung selulosa.

Nandlka dan Husaeni (1991) menyatakan bahwa kasta pekerja rayap jenis C.
curvignathus yang berwarna putih pucat ini mampu membentuk saluran-saluran yang

ditutupi oleh tanah yang melekat pada tembok maupun kayu. Disamping sebagai
tanpat perhidungan dari predator dm1 si~m
rnatahari tanah tersebut juga berfimgsi
untuk mernpertahankan kelembaban dan suhu sehingga keadaan seperti habitat

aslinya yang jauh di dalam tanah dapat tetap terwakili. Pada kepala kasta prajurit C.
curvignuthus yang berbentuk oval clan bewama kuning terdapat fontanel yang dapat

mengeluarkan eksudat seperti susu yang berguna untuk melumpuhkan musuhnya.
Mandibulanya berwarna rnerah kecoklatan, berbentuk seperti anIt dan melengkung di
ujungnya. Rayap secara umum memakan kayu atau bahan yang berselulosa. Selulosa

dalam makanan dicerna d e h berbagai protiata flagelata tidak terbilang jumlahnya
yang hidup dalam saluran pencemaamya. Hubungan ini adalah suatu contoh
simbiosis mutualisme. Beberapa rayap ~nengandungbacteria clan flagelata. Rayap
melakukan satu bentuk pertukaran cairan dubur (tropalaksis) dengin cara inilah
milaworganisme usus ditularkarr dari satii indivldu ke individu ymg lainnya.
Rayap C. c~rvignathusdalam kehidupan sosialnya dapat dijumpai kasta-kasta
reproduktif primer, reproduktif sekunder, pekej a (steril) dan prajurit (steril). Kasta
reproduktif mempunyai panjang badan 7,5 - 8 m, sedang yang bersayap
mempunyai panjang sayap yang direntangkan 15 - 16 mm. Kasta pekerja mempunyai
panjang 4,5

- 5 mm, kasta prajurit mempunyai panjang 5 - 5,5

mm dengan panjang

mandibulanya i 0,9 mm dan Iebar kepala 1,4 - 1,5 mm (Suratmo, 1974).

BAHAN DAN METOIIE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di taboratorium Biologi Hrrsil Hutan Pusat Studi
Ilmu Hayati Institut Pertanian Bogor (IPE), PT. Alas Kusuma Pontianak,
Laboratorium

Pemuliaan

dan

Genetika

Fakultas

Peternakan

LPB,

dan

Laboraiorium Keteknikan Kayu Fakultas Kehutanan IPB dari bulan Februari 2001
sampai Agustus 2001.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan d m alat yang digunakan dalam penelitian adalah kayu tusam
(Pinus merktlsii Jungh et de Vriese) untuk pernbuatan kayu lapis di laboratorium.

Campuran kayu meranti merah face), meranti kuning (Crossband dun bac& dan
kamper (core) untuk pembuatan di PT. Alas Kusuma Pontianak, Bifenthrin,
termitarium, koloni rayap C. cuwignathus Hoimgen, Horpres dan Coldpress,
timbangan satorius, Universal Testing Machine

(wmerk

Amsler dan

Baldwin, dan Scanning Electron Microscope (SEMI.
Prosedur Penelitian
Pembuatan Kayu Lapis
Di Luboratorium
Finir dibuat dan kayu tusam (Pinus merkusir Jungh et de Vriese) dengan
ketebalan 1,5 mm untuk face, back d m core, sedangkan untuk crossband tebalnya
2,5 mm. Finir tersebut kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 50°C
sampai kadar airnya c 10%. Sebelum dibuat kayu lapis lembaran-iembaran finir
diamplas untuk mendapatkan permukaan finir yang halus serta bersih dari debu

dan kotoran. Kayu lapis dibuat dengan menyusun lima buah finir dengan arah
serat yang bersilangan. Perekat yang digunakan adalah UF denganJifler tepung
tempurung kelapa, lzardener N-CL

dan bahan pengawet bifenthrin yang akan

diketahui efektivitasnya. Berat labur yang digunakan adalah 300 g/m2 dengan
sistem pelaburar, double glue line. Kemudian dilakukan pengempaan dingin
selama 11 menit dilanjutkan dengan kempa panaq selama ;O menit dengan suhu
kempa 110

O C

dan tekanan kempa 110 psi. Dosis bifenthrin yang ditambahkan

untuk masing-masing perlakuan adalah 0 g a.i/m3 (kontrol), 10 g a.i/m3, 20 g
a.i/m3, 30 g a.i/rn3 ,40 g a.i/m3. Kayu lapis yang sudah jadi kemudian dikondisikan
selama 14 hari.
Di Pabrik

Kayu lapis dibuat dari campuran kayu kamper, meranti merah dan meranti
kuning dengan bahan perekat campuran melamin dan urea formaldehida. Finir
disusun sebanyak lima lapis dengan ketebalan 1,3 mm untuk face dan back, untilk
core 3,6 mm sedangkan untuk crossband tebalnya 2,7 mm. Berat labur yang
digunakan adalah 300 &m2. Bahan pengawet Rifenthnn dicampurkan daIarn
perekat dengan dosis 0 g a.i/m3(kontrol), 10 g a.i/m3, 20 g a.i/m3, 30 g a.i/m3, 40 g
a.i/m3. Pengempaan dilakukan dengan kempa dingin selama 10 menit dan
dikempa panas selama 2 menit.

Kemudian kayu lapis dikondisikan selama 14

hari.
Pernbuatan Contoh Uji
Pembuatan contoh uji untuk pengujian sifat fisis kayu lapis (kadar air,
kerapatan, pengembangan tebal dan penyerapan air) didasarkan atas Standar

Nasional Indonesia (SNI 0 1 - 2704 -1992), Untuk pengujian efikasi didasarkan
atas Standar Austsalia (Gay et. al., f 9 5 5 ) . Sementara itu pengujian sifat mekanis
(keteguhan rekat, keteguhan tekan, Modulus elastisitas, dan Modulus patah)
didasarkan atas Standar Jepang (JAS, 1983). Untuk mengetahui kedalaman
masuknya bahan perekat ke &lam lapisan finir dilakuKan pengamatan dengan
menggunakan Scannirzg Electron Microscope (SEM) JEOL JSM 5200 dengan
perbesaran 350x. Skema pernotongan contoh uji dari masing-masing lembaran
kayu lapis lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.

Garnbar 2. Skema Pemofongan Contoh q i Srfat Fisis. Mekanis dun Keawetan
Kayu Lapis setelah Aplikusi Senyuwa B~yenthrin

Keterangan :
A I , A ~= Contoh Ui Keteguhan Lentur dan Keteguhan Patah
(MOE/MOR)
B, D = Contoh Uji Efikasi Rayap C. curvignathus Holmgen

C1,Cz

=

E

=

F
G

=
=

H1,H2
I

=
=

Contoh Uji K e t e d a n Rekat (Interior I dan Interior 11)
Kontrol
Contoh Uji Kadar Air clan Kerapatan
Contoh Uji Delaminasi
Contoh Uji Keteguhan Tekan
Contoh Uji Pengembangan Tebal dan Penyerapan air

Yengujian Sifat Fisis
Kadar Air
Penentuan kadar air kayu lapis didasarkan atas standar uji kayu lapis
Indonesia (SNI-01-2704 -1992). Contoh uji berukuran 10 x 10 cm ditimbang
untuk mengetahui berat awalnya. Setelah itu dikeringkan dalam oven
dengan suhu 103

* 2 "C sampai mencapai berat

konstan. Kadar air kayu

lapis dapat dihtung ctengan nunus:
Kadar Air (%) = Bb - BKt x 100%
BKt
dimana: Bb

= Berzt

awal (g)

BKt = Berat Kering tanur (g)
Kerapatan
Penentuan nilai kerapatan diukur berdasarkan standar uji kayu lapis
Indonesia (SNi-01-2704 -1992). Contoh uji berukuran
dikeringkan dalam oven dengan suhu 103

* 2 OC

10 x

10 cm

sampai mencapai berat

konstan. Setelah beratnya konstan cuntoh uji diukur dimensinya. Kerapatan

kayu lapis dapat dihitung dengan rutnus:
Kerapatan

= BKt/

V

dimana: Bkt = Berat Kering Tanur (g)

V

= Volume Kering

Tanur (cm3)

Pengembangan Tebal dan Penyerapan Air
Pengembangan tebal dan penyerapan air diukur berdasarkan standar
uji kayu lapis Indonesia (SNI-01-2704 -1992). Contoh uji berukuran 5 x 5
cm, direndam dalam air sarnpai tenggelarn. Setelah jenuh air contoh uji
diangkat dan diukur ketebalannya.

Contoh uji yang sudah diukur

ketebalannya pada saat basah, kemudiaii dikeringkan dalam oven pada suhu
60

O C

selama 3 hari dan diukur juga ketebalannya. Sebelum dan sesudah

perendaman contoh uji ditimbang untuk mengetahui besamya penyerapan
air. Pengembangan tebal kayu lapis dapat dihitung dengan rumus:

dimana: T

= Persentase pengembangan tebd (Oh)

tl

= Ketebalan kayu

t2

= Ketebalan

lapis setelah dioven (mm)

kayu lapis setelah direndam (mm)

Sedangkan untuk Penyerapan Air dapat dihitung dengan nunus:

dimana:WA

= Penyerapan

air (%)

Ba

= Berat

kering tanur sebelum direndam (g)

Bb

= Berat

kering tanur setelah direndam ( g )

Delaminasi
Contoh uji dengan ukuran 7,s x 7,s crn direndam air panas 70 + 3 "C

C selama 2 jam, kemudian contoh uji dikeringkan &lam oven 60 + 3 "C
selama 3 jam. Persyaratan minimum adalah panjang Iapisan yang lepas atau
terbuka (delaminasi) h a n g dari 2,5 cm. Bila 2,5 atau lebih berarti tidak
memenuhi syarat (JAS, 1983).

Pengujian Sifat Mekanis
Xetegultan Rekat
Keteguhan rekat kayu lapis diukur berdasarkan standar uji kayu lapis
Indonesia (SNI-01-2704 -1992). Contoh uji keteguhan rekat dibuat menjadi
tiga lapis, Oan setelah itu dibuat takikan dengan lebar 3 mm. Untuk
pengujian kayu lapis interior I, sebeIum pengujian contoh uji diberikan
perlakuan pendahuluan yaitu dengan merendam contoh uji dalam air panas
pada suhu 60 "C + 3 "C selama 3 jam dan dicelupkan dalam air dingin
sampai mencapai suhu kamar. Contoh uji tersebut diuji dengan alat uji geser
tarik pada waktu masih basah. Sedangkan untuk pengujian kayu lapis
interior I1 contoh uji langsung diuji dengan uji geser tarik. Mesin uji
keteguhan rekat yang digunakan adalah UTM Baldwin dan data yang dicatat
adalah beban putus (kg) dan luas bidang geser (cm2).
Nilai keteguhan rekat dihitung dengan:

dirnana: Fs = Ketey h a n Geser Tarik (kdcm2)

P

= Beban

tarik (kg)

Bh = Luas bidang geser (cm2)
Sedangkan kerusakan kayu dihitung dengan rumus:
Kerusakan kayu

=

Luas kerusakan (cmZ)
x 100%
Luas bidang geser (cm2)

Nilai keteguhan rekat adalah:
Keteguhan rekat = Beban vutus (kg)
x
Luas bidang geser (cm2)
dimana: f

=

f

Koefisien ratio antara tebal lapisan inti dengan lapisan
muka

Koefisien ratio diperoleh dari perbandingan antara tebal lapisan inti
dengan lapisan muka. Berdasarkan SNI 01 - 2704 - 1992, nilai koefisien
ratio dapat dilihat pada Tabel I.
Tabel 1. Ratio Tebal Lapisan Inti Dengan Lapisan Muka
Perbandingan tebal

Koefisien

1.5 - (2.0

1.1

2.0 (2.5

-

1.2

2.5 -