Tahap Pra-Mediasi
a. Tahap Pra-Mediasi
berlangsung paling lama dalam waktu empat Tahap pra-mediasi meliputi langkah-langkah
puluh hari kerja sejak mediator dipilih atau di- berikut. Pertama, hakim atau ketua majelis
tunjuk atas dasar kesepakatan para pihak dapat hakim mewajibkan para pihak untuk menempuh
diperpanjang paling lama empat belas hari kerja mediasi pada sidang yang dihadiri oleh para pihak
sejak berakhirnya waktu empat puluh hari. 55 sesuai ketentuan Pasal 7 ayat (1). Kedua, hakim
Namun PERMA Nomor 1 Tahun 2008 tidak ketua menjelaskan kepada para pihak tentang
mengatur secara rinci bagaimana mediator me- prosedur mediasi berdasarkan PERMA Nomor
nyelenggarakan sesi-sesi mediasi selama proses
1 Tahun 2008 sesuai dengan ketentuan Pasal 7 mediasi. Peraturan MA, diantaranya menyebutkan ayat (6). Ketiga, para pihak dalam waktu paling
bahwa bilamana perlu mediator mengadakan lama tiga hari melakukan pemilihan seorang
kaukus dengan salah satu pihak. PERMA ini hanya atau lebih mediator diantara pilihan-pilihan yang
menyebutkan tugas-tugas mediator, yaitu: tersedia sesuai dengan ketentuan Pasal 8 ayat
1. mempersiapkan jadwal pertemuan mediasi (1). Keempat, jika setelah dalam waktu tiga hari
kepada para pihak;
2. mendorong para pihak untuk secara langsung
53 Bahan Diklat Pelatihan Mediator Hakim Agama
PUSDIKLAT MA RI, Maret 2009 54 Pasal 4 PERMA Nomor 1 Tahun 2008
55 Pasal 13 ayat (3) dan (4) PERMA Nomor 1 Tahun 2004
Malik Ibrahim: Efektivitas Peran Mediasi dalam Menanggulangi Perceraian
berperan dalam proses mediasi; perundingan untuk mendapatkan keputusan yang
3. mendorong para pihak untuk berperan serta disetujui para pihak. Secara singkat, mediasi dapat dalam proses mediasi;
dianggap sebagai suatu proses pengambilan keputusan dengan bantuan pihak tertentu
4. melakukan kaukus bilamana perlu; (facilitated decision-making, atau facilitated
5. mendorong para pihak untuk menelusuri negotiation). Dapat juga digambarkan sebagai
dan menggali kepentingan mereka; dan suatu sistem dimana mediator mengatur proses
6. mencari berbagai pilihan atau opsi-opsi dan para pihak mengontrol hasil akhir, meskipun penyelesaian yang terbaik bagi para pihak. 56 nampaknya agak terlalu menyederhanakan. 58
Mediasi perlu dilakukan karena memiliki
Tolok Ukur Keberhasilan Mediasi
kelebihan, antara lain (a) memberikan kepada para Ali Muhtarom dalam artikelnya menilai
pihak perasaan kebersamaan, dimana kedudukan bahwa ukuran keberhasilan mediasi pada perkara
dan upaya penentuan hasil akhir perundingan perceraian adalah jumlah perkara yang dicabut,
dicapai menurut kesepakatan bersama tanpa walaupun hal ini tidak menutup kemungkinan
tekanan dan paksaan dan (b) memberikan proses pencabutan tersebut tidak disebabkan
solusi yang bermuara win-win solution. 59 oleh proses mediasi yang disediakan di pengadilan
Dalam perkara perceraian, tentu mediator juga tetapi terkadang melalui pertimbangan para pihak
harus membantu para pihak yang tetap ingin berperkara sendiri. Hal ini karena pada prinsipnya,
bercerai untuk menyelesaikan masalah-masalah proses mediasi bisa dilakukan sepanjang proses
yang timbul akibat perceraian, seperti masalah berperkara di pengadilan masih berjalan, baik itu
pembagian harta bersama, masalah hak asuh dilakukan melalui lembaga mediasi yang disediakan
anak, masalah pembayaran hutang yang terjadi di pengadilan maupun di luar pengadilan yang
ketika masih dalam perkawinan, masalah nafkah dilakukan oleh para pihak berperkara sendiri.
anak, masalah mut’ah maupun nafkah iddah. Dan Parameter keberhasilan mediasi adalah ter-
apabila tercapai kesepakatan perdamaian dalam capainya kesepakatan-kesepakatan para pihak
masalah-masalah yang timbul akibat perceraian yang berperkara dalam menyelesaikan sengketa
tersebut, maka hal itu termasuk keberhasilan yang mereka hadapi. Namun demikian, bukan
mediasi. Jika kesepakatan perdamaian tercapai, berarti keberhasilan mediasi dalam masalah per-
mediator wajib merumuskan isi kesepakatan dan ceraian hanya diukur dari tercapainya kesepakatan
ditandatangani oleh para pihak dan mediator. 60 para pihak untuk tidak bercerai. Jika parameter
Adapun dalam rumusan Rakernas Mahkamah ini yang digunakan selama ini, maka tingkat
Agung tahun 2012 bidang Peradilan Agama Nomor keberhasilan mediasi dalam perkara perceraian
15 menyebutkan, bahwasannya mediasi dalam tidak akan menunjukkan angka yang signifikan.
perkara perceraian yang kumulatif dianggap Di pengadilan sendiri, peranan mediasi
berhasil walaupun perceraiannya berlanjut, merupakan instrumen efektif untuk mengatasi
demikian juga mediasi dalam rekonvensi. 61 Mediasi penumpukan perkara di pengadilan, dan me-
dipercaya sebagai upaya perdamaian yang lebih maksimalkan fungsi lembaga pengadilan dalam
adil daripada putusan pengadilan yang bersifat menyelesaikan sengketa. Disamping proses
menang-kalah. MA memberikan perhatian serius pengadilan yang bersifat memutus (adjudikatif). 57 Mediasi memiliki karakteristik umum, yaitu (1)
58 adanya proses atau metode, (2) terdapat para Edi As’Adi, Hukum Acara Perdata dalam perspektif
mediasi (ADR) di Indonesia, cet.ke-1 (Yogyakarta: GRAHA ILMU,
pihak yang berlawanan atau perwakilannya,
2012), h. 4.
(3) dengan dibantu pihak ketiga yaitu disebut 59 Edi As’Adi, Hukum Acara Perdata..., h. 4
60 mediator, dan (4) berusaha melalui diskusi dan Muhammad Isna Wahyudi, “Mediasi dalam Sorotan”,
http://www.badilag.net/data/e-dokumen/5-rumusan%20 agama%2020.pdf, akses 20 Oktober 2015
56 Syahrizal Abbas, Mediasi Dalam Hukum Syariah, Hukum 61 RAKERNAS MA RI 2012, “Rumusan Hasil Diskusi Kelompok Adat dan Hukum Nasional, (Jakarta: Kencana,2011), Cet. Ke-2,h. 181.
Bidang Peradilan Agama (Komisi II)”, http://badilag.net/data/e- 57 Syahrizal Abbas, Mediasi Dalam Hukum Syariah…, h. 311.
dokumen/5-rumusan%20agama%2012, pdf, akses 20 Oktober 2015
MADANIA Vol. 19, No. 1, Juni 2015
dalam persoalan ini. Upaya ke arah itu telah ada puncak. Kondisi ini membutuhkan persiapan yang yang tertuang dalam PERMA Nomor 2 Tahun
berbeda ketika akan melakukan mediasi yang 2003 yang kemudian diperbaharui dengan PERMA
berkaitan dengan harta benda, seperti perkara Nomor 1 Tahun 2008, bahkan saat ini sudah ada
gugatan waris, gugatan harta bersama, gugatan rancangan PERMA yang baru, tinggal menunggu
nafkah dan sebagainya. 64
pengesahannya. Pasca berlakunya PERMA Nomor Praktik mediasi di Pengadilan Agama
1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di belum sampai menyentuh perkara-perkara Pengadilan, pelaksanaan mediasi dalam setiap
yang muncul dalam proses persidangan melalui perkara yang diterima PA merupakan keharusan
tuntutan balik (rekonvensi). Padahal tuntutan (Qonditio sine qua non). 62 rekonvensi tersebut pada dasarnya merupakan
PERMA Nomor 1 Tahun 2008 menuntut satu perkara lain yang kebetulan pemeriksaannya mediator dalam upaya mendamaikan para pihak
disatukan dengan perkara awal (konvensi) untuk yang bersengketa dalam mediasi, bukan sekedar
tujuan efektifitas dan efisiensi serta sinkronisasi kemampuan dengan menggunakan teknik-teknik
sepanjang dibenarkan oleh ketentuan yang yang telah diatur dalam PERMA ini dengan
berlaku. 65
tujuan agar pihak yang bersengketa mengakhiri Untuk kasus di Pengadilan Agama, mayoritas sengketanya dengan cara damai. Dalam PERMA
perkara cerai talak yang dihadiri oleh pemohon ini, mediasi terintegrasi dengan proses yang
dan termohon di persidangan disertai dengan sedang berjalan meskipun dalam pemeriksaan
tuntutan balik oleh termohon sebagai penggugat yang berbeda. 63 rekonvensi. Tuntutan balik itu pada umumnya
Peradilan Agama sebagai bagian dari meliputi perkara nafkah lampau (madhiyah), peradilan yang ada di Indonesia telah melaksana-
nafkah iddah, mut’ah, hadhanah dan nafkah anak, kan maksud yang terkandung dalam PERMA
sebagian diantaranya harta bersama. Oleh karena Nomor 1 Tahun 2008 termaksud, meskipun
perkara ini muncul di tengah persidangan, maka tingkat keberhasilannya masih relatif kecil.
terhadap perkara ini tidak pernah ditempuh upaya Padahal target dan tujuan mediasi sebagaimana
perdamaian melalui mediasi dengan alasan proses yang disebutkan dalam konsideran PERMA salah
persidangan telah berjalan dan tahap persidangan satunya untuk menekan jumlah penumpukan
telah dilalui.
perkara di pengadilan. Karakteristik perkara di Apabila direnungkan dengan seksama, dari Pengadilan Agama yang merupakan bagian dari
segi substansi, perkara-perkara yang muncul “family court” dan didominasi oleh perkara cerai
dalam tuntutan balik pada dasarnya adalah gugat dan cerai talak adalah persoalan yang
perkara tersendiri, kepentingannya berbeda berhubungan dengan sengketa perasaan, yaitu
dan terpisah dengan pokok perkara. Hanya hati yang terluka yang seringkali menimbulkan
saja karena terdapat kaitan yang erat dengan ketegangan emosional dan psikologis bagi masing-
perkara awal, maka pemeriksaannya dibenarkan masing pihak yang bersengketa, sehingga sulit
bersamaan dengan pokok perkara. Dalam praktik untuk mencari titik temu penyelesaian secara
pemeriksaan perkara gugatan rekonvensi secara damai. Budaya masyarakat Indonesia pada
umum selama ini tidak lagi ditempuh upaya umumnya belum akan datang ke pengadilan
perdamaian oleh majelis, hanya dalam beberapa untuk mengurus perceraian, kecuali setelah
kasus ditemukan adanya perdamaian khusus perselisihan antara suami-isteri mencapai titik
untuk rekonvensi atas inisiatif para pihak yang berperkara. Padahal, jika merujuk kepada asas
62 Yuniati Faizah (hakim PA Bantul), Prakik Mediasi di
umum Hukum Acara yang berlaku, semestinya
Pengadilan Agama, makalah Pelatihan Mediasi dan Advokasi
setiap sengketa yang diperiksa di persidangan
yang diselenggarakan oleh Jurusan Al-Ahwal Asy-Syakhsiyyah Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, tanggal 19 – 20 September 2015 di ruang Technoclass Fakultas
64 Yuniati Faizah (hakim PA Bantul), Prakik Mediasi di Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, h. 1
Pengadilan Agama..., h. 2
63 Yuniati Faizah (hakim PA Bantul), Prakik Mediasi di 65 Yuniati Faizah (hakim PA Bantul), Prakik Mediasi di Pengadilan Agama..., h. 1
Pengadilan Agama..., h. 3
Malik Ibrahim: Efektivitas Peran Mediasi dalam Menanggulangi Perceraian
harus diawali dengan upaya perdamaian. Namun dalam kenyataan praktik di persidangan, khusus- nya pemeriksaan tuntutan balik tidak didahului oleh upaya perdamaian, melainkan langsung kepada tanggapan tergugat rekonvensi yang bersamaan dengan replik dalam konvensi. Dengan demikian, terhadap tuntutan rekonvensi langsung ke proses jawab-menjawab. Apabila terjadi kesepakatan dalam tahap jawab-menjawab tersebut, maka majelis hakim akan memutuskan berdasarkan kesepakatan, sebaliknya apabila tidak terjadi kesepakatan, maka majelis hakim akan memutus perkara tersebut berdasarkan alat bukti dan pertimbangan sendiri.
Dalam realita yang ditemukan di lapangan, putusan majelis hakim dalam rekonvensi yang tidak didasari oleh kesepakatan para pihak cenderung menjadi pemicu ketidakpuasan para pihak yang berperkara, sehingga mendorong mereka untuk banding dan kasasi. Mediasi dalam perkara kumulasi harus dicermati secara profesional dan proposorsional. Dalam praktik di Pengadilan Agama sangat sering ditemukan perkara- perkara kumulasi. Prosentase perkara terbesar di Pengadilan Agama adalah masalah perceraian dan sebagian diantaranya dikumulasikan dengan gugatan nafkah, hadanah, dan harta bersama dan lain lain sepanjang dibenarkan oleh ketentuan yang berlaku.
Dalam kumulasi ini, perkara perceraian ditempatkan sebagai pokok perkara, sedang- kan yang lain ditempatkan sebagai pelengkap (accessoire). Keterbatasan kemampuan mediator dalam menyelesaikan perkara-perkara perceraian disebabkan perkara perceraian dianggap masalah abstrak karena terkait dengan masalah hati, bisa dimaksimalkan dalam memediasi penyelesaian sengketa yang riil seperti gugatan nafkah, hadhanah, harta bersama, meskipun ditempatkan sebagai accessoir. Yang terpenting dalam perkara hadhanah, mediasi merupakan jalan yang efektif untuk menyelesaikan persoalan hak asuh anak, mengingat terhadap perkara ini sulit untuk dilakukan eksekusi.
154 Rbg. Yang mengakibatkan putusan batal demi hukum. Hanya saja di Pengadilan Agama tingkat keberhasilan mediasi ini masih sangat jauh dari harapan. Pada tahun 2013-2014 hanya sekitar 5 % perkara yang berhasil dimediasi sehingga target dan tujuan mediasi sebagaimana yang disebut dalam konsideran PERMA yang salah satunya untuk menekan jumlah penumpukan perkara di pengadilan, masih jauh panggang dari api. 66
Usaha mendamaikan para pihak yang akan bercerai harus benar-benar diupayakan semaksimal mungkin untuk mengantisipasi dampak yang lebih buruk karena yang mendapat dampak langsung dari perceraian adalah anak-anak. Atas dasar ini, para ulama ahli fikih menetapkan kaidah-kaidah antara lain “
ا ” (bahaya itu harus dihilangkan); dan “
” (menolak bahaya didahulukan atas menarik kemanfaatan). 67 Apabila perceraian terjadi maka akan berakibat tidak baik untuk perkembangan dan pertumbuhan sang anak. Beberapa alasan misalnya kurangnya kasih sayang dan perhatian dari kedua orang tuanya karena orang tua akan berpisah, anak merasa kesepian karena tidak bisa berkumpul dan sharing kepada orang tuanya, antara orang tua dan anak kurang bebas untuk bertemu dan lain-lain. Dalam poin ini, anak merupakan salah satu alasan kuat bagi para pihak agar tidak melanjutkan perceraian dan mencabut perkaranya (dalam arti berdamai). Yang artinya “mencegah kemadharatan harus lebih diutamakan daripada mengharap kemaslahatan”, oleh sebab itu upaya memaksimalkan peran mediasi dalam rangka menjaga keutuhan rumah tangga dari munculnya perceraian harus diusahkan semaksimal mungkin. Mengingat dampak negatif dari adanya perceraian sangat besar terhadap karakter anak yang orangtuanya bercerai. Belum lagi dampak terhadap keluarga besar dari pasangan suami isteri yang bercerai. Sehingga kegagalan mediasi yang berakibat munculnya perceraian tidak cukup hanya dilihat dari putusanya perkawinan antara mantan suami dan mantan isteri, namun lebih dari itu harus dilihat dampak yang lebih luas.
Di bawah ini merupakan beberapa faktor
Sejak munculnya PERMA Nomor 1 Tahun 2008, mediasi yang wajib dilakukan, ketika prosedur mediasi tidak dilaksanakan merupakan pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 130 HIR/
66 Yuniati Faizah (hakim PA Bantul), Prakik Mediasi di Pengadilan Agama..., h 4
67 Muhammad Abu Zahrah,Ushul Fiqih,Penerjemah Syefullah Ma’shum dkk, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2003), Cet. Ke-8, h.565.
Malik Ibrahim: Efektivitas Peran Mediasi dalam Menanggulangi Perceraian
harus diawali dengan upaya perdamaian. Namun dalam kenyataan praktik di persidangan, khusus- nya pemeriksaan tuntutan balik tidak didahului oleh upaya perdamaian, melainkan langsung kepada tanggapan tergugat rekonvensi yang bersamaan dengan replik dalam konvensi. Dengan demikian, terhadap tuntutan rekonvensi langsung ke proses jawab-menjawab. Apabila terjadi kesepakatan dalam tahap jawab-menjawab tersebut, maka majelis hakim akan memutuskan berdasarkan kesepakatan, sebaliknya apabila tidak terjadi kesepakatan, maka majelis hakim akan memutus perkara tersebut berdasarkan alat bukti dan pertimbangan sendiri.
Dalam realita yang ditemukan di lapangan, putusan majelis hakim dalam rekonvensi yang tidak didasari oleh kesepakatan para pihak cenderung menjadi pemicu ketidakpuasan para pihak yang berperkara, sehingga mendorong mereka untuk banding dan kasasi. Mediasi dalam perkara kumulasi harus dicermati secara profesional dan proposorsional. Dalam praktik di Pengadilan Agama sangat sering ditemukan perkara- perkara kumulasi. Prosentase perkara terbesar di Pengadilan Agama adalah masalah perceraian dan sebagian diantaranya dikumulasikan dengan gugatan nafkah, hadanah, dan harta bersama dan lain lain sepanjang dibenarkan oleh ketentuan yang berlaku.
Dalam kumulasi ini, perkara perceraian ditempatkan sebagai pokok perkara, sedang- kan yang lain ditempatkan sebagai pelengkap (accessoire). Keterbatasan kemampuan mediator dalam menyelesaikan perkara-perkara perceraian disebabkan perkara perceraian dianggap masalah abstrak karena terkait dengan masalah hati, bisa dimaksimalkan dalam memediasi penyelesaian sengketa yang riil seperti gugatan nafkah, hadhanah, harta bersama, meskipun ditempatkan sebagai accessoir. Yang terpenting dalam perkara hadhanah, mediasi merupakan jalan yang efektif untuk menyelesaikan persoalan hak asuh anak, mengingat terhadap perkara ini sulit untuk dilakukan eksekusi.
154 Rbg. Yang mengakibatkan putusan batal demi hukum. Hanya saja di Pengadilan Agama tingkat keberhasilan mediasi ini masih sangat jauh dari harapan. Pada tahun 2013-2014 hanya sekitar 5 % perkara yang berhasil dimediasi sehingga target dan tujuan mediasi sebagaimana yang disebut dalam konsideran PERMA yang salah satunya untuk menekan jumlah penumpukan perkara di pengadilan, masih jauh panggang dari api. 66
Usaha mendamaikan para pihak yang akan bercerai harus benar-benar diupayakan semaksimal mungkin untuk mengantisipasi dampak yang lebih buruk karena yang mendapat dampak langsung dari perceraian adalah anak-anak. Atas dasar ini, para ulama ahli fikih menetapkan kaidah-kaidah antara lain “
ا ” (bahaya itu harus dihilangkan); dan “
” (menolak bahaya didahulukan atas menarik kemanfaatan). 67 Apabila perceraian terjadi maka akan berakibat tidak baik untuk perkembangan dan pertumbuhan sang anak. Beberapa alasan misalnya kurangnya kasih sayang dan perhatian dari kedua orang tuanya karena orang tua akan berpisah, anak merasa kesepian karena tidak bisa berkumpul dan sharing kepada orang tuanya, antara orang tua dan anak kurang bebas untuk bertemu dan lain-lain. Dalam poin ini, anak merupakan salah satu alasan kuat bagi para pihak agar tidak melanjutkan perceraian dan mencabut perkaranya (dalam arti berdamai). Yang artinya “mencegah kemadharatan harus lebih diutamakan daripada mengharap kemaslahatan”, oleh sebab itu upaya memaksimalkan peran mediasi dalam rangka menjaga keutuhan rumah tangga dari munculnya perceraian harus diusahkan semaksimal mungkin. Mengingat dampak negatif dari adanya perceraian sangat besar terhadap karakter anak yang orangtuanya bercerai. Belum lagi dampak terhadap keluarga besar dari pasangan suami isteri yang bercerai. Sehingga kegagalan mediasi yang berakibat munculnya perceraian tidak cukup hanya dilihat dari putusanya perkawinan antara mantan suami dan mantan isteri, namun lebih dari itu harus dilihat dampak yang lebih luas.
Di bawah ini merupakan beberapa faktor
Sejak munculnya PERMA Nomor 1 Tahun 2008, mediasi yang wajib dilakukan, ketika prosedur mediasi tidak dilaksanakan merupakan pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 130 HIR/
66 Yuniati Faizah (hakim PA Bantul), Prakik Mediasi di Pengadilan Agama..., h 4
67 Muhammad Abu Zahrah,Ushul Fiqih,Penerjemah Syefullah Ma’shum dkk, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2003), Cet. Ke-8, h.565.
Malik Ibrahim: Efektivitas Peran Mediasi dalam Menanggulangi Perceraian
harus diawali dengan upaya perdamaian. Namun dalam kenyataan praktik di persidangan, khusus- nya pemeriksaan tuntutan balik tidak didahului oleh upaya perdamaian, melainkan langsung kepada tanggapan tergugat rekonvensi yang bersamaan dengan replik dalam konvensi. Dengan demikian, terhadap tuntutan rekonvensi langsung ke proses jawab-menjawab. Apabila terjadi kesepakatan dalam tahap jawab-menjawab tersebut, maka majelis hakim akan memutuskan berdasarkan kesepakatan, sebaliknya apabila tidak terjadi kesepakatan, maka majelis hakim akan memutus perkara tersebut berdasarkan alat bukti dan pertimbangan sendiri.
Dalam realita yang ditemukan di lapangan, putusan majelis hakim dalam rekonvensi yang tidak didasari oleh kesepakatan para pihak cenderung menjadi pemicu ketidakpuasan para pihak yang berperkara, sehingga mendorong mereka untuk banding dan kasasi. Mediasi dalam perkara kumulasi harus dicermati secara profesional dan proposorsional. Dalam praktik di Pengadilan Agama sangat sering ditemukan perkara- perkara kumulasi. Prosentase perkara terbesar di Pengadilan Agama adalah masalah perceraian dan sebagian diantaranya dikumulasikan dengan gugatan nafkah, hadanah, dan harta bersama dan lain lain sepanjang dibenarkan oleh ketentuan yang berlaku.
Dalam kumulasi ini, perkara perceraian ditempatkan sebagai pokok perkara, sedang- kan yang lain ditempatkan sebagai pelengkap (accessoire). Keterbatasan kemampuan mediator dalam menyelesaikan perkara-perkara perceraian disebabkan perkara perceraian dianggap masalah abstrak karena terkait dengan masalah hati, bisa dimaksimalkan dalam memediasi penyelesaian sengketa yang riil seperti gugatan nafkah, hadhanah, harta bersama, meskipun ditempatkan sebagai accessoir. Yang terpenting dalam perkara hadhanah, mediasi merupakan jalan yang efektif untuk menyelesaikan persoalan hak asuh anak, mengingat terhadap perkara ini sulit untuk dilakukan eksekusi.
154 Rbg. Yang mengakibatkan putusan batal demi hukum. Hanya saja di Pengadilan Agama tingkat keberhasilan mediasi ini masih sangat jauh dari harapan. Pada tahun 2013-2014 hanya sekitar 5 % perkara yang berhasil dimediasi sehingga target dan tujuan mediasi sebagaimana yang disebut dalam konsideran PERMA yang salah satunya untuk menekan jumlah penumpukan perkara di pengadilan, masih jauh panggang dari api. 66
Usaha mendamaikan para pihak yang akan bercerai harus benar-benar diupayakan semaksimal mungkin untuk mengantisipasi dampak yang lebih buruk karena yang mendapat dampak langsung dari perceraian adalah anak-anak. Atas dasar ini, para ulama ahli fikih menetapkan kaidah-kaidah antara lain “
ا ” (bahaya itu harus dihilangkan); dan “
” (menolak bahaya didahulukan atas menarik kemanfaatan). 67 Apabila perceraian terjadi maka akan berakibat tidak baik untuk perkembangan dan pertumbuhan sang anak. Beberapa alasan misalnya kurangnya kasih sayang dan perhatian dari kedua orang tuanya karena orang tua akan berpisah, anak merasa kesepian karena tidak bisa berkumpul dan sharing kepada orang tuanya, antara orang tua dan anak kurang bebas untuk bertemu dan lain-lain. Dalam poin ini, anak merupakan salah satu alasan kuat bagi para pihak agar tidak melanjutkan perceraian dan mencabut perkaranya (dalam arti berdamai). Yang artinya “mencegah kemadharatan harus lebih diutamakan daripada mengharap kemaslahatan”, oleh sebab itu upaya memaksimalkan peran mediasi dalam rangka menjaga keutuhan rumah tangga dari munculnya perceraian harus diusahkan semaksimal mungkin. Mengingat dampak negatif dari adanya perceraian sangat besar terhadap karakter anak yang orangtuanya bercerai. Belum lagi dampak terhadap keluarga besar dari pasangan suami isteri yang bercerai. Sehingga kegagalan mediasi yang berakibat munculnya perceraian tidak cukup hanya dilihat dari putusanya perkawinan antara mantan suami dan mantan isteri, namun lebih dari itu harus dilihat dampak yang lebih luas.
Di bawah ini merupakan beberapa faktor
Sejak munculnya PERMA Nomor 1 Tahun 2008, mediasi yang wajib dilakukan, ketika prosedur mediasi tidak dilaksanakan merupakan pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 130 HIR/
66 Yuniati Faizah (hakim PA Bantul), Prakik Mediasi di Pengadilan Agama..., h 4
67 Muhammad Abu Zahrah,Ushul Fiqih,Penerjemah Syefullah Ma’shum dkk, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2003), Cet. Ke-8, h.565.
MADANIA Vol. 19, No. 1, Juni 2015 MADANIA Vol. 19, No. 1, Juni 2015 MADANIA Vol. 19, No. 1, Juni 2015
penyebab tidak efektifnya mediasi di Peradilan penyebab tidak efektifnya mediasi di Peradilan penyebab tidak efektifnya mediasi di Peradilan sidangan. Akibatnya, karena sidang hanya sidangan. Akibatnya, karena sidang hanya sidangan. Akibatnya, karena sidang hanya Agama, sehingga hasilnya tidak maksimal dan Agama, sehingga hasilnya tidak maksimal dan Agama, sehingga hasilnya tidak maksimal dan
dihadiri oleh salah satu pihak yang berperkara dihadiri oleh salah satu pihak yang berperkara dihadiri oleh salah satu pihak yang berperkara
saja maka sidangpun diputus secara verstek. saja maka sidangpun diputus secara verstek. saja maka sidangpun diputus secara verstek. antara lain: antara lain: antara lain:
berujung pada perceraian berujung pada perceraian berujung pada perceraian 68 68 68 . Faktor-faktor tersebut . Faktor-faktor tersebut . Faktor-faktor tersebut
Dampaknya, hakim mediator sulit untuk Dampaknya, hakim mediator sulit untuk Dampaknya, hakim mediator sulit untuk
1. 1. 1. masih sangat minimnya jumlah hakim masih sangat minimnya jumlah hakim masih sangat minimnya jumlah hakim membantu menyelesaikan masalah, paling membantu menyelesaikan masalah, paling membantu menyelesaikan masalah, paling mediator yang sudah mengikuti pelatihan mediator yang sudah mengikuti pelatihan mediator yang sudah mengikuti pelatihan
tidak membantu memberikan jalan keluar, tidak membantu memberikan jalan keluar, tidak membantu memberikan jalan keluar, mediasi tingkat nasional (bersertifikat mediasi tingkat nasional (bersertifikat mediasi tingkat nasional (bersertifikat
sehingga diharapkan dapat tercapai suatu sehingga diharapkan dapat tercapai suatu sehingga diharapkan dapat tercapai suatu mediator). Sehingga hal tersebut sangat mediator). Sehingga hal tersebut sangat mediator). Sehingga hal tersebut sangat
kesepakatan bersama dari masing-masing kesepakatan bersama dari masing-masing kesepakatan bersama dari masing-masing berdampak pada rendahnya kualitas mediasi berdampak pada rendahnya kualitas mediasi berdampak pada rendahnya kualitas mediasi
pihak yang bersengketa, pihak yang bersengketa, pihak yang bersengketa, dan rendahnya tingkat keberhasilan mediasi, dan rendahnya tingkat keberhasilan mediasi, dan rendahnya tingkat keberhasilan mediasi,
6. 6. 6. kurang aktifnya para pihak dalam proses kurang aktifnya para pihak dalam proses kurang aktifnya para pihak dalam proses
2. 2. 2. semakin banyaknya jumlah perkara yang semakin banyaknya jumlah perkara yang semakin banyaknya jumlah perkara yang mediasi sehingga ketidakaktifan para pihak mediasi sehingga ketidakaktifan para pihak mediasi sehingga ketidakaktifan para pihak masuk ke pengadilan, sementara di sisi lain masuk ke pengadilan, sementara di sisi lain masuk ke pengadilan, sementara di sisi lain
dalam proses mediasi cukup berpengaruh dalam proses mediasi cukup berpengaruh dalam proses mediasi cukup berpengaruh jumlah hakim yang ada sangat terbatas, jumlah hakim yang ada sangat terbatas, jumlah hakim yang ada sangat terbatas,
dalam proses mediasi berlangsung. Para pihak dalam proses mediasi berlangsung. Para pihak dalam proses mediasi berlangsung. Para pihak sehingga hakim mediator tidak dapat sehingga hakim mediator tidak dapat sehingga hakim mediator tidak dapat
yang hanya diam saja dan hanya mendengar yang hanya diam saja dan hanya mendengar yang hanya diam saja dan hanya mendengar memaksimalkan proses mediasi yang di- memaksimalkan proses mediasi yang di- memaksimalkan proses mediasi yang di-
apa yang disampaikan oleh hakim mediator apa yang disampaikan oleh hakim mediator apa yang disampaikan oleh hakim mediator lakukan, karena hakim yang bersangkutan lakukan, karena hakim yang bersangkutan lakukan, karena hakim yang bersangkutan
hal tersebut menyulitkan mediator dalam hal tersebut menyulitkan mediator dalam hal tersebut menyulitkan mediator dalam juga harus menyidangkan perkara lainnya juga harus menyidangkan perkara lainnya juga harus menyidangkan perkara lainnya
mencapai kesepakatan, dan mencapai kesepakatan, dan mencapai kesepakatan, dan dalam waktu yang tidak terlalu berjauhan, dalam waktu yang tidak terlalu berjauhan, dalam waktu yang tidak terlalu berjauhan,
7. 7. 7. kurangnya keterbukaan para pihak dalam kurangnya keterbukaan para pihak dalam kurangnya keterbukaan para pihak dalam
3. 3. 3. kondisi psikologis para pihak yang berperkara kondisi psikologis para pihak yang berperkara kondisi psikologis para pihak yang berperkara perkara perceraian untuk mengungkapkan perkara perceraian untuk mengungkapkan perkara perceraian untuk mengungkapkan di persidangan dalam kondisi puncak di persidangan dalam kondisi puncak di persidangan dalam kondisi puncak
masalahnya, dan masalahnya, dan masalahnya, dan
emosional dan memiliki kemauan dan tekad emosional dan memiliki kemauan dan tekad emosional dan memiliki kemauan dan tekad
8. Sifat ego masing-masing pihak yang besar, 8. Sifat ego masing-masing pihak yang besar, 8. Sifat ego masing-masing pihak yang besar, yang bulat untuk bercerai. Sehingga hakim yang bulat untuk bercerai. Sehingga hakim yang bulat untuk bercerai. Sehingga hakim
sehingga para pihak hanya mementingkan sehingga para pihak hanya mementingkan sehingga para pihak hanya mementingkan mediator sulit untuk mencari titik temu mediator sulit untuk mencari titik temu mediator sulit untuk mencari titik temu
kepentingan dan juga emosinya sendiri. kepentingan dan juga emosinya sendiri. kepentingan dan juga emosinya sendiri. penyelesaian secara damai, penyelesaian secara damai, penyelesaian secara damai,
Sehingga hakim mediator terkadang sulit Sehingga hakim mediator terkadang sulit Sehingga hakim mediator terkadang sulit
4. 4. 4. semakin banyaknya perkara yang masuk semakin banyaknya perkara yang masuk semakin banyaknya perkara yang masuk menjadi penengah dan mendengar per- menjadi penengah dan mendengar per- menjadi penengah dan mendengar per- ke lingkungan Peradilan Agama, baik ke lingkungan Peradilan Agama, baik ke lingkungan Peradilan Agama, baik
masalahan dan keinginan mereka satu sama masalahan dan keinginan mereka satu sama masalahan dan keinginan mereka satu sama lain. lain. lain. 70 70 pada pengadilan tingkat pertama ataupun 70 pada pengadilan tingkat pertama ataupun pada pengadilan tingkat pertama ataupun
pengadilan tingkat banding. Sehingga pengadilan tingkat banding. Sehingga pengadilan tingkat banding. Sehingga Melihat situasi itu, mediasi merupakan hal Melihat situasi itu, mediasi merupakan hal Melihat situasi itu, mediasi merupakan hal upaya mediasi yang dilakukan oleh hakim upaya mediasi yang dilakukan oleh hakim upaya mediasi yang dilakukan oleh hakim
yang penting sebagai media untuk menengahi yang penting sebagai media untuk menengahi yang penting sebagai media untuk menengahi mediator menjadi kurang maksimal, karena mediator menjadi kurang maksimal, karena mediator menjadi kurang maksimal, karena
perkara perselisihan dan berperan untuk men- perkara perselisihan dan berperan untuk men- perkara perselisihan dan berperan untuk men- para hakim mediator tidak hanya disibukkan para hakim mediator tidak hanya disibukkan para hakim mediator tidak hanya disibukkan
damaikan atau menengahi perkara perceraian, damaikan atau menengahi perkara perceraian, damaikan atau menengahi perkara perceraian, untuk memediasi para pihak dalam perkara untuk memediasi para pihak dalam perkara untuk memediasi para pihak dalam perkara
sehingga suami-istri mengurungkan niatnya untuk sehingga suami-istri mengurungkan niatnya untuk sehingga suami-istri mengurungkan niatnya untuk tertentu saja, namun pada waktu yang hampir tertentu saja, namun pada waktu yang hampir tertentu saja, namun pada waktu yang hampir
bercerai, meski pada akhirnya segala keputusan bercerai, meski pada akhirnya segala keputusan bercerai, meski pada akhirnya segala keputusan bersamaan juga harus terlibat menyidangkan bersamaan juga harus terlibat menyidangkan bersamaan juga harus terlibat menyidangkan
jatuh pada suami-istri, apakah mereka ingin jatuh pada suami-istri, apakah mereka ingin jatuh pada suami-istri, apakah mereka ingin perkara lain yang sedemikian banyaknya. perkara lain yang sedemikian banyaknya. perkara lain yang sedemikian banyaknya.
bercerai atau meneruskan perkawinan. Seperti bercerai atau meneruskan perkawinan. Seperti bercerai atau meneruskan perkawinan. Seperti Sehingga konsentrasi hakim mediator Sehingga konsentrasi hakim mediator Sehingga konsentrasi hakim mediator
diajarkan oleh Islam, yang memerintahkan untuk diajarkan oleh Islam, yang memerintahkan untuk diajarkan oleh Islam, yang memerintahkan untuk menjadi terpecah dan tidak maksimal dalam menjadi terpecah dan tidak maksimal dalam menjadi terpecah dan tidak maksimal dalam
menyelesaikan setiap perselisihan yang terjadi di menyelesaikan setiap perselisihan yang terjadi di menyelesaikan setiap perselisihan yang terjadi di memediasi para pihak yang berperkara, memediasi para pihak yang berperkara, memediasi para pihak yang berperkara,
antara manusia, sebaiknya diselesaikan dengan antara manusia, sebaiknya diselesaikan dengan antara manusia, sebaiknya diselesaikan dengan
5. 5. 5. polosnya para pihak untuk berniat cerai, polosnya para pihak untuk berniat cerai, polosnya para pihak untuk berniat cerai, jalan perdamaian. Seperti firman Allah SWT dalam jalan perdamaian. Seperti firman Allah SWT dalam jalan perdamaian. Seperti firman Allah SWT dalam sementara mereka belum mengerti penting- sementara mereka belum mengerti penting- sementara mereka belum mengerti penting-
Surah Al-Hujurat (49) ayat 10: Surah Al-Hujurat (49) ayat 10: Surah Al-Hujurat (49) ayat 10: nya mediasi nya mediasi nya mediasi 69 69 69 sehingga menganggap tidak sehingga menganggap tidak sehingga menganggap tidak
begitu penting untuk hadir dalam per- begitu penting untuk hadir dalam per- begitu penting untuk hadir dalam per-
68 68 68 Damsyi Hanan, “Membludaknya Perkara Masuk di Damsyi Hanan, “Membludaknya Perkara Masuk di Damsyi Hanan, “Membludaknya Perkara Masuk di Pengadilan Agama Pasca One Roof Sistem dan Peranan Pengadilan Agama Pasca One Roof Sistem dan Peranan Pengadilan Agama Pasca One Roof Sistem dan Peranan
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah
Mediasi dalam Mengurangi Penumpukan Perkara”., Makalah Mediasi dalam Mengurangi Penumpukan Perkara”., Makalah Mediasi dalam Mengurangi Penumpukan Perkara”., Makalah 2011, h. 12 2011, h. 12 2011, h. 12
69 69 69 Damsyi Hanan, “Membludaknya Perkara Masuk di Damsyi Hanan, “Membludaknya Perkara Masuk di Damsyi Hanan, “Membludaknya Perkara Masuk di 70 70 70 Damsyi Hanan, “Membludaknya Perkara Masuk di Damsyi Hanan, “Membludaknya Perkara Masuk di Damsyi Hanan, “Membludaknya Perkara Masuk di Pengadilan Agama..., h. 22 Pengadilan Agama..., h. 22 Pengadilan Agama..., h. 22
Pengadilan Agama..., h. 12-13. Pengadilan Agama..., h. 12-13. Pengadilan Agama..., h. 12-13.
Malik Ibrahim: Efektivitas Peran Mediasi dalam Menanggulangi Perceraian
bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua keterbukaan para pihak dalam perkara perceraian saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya
untuk mengungkapkan masalahnya; dan (8) sifat kamu mendapat rahmat”.
ego masing-masing pihak yang besar, sehingga Maksud ayat di atas, jika ada dua orang yang
para pihak hanya mementingkan kepentingan bertengkar atau berperkara maka damaikanlah
dan juga emosinya sendiri
mereka, perdamaian itu hendaklah dilakukan dengan adil dan benar, sebab Allah mencintai
Pustaka Acuan
orang yang berlaku adil. Seorang mediator atau Abbas, Syahrizal, Mediasi dalam Hukum Syari’ah, hakam yang bertugas untuk mendamaikan para
Hukum Adat dan Hukum Nasional, Jakarta: pihak yang bersengketa, dalam menyelesaikan
Kencana Prenada Media Group, 2011, Cet. perkara harus menggali dan mendengar
Ke-2.
Zahrah, Muhammad Abu, Ushul Fiqih, diter- mengetahui masalah yang diperselisihkan, agar
keterangan kedua belah pihak 71 , sehingga
jemahkan oleh Syefullah Ma’shum dkk, bisa menjadi penengah dari perkara tersebut.
Jakarta: Pustaka Firdaus, 2003, Cet. Ke-8, Agama, Departemen RI, Alquran dan Terjemahnya,
Simpulan
Surabaya: Mekar, 2004. Amriani, Nurnaningsih, Mediasi Alternatif
Dari paparan di atas maka dapat disimpulkan Penyelesian Sengketa Perdata di Pengadilan, bahwa praktik mediasi di lingkungan Peradilan
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011, Cet. Agama masih belum berjalan secara efektif.
Ke-1.
Hal tersebut terlihat dari minimnya tingkat Arifin, Winarsih, Farida Soemargono, Kamus
keberhasilan mediasi dalam menanggulangi angka Perancis Indonesia, Jakarta: PT Gramedia perceraian. Fenomena masih belum efektifnya
Pustaka Utama, t.t.
praktik mediasi di lingkungan Peradilan Agama Arto, A. Mukti, Peradilan Agama dalam Sistem
disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya Ketatanegaraan Indonesia, Yogyakarta: adalah (1) masih sangat minimnya jumlah hakim
Pustaka Pelajar, 2012.
mediator yang sudah mengikuti pelatihan mediasi As’adi, Edi, Hukum Acara Perdata dalam Perspektif tingkat nasional (bersertifikat mediator). Sehingga Mediasi (ADR) di Indonesia, Yogyakarta: Graha berdampak pada rendahnya kualitas mediasi
Ilmu, 2012, Cet. Ke-1.
dan rendahnya tingkat keberhasilan mediasi; (2) Bahan Pelatihan Mediator Hakim Agama angkatan
semakin banyaknya jumlah perkara yang masuk
I Diklat MA RI 2009.
ke pengadilan, sementara di sisi lain jumlah Echols, John M., Hasan Shadily, Kamus Inggris hakim yang ada sangat terbatas, sehingga hakim Indonesia An English-Indonesian Dictionary, mediator tidak dapat memaksimalkan proses Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000. mediasi yang dilakukan; (3) kondisi psikologis Faizah, Yuniati, (hakim PA Bantul), Prakik Mediasi
para pihak yang berperkara di persidangan dalam di Pengadilan Agama, makalah disampaikan kondisi puncak emosional dan memiliki kemauan dalam Pelatihan Mediasi dan Advokasi dua
dan tekad yang bulat untuk bercerai; (4) semakin hari, yang diselenggarakan oleh Jurusan
banyaknya perkara yang masuk ke lingkungan Al-Ahwal Asy-Syakhsiyyah Fakultas Syari’ah Peradilan Agama, baik pada pengadilan tingkat dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
pertama ataupun pengadilan tingkat banding. tanggal 19 – 20 September 2015
Sehingga upaya mediasi yang dilakukan oleh Fatkhurrahman, Ricy, “Peran hakim mediator dalam
hakim mediator menjadi kurang maksimal; penyelesaian perkara perceraian di Pengadilan (5) para pihak hanya berniat cerai dan belum Agama Wates Tahun 2009-2010 pasca PERMA mengerti pentingnya mediasi; (6) kurang aktifnya No. 1 tahun 2008 tentang prosedur mediasi di para pihak dalam proses mediasi; (7) kurangnya Pengadilan Agama”, Skripsi tidak diterbitkan,
71 Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di
Yogyakarta: Program Studi Al-Ahwal Asy-
Lingkungan Peradilan Agama, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet.
Syakhsiyyah Fakultas Syari’ah dan Hukum
Ke-5, h. 151.
UIN Sunan Kalijaga, 2011. 117 |
MADANIA Vol. 19, No. 1, Juni 2015
Fuady, Munir Fuady, Arbitrase Nasional Alternatif tentang Pelaksanaan UU No 1 Tahun 1974 Penyelesaian Sengketa Bisnis, Bandung: PT
tentang Perkawinan
Citra Aditya Bakti, 2000, Cet. Ke-1. PERMA Nomor 02 Tahun 2003 tentang Prosedur Hamami, Taufik, Peradilan Agama Dalam reformasi
Mediasi di Pengadilan
Kekuasaan Kehakiman di Indonesia, Jakarta: PERMA No 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Tatanusa, 2013.
Mediasi di Pengadilan
Hanan, Damsyi, “Membludaknya Perkara Masuk RAKERNAS MA RI 2012, “Rumusan Hasil Diskusi di Pengadilan Agama Pasca One Roof Sistem
Kelompok Bidang Peradilan Agama (Komisi dan Peranan Mediasi dalam Mengurangi
II)”, http://badilag.net., diakses 20 Oktober 2015 Penumpukan Perkara”., Makalah 2011.
Reglemen Tot Regeling Van Rechtswezen In De Hermansyah, “Ada Perubahan Penting Mengenai
Gewesten Buiten Java En Madura (RBg) Mediasi”, http;//www, badilag.net. diakses
Sarwono, Hukum Acara Perdata Teori dan Praktik,
20 Oktober 2015. Jakarta: Sinar Grafika, 2011. Herzien Inlandsch Reglement (HIR)
SEMA Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberdayaan INPRES No 1 tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum
Lembaga Perdamaian
Islam UU No. 14 Tahun 1970 Tentang Pokok-Pokok Manan, Abdul, Penerapan Hukum Acara Perdata
Kekuasan Kehakiman.
di Lingkungan Peradilan Agama, Jakarta: Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Kencana, 2008, Cet. Ke-5.
Perkawinan
Muhdlor, A.Zuhdi, Memahami Hukum Perkawinan: UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama Nikah, Talaq, Cerai dan Rujuk, Bandung: Al
UU No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Bayan, 1994.
Kehakiman
Muhdlor, A. Zuhdi, “Kompetensi”, disampaikan UU No. 3 Tahun 2006 tentang Perubahan pada perkuliahan Hukum Acara Perdata
terhadap UU No. 7 Tahun 1989 tentang Jurusan Al-Ahwal Asy-Syakhsiyyah Fakultas
Peradilan Agama
Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga UU No. 50 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Yogyakarta Tahun 2011
Terhadap UU No 7 Tahun 1989 tentang Muhtarom, Ali, “Mencari Tolok Ukur Efektifitas
Peradilan Agama
Mediasi dalam Perkara Perceraian”, http:// Wahyudi, Muhammad Isna, “Mediasi dalam www.badilag.net. diakses 20 Oktober 2015
Sorotan”, dalam http://www.badilag.net. Nasution, Khoiruddin, Hukum Perkawinan I
diakses 20 Oktober 2015 Dilengkapi Perbandingan Undang-Undang
Winarta, Frans Hendra, Hukum Penyelesaian Negara Muslim Komtemporer, Edisi revisi,
Sengketa Arbitrase Nasional Indonesia dan Yogyakarta: ACAdeMIA & TAZZAFA, 2005.
Internasional, Edisi kedua, Jakarta: Sinar Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975
Grafika, 2012.