Rancang bangun model pengembangan industri kecil jamu

RANCANG BANGUN MODEL PENGEMBANGAN
INDUSTRI KECIL JAMU

KUSNANDAR

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi yang berjudul:
Rancang Bangun Model Pengembangan Industri Kecil Jamu
adalah benar hasil karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan
belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program studi sejenis di
perguruan tinggi lain. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah
dinyatakan dengan jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, April 2006


Kusnandar
NIM F.326010021

ABSTRACT
KUSNANDAR. Design of Development Model for Small-Scale Herbmedicinal Industry.
Under direction of
M. SYAMSUL MA’ARIF,
ERIYATNO, ILLAH SAILAH, MARIMIN, and AGUNG P. MURDANOTO
Indonesia is well known by its diversity, one of them is herb- medicinal
plant, therefore development of small- scale herb- medicinal industry is a strategic
effort. The aim of this study was to design an expert management system for
small-scale herb-medicinal industrial development. The expert management
system that was designed act as a supporting system for decision- making.
Data analysis methods for small-scale herb- medicinal industrial
development were: system structurization by ISM; raw material inventory by MEMCDM; raw material market structurization analysis by Hirschman-Herfindahl
Index (HHI) and ratio concentration analysis (CRx ); capital resources model by
AHP; influent factors of capital resources selection probability by logistik model
regression analysis; institutional model by MPE and institutional performance
analysis; marketing mix strategy by expert system; and feasibility analysis by
instruments of investment criteria (NPV, IRR, net B/C, and PBP).

Design of expert management system for small-scale herb- medicinal
industrial development is named SAINS-Jamu. SAINS-Jamu configuration
consists of data-based management system, model-based management system
(raw material inventory model, capital resources model, institutional model, and
financial feasibility model), knowledge-based management system (expert system
for marketing mix strategy), and dialogue management system.
Implementation of SAINS-Jamu produces conception model of raw
material inventory, model of capital resources, model of marketing mix strategy,
and conception model of small-scale herb- medicinal industrial development. The
development system structurization produces keys elements of smll scale herbmedicinal industrial development. The selected raw material inventory model is
conducted through business group. The selected capital resources is Bank
Perkreditan Rakyat. The marketing mix strategy is designed in an expert system.
The most appropriate business institution is business group. Financial analysis at
20 percent of interest rate and 10 years of project lifetime produces feasible
decision with 2 years and 10 month of PBP; Rp. 225,050,966 of NPV; 52.21
percent of IRR; and 2.43 of net B/C ratio.
Keywords: small-scale industry, herb- medicinal, expert management system,
development model.

RINGKASAN

KUSNANDAR. Rancang Bangun Model Pengembangan Industri Kecil Jamu.
Dibimbing Oleh M. SYAMSUL MA’ARIF, ERIYATNO, ILLAH SAILAH,
MARIMIN, dan AGUNG P. MURDANOTO.
Indonesia merupakan negara kaya dengan tumbuhan obat sehingga
pengembangan industri kecil jamu merupakan suatu upaya yang sangat strategis.
Pengembangan industri kecil jamu melibatkan berbagai pihak dan merupakan
permasalahan yang kompleks. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
pendekatan sistem, yang mengkaji dari berbagai aspek secara menyeluruh.
Penelitian ini bertujuan untuk merancang suatu Sistem Manajemen Ahli untuk
membantu pengambil keputusan dalam pengembangan industri kecil jamu.
Metode analisis data untuk strukturisasi sistem pengembangan industri
kecil jamu dilakukan dengan menggunakan teknik interpretative structural
modelling (ISM). Metode analisis data untuk model pengadaan bahan baku
industri kecil jamu dilakukan dengan analisis pemilihan model pengadaan bahan
baku menggunakan metode multi expert multi criteria decision making (MEMCDM). Analisis struktur pasar bahan baku industri kecil jamu dilakukan dengan
menggunakan analisis indekss Hirschman-Herfindahl (HHI) dan analisis
konsentrasi rasio (CRx ). Faktor- faktor yang mempengaruhi peluang keputusan
pemilihan sumber permodalan dilakukan dengan analisis regresi model logistik.
Metode analisis data untuk model sumber permodalan industri kecil jamu
dilakukan dengan analisis pemilihan sumber permodalan menggunakan metode

analytical hierarchi process (AHP). Metode analisis data untuk model
kelembagaan usaha industri kecil jamu dilakukan dengan analisis pemilihan
kelembagaan usaha menggunakan metode perbandingan eksponensial (MPE) dan
analisis performa kelembagaan. Model strategi bauran pemasaran dirancang
dengan menggunakan sistem pakar strategi bauran pemasaran. Analisis kelayakan
industri kecil jamu dilakukan dengan menggunakan tolok ukur finansial yang
meliputi net present value (NPV), internal rate of return (IRR), net B/C ratio dan
pay back period (PBP).
Rancang bangun sistem manajemen ahli pengembangan industri kecil
jamu diberi nama SAINS-Jamu. Konfigurasi SAINS-Jamu terdiri atas sistem
manajemen basis data, sistem manajemen basis model, sistem manajemen basis
pengetahuan dan sistem manajemen dialog. Sistem manajemen basis model terdiri
dari model struktur pengembangan, model pengadaan bahan baku, model sumber
permodalan, model kelembagaan usaha, dan model kelayakan finansial. Sistem
manajemen basis pengetahuan adalah sistem pakar strategi bauran pemasaran.

Strukturisasi sistem pengembangan industri kecil jamu menghasilkan
elemen kunci pada masing- masing elemen. Hasil strukturisasi elemen
pengembangan industri kecil jamu menunjukkan bahwa sub elemen kunci pada
elemen kebutuhan adalah : kebutuhan jaminan pasar produk jamu yang dihasilkan

(A-1), kontinyuitas pasokan bahan baku jamu (A-2), pengembangan alternatif
sumber permodalan yang memadai (A-5), pembentukan kelompok usaha untuk
meningkatkan skala usaha (A-6), pembinaan manajemen usaha (A-7) dan
pengembangan kelembagaan untuk pengendalian harga (A-9). Sub elemen kunci
pada elemen kendala adalah: belum terjaminnya kontinuitas pasokan bahan baku
baik dari kualitas maupun kuantitasnya (B-1) dan keterbatasan permodalan usaha
(B-2). Sub elemen kunci pada elemen perubahan yang dimungkinkan adalah:
ketersediaan kualitas dan kuantitas bahan baku jamu secara kontinyu (C-3) dan
peningkatan budidaya bahan baku industri kecil jamu (C-6). Sub elemen kunci
pada elemen tujuan adalah: kemudahan mendapat permodalan usaha (D-10). Sub
elemen kunci pada elemen indikator pencapaian tujuan adalah: meningkatnya
akses terdahap sumber permodalan usaha (E-6). Sub elemen kunci pada elemen
kegiatan yang dibutuhkan adalah: perumusan kebijakan pemerintah daerah yang
mendukung industri kecil jamu (F-3) dan sub elemen kunci pada elemen pelaku
adalah pemerintah daerah (G-5).
Analisis struktur pasar bahan baku industri kecil jamu menunjukkan bahwa
nilai indeks Hirschman-Herfindahl adalah sebesar 0,1385 dan nilai konsentrasi
rasio (CR4 ) sebesar 0,6762. Berdasarkan klasifikasi struktur pasar maka pasar
bahan baku industri kecil jamu adalah bersifat oligopoli, pada kondisi ini posisi
tawar industri kecil terhadap pedagang bahan baku relatif rendah. Oleh karena itu

pengembangan industri kecil jamu diarahkan untuk memperkuat posisi tawar
industri kecil jamu terhadap pedagang bahan baku.Analisis lebih lanjut dengan
menggunakan teknik multy expert multy criteria decision making (ME-MCDM)
menunjukkan bahwa model pengadaan bahan baku industri kecil yang terpilih
adalah pengadaan bahan baku melalui kelompok usaha. Pengadaan bahan baku
melalui kelompok usaha ini akan meningkatkan posisi tawar industri kecil jamu
terhadap pedagang bahan baku.
Analisis regresi logistik menunjukkan bahwa variabel yang secara
signifikan mempengaruhi keputusan pemilihan sumber permodalan adalah akses
terhadap sumber permodalan, prosedur dan persyaratan, skala usaha dan jumlah
plafon yang bisa diperoleh. Analisis pemilihan sumber permodalan menggunakan
metode analytical hierarchi process (AHP) menunjukkan bahwa sumber
permodalan industri kecil jamu yang terpilih adalah lembaga keuangan mikro
yaitu bank perkreditan rakyat sebagai alternatif pertama dan koperasi sebagai
alternatif kedua.
Hasil penilaian beberapa alternatif kelembagaan usaha industri kecil jamu
dengan menggunakan metode perbandingan eksponens ial (MPE) menunjukkan
bahwa kelembagaan kelompok usaha merupakan alternatif terbaik dengan nilai

135.145.368. Melalui kelompok usaha industri kecil jamu ini maka akan tercipta

efisiensi kolektif sehingga akan meningkatkan posisi tawar industri kecil jamu.
Strategi bauran pemasaran industri kecil jamu dirancang dalam sistem pakar
strategi bauran pemasaran. Sistem pakar dapat digunakan untuk konsultasi strategi
pemasaran yang akan dipakai oleh industri kecil jamu
Hasil kelayakan finansial menunjukkan bahwa industri kecil jamu layak
untuk dikembangkan. Kriteria kelayakan tersebut menunjukkan bahwa pada
tingkat suku bunga 20% adalah nilai NPV sebesar RP 225.050.966,- nilai IRR
sebesar 52,21%, net B/C ratio sebesar 2,43 tingkat pengembalian modal adalah
2,84 tahun dan titik impas produksi adalah sebesar 111.120 pak per tahun.
Analisis sensitivitas kelayakan finansial dengan kenaikan harga bahan baku
sebesar 20% masih menunjukkan keputusan layak. Penurunan harga jual produk
sebesar 20% keputusan menjadi tidak layak. Kombinasi perubahan tersebut yaitu
harga bahan baku naik 20% dan harga jual turun 20% juga menunjukkan
keputusan tidak layak.

RANCANG BANGUN MODEL PENGEMBANGAN
INDUSTRI KECIL JAMU

KUSNANDAR


Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program Studi Teknologi Industri Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006

Judul Disertasi
Nama
NIM
Program Studi

: Rancang Bangun Model Pengembangan Industri Kecil
Jamu
: Kusnandar
: F 326010021
: Teknologi Industri Pertanian


Disetujui,
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. M. Syamsul Ma’arif, M Eng
Ketua

Prof. Dr. Ir. Eriyatno, MSAE
Anggota

Prof. Dr. Ir. Marimin, MSc
Anggota

Dr. Ir. Illah Sailah, MS
Anggota

Dr. Ir. Agung P. Murdanoto, M Agr
Anggota

Diketahui,


Ketua Program Studi
Teknologi Industri Pertanian

Dr. Ir. Irawadi Jamaran

Tanggal Ujian: 18 April 2006

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, MSc

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya, desertasi ini dapat diselesaikan. Judul desertasi ini adalah
Rancang Bangun Model Pengembangan Industri Kecil Jamu.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan
terima kasih yang sangat tulus dan mendalam kepada yang terhormat Bapak Prof.

Dr. Ir. M. Syamsul Ma,arif, M Eng sebagai ketua Komisi Pembimbing yang telah
memberikan curahan waktu, bimbingan, arahan, nasehat dan dorongan moral
dengan penuh dedekasi kepada penulis dari awal sampai selesainya desertasi ini.
Penghargaan dan ucapan terima kasih yang tak terhingga juga penulis sampaikan
kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Eriyatno, MSAE., Ibu Dr. Illah Sailah, MS., Bapak
Prof. Dr. Ir. Marimin, M Sc., dan Bapak Dr. Ir. Agung P. Murdanoto, M Agr.
masing masing selaku anggota Komisi Pembimbing, yang telah memberikan
bimbingan, arahan, saran, nasehat dan dorongan moral sehingga penulis dapat
menyelesaikan desertasi ini.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Rektor IPB, Dekan Sekolah
Pascasarjana IPB, Dekan Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Ketua Departemen
Teknologi Industri Pertanian IPB dan Ketua Program Studi Teknologi Industri
Pertanian Sekolah Pascasarjana IPB atas segala bantuan dan pelayanannya.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh staf Pengajar Program
Studi Teknologi Industri Pertanian IPB yang telah memberikan curahan waktu,
ilmu dan pengalamannya selama penulis menempuh pendidikan di IPB.
Terima kasih yang mendalam penulis sampaikan kepada Rektor
Universitas Sebelas Maret, Dekan Fakultas Pertanian UNS, Ketua Jurusan
Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian UNS, atas ijin dan kesempatan yang
diberikan kepada penulis untuk mengikuti program doktor di IPB. Ucapan terima
kasih yang sama penulis sampaikan kepada rekan-rekan staf pengajar dan pegawai
di Fakultas Pertanian UNS atas segala bantuan dan dorongan moralnya.
Penghargaan dan terima kasih penulis sampaikan kepada pengelola BPPS
Dirjen Dikti, Departeman Pendidikan Nasional atas dukungan dana beasiswa yang
telah diberikan. Terima kasih yang sama penulis sampaikan kepada Rektor

Universitas Sebelas Maret dan Dekan Fakultas Pertanian UNS yang telah
memberikan bantuan dana penelitian.
Penghargaan dan terima kasih penulis sampaikan kepada Kepala Bappeda
Kabupaten Sukoharjo, Ketua Koperasi Jamu Indonesia (KOJAI) Kabupaten
Sukoharjo, PT Air Mancur Solo, Pengusaha Jamu di Kabupaten Sukoharjo dan
semua nara sumber yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas segala
waktu, ilmu dan pengetahuan yang diberikan kepada penulis selama melakukan
pengumpulan data di lapangan.
Rasa hormat dan terima kasih yang sangat dalam penulis haturkan kepada
ayah Subadi Budi Prayitno dan Ibu Istikomah Subadi, Ibu mertua Aminem
Sadiman serta kakak dan adik semuanya yang telah memberikan doa restu,
dorongan, semangat, motivasi. Penghargaan dan kebanggaan dengan segala
ketulusan disampaikan kepada istri tercinta Ludri Ambar Wiyatni, SE, anak
tersayang Drinancahya Dunya dan Luna Waya Anggita atas segala pengorbanan,
pengertian, ketulusan, ketabahan dan dorongan semangat yang telah diberikan
selama penulis menempuh pendidikan.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada kepada rekan-rekan
mahasiswa Pascasarjana Program Studi Teknologi Industri Pertanian, khususnya
angkatan 2001 atas kerjasama dan kebersamaannya selam menempuh pendidikan.
Kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama mengikuti pendidikan
sampai selesainya desertasi ini, yang tidak bisa disebutkan satu persatu,
disampaikan terima kasih.
Penulis menyadari desertasi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun
demikian penulis berharap semoga desertasi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang berkepentingan. Penulis berharap adanya kritik dan saran dari semua
pihak demi perbaikan dan kesempurnaan desertasi ini.

Bogor, April 2006
Kusnandar

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sukoharjo pada tanggal 3 Juli 1967 dari ayah Subadi
Budi Prayitno dan ibu Istikomah. Pendidikan sarjana penulis mulai tahun 1986
pada Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas
Maret Surakarta, lulus pada tahun 1991. Pada tahun 1994 penulis melanjutkan
studi program magister pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya
Keluarga IPB Bogor, lulus pada tahun 1997. Kesempatan untuk melanjutkan ke
program doktor pada Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Sekolah
Pascasarjana IPB diperoleh pada tahun 2001 dengan beasiswa pendidikan dari
Dirjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
Penulis bekerja sebagai staf pengajar Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret sejak tahun 1992 sampai sekarang. Penulis menikah dengan Ludri
Ambar Wiyatni, SE pada tahun 1999 dan dikaruniai dua orang anak Drinancahya
Dunya (6 tahun) dan Luna Waya Anggita (1 bulan).

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
PENDAHULUAN ...........................................................................................
Latar Belakang .......................................................................................
Tujuan Penelitian ....................................................................................
Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................
Manfaat Penelitian ..................................................................................

1
1
4
4
5

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................
Industri Kecil ..........................................................................................
Pengembangan Industri Kecil Jamu .......................................................
Pendekatan Sistem ..................................................................................
Model dan Pemodelan Sistem ................................................................
Penelitian Terdahulu ..............................................................................

6
6
8
22
23
25

LANDASAN TEORI ......................................................................................
Sistem Manajemen Ahli .........................................................................
Proses Hirarki Analitik (Analytical Hierarchy Process) ........................
Metode Perbandingan Eksponensial ......................................................
Pengambilan Keputusan Kelompok .......................................................
Interpretative Structural Modelling (ISM) .............................................
Analisis Regresi Logistik .......................................................................
Analisis Struktur Pasar ...........................................................................
Analisis Kelayakan Finansial .................................................................

28
28
29
31
32
33
34
35
36

METODOLOGI PENELITIAN ...................................................................
Kerangka Pemikiran ...............................................................................
Tata Laksana ..........................................................................................

40
40
42

ANALISIS SISTEM .......................................................................................
Analisis Situasional ................................................................................
Analisis Kebutuhan ................................................................................
Formulasi Masalah .................................................................................
Identifikasi Sistem ..................................................................................

46
46
48
50
53

PEMODELAN SISTEM ................................................................................
Konfigurasi Model .................................................................................
Kerangka Model .....................................................................................
Implementasi Model ...............................................................................

54
54
55
73

HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................
Elemen Sistem Pengembangan ..............................................................

76
76

Pengadaan Bahan Baku Industri Kecil Jamu .........................................
Sumber Permodalan Industri Kecil Jamu ...............................................
Kelembagaan Usaha Industri Kecil Jamu ..............................................
Strategi Bauran Pemasaran Industri Kecil Jamu ....................................
Kelayakan Finansial Industri Kecil Jamu ...............................................

103
113
124
135
139

PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL JAMU ........................................
Model Struktur Elemen Pengembangan .................................................
Model Pengadaan Bahan Baku ..............................................................
Model Sumber Permodalan ....................................................................
Model Kelembagaan Usaha ...................................................................
Kelompok Usaha Industri Kecil Jamu ...................................................
Model Strategi Bauran Pemasaran .........................................................
Model Pengembangan Industri Kecil Jamu ...........................................
Tahapan Implementasi ...........................................................................

144
144
149
152
156
159
161
162
164

KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 167
Kesimpulan ............................................................................................. 167
Saran ....................................................................................................... 168
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 169
LAMPIRAN .................................................................................................... 178

DAFTAR TABEL
Halaman
1

Kebutuhan industri jamu Indonesia akan berbaga i jenis tanaman obat ....

12

2

Jumlah Industri berdasarkan kelompok usaha di Kabupaten Sukoharjo...

46

3

Industri kecil kelompok IAAH di Kabupaten Sukoharjo..........................

47

4

Luas panen dan produksi tanaman obat-obatan di Kabupaten Sukoharjo... 48

5

Analisis kebutuhan pada masing- masing pelaku pengembangan industri
kecil jamu ..................................................................................................

49

6

Hasil reachability matriks final elemen kebutuhan pengembangan .........

78

7

Hasil reachability matriks final elemen kendala pengembangan..............

83

8

Hasil reachability matriks final ele men perubahan yang dimungkinkan..

87

9

Hasil reachability matriks final elemen tujuan pengembangan................

91

10

Hasil reachability matriks final elemen indikator pencapaian tujuan.......

94

11

Hasil reachability matriks final elemen kegiatan pengembangan ............

98

12

Hasil reachability matriks final elemen pelaku pengembangan ............... 101

13

Kriteria dan bobot kriteria pengadaan bahan baku.................................... 110

14

Hasil penilaian alternatif pengadaan bahan baku...................................... 111

15

Hasil analisis regresi logistik peluang memilih bank terhadap sumber
permodalan yang lain ................................................................................ 114

16

Hasil penilaian alternatif kelembagaan usaha dengan metode MPE......... 132

17

Analisis sensitivitas kelayakan finansial .................................................. 142

18

Pengelompokan sektor elemen pengembangan industri kecil jamu ......... 147

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1

Diagram alir proses pengolahan jamu.......................................................

14

2

Konsep Produk .........................................................................................

17

3

Struktur dasar sistem pakar ......................................................................

29

4

Kerangka pikir model pengembangan industri kecil jamu .......................

41

5

Tahapan Penelitian ...................................................................................

45

6

Diagram input output sistem pengembangan ind ustri kecil jamu ............

53

7

Konfigurasi model pengembangan industri kecil jamu ............................

54

8

Diagram input-output sistem pakar strategi bauran pemasaran ...............

59

9

Diagram alir sistem pakar strategi bauran pemasaran ..............................

60

10

Diagram alir sub model struktur pengembangan industri kecil jamu ......

63

11

Diagram alir sub model pengadaan bahan baku industri kecil jamu ........

66

12

Diagram alir sub model sumber permodalan industri kecil jamu .............

68

13

Diagram alir sub model kelembagaan usaha industri kecil jamu..............

70

14

Diagram alir sub model kelayakan usaha industri kecil jamu ..................

72

15

Struktur hierarki antar sub elemen kebutuhan pengembangan ................

80

16

Matrik driver power -dependence elemen kebutuhan pengembangan .....

81

17

Struktur hierarki antar sub elemen kendala pengembangan ....................

84

18

Diagram klasifikasi sub elemen kendala pengembangan ........................

85

19

Struktur hirarki antar sub elemen perubahan yang dimungkinkan ..........

88

20

Matrik driver power-dependence elemen perubahan yang dimungkinkan

89

21

Struktur hirarki antar sub elemen tujuan pengembangan .........................

92

22

Matrik driver power-dependence elemen tujuan pengembangan ............

93

23

Struktur hirarki antar sub elemen indikator pencapaian tujuan ................

95

24

Matrik driver power-Dependence elemen indikator pencapaian tujuan ..

96

25

Struktur hirarki antar sub elemen kegiatan pengembangan .....................

98

26

Matrik driver power -dependence elemen kegiatan pengembangan ........

99

27

Struktur hirarki antar sub elemen pelaku pengembangan ........................ 102

28

Matrik driver power -dependence pelaku pengembangan ....................... 102

29

Hasil pemilihan sumber permodalan dengan metode AHP di Kabupaten
Sukoharjo .................................................................................................. 123

30

Hasil pemilihan sumber permodalan dengan metode AHP di Kabupaten
Cilacap ...................................................................................................... 124

31

Bobot kriteria pemilihan kelembagaan usaha .......................................... 132

32

Contoh konsultasi sistem pakar ................................................................ 138

33

Contoh hasil konsultasi sistem pakar ....................................................... 138

34

Sub elemen kunci pengembangan industri kecil jamu ............................. 145

35

Mekanisme pengadaan bahan baku melalui kelompok usaha .................. 152

36

Mekanisme penyaluran modal dari lembaga keuangan ............................ 155

37

Model kelembagaan usaha industri kecil jamu ........................................ 159

38

Model pengembangan industri kecil jamu ............................................... 163

39

Tahapan implementasi model pengembangan industri kecil jamu ........... 165

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1

Aturan sistem pakar strategi bauran pemasaran industri kecil jamu ........ 179

2

Proyeksi laba rugi industri kecil jamu ...................................................... 189

3

Proyeksi arus kas industri kecil jamu ....................................................... 190

4

Diagram alir kesetimbangan massa pengolahan jamu ............................. 191

5

Petunjuk teknis penggunaan sains-jamu .................................................. 192

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara tropis kaya dengan tumbuhan yang dapat
dimanfaatkan untuk obat dan industri. Menurut WHO dari 75.000 tanaman di
dunia lebih dari 20.000 adalah tanaman obat dan 80% penduduk dunia tergantung
dari tanaman obat (Dennin 2000). Wilayah hutan tropika Indonesia dengan luas
sekitar 143 juta hektar memiliki sekitar 80% dari total jenis tumbuhan adalah
berkhasiat obat (Pramono 2002 b).
Kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali ke yang alam,
ditunjukkan dengan ind ikasi utama peningkatan kebutuhan produk-produk
konsumsi untuk kesehatan dari bahan alam. Hal ini merupakan peluang besar bagi
pengembangan tanaman obat dan industri jamu Indonesia. Kecenderungan
tersebut dapat dilihat dari peningkatan pasar dunia untuk produk alami yang
cukup signifikan yakni Amerika Serikat 12%, Uni Eropa 8%, Eropa Lainnya 12%,
Jepang 15% dan Asia Tenggara 12% (Sumaryono 2002).
Nilai penjualan dan perkembangan jumlah industri jamu di Indonesia terus
mengalami peningkatan. Pada tahun 1981 nilai penjualan jamu (obat tradisional)
sekitar Rp. 10 milyar, pada tahun 1992 meningkat menjadi Rp.124 milyar, pada
tahun 1999-2000 diperkirakan mencapai Rp. 1 triliun (Sumaryono 2002) dan pada
tahun 2004 mencapai Rp. 2,9 triliun (Kardiyono 2005). Jumlah industri jamu
(obat tradisional) juga meningkat dari 578 pada tahun 1996 menjadi 709 pada
tahun 1981 (Sumaryono 2002), tahun 2002 mencapai 810 perusahaan (Pramono
2002a) dan tahun 2003 menjadi 1012 perusahaan (Kardiyono 2005).
Kekayaan sumberdaya hayati yang sangat besar sebagai bahan baku
industri jamu belum dimanfaatkan secara optimal sehingga sering terjadi
kesenjangan antara penawaran dan permintaan yang menyebabkan keberadaan
bahan baku sebagai titik kritis bagi pengembangan industri jamu (Sardjiman 1997;
Pramono S 2000; Murdanoto 2000; Pramono E 2002a). Alasan yang paling
relevan terciptanya kondisi tersebut adalah terlambatnya upaya optimalisasi
pendayagunaan sumberdaya hayati yang ada. Efeknya adalah terjadinya
eksploitasi liar bahan baku jamu langsung dari hutan guna memenuhi kebutuhan

2
produksi yang pada akhirnya menyebabkan terkikisnya sumberdaya hayati yang
ada. Sampai saat ini sebagian besar pasokan bahan baku industri jamu dipenuhi
melalui pengambilan langsung dari alam secara liar (Kuswara 2000).
Integrasi pasar, budidaya yang terprogram, pasca panen dan distribusi
masih lemah sehingga menyebabkan kegiatan budidaya bahan baku industri jamu
menjadi tidak menarik. Industri jamu digolongkan kedalam industri yang
mempunyai hambatan masuk yang tipis. Menurut Hartono (2000) dengan sifat
seperti ini maka kemungkinan yang terjadi adalah : pemain di industri ini banyak
sekali jumlahnya, mudah masuk dan mudah keluar dari industri ini, standarisasi
produk sulit sekali dilakukan, peraturan sangat melebar dengan kontrol yang
lemah, banyak sekali merek dan ragamnya.
Hasil Konferensi Nasional Usaha Kecil di Cipanas (1997) yang
diselenggarakan oleh Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia, KADIN dan The Asia
Foundation menyimpulkan bahwa permasalahan usaha kecil di bidang pemasaran
terfokus pada tiga hal yaitu: (1) permasalahan persaingan pasar dan produk, (2)
permasalahan akses terhadap informasi pasar dan (3) permasalahan kelembagaan
pendukung. Informasi pasar meliputi informasi kebutuhan konsumen, harga
produk, potensi pasar, jenis produk dan spesifikasi produk yang dibutuhkan
konsumen masih sulit diperoleh. Permasalahan tersebut juga merupakan
permasalahan yang dihadapi oleh industri kecil jamu.
Rendahnya akses pengusaha industri kecil jamu terhadap sumber-sumber
informasi akan menghambat akses pengusaha kecil untuk dapat memanfaatkan
peluang-peluang pasar yang ada. Kelemahan ini dapat disebabkan dari rendahnya
tingkat pengetahuan dan ketrampilan pengusaha industri kecil jamu sehingga
pengelolaan usaha seringkali bukan berdasarkan strategi bisnis yang mapan
melainkan berdasarkan perasaan dan intuisi sebagai pengusaha. Berkaitan dengan
hal tersebut maka pengusaha kecil dituntut untuk dapat menyusun perencanaan
dan strategi pemasaran yang meliputi: pengembangan produk, kebijakan harga,
promosi, dan distribusi (Rachmina dan Praningrum 1998).
Persoalan lain yang umumnya melekat pada industri kecil jamu adalah
persoalan pembentukan kapital (permodalan) termasuk didalamnya persoalan
kredit dan manajemen keuangan. Permodalan bukan satu-satunya persoalan
penting yang dihadapi industri kecil, namun permodalan merupakan salah satu

3
unsur penting dalam mendukung peningkatan produktivitas, taraf hidup dan
pendapatan industri kecil jamu. Menurut Chotim (1998) prosedur perolehan kredit
masih dirasakan memberatkan pengusaha kecil. Pihak perbankan cenderung lebih
menekankan persyaratan dan agunan yang bersifat fisik dan mudah terukur. Dari
sisi perbankan hal ini merupakan konsekuensi logis dari lembaga profesional yang
berorientasi keuntungan dimana pihak perbankan harus menghitung seberapa
besar keuntungan yang bisa diperoleh dan seberapa jauh keamanan dana yang
dipinjamkan. Persoalan yang justru penting dan mendasar yang mempengaruhi
rendahnya penyaluran kredit kepada pengusaha kecil

adalah terletak pada

persepsi yang terbangun di pihak perbankan yang cenderung negatif terhadap
pengusaha kecil. Pihak perbankan sering menilai inferior terhadap potensi industri
kecil.
Jamu merupakan warisan budaya bangsa yang diturunkan secara turun
temurun dari generasi ke generasi, sehingga tumbuh dan berkembang dari dan
oleh masyarakat sendiri. Sesuai dengan hal tersebut maka konsep yang diterapkan
pada pengembangan jamu pada prinsipnya menggunakan strategi pemberdayaan
potensi yang ada di masyarakat. Skala industri jamu di Indonesia bervariasi dari
skala kecil sampai skala besar dari 1012 industri, 907

diantaranya adalah

merupakan industri kecil (Kardiyono 2005), sehingga pengembangan industri ini
diarahkan pada industri jamu skala kecil.
Pengembangan industri dengan formasi industri berskala kecil dapat
menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang lebih besar dan tingkat pemerataan
yang lebih baik daripada industri berbasis skala besar (Tambunan 1999;
Tambunan 2002b ). Hal ini dapat dilihat dari kontribusi industri kecil terhadap
jumlah usaha, penyerapan tenaga kerja dan produk domestik bruto (PDB). Pada
tahun 2000 ada sekitar 38,99 juta industri kecil yang merupakan 99,85% total
perusahaan di Indonesia, penyerapan tenaga kerja industri kecil mempunyai
kontribusi sebesar 66 juta orang atau sebesar 99,44% dan kontribusi industri kecil
terhadap PDB adalah sebesar 40% (Tambunan 2002a).
Kesenjangan penawaran dan permintaan bahan baku, kelembagaan yang
masih lemah, akses terhadap sumber permodalan yang kurang, kemampuan
menyusun strategi pemasaran yang masih rendah merupakan permasalahan yang
terdapat dalam industri kecil jamu. Pada sisi lain keberadaan industri kecil jamu

4
mempunyai potensi yang cukup besar dilihat dari jumlah industri kecil yang ada.
Bertolak dari uraian tersebut maka pengembangan industri kecil jamu dengan
menggunakan pendekatan sistem merupakan suatu upaya yang sangat strategis.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk merancang bangun suatu Sistem
Manajemen Ahli yang dapat digunakan oleh pengambil keputusan dalam
pengembangan

industri

kecil

jamu

dan

membangun

model

konseptual

pengembangan industri jamu sebagai industri yang berskala kecil.
Ruang Lingkup Penelitian
Objek kajian pada penelitian ini adalah industri kecil jamu yang
menggunakan bahan baku tanaman obat dengan produk berupa jamu serbuk.
Sumber bahan baku tanaman obat merupakan potensi yang cukup besar dan belum
sepenuhnya dimanfaatkan dengan baik. Penelitian ini menggunakan pendekatan
sistem dengan aspek kajian meliputi: pengadaan bahan baku, pemasaran,
pembiayaan, kelembagaan untuk pengembangan industri kecil jamu.
Lokasi penelitian dipilih Kabupaten Sukoharjo, merupakan salah satu
wilayah sentra produksi bahan baku jamu di Jawa Tengah yang mempunyai
potensi pengembangan industri kecil jamu. Di Kabupaten Sukoharjo terdapat 56
industri jamu yang sudah terdaftar secara formal. Selain industri kecil jamu yang
terdaftar secara formal masih terdapat banyak industri kecil yang secara formal
belum terdaftar yang potensial untuk pengembangan industri kecil jamu. Model
pengembangan industri kecil jamu dirancang untuk menghasilkan sistem
penunjang keputusan industri kecil jamu yang mengintegrasikan aspek pengadaan
bahan baku, sumber permodalan, kelembagaan usaha, strategi pemasaran dan
kelayakan finansial.

5
Manfaat Penelitian
Penelitian ini menghasilkan model pengembangan industri kecil jamu
yang dilengkapi dengan Sistem Manajemen Ahli untuk memudahkan pengambil
keputusan dalam pengembangan industri kecil jamu. Manfaat penelitian ini
adalah:
1

Bagi pengusaha industri kecil jamu membantu pengambilan keputusan
dalam pengembangan usahanya sehingga keputusan yang diambil lebih
efektif dan efisien.

2

Bagi pemerintah dan dinas terkait membantu dalam pengambilan
keputusan untuk penyusuna n program dan pembinaan

pengembangan

industri kecil jamu.
3

Bagi masyarakat ilmiah penelitian ini memberikan sumbangan pemikiran
dan sebagai bahan rujukan dalam bidang manajemen industri pertanian
khususnya untuk mengkaji penerapan teori maupun teknik sistem.

TINJAUAN PUSTAKA
Industri Kecil
Pengertian industri kecil jamu merujuk pada pengertian industri kecil obat
tradisional. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
246/Menkes/ Per/V/1990 tentang izin usaha industri obat tradisional dan
pendaftaran obat tradisional menyebutkan industri kecil obat tradisional adalah
industri obat tradisional dengan total aset tidak lebih dari 600.000.000,- (enam
ratus juta rupiah) tidak termasuk harga tanah dan bangunan. Industri kecil di
Indonesia mempunyai peranan strategis dalam perekonomian nasional terutama
dalam

aspek

peningkatan

kesempatan

kerja,

pemerataan

pendapatan,

pembangunan ekonomi pedesaan dan peningkatan ekspor non migas. Selama ini
telah banyak usaha-usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk membantu
perkembangan usaha kecil melalui berbagai program atau pembinaan usaha kecil,
termasuk diantaranya program kemitraan antara usaha kecil dengan usaha
menengah dan besar.
Namun demikian, perkembangan usaha kecil sampai saat ini masih
berjalan

lamban.

Salah

satu

penyebab

kekurang

berhasilan

program

pengembangan usaha kecil di Indonesia dalam memperbaiki kondisi atau kinerja
kelompok usaha kecil dari posisi lemah ke posisi kuat adalah tekanan orientasi
program pemerintah lebih terletak pada aspek sosial daripada aspek ekonomi atau
bisnis. Selama ini usaha pengembangan kegiatan ekonomi skala kecil

yang

umumnya padat karya dan dilakukan oleh kelompok miskin ditujukan untuk
peningkatan pendapatan mereka atau mengurangi jumlah pengangguran dan
kesenjangan. Tampaknya kurang dipahami faktor- faktor apa sebenarnya
penghambat perkembangan usaha kecil (Tambunan 1998).
Sumardjo et al. (2004) menyebutkan bahwa kelemahan usaha kecil
ditandai dengan gejala-gejala sebagai berikut:
1 Posisi dalam persaingan rendah. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi
tentang kondisi lingkungan yang menyangkut pemasok, aturan atau kebijakan
pemerintah serta kecenderungan perubahan pasar atau teknologi baru untuk
meningkatkan keuntungan.

7
2 Sulit mendapatkan pinjaman modal dari bank. Hal ini karena catatan usahanya
tidak teratur dan sistematis, tetapi sering tercampur antra modal usaha dengan
rumah tangga. Pengusaha kecil tidak memiliki agunan sehingga tidak dapat
memenuhi audit akuntansi bank.
3 Pengelolaan usaha masih kurang terutama dalam pemasaran, akuntansi dan
pembiayaan.
4 Seringnya terjadi pergantian karyawan. Hal ini disebabkan upah yang relatif
rendah, ketidakjelasan masa depan, tidak ada jaminan sosial dan kepastian
usaha. Kondisi demikian mengakibatkan tenaga kerja yang sudah terampil
keluar dari pekerjaannya.
5 Risiko dan utang kepada pihak ketiga ditanggung oleh kekayaan pribadi
pemilik.
6 Perkembangan usaha sangat tergantung pada pengusaha yang setiap waktu
dapat berhalangan.
Dalam perspektif ekonomi publik, pemeritah seharusnya bersifat netral
terhadap skala usaha, karena tiap usaha memberikan kontribusi masing- masing
dalam perekonomian, dengan perkataan lain semua skala usaha harus
diperlakukan sama. Akan tetapi dalam kenyataan sejarah ekonomi Indonesia
pemerintah selalu bias dan cenderung memilih usaha besar. Hal ini didasari
beberapa alasan bahwa usaha skala besar memiliki beberapa keunggulan yakni:
(1) dengan usaha skala besar tingkat efisiensi dan kompetisi dapat lebih mudah
dicapai, (2) usaha skala besar dapat lebih mudah diandalkan dalam kemampuan
ekspor dan menghadapi tantangan pasar global, (3) secara politis dan praktis
usaha skala besar lebih mudah dikontrol termasuk dalam penagihan pajak dan
pungutan lain (Tambunan 2002 b).
Sikap bias pada usaha skala besar ini merupakan langkah yang kurang
tepat, sehingga perlu segera dirubah. Menurut Tambunan (2002b) ada tiga alasan
mengapa perlu perubahan menuju strategi industrialisasi berbasis usaha kecil yaitu
:(1) usaha kecil memiliki sumber pertumbuhan yang lebih memenuhi syarat untuk
mengejar pertumbuhan dan pemerataan, (2) strategi ini memungkinkan
penyebaran industri ke berbagai lokasi, termasuk aset riel dalam sistem ekonomi
kebanyak pulau, sehingga (3) kedua faktor diatas akan menggelindingkan proses
industrialisasi yang menyebar dan berkesinambungan.

8
Di Indonesia dilihat dari jumlah unit usahanya yang sangat banyak,
terdapat di semua sektor ekonomi, kontribusinya yang sangat besar terhadap
kesempatan kerja dan pendapatan khususnya di daerah pedesaan dan
berpendapatan rend ah, tidak dapat dipungkiri lagi betapa pentingnya usaha kecil
ini. Selain itu kelompok usaha tersebut juga berperan sebagai suatu motor
penggerak yang sangat krusial bagi pembangunan ekonomi dan komunitas lokal.
Di masa mendatang dengan semakin mengglobalnya perekonomian dunia
dan era perdagangan bebas, usaha kecil di Indonesia juga sangat diharapkan dapat
menjadi salah satu pemain penting sebagai pencipta pasar baik dalam maupun luar
negeri dan sebagai salah satu sumber penting bagi surplus perdagangan dan jasa
atau neraca pembayaran. Namun demikian untuk melaksanakan peran ini usaha
kecil harus membebani diri untuk meningkatkan daya saing globalnya (Tambunan
2002a).
Melihat peran industri kecil yang strategis bagi perkembangan ekonomi
bangsa, maka para pelaku pembangunan utama seperti pemerintah (departemen
teknis terkait), perusahaan besar (BUMN, swasta), perbankan dan layanan jasa
keuangan lainya (leasing, modal ventura, asuransi dan pasar modal), lembaga
pendidikan (perguruan tinggi), serta lembaga penelitian dan pengembangan
(litbang) harus mengembangkan kerjasama yang efektif dan konstruktif. Hal ini
didasarkan pada anggapan bahwa industri kecil merupakan penyeimbang dalam
struktur industrialisasi (produk dan pasar) secara menyeluruh, karena menciptakan
pembangunan yang lebih merata dan memberikan peningkatan nilai tambah
terhadap komoditi yang diusahakan, dengan ketentuan dipenuhinya konsentrasi
(fokus) kegiatan industri, pola produksi, memperhatikan hubungan dan pertukaran
informasi diantara sektor ekonomi (Hubeis 1997).
Pengembangan Industri Kecil Jamu
Pengertian Jamu
Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomer :
246/Menkes/Per/V/1990 yang dimaksud dengan obat tradisional atau lebih
dikenal dengan jamu adalah obat jadi atau obat terbungkus yang berasal dari
tumbuh-tubuhan, hewan, mineral dan atau sediaan galeniknya atau campuran dari

9
bahan-bahan tersebut yang belum mempunyai data-data klinis dan dipergunakan
dalam usaha pengobatan berdasarkan pengalaman.
Jamu yang ada di masya rakat sudah digunakan sejak jaman dahulu secara
empirik, untuk mencapai kesembuhan atau pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan serta diwariskan turun-temurun, bertahan lestari dan tidak terpisah dari
kehidupan masyarakat tanpa pembuktian ilmiah.

Menurut

Sujatno

(2002)

ditinjau dari dasar penggunaan jamu oleh masyarakat, maka ada beberapa tujuan
penggunaan jamu yang dibagi menjadi empat kelompok yaitu :
1 Untuk pemeliharaan kesehatan dan menjaga kebugaran jasmani (promotif).
2 Untuk mencegah penyakit (preventif).
3 Sebagai upaya pengobatan penyakit baik untuk pengobatan sendiri maupun
untuk mengobati orang lain sebagai upaya mengganti atau mendampingi
penggunaan obat jadi (kuratif).
4 Untuk memulihkan kesehatan (rehabilitasi).
Secara filosofis, pengobatan cara barat dan cara tradisional sangat berbeda,
Perbedaan tersubut adalah bahwa ilmu kedokteran barat berpendapat semua
penyakit ada penyebabnya, sehingga apabila ingin menyembuhkan penyakit maka
penyebabnyalah yang harus dikendalikan. Berbeda dengan pengobatan tradisional
yang menggunakan pendekatan holistik, yaitu menyembukan suatu penyakit
selain menghilangkan gejala atau keluhan memperbaiki psikologinya juga
merupakan hal yang penting (Supari 2002). Terdapat empat sistem yang dianut
oleh negara di dunia dalam pemanfaatan obat tradisional yaitu : integratif, inklusif,
toleran dan eksklusif. Integratif artinya obat tradisional diakui secara resmi
sehingga dapat berbaur dengan obat modern dari luar dalam pengobatan penderita.
Inklusif artinya obat tradisional hanya diakui secara formal, dimana hanya
digunakan pada bagian tertentu saja dalam sistem pengobatan, sedangkan toleran
adalah obat tradisional tidak dilarang tetapi juga belum dianjurkan, posisi obat
tradisional (jamu) di Indonesia nampaknya berada dalam posisi ini. Eksklusif
artinya obat tradisional dilarang berperan dalam sistem kesehatan nasional
berdasarkan undang- undang pemerintah (Supari 2002).
Berdasarkan klasifikasi yang ditetapkan oleh Badan POM (2004) sediaan
obat alam dapat berupa jamu, herbal terstandar, fitofarmaka, sedangkan
berdasarkan bentuk bahannya sediaan obat bahan alam ini dapat berupa simplisia

10
(segar atau dikeringkan), ekstrak, kelompok senyawa, atau senyawa murni. Istilah
jamu mencakup jamu rajangan, jamu racikan, jamu rebusan, jamu gendong, jamu
serbuk (sachet, pil atau kapsul) adalah bentuk sediaan yang menggunakan seluruh
bahan simplisia. Istilah obat tradisional dipakai apabila menggunkan ekstrak
(tunggal atau campuran) atau kelompok senyawa sebagai bahan untuk sediaan
sedangkan fitofarmaka adalah istilah yang digunakan untuk penggunaan senyawa
murni dari alam (khususnya tumbuhan).
Bahan Baku Industri Kecil Jamu
Tanaman obat sebagai bahan baku jamu merupakan komoditi komersial
yang dapat dipasarkan dalam berbagai bentuk, yaitu simplisia utuh (segar/kering),
bentuk ekstrak dan bentuk produk jadi (jamu atau fitofarmaka). Simplisia adalah
bahan alam yang digunakan sebagai obat dan belum mengalami pengolahan
apapun, dan umumnya berupa bahan yang dikeringkan. Simplisia nabati
merupakan simplisia yang paling banyak digunakan dalam industri jamu.
Ada tiga kelompok masyarakat yang dapat dibedakan berdasarkan
intensitas pemanfaatan tanaman obat. Pertama kelompok masyarakat asli yang
menggunakan untuk pengobatan tradisional, umumnya karena tinggal di daerah
pedesaan atau terpencil. Kedua adalah kelompok yang menggunakan obat
tradisional dalam skala keluarga dan ketiga adalah kelompok industriawan obat
tradisional yang jumlahnya berkembang pesat, terutama setelah pemerintah
mengeluarkan berbagai kebijakan yang mendorong perkembangan obat tradisional
(Pranoto 2002).
Isu yang paling dominan dalam pengadaan bahan baku jamu adalah tidak
adanya harmonisasi antara penawaran dan permintaan. Posisi permintaan yang
lebih tinggi daripada penawaran telah menempatkan keberadaaan bahan baku
sebagai titik kritis bagi pengembangan industri jamu. Alasan yang paling relevan
terciptanya

kondisi

tersebut

adalah

terlambatnya

upaya

optimalisasi

pendayagunaan sumberdaya hayati yang ada, sehingga efeknya adalah terjadinya
eksploitasi liar bahan baku jamu langsung dari hutan guna memenuhi kebutuhan
produksi, yang pada akhirnya menyebabkan terkikisnya sumberdaya hayati yang
ada. Diperkirakan kebutuhan simplisia tumbuhan obat Indonesia sebesar 20.000
sampai 25.000 ton untuk memenuhi kurang lebih 810 industri jamu besar maupun

11
kecil dan para pedagang jamu di pasar-pasar maupun para penjaja jamu gendong
dipenuhi melalui pengambilan langsung dari alam secara liar (Kuswara 2000).
Aspek kuntitas dan kualitas siplisia hasil budidaya untuk pasokan industri
jamu seringkali mengalami pasang surut yang disebabkan oleh musim panen pada
waktu tertentu yang melimpah, atau mengalami kekosongan bahan baku diluar
musim panen yang disebabkan serangan hama atau musim kemarau yang
berkepanjangan/kondisi ekstrim lainnya. Luasan areal budidaya tanaman obat
untuk industri jamu sangat bervariasi atas dasar jenis dan spesifikasi yang
dibutuhkan oleh industri. Keterkaitan antara petani dengan pihak pabrik umumnya
tidak ada. Oleh karena itu untuk mengurangi resiko produk tidak dapat dipasarkan
maka harus ada alternatif, misalnya produk diserap oleh industri jamu, motivasi
petani tidak hanya terbatas pada industri jamu tetapi juga pasar lokal dan pasar
ekspor (Sitepu et al. 2000).
Ditinjau dari aspek tata niaga persaingan tidak sehat antara pedagang pada
berbagai tingkatan akan sangat mungkin terjadi. Keadaan ini didukung dengan
kondisi/karakteristik sentra-sentra produksi yang sulit diperhitungkan, hal ini akan
secara lagsung mempengaruhi fluktuasi harga. Kebutuhan akan jenis tanaman
obat yang diperlukan oleh industri jamu baik skala besar maupun kecil sangat
bervariatif, kebutuhan industri jamu Indonesia akan berbagai jenis tanaman obat
dapat dilihat pada Tabel 1.
Berdasarkan kondisi tersebut maka ada dua alternatif untuk penyediaan
simplisia sebagai bahan baku jamu. Alternatif pertama adalah dengan menanam
tumbuhan itu sendiri, dengan demikian industri tidak bergantung dengan pihak
luar untuk penyediaan bahan bakunya dan tidak ada persoala n harga bahan baku
tersebut, tetapi di pihak lain industri dibebani oleh suatu kegiatan pertanian
dimana mereka tidak siap dan tidak efisien karena skalanya. Alternatif kedua
adalah membeli bahan baku tersebut dari para petani yang menanamnya. Tentu
saja kepada petani harus diajarkan teknik budidaya, dengan cara ini industri tidak
dibebani dengan kegiatan budidaya, tetapi adakalanya harus mengikuti harga yang
diminta oleh petani (Murdanoto 2002).

12
Tabel 1 Kebutuhan industri jamu Indonesia akan berbagai jenis tanaman obat
No

Nama bahan baku

Kebutuhan/ton/th

1

Jahe (Zingiber officinale Roxb)

5.000

2

Kapulogo (Ammomum cardamomum Auct)

3.000

3

Temulawak (Curcuma aeruginusa Roxb)

3.000

4

Adas (Foeniculum vulgare Mill)

2.000

5

Kencur (Kaempferia galanga L)

kering: 2.000

6

Kunyit (Curcuma domestica Val)

kering: 3.000
basah : 1.500

7

Bengle (Zingiber purpureum Roxb)

3.000

8

Daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk)

3.000

9

Lempuyang (Zingiberis zerumbeti R)

2.000

10

Daun sembung

100

11

Daun sendok

100

12

Pegagan (Centella asiatice)

100

13

Daun tempuyung (Sonchus arvensis)

70

14

Daun cengkeh

50

15

Greges otot

50

16

Daun katuk

50

17

Kunci pepet (Boesenbergia pandurata Roxb)

30

18

Daun ungu (Graptophyllum pictum (L) Griff)

30

19

Bunga sidowayah

30

20

Tapak liman

25

21

Kumis kucing (Orthosiphon aristatus)

20

Sumber: Dirjen Bina Produksi Horti