12
BAB I I PERUBAHAN KEBI JAKAN UMUM APBD
A. PERUBAHAN ASUMSI DASAR KEBI JAKAN UMUM APBD 1. Kondisi Perekomonian Nasional
Dalam paruh kedua tahun 2011 hingga memasuki tahun 2012, perkembangan berbagai faktor eksternal seperti pertumbuhan
ekonomi global dan harga minyak mentah di pasar internasional, telah menyebabkan beberapa indikator ekonomi makro terutama
harga minyak mentah I ndonesia I CP dan nilai tukar berbeda cukup signifikan dari asumsi yang digunakan dalam APBN 2012. Berbagai
perkembangan tersebut diperkirakan memberikan tekanan yang sangat berat terhadap pelaksanaan APBN 2012. Terdapat empat
faktor utama yang mempunyai dampak yang cukup signifikan terhadap postur APBN 2012:
a. Kondisi
perekonomian global
diperkirakan mengalami
perlambatan pertumbuhan ekonomi sebagai akibat dari krisis utang dan fiskal di Eropa. Kondisi ini di samping akan membawa
dampak pada neraca pembayaran, diperkirakan juga akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi I ndonesia.
b. Kecenderungan naiknya harga minyak mentah di pasar dunia
yang sangat tinggi jauh di atas asumsi harga minyak yang digunakan dalam penyusunan APBN. Hal ini akan berdampak
secara signifikan t erhadap APBN, karena meningkatnya beban subsidi BBM dan listrik secara tajam.
c. Adanya kecenderungan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap
dolar Amerika Serikat, sebagai akibat dari ketidakpastian penyelesaian krisis global, akan berpengaruh cukup signifikan
terhadap berbagai besaran APBN. d.
Lifting minyak yang diperkirakan hanya akan mencapai 930 ribu barel per hari lebih rendah dari asumsi lifting dalam APBN 2012
sebesar 950 ribu barel per hari akan berdampak pada penurunan penerimaan dari sektor migas.
13
Mengacu pada perkembangan kondisi tersebut, asumsi dasar ekonomi makro tahun 2012 diperkirakan mengalami penyesuaian
sebagai berikut:
TABEL I I .1 PERUBAHAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 2012
NO I ndikator Makro APBN
RAPBN - P
1 Pertumbuhan ekonomi yoy
6,7 6,5
2 I nflasi yoy
5,3 7,0
3 Suku bunga SPN 3 bln
6,0 5,0
4 Nilai tukar Rp USD
1
8.800,0 9.000,0
5 Harga minyak USD barel
90,0 105,0
6 Lifting minyak ribu barel per hari
950,0 930,0
Sumber: Kemernkeu RI dalam Nota Keuangan dan Rancangan RAPBN TA 2012.
Sampai dengan periode triwulan ke-1 tahun 2012 indikator ekonomi makro menunjukkan sinyal yang positif. Tingkat inflasi
sampai dengan bulan Mei sebesar 3,97 y to y atau 0,88 q to q dari target tingkat inflasi tahun 2012 sebesar 5,3 - 7 yoy.
Sumbangan angka inflasi masih berasal dari tekanan bahan pangan volatile food dan kemungkinan tekanan dari depresiasi rupiah dan
kenaikan sektor energi melalui kenaikan BBM. Neraca Pembayaran I ndonesia NPI sampai dengan triwulan I -
2012 mengalami penurunan karena menurunnya kinerja neraca transaksi berjalan akibat melambatnya ekspor dan meningkatnya
impor
.
Di sisi transaksi modal dan finansial, mengalami surplus oleh aliran investasi langsung dan portfolio menghasilkan cadangan devisa
pada akhir Maret 2012 mencapai USD 110,5 miliar, atau setara dengan 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri
Pemerintah. Stabilitas sistem perbankan FSI tetap terjaga dengan didukung
kinerja utama sektor perbankan, tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal CAR Capital Adequacy Rat io sebesar 18,41 per
Februari 2012 jauh di atas batas minimum 8 dan terjaganya rasio kredit bermasalah NPL Non Performing Loan gross di bawah 5 .
14
Sementara itu, penyaluran kredit untuk pembiayaan kegiatan perekonomian terus berlanjut, tercermin pada pertumbuhan kredit
sampai dengan akhir Februari 2012 mencapai 24,2 yoy. Dengan memperhatikan kinerja triwulan I 2012 dan imbangan antara inflasi
yang terkendali dan ruang bagi pertumbuhan ekonomi, ditetapkan BI rate sebesar 5,75 .
Secara Lengkap progress indikator ekonomi makro tahun 2012 sampai dengan triwulan ke-1 tahun 2012, dapat dilihat dari tabel
sebagai berikut:
TABEL I I .2 I NDI KATOR EKONOMI MAKRO NASI ONAL
TRI WULAN I TAHUN 2012
NO I NDI KATOR MAKRO
SATUAN PER TRI WULAN I 2012
1. I nflasi
dari prediksi
sebesar 4,5 ± 1
0,88 q to q atau 3,97 yoy
2. Nilai Tukar Rp terhadap
US dari prediksi sebesar 8.800,0
Melemah Point to point melemah sebesar 0,87 q to q
ke level Rp. 9.139 USD atau secara rerata melemah sebesar 1,03 q to q ke level Rp.
9.066 USD Rp 8.536 per dolar AS
3. Neraca
pembayaran I ndonesia NPI
Sedikit melambat: Cadangan devisa pada akhir Maret 2012
tercatat sebesar 110,5 miliar dolar AS, atau setara
dengan 6,1
bulan impor
dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.
4. Sistem keuangan
BI rate: 5,75 modal CAR Capital Adequacy Ratio jauh di
atas minimum 8 sebesar 18,41 dan terjaganya rasio kredit bermasalah NPL Non
Performing Loan gross di bawah 5 . Kredit tumbuh sebesar 24,2 yoy
5. Pertumbuhan Ekonomi
Prediksi 2012 sebesar 6,3– 6,7 yoy
PDB ADHB:Rp. 1,972,4 triliun
ADHK:Rp. 632,8 triliun konstan tahun 2000 Pertumbuhan
ekonomi I ndonesia
pada Triwulan I -2011 dibandingkanTriwulan I V-
2010, yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Bruto PDB meningkat sebesar 1,4
persen q-to-q atau meningkat sebesar 6,3 dibandingkan dengan Triwulan I Tahun 2011
15
NO I NDI KATOR MAKRO
SATUAN PER TRI WULAN I 2012
Pertumbuhan tertinggi pada triwulan I 2012 dihasilkan oleh Sektor Pertanian, Peternakan,
Kehutanan dan Perikanan sebesar 20,9 persen, karena adanya musim panen tanaman padi
pada Triwulan I -2012. Dibandingkan dengan Triwulan I tahun 2011,
pertumuhan tertinggi dihasilkan oleh sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 10,3
Pada Triwulan I -2012 dibandingkan dengan Triwulan
I V-2010, hanya
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga secara riil meningkat
sebesar 0,5 persen, sedangkan Pengeluaran Konsumsi Pemerintah turun sebesar 45,1
persen dan Pembentukan Modal Tetap Bruto turun 4,8 persen. Ekspor Barang dan Jasa juga
turun sebesar 7,2 persen dan I mpor Barang dan Jasa turun sebesar 6,2 persen.
Dibandingkan dengan Triwulan I 2011 semua komponen
mengalami kenaikan,
masing- masing:
PMTB sebesar
9,9 , konsumsi
pemerintah sebesar 5,9 , konsumsi rumah tangga 4,9 , ekspor 7,8 dan impor sebesar
8,2
Sumber: Laporan indikator ekonomi makro Triwulan I 2012 Bank I ndonesia dan BPS dalam http: www.bi.go.id dan http: www.bps.go.id.
2. Kondisi Perekomonian Provinsi Jaw a Tengah
Pada Tahun 2012, kondisi perekonomian di Jawa Tengah diharapkan akan mengalami peningkatan sejalan dengan kondisi
perekonomian Nasional, hal ini sejalan dengan gerakan “ Bali nDeso mBangun Deso” yang berorientasi pada pedesaan dan diarahkan
pada kegiatan yang langsung menyentuh pada masyarakat, bersifat padat karya dan merupakan upaya konkrit dalam rangka mendorong
perkembangan sektor riil. Selain itu juga didukung dengan pembangunan yang lebih menitikberatkan pada pengembangan dan
penguatan keberadaan koperasi dan UMKM sebagai penopang ekonomi kerakyatan terbesar di Jawa Tengah.
Kejadian bencana alam pasca erupsi Merapi, banjir lahar dingin, iklim yang tidak menentu dan cenderung ekstrem, kemungkinan
timbulnya dampak negatif pasca Pemilukada, dan tuntutan kenaikan upah ketenagakerjaan, secara tidak langsung akan mempengaruhi
16
kinerja sektor riil. Selain itu faktor eksternal antara lain dampak terjadinya perubahan ekonomi global khususnya pasar bebas,
fluktuasi perekonomian negara-negara maju dan perubahan harga minyak dunia yang belum stabil akan menj adi perhatian sehingga
tidak akan berdampak serius terhadap kondisi perekonomian daerah. Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Nasional dan peranan
Provinsi Jawa Tengah dalam Koridor Ekonomi Jawa, maka tantangan ke depan yang dihadapi adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi
yang berkualitas dan merata melalui peningkatan kualitas produk barang dan jasa secara lebih kompetitif, perekonomian berbasis
pertanian dan UMKM, dengan mendorong kemandirian ekonomi dan daya saing produk-produk lokal dan UMKM di pasar regional ataupun
global dengan tetap mengacu pada Standar Mutu Nasional maupun Standar Mutu I nternasional serta kej elasan akan Hak Atas Kekayaan
I ntelektual HAKI . Di sisi lain meningkatkan pendapatan perkapita dan mengurangi pengangguran, sehingga dapat mewujudkan
masyarakat yang semakin sejahtera, mandiri, berkemampuan dan berdaya saing tinggi dalam lingkungan alam yang lestari.
Penguatan struktur perekonomian tersebut akan semakin mendekati riil dengan komposisi perkiraan berbagai indikator
perekonomian sebagai berikut:
TABEL I I .3 ASUMSI DASAR EKONOMI JAWA TENGAH 2012
NO I NDI KATOR MAKRO AWAL
1. PDRB
Atas Dasar Harga Berlaku ADHB triliun rupiah Atas Dasar Harga Konstan ADHK triliun rupiah
501,676 211,097
2. PDRB kapita
Atas Dasar Harga Berlaku ADHB juta rupiah Atas Dasar Harga Berlaku ADHK juta rupiah
15,493 6,519
3. Laju Pertumbuhan Ekonomi
6,25-6,75 4.
I nflasi 4 - 6
Sumber: RKPD pemprov jateng 2012
Untuk perekonomian Jawa Tengah pada triwulan I -2012 meningkat sebesar 6,7 q to q atau 6,1 yoy. Pertumbuhan
17
terjadi pada sektor pertanian, pertambangan dan penggalian sert a sektor keuangan-real estate-j asa perusahaan. Pertumbuhan tertinggi
dihasilkan oleh sektor pertanian sebesar 44,4 karena panen raya tanaman pangan yang terjadi pada triwulan-I Tahun 2011. Nilai PDRB
triwulan I Tahun 2012 Atas Dasar Harga berlaku ADHB mencapai Rp. 135,142,5 milyar sedangkan Atas Dasar Harga Konstan ADHK
mencapai sebesar Rp. 52.129,9 milyar. Sementara itu laju inflasi Jawa Tengah pada triwulan I -2012
tercatat sebesar 0,08 dibandingkan dengan Triwulan I V 2011. Laju inflasi Jawa Tengah sampai dengan triwulan-I 2012 lebih rendah
dibandingkan dengan laju inflasi nasional sampai dengan triwulan I - 2012 sebesar 0,21 q to q. Prediksi angka inflasi Provinsi Jaw a
Tengah tahun 2011 berkisar antara ± 5 .
TABEL I I .4 PERKEMBANGAN I NDI KATOR EKONOMI PROVI NSI JATENG
TAHUN 2012 TRI WULAN I
NO I NDI KATOR EKONOMI SATUAN PER TRI WULAN I 2012
1. I nflasi
Naik 0,08 q to q 2.
ADHB 135.142,5 miliar rupiah
3. ADHK
52.129,9 miliar rupiah 6.
Pertumbuhan ekonomi 6,7 q to q atau 6,1 yoy
Sumber: BPS Provinsi Jateng dalam http: www.bpsjateng.go.id.
3. Kondisi Perekomonian Kota Surakarta
Pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta tahun 2012 diprediksi sebesar 6,07 . Kontibusi terbesar masih berasal dari sektor tersier
dan sekunder, dimana sektor jasa-jasa diprediksi memberi kontribusi terbesar sebesar 10,99 , sektor listrik, gas dan air bersih
sebesar 7,25 dan sektor peangkutan dan komunikasi sebesar 6,83 . PDRB atas dasar harga berlaku ADHB sebesar Rp.
11.787.353,74 juta rupiah sedangkan PDRB atas dasar harga konstan ADHK sebesar Rp. 5.740.237,91 juta rupiah.
18
TABEL I I .5 PERUBAHAN ASUMSI DASAR EKONOMI
KOTA SURAKARTA TAHUN 2012
NO I NDI KATOR MAKRO
AWAL PERUBAHAN
1. PDRB
Atas Dasar Harga Berlaku ADHB juta rupiah
Atas Dasar
Harga Konstan
ADHK juta rupiah 11.020.163,56
5.742.409,96 11.787.353,74
5.740.237,91
2. PDRB kapita
Atas Dasar Harga Berlaku ADHB juta rupiah
Atas Dasar Harga Berlaku ADHK juta rupiah
- -
22.888.065,51 11.146.093,03
3. Laju Pertumbuhan Ekonomi
6,11 6,07
4. I nflasi
- 4,5
Sumber: BPS Kota Surakarta, 2012
Untuk Kota Surakarta inflasi sampai dengan Triwulan I -Tahun 2012 lebih rendah dibandingkan dengan inflasi Provinsi Jateng dan
angka inflasi nasional. Sampai dengan bulan Mei 2012 Kota Surakart a justru mengalami inflasi 0,74 year to date atau inflasi sebesar
4,16 year on year. Terkendalinya angka inflasi di Kota Surakart a karena kontinuitas pasokan pangan yang relatif lancar dan mencukupi
kebutuhan. Secara umum berdasarkan indikator ekonomi makro pada skala
nasional, Provinsi Jateng dan Kota Surakarta arah kegiatan ekonomi tahun 2012 diprediksi masih memberi sinyal yang positif karena faktor
fundamental ekonomi nasional dan daerah, ditengah ancaman ekonomi global yang melambat akibat krisis utang di Eropa dan
Amerika Serikat dan issue energi, utamanya kenaikan harga minyak dunia yang dipengaruhi konflik di timur tengah.
Dalam rangka mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi daerah yang tinggi dan berkualitas tersebut, APBD sebagai instrumen
utama kebijakan fiskal dirancang untuk menjalankan fungsinya baik sebagai alat stabilisasi ekonomi, alat alokasi sumber daya untuk
menggerakkan ekonomi,
maupun alat
memperbaiki distribusi
pendapatan. Kebijakan alokasi anggaran dalam APBD akan diarahkan
19
kepada upaya memacu pertumbuhan ekonomi lokal yang selanjutnya diharapkan dapat menimbulkan efek spiral bagi peningkatan PAD.
B. PERUBAHAN KEBI JAKAN PENDAPATAN DAERAH