Metode Analisis Data METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian

setara dengan Rp 11.000, maka harga karbon sekitar Rp 100.320ton. Menurut Suprihatno . 2012, pendugaan stok karbon bambu Skb didapat dari model alometrik berbentuk polinomial pada persamaan sebagai berikut: Y = -274,64 + 362,45X - 59,81X2 + 3,1595X3....4 Keterangan: Y Skb = Stok karbon bambu g Cbatang X = Tinggi tanaman m Persamaan ini menghasilkan besarnya Skb yang kemudian dikalikan dengan jumlah batang bambu keseluruhan Skbt dan jumlah batang bambu masak tebang atau siap dipanen Skbmt. Besarnya stok karbon bambu sisa Skbs diperoleh dari selisih antara Skbt dengan Skbmt. Nilai Pencegahan Erosi NPE Contingent Valuation Method CVM Metode valuasi kontingensi CVM digunakan untuk menghitung nilai pilihan sumberdaya bambu. Menurut Fauzi 2006, metode CVM secara teknis dapat dilakukan dengan dua cara yaitu teknik eksperimental melalui simulasi dan teknik survei. Teknik ini didekati dengan survei untuk menanyakan masyarakat tentang nilai atau harga et al 3. Menurut penelitian yang telah dilakukan Sutono . 2003, Rasyid 2005, Supriatna 2006, dan Irawan 2007, metode biaya pengganti dapat digunakan untuk menilai sumberdaya atau lahan sebagai pencegah erosi. Tahapan penentuan NPE sumberdaya bambu adalah sebagai berikut: 1. ∆ erosi = Kemampuan lahan kebunhutan bambu menahan laju erosi tonha thn = Laju erosi lahan non bambu laju erosi areal bambu 2. Kandungan unsur hara yang hilang = ∆ erosi x kandungan unsur hara awal 3. Menghitung jumlah pupuk yang ekuivalen dengan kandungan unsur hara yang hilang 4. Nilai pencegahan erosi didekati dengan biaya pengganti yaitu harga pupuk yang dibutuhkan untuk mengembalikan kandungan unsur hara yang hilang 5. Nilai pencegahan erosi total NPET = NPE x luas lahan bambu 4. et al replacement cost method Keterangan: n = ukuran sampel - = proporsi populasi diasumsikan 0,5 e = presisi relatif 10 N = jumlah populasi Penelitian ini menggunakan beberapa pendekat- an dalam menentukan nilai guna langsung, nilai guna tidak langsung, dan nilai pilihan sumberdaya bambu, sebagai berikut. 1. Nilai Tegakan Sumberdaya Bambu Menurut Davis dan Johnson 1987, formulasi untuk memperkirakan nilai tegakan bambu dengan metode nilai sisa turunan adalah: NT = HP - Bp + Bo + S - MKR ...........................1 Keterangan: NT = Nilai tegakan sumberdaya bambu Rp tahun HP = Harga jual produk akhir Rptahun Bp = Biaya pemanenan Rptahun Bo = Biaya pengolahan Rptahun S = Penyusutan Rptahun MKR = Marjin keuntungan dan resiko usaha Rptahun dengan rumus sebagai berikut: MKR = ...................................................2 Keterangan: Rk = Rasio keuntungan 2. Nilai Stok Karbon NSK Penentuan nilai stok karbon menggunakan pendekatan harga karbon yang berlaku di pasar internasional, menggunakan rumus sebagai berikut: NSK = Skb x Hk ......................................................3 Keterangan: NSK = Nilai stok karbon Rphatahun Hk = Harga karbon Rpt C Skb = Stok karbon bambu g Cbatang z = deviasi normal standar pada α = 5 di asumsikan 2 p

D. Metode Analisis Data

Harga karbon diasumsikan sebesar USD 9,12t C Asmani ., 2010 atau apabila nilai USD 1 et al Rk x HP 1 + Rk 94 JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 11 No. 2 Juni 2014, Hal. 91 - 105 memiliki serat yang panjang, kuat, dan lentur Nafed, 2011. Bambu mayan biasa digunakan oleh masyarakat sebagai bahan baku sumpit. Walaupun bukan jenis bambu yang sering diproduksi, namun bambu mayan memberikan kontribusi yang cukup besar dalam memenuhi kebutuhan hidup masyarakat di Kecamatan Sajira. Bambu hitam sering di- manfaatkan masyarakat Kecamatan Sajira sebagai bahan baku sumpit dan kipas sate. Bambu betung adalah jenis bambu yang biasa digunakan masyarakat Sajira sebagai bahan baku bangunan karena memiliki serat yang besar dan ruas yang panjang Nafed, 2011. Selain itu, bambu ini biasa digunakan sebagai saluran air dan beberapa jenis kerajinan seperti tampah, pengukus nasi dan tempat nasi. Bambu ampel adalah jenis bambu yang jarang diproduksi di Kecamatan Sajira. Walaupun demikian, bambu ini sering dimanfaatkan masyarakat Sajira sebagai bahan baku sumpit. Rumpun bambu ini mempunyai kemampuan cepat tumbuh, akarnya dapat mengawetkan tanah dan mengurangi erosi sehingga berpotensi melestarikan lingkungan. Berikut ini adalah jenis-jenis produk akhir bambu beserta jumlah bahan baku yang digunakan, harga olahan bambu dan frekuensi pengambilan bambu dari hasil wawancara dengan responden pengrajin bambu di Kecamatan Sajira yang tersaji pada Tabel 1. Gigantochloa robusta Gigantochloa atter Gigantochloa asper Bambusa vulgaris yang mereka berikan terhadap jenis bambu atau belum memiliki harga pasar seperti barang lingkungan. 5. Nilai Ekonomi Total Bambu Nilai total dari sumberdaya bambu merupakan penjumlahan seluruh nilai ekonomi dari manfaat sumberdaya bambu yang telah diidentifikasi dan dikuantifikasi ke dalam nilai uang. Nilai manfaat total tersebut dirumuskan sebagai berikut: NET = NGL + NGTL + NP ................................5 Keterangan NET : Nilai ekonomi total NGL : Nilai guna langsung NGTL : Nilai guna tidak langsung NP : Nilai pilihan Berdasarkan wawancara terhadap responden diketahui bahwa produk akhir bambu berupa kerajinan tangan anyaman terdiri dari tampah nyiru, pengukus nasi aseupan, kipas sate hihid, tempat nasi boboko dan sumpit. Bambu apus merupakan jenis yang sering diproduksi sebagai anyaman seperti kipas sate hihid, pengukus nasi aseupan, tampah nyiru, tempat nasi boboko, dan sumpit. Bambu apus lesser known species Gigantochloa apus

III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Nilai Guna Langsung