Studi Sebaran Spasial Berbagai Golongan Pestisida Pada Lahan Pertanian Kentang Di Desa Kepakisan Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara Tahun 2013.
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI & KOMUNIKASI TERAPAN 2013 (SEMANTIK 2013)
Semarang, 16 November 2013
ISBN: 979-26-0266-6
Studi Sebaran Spasial Berbagai Golongan Pestisida Pada Lahan
Pertanian Kentang Di Desa Kepakisan Kecamatan Batur
Kabupaten Banjarnegara Tahun 2013
Eny Sofiyatun1, Dwi Atin Faidah2, Wahyu Nur Setiawan3
1,2,3
Prodi Kesehatan Lingkungan, Politeknik Banjarnegara 53482
Email: [email protected]
ABSTRAK
Pertanian hortikultura yang maju dan menjadi komoditi Kabupaten Banjarnegara adalah kentang, khususnya di Kecamatan
Batur. Pertanian kentang tersebut menggunakan pestisida kimia/buatan dalam upaya pengendalian hama. Penggunaan pestisida
yang berlebihan dapat menimbulkan keracunan bagi petani. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran sebaran
spasial penggunaan pestisida pada lahan pertanian kentang. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross
sectional. Subyek penelitian adalah petani kentang dan lahan pertaniannya, lokasi unit pelayanan kesehatan serta pemukiman
penduduk.. Instrumen penelitian dengan menggunakan Global Positioning System (GPS) dan data diolah menggunakan software
ArcView. Hasil penelitian menunjukkan pestisida yang digunakan meliputi 3 golongan, yaitu organofosfat, karbamat dan
organokhlorin (50% petani), usia petani 31-40 tahun, jarak pemukiman dengan pelayanan kesehatan 4-10km dengan akses jalan
mudah ditempuh. Upaya penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dan memperhatikan arah angin pada saat aplikasi pestisida
perlu ditingkatkan guna mengurangi risiko keracunan pestisida.
Kata kunci: pestisida, pertanian kentang, spasial
1. PENDAHULUAN
Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman yang dapat tumbuh di daerah tropik dan sub tropik. Tanaman ini
berasal dari Amerika Selatan yang selanjutnya dibawa oleh penjajah Eropa yang dating ke Indonesia.
Upaya peningkatan mutu dan produktivitas hasil pertanian kentang tidak terlepas dari penggunaan pestisida untuk membasmi hama
tanaman. Namun, penggunaan pestisida yang berlebihan dan tidak terkendali dapat memberikan risiko keracunan bagi petani 5.
Pada umumnya, petani kurang menyadarinya karena gejala keracunan pestisida tidak tampak jelas karena seperti penyakit biasa
seperti pusing, mual dan lemah. Gejala tersebut dianggap tidak memerlukan terapi dan pengobatan khusus1.
Persebaran pestisida pada petani kentang pada umumnya adalah golongan organofosfat, karbamat dan organoklorin yang dapat
menimbulkan gejala anemia1. Penggunaan pestisida golongan organoklorin juga menyebabkan keracunan kronis bagi manusia dan
sulit terurai di lingkungan5.
Bahaya yang ditimbulkan pestisida bagi lingkungan dan manusia memerlukan visualisasi distribusi dan persebaran pestisida pada
lahan pertanian kentang secara spasial berdasarkan golongan pestisida, sehingga dapat diketahui dengan mudah dan akurat melalui
citra pemetaan. Metode yang tepat digunakan adalah Sistem Informasi Geografis (SIG). SIG adalah sistem informasi berbasis
komputer untuk memasukkan, mengolah dan menganalisa data-data obyek permukaan bumi dalam bentuk grafis, koordinat,
database, yang hasilnya dapat menggambarkan fenomena keruangan (spasial) dan dapat digunakan sebagai basis informasi untuk
pengambilan keputusan di berbagai bidang, khususnya dalam hal ini terkait dengan persebaran pestisida2,3. Data lokasi dan
persebaran yang dihasilkan SIG dapat membantu bidang epidemiologi dengan memberikan petunjuk lokasi paling tepat dalam
pemberian intervensi kesehatan yang efektif.
2. METODE PENELITIAN
2.1. Waktu dan Lokasi
Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juli 2012 di lahan pertanian kentang Desa Kepakisan, Kecamatan Batur, Kabupaten
Banjarnegara.
2.2. Subyek Penelitian
Lahan pertanian kentang, lokasi Unit Pelayanan Kesehatan serta tempat pembuangan sampah atau bungkus pestisida yang
dibuang oleh petani. Jumlah subyek adalah semua lahan pertanian kentang yang terletak di 4 dusun di Desa Kepakisan.
Subyek diambil melalui pengukuran titik koordinat lokasi penelitian sebagai sumber data primer. Sedangkan data sekunder
dikumpulkan dari dokumen gambar dan hasil pencatatan mengenai distribusi dan peredaran pestisida dari Kantor Desa,
443
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI & KOMUNIKASI TERAPAN 2013 (SEMANTIK 2013)
Semarang, 16 November 2013
ISBN: 979-26-0266-6
Puskesmas, Kantor Kecamatan, Dinas Kesehatan dan Dinas Pertanian. Data umum misalnya mengenai demografi, topografi,
peta wilayah kecamatan dan peta tata guna lahan juga diperlukan sebagai dat penunjang.
2.3. Alat Pengumpul Data
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS (Global Positioning System), form pencatatan titik koordinat, alat tulis
dan software ArcView.
2.4. Analisis Data
Analisis data persebaran pestisida dilakukan secara deskriptif yaitu secara spasial dan temporal untuk memperoleh gambaran
distribusi dan persebaran pestisida golongan organofosfat, karbamat dan organoklorin. Data SIG dikumpulkan, disimpan
kemudian ditampilkan dalam bentuk peta digital dengan program ArcView GIS kemudian dianalasis secara deskriptif.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
Desa Kepakisan merupakan salah satu desa di Kecamatan Batur yang terletak di bagian ujung utara. Batas administrasi Desa
Kepakisan meliputi:
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Batang
b. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Karang Tengah.
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Pejawaran
d. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Pekasiran
Desa ini terletak pada ketinggian 1834 mdpl, dengan keadaan suhu 15-170C dengan luas wilayah ±554,882 Ha. Luas lahan
pertanian 323 Ha, tanah pekarangan 49,672 Ha, hutan Negara 168 Ha dan jenis penggunaan lahan lainnya 14,735 Ha. Jumlah
penduduk laki-laki 1260 jiwa dan perempuan 1434 jiwa, dengan mata pencaharian utama petani penggarap lahan kentang.
Kepala keluarga berjumlah 794 dengan 508 diantaranya tergolong keluarga miskin. Pendidikan tertinggi penduduk adalah
lulusan SLTP.
1.
Sebaran Pestisida Berdasarkan Tempat
Desa Kepakisan meliputi empat dusun, yaitu Dusun Bitingan, Kepakisan, Sekalam dan Serangan. Persebaran pestisida
berdasarkan tempat ditunjukkan pada Gambar 1 di bawah ini:
Gambar 1. Peta sebaran penggunaan pestisida di Desa Kepakisan Tahun 2012
444
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI & KOMUNIKASI TERAPAN 2013 (SEMANTIK 2013)
Semarang, 16 November 2013
ISBN: 979-26-0266-6
Proses identifikasi berbagai golongan pestisida dilakukan dengan cara memungut dan mengumpulkan kemasan pestisida yang
dibuang oleh petani di sekitar area lahan pertanian kentang. Kemasan pestisida menunjukkan pula bahan aktif yang terkandung.
Hasil pengumpulan kemasan pestisida ditunjukkan pada Tabel 1 di bawah ini:
Tabel 1. Hasil Pengumpulan Kemasan Pestisida pada Lahan Pertanian Kentang Desa Kepakisan Tahun 2012
2.
Jenis Pestisida
Fungisida A
Bentuk
Tepung
Bahan Aktif
Simoksanil 20%
Golongan
Organofosfat
Fungisida B
Fungisida C
Insektisida A
Tepung
Tepung
Cair
Fungisida D
Tepung
Fungisida E
Fungisida F
Fungisida G
Tepung
Tepung
Tepung
Fungisida H
Tepung
Fungisida I
Tepung
Klorotalonil 20%
Dimetomorf 50%
Klorotanili Prol
Simoksanil 8%
dan
Mankozeb 64%
Mankozeb 80%
Mankozeb 80%
Klorotalonil 75%
Simoksanil 8,36%
dan
Mankozeb 64,64%
Floupikolid 6%
dan
Fungisida J
Fungisida K
Fungisida L
Tepung
Tepung
Tepung
Fungisida M
Cair
Propineb 66,7%
Mankozeb 80%
Maneb 82%
Mankozeb 80%
B.S Alkylated 225
g/l &
P.E Alkylated 75
g/l
Jumlah
2
Organofosfat
Karbamat
Organoklorin
Konsentrasi
2-3 g/l
0,375-0,75
g/l
0,5 g/l
2-3 g/l
Organofosfat
0,5 g/l
7
Organofosfat
Organofosfat
Organofosfat
1-2 g/l
1-2 g/l
0,75-1,50 g/l
2
3
4
Organofosfat
2-4g/l
2
Organofosfat
10001500g/Ha
1
Organofosfat
Organofosfat
Organofosfat
1,5-3 g/l
2-4 g/l
2-4 g/l
2
2
11
0,5 g/l
6
Karbamat
3
4
3
Sebaran Pestisida Berdasarkan Orang
a. Menurut golongan umur
Hasil wawancara terhadap penduduk Desa Kepakisan menunjukkan bahwa penggunaan pestisida didominasi oleh
kelompok umur >20 tahun. Kegiatan wawancara dilakukan terhadap penduduk yang pada saat itu bekerja di lahan
pertanian baik di lahan sendiri maupun orang lain. Hasil tersebut ditunjukkan pada Gambar 2 di bawah ini:
Gambar 2. Jumlah penggunaan pestisida berdasarkan umur
445
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI & KOMUNIKASI TERAPAN 2013 (SEMANTIK 2013)
Semarang, 16 November 2013
b.
ISBN: 979-26-0266-6
Menurut Jenis Mata Pencaharian
Persebaran pestisida menurut mata pencaharian didominasi oleh buruh tani, sedangkan posisi kedua adalah para
petani pemilik lahan. Tabel 2 di bawah ini menunjukkan hasil survei tersebut:
Tabel 2. Penggunaan pestisida berdasarkan pekerjaan di Desa Kepakisan Tahun 2012
No.
Mata Pencaharian
Jumlah Penggunaan Pestisida dalam 1 tahun
1
PNS
24
3
2
Swasta
63
9
3
Petani
180
24
4
Buruh tani
450
60
5
Jasa Angkutan
6
Lainnya
Jumlah Total
3.
Prosentase (%)
0
0
29
4
746
100
Sebaran Penggunaan Pestisida Berdasarakan Waktu
Peredaran dan penjualan pestisida di Kecamatan Batur khususnya di Desa Kepakisan mengalami peningkatan signifikan
dari tahun ke tahun, terutama golongan organofosfat. Peningkatan tersebut ditunjukkan pada Gambar 3 di bawah ini:
Gambar 3. Grafik jumlah penggunaan pestisida di Desa Kepakisan Tahun 2007-2011
4.
Buffer Lokasi Penggunaan Pestisida dengan Wilayah Pemukiman
Jarak lahan pertanian kentang dengan daerah pemukiman penduduk dapat diketahui dengan analisis buffer, yaitu pada
lahan tersebut merupakan tempat diaplikasikannya beberapa macam golongan pestisida yang dapat membahayakan
kesehatan apabila residu pestisida tersebut terbawa angin hingga ke pemukiman warga. Analisis buffer digunaan untuk
menghitung jarak terdekat antara lahan pertanian kentang dengan lokasi pemukiman penduduk yang ditunjukkan pada
Gambar 4.
446
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI & KOMUNIKASI TERAPAN 2013 (SEMANTIK 2013)
Semarang, 16 November 2013
ISBN: 979-26-0266-6
Gambar 4. Buffer/radius lokasi lahan pertanian dengan pemukiman penduduk
di Desa Kepakisan Tahun 2012
5.
Buffer/Jarak Lokasi Akses Pelayanan Kesehatan dengan Pemukiman
Lokasi unit pelayanan kesehatan setempat merupakan sarana yang penting dalam upaya pemberian informasi mengenai
penggunaan pestisida yang benar, risiko dan cara pertolongan pertama apabila petani mengalami keracunan pestisida.
Hasil analisis ditunjukkan pada Gambar 5 di bawah ini:
Gambar 5. Buffer/jarak pemukiman penduduk dengan Puskesmas 1 Batur
447
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI & KOMUNIKASI TERAPAN 2013 (SEMANTIK 2013)
Semarang, 16 November 2013
ISBN: 979-26-0266-6
Gambar 6. Buffer/jarak pemukiman penduduk dengan Puskesmas 2 Batur
Desa Kepakisan diapit oleh dua Puskesmas Kecamatan batur sehingga diharapkan penduduk dapat dengan mudah
memperoleh pertolongan pertama apabila terjadi keracunan pestisida. Jarak tempuh terdekat adalah 4 km dengan
Puskesmas 2 Batur, tetapi medan sulit dilalui. Jarak terjauh yaitu 9 km dengan Puskesmas 1 Batur dengan akses jalan
yang cukup mudah dan sarana transportasi memadai.
3.2. Pembahasan
Penggunaan pestisida di Desa Kepakisan beragam, yaitu dengan cara disemprotkan atau ditaburkan pada tanaman. Petani
bertujuan untuk mengendalikan serangan jamur dan serangga yang dapat menyebabkan tanaman kentang menjadi busuk dan
layu. Persebaran pestisida di Desa Kepakisan merata di empat dusun dengan jenis pestisida disesuaikan dengan kondisi hama
(Tabel 1). Jarak antara lahan pertanian dengan pemukiman penduduk tidak lebih dari 100 meter (Gambar 4).
Hasil penelitian pada Gambar 2 dan 3 serta Tabel 2 menunjukkan tingginya penggunaan pestisida di Desa Kepakisan sehingga
perlu dilakukan pengawasan, bukan hanya petani atau pekerja penyemprot pestsida tetapi juga keluarga dan tetangga yang
berdekatan (terutama ibu hamil dan balita). Referensi (1,4,5) mengemukakan bahwa masuknya pestisida ke dalam tubuh
manusia dapat melalui beberapa cara yaitu kulit (sub-cutan), pernafasan (inhalasi), dan mulut (oral). Proses keracunan pada
petani penyemprot 90% melalui kulit, sedangkan sisanya melalui pernafasan 4,5,6. Tingkat keracunan pada petani dapat
diketahui dengan pengukuran kadar enzim kholinesterase dalam tubuh 6.
Kecamatan Batur merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Banjarnegara yang menjadi perhatian Komisi Pestisida
(Kompes) melalui Dinas Kesehatan Kabupaten. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah akibat fatal bagi manusia dan
lingkungan. Upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari pencemaran udara dan pemukiman akibat residu pestisida antara
lain dengan memberikan penutup/atap di atas pakaian yang dijemur, menutup pintu dan jendela rumah pada saat kecepatan
angin tinggi. Upaya menurunkan residu pestisida di tanah dapat dilakukan dengan menanam tanaman semak atau perdu yang
dapat menyerap zat-zat toksik pestisida.
448
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI & KOMUNIKASI TERAPAN 2013 (SEMANTIK 2013)
Semarang, 16 November 2013
ISBN: 979-26-0266-6
Analisis buffer antara pemukiman penduduk dengan unit pelayanan kesehatan pada Gambar 5 dan 6 menunjukkan bahwa
Puskesmas 2 Batur merupakan sarana kesehatan terdekat, tetapi akses jalan rusak dan medan sulit. Hal ini juga menjadi
hambatan bagi penduduk Desa Kepakisan untuk memperoleh informasi dan penanganan kesehatan terkait risiko residu
pestisida.
4.
PENUTUP
Peta sebaran spasial penggunaan pestisida merata di empat dusun Desa Kepakisan dengan pengguna pestisida tertinggi petani
(31-40 tahun). Jarak daerah buffer tempat penggunaan pestida tidak lebih 100 meter dengan lokasi pemukiman penduduk.
Jarak pemukiman dengan unit pelayanan kesehatan terdekat 4 km dan terjauh 9 km. Hasil tersebut merekomendasikan agar
petani menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) pada saat aplikasi pestisida dan memperatikan arah serta kecepatan angin
untuk menurunkan risiko keracunan residu pestisida.
5.
DAFTAR PUSTAKA
[1] A. Runia, “Faktor-faktor yang berhubungan dengan keracunan pestisida organofosfat, karbamat dan kejadian anemia pada
petani hortikultura di Desa Tejosari Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang”, Semaranga, Jurnal Magister Kesehatan
Lingkungan UNDIP, 2008.
[2] D.P. Suharyadi, “Sistem Informasi Geografis: konsep dasar dan beberapa catatan perkembangannya saat ini dalam sains
informasi geografis”, Yogyakarta, Jurusan Kartografi dan Penginderaan Jauh Fakultas Geografi UGM, 2004.
[3] E. Prahasta, “Sistem Informasi Geografis: Konsep-konsep Dasar”, Bandung, Informatika, 2001.
[4] H.S. Lubis, “Deteksi dini dan penatalaksanaan pestisida golongan organofosfat pada tenaga kerja”, Sumetera Utara, USU
Press, 2008.
[5] R.C. Tarumingkeng, “Insektisida: Sifat, mekanisme kerja dan dampak penggunaannya”, UKRIDA Press, 1992.
[6] R. Mariani, D. Iwan, dan S. Nani, “Pengaruh istirahat terhadap aktivitas kholinesterase petani penyemprot pestisida
organofosfat di Kecamatan Pacet Jawa Barat”, Badan Litbangkes Jawa Barat, 2005.
449
Semarang, 16 November 2013
ISBN: 979-26-0266-6
Studi Sebaran Spasial Berbagai Golongan Pestisida Pada Lahan
Pertanian Kentang Di Desa Kepakisan Kecamatan Batur
Kabupaten Banjarnegara Tahun 2013
Eny Sofiyatun1, Dwi Atin Faidah2, Wahyu Nur Setiawan3
1,2,3
Prodi Kesehatan Lingkungan, Politeknik Banjarnegara 53482
Email: [email protected]
ABSTRAK
Pertanian hortikultura yang maju dan menjadi komoditi Kabupaten Banjarnegara adalah kentang, khususnya di Kecamatan
Batur. Pertanian kentang tersebut menggunakan pestisida kimia/buatan dalam upaya pengendalian hama. Penggunaan pestisida
yang berlebihan dapat menimbulkan keracunan bagi petani. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran sebaran
spasial penggunaan pestisida pada lahan pertanian kentang. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross
sectional. Subyek penelitian adalah petani kentang dan lahan pertaniannya, lokasi unit pelayanan kesehatan serta pemukiman
penduduk.. Instrumen penelitian dengan menggunakan Global Positioning System (GPS) dan data diolah menggunakan software
ArcView. Hasil penelitian menunjukkan pestisida yang digunakan meliputi 3 golongan, yaitu organofosfat, karbamat dan
organokhlorin (50% petani), usia petani 31-40 tahun, jarak pemukiman dengan pelayanan kesehatan 4-10km dengan akses jalan
mudah ditempuh. Upaya penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dan memperhatikan arah angin pada saat aplikasi pestisida
perlu ditingkatkan guna mengurangi risiko keracunan pestisida.
Kata kunci: pestisida, pertanian kentang, spasial
1. PENDAHULUAN
Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman yang dapat tumbuh di daerah tropik dan sub tropik. Tanaman ini
berasal dari Amerika Selatan yang selanjutnya dibawa oleh penjajah Eropa yang dating ke Indonesia.
Upaya peningkatan mutu dan produktivitas hasil pertanian kentang tidak terlepas dari penggunaan pestisida untuk membasmi hama
tanaman. Namun, penggunaan pestisida yang berlebihan dan tidak terkendali dapat memberikan risiko keracunan bagi petani 5.
Pada umumnya, petani kurang menyadarinya karena gejala keracunan pestisida tidak tampak jelas karena seperti penyakit biasa
seperti pusing, mual dan lemah. Gejala tersebut dianggap tidak memerlukan terapi dan pengobatan khusus1.
Persebaran pestisida pada petani kentang pada umumnya adalah golongan organofosfat, karbamat dan organoklorin yang dapat
menimbulkan gejala anemia1. Penggunaan pestisida golongan organoklorin juga menyebabkan keracunan kronis bagi manusia dan
sulit terurai di lingkungan5.
Bahaya yang ditimbulkan pestisida bagi lingkungan dan manusia memerlukan visualisasi distribusi dan persebaran pestisida pada
lahan pertanian kentang secara spasial berdasarkan golongan pestisida, sehingga dapat diketahui dengan mudah dan akurat melalui
citra pemetaan. Metode yang tepat digunakan adalah Sistem Informasi Geografis (SIG). SIG adalah sistem informasi berbasis
komputer untuk memasukkan, mengolah dan menganalisa data-data obyek permukaan bumi dalam bentuk grafis, koordinat,
database, yang hasilnya dapat menggambarkan fenomena keruangan (spasial) dan dapat digunakan sebagai basis informasi untuk
pengambilan keputusan di berbagai bidang, khususnya dalam hal ini terkait dengan persebaran pestisida2,3. Data lokasi dan
persebaran yang dihasilkan SIG dapat membantu bidang epidemiologi dengan memberikan petunjuk lokasi paling tepat dalam
pemberian intervensi kesehatan yang efektif.
2. METODE PENELITIAN
2.1. Waktu dan Lokasi
Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juli 2012 di lahan pertanian kentang Desa Kepakisan, Kecamatan Batur, Kabupaten
Banjarnegara.
2.2. Subyek Penelitian
Lahan pertanian kentang, lokasi Unit Pelayanan Kesehatan serta tempat pembuangan sampah atau bungkus pestisida yang
dibuang oleh petani. Jumlah subyek adalah semua lahan pertanian kentang yang terletak di 4 dusun di Desa Kepakisan.
Subyek diambil melalui pengukuran titik koordinat lokasi penelitian sebagai sumber data primer. Sedangkan data sekunder
dikumpulkan dari dokumen gambar dan hasil pencatatan mengenai distribusi dan peredaran pestisida dari Kantor Desa,
443
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI & KOMUNIKASI TERAPAN 2013 (SEMANTIK 2013)
Semarang, 16 November 2013
ISBN: 979-26-0266-6
Puskesmas, Kantor Kecamatan, Dinas Kesehatan dan Dinas Pertanian. Data umum misalnya mengenai demografi, topografi,
peta wilayah kecamatan dan peta tata guna lahan juga diperlukan sebagai dat penunjang.
2.3. Alat Pengumpul Data
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS (Global Positioning System), form pencatatan titik koordinat, alat tulis
dan software ArcView.
2.4. Analisis Data
Analisis data persebaran pestisida dilakukan secara deskriptif yaitu secara spasial dan temporal untuk memperoleh gambaran
distribusi dan persebaran pestisida golongan organofosfat, karbamat dan organoklorin. Data SIG dikumpulkan, disimpan
kemudian ditampilkan dalam bentuk peta digital dengan program ArcView GIS kemudian dianalasis secara deskriptif.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
Desa Kepakisan merupakan salah satu desa di Kecamatan Batur yang terletak di bagian ujung utara. Batas administrasi Desa
Kepakisan meliputi:
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Batang
b. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Karang Tengah.
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Pejawaran
d. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Pekasiran
Desa ini terletak pada ketinggian 1834 mdpl, dengan keadaan suhu 15-170C dengan luas wilayah ±554,882 Ha. Luas lahan
pertanian 323 Ha, tanah pekarangan 49,672 Ha, hutan Negara 168 Ha dan jenis penggunaan lahan lainnya 14,735 Ha. Jumlah
penduduk laki-laki 1260 jiwa dan perempuan 1434 jiwa, dengan mata pencaharian utama petani penggarap lahan kentang.
Kepala keluarga berjumlah 794 dengan 508 diantaranya tergolong keluarga miskin. Pendidikan tertinggi penduduk adalah
lulusan SLTP.
1.
Sebaran Pestisida Berdasarkan Tempat
Desa Kepakisan meliputi empat dusun, yaitu Dusun Bitingan, Kepakisan, Sekalam dan Serangan. Persebaran pestisida
berdasarkan tempat ditunjukkan pada Gambar 1 di bawah ini:
Gambar 1. Peta sebaran penggunaan pestisida di Desa Kepakisan Tahun 2012
444
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI & KOMUNIKASI TERAPAN 2013 (SEMANTIK 2013)
Semarang, 16 November 2013
ISBN: 979-26-0266-6
Proses identifikasi berbagai golongan pestisida dilakukan dengan cara memungut dan mengumpulkan kemasan pestisida yang
dibuang oleh petani di sekitar area lahan pertanian kentang. Kemasan pestisida menunjukkan pula bahan aktif yang terkandung.
Hasil pengumpulan kemasan pestisida ditunjukkan pada Tabel 1 di bawah ini:
Tabel 1. Hasil Pengumpulan Kemasan Pestisida pada Lahan Pertanian Kentang Desa Kepakisan Tahun 2012
2.
Jenis Pestisida
Fungisida A
Bentuk
Tepung
Bahan Aktif
Simoksanil 20%
Golongan
Organofosfat
Fungisida B
Fungisida C
Insektisida A
Tepung
Tepung
Cair
Fungisida D
Tepung
Fungisida E
Fungisida F
Fungisida G
Tepung
Tepung
Tepung
Fungisida H
Tepung
Fungisida I
Tepung
Klorotalonil 20%
Dimetomorf 50%
Klorotanili Prol
Simoksanil 8%
dan
Mankozeb 64%
Mankozeb 80%
Mankozeb 80%
Klorotalonil 75%
Simoksanil 8,36%
dan
Mankozeb 64,64%
Floupikolid 6%
dan
Fungisida J
Fungisida K
Fungisida L
Tepung
Tepung
Tepung
Fungisida M
Cair
Propineb 66,7%
Mankozeb 80%
Maneb 82%
Mankozeb 80%
B.S Alkylated 225
g/l &
P.E Alkylated 75
g/l
Jumlah
2
Organofosfat
Karbamat
Organoklorin
Konsentrasi
2-3 g/l
0,375-0,75
g/l
0,5 g/l
2-3 g/l
Organofosfat
0,5 g/l
7
Organofosfat
Organofosfat
Organofosfat
1-2 g/l
1-2 g/l
0,75-1,50 g/l
2
3
4
Organofosfat
2-4g/l
2
Organofosfat
10001500g/Ha
1
Organofosfat
Organofosfat
Organofosfat
1,5-3 g/l
2-4 g/l
2-4 g/l
2
2
11
0,5 g/l
6
Karbamat
3
4
3
Sebaran Pestisida Berdasarkan Orang
a. Menurut golongan umur
Hasil wawancara terhadap penduduk Desa Kepakisan menunjukkan bahwa penggunaan pestisida didominasi oleh
kelompok umur >20 tahun. Kegiatan wawancara dilakukan terhadap penduduk yang pada saat itu bekerja di lahan
pertanian baik di lahan sendiri maupun orang lain. Hasil tersebut ditunjukkan pada Gambar 2 di bawah ini:
Gambar 2. Jumlah penggunaan pestisida berdasarkan umur
445
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI & KOMUNIKASI TERAPAN 2013 (SEMANTIK 2013)
Semarang, 16 November 2013
b.
ISBN: 979-26-0266-6
Menurut Jenis Mata Pencaharian
Persebaran pestisida menurut mata pencaharian didominasi oleh buruh tani, sedangkan posisi kedua adalah para
petani pemilik lahan. Tabel 2 di bawah ini menunjukkan hasil survei tersebut:
Tabel 2. Penggunaan pestisida berdasarkan pekerjaan di Desa Kepakisan Tahun 2012
No.
Mata Pencaharian
Jumlah Penggunaan Pestisida dalam 1 tahun
1
PNS
24
3
2
Swasta
63
9
3
Petani
180
24
4
Buruh tani
450
60
5
Jasa Angkutan
6
Lainnya
Jumlah Total
3.
Prosentase (%)
0
0
29
4
746
100
Sebaran Penggunaan Pestisida Berdasarakan Waktu
Peredaran dan penjualan pestisida di Kecamatan Batur khususnya di Desa Kepakisan mengalami peningkatan signifikan
dari tahun ke tahun, terutama golongan organofosfat. Peningkatan tersebut ditunjukkan pada Gambar 3 di bawah ini:
Gambar 3. Grafik jumlah penggunaan pestisida di Desa Kepakisan Tahun 2007-2011
4.
Buffer Lokasi Penggunaan Pestisida dengan Wilayah Pemukiman
Jarak lahan pertanian kentang dengan daerah pemukiman penduduk dapat diketahui dengan analisis buffer, yaitu pada
lahan tersebut merupakan tempat diaplikasikannya beberapa macam golongan pestisida yang dapat membahayakan
kesehatan apabila residu pestisida tersebut terbawa angin hingga ke pemukiman warga. Analisis buffer digunaan untuk
menghitung jarak terdekat antara lahan pertanian kentang dengan lokasi pemukiman penduduk yang ditunjukkan pada
Gambar 4.
446
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI & KOMUNIKASI TERAPAN 2013 (SEMANTIK 2013)
Semarang, 16 November 2013
ISBN: 979-26-0266-6
Gambar 4. Buffer/radius lokasi lahan pertanian dengan pemukiman penduduk
di Desa Kepakisan Tahun 2012
5.
Buffer/Jarak Lokasi Akses Pelayanan Kesehatan dengan Pemukiman
Lokasi unit pelayanan kesehatan setempat merupakan sarana yang penting dalam upaya pemberian informasi mengenai
penggunaan pestisida yang benar, risiko dan cara pertolongan pertama apabila petani mengalami keracunan pestisida.
Hasil analisis ditunjukkan pada Gambar 5 di bawah ini:
Gambar 5. Buffer/jarak pemukiman penduduk dengan Puskesmas 1 Batur
447
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI & KOMUNIKASI TERAPAN 2013 (SEMANTIK 2013)
Semarang, 16 November 2013
ISBN: 979-26-0266-6
Gambar 6. Buffer/jarak pemukiman penduduk dengan Puskesmas 2 Batur
Desa Kepakisan diapit oleh dua Puskesmas Kecamatan batur sehingga diharapkan penduduk dapat dengan mudah
memperoleh pertolongan pertama apabila terjadi keracunan pestisida. Jarak tempuh terdekat adalah 4 km dengan
Puskesmas 2 Batur, tetapi medan sulit dilalui. Jarak terjauh yaitu 9 km dengan Puskesmas 1 Batur dengan akses jalan
yang cukup mudah dan sarana transportasi memadai.
3.2. Pembahasan
Penggunaan pestisida di Desa Kepakisan beragam, yaitu dengan cara disemprotkan atau ditaburkan pada tanaman. Petani
bertujuan untuk mengendalikan serangan jamur dan serangga yang dapat menyebabkan tanaman kentang menjadi busuk dan
layu. Persebaran pestisida di Desa Kepakisan merata di empat dusun dengan jenis pestisida disesuaikan dengan kondisi hama
(Tabel 1). Jarak antara lahan pertanian dengan pemukiman penduduk tidak lebih dari 100 meter (Gambar 4).
Hasil penelitian pada Gambar 2 dan 3 serta Tabel 2 menunjukkan tingginya penggunaan pestisida di Desa Kepakisan sehingga
perlu dilakukan pengawasan, bukan hanya petani atau pekerja penyemprot pestsida tetapi juga keluarga dan tetangga yang
berdekatan (terutama ibu hamil dan balita). Referensi (1,4,5) mengemukakan bahwa masuknya pestisida ke dalam tubuh
manusia dapat melalui beberapa cara yaitu kulit (sub-cutan), pernafasan (inhalasi), dan mulut (oral). Proses keracunan pada
petani penyemprot 90% melalui kulit, sedangkan sisanya melalui pernafasan 4,5,6. Tingkat keracunan pada petani dapat
diketahui dengan pengukuran kadar enzim kholinesterase dalam tubuh 6.
Kecamatan Batur merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Banjarnegara yang menjadi perhatian Komisi Pestisida
(Kompes) melalui Dinas Kesehatan Kabupaten. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah akibat fatal bagi manusia dan
lingkungan. Upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari pencemaran udara dan pemukiman akibat residu pestisida antara
lain dengan memberikan penutup/atap di atas pakaian yang dijemur, menutup pintu dan jendela rumah pada saat kecepatan
angin tinggi. Upaya menurunkan residu pestisida di tanah dapat dilakukan dengan menanam tanaman semak atau perdu yang
dapat menyerap zat-zat toksik pestisida.
448
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI & KOMUNIKASI TERAPAN 2013 (SEMANTIK 2013)
Semarang, 16 November 2013
ISBN: 979-26-0266-6
Analisis buffer antara pemukiman penduduk dengan unit pelayanan kesehatan pada Gambar 5 dan 6 menunjukkan bahwa
Puskesmas 2 Batur merupakan sarana kesehatan terdekat, tetapi akses jalan rusak dan medan sulit. Hal ini juga menjadi
hambatan bagi penduduk Desa Kepakisan untuk memperoleh informasi dan penanganan kesehatan terkait risiko residu
pestisida.
4.
PENUTUP
Peta sebaran spasial penggunaan pestisida merata di empat dusun Desa Kepakisan dengan pengguna pestisida tertinggi petani
(31-40 tahun). Jarak daerah buffer tempat penggunaan pestida tidak lebih 100 meter dengan lokasi pemukiman penduduk.
Jarak pemukiman dengan unit pelayanan kesehatan terdekat 4 km dan terjauh 9 km. Hasil tersebut merekomendasikan agar
petani menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) pada saat aplikasi pestisida dan memperatikan arah serta kecepatan angin
untuk menurunkan risiko keracunan residu pestisida.
5.
DAFTAR PUSTAKA
[1] A. Runia, “Faktor-faktor yang berhubungan dengan keracunan pestisida organofosfat, karbamat dan kejadian anemia pada
petani hortikultura di Desa Tejosari Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang”, Semaranga, Jurnal Magister Kesehatan
Lingkungan UNDIP, 2008.
[2] D.P. Suharyadi, “Sistem Informasi Geografis: konsep dasar dan beberapa catatan perkembangannya saat ini dalam sains
informasi geografis”, Yogyakarta, Jurusan Kartografi dan Penginderaan Jauh Fakultas Geografi UGM, 2004.
[3] E. Prahasta, “Sistem Informasi Geografis: Konsep-konsep Dasar”, Bandung, Informatika, 2001.
[4] H.S. Lubis, “Deteksi dini dan penatalaksanaan pestisida golongan organofosfat pada tenaga kerja”, Sumetera Utara, USU
Press, 2008.
[5] R.C. Tarumingkeng, “Insektisida: Sifat, mekanisme kerja dan dampak penggunaannya”, UKRIDA Press, 1992.
[6] R. Mariani, D. Iwan, dan S. Nani, “Pengaruh istirahat terhadap aktivitas kholinesterase petani penyemprot pestisida
organofosfat di Kecamatan Pacet Jawa Barat”, Badan Litbangkes Jawa Barat, 2005.
449