Struktur Kalimat Majemuk Dalam Karangan Deskripsi pada Siswa Kelas XI MAN 10 Jakarta Tahun Pelajaran 2011-2012

(1)

Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh

Anung Adhy Nugroho 107013000825

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014


(2)

(3)

(4)

(5)

i

MAJEMUK DALAM KARANGAN DEKSRIPSI SISWA KELAS XI MA NEGERI 10 JAKARTA. Skripsi. Jakarta: PBSI FITK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA.2014

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui struktur kalimat majemuk pada karangan deskripsi siswa kelas XI MA Negeri 10 Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan tehnik analisis isi. Objek dalam penelitian ini adalah karangan deskripsi siswa kelas XI MA Negeri 10 Jakarta sedangkan yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah struktur kalimat majemuk siswa. Instrumen yang digunakan adalah tes mengarang. Dari penelitian ini diperoleh 268 kalimat dari 25 karangan yang dianalisis, dari keseluruhan kalimat tersebut terdapat 142 kalimat majemuk, yang terdiri dari 61 kalimat majemuk setara, 52 kalimat majemuk bertingkat, dan 29 kalimat majemuk campuran. Dari 142 kalimat majemuk terdapat 142 struktur kalimat yang berbeda. Dari keseluruhan kalimat majemuk yang dianalisis, tidak terdapat struktur kalimat yang dominan. Tiap-tiap kalimat majemuk memiliki struktur yang berbeda-beda. Struktur kalimat majemuk siswa MA Negeri 10 Jakarta sangat kompleks karena banyak terjadi perluasan-perluasan pada tiap unsurnya, terutama unsur keterangan. Beberapa contoh struktur kallimat majemuk S+P+K+P+K, S+P+Pel+K+P+Pel+K, K(P+O)+S+P+S+P+S+P+P+O+K


(6)

ii

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar kesarjanaan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Salawat beserta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad saw. yang telah membawa umatnya dari zaman kebodohan ke zaman kecerdasan.

Penyusunan skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan baik karena adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik berupa moral maupun material. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Nurlena Rifa’i, M.A., Ph.D sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;

2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd., sebagai Ketua Jurusan PBSI yang selalu

memberikan pencerahan kepada penulis;

3. Dra. Hindun, M.Pd., sebagai penasihat akademik yang selalu memberikan

nasihat yang berguna untuk penulis;

4. Dr. Nuryani, M.A., sebagai dosen pembimbing yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini dan telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk memberikan petunjuk serta pengarahan kepada penulis;

5. Drs. Mohammad Yasin, M.Pd., sebagai kepala MAN 10 Jakarta beserta

jajarannya yang telah membantu penulis dengan memberikan izin untuk mengadakan penelitian di sekolah tersebut;

6. Ayahanda dan Ibunda, atas segala bentuk cinta dan kasih sayangnya kepada ananda yang selalu memberikan doa, motivasi, bantuan moral, dan material, semoga Allah swt. selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada keluarga kita.


(7)

iii

dan motivasi saya dalam melanjutkan skripsi saya yang telah tertunda selama dua tahun.

Penulis berdoa dan berharap semoga semua pihak yang telah membantu dengan kebaikan dan ketulusan mendapat balasan dan menjadi ladang amal di sisi Allah swt. Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga skripsi ini berguna dan bermanfaat khususnya bagi penulis, umumnya bagi pembaca. Amin.

Jakarta, 11 Juli 2014 Penulis

Anung Adhy Nugroho 107013000825


(8)

iv LEMBAR PENGESAHAN PENGGUJI LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Perumusan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Deskripsi Teori ... 5

a. Struktur Kalimat majemuk ... 5

b. Karangan Deskripsi ... 21

B. Penelitian Relevan ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 28

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

C. Objek, Subjek dan Fokus Penelitian ... 29

D. Instrumen Penelitian ... 29

E. Teknik Pengumpulan Data ... 30


(9)

v

D. Hasil Interpretasi Data ... 86

E. Keterbatasan Penelitian ... 86

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 88

B. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 89


(10)

vi

Lampiran 3: Lembar Uji Referensi ... 102 Lampiran 4: Surat Keterangan Penelitian/Riset ... 103


(11)

1 A. Latar belakang

Bahasa merupakan alat komunikasi dan alat interaksi yang digunakan manusia. Selain itu, bahasa juga merupakan alat atau media yang digunakan manusia untuk bersosialisasi di tengah masyarakat. Seseorang akan sulit untuk berinteraksi serta bersosialisasi dengan orang lain apabila bahasa yang digunakan kurang baik. Sebenarnya, bahasa bukanlah satu-satunya alat untuk berkomunikasi. Namun kenyataanya bahasa merupakan alat yang paling baik dibandingkan dengan alat komunikasi yang lain.

Bahasa dapat digunakan secara lisan ataupun secara tertulis, penggunaan bahasa secara lisan lebih sering digunakan dibandingkan penggunaan bahasa secara tertulis. Baik penggunaan bahasa secara lisan maupun tertulis, pada dasarnya dibangun oleh beberapa sistem yang saling berhubungan. Hal ini sejalan dengan pendapat Keraf.

Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer, yang

dapat diperkuat dengan gerak-gerik badaniah yang nyata.1

Pendapat lain yang sejalan dengan pendapat di atas dikemukakan oleh Chaer dan Leonie Agustina, dalam buku sosiolinguistik sebagai berikut.

Bahasa adalah sebuah sistem, artinya bahasa itu dibentuk oleh komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah sistem, bahasa selain bersifat sistematis juga bersifat sistemis. Dengan sistemis bahasa itu tersusun menurut pola tertentu, tidak tersusun secara acak dan sembarangan. Sedangkan sistemis artinya bahasa itu bukan merupakan sebuah sistem tunggal melainkan terdiri dari sejumlah subsistem, yakni subsistem fonologi, subsistem sintaksis, dan subsistem leksikon.2

Berdasarkan pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan, bahwa seseorang akan dapat berbahasa lisan apabila dia telah menguasai dan dapat menggunakan semua sistem bahasa itu dengan benar.

1

Gorys Keraf. Komposisi. Nusa Indah. 1980. hlm. 2

2


(12)

Dalam kehidupan sekolah dan dalam bidang pendidikan, pada umumnya bahasa indonesia merupakan bahasa pengantar resesi dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Oleh karena itu, agar siswa dapat menguasai bahasa indonesia dengan baik, mereka perlu mendapatkan pengajaran, pembinaan dan pengembangan yang benar-benar efektif. Tarigan mengemukakan

Keterampilan bahasa mempunyai empat komponen yaitu: (1)

keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3)

keterampilan membaca, (4) keterampilan menulis. Keempat keterampilan itu tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, karena keempat keterempailan tersebut saling berkaitan.3

Menulis atau mengarang merupakan salah satu keterampilan siswa. Keterampilan ini dapat dikuasai siswa apabila siswa tersebut telah menguasai tiga keterampilan berbahasa lainnya. Maka jelaslah di dalam kegiatan mengarang, siswa dituntut mampu menyusun kalimat-kalimat yang baik untuk menyampaikan buah pikiran. Struktur kalimat sangat mempengaruhi makna atau pokok pikiran dalam sebuah kalimat. Apakah sebuah kalimat memiliki struktur yang kurang baik, maka makna kalimat tersebut akan sulit untuk dipahami.

Kalimat dalam bahasa Indonesia dibedakan atas ragam dan bentuknya. Menurut ragamnya, kalimat-kalimat yang terdapat dalam karangan siswa biasanya ragam kalimat berita. Menurut bentuknya kalimat-kalimat yang digunakan siswa adalah kalimat tunggal dan majemuk. Kalimat majemuk terbagi lagi yaitu, kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran.

Baik teori maupun praktiknya, pembelajaran kalimat majemuk telah diajarkan sejak SLTP bahkan sejak SD. Akan tetapi struktur kalimat majemuk yang digunakan siswa, baik struktur kalimat majemuk setara, bertingkat, ataupun kalimat majemuk campuran sangat beragam. Hal ini mungkin karena pembelajaran kalimat majemuk disekolah kurang mendapatkan perhatian yang serius. Semua itu merupakan tantangan bagi

3

Henry Guntur Tarigan. Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa. 1986. hlm. 9


(13)

guru bahasa Indonesia, dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap struktur kalimat yang baik, khususnya struktur kalimat majemuk. Di bawah ini beberapa contoh kalimat majemuk yang didapat dari beberapa karangan deskripsi siswa:

1) Pangandaran merupakan salah satu pantai yang indah, terletak di

daerah Ciamis Jawa Barat.

2) Jika kita memasuki perumahan atau kompleks tersebut, kita pasti akan

menemukan berbagai macam tukang makanan, dari makanan untuk pagi hari sampai malam.

3) Dari kejauhan aku lihat kabut-kabut yang sejuk dan hamparan sawah yang menguning.

Dalam proses mengarang banyak siswa lebih cenderung fokus kepada bentuk karangannya dibandingkan dengan struktur kalimat. Sehingga kalimat yg terdapat di dalam karangan tidak terlalu diperhatikan. Serta di dalam proses penilaian terhadap suatu karangan kebanyakan guru tidak menilai struktur kalimatnya, mereka menilai bentuknya dan isi dari cerita.

Berdasarkan uraian di atas penulis termotivasi untuk melakukan penelitian guna mengetahui struktur kalimat majemuk dalam karangan deskripsi siswa. Untuk itu dalam penelitian ini, peneliti mengambil judul struktur kalimat majemuk dalam karangan deskripsi siswa kelas XI MAN 10 Jakarta tahun pelajaran 2011-2012.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Beragamnya struktur kalimat majemuk pada karangan deskripsi

2. Pada karangan deskripsi siswa lebih fokus kepada bentuk karangan dibandingkan dengan struktur kalimat.


(14)

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang diuraikan diatas, maka perumusan masalah yang akan dijadikan penelitian adalalah “Bagaimana struktur kalimat majemuk dalam karangan deskripsi

pada siswa kelas XI MAN 10 Jakarta tahun pelajaran 2011-2012?.”

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengetahui struktur kalimat majemuk pada karangan deskripsi pada siswa kelas XI MAN 10 Jakarta tahun pelajaran 2011-2012.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang struktur kalimat majemuk yang sering digunakan oleh siswa MAN pada karangan deskripsi.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh guru sebagai acuan untuk bisa menjelaskan kalimat majemuk secara lebih terperinci dan dapat menentukan metode yang tepat untuk pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran kalimat majemuk.

Serta dapat mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa mengenai struktur kalimat majemuk, dan memberikan gambaran hasil pembelajaran sebagai umpan balik bagi guru untuk menentukan pembelajaran bahasa indonesia selanjutnya.


(15)

A. Deskripsi Teori

a. Struktur Kalimat Majemuk

Kata struktur dapat diartikan sebagai suatu kesatuan atas bagian-bagian. Contohnya pohon, rumah, dan masyarakat. Bagian dari pohon, rumah, dan masyarakat disebut sebagai struktur. Selain itu, struktur juga memiliki keterkaitan antara bagian-bagian yang ada. Seperti contoh di atas, bagian pohon, rumah dan masyarakat memiliki keterkaitan yang teratur. Hal ini menurut Keraf,

“struktur adalah keseluruhan dari relasi antara kesatuan dan bagian-bagiannya, atau antara bagian yang satu dengan bagian yang lain. Atau dapat dikatakan struktur adalah perangkat hubungan anatara bagian-bagian yang teratur, yang membentuk suatu kesatuan yang lebih besar.”1

Kalimat merupakan sebuah struktur karena tiap-tiap bagiannya merupakan suatu kesatuan yang dibentuk dari bagian-bagian tertentu. Putrayasa mengemukakan,

“Dalam Bahasa Indonesia terdapat lima struktur (pola) kalimat dasar yaitu: 1) KB+KB (kata benda+kata benda), 2) KB+KK (kata benda+kata kerja), 3) KB+KS (kata benda+kata sifat), 4) KB+Kbil (kata benda+kata bilangan), dan 5) KB+Kdep (kata benda+kata depan). Pada pola tersebut kata benda pertama menunjukan subjek, sedangkan kata benda kedua, kata kerja, kata sifat, kata bilangan, dan kata depan sebagai predikat kalimat.”2

Kita mengenal istilah kalimat panjang dan kalimat pendek. Struktur dasar kalimat panjang tidak berbeda dengan struktur kalimat pendek. Yang membedakan kalimat panjang dan kalimat pendek bukan di dalam struktur kalimatnya, melainkan adanya tambahan-tambahan kata yang menempel pada subjek atau predikat yang ada. Hal ini sesuai dengan pendapat Widyamartaya, “panjang atau pendek, kalimat hanya dan harus terdiri atas subjek dan predikat.

1

Gorys Keraf. Eksposisi. Jakarta: Grasindo. 1995. hlm.57

2

Ida Bagus Putrayasa. Analisis kalimat. Bandung: Refika Aditama. 2007.hlm 25.


(16)

Kalimat pendek akan menjadi panjang atau berkembang karena diberi tambahan-tambahan atau keterangan-keterangan pada subjek, pada predikat, atau pada keduanya.”3

Sebuah kalimat itu bisa dikatakan sebagai sebuah kalimat jika memiliki subjek (S) dan predikat (P) di dalamnya, serta di dalam kalimat itu terbentuk sebuah makna. Hal ini sejalan dengan pendapat Finoza, “kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek (S) dan predikat (P) dan

intonasinya menunjukan bagian ujaran itu sudah lengkap dengan makna.”4

Kalimat adaalah kumpulan kata yang terkecil. Kalimat bukanlah semata-mata gabungan atau rangkaian kata yang tidak mempunyai kesatuan bentuk. Melainkan, di dalam kalimat tersebut mengandung pikiran yang lengkap. Ini senada dengan pendapat Keraf yang menyatakan bahwa, “kalimat ialah satuan kumpulan kata yang terkecil yang mengandung pikiran yang lengkap.”5

Selain dari bentuk kalimat, untuk menyatakan bahwa kalimat itu sudah lengkap. Kalimat bisa juga ditandai dengan adanya intonasi di bagian ujaran. Wiyanto mengemukakan bahwa, “kalimat adalah bagian ujaran yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan, sedangkan intonasinya menunjukan bahwa bagian ujaran itu sudah lengkap.”6

Kalimat harus memiliki struktur subjek, predikat, objek dan keterangan dan stuktur itu terlihat jelas. Sehingga kalimat tersebut akan memiliki makna atau ide. Selain itu, makna atau gagasan yang menunjukan sebuah kalimat harus mengandung pokok pikiran yang lengkap sebagai pengungkap maksud penuturannya. Arifin menambahkan, “sebuah kalimat hendaklah berisikan suatu gagasan atau ide. Agar gagasan atau ide kalimat mudah dipahami pembaca, fungsi bagian kalimat yang meliputi subjek, predikat, objek dan keterangan, harus

3

A. Widyamartaya. Seni menggayakan kalimat. Yogyakarta: Kanisius. 1990. hlm 9.

4

Lamuddin Finoza. Komposisi bahasa indonesia. Jakarta: Insan Mulia. 2001. hlm 115.

5

Gorys Keraf. Tata Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah. 1991. hlm 140.

6


(17)

tampak dengan jelas (eksplisit).”7 Ini sejalan dengan pendapat chaer, “kalimat harus dilengkapi dengan unsur seperti subjek, predikat, objek, dan keterangan.”8

1) Unsur atau bagian menjadi pokok pembicaraan, yang lazim disebut

dengan istilah subjek (S) Contoh:

Kata “lampu” dalam kalimat:

Lampu itu menerangi jalan.

Pada kalimat di atas, yang berfungsi sebagai subjek (S) adalah lampu. Karena lampu menjadi pokok pembicaraan dalam kalimat tersebut. Fungsi subjek biasanya diisi oleh kata benda, seperti kata “lampu” dalam kalimat di atas.

2) Unsur atau bagian yang menjadi komentar tentang subjek, yang lazim

disebut dengan istilah predikat (P). Contoh:

Kata “membaca” dalam kalimat: Ayah membaca koran

Pada kalimat di atas, yang berfungsi sebagai predikat (P) adalah membaca. Karena membaca menjadi komentar tentang subjek dalam kalimat tersebut. Fungsi predikat biasanya diisi oleh kata kerja, seperti kata “membaca” dalam kalimat di atas. Tetapi dapat juga berupa frase kerja, kata sifat atau frase sifat seperti contoh di bawah ini:

(1) Ani tidak akan pergi

7

E. Zaenal Arifin dan Farid Hadi. 1001 Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Akademika Pressindo. 2009. hlm 116

8


(18)

“Tidak akan pergi” disini menjelaskan sebagai frase kerja. (2) Gedung itu tinggi

“itu tinggi” disini menjelaskan sebagai frase sifat.

3) Unsur atau bagian yang merupakan pelengkap dari predikat, yang

lazim disebut dengan istilah objek (O). Contoh:

Kata koran dalam kalimat: Ayah membaca “koran”.

Pada kalimat di atas, yang berfungsi sebagai objek (O) adalah koran. Karena koran menjadi pelengkap dari predikat dalam kalimat tersebut. Fungsi objek biasanya diisi oleh kata benda, seperti kata “koran” dalam kalimat di atas. Tetapi ada juga frase benda seperti contoh berikut ini:

Yosef membaca “buku bahasa inggris”.

“buku bahasa inggris” disini menjelaskan sebagai frase benda. 4) Unsur atau bagian yang merupakan penjelasan lebih lanjut terhadap

predikat dan subjek, yang lazim disebut istilah keterangan (K). Contoh:

Pada frase di dapur dalam kalimat: Ibu memasak di dapur

Pada kalimat di atas, yang berfungsi sebagai keterangan (K) adalah dapur. Karena dapur menjadi penjelasan lebih lanjut terhadap predikat atau subjek dalam kalimat tersebut. Fungsi keterangan di sini memberi penjelasan tempat dan berfungsi sebagai keterangan.


(19)

Unsur keterangan ini dapat memberi penjelasan tentang tempat seperti contoh di atas tetapi juga memberi berbagai penjelasan lain seperti tentang keterangan waktu, sebab, akibat, syarat, alat, dan sebagainya.

Contoh:

(1) Hari ini dia datang terlambat (keterangan waktu)

(2) Dia terlambat karena hujan (keterangan sebab)

(3) Dia dipukuli orang ramai sampai babak belur (keterangan

akibat)

(4) Saya akan hadir di sana (keterangan tempat)

(5) Kakak menulis dengan pulpen (keterangan alat)

Walija mengemukakan batasan-batasan antara subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan sebagai berikut:

Fungsi kalimat batasan

Subjek Bagian kalimat yang tindakan atau keadaannya yang

diterangkan oleh predikat.

Predikat Bagian kalimat yang menerangkan tindakan atau

keadaan subjek

Objek Bagian kalimat yang menjadi sasaran tindakan

subjek.

Pelengkap Bagian kalimat yang mirip objek, tetapi tidak dapat

berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif.

keterangan Bagian kalimat yang menjelaskan lebih lanjut

tentang subjek, predikat, atau objek.

Subjek dan predikat merupakan unsur yang harus ada di setiap kalimat, sedangkan unsur objek dan keterangan tidak harus selalu ada. Ada atau tidaknya objek dalam sebuah kalimat bergantung pada jenis kata yang menjadi predikat.


(20)

Sudah kita ketahui bahwa kalimat terdiri dari unsur-unsur yang berupa S, P, O, Pel, dan K. Memang tidak semua kalimat mengandung semua unsur itu. Kalimat dapat dibeda-bedakan menjadi beberapa jenis menurut jumlah klausa pembentuknya, fungsi isinya, kelengkapan unsurnya dan susunan subjek predikatnya.

Menurut jumlah klausa pembentuknya, kalimat dapat dibedakan atas dua macam, yaitu kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Klausa pembentuk kalimat tunggal hanya mengandung satu unsur S, P, O, Pel, dan K. Sedangkan klausa pembentuk pada kalimat majemuk bisa mengandung dua atau lebih unsur S, P, O, Pel, dan K. Hal ini sejalan dengan pendapat Wiyanto, “kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih”9

Finoza, dalam bukunya komposisi bahasa indonesia memberikan batasan mengenai kalimat majemuk, “kalimat majemuk adalah kalimat yang merupakan gabungan dari dua atau lebih kalimat tunggal.”10

Senada dengan pendapat di atas keraf berpendapat bahwa, “kalimat majemuk adalah penggabungan dari dua kalimat tunggal atau lebih, sehingga kalimat yang baru ini mengandung dua pola kalimat.”11

Sedangkan Alisjahbana mengemukakan bahwa,

“kalimat majemuk adalah susunan beberapa kalimat yang dalam hubungan kalimat-kalimat yang banyak itu amat rapat perhubungan isinya, sedangkan perhubungan yang rapat itu ternyata pula pada cara menyusun kalimat-kalimat itu, sehingga sekaliannya itu bersama-sama boleh dianggap menjadi sebuah kalimat baru.”12

Dari semua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat majemuk adalah kalimat yang berasal dari penggabungan dua kalimat atau lebih yang menimbulkan sifat-sifat hubungan. Kalimat majemuk bisa terdiri dua kalimat dengan struktur yang sama, bisa juga dengan dua kalimat dengan dua struktur

9

Asul Wiyanto. Op. Cit. hlm 49.

10

Lamuddin Finoza. Op. Cit. hlm 128.

11

Gorys Keraf. Op. Cit. hlm 167.

12

S. Takdir Alisjahbana. Tata bahasa baru Bahasa Indonesia. Jakarta; Dian Rakyat. 1983. hlm 117


(21)

yang berbeda. Hasil penggabungan dua kalimat atau lebih memiliki hubungan yang amat rapat.

Dari penggabungan kalimat itu maka muncul sifat hubungan pola-pola kalimat dalam sebuah kalimat majemuk. Menurut Keraf, sifat hubungan tersebut sebagai berikut:

a) Sederajat (koordinatif) : kedudukan pola-pola kalimat tunggal sama tinggi, tidak ada pola-pola kalimat yang menduduki satu fungsi dari pola yang lain. b) bertingkat (subordinatif) : hubungan antara pola-pola kalimat tidak sederajat, karena pola kalimat yang menduduki suatu fungsi dari pola campuran. c) campuran : hubungan antara pola-pola kalimat itu dapat sederajat dan bertingkat.13

Senada dengan pendapat di atas Arifin dan Tasai mengemukakan bahwa, “kalimat majemuk dapat bersifat setara (koordinatif), tidak setara (subordinatif), ataupun campuran (koordinatif-subordinatif).”14

Sedangkan Wiyanto memberikan batasan atau macam-macam kalimat majemuk berdasarkan hubungan antar klausanya sebagai berikut:

1) Kalimat majemuk setara,

2) Kalimat majemuk bertingkat,

3) Kalimat majemuk setara rapatan,

4) Kalimat majemuk bertingkat rapatan, dan

5) Kalimat majemuk campuran.15

Bila hubungan antar kedua pola kalimat itu sederajat maka terdapatlah kalimat majemuk setara. Hubungan setara itu dapat terperinci lagi atas:

1) Setara menggabungkan: pengabunggan itu dapat terjadi dengan

merangkaikan dua kalimat tunggal dengan diantaranya kesenyapan antara atau dirangkaikan dengan kata-kata tugas seperti: dan, lagi, sesudah itu, karena itu.

13

Gorys Keraf. Op. Cit. hlm 168

14

E. Zaenal dan Amran Tasai. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Pustaka Antarkota. 1985. hlm 87-88.

15


(22)

Contoh:

(1a) saya menangkap ayam itu dan ibu memotongnya.

(1b) ayah telah memanjat pohon manngga itu, sesudah itu dipetiknya beberapa buah.

2) Setara memilih: kata tugas yang dipakai untuk menyatakan hubungan

ini adalah: atau. Contoh:

Engkau tinggal saja di sini, atau engkau ikut dengan membawa barang itu.

3) Setara mempertentangkan: kata-kata tugas yang dipakai dalam

hubungan ini adalah: tetapi, melainkan, hanya. Contoh:

(3a) adiknya rajin, tetapi ia sendiri malas.

(3b) ia tidak menjaga adiknya, melainkan membiarkannya saja. Alisjahbana mengemukakan hubungan menjajarkan serupa atau setara terbagi atas: hubungan menjajarkan menyambung, hubungan

menjajarkan mepertentangkan dan hubungan menjajarkan yang

menyatakan sebab akibat.16

Hubungan menjajarkan menyambung terbagi:

1) Menyambung biasa

Contoh:

Ibu menuang teh, bapak membaca surat kabar dan adik bermain-main

16


(23)

2) Menyambung menguatkan Contoh:

(2a) baju yang seburuk itulah diberikannya kepada saya, itupun dilakukannya dengan hati yang berat.

(2b) bukan saja tidak datang, mengirim suratpun ia tidak. (2c) pendapatannya yang sedikit itu dipakainya, sehingga cukup baginya, malahan ia dapat pula menyimpan sekadarnya untuk hari tuanya.

3) Menyambung mengatur

Contoh:

(3a) mula-mula disuruhnya anak itu duduk, sesudahnya itu diberinya buku untuk dibaca, kemudian diajaknya becakap-cakap, akhirnya berulah dikeluarkannya maksudnya yang sebenarnya.

(3b) pertama saya keberatan akan maksudnya itu, kedua saya tidak beruang memberi sokongan sebanyak itu, ketiga saya benci melihat sikapnya yang sombong.

Hubungan menjajarkan mempertentangkan, dapat dibedakan:

1) Mempertentangkan biasa

Contoh:

(1a) adiknya pandai, tetapi kakaknya bodoh.

(1b) musim hujan dingin, musim kemarau sebaliknya panas.


(24)

Contoh:

(2a) bukan dia harus dicela, tetapi orang yang dengan sengaja menghasutnya harus disalahkan.

(2b) saya datang sendiri mengantarkannya, atau saya suruh anak saya ke rumah tuan.

3) Mempertentangkan mewatasi

Contoh:

(3a) meskipun ia berusaha dengan sungguh-sungguh, tetapi ia tak maju-majunya.

(3b) karangan tuan sudah diterima, hanya di sana-sini diadakan beberapa perubahan.

Hubungan menjajarkan yang menyatakan sebab akibat. Contoh:

(1) Si umi sakit, sebab itu ia tidak sekolah

(2) Engkau tidak menghafal, tentulah nilaimu buruk.

Sugono menambahkan, “kalimat majemuk setara (koordinatif) adalah struktur kalimat yang di dalamnya terdapat sekurang-kurangnya, dua kalimat dasar dan masing-masing dapat berdiri sebagai kalimat tunggal.”17

Sugono membagi kalimat majemuk setara kedalam empat macam yaitu:

1) Kalimat majemuk setara yang menyatakan gabungan, 2)

kalimat majemuk setara yang menyatakan urutan peristiwa, 3)

17


(25)

kalimat majemuk setara yang menyatakan pilihan, dan 4)

kalimat majemuk setara yang menyatakan perlawanan.18

1) Menyatakan gabungan: kalimat majemuk setara ini ditandai

oleh konjungsi, misalnya dan, serta, dan lagi pula. Contoh:

(1a) penggembala itu meniup seruling, da teman-temannya menyanyikan lagu perjuangan.

(1b) pak mandor perkebunan kopi mengawasi mereka dari jauh, dan para pekerja perkebunan merasa terhibur, serta para pencari kayu ikut bergembira.

(1c) mereka menyambut para pekerja perkebunan itu, dan meneriakkan pekik kemerdekaan.

Jika unsur kalimat majemuk setara itu ada tiga kalimat dasar, ada dua pilahan, yaitu menggunakan dua konjungsi (dan, serta)

secara serentak dan menggunakan tanda koma serta konjungsi dan.

Konjungsi dan dan serta dapat digunakan secara serentak jika ada tiga kalimat dasar dalam sebuah kalimat majemuk setara gabungan. Di samping itu dapat juga digunakan konjungsi pada kalimat dasar yang terakhir. Bahkan cara ini dapat dipakai pada kalimat majemuk lebih dari tiga kalimat dasar.

Contoh:

Matahari bergerak turun di balik pegunungan, penggembala mengiring kerbaunya pulang, pak mandor membunyikan bel, para pekerja perkebunan berangsur meninggalkan perkebunan kopi, dan suasana sunyi kembali.

18Ibid


(26)

Pada kalimat itu hanya digunakan satu konjungsi, yaitu dan, pada posisi sebelum kalimat dasar yang terakhir. Kalimat dasar dipisahkan oleh tanda koma.

2) Kalimat majemuk setara pilihan.

Kalimat majemuk ini ditandai oleh kata penghubung atau. Jika isi pilihan hanya dua, (dua kalimat dasar), dipakai konjungsi atau diantara dua pilihan itu dan disertai tanda koma.

Contoh:

(2a) dia mengikuti bimbingan tes SPMB, atau melanjutkan di perguruan tinggi swasta yang baik. (2b) kau boleh mengikuti ujian lisan, atau kau membuat karya ilmiah tentang masalah hukum di indonesia.

(2c) hasil ujian saya kirim lewat pos, atau anda ambil di sekretariat FKIP

Jika kalimat majemuk terdiri dari lebih dari dua kalimat dasar, konjungsi atau ditempatkan pada posisi sebelum kalimat dasar yang terakhir. Kalimat dasar yang satu ini dipisahkan dengan tanda koma dari kalimat dasar yang lain. Contoh:

Santi dapat membaca di papan pengumuman, meminta penjelasan kepada dosen pembimbing, atau mencari informasi di biro pendidikan.

2) Kalimat majemuk setara urutan peristiwa

Kalimat majemuk ini ditandai oleh konjungsi lalu, lantas, terus, kemudian. Meskipun konjungsi merupakan pembatas kalimat dasar satu dari kalimat dasar yang lain, masih


(27)

diperlukan tanda koma sebagai pembatas antara kalimat dasar satu dengan kalimat dasar yang lain.

Contoh:

(3a) sang komandan memberi perintah, lalu mereka mencari tempat perlindungan.

(3b) sebagai pasukan menerobos perbatasan, kemudian mereka menghantam pertahanan musuh. (3c) beberapa kali mereka melancarkan tembakan,

lantas anggota pasukan yang lain menuju

perbatasan.

Jika kalimat majemuk jenis ini terdiri dua kalimat dasar, ada dua pilihan. Pilihan pertama ialah kalimat majemuk yang menggunakan konjungsi secara serentak, dan pilihan kedua ialah kalimat majemuk yang menggunakan tanda koma dan konjungsi menjadi pemisah antarkalimat dasar. Konjungsi lalu, lantas, kemudian dapat digunakan secara serentak. Disamping itu, dapat juga digunakan satu konjungsi yang terletak pada kalimat dasar yang akhir.

Contoh:

(1) Seorang prajurit menyelinap di balik pepohonan,

lalu dia mengawasi keadaam sekelilingnya, lantas dia melihat seorang pencari kayu di ujung jalan setapak, kemudian dia lari mengejarorang itu.

(2) Laki-laki pencari kayu itu merasa diikuti orang, dia menoleh ke belakang, seorang prajurit berteriak memanggilnya, kemudian mereka bersama-sama menuju arah selatan.


(28)

Konjungsi lalu dan lantas pada kalimat pertama itu dapat ditiadakan tanpa mengubah makna kalimat itu asalkan masih ada konjungsi terakhir (kemudian). Sebaliknya, pada kalimat kedua dapat ditempatkan konjungsi diantara kalimat dasar pertama dan kedua serta diantara kalimat dasar kedua dan ketiga. Jika hal itu dilakukan, maka kalimatnya akan berbentuk:

(1) Seorang prajurit menyelinap di balik

pepeohonan, dia mengawasi keadaan

sekelilingnya, dia melihat seorang pencari kayu diujung jalan setapak, kemudian dia lari mengejar orang itu.

(2) Laki-laki pencari kayu itu merasa diikuti orang, lalu dia menoleh ke belakang, lantas seorang prajurit berteriak memanggilnya, kemudian mereka bersama-sama menuju arah selatan.

3) Kalimat majemuk setara perlawanan.

Kalimat majemuk ini ditandai oleh konjingsi tetapi, melainkan dan sedangkan. Konjungsi itu menyatakan hubungan perlawanan antara kalimat dasar satu dan kalimat dasar yang lain dalam sebuah kalimat majemuk. Namun, masih perlu digunakan tanda koma di antara kalimat dasar yang satu dan kalimat dasar yang lain.

Contoh:

(4a) orang tua selalu meributkan masalah kenakalan remaja, tetapi kalangan remaja sendiri tak pernah mempersalahkan hal itu.

(4b) bukan anak-anak remaja yang meributkan persoalan itu, melainkan orang tua mereka yang takut anaknya melanggar pergaulan.


(29)

(4c) orang tua selalu menyalahkan anak-anaknya, sedangkan mereka sendiri terlalu sibuk dengan urusan di luar rumah.

Karena kalimat majemuk perlawanan umumnya terdiri atas dua kalimat dasar, konjungsi perlawanan selalu hadir. Tanpa konjungsi perlawanan, makna kalimat itu tidak akan memperlihatkan hubungan perlawanana secara tegas.

Bila hubungan klausa-klausa tidak sederajat maka terdapatlah kalimat majemuk bertingkat. Kalimat majemuk bertingkat (subordinasi) adalah kalimat majemuk yang hubungan antara klausa-klausanya tidak sederajat.19

Contoh:

Pencuri itu membuka jendela ketika kami tidur Dari kalimat di atas dapat dilihat bahwa hubungan antara klausa pencuri itu membuka jendela dan klausa kami tidur

tidak sederajat.

Sedangkan menurut sugono, “kalimat majemukk bertingkat adalah kalimat yang mengandung satu kalimat dasar yang merupakan inti (utama) dan satu atau beberapa kalimat dasar yang berfungsi sebagai pengisi salah satu unsur kalimat itu, misalnya keterangan, subjek, atau objek.20

Walija menambahkan, “hubungan bertingkat ditandai dengan adanya klausa utama dan klausa bawahan yang dimakasud klausa bawahan atau subordinat adalah klausa yang berfungsi

19

Asul Wiyanto. Op. Cit. hlm 51

20


(30)

sebagai keterangan dari klausa utamanya. Oleh karena itu, klausa tersebut tidak setara atau bertingkat.”21

Bila terjadi penggabungan kalimat majemuk setara dengan kalimat majemuk bertingkat, maka akan menghasilkan struktur kalimat baru yang disebut kalimat majemuk campuran. ini sejalan dengan wiyanto yang mengemukakan, “kalimat majemuk campuran adalah kalimat kalimat majemuk yang merupakan gabungan dari kalimat majemuk setara dengan kalimat majemuk bertingkat.”22

Contoh:

Sinta menggoreng tempe dan santi mengatur meja makan ketika ranti mencuci piring.

Keraf menambahkan bahwa, “kalimat majemuk campuran dapat terdiri dari sebuah pola atasan dan sekurang-kurangnya dua pola bawahan, atau sekurang-kurangnya dua pola atasan dan satu atau lebih pola bawahan.”23

1) Satu pola atasan dua pola bawahan.

Contoh:

Kami telah menyelenggarakan sebuah

malam kesenian, yang dimeriahkan oleh para artis ibu kota, serta dihadiri pula oleh para pembesar di kota itu

2) Dua pola atasan dan satu atau lebih pola bawahan

Contoh:

21

Walija. Op. Cit. hlm 6

22

Asul Wiyanto. Op. Cit. hlm 54

23


(31)

Bapak menyesalkan perbuatan itu, dan

meminta kami berjanji tidak akan

mengulangi kesalahan-kesalahan yang sama, yang dapat merugikan nama keluarga dan kedudukannya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa struktur kalimat majemuk adalah keseluruhan dari relasi antara kesatuan dengan bagian-bagian, atau antara bagian yang satu dengan bagian yang lain di dalam sebuah kalimat majemuk.

b. Karangan Deskripsi

Seorang pengarang adalah seperti seorang pengusaha toko. Ia mempunyai tumpukan bahan, untuk disuguhkan kepada para pembaca hanya bagaimana cara mengaturnya. Dalam mengarang seseorang berusaha merangkai kata-kata untuk menuangkan gagasannya. Hal ini sejalan dengan pendapat finoza bahwa,

“mengarang adalah pekerjaan merangkai atau menyusun kata, frasa, kalimat, dan alinea yang dipadukan dengan topik dan tema tertentu untuk memperoleh hasil akhir berupa karangan (bandingkan dengan pekerjaan merangkai bunga dengan hasil akhir berupa karangan bunga).”24

Di dalam buku teknik mengarang karya caraka, “mengarang adalah mengungkapkan sesuatu secara jujur, tanpa rasa emosional yang berlebih-lebihan, realistis dan tidak menghambur-hamburkan kata secara tak perlu.”25 Karsana menambahkan,

“mengarang adalah mengutarakan sesuatu dengan menggunakan bahasa secara tertulis. Dengan mengutarakan itu dimaksudkan menyampaikan,

24

Lamuddin Finoza. Op. Cit. hlm 189

25


(32)

memberitakan, menceritakan, melukiskan, menerangkan, meyakinkan, menjelmakan dan sebagainya.”26

Dari ketiga pendapat di atas dapat disiimpulkan bahwa kegiatan mengarang merupakan pekerjaan menuangkan gagasan atau pikiran dalam bentuk rangkaian kata-kata.

Kita semua mempunyai gagasan, tetapi dalam melukiskan gagasan tidaklah mudah. Seringkali kita menemui hambatan-hambatan dalam melukiskan atau menuangkan gagasan. Walija mengemukakan hambatan-hambatan ketika akan menuangkan gagasan diantaranya sebagai berikut:

1) Merasa tidak mampu mengarang

2) Merasa gagasannya tidak istimewa atau biasa-biasa saja

3) Merasa takut salah

4) Merasa takut dikritik orang lain

5) Merasa kurang mempunyai data atau bukti-bukti yang cukup untuk

mengarang dengan tema tertentu. 6) Merasa tidak terlatih27

Gagasan merupakan modal pertama seorang pengarang untuk

menuangkannya ke dalam bentuk karangan. Gagasan, ide, atau buah pikiran dapat disampaikan kedalam bentuk karangan yang sesuai dengan jenis gagasan yang ingin disampaikan. Walija mewnjelaskan macam-macam jenis gagasan sebagai berikut:

Penyajian gagasan secara umum dapat diklasifikasikan menjadi lima jenis, yaitu 1) pemaparan atau eksposisi, 2) pembahasan atau argumentasi, 3) penceritaan atau narasi, 4) pelukisan atau deskripsi, dan 5) pembujukan atau persuasi.28

Pendapat di atas sejalan dengan Finoza, berdasarkan cara penyajian pokok bahasannya tipe karangan ada lima, yaitu:

26

Ano Karsana. Buku Materi Pokok Keterampilan Menulis. Jakarta. 1986. hlm. 5

27

Walija. Komposisi:Mengolah Gagasan Menjadi Karangan. Jakarta:Penerbit Aksara. 1996. hlm 1

28Ibid


(33)

1) Karangan deskripsi (pelukisan)

2) Karangan narasi (pengisahan)

3) Karangan eksposisi (pemaparan)

4) Karangan argumentasi (pembahasan)

5) Karangan persuasi (pengajakan)29

1. Karangan deskripsi

Karangan deskripsi adalah bentuk tulisan yang bertujuan memperluas pengetahuan dan pengalaman pembaca dengan jalan melukiskan, membeberkan suatu objek sesuai dengan ciri-ciri, sifat-sifat, atau hakikat objek sebenarnya.

2. Karangana narasi

Karangan narasi adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindak tanduk, perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam suatu kesatuan waktu.

3. Karangan eksposisi

Karangan eksposisi adalah karangan yang bertujuan untuk memberi tahu, mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu.

4. Karangan argumentasi

Karangan argumentasi adalah untuk meyakinkan pembaca agar menerima atau mengambill suatu doktrin, sikap, dan tingkah laku tertentu.

5. Karangan persuasi

Karangan persuasi adalah karangan yang bertujuan membuat pembaca percaya, yakin, dan terbujuk akan hal-hal yang dikomunikasikan yang mungkin berupa fakta, suatu pendirian umum, suatu pendapat atau gagasan ataupun seseorang.

Sudah dijelaskan macam-macam karangan, di antaranya karangan narasi, karangan argumentasi, karangan eksposisi, karangan persuasi, dan karangan deskripsi. Tulisan deskripsi berupaya untuk menggambarkan sesuatu. Deskripsi

berasal dari kata describere dalam bahasa latin yaitu menulis tentang,

membeberkan sesuatu hal, melukiskan suatu hal. Sedangkan dalam bahasa inggris

29


(34)

istilah description (melukiskan). Hal ini sesuai dengan pendapat Ahmadi, “deskripsi berarti melukiskan, menggambarkan, mempertunjukan.”30

Menurut Liang Gie deskripsi berarti, “bentuk pengungkapan yang menggambarkan berbagai cerapan pengarang dengan segenap inderanya yang

bermaksud menimbulkan citra yang sama dalam diri pembaca.”31 Keraf

menambahkan,

“deskripsi adalah semacam bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu objek atau suatu hal sedemikian rupa, sehingga objek itu seolah-olah berada di depan mata kepala pembaca, seakan-akan para pembaca melihat sendiri objek itu.”32

Dalam deskripsi kita melihat objek garapan secara hidup dan konkrit; kita melihat objek secara bulat.

Karangan deskripsi berhubungan dengan pengalaman pancaindera seperti penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan perasaan. Untuk menulis satu deksiprsi yang baik seorang pengarang harus dekat kepada objek dan masalahnya dengan semua pancainderanya.

Finoza menjelaskan. “karangan deskripsi adalah karangan yang lebih menonjolkan aspek pelukisan sebuah benda sebagaimana adanya.”33

Karangan deskriptif merupakan gambaran mengenai suatu objek ataupun suatu peristiwa seolah-olah pembaca merasakan peristiwa tersebut.

Kemampuan penulis dalam menggambarkan sesuatu merupakakan hal yang utama. Ini senada dengan Wibowo, “deskripsi adalah bentuk tulisan yang mengutamakan kemampuan penulisnya dalam melukiskan

30

Muksim Ahmadi. Penyusunan dan Pengembangan Paragraf serta Penciptaan Gaya Bahasa Karangan. Malang: Y A 3. 1991. hlm 21

31

The Liang Gie. Pengantar Dunia Karang-Mengarang. Yogyakarata: Liberty. 1995. hlm 18

32

Gorys Keraf. Op. Cit. hlm. 16

33


(35)

atau merinci sesuatu (peristiwa, kejadian, atau lanskap) secara objektif via kata-kata.”34

Melalui karangan deskripsi, pengarang mengajak pembaca melihat, mendengar, dan merasakan sesuai dengan apa yang dilukiskan oleh pengarang. Sudarno dan Rahman menggolongkan deskripsi ke dalam dua bagian, yaitu:

“1) deskripsi ekspositoris: penulis mengajak pembaca agar mengetahui apa yang dilukiskan. 2) deskripsi impresionistik (stimulasi atau sugestif): menghendaki adanya kesan atau reaksi.”35

Karangan deskripsi memiliki ciri yang membedakannya dengan karangan-karangan lain. Brotowidjoyo mengemukakan,

“ciri-ciri karangan deksripsi ialah: sebagian informatif sebagian imaginatif dan subjektif, nampaknya dapat dipercaya dan tulus, berisi terutama pendapat pribadinya dan kecenderungannya, mengandung impresi spesifik tentang sesuatu, bahasanya figuratif dan alami.”36

Dari pendapat-pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa karangan deksripsi adalah penggambaran dari suatu objek atau kejadian dari hasil pengamatan pancaindera. Berikut ini adalah salah satu contoh deskripsi.

“tidak sulit menemukan rumah dewa budjana di pekayaon town house, pejaten barat, jakarta selatan. Di komplek yang hanya ditempati sepuluh unit rumah itu rumah budjana merupakan satu-satunya rumah yang mengunakan angkul-angkul itu akan tampak padmasana, tempat doa bagi pemeluk hindu bali. Di dalam ruangan rumah keluarga kecil ini juga terdapat pelangkiran, altar pemuja leluhur. Memasuki ruang tamu, kita disambut gitar di meja kayu. Gitar merek ario pro itu ditanam di meja kayu yang diberi rongga khusus untuk merebahkan gitar. Meja itu dilapisi kaca tebal sehingga gitar berada dalam posisi aman tanpa tersentuh tangan. Itu baru gitar pertama yang terlihat. Naik ke lantai dua kita akan menemui

34

Wahyu Wibowo. Manajemen Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2001. hlm 59

35

Sudarno dan Erman A. Rahman. Terampil Berbahasa Indonesia. Jakarta: PT. Hikmat Syahid Indah. hlm 117

36

Mukayat D. Brotowidjojo. Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: Akademika Pressindo. 1993. hlm 13-14


(36)

hampti 50 gitar berbagai merek di satu kamar khusus yang juga berfungsi sebagai studio.”37

B. Penelitian Relevan

Dalam penelitian ini penulis mengambil penelitian yang relevan sebagai acuan. Penelitian relevan telah dilakukan oleh Sulis Setiawati, mahasiswa Universitas Negeri Jakarta, jurusan bahasa dan sastra Indonesia pada tahun 2006. Dengan judul “Penggunaan Kalimat Majemuk dalam Ragam Jurnalistik pada Artikel dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa SMA Lab School Jakarta”. Penelitian ini berbentuk skripsi. Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Jenis kalimat majemuk yang terdapat dalam artikel terdiri atas kalimat

majemuk setara (hubungan koordinatif), kalimat majemuk bertingkat (hubungan subordinatif), dan kalimat campuran.

2. Pola kalimat dalam ragam jurnalistik lebih kompleks dengan susunan fungsi kalimat yang bertingkat-tingkat.

3. Wartawan lebih sering menggunakan kalimat mejemuk bertingkat

dibandingan dengan kalimat majemuk setara atau campuran.

4. Kalimat majemuk bertingkat (hubungan subordinatif) sangat sering

digunakan dan menempati urutan pertama terbanyak dengan berbagai tipe perluasan fungsi yaitu: 1) perluasan subjek, 2) perluasan subjek dan predikat, 3)perluasan subjek dan objek, 4) perluasan subjek dan pelengkap, 5) perluasan subjek dan keterangan, 6) perluasan objek, 7) perluasan objek dan predikat, dalam bahasa indonesia dengan baik dan benar, baik dalam lisan maupun tulis.

Dari penelitian relevan diatas terdapat beberapa perbedaan penelitian dengan yang sudah saya lakukan:

37

Frans Sartono dan Putu Fajar Arcana. “Gitar di Kamar Budjana”, Kompas. 10 Januari, 2010. hlm 27


(37)

1. Tidak ada yang dominan dalam penggunaan kalimat majemuk, begitupun dengan struktur kalimatnya. Semua kalimat majemuk memiliki porsi yang sama.

2. Pola kalimat dalam karangan deskripsi siswa tidak ada yang kompleks, karena susunannya tidak diperhatikan dalam penulisannya. Mereka lebih fokus kepada bentuk karangannya saja.


(38)

28 A. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif merupakan cara penelitian yang digunakan secara teratur dengan menggali dan membentangkan objek penelitian yang diambil pada waktu tertentu. Tujuannya untuk menerangkan secara sistematis akan fakta dan ciri-ciri yang ada. Hal ini sejalan dengan pendapat Nurul Zuriah, “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.”1 Melalui metode ini, peneliti memberikan analisis struktur kalimat majemuk, dan memberikan kesimpulan sesuai analisis yang telah di lakukan. Melalui metode ini juga akan diketahui kesimpulan mengenai kalinat majemuk di dalam karangan deskripsi. Untuk memperoleh data objektif maka dalam penelitian ini digunakan dalam bentuk penelitian, yaitu:

1. Penelitian kepustakaan atau library research, yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan, membaca, dan menganalisis buku yang ada relevansinya dengan masalah yang dibahas dalam penelitian.

2. Penelitian lapangan atau field research, yaitu penelitian yang

digunakan untuk memperoleh data-data lapangan langsung. Penelitian ini dilakukan dengan cara mendatangi langsung sekolah yang akan diteliti yaitu MAN 10 Jakarta.

1

Dra. Nurul Zuriah, M. Si. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2007. Hlm 47.


(39)

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Januari sampai desember 2011, yakni sejak penyusunan proposal, analisis teori, pengumpulan dan pengolahan data lapangan, penarikan kesimpulan, hingga penyusunan laporan hasil penelitian dalam bentuk skripsi. Seperti tertulis dalam judul, penelitian ini dilaksanakan di kelas XI MA Negeri 10 Jakarta tahun pelajaran 2011-2012. Sekolah tersebut beralamat di Jalan Joglo Baru No. 77, Kembangan, Jakarta Barat.

C. Objek, Subjek, dan Fokus Penelitian

Objek atau populasi dalam penelitian ini adalah karangan deskripsi siswa kelas XI MA Negeri 10 Jakarta tahun pelajaran 2011-2012. Populasi menurut Suharsimi Arikunto adalah keseluruhan objek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus.2 Sedangkan yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah struktur kalimat majemuk yang terdapat dalam karangan deskripsi siswa kelas XI. Sementara itu, yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI MAN 10 Jakarta.

D. Instrumen Penelitian.

Instrumen dalam penelitian ini berupa tes mengarang yang diberikan kepada siswa. Untuk memudahkan penelitian penulis dibantu tabel kerja sebagai berikut:

2

Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. 2006. hlm. 130.


(40)

TABEL ANALISIS STRUKTUR KALIMAT MAJEMUK DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA

No. karangan

No. kalimat

Bentuk kalimat

Jenis kalimat

majemuk Jumlah

klausa Pola kalimat

s b c

jumlah Ket. S = setara B = bertingkat C = campuran

E. Teknik Pengumpulan Data

Selain menggunakan metode deskriptif, penulis juga menggunakan teknik-teknik untuk mendapatkan data salah satunya adalah observasi. Data yang diperoleh harus melalui pemilihan yang benar-benar cocok dengan masalah yang diteliti, sehingga dapat memberikan data sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini sependapat dengan Mardalis. “observasi atau pengamatan digunakan dalam rangka mengumpulkan data dalam suatu penelitian, merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya sesuatu rangsangan tertentu yang diinginkan.”3

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan sebagai berikut:

1. Meminta siswa membuat karangan deskripsi

3

Drs. Mardalis. Metode Penelitian Suatu Penddekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara. 1995. Hlm 63.


(41)

2. Mengambil karangan siswa yang digunakan

3. Membaca karangan siswa

4. Memilih/menentukan kalimat yang merupakan kalimat majemuk.

F. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis tahap-tahap yang peniliti kerjakan, yaitu:

1. Memberikan penomoran pada setiap data;

2. Mencari tiap-tiap kalimat yang merupakan kalimat majemuk;

3. Menunjukkan letak atau bagian-bagian kalimat yang termasuk kalimat

majemuk dan mengklasifikasikan kalimat majemuk tersebut dalam jenisnya masing-masing;

4. Menganalisis kalimat yang termasuk kalimat majemuk;

5. Menarik kesimpulan dari data-data yang diperoleh dari hasil analisis;


(42)

32 A. Deskripsi Data

Dalam penelitian ini penulis menganalisis karangan siswa kelas XI MA Negeri 10 Jakarta. MA Negeri 10 Jakarta ini berlokasi di bilangan Jakarta Barat, lebih lengkapnya lagi di Jalan Joglo Baru No. 77, kembangan, Jakarta Barat. MA Negeri yang dikepalai oleh Mohammad Yasin, Mpd ini sudah memiliki gedung yang permanen dan bersertifikat. Dibangun pada tahun 1990 dan mulai beroperasi tahun 1993, MA negeri ini memiliki luas bangunan 1.041.5 m2 dan 3.000m2 untuk luas tanahnya.

MA Negeri ini memiliki Visi sebagai berikut:

a. Unggul dalam bidang akademik dan non akademik

b. Kreatif dalam memiliki daya cipta yang tinggi dan mampu menciptakan model Pembelajaran Berbasis IT

c. Inovatif dan peka terhadap lingkungan dan perkembangan, serta kaya terhadap ide reformasi dan berorientasi pada masa depan

d. Terampil dalam penggunaan dan pemanfaatan IPTEK, menguasai dan menggunakan Bahasa Arab dan Inggris, pengamalan nilai-nilai ajaran islam, serta penguasaan seni dan olahraga

e. Berwawasan IPTEK berlandaskan IMTAQ, berpikir rasional dan obyektif berdasarkan IMTAQ, memiliki kompetensi tinggi dalam memanfaatkan perkembangan IPTEK berlandaskan IMTAQ, serta memiliki kepekaan tinggi dan kaya akan pembaharuan berdasarkan IMTAQ


(43)

f. Menjadi rujukan dan mengembangkan model madrasah berbasis IT, serta mengembangkan kreatifitas dan produktifitas SDM.

Misi MA Negeri 10 Jakarta sebagai berikut:

a. Menjadikan madrasah sebagai tempat untuk menumbuhkembangkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.

b. Menumbuhkembangkan kebiasaan kepribadian yang berbudaya dan berakhlak mulia.

c. menjadikan madrasah yang unggul secara akademis dan non akademis d. melaksanakan kegiatan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

e. meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknonolgi serta keterampilan peserta didik dalam bidang Bahasa Arab dan Inggris

f. meningkatkan semangat kompetitif

Dari seluruh jumlah karangan siswa peneliti mengambil 25 karangan siswa yang terdapat kalimat majemuk, kemudian digunakan sebagai bahan skripsi ini. Dari 25 karangan yang dianalisis diperoleh 268 kalimat, dari keseluruhan kalimat tersebut terdapat 142 kalimat majemuk, yang terdiri dari 61 kalimat majemuk setara, 52 kalimat majemuk bertingkat, dan 29 kalimat majemuk campuran. Dari 142 kalimat majemuk tersebut terdapat 142 struktur kalimat yang berbeda.

B. Penyajian Data

Di bawah ini adalah hasil analisis yang dimasukkan ke dalam tabel analisis sebagai berikut:


(44)

No. karan gan No. kali mat Bentuk kalimat majemuk Jenis kalimat majem uk

Jumlah klausa Pola kalimat

s b c

1. 1. Pangandara

n

merupakan salah satu pantai yang indah, terletak di daerah ciamis jawa barat.

v

2 klausa S+P+K+P+K

2. Pangandara

n memiliki keunikan tersendiri, disana terdapat sebuah

batu ikan

hiu yang

disebut

batu ikan

hiu.

v

2 klausa S+P+Pel+K+P+Pel+K

3. Jika

menjelang petang atau sore sunsetnya begitu indah, udaranya sangat sejuk, burung-burung mulai berkicau, mendekati matahari yang terbenam. v

5 klausa K(P+O)+S+P+S+P+S+P+ P+O+K


(45)

5. Jika pagi tiba, anginnya bertiup sepoi-sepoi,

berjalan-jalan di

pantai, pasirnya sangat bersih putih, panorama alamnya sangat indah. v

5 klausa K+S+P+K+S+P+K+P+K+

S+P+S+P

6. Ketika di

sana, aku

menaiki sebuah perahu setelah itu menaiki sebuah perahu, ditengah-tengah laut tampak jelas keindahann ya. v

3 klausa K+S+P+O+K+P+O+K+P

+Pel

7. Begitu

sempurna, ikan-ikan yang beraneka ragam, terumbu karang yang sangat indah, ditambah v


(46)

lagi binatang-binatang

laut yang

sangat unik.

13. Objek

wisata yang banyak dikunjungi

oleh para

wisatawan asing karena memiliki panorama alam yang indah.

v

2 klausa S+(K+P+O)+K(P+O+K)

16. Pantai

pangandara

n harus

dilestarikan , agar tetap menjadi objek wisata yang sering dikunjungi oleh wisatawan

lokal dan

mancanega ra.

v

3 klausa S+P+K(P+Pel)+K+P+O

2. 1.

Perumahan Mutiara garuda yang terletak di petukangan selatan, terdapat rumah v


(47)

seorang siswa

MAN 10

Jakarta. 2.

Jika kita

memasuki perumahan atau komplek tersebut,

kita pasti

akan menemuka n berbagai macam tukang makanan, dari makanan untuk pagi hari sampai malam.

v

2 klausa K+S+P+O+S+P+O+K

3.

Jika kita

memasuki perumahan atau komplek tersebut,

kita pasti

akan menemuka n berbagai macam tukang makanan, dari makanan untuk pagi hari sampai malam.

v


(48)

4.

Ketika kita hendak memasuki komplek

blok C1

No. 2, kita juga akan menemui pepohonan yang rapih tempatnya, untuk menyantai setiap sore. v

3 klausa K+S+P+O+S+P+O+K+K(

P+K) 5. Memasuki dan melewati beberapa gang komplek,

kita akan

melihat rumah siswa

MAN 10

Jakarta.

v

2 klausa P+O+S+P+O

9.

Jika kita

hendak membuka pintu rumah, terdapat ruang tengah yang amat rapih, dan banyak kita lihat

barang-barang antik dari

v

3 klausa K+S+P+O+P+Pel+K+K+


(49)

gelas antik sampai patung yang antik. 10. Jika hendak memasuki kamar Aidir siswa

MAN 10

Jakarta, akan terlihat gitar listrik yang menarik dan hiasan kamar yang menggamb arkan cowok-cowok dewasa mempunya

i sosok

yang ideal.

v

3 klausa K+P+O+K+P+Pel+K+S+

P+O+K

11.

Tidak di

kamar itu

saja, jika

kita mau

melalui kamar yang

ada di

lantai atas

yang jika

menaiki tangganya kita harus melewati dapur yang sederhana.

v

4 klausa P+K+K+S+P+O+K+K+P


(50)

12.

Di lantai

atas terdapat ruang komputer dan ruang tamu anak remaja untuk teman-teman Aidir, dan di kamarnya pun terdapat gitar-gitar anggota band MAN 10 Jakarta yang biasa ditaruh di atas

dinding.

v

3 klausa K+P+Pel+K+K+P+Pel+K +K(P+K)

3. 1.

Pagi hari

yang sejuk,

aku lihat

burung-burung berkicau riang, menyambu t datangnya mentari di ufuk timur.

v

3 klausa S+P+S+P+O+K+P+O+K

2.

Dari kejauhan

aku lihat

kabut-kabut yang

sejuk dan

hamparan sawah yang

v


(51)

menguning . 3. Hamparan-hamparan rumput sangat luas dan dibasahi oleh embun-embun pagi. v

2 klausa S+P+P+O

4.

Terlihatlah

dari arah

kejauhan bukit-bukit yang menjulang tinggi, disusul oleh pohon-pohon yang semakin tinggi. v

2 klausa P+K+O+K+P+O+K

5.

Tak lama

kemudian seorang bapak yang setengah tua berjalan mendekati sawah-sawah, ibu-ibu petani yang sudah siap untuk memanen padi.

v

2 klausa K+S+K+P+O+S+K(P+O)

6.

Ku lihat

v


(52)

pula anak-anak kecil yang berlarian dan bermain-main ditambah angin-angin yang

sejuk dan

sepoi-sepoi. 8.

Jalan raya dipenuhi oleh kendaraan-kendaraan,

polusi di

mana-mana dan sampah berserakan dimana-mana, mengotori setiap jalan-jalan dan selokan. v

3 klausa S+P+O+S+K+S+P+O+P+

O

9.

Setiap pagi mobil-mobil angkutan penuh dengan penumpang diantaranya penuh dengan anak sekolah. v


(53)

11.

Siang hari begitu panas oleh sengatan matahari, tapi tetap semilir angin menerpa tempat tinggalku. v 2 klausa K+P+O+K+S+P+O

4. 1.

Keadaan rumahku yang sangat sejuk, karena dari mulai gerbangnya penuh dengan pot bunga-bunga.

v

2 klausa S+P+K(K+P+K)

2.

Warna cat rumahnya

pun hijau

dan di atas pintu pertama ada bunga yang sangat menyejuka n hati dan pikiran.

v

2 klausa S+P+K+S+P+O

3.

Di ruang

tamupun terlihat bunga-bunga yang

v

4 klausa K+P+O+K+P+K+K+P+O


(54)

indah, dan

masuk ke

ruangan keluarga juga banyak terlihat akuarium dan terdengar gemuruh

air dari

akuarium-akuarium tersebut, itupun sangat menyenang kan hati. 4.

Masuk ke kamar-kamarpun terlihat lukisan-lukisan bunga atau pohon-pohon yang sangat

hijau dan

menarik perhatian orang yang pernah datang ke rumah itu.

v

4 klausa P+K+P+O+K+P+O+K+P

+K

5.

Dan setelah itu masuk ke ruangan dapur juga terlihat

v

3 klausa K+P+K+P+O+K(P+Pel)+ P+Pel


(55)

tembok dapurnya yang di cat

hijau dan

diberi lukisan tumbuh-tumbuhan. 7. Dan keluarga kamipun setiap hari selalu berkumpul di belakang rumah, karena menurut kami berkumpul bersama-sama keluarga di dekat kolam ikan dan bunga itu

membawa semangat kami untuk menghadap

i semua

cobaan yang akan datang esok hari.

v

6 klausa S+K+P+K+K(P+O)+P+K

+O+K+P+O+K(P+O)+K+ P+O

5. 1.

Rumah yang indah terdapat halaman rumah yang v

3 klausa S+K+P+Pel+K+P+K+S+ K+P+O


(56)

bersih, penuh dengan pohon-pohon, dan bunga-bunga yang cantik menghiasi halaman rumah. 2.

Di dalam

ruang tamu terdapat kursi yang biasa ditempati oleh keluarga, untuk menikmati siaran televisi dan di sini juga terdapat foto keluarga

dan jam

dinding.

v

4 klausa K+P+Pel+K+P+O+K(P+ O)+K+P+Pel

3.

Melihat kesisi lain rumah terdapat kamar tidur

yang di

dalamnya sangat sederhana.

Di sana

terdapat lemari pakaian,

v


(57)

tempat buku, jam dan jadwal pelajaran. 4.

Selain terdapat ruang tamu dan kamar tidur, terdapat juga dapur tempat ibu memasak dilengkapi peralatan untuk memasak yang bersih. v

3 klausa P+Pel+P+Pel+K(S+P)+K( P+O+K)

5.

Dilihat dari sekitar, keadaan rumah tertata dengan rapi dan indah sehingga kita merasa nyaman.

v

3 klausa P+K+S+P+K+K(S+P+O)

6.

Walaupun rumah tersebut tidak besar

dan jauh

dari

keramaian, tapi bagiku rumah tersebut indah.

v


(58)

7. Apalagi kalau melihat ke halaman belakang rumah terdapat sawah dan udara yang segar v

2 klausa K+P+K+P+Pel+K

6. 1.

Suasana di taman bandung sangat cerah, namun

udara di

Bandung

segar dan

dingin.

v

2 klausa S+K+P+S+K+P

2.

Di sekitar taman wisata baik dan ramai, tapi sayangnya banyak sampah-sampah yang berserakan. v

2 klausa K+P+K+S+P

10.

Taman Ciater Bandung

ini indah

dan cuaca yang cerah agak mendung, udaranya segar. v


(59)

7. 1.

Desa kami sangat indah dan sejuk, lingkungan nya sangat bersih, dan pendudukn

ya ramah

dan sejahtera.

v

3 klausa S+P+S+P+S+P

2.

Di pagi

hari desa

kami sangat segar karena disekeliling kami banyak sekali pepohonan yang hijau-hijau, dan tercampur binatang yang unik,

ada itik,

ayam, dan juga

kambing.

v

3 klausa K+S+P+K(K+S+P)+P+O

+K+K

4.

Desa kami suka sekali memelihara binatang

itu dan

kalau sudah besar binatang itu v


(60)

menghasilk

an uang,

lumayan untuk tambahan belanja. 7.

Tapi masih banyak juga tanaman yang harus ditanam, karena tanaman itu memerluka n air yang sangat banyak, seperti terong dan pare.

v

2 klausa K+S+P+K+S+P+O+K+K

9.

Dan orang-orang kampung itu

membantu kannya,

ada yang

memetik

dan juga

mengikatka n, tapi yang membantu itu diberi upah.

v

2 klausa S+P+K+K+P+Pel

8. 1.

Terbentang luas

samudera biru, serta debur

v


(61)

ombak dan pasir putih menghiasi indahnya dirimu. 2. Sejuknya angin seakan membuatk u terlelap oleh

kesempurn

aan mu,

karang-karang yang membentan g menandaka n keindahan kehidupan mu. v

2 klausa S+P+O+K+S(P+O).

3. Suasana yang bersih, indah, seakan-akan diriku

tak bisa

meninggal kan keindahan mu. v

2 klausa S+P+K+S+P+O

4. Debur ombak sangat kencang serta birunya airmu v


(62)

membuatk

u ingat

akan kemaha esaan. 5.

Sungguh maha besar kuasamu atas segala kesempurn aan, kaulah surgaku

v

2 klausa K+P+O+K+S+P

6.

Ku ingin

selamanya

ada di

dekatmu karena kau

tak akan

pernah mati.

v

2 klausa S+P+K+K(S+P)

7.

Dirimu disukai oleh banyak orang yang ingin merasakan keindahan lingkungan mu v

2 klausa S+P+O+K(P+O)

9. 1.

Pada suatu

hari aku

memandan gi lingkungan keadaan rumahku kemudian aku melihat

isi rumah

yang

berada di

v

3 klausa K+S+P+O+K+S+P+O+K(


(63)

sekitar rumahku. 2.

Di depan

rumahku terdapat pohon jambu dan pepohonan lainnya untuk melindungi dan menghinda ri panasnya matahari.

v

2 klausa K+P+Pel+K(P+O)

3.

Bukan

hanya itu

saja yang

aku lihat,

tapi aku

juga melihat keadaan isi rumahku.

v

2 klausa K+S+P+S+P+O

4.

Pertama kulihat kursi sofa yang berwarna

biru dan

memasuki

ke dalam

rumah banyak peralatan rumah tangga, ruang tamu, kamar tidur, ruang keluarga dan dapur. v


(64)

6.

Aku kagum terhadap jerih payah kedua orang tuaku yang begitu peduli terhadap lingkungan tempat tinggalnya. v

2 klausa S+P+Pel+K(P+Pel)

8.

Suatu saat

aku ingin

seperti mereka karena mereka bisa

menata dan menjaga lingkungan di sekitarnya. v

2 klausa K+S+P+K+K(S+P+O+K)

9.

Aku harus lebih banyak belajar dari mereka, bagaimana cara menjaga lingkungan yang baik. v

2 klausa S+P+K+K+P+O+K

12. Harapanku adalah ingin seperti kedua tuaku karena v


(65)

mereka bisa menjaga lingkungan yang baik

dan sehat

untuk masa depanku nanti. 13.

Hanya ada

satu hal

yang belum aku ketahui yaitu bagaimana caranya diriku mencintai lingkungan . v

2 klausa K+S+P+K(S+P+O)

10. 1.

Sangrila adalah tempat wisata yang banyak sekali dikunjungi para wisatawan asing, karena keindahan tempat tersebut. v

2 klausa S+P+Pel+K+P+O+K

2.

Hampir setiap hari tempat itu selalu ramai, pasirnya yang bersih, v 4 klausa K+S+P+S+P+S+P+K(S+P +K)


(66)

airnya yang jernih membuat turis semakin betah

berlama-lama di

sana. 3.

Sekarang

ini sudah

tidak layak dikunjungi, karena tempat itu sudah tercemar akibat tangan manusia yang tidak bertanggun

g jawab

yang membuang sampah sembarang an. v

3 klausa K+K+P+K[S+P+K(S+K)] +P+O+K

4.

Air laut

yang bersih menjadi kotor, karangpun akhirnya mati, ikanpun akhirnya berpindah tempat, pasir yang bersih menjadi kotor.

v

4 klausa S+P+K+S+K+P+S+K+P+


(67)

6.

Maka dari

itu kami

sebagai penerus bangsa Indonesia tidak akan merusak lingkungan tempat tinggal kami.

v

2 klausa K+S+P+P+O

C. Analisis Data

Berdasarkan hasil karangan siswa, peneliti mengamati terdapat beragam macam struktur kalimat majemuk pada karangan siswa kelas XI MA Negeri 10 Jakarta. Adapun data yang dianalisis sebagai berikut.

1. karangan 1 dengan judul pantai pangandaran

Kalimat:

4) Pangandaran merupakan salah satu pantai yang indah, terletak di daerah ciamis jawa barat.

Kalimat (1) mempunyai 2 klausa, yaitu:

(a) Pangandaran merupakan salah satu pantai yang indah

(b) Terletak di daerah ciamis jawa barat

Klausa (a) berpola S+P+K, klausa (b) berpola P+K. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya. Kalimat (1) termasuk kalimat majemuk setara.

5) Pangandaran memiliki keunikan tersendiri, disana terdapat sebuah batu

ikan hiu yang disebut batu ikan hiu. Kalimat (2) mempunyai 2 klausa, yaitu:


(68)

(b) Disana terdapat sebuah batu ikan hiu yang disebut batu ikan hiu Klausa (a) berpola S+P+Pel, klausa (b) berpola K+P+Pel+K. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (2) termasuk kalimat majemuk bertingkat.

6) Jika menjelang petang atau sore sunsetnya begitu indah, udaranya sangat sejuk, burung-burung mulai berkicau, mendekati matahari yang terbenam.

Kalimat (3) mempunyai 5 klausa, yaitu: (a) Jika menjelang petang atau sore

(b) Sunsetnya begitu indah

(c) Udaranya sangat sejuk

(d) Burung-burung mulai berkicauan

(e) Mendekati matahari yang terbenam

Klausa (a) berpola K(P+O), klausa (b) berpola S+P, klausa (c) berpola S+P, klausa (d) berpola S+P, klausa (e) berpola P+O+K. Ditinjau dari sifat hubungan antar klausanya kalimat (3) termasuk kalimat majemuk campuran.

7) Panorama alam yang jarang sekali ditemukan.

Kalimat (4) merupakan kalimat tunggal dengan pola S+K(P).

8) Jika pagi tiba, anginnya bertiup sepoi-sepoi, berjalan-jalan di pantai, pasirnya sangat bersih putih, panorama alamnya sangat indah.

Kalimat (5) mempunyai 5 klausa: (a) Jika pagi tiba

(b) Anginnya bertiup sepoi-sepoi

(c) Berjalan-jalan di pantai (d) Pasirnya sangat putih

(e) Panorama alamnya sangat indah

Klausa (a) berpola K+S+P, klausa (b) berpola K+S+P+K, klausa (c) berpola P+K, klausa (d) berpola S+P, klausa (e) berpola S+P. Ditinjau


(69)

dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (5) termasuk kalimat majemuk campuran.

9) Ketika di sana, aku menaiki sebuah perahu setelah itu menaiki sebuah perahu, ditengah-tengah laut tampak jelas keindahannya.

Kalimat (6) mempunyai 3 klausa, yaitu:

(a) Ketika di sana, aku menaiki sebuah perahu

(b) Setelah itu menaiki sebuah perahu

(c) Di tengah-tengah laut tampak jelas keindahannya

Klausa (a) berpola K+S+P+O, klausa (b) berpola K+P+O, klausa (c) berpola K+P+Pel. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (6) termasuk kalimat majemuk bertingkat.

10)Begitu sempurna, ikan-ikan yang beraneka ragam, terumbu karang yang sangat indah, ditambah lagi binatang-binatang laut yang sangat unik.

Kalimat (7) mempunyai 3 klausa, yaitu:

(a) Begitu sempurna, ikan-ikan yang beraneka ragam

(b) Terumbu karang yang sangat indah

(c) Ditambah lagi binatang-binatang laut yang sangat unik

Klausa (a) yang berpola K+S+P, klausa (b) berpola S+P, klausa (c) berpola P+Pel+K. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausa, kalimat (7) termasuk kalimat majemuk campuran.

11)Biasanya setiap hari, banyak para nelayan dan para penjual aksesoris dari

binatang laut mengambil ikan dan tumbuhan-tumbuhan laut untuk dimanfaatkan, misalnya untuk kalung, cincin dari terumbu karang, dari mutiara, dan dari kulit kerang.

Kalimat (8) merupakan kalimat tunggal dengan pola K+S+K+P+O+K.

12)Mereka olah menjadi sebuah aksesoris yang sangat indah.

Kalimat (9) merupakan kallimat tunggal dengan pola S+P+K(O+K)


(70)

Kalimat (10) merupakan kalimat tunggal dengan pola S(S+P)+K.

14)Pangandaran merupakan pantai yang sangat sejuk, bersih, dan indah.

Kalimat (11) merupakan kalimat tunggal dengan pola S+P+K.

15)Banyak pepohonan di sana.

Kalimat (12) merupakan kalimat tunggal dengan pola S+K.

16)Objek wisata yang banyak dikunjungi oleh para wisatawan asing karena memiliki panorama alam yang indah.

Kalimat (13) mempunyai 2 klausa, yaitu:

(a) Objek wisata yang banyak dikunjungi oleh para wisatawan asing

(b) Karena memiliki panorama alam yang sangat indah

Klausa (a) berpola S+(K+P+O), klausa (b) berpola K(P+O+K). Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (13) termasuk kalimat majemuk setara.

17)Sungguh sangat bahagia aku bisa kesana.

Kalimat (14) merupakan kalimat tunggal dengan pola K+S+P+K.

18) Keindahan alam yang begitu sempurna.

Kalimat (15) merupakan kalimat tunggal dengan pola S+K.

19)Pantai pangandaran harus dilestarikan, agar tetap menjadi objek wisata yang sering dikunjungi oleh wisatawan lokal dan mancanegara.

Kalimat (16) mempunyai 3 klausa, yaitu: (a) Pantai pangandaran harus dilestarikan

(b) Agar tetap menjadi objek wisata

(c) Yang sering dikunjungi oleh wisatawan lokal dan mancanegara

Klausa (a) berpola S+P, klausa (b) berpola K(P+Pel), klausa (c) berpola K+P+O. Ditinjau dari sifat hubungan antarklausanya, kalimat (16) termasuk kalimat majemuk bertingkat.


(1)

"v

:

:

f lr.1)21

F,tA.

Iata lih? kvygh^ Tpytp^) hny,^l6

-?aaa (sctfu hr^ci awrnffnandanel

lin5 Wng^n y"od^a6,

rr:'w-q6

\a., !e ., olia,,n aW h^diharl isi r,rrnal" Vv\ bWA^

,\i &ltlar fur-"u.h

lc., , A,aQr,l^ rtnruhiq.z lrrtar"r

phm Jarnt.i

Aa" |,e p"honan lainryq uh.tvV fn e\i

"d..ei

lan \nghir4ari

bnnn5ngr r.natahan . lrr"f*rn [^^^p^ ih, gCr-fi uy\V qr{v lihat,

l"f; avu 1vy l^rli l,.a't Vwd^an iri ruhn^h

Fu ?erta'"r,

h til^nt'

Yt'rS\ CDIA yV

bf rwr.nrl^a

\"iru i.an h^Afnab-,h b2 A^l an

ruh^ h \ong^t, |tra\alr,., rurr^ah ltng2^ ,N(ny l-a.n, ,ln^r,.a.

fi/w

, tvn11 ["alrcn"6o

]orn dn1o,r, a.*., y^ztihart 1ey".n1n

l<.r

Yhry I e'r sr*^ &eil' ,ap', ba rr^e,r,

c.wpo. afu bq'*n

i,rnhacay

&ri!

F^p^h Vtdu^ vfor)l3ayv

.b.v

tnggiy- y.ed,',l', Ydrl^odc-y

iin2 lr'npa^ lgr^ p^} hrrTEalrga . ah- laV rn6,v l.^r^h dU7fq

Vdv, opar) \aV-

|tl1V (r.at aW iry,itn rut1erl rnerrey

lareru muevq viv lnvnAk atnn lr\r,rylge., lirryt<ryr,n A^' teklw,y6

ttlow

L*.,v-t lebih ba''g^( te(a?m" otArt n(rel+-

, Vrq,tr'..ar.rtu

e^ra tnmvqn l,ng..l"wrgan

Vary lnrY . D"On u2m2a1 bwa^

t

-V Ud" b0.$ \UdA"

o,l^

ru6ap.y, I e+e^+^

| arJwgn ra1"i

, l^nulal

dari teVrrfuL a^t^,lcu

sar^ pai LnLy

fuhah.

,hoy !^ fu - 61an

dala^

rvv"n^\a hl"\cor,, sgtaeti

li^b":;;h lLtcart,ryrrn r^r.rr^.,a,hpu

ifu a*fr

gt4ryN hg,no,rwrrn,

Har a;,nnp- addark Jrpir,, t.1g4e;, [crt"ra o*"

t rafa, ftn1}tv, hgrot(al hf^ Lnan Jgr, \rS\eurbrnW Wv, lniY

i^n rahat vhh,l. lnaser d\tro,nw hanh . h^ry ,lu gr{lt, hht

brV Lrt*" nV^ Iz Uf"ri ry^iw b'ryart'w^n^

(krmrgrw

dtn'p,


(2)

'.--t I I

nvr l€lA l{

-a

Sqng

lr.a,.

Ja'ng llrpa hclalc*t irm,pal w\gal a.

Cuy \ arwy

cvvalt-c\i h,n7ung. Pcnrrr \.ui sa) C.,w4v- o),t

,lrir<,r,u ltg 1n6)V^ov\

tem'6nl I usevoa . ll a*p, ;^ srytar Lr. re^rrv,al it-v Je\cr

tu rcttyr6n

Pfr>i

rnw\ 9un, L6s;l at rnT. vun) )err,1h rn4ry^bv

arl 1,,,r\5

SennaKrr.

lresrl, \Wla^6,l,n*a

6lr

fona , SQ,yArare

tni g,rclah

['c{ar lavos fi\lv',tvr3t ,pargrv Tt''yaq+ r}u (.rc)ah }errornn,

A+p;066 tan ,a",' 7ta6.6g,

)ik

W"5 ltaaV b€rl ^nbur,2 b,"^b Van5

I

lnZv"nh-avw2

SahnhahS(nbarrnrrfur,

, a^ r I ad gan, bw;b ry\ ry*c1l

Wor , Yr'ar2 Pw a"l".i rn?c1 *afl ,'ry ^n pun avh.y9 Le,

p,r,olr\

tt-.ynl , thtr' b42 borsJ hff>na,

"b+vt

, ay,t;Frvh )em,r^1 ih,

fun )',an9a hnenr.nr

fal.qn y-6x,6n

(ulcl - MtniA jart i+v yarnt Sebaq^,

7e^u4 ba-vra lnolons5',u,,

'hlcnr ayur-, rngrur)ra( l\g)t^,n,ao )enp^l

trtn951r,t

\(^^

t t

I

't


(3)

t{

1

LEMBAR UJI REFERENSI

Nama

: Anung Adhy Nugroho

N I M

: 1 0 2 0 1 3 0 0 0 8 2 5

Judul skripsi

: Bagaimana Struktur Kalimat Majemuk datam Karangan

Deskripsi Pada Sisr,'a

Kelas XI MAN l0 Jakarta

No

Judul Buku

Para

Dosen

I

Ahmadi,

Muksin.

19@

Pengembangan Paragraf serta penciptaan Gaya

Bahasa Karangan. Malang: y A 3

, *

2

AkJradiah,

Sabarti,

dkk. 1989. per,@

Menulis Bahasa Indonesia.

Jakarta:

Erlangga

ct

a

J Alisjahbana, S. Takdir. 1983. Tata Bahasa Eoru Baha*

Indonesia. Jakarta: Dian Rakvat

\(f,

At/

4

Arifin, E. Zaenal

dan Farid Hadi. 20m

B erbahas

a. Jakarta:

Akademika

pressindo

.&;

5

tsrotowidjoyo,

Mukayat D. 1993. penulisan Kdangan

Ilmiah.

Jakarta:

Akademika

pressindo

n l( l

6

Chaer, Abdul. 2006. Tata Baha.sa prikt! Bahasa

Indone.cia. Jakarta: Rineka Cipta

,d.

1

Chaer, Abdul dan Leoni AgustinaJ004. S"ri"lrrg"lrtlk. Jakarta: Rineka Ciom

- L

\ ( 0 ' l

8

C-araka, Cipta Loka. 1993. r@.

Yogyakarta:

kanisius

9

Finoza,

Lamuddin.

2ool. Ko^pffi.

Jakarta: Insan Mulia

,d

t 0

Gie, The Liang. 1995. peng@

me

ngar an g. Y o gy akarta: Liberty

+;

l l

Karsana, Ano. 1986. Keterampiffi

Karunika

\ y

,TA

t 2

Keraf, Gorys. 1980. KomposlsiJores:

I{usa Indah

.6,n

1 3

1991. Tata Bahasa Indonesia. Flores:

Nusa Indah

'^il

t 4

1995. El<sposisi. Jakarta: Grasindo

fi

l 5

futlayasa,

Ida Bagus.

2007.

Analisis

EAt*afiM:

Refika Aditama A ' L

tr,

l 6

Sartono, Frans dan Putu fa@

kamar budjana". Kompas

L 1

I


(4)

'r

t I

i

. l

t 7

Sudarno dan Erman A. Rahman. Terampil Berbahasa

Indonesia. Jakarta: PT. Hikmah Svahid Indah. nI

l 8

Sugono, Dendy. 1994. Berbahasa Indonesia Dengan

penar. Jakarta: Puspa Swara

{r^

l 9

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Menyimak Sebagai Suatu

Keterampilan

Berbahasa.

Bandung:

Angkasa

,),1

20

Walija. 1996. KOMPOSISI: Mengolah Gagasan

Menjadi l{grangan. Jakarta:

Penebar

Aksara

d'^'

2 l

Wibowo, Wahyu.

2001. Manajemen

Bahasa.

Jakarta:

pT

Gramedia

Pustaka

Utama

\ / n ' l

22

Widyamartaya,

A. 1990. Seni Menggayakan

Kaliiar.

Yogyakarta:

Kanisius

4n'

23

Wiyanto, Asul. 2005. Tata Bahasa Sekolah. Jakarta:

Grasindo

:d

24

Zaenal, E dan Amran Tasai. 1985. Cermat Berbaiisa

Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Pustaka

Antarkota

d

Mengetahui,


(5)

r

Nomor : Un.01/F. l/KM .01.3 1 ...1201 1 L a m p . :

-Hal : Bimbingan Skripsi

Jakarta, 20 Juni 201 I

untuk menjadi pembimbing I/Il Kepada Yth.

Dr. Nuryani, S. Pd., MA Pembimbing Skripsi

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullalt

Jakarta.

A s s alamu' al aikum wr.w b.

Dengan ini diharapkan kesediaan Saudara (materi/teknis) penulisan skipsi mahasiswa:

Nama NIM Jurusan Semester Judul Skripsi

Anung Adhy Nugroho I 070 l 3000825 PBSI

VIII (Delapan)

Struktur Kalimat Majemuk dalam Karangan Desktipsi

pada Siswa Kelas XI MAN 10 Jakarta

Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal 1 Juni 201 l, abstraksi/outline terlampir, Saudara dapat melakukan perubahan redaksional pada judul tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohon pembimbing menghubungi Jurusan terlebih dahulu.

Bimbingan skripsi ini diharapkan selesai dalam waktu 6 (enam) bulan, dan dapat diperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan'

Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih' W as s al amu' al aikum wr. w b.

a.n. Dekan

i,'pBhasa dan Sastra Indonesia idl'. ,t')

Fitrivah ZA. M.Pd

Tembusan: 1. Dekan FITK 2. Mahasiswa ybs.

KEMENTERIAN

AGAMA

_#%,

utN JAKARTA

: * d ' i m l F I T K

i-Y{1"!-9^.; Jt. tr H. Juanda No ss ciputat 15412 tndonesia

FORM (FR)

No. Dokumen : FITK-FR-AKD-081 Tgl. Terbit : 1 Maret 2010

N o . R e v i s i : : 0 1

H a l 1t1

SURAT

BIMBINGAN

SKRIPSI


(6)

F

I

*

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Jakaria, 6 Dcsember 1987. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Pendidikan penulis di muiai dari Taman K-anak-kanak Negeri Per'bina Nasional, setelah itu penulis melanjutkan di SDN 05 Jakarta. Setelah menamatkan SD, jenjang SMP ditempuh di SMPN 245 Jakarta. Pendidikan SMA pacia SMAN 32 Jakarta.

Selepas SMA penulis sempat vakum setahun dari pendidikan karena tidak diterima di PTN. Tahun berikutnya melanjutkan ke program Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah iakarta. Program tersebut diselesaikarr pada 2014. Sejak duduk dibangkr.r SN4P. penr.rlis aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler. Pada 2001, penulis aktif dalam kelompok PRAMLIKA di SMPN 215 jakarra. Pada jenjang SMA, penuiis pun aktif dalam Pasukan Peiigibar Bendera (PASKIBRA) di SIvIAN 32 Jakarta yang kerrrudian menjabat sebagai Ketua Harian PASKIBRA SMAN 32 jakarta periocie 2004-2005. Menapaki dunia perkuliahan, jiwa organisasi yang dimiliki penulis pun tidak sepadat pada saat SMP maupun SMA. ln{eskipun tidak aktif di dalam organisasi di kampus, penulis sempat tergabung dalam Volunteer Officer (VO) pada SEA Games 201I Jakarta-Palembang. Pada SEA Games tersebut penulis di percaya sebagai koordinator sektor.

Pada tahun 2009 hingga saat ini, penulis menemukan dimana dirinya merasa nyaman, penulis lebih memilih untuk memrltar 180 derajat passionnya dari jurusan yang ditekuninya saat kuliah untuk menjadi seorang koki. Semenjak saat

iiu penulis lebih memilik untuk bisa meniadi seorang koki profesional. Diau'ali dengan mengambil kursus memasak di salah satu lembaga kuliner, penulis memberanikan diri untuk menjadi Private Chef.Di tahun 2012 pertulis akhirnya mendapatkan kesempatan untuk bisa bekerja di salah satu Patiserie di bilangan Jakarta pusat. Semenjak saat itu penulis mulai berkonsentrasi untuk menjadi seorang profesional chef.