Pengaruh Media Video Terhadap Kemampuan Berpidato Siswa Kelas X Sma Negeri 13 Kabupaten Tangerang Tahun Pelajaran 2012-2013

(1)

PENGARUH MEDIA VIDEO TERHADAP KEMAMPUAN

BERPIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 13

KABUPATEN TANGERANG

TAHUN PELAJARAN

2012-2013

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Mencapai Syarat-Syarat Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (S.Pd)

Oleh Siti Rohaeti NIM. 208013000017

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

i

ABSTRAK

Siti Rohaeti, NIM 208013000017, Pengaruh Media Video Terhadap Kemampua Berpidato Siswa Kelas X SMAN 13 Kabupaten Tangerang. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pembimbing: Makyun Subuki, M.Hum.

“Pidato adalah berbicara di muka umum dengan tujuan memberikan tambahan ilmu pengetahuan atau untuk mengajak para pendengar berpikir dan/atau bertindak seperti dinasehatkan oleh orang yang berpidato. Sedangkan, berpidato merupakan bagian dari berbicara yang pada umumnya terbagi atas du macam, yaitu pidato di depan masyarakat dan pidato pada konferensi. Keduanya merupakan pengajaran yang sangat penting dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya pada siswa SMA agar dapat menyampaikan pikiran, informasi serta gagasan kepada khalayak”.

“Media merupakan alat saluran komunikasi. Agar pembelajaran dapat mudah dimengerti maka seorang guru pada umumnya menggunakan media pembelajaran dengan tujuan agar informasi atau bahan ajar tersebut dapat diterima dan diserap dengan baik oleh para siswa. Sebagai wujud bahwa bahan ajar tersebut dapat diterima oleh para siswa dibuktikan dengan terjadinya perubahan-perubahan perilaku baik berupa pengetahuan, sikap, maupun keterampilan”.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengaruh berpidato sebelum dan sesudah menggunakan media video di SMAN 13 Kabupaten Tangerang. Karena kemampuan itu merupakan suatu sikap atau dorongan yang dilakukan secara terus menerus agar tercapai segala sesuatu yang diinginkan.

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dari data pembelajaran berpidato bahwa hasil nilai uji homogen Dari perhitungan diperoleh Fhitung 1,79 dan dari grafik daftar distribusi F dengan dk pembilang = 31-1= 30. Dk penyebut = 31-1 = 30. Dan α = 0.05 dan Ftabel = 7,65. Tampak bahwa Fhitung < Ftabel. Hal ini berarti data variabel X dan Y homogen.

Dari hasil penelitian statistik diketahui bahwa nilai r hitung adalah 0,98, sedangkan r tabel adalah 0,150 dengan batas signifikasi 5%. Artinya bahwa nilai r hitung lebih besar daripada nilai r tabel, yakni 0,98 > 0,150. Dengan demikian dapat disimpulkan berdasarkan hipotesis yang diajukan bahwa ditolak pada taraf signifikasi 5%. Sedangkan hipotesis alternatif diterima, yang berarti terdapat korelasi yang positif yaitu terdapat pengaruh media video terhadap kemampuan berpidato siswa. Nilai r hitung termasuk kategori interprestasi antara Variabel X dan Variabel Y terdapat korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi.


(6)

ii


(7)

iii

ABSTRACT

Siti Rohaeti, NIM 208013000017, Influence Media Video Against Ability Speaking Class X Students of SMAN 13 Tangerang Regency. Education majors Indonesian Language and Literature, Faculty of Tarbiyah and Teaching, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Supervisor: Makyun Subuki, Hum.

"Speech is speaking in public in order to provide additional knowledge or to invite the listener to think and/or actas advised by the people who made a speech. Mean while, addressing a part of the talk, which generally consists of dukinds, namelya speechin front of people and speaking at conferences. Both arevery important in teaching learning Indonesian, especially in high school students in order to convey ideas, information and ideas to the audience".

"The media is a tool of communication channels. So that learning can be easily understood that a teacher in general use instructional media in order for the information or learning materials can be received and absorbed by the students. As the realization that the teaching material can be accepted by the studentsis evidenced by the occurrence of behavioral changes in the form of knowledge, attitudes, and skills".

The purpose of this study was to describe the influence of speech before and after using video media in SMAN 13 Tangerang Regency. Due to the ability of

anattitude or impulse

performed continuously in order to achieve everything desired.

Based on the analysis and discussion of the speech learning data that results from the calculation of the value of the homogeneous test obtained from the graph of F 1.79 and F distribution list with numerator df = 31-1 = 30. Dk denominator = 31-1 = 30. And α = 0.05 level and F table = 7.65. It appears that the F value <F table. This means that the data variables X and Y homogeneous.

From the results of statistical research note that the calculated value of r is 0.98, whereas r table is 0.150 with a significance limit of 5%. This means that the calculated value of r is greater than r table value, ie 0.98> 0.150. It can be concluded based on the hypothesis that H_o rejected at the 5% significance level. While H_a alternative hypothesis is accepted, which means that there is a positive correlation, namely the influence of video media on student speech capabilities. Values category count r interpretation between variable X and variable Y there is a very strong correlation or very high.


(8)

iv


(9)

v

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang telah memberikan rahmat, pertolongan, menganugerahkan tetesan ilmu, kesehatan, dan kekuatan, dengan segala kepayahan dan kecemasan akhirnya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Rasa syukur selalu dimunajatkan kehadirat Allah SWT penulis berharap semoga karya ini bermanfaat dan dapat pula mempersembahkan karya yang lebih baik di masa mendatang. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang setia sampai akhir zaman.

Skripsi yang berjudul“Pengaruh Media Video Terhadap Kemampuan Berpidato Siswa” ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, sebagai suatu tugas akademis di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari begitu tulisan ini selesai, seketika itu juga penulis menyadari sekaligus menemukan betapa banyak kekurangan yang ada sehingga harus diperbaiki. Ketika perbaikan telah selesai, maka kekurangan yang lain muncul lagi. Hal ini merupakan ungkapan dari kekurangan tulisan ini dan sekaligus permohonan maaf kalau tulisan ilmiah ini terlalu banyak kejanggalan, dan kesalahan analisis.

Meski demikian penulis sudah berusaha semaksimal mungkin. Disadari sepenuhnya bahwa dalam penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih dan persembahan setinggi-tingginya antara lain kepada:

1. Prof. Dr. Rif‟at Syauqi Nawawi, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan.

2. Mahmudah Fitriyah, ZA, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan pengetahuan serta pengalaman yang tulus ikhlas kepada penulis sebagai bekal untuk menuju masa depan.


(10)

vi sehingga laporan ini dapat terselesaikan.

4. Drs. Usep Kusmara, M.M. selaku kepala sekolah SMA Negeri 13 Kabupaten Tangerang yang telah memberikan izin terhadap penulis untuk melakukan penelitian di sekolah.

5. Masroni, S.Pd. selaku guru bahasa Indonesia SMA Negeri 13 Kabupaten Tangerang yang telah meluangkan waktunya untuk mengambil data siswa di kelas beliau mengajar.

6. Dina Qustiana, M.Pd dan Sahri, S.P, M.M. selaku staf TU di SMA Negeri 13 Kabupaten Tangerang yang sudah memberi banyak bantuan dalam pengambilan data di sekolah tersebut.

7. Kedua orang tua yang selalu berjuang dan berusaha memberi dukungan moril dan spiritual yang begitu sucinya, serta mereka sumber motivasi bagi penulis dalam menjalani semua aktivitas, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Kepada Rosihan Anwar Sadat sebagai suami penulis yang selalu memberikan semangat, dukungan, dan motivasi selama penulis menuntut ilmu.

9. Seluruh teman-teman Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2008, yang telah memberikan masukan dan motivasi selama melaksanakan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis akan merasa senang dan bangga apabila ada kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan dari semua pihak. Akhirnya hanya kepada Allah SWT, penulis menyerahkan segalanya dengan harapan semoga karya ini bermanfaat.

Jakarta, 07 Mei 2014 Penulis


(11)

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

ABSTRAK ... i

ABSTRACK ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah... 4

D. Rumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 4

F. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Berbicara ... 6

1. Tujuan Berbicara ... 8

2. Jenis-jenis Berbicara ... 8

B. Pidato ... 9

1. Pengertian Pidato ... 9

2. Tujuan Pidato ... 9

3. Metode Pidato ... 10


(12)

viii

1. Fungsi Media ... 15

2. Ciri-ciri Media ... 15

3. Media Video ... 17

D. Penelitian yang Relevan……… 19

E. Hipotesis……… 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian... 23

B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ... 24

C. Populasi dan Sampel ... 24

D. Uji Homogenitas………... 25

E. Teknik Pengumpulan Data ... 31

F. Instrumen Penelitian... 31

G. Teknik Analisis Data ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMAN 13 Kabupaten Tangerang ... ` 35

B. Hasil Analisis Data ... 36

C. Interprestasi Data………. 46

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 49

B. Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50 LAMPIRAN


(13)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 01 Nilai Kelas Eksperimen (Kelas X B) ... 25

Tabel 02 Nilai Kelas Kontrol (Kelas X A) ... 26

Tabel 03Nilai Perbandingan Kelas Eskperimen dan Kelas Kontrol ... 28

Tabel 04 Nilai Uji Homogenitas ... 29

Tabel 05 Skor Penilaian Pidato ... 32

Tabel 06 Indeks Interprestasi ... 34

Tabel 07 Soal Penilaian ... 38

Tabel 08 Nilai Kelas X A (Kontrol) ... 38

Tabel 09 Soal Penilaian ... 42

Tabel 10 Nilai Kelas X B (Eksperimen) ... 42

Tabel 11 Hasil Nilai Perbandingan Antara Kelas X A dan Kelas X B .... 44


(14)

1 A. Latar Belakang Masalah

Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Setiap keterampilan itu berhubungan erat dengan dengan tiga keterampilan lainnya.

Keterampilan berbahasa diperoleh dengan urutan yang teratur, mula-mula pada masa kecil manusia belajar menyimak bahasa kemudian berbicara, Sesudah itu, mereka belajar membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara dipelajari sebelum memasuki sekolah, sedangkan membaca dan menulis umumnya dipelajari disekolah.

“Selanjutnya, setiap keterampilan itu erat pula hubungannya dengan proses yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin jernih dan jelas pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai jika dipraktikan secara kontinyu dan teratur”1.

“Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan berpikir. Bahasa Indonesia bagi kita merupakan suatu karunia Tuhan, karena adanya bahasa itu sekaligus telah melenyapkan persoalan bahasa nasional, yang sangat pelik dan gampang menimbulkan emosi kedaerahan”.2 Hal ini untuk meningkatkan siswa dalam berbahasa dan berkomunikasi. Dalam berkomunikasi siswa cenderung menggunakan bahasa yang telah dimilikinya. Setiap orang memiliki tingkatan atau kualitas yang berbeda-beda. Orang yang

1

Siti Sahara, Mahmudah Fitriyah, E. Kusnadi, Keterampilan Berbahasa Indonesia

(Jakarta : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, 2009), h. 1.

2


(15)

2

memiliki keterampilan berbahasa secara optimal akan mudah dalam mencapai tujuan komunikasi.

Sedangkan, orang yang memiliki keterampilan berbahasa lemah seringkali terjadi kesalahpahaman dalam berkomunikasi yang akibatnya membuat salah nalar atau pemahaman dalam pembicaraan. Pengajaran bahasa sering dibicarakan dalam tiga aspek yang berkaitan, yakni pendekatan, metode, dan teknik.

“Teori-teori yang berbeda tentang hakikat bahasa dan cara mengajarkan bahasa (pendekatan) menyiratkan cara yang berbeda dalam mengajarkan bahasa (metode) dan metode yang berbeda memanfaatkan aktivitas kelas yang berbeda (teknik).3Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan”.4

Secara alamiah manusia dapat berbicara sejak kecil. Akan tetapi, seseorang yang memiliki kemampuan berbicara dengan baik akan dapat dengan mudah menyampaikan ide dan gagasannya kepada orang lain dan berhasil mengemukakan gagasan itu sehingga dapat diterima oleh orang lain. Sebaliknya, jika seseorang tidak atau kurang memiliki kemampuan berbicara dengan baik maka akan mengalami kesulitan dalam menyampaikan gagasannya kepada orang lain.

Dalam pembelajaran berbicara kurang mendapatkan perhatian dan minat dari siswa. Hal ini karena kurangnya kesadaran para siswa mengenai pentingnya pembelajaran berbicara dan menganggapnya tidak terlalu penting bagi studi mereka. Pidato adalah berbicara di muka umum dengan tujuan memberikan tambahan ilmu pengetahuan atau untuk mengajak para pendengar berpikir dan/atau bertindak seperti dinasehatkan oleh orang yang berpidato.

3

M. Subana dan Sunarti, StrategiBelajar Mengajar Bahasa Indonesia Berbagai Pendekatan, Metode Teknik, dan Media Pengajaran (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 19.

4

Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa, 1987), h. 15.


(16)

Berpidato merupakan bagian dari berbicara yang pada umumnya terbagi atas dua macam, yaitu pidato di depan masyarakat dan pidato pada konferensi. Keduanya merupakan pengajaran yang sangat penting dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pada siswa SMA agar dapat menyampaikan pikiran, informasi, serta gagasan kepada khalayak.

Siswa yang mampu berpidato dengan baik dan benar akan mudah meyakinkan pendengarnya untuk dapat menerima pendapat, gagasan, dan informasi yang telah disampaikan oleh pembicara. Sehingga siswa dapat aktif dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah. “Sumber belajar adalah bahan yang mencakup media belajar, alat peraga, alat permainan untuk memberikan informasi maupun berbagai keterampilan kepada anak maupun orang dewasa yang berperan mendampingi anak dalam belajar.Media merupakan alat saluran komunikasi”.5

Agar pembelajaran dapat mudah dimengerti maka seorang guru pada umumnya menggunakan media pembelajaran dengan tujuan agar informasi atau bahan ajar tersebut dapat diterima dan diserap dengan baik oleh para siswa. Sebagai wujud bahwa bahan ajar tersebut dapat diterima oleh para siswa dibuktikan dengan terjadinya perubahan-perubahan perilaku baik berupa pengetahuan, sikap, maupun keterampilan.

Upaya dalam pembelajaran pidato kurang mendapatkan perhatian dan minat oleh siswa, seorang guru harus menggunakan metode atau teknik yang sesuai untuk mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Maka penulis menggunakan metode eksperimen untuk mengetahui pengaruh media video terhadap kemampuan berpidato siswa.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti laporan skripsi yang berjudul “Pengaruh Media Video Terhadap Kemampuan Berpidato Siswa Kelas X di SMA Negeri 13 Kabupaten Tangerang”.

5

Sri Anitah W, dkk, Strategi Pembelajaran di SD (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), h. 6.3.


(17)

4

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Kurangnya kemampuan siswa dalam berbicara.

2. Kurangnya perhatian dan minat siswa terhadap pembelajaran berpidato. 3. Kurangnya alat bantu ketika proses pembelajaran berlangsung.

C. Batasan Masalah

Mengingat luasnya pembahasan di atas maka permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada:

1. Kemampuan berpidato Siswa.

2. Pengaruh Media Video Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpidato. 3. Tempat penelitian di SMA Negeri 13 Kabupaten Tangerang.

4. Subjek penelitian siswa kelas X tahun pelajaran 2012-2013, penelitian di mulai pada bulan Februari sampai dengan bulan April 2013.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah yang dapat penulis rumuskan adalah sebagai berikut:

- Bagaimana pengaruh media video terhadap kemampuan berpidato siswa?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:

- Untuk mengetahui pengaruh media video terhadap kemampuan berpidato.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan studi pertimbangan antara teori yang pernah penulis dapatkan pada perkuliahan dan dari buku yang pernah penulis baca dengan keadaan sebenarnya.


(18)

2. Mengenal lebih dekat lingkungan dunia pendidikan dengan demikian penulis dapat mengenal keadaan sebenarnya dari lingkungan pendidikan formal.

3. Melatih mental dan moral serta menambah keyakinan bagi penulis untuk bertindak dan berbuat di dalam lingkungan yang sebenarnya, sehingga dapat berguna bagi penulis untuk mengadakan penelitian lebih lanjut.


(19)

6

BAB II

KAJIAN TEORETIS

A. Berbicara

“Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan”.6 Sedangkan, menurut Nurgiantoro bahwa berbicara adalah aktivitas bahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa setelah aktivitas mendengarkan.

Pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa berbicara merupakan salah satu karunia terbesar bagi manusia. Berbicara mempunyai peranan pentingbagi kehidupan manusia sebagai makhluk sosial yang berinteraksi. Berbicara berfungsi sebagai alat berkomunikasi. Selain itu, berbicara merupakan pembeda antara manusia dengan makhluk lain.

Jika menyinggung tentang kemampuan, maka kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan untuk melakukan sesuatu. Kemampuan diperoleh pada taraf pertama melalui pendidikan, kursus, dan latihan, kemudian dikembangkan dalam praktik sehingga mewujudkan hasil yang nyata. Sama halnya dengan kemampuan berbicara yaitu kemampuan mengucapkan kalimat untuk mengekspresikan, menyatakan, dan menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Berdasarkan bunyi-bunyi yang didengar, manusia belajar untuk mengucapkan dan akhirnya untuk berbicara.

“Berbicara merupakan satu komponen menyampaikan pesan dan amanat secara lisan. Keterampilan berbicara tidak dapat dipisahkan dari keterampilan mendengarkan. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif antarmanusia”.7 Dalam berbagai situasi, bahasa dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan gagasan pembicaraan kepada pendengar atau penulis kepada pembaca.Keterampilan berbicara lebih menuntut guru daripada siswa pelajar

6

Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa, 1987), h. 15.

7

Sugihastuti, Rona Bahasa dan Sastra Indonesia (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), h. 121.


(20)

bahasa menjadi model dalam keterampilan berbicara. Akan tetapi, guru harus memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk berbicara. Guru harus mempunyai imajinasi dalam menciptakan situasi belajar agar siswa terdorong dan mampu berbicara.

“Jika kemampuan berbahasa diibaratkan dengan kemampuan berenang, belajar bahasa bukanlah mempelajari cara-cara atau petunjuk-petunjuk yang berkaitan dengan renang, melainkan terjun dan berkecimpung dengan air, mengalami gelagapan, mengalami hidung kemasukan air, telinga kemasukan air, dan yang lain lagi yang timbul selama bergumul dengan air”.8

Penggunaan bahasa baku dan tidak baku ini bertalian dengan situasi. Penggunaan bahasa baku berkaitan dengan situasi resmi atau kedinasan (formal), sedangkan penggunaan bahasa tidak baku berkaitan dengan penggunaan bahasa dalam situasi tidak resmi atau di luar kedinasan. Di samping itu, jarak antara penutur (pembicara) dan kawan bicara (pendengar) yang terlihat dari sikap, juga mewarnai penggunaan bahasa.

Jarak yang dekat antara penutur dan kawan bicara akan melahirkan penggunaan bahasa tidak baku. Sebaliknya, jarak jauh atau sikap resmi antara pembicara dan kawan bicara akan melahirkan penggunaan bahasa baku. Namun, kita harus berhati-hati bahwa dalam bahasa pada situasi resmi tidak mesti baku karena topik pembicaraan juga menentukan pilihan penggunaan bahasa. “Dalam pemilihan penggunaan bahasa yang baku itu, selain situasi, perlu diperhatikan juga kawan bicara, latar (setting), topik, dan tujuan pembicaraan”.9

“Pada hakikatnya keterampilan berbicara adalah suatu ilmu yang diberikan kepada manusia untuk mengembangkannya. Secara alamiah manusia dapat berbicara sejak kecil. Allah memberikan suatu kemampuan kepada manusia itu bermacam-macam ada yang sedikit ada juga yang banyak”10. Kemampuan

8

Bambang Kaswanto Purwo, Pragmatics dan Pengajaran Bahasa, (Yogyakarta: Kanisius, 1990), h. 9

9

Dendy Sugono, Mahir Berbahasa Indonesia Dengan Benar (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum, 2009), h. 19-20.

10


(21)

8

manusia dalam mengembangkan keterampilan berbahasa memang tidak mudah, perlu mempelajarai, perlu menggalinya agar lebih terampil. Selama tahun-tahun pertama dari kehidupan siswa, otaknya membentuk “unit-unit bahasa” yang mencatat segala sesuatu yang didengarnya.

Berbicara merupakan satu komponen menyampaikan pesan dan amanat secara lisan. Pembicara melakukan enkode dan memilih kode bahasa untuk menyampaikan pesan dan amanat. Pesan dan amanat ini akan diterima oleh pendengar yang akan melakukan dekode atas kode-kode yang dikirim dan memberikan interpretasi. Proses ini berlaku secara timbal balik antara pembicara dan pendengar yang akan selalu berganti peran dari peran pembicara menjadi peran pendengar, dan dari peran pendengar menjadi peran pembicara.

“Keterampilan berbicara tidak dapat dipisahkan dari keterampilan mendengarkan. Keterampilan berbicara lebih menuntut guru daripada siswa belajar bahasa menjadi model dalam keterampilan berbicara. Akan tetapi, guru harus memberikan kesempatan sebesar dan sebanyak mungkin kepada siswa untuk berbicara. Oleh karena itu, guru harus mempunyai imajinasi dalam menciptakan situasi agar siswa terdorong dan mau berbicara”.11

1. Tujuan Berbicara

Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka pembicara harus memahami makna yang ingin dikomunikasikan dan mengevaluasi efek komunikasi terhadap pendengarnya, dan harus tahu prinsip yang mendasari situasi pembicaraan (umum dan perorangan).

Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran biasa merupakan gagasan, informasi, opini yang muncul dari benaknya.

2. Jenis-Jenis Berbicara

11

Budinuryanta, dkk, Pengajaran Keterampilan Berbahasa (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), h. 6.12


(22)

Secara garis besar bahwa ragam seni berbicara terdiri atas dua macam yaitu: (1) berbicara dimuka umum pada masyarakat yang terbagi atas lima macam yaitu: wawancara, diskusi, bercerita atau mendongeng, berpidato, dan permainan. (2) berbicara pada konferensi. Dalam penelitian ini, peneliti lebih menekankan kepada kemampuan berpidato atau berbicara untuk melaporkan dan memberikan informasi yang meliputi faktor kebahasaan dan nonkebahasaan.

B. Pidato

Peranan pidato, ceramah, penyajian penjelasan lisan kepada suatu kelompok massa merupakan suatu hal yang sangat penting, baik pada waktu sekarang maupun pada waktu yang akan dating. “Pidato adalah berbicara di muka umum dengan tujuan memberikan tambahan ilmu pengetahuan atau untuk mengajak para pendengar berpikir/bertindak seperti dinasehatkan oleh orang yang berpidato”12.Kemampuan berpidato seseorang pada prinsipnya meliputi pengucapan huruf vokal dan konsonan dengan tepat, pola-pola intonasi suara, ketetapan dan ketepatan ucapan, pengucapan kata dalam bentuk dan urutan yang tepat, dan kelancaran berbicara.

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpidato adalah kemampuan seseorang dalam menyampaikan pikiran. Gagasan dan perasaan kepada orang banyak dengan bertatap muka dan dilakukan dengan percaya diri, tenang, simpatik, pengucapan huruf vokal dan konsonan dengan jelas, intonasi yang sesuai, ketetapan, dan ketepatan pengucapan, pengucapan kata dalam bentuk dan urutan yang tepat, dan kelancaran berbicara.

a. Tujuan Pidato

“Tujuan pidato adalah untuk menambah wawasan serta pengetahuan masyarakat. Selain itu, pidato menghimbau kepada pendengarnya agar

12


(23)

10

mengikuti apa yang dijelaskan dalam pidato”.13 Secara garis besar, ada beberapa sistematika berpidato yang harus diperhatikan dengan baik yaitu sebagai berikut:

1) Mengucapkan salam pembuka dan menyapa hadirin.

2) Menyampaikan pendahuluan yang biasanya dilahirkan dalam bentuk ucapan terima kasih, ungkapan kegembiraan, atau rasa syukur.

3) Menyampaikan isi pidato, yang diucapkan dengan jelas dan menggunakan bahasa yang baik dan benar, serta dengan gaya bahasa yang menarik.

4) Menyampaikan simpulan isi pidato agar mudah diingat oleh pendengar.

5) Menyampaikan harapan yang berisi anjuran atau ajakan kepada pendengar untuk melaksanakan isi pidato.

6) Menyampaikan salam penutup.

Pidato yang tersusun dengan baik dan tertib akan menarik dan membangkitkan minat pendengar. Selain itu, penyajian pesan dengan jelas akan mempermudah pemahaman, mempertegas gagasan pokok, dan menunjukkan perkembangan pokok-pokok pikiran yang logis. Untuk memperoleh susunan pidato yang baik dan tertib, perlu adanya pengorganisasian pesan yang baik dan tersusun.

b. Metode Pidato

“Ada empat macam metode penyajian lisan (pidato), yaitu: 1) Metode Improptu (serta- merta)

Metode improptu merupakan metode yang berdasarkan kebutuhan sesaat.

2)Metode Menghafal (memorize)

Metode ini merupakan persiapan secara terperinci, menuliskannya lalu menghafalkannya huruf demi huruf. 3) Metode Naskah

Metode naskah adalah metode pidato dengan teks, biasanya untuk acara resmi.

13

Siti Sahara, Mahmudah Fitriyah, dan E. Kusnadi. Keterampilan Berbahasa Indonesia


(24)

4) Metode Ekstemporan (tanpa persiapan naskah)

Metode ekstemporan adalah metode yang dianjurkan, karena cara ini adalah jalan tengah di antara metode-metode yang disebut di atas.14

c. Langkah-Langkah Pidato

“Agar dapat berpidato dengan baik, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan.

1) Menyelidiki pendengar dengan mengajukan pertanyaan.

2) Memilih topik atau tema hendaknya disesuaikan dengan kemampuan diri, mempunyai arti, atau kegunaan bagi pendeng.

3) Mengumpulkan bahan berdasarkan pengalaman, hasil penelitian, imajinasi, buku bacaan, media massa, dan media elektronik.

4) Membuat kerangka pidato, caranya sama dengan membuat kerangka karangan lain, yakni: pembuka, isi, dan penutup.

5) Mengembangkan pidato menjadi kerangka pidato.

6) Latihan oral dengan vokal yang tepat, dengan suara yang nyaring.

Cara menarik perhatian pendengar adalah sebagai berikut:

1) Memulai dengan fakta yang menghentak, sebuah angka statistik juga sangat penting, jika mungkin sesuatu yang mengejutkan bisa menyergap perhatian pendengar.

2) Melontarkan sebuah atau serangkaian pertanyaan.

3) Memulai dengan kutipan yang dapat diambil dari mana saja.

4) Memulai dengan kisah-kisah yang lucu atau disertai humor-humor segar yang dapat membangkitkan semangat.

Cara mengatasi kegugupan adalah sebagai berikut: 1) Berlatih secara rutin.

2) Beranikan diri untuk sering tampil di depan umum. 3) Menyiapkan catatan kecil.

14

Achmad Sunarto, Contoh-Contoh Teks Pidato & Pedoman Pembawa Acara, (Jakarta: Pustaka Amani, 2000), h. 10


(25)

12

4) Percaya diri”.15

Hal-hal yang perlu dipersiapkan menjelang pidato adalah sebagai berikut: 1) Kesehatan

Kesehatan badan, tentu saja meliputi jasmani dan rohani. Orang yang ingin jadi orator, dan bahkan yang sedang ingin BERPIDATO

harus memperhatikan kesehatannya. Bila kesehatannya terganggu betapa pun lengkap persiapan yang lain, untuk sukses masih diragukan.

2) Kesiapan Ilmu

Kesiapan ilmu meliputi soal bahasa dan pengetahuan yang lain. Pengetahuan mengenai bahasa adalah syarat mutlak bagi mereka yang akan berpidato. Bisa saja orang yang berbicara tanpa menguasai bahasa, tetapi bukan pidato namanya. Penguasaan bahasa, misalnya: mengenai pemakaian awalan, akhiran, memberikan definisi, semantik, etimologi, tradisi bicara sehari-hari penduduk sekitar.

Sekarang ini banyak orang salah duga, bahwa kepandaian “berpidato adalah masalah bakat dan keturunan. Hal itu tidak sepenuhnya benar, yang benar adalah semata-mata masalah kemauan. Kita mengenal banyak orang yang dijuluki singa-singa podium, tapi ternyata orangnya biasa saja, hanya saja dia punya kemauan. Karena masalahnya adalah kemauan, maka harus ada motivasi sebagai penunjang”.16

“Orang yang mau mempersiapkan pidato, harus selalu membuka mata dan telinga, terhadap informasi yang baru dan istimewa. Sebab untuk mengolah suatu tema untuk dibawakan di depan publik, bukan hanya perlu sumbangan pikiran pribadi yang berasal dari pengalaman, pengetahuan, dan kesan-kesannya; tetapi ia juga harus mengumpulkan bahan pengalaman dari dunia sekitarnya,

15

Siti Sahara, Mahmudah Fitriyah, dan E. Kusnadi. Keterampilan Berbahasa Indonesia

(Jakarta : FITK UIN Jakarta, 2009), h. 68.

16

Achmad Sunarto, Contoh-Contoh Teks Pidato dan Pedoman Pembawa Acara (Jakarta : Pustaka Amani, 2000), h. 7.


(26)

dari manusia lain dan dari situasi asing lainnya. Dengan kata lain, dia harus menemukan sumber-sumber dari mana ia dapat menemukan dan memperdalam tema yang akan dibahas”.17

C. Media Video 1. Media

Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

„tengah‟, „perantara atau pengantar‟ yaitu pesan dari pengirim kepada

penerima pesan. Menurut Gerlach dan Ely (1971) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.

Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.

Disamping sebagai sistem penyampai atau pengantar, media yang sering diganti dengan kata mediator adalah penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya. Dengan istilah mediator media menunjukan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar siswa dan isi pelajaran.

“Di samping itu, mediator dapat pula dicerminkan pengertian bahwa setiap sistem pembelajaran yang melakukan peran mediasi, mulai dari guru sampai kepada peralatan paling canggih, dapat disebut media. Ringkasnya, media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran”. 18

Media merupakan alat saluran komunikasi. Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata „medium‟ yang secara

17

Dori Wuwur Hendrikus, Retorika Terampil Berpidato, Berdiskusi, Berargumentasi, Bernegosiasi, (Yogyakarta: Kanisius, 1991), h. 63

18


(27)

14

harfiah berarti “perantara”, yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver). Heinick mencontohkan media ini, seperti film, televisi, diagram, bahan tercetak (printed materials), komputer, dan instruktur.

Contoh media tersebut bisa dipertimbangkan sebagai, media pembelajaran jika membawa pesan-pesan (message) dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Heinick juga mengaitkan hubungan antara media dengan pesan dan metode (methods) dalam proses pembelajaran.

“Selain pengertian media yang telah diuraikan di atas, masih terdapat pengertian lain yang dikemukakan oleh para ahli. Coba Anda perhatikan beberapa pengertian media pembelajaran berikut ini.

1) Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran (Schramm, 1977).

2) Sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti buku, film, video, dan sebagainya (Briggs, 1977).

3) Sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang dengar, termasuk teknologi perangkat kerasnya (NEA, 1969)”.19

Kreatif maksudnya, guru dapat mencari cara mengajar yang belum pernah dipikirkan oleh seorang guru lain di sekolah. Guru yang kreatif adalah mereka yang tidak mengeluh dengan keterbatasan sekolah dan keterbatasan siswa, Namun, sebaliknya dapat mengubah keterbatasan menjadi peluang-peluang yang bisa meningkatkan kualitas pengajaran. Selain kreatif, guru juga harus memiliki inovatif, artinya ia harus dapat membuat mata pelajaran selalu terasa baru. Ia selalu menciptakan inovasi baru yang membuat siswa tak akan bosan. Inovasi pengajaran baru hanya akan bisa didapat jika guru rajin bertanya, membaca, dan bereksperimen. “Kita patut bersyukur akhir-akhir ini banyak guru yang dapat menemukan dan membuat aplikasi pengajaran menggunakan software komputer. Sebagai guru yang bersifat inovatif, kita harus

19

Sri Anitah W, dkk, Strategi Pembelajaran di SD (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), h. 6.3-6.4.


(28)

mempunyai rasa iri untuk keberhasilan mereka, seraya mencoba untuk menciptakan hal serupa”.20

2. Fungsi Media

“Fungsi utama media pembelajaran yaitu sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih efektif. Dengan fungsi itu, media pembelajaran harus dijadikan bagian integral dari keseluruhan proses pembelajaran itu sendiri”21. Dalam penggunaannya harus relevan dengan tujuan/kompetensi yang ingin dicapai dan bahan ajar, tidak diperkenankan menggunakannya hanya sekadar untuk permainan atau memancing perhatian siswa semata. Fungsi lain yaitu untuk mempercepat proses belajar sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan mengurangi verbalisme (salah penafsiran).

Guru dapat lebih mengefektifkan pencapaian kompetensi/tujuan pembelajaran melalui penggunaan media secara optimal, sebab media ini memiliki nilai dan manfaat yang sangat menguntungkan, diantaranya: (a) membuat konkret konsep-konsep yang abstrak, (b) menghadirkan objek-objek yang terlalu berbahaya atau sukar didapat ke dalam lingkungan belajar, (c) menampilkan objek yang terlalu besar atau kecil, dan (d) memperlihatkan gerakan-gerakan yang terlalu cepat dan lambat.

3. Ciri-Ciri Media

“Ada tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu (atau kurang efisien) melakukannya.

1) Ciri Fiksatif

Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Suatu peristiwa atau objek dapat diurut dan disusun kembali dengan media seperti fotografi, video tape, audio tape, disket computer, dan film.

20

Dion Eprijum Ginanto, Jadi Pendidik Kreatif dan Inspiratif (Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher), h. 75.

21

Sri Anitah W. dkk, Strategi Pembelajaran di SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), h. 6.12


(29)

16

2) Ciri Manipulatif

Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse recording.

Misalnya, bagaimana proses larva menjadi kepompong kemudian menjadi kupu-kupu dapat dipercepat dengan teknik rekaman fotografi tersebut.

3) Ciri Distributif

Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu”.22

Agar pembelajaran mudah dimengerti maka seorang guru pada umumnya menggunakan media atau lat bantu agar informasi atau bahan ajar tersebut dapat diterima dan diserap dengan baik oleh para siswa. Seorang guru pun harus memperhatikan media yang baik untuk diberikan kepada siswa, karena jika salah dalam penerapannya maka proses belajar pun tidak akan berjalan dengan baik.

“Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan media, yaitu:

1. Apakah media itu akan dipergunakan klasikal atau belajar sendiri?

2. Apakah media yang dibuat memerlukan presentasi grafis, seperti desain, flowchart, atau caption?

3. Apakah media visual yang akan ditampilkan diam atau bergerak (still atau motion picture)?

4. Jika media visual diam, apakah di display atau diproyeksikan?

5. Jika bergerak, apakah berupa film 16mm, 8mm, atau video tape?

6. Apakah media visual dilengkapi dengan rekaman suara yang terpisah atau terpadu tetapi dalam bentuk variasi? 7. Jika mempergunakan lebih dari satu media sekaligus

bagaimana cara mempergunakan?

8. Apakah media tersebut akan dipergunakan oleh pengajar atau oleh siswa?

9. Jika akan memutar film, proyektor yang akan dipergunakan film 8mm atau 16mm?

22

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), h. 12-14.


(30)

10.Juga perhatikan biaya”.23 4. Media Video

Video sebagai media audiovisual yang menampilkan gerak, semakin lama semakin populer dalam masyarakat kita. Pesan yang disajikan bisa bersifat fakta (kejadian/peristiwa penting, berita) dan fiktif (seperti misalnya cerita), bisa bersifat informatif, edukatif dan instruksional. “Sebagian besar tugas film dapat digantikan oleh video. Akan tetapi, tidak berarti bahwa video akan menggantikan kedudukan film”. 24 Masing-masing mempunyai kelebihan dan keterbatasannya sendiri.

Kelebihan video antara lain:

1) Dapat menarik perhatian untuk periode-periode yang singkat dari rangsangan luar lainnya;

2) Dengan alat perekam pita video sejumlah besar penonton dapat memperoleh informasi dari ahli-ahli/spesialis;

3) Demonstrasi yang sulit bisa dipersiapkan dan direkam sebelumnya, sehingga pada waktu mengajar guru bisa memusatkan perhatiannya kepada penyajiannya;

4) Menghemat waktu dan rekaman dapat diputar berulang-ulang;

5) Kamera TV bisa mengamati lebih dekat objek yang sedang bergerak atau objek yang berbahaya seperti harimau;

6) Keras lemah suara yang ada bisa diatur dan disesuaikan bila akan disisipi komentar yang akan didengar;

7) Gambar proyeksi biasa di-“beku”-kan untuk diamati dengan seksama. Guru bisa mengatur di mana dia akan menghentikan gerakan gambar tersebut; kontrol sepenuhnya ditangan guru;

8) Ruangan tak perlu digelapkan waktu penyajiannya.

23

Rusman, Model-Model Pembelajaran (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011)

24

Arief S. Sadiman dkk, Media Pendidikan: Pengertian Pengembangan dan Pemanfaatannya, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 74-75


(31)

18

“Hal-hal yang negatif yang perlu diperhatikan sehubungan dengan penggunaan alat perekam pita video dalam proses belajar mengajar adalah:

1) Perhatian penonton sulit dikuasai, partisipasi mereka jarang dipraktikkan;

2) Sifat komunikasinya bersifat satu arah dan harus diimbangi dengan pencarian bentuk umpan balik yang lain;

3) Kurang mampu menampilkan detail dari objek yang disajikan secara sempurna; dan

4) Memerlukan peralatan yang mahal dan kompleks”.25

Media audio atau audiovisual merupakan bentuk media pembelajaran yang murah dan terjangkau. Sesuai dengan namanya, media ini merupakan kombinasi audio dan visual atau biasa disebut media pandang dengar. Sudah barang tentu apabila Anda menggunakan media ini akan semakin lengkap dan optimal penyajian bahan ajar kepada para siswa, selain dari itu media ini dalam batas-batas tertentu dapat juga menggantikan peran dan tugas guru.

Dalam hal ini, guru tidak selalu berperan sebagai penyaji materi (teacher), tetapi penyajian materi bisa diganti oleh media audio visual maka peran guru bisa beralih menjadi fasilitator belajar, yaitu memberikan kemudahan bagi para siswa untuk belajar. Contoh media audiovisual diantaranya program video/televisi pendidikan, video/televisi instruksional, program slide suara (sound slide), dan program CD interaktif.

Konsep penggabungan ini dengan sendirinya memerlukan beberapa jenis peralatan perangkat keras yang masing-masing tetap menjalankan fungsi utamanya sebagaimana biasanya, dan komputer merupakan pengendali seluruh peralatan itu. jenis peralatan itu adalah komputer, video kamera, video cassette recorder (VCR), overhead projector, multivision (atau sejenisnya), CD player, compact disc. CD player, yang sebelumnya merupakan peralatan tambahan (external peripheral) komputer, sekarang sudah menjadi bagian unit komputer tertentu. Kesemua peralatan itu

25Ibid


(32)

haruslah kompak dan bekerja sama dalam menyampaikan informasi kepada pemakainya.

Interactive video adalah suatu sistem penyampaian pengajaran di mana materi video rekaman disajikan dengan pengendalian komputer kepada penonton (siswa) yang tidak hanya mendengar dan melihat video dan suara, tetapi juga memberikan respons yang aktif, dan respons itu yang menentukan kecepatan dan sekuensi penyajian. Peralatan yang diperlukan antara lain komputer, videodisc laser, dan layar monitor.

Kemampuan video melukiskan gambar hidup dan suara memberinya daya tarik tersendiri. Jenis media ini pada umumnya digunakan untuk tujuan-tujuan hiburan, dokumentasi, dan pendidikan. “Video dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu, dan mempengaruhi sikap”.26

D. Penelitian yang Relevan

 Soleha. 2008. Peningkatan Kemampuan Berpidato Siswa Kelas VIIII dengan Metode Ekstemporan. Skripsi, Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Peningkatan kemampuan berpidato siswa dapat dilihat dari kemampuan berbicaranya, jika kemampuan berbicaranya didepan umum lancar dan tidak gugup ketika menyampaikan isi pidato maka berbicaranya akan berjalan dengan tenang dan tidak ada hambatan.

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berpidato dengan metode ekstemporan dapat meningkatkan kemampuan hasil belajar siswa.Hal ini dapat dilihat dari segi peningkatan yang signifikan pada hasil

26


(33)

20

belajar siswa dalam berbicara. Hasil pada siklus pertama mendapatkan 50,00 dan kemudian pada siklus kedua ada peningkatan dengan hasil 60,05.

Persamaan peneliti terdahulu dengan penulis terletak pada tema yang diteliti, adapun perbedaannya pada hasil hipotesis yang diperoleh. Hipotesis yang diperoleh yaitu untuk mengetahui peningkatannya dengan menggunakan metode ekstemporan.

Fatmasari (2012) dalam skripsi yang berjudul “Analisis Penggunaan Kalimat Efektif dalam Teks Pidato Siswa Kelas X SMA Islam Terpadu AL-Qur’ananniyah Pondok Aren, Tangerang Selatan, Banten” yang menjelaskan tentang kemampuan menggunakan kalimat efektif dalam teks pidato. Kalimat efektif dengan kriteria kesepadanan, kehematan, kelogisan, kesejajaran, ketegasan, dan ejaan. Korpus penelitian ini adalah jumlah kalimat 167 kalimat dalam 15 teks pidato yang dianalisis. Berdasarkan hasil penelitian, kalimat yang memiliki ketiga criteria (kesepadanan, kehematan, dan kelogisan) sebanyak 76 kalimat (45,5%). Hal ini membuktikan bahwa siswa SMA IT Al-Qur‟anniyyah Pondok Aren belum sepenuhnya mampu menggunakan kalimat efektif dengan baik.

Perbedaan dari skripsi penulis dengan skripsi Fatmasari terletak pada metode penelitian yang digunakannya. Skripsi penulis menggunakan metode eksperimen untuk mengetahui ada pengaruh tidaknya media video terhadap kemampuan berpidato siswa. Sedangkan skripsi


(34)

Fatmasari menggunakan metode analisis untuk mengetahui ada tidaknya penggunaan kalimat efektif dalam teks pidato.

Silvia Hanuryanti (2012) dalam skripsi “Pengaruh Media Powerpoint

terhadap Keterampilan Menulis Argumentasi pada Siswa Kelas XI IPA 2 SMAN 109 Jakarta” berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada kelas XI IPA SMAN 109 Jakarta menunjukkan bahwa terdapat pengaruh media powerpoint terhadap keterampilan menulis argumentasi pada siswa. Hal ini berdasarkan hasil uji t, nilai rata-rata pretest 69,88 dan nilai rata-rata posttest 82,93. Diperoleh nilai 0,726 dan 0,304. Hal ini menunjukkan bahwa ditolak. Dapat disimpulkan terdapat pengaruh media powerpoint terhadap keterampilan menulis argumentasi pada siswa.

E. Hipotesis

“Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah

penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris” 27

. Dalam rangkaian langkah-langkah penelitian yang disajikan dalam bab ini hipotesis itu merupakan rangkuman dari kesimpulan-kesimpulan teoritis yang diperoleh dari penelaahan kepustakaan. Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoretis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. “Hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap persoalan yang diajukan dalam penelitian tidak hanya disusun berdasarkan pengamatan (awal) terhadap objek

27

Arief S. Sadiman dkk, Media Pendidikan: Pengertian Pengembangan dan Pemanfaatannya, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 74-75


(35)

22

penelitian, melainkan juga didasarkan pada hasil kajian terhadap kepustakaan yang relevan dengannya”28.

Berdasarkan uraian kerangka berpikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

: tidak terdapat pengaruh media video terhadap kemampuan berpidato siswa kelas X SMAN 13 kabupaten Tangerang

: terdapat pengaruh media video terhadap kemampuan berpidato siswa kelas X SMAN 13 kabupaten Tangerang

28 Mahsun,

Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 15-16.


(36)

23 A. Metode Penelitian

Berdasarkan tujuan dan masalah yang diteliti, penelitian yang dimaksudkan melalui pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri penulis sebagai instrumen kunci. Pendekatan ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen.

“Metode eksperimen merupakan suatu metode yang sistematis dan logis untuk menjawab pertanyaan: “Jika sesuatu dilakukan pada kondisi-kondisi yang dikontrol dengan teliti, apakah yang akan terjadi?” dalam hal ini peneliti memanipulasikan suatu perlakuan, stimulus, atau kondisi-kondisi tertentu, kemudian mengamati pengaruh atau perubahan yang diakibatkan oleh manipulasi yang dilakukan secara sengaja tadi”.29

Pada penelitian ini, penulis menggunakan model quasi eksperimen atau eksperimen semu kategori tes awal dan tes akhir dalam dua kelompok (pretest and posttest group). Dalam penelitian yang digunakan one group pretest and posttest design. “Metode eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain

dalam kondisi yang terkendalikan”.30

Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah eksperimen semu, yaitu untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasikan semua variabel yang relevan”.31

29

Syamsuddin AR dan Vismaia S. Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 150

30

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 107

31

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), h. 54


(37)

24

Desain penelitian one group pretest and posttest design ini diukur dengan menggunakan pretest yang dilakukan sebelum diberi perlakukan dan postestyang dilakukan setelah diberi perlakukan.“Tujuan penelitian eksperimen yaitu untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab-akibat dengan cara mengenakan kepada satu atau lebih kelompok eksperimental satu atau lebih kondisi perlakuan dan memperbandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai kondisi perlakuan”.32

B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan atau 1 semester yang bertempat di SMA Negeri 13 Kabupaten Tangerang, dengan objek penelitian di kelas X SMA Negeri 13 Kabupaten Tangerang.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

“Populasi dimaknai sebagai keseluruhan individu yang menjadi anggota masyarakat tutur bahasa yang akan diteliti dan menjadi sasaran penarikan generalisasi tentang seluk-beluk bahasa tersebut”.33 Populasi dari penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X SMA Negeri 13 Kabupaten Tangerang.

2. Sampel

“Sampel adalah sebagian individu yang diselidiki dari keseluruhan individu penelitian. Supaya lebih obyektif istilah individu sebaiknya diganti istilah subyek dan atau obyek. Sampel yang baik yaitu sampel yang memiliki populasi atau yang representatif artinya yang menggambarkan keadaan populasi atau mencerminkan populasi secara maksimal tetapi

32

Sumadi suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 88

33

Mahsun, Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), h. 28


(38)

walaupun mewakili sampel bukan merupakan duplikat dari populasi”.34 Sampel penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X SMA Negeri 13 Kabupaten Tangerang.

D. Uji Homogenitas

Tabel 01

Nilai Kelas Eksperimen (kelas X B)

Nama Siswa 1 2 3 4 5 Jumlah

Abdun Muhaimin 11 9 8 10 6 44

Adella Asryana 10 9 7 10 5 41

Albertus Geraldisatana 12 8 8 11 4 43

Anggun Jati Surtini 13 7 7 12 6 45

Aripin 12 9 9 11 5 46

Avelisa Tifani 13 11 9 12 7 52

Danang Setiaji 13 10 8 11 5 47

Deriski Rahmawati 11 9 7 10 5 42

Dewi Sukma Melati 12 8 8 9 4 41

Dwi Rachmayanti Ramadhan

10 7 7 10 5 39

Erina Damayanti 12 9 9 12 6 48

Febrilia Fitri Amartha Dewi

14 10 9 13 7 53

Fitria Nurlaela 11 8 8 9 6 42

Frisya Rivaldo 12 10 9 11 7 49

Herni Melasari 10 9 8 11 5 43

Ilyas Ilyasa Mustajab 13 10 9 12 7 51 Indriyani Febri Astuti 11 9 7 11 6 44

Joko Wahyudi 12 9 8 11 5 45

Kartika Chandra 11 7 6 10 6 40

34

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), h. 107


(39)

26

Maikhel Jose Ignasius B 13 10 9 12 7 51 Maria Hernanda Pasaribu 12 9 9 11 6 47

Monika Ekawati 12 9 8 11 5 45

Muhammad Ricky Subagya

10 8 7 10 5 40

Nopisari 10 7 7 9 5 38

Norcha Saddan 11 9 8 10 6 44

Novelina Tobing 12 9 8 11 6 46

Nurselvi 13 10 9 12 7 51

Pebiana 11 8 7 10 5 41

Regi Priyagi 10 8 8 9 6 41

Retno Delvi Nobvitasari 12 9 8 11 5 45

Ris Yulianti 13 10 9 12 7 51

Jumlah 1395

Keterangan: 1) Intonasi

2) Pengucapan Huruf Vokal dan Konsonan dengan Tepat 3) Sistematika Berpidato

4) Kelancaran Berbicara 5) Etika Pidato

Tabel 02

Nilai Kelas Kontrol (kelas X A)

Nama Siswa 1 2 3 4 5 Jumlah

Aan Supriyatna 6 4 4 9 5 28

Adelia Fajari Syachfina 5 4 5 9 6 29

Ahmad Sumardi 13 9 9 10 9 50

Anggi Fitri Rahayu 13 9 6 10 7 45

Arif Rahman Hakim 10 7 8 10 6 41


(40)

Damar Galih Maulida 9 5 4 9 4 31

Della Oktriani 10 5 3 10 5 33

Dewi Nur Komarindah 8 8 5 5 4 30

Dwi Nur Cahyani 8 5 4 5 3 25

Edison Tulus Aruan 9 8 6 9 5 37

Eni Widiastuti 5 2 3 7 4 21

Febrian Dwi Anggraini 5 5 5 5 5 25

Firman Reva Fauzi 9 6 6 9 4 34

Fitri Wulandari 12 7 5 13 5 42

Herawati Tri M 10 5 4 9 6 34

Ilham Rifki Nurfajar 6 5 4 5 3 23

Indri Yani 8 7 6 8 5 34

Kalida Kartika Sari 10 9 8 10 7 44

M Doddy Hadrial 12 9 7 6 5 39

Marhaban Nurul Islami 13 9 9 12 6 49

Monica Feria Kamaludin 10 5 3 9 4 31

Muhammad Nur Salim 8 8 5 5 3 29

Muhammad Yunus Arlasetiadi

9 9 8 9 5 40

Nurkarnila 10 9 8 10 6 43

Paramitha Kusuma Sari 11 8 7 10 7 43

Rega Nurfatih 7 7 6 7 4 31

Restu Sri Fajariyanti 11 8 7 9 5 40

Ririe Dwi Ambarwati 8 8 8 9 5 38

Rudi Wahono 7 6 6 7 4 30

Safitri Lestari 12 9 9 10 5 45


(41)

28

Keterangan: 1) Intonasi

2) Pengucapan Huruf Vokal dan Konsonan dengan Tepat 3) Sistematika Berpidato

4) Kelancaran Berbicara 5) Etika Pidato

Tabel 03

Nilai Perbandingan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

No Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

1 44 28

2 41 29

3 43 50

4 45 45

5 46 41

6 52 50

7 47 31

8 42 33

9 41 30

10 39 25

11 48 37

12 53 21

13 42 25

14 49 34

15 43 42

16 51 34

17 44 23

18 45 34

19 51 44


(42)

21 51 49

22 47 31

23 45 29

24 40 40

25 38 43

26 44 43

27 46 31

28 51 40

29 41 38

30 41 30

31 45 45

Jumlah 1395 1114

Rata-rata 45,00 35,94

Berdasarkan tabel di atas, hasil nilai awal kelas eksperimen dan kelas kontrol lalu di analisis. Nilai rata-rata kemampuan berpidato siswa kelas eksperimen adalah 45,00. Nilai ini diperoleh dari perhitungan jumlah nilai kelas eksperimen dibagi jumlah siswa (N=31). Sedangkan, rata-rata nilai kelas kontrol adalah 35,94.

Tabel 04

Nilai Uji Homogenitas

X Y X.X Y.Y X.Y

44 28 1936 764 1236

41 29 1681 841 1189

43 50 1849 2500 2150

45 45 2025 2025 2025

46 41 2116 1681 1886

52 50 2704 2500 2600

47 31 2209 961 1457


(43)

30

41 30 1681 900 1230

39 25 1521 625 975

48 37 2304 1369 1776

53 21 2809 441 1113

42 25 1764 625 1050

49 34 2401 1156 1666

43 42 1849 1764 1806

51 34 2601 1156 1734

44 23 1936 529 1012

45 34 2025 1156 1530

51 44 2601 1936 2244

40 39 1600 1521 1560

51 49 2601 2401 2499

47 31 2209 961 1457

45 29 2025 841 1305

40 40 1600 1600 1600

38 43 1444 1849 1634

44 43 1936 1849 1892

46 31 2116 961 1426

51 40 2601 1600 2040

41 38 1681 1444 1558

41 30 1681 900 1230

45 45 2025 2025 2025

1395 1114 63295 41690 50287


(44)

=

= 7,44

Dari perhitungan di atas diperoleh Fhitung 1,79 dan dari grafik daftar distribusi F dengan dk pembilang = 31-1= 30. Dk penyebut = 31-1 = 30. Dan α = 0.05 dan Ftabel = 7,65. Tampak bahwa Fhitung < Ftabel. Hal ini berarti data variabel X dan Y homogen.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik untuk mengumpulkan data yang diperlukan selama penelitian sesuai dengan judul skripsi yang penulis teliti. Adapun teknik pengumpulan data tersebut adalah:

1. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung atau tidak langsung di lapangan. Dalam penelitian ini, penulis melakukan observasi dengan cara datang langsung ke tempat yang akan diteliti dan menanyakan suatu kegiatan belajar dengan menggunakan media di SMA Negeri 13 Kabupaten Tangerang.

2. Lembar Tes

Berupa lembar soal yang diberikan pada saat pretest dan posttest. Tes yang penulis gunakan berupa tes lisan. Kriteria penilaian pidato seperti intonasi, pengucapan huruf vokal dan konsonan dengan tepat, sistematika berpidato, kelancaran berbicara, dan etika berpidato.

F. Instrumen Penelitian

“Instrumen merupakan data yang dikumpulkan dalam penelitian digunakan untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan. Karena data yang diperoleh akan dijadikan landasan dalam


(45)

32

mengambil kesimpulan, data yang dikumpulkan haruslah data yang benar”.35 Instrumen yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah membaca pidato yang dibentuk berupa teks pidato, yang kemudian dibaca oleh objek penelitian yaitu siswa yang penulis pilih dan menjadi sampel dalam penelitian.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk menguraikan keterangan-keterangan atau data-data tersebut dapat dipahami tidak hanya oleh peneliti, akan tetapi dapat dipahami oleh orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian. Dalam menganalisis data penulis mengggunakan teknik sebagai berikut:

- Skoring, yaitu memberikan nilai pada setiap siswa yang membacakan teks pidato. Berikut tabel skor penilaian:

Tabel 05

SKOR PENILAIAN PIDATO No Kategori

Penilaian

Bobot Penilaian Sangat

Buruk

Buruk Sedang Baik Sangat Baik 0-4 5-8 9-13 13-16 17-20 1 Intonasi

2 Pengucapan huruf vocal dan

konsonan dengan tepat 3 Sistematika

berpidato 4 Kelancaran

berbicara

35


(46)

5 Etika pidato

Sebelum mengambil data dalam penelitian ini, penulis terlebih dahulu mengambil data kemampuan berpidato siswa dengan menggunakan uji homogenitas. “Pengujian homogenitas adalah pengujian mengenai sama tidaknya variansi-variansi dua buah distribusi atau lebih”36. Uji homogenitas yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah uji homogenitas variansi. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data dalam variabel X dan Y bersifat homogen atau tidak.

Langkah-langkah menghitung uji homogenitas:

1. Mencari Varians/Standar deviasi Variabel X dan Y, dengan rumus:

2. Mencari F hitung dengan varians X dan Y, dengan rumus:

3. Membandingkan Fhitung dengan Ftabel pada tabel distribusi F, dengan

 Untuk varians terbesar adalah dk pembilang n-1

 Untuk varians terkecil adalah dk penyebut n-1

 Jika Fhitung < Ftabel, berarti homogen

 Jika Fhitung > Ftabel, berarti tidak homogen

Rumus nilai rata-rata:

36 Anwar Hidayat,

uji Homogenitas, http://statistikian.blogspot.com. Hari Rabu, tanggal 30 April 2014, pukul 12:39.


(47)

34

Tabel 06 Indeks Interprestasi

Besarnya “r” Product Moment Interprestasi

0,00 - 0,20 Antara Variabel X dan Y memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi antara Variabel X dan Variabel Y).

0,20 – 0,40 Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat korelasi yang lemah atau rendah.

0,40 – 0,70 Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat korelasi yang sedang atau cukupan.

0,70 – 0,90 Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi. 0,90 – 1,00 Antara Variabel X dan Variabel Y

terdapat korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi.

4. Mencari angka indeks korelasi “r” Product Moment antara Variabel X dan

Variabel Y (yaitu ), dengan rumus:


(48)

35

Dalam bab IV ini akan dijabarkan tentang hasil penelitian yang terkait dengan gambaran umum SMA Negeri 13 Kabupaten Tangerang dan hasil analisis data.

A. Gambaran Umum SMA Negeri 13 Kabupaten Tangerang

1. Sejarah dan Perkembangan SMA Negeri 13 Kabupaten Tangerang a. Lingkungan Sekolah

SMA Negeri 13 Kabupaten Tangerang yang semula bernama SMA Negeri 1 Pasarkemis pada saat awal didirikan adalah kelas jauh (KJ) dari SMA Negeri 1 Cikupa Kabupaten Tangerang yang berdiri pada tahun 2004. Pada mulanya SMA Negeri 13 Kabupaten Tangerang lokasinya menumpang di SMP Negeri 1 Pasarkemis Kabupaten Tangerang mulai Tahun Pelajaran 2004/2005, 2005/2006, dan 2006/2007. Sedangkan semenjak tahun pelajaran 2007/2008hingga sekarang SMA Negeri 13 Kabupaten Tangerang berlokasi di bangunan milik Pemda Kabupaten Tangerang yang beralamat di Jl. Raya Pasarkemis – Rajeg KM. 03 Desa Sindangpanon Kecamatan Sindangjaya Kabupaten Tangerang Provinsi Banten.

Bangunan SMA Negeri 13 Kabupaten Tangerang yang dipergunakan sekolah pada umumnya dalam kondisi baik. Jumlah ruang kelas yang digunakan untuk menunjang kegiatan belajar kurang memadai. Jumlah ruang kelas yang dibutuhkan untuk keperluan proses belajar mengajardi SMA Negeri 13 Kabupaten Tangerang sebanyak 27 ruang kelas, sedangkan ruang kelas yang tersedia ada 19 ruang kelas.

b. Visi dan Misi SMAN 13 Kabupaten Tangerang - Visi

Terwujudnya sekolah yang berprestasi dan lulusan yang berbudi pekerti, berimtaq serta mandiri di tahun 2014


(49)

36

1. Membekali peserta didik agar berbudi pekerti, santun, berakhlak mulia, beriman, dan bertaqwa.

2. Memperbaiki mutu layanan pendidikan sesuai dengan tuntutan zaman serta perkembangan IPTEK, sosial budaya dan seni.

3. Membekali ilmu pengetahuan dan keterampilan peserta didik sebagai bekal kelanjutan pendidikan keperguruan tinggi. 4. Menyiapkan peserta didik untuk berkompetisi di era global. 5. Memberi kesempatan selama-lamanya kepada peserta didik

untuk meningkatkan potensinya seoptimal mungkin melalui kegiatan intra dan ekstrakurikuler.

B. Hasil Analisis Data

Tahap pertama yaitu memberikan tes homogenitas pada setiap kelompok, dalam penelitian ini penulis mengambil dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.Tahap ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan berpidato siswa sebelum masuk pada tahap pengambilan data yang sebenarnya.

Tahap kedua adalah memberikan tes lisan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X A dan X B dengan jumlah siswa masing-masing 31 orang.

1. Nilai Kelas X A (kontrol) Pertemuan Pertama

Disaat bel sekolah berbunyi tanda jam belajar dimulai, penulispun memasuki ruang kelas X A kembali mengambil data untuk nilai posttest. Penulis memberikan salam pembuka setelah memasuki ruang kelas, siswa-siswipun menjawab salam penulis dengan semangat. Penulis mengabsen anak muridnya satu-persatu, setelah itu penulis menjelaskan tujuan penulis memasuki kembali untuk mengajar di karnakan untuk mengambil data kembali untuk keperluan nilai posttest atau nilai akhir penelitian.

Kemudian penulis kembali menjelaskan tujuan pembelajaran pada hari itu, siswa-siswipun dengan antusias memperhatikan penulis yang


(50)

menjelaskan tujuan pembelajaran. Setelah itu, penulis mulai mengajarkan kegiatan intinya yaitu pertama penulis menjelaskan tentang pengertian pidato, kedua penulis menjelaskan cara menyusun pidato yang baik, ketiga penulis menjelaskan sistematika berpidato yang baik, dan keempat penulis menjelaskan cara penggunaan bahasa yang menarik disaat berpidato di depan banyak orang.

Setelah selesai memberikan materi kepada siswa-siswi, penulispun memberikan kesempatan kepada muridnya untuk mencatat materi yang tercantum di layar proyektor. Kemudian, setelah para siswa sudah selesai mencatat. Penulispun bertanya kepada mereka tentang kesulitan mereka dalam memahami materi tersebut, merekapun sudah mengerti karena sudah beberapa kali penulis menjelaskan disaat mengambil nilai pretest. Kemudian, penulis kembali memberikan tugas untuk menyusun teks pidato di rumah dan dikumpulkan disaat pertemuan kedua. Penulis menyimpulkan hasil kegiatan belajar mengajar pada hari itu, kemudian memberi salam penutup dan beranjak pergi keluar dari dalam kelas.

Pertemuan kedua

Pertemuan kedua pun dimulai, bel sekolah berbunyi tanda jam belajar sudah boleh dimulai. Penulis kembali memasuki ruang kelas X A untuk melanjutkan kegiatan belajar di waktu pertemuan pertama. Kegiatan awal sama seperti kegiatan di waktu pertemuan pertama, kemudian kegiatan inti dimulai. Penulis menanyakan tugas yang di waktu pertemuan pertama diberikan, siswa-siswipun dengan semangat menjawab bahwa mereka sudah selesai mengerjakannya.

Kemudian penulis menyuruh anak muridnya untuk mempraktekkan hasil menyusun teks pidatonya didepan teman yang lain, ketika siswa-siswi mempraktekkan membaca teks pidato, penulis sambil menilai hasil praktek mereka satu persatu. Setelah selesai menguji mereka. Penulis dan murid menyimpulkan bersama-sama hasil kegiatan belajar mereka, kemudian penulis memberi salam penutp dan beranjak keluar dari dalam kelas.


(51)

38

Penilaian

 Soal penilaian

Buatlah teks pidato dengan menggunakan bahasa yang menarik dan mudah dipahami dan bacalah teks pidato yang Anda buat sesuai dengan sistematika pidato yang baik!

 Penilaian

Tabel 07 Soal Penilaian

Indikator Teknik Instrumen

Mampu menyusun teks pidato dengan menggunakan bahasa yang menarik dan mudah dipahami

Penugasan Buatlah teks pidato dengan

menggunakan bahasa yang menarik dan mudah dipahami

Mampu

mempraktekan pidato sesuai dengan sistematika berpidato yang baik

Latihan Bacalah teks pidato sesuai dengan sistematika yang baik

Tabel 08

Nilai Kelas X A (kontrol)

Nama Siswa 1 2 3 4 5 Jumlah

Abdun Muhaimin 13 9 6 10 6 44

Adella Asryana 9 9 7 10 9 44

Albertus Geraldisatana 10 13 6 13 6 48

Anggun Jati Surtini 6 6 7 11 7 37

Aripin 14 10 9 13 9 55


(52)

Danang Setiaji 11 9 7 13 5 45

Deriski Rahmawati 8 9 6 10 6 39

Dewi Sukma Melati 13 13 9 14 9 58

Dwi Rachmayanti Ramadhan

10 11 13 11 9 54

Erina Damayanti 13 10 9 13 6 51

Febrilia Fitri Amartha Dewi

7 9 7 10 6 39

Fitria Nurlaela 10 11 9 11 9 50

Frisya Rivaldo 4 4 4 6 4 22

Herni Melasari 9 11 9 10 9 48

Ilyas Ilyasa Mustajab 13 13 9 10 9 54

Indriyani Febri Astuti 9 4 6 10 4 33

Joko Wahyudi 13 11 9 9 9 51

Kartika Chandra 10 9 5 9 8 41

Maikhel Jose Ignasius B 11 5 6 10 7 39 Maria Hernanda Pasaribu 9 5 6 11 7 38

Monika Ekawati 10 6 6 12 9 43

Muhammad Ricky Subagya

11 10 9 13 9 52

Nopisari 9 6 5 10 8 38

Norcha Saddan 13 11 9 13 9 55

Novelina Tobing 10 9 8 11 9 47

Nurselvi 9 9 9 9 9 45

Pebiana 13 13 9 13 10 58

Regi Priyagi 11 10 9 13 9 52

Retno Delvi Nobvitasari 10 9 8 10 9 46

Ris Yulianti 11 10 7 9 9 46


(53)

40

Keterangan: 1) Intonasi

2) Pengucapan Huruf Vokal dan Konsonan dengan Tepat 3) Sistematika Berpidato

4) Kelancaran Berbicara 5) Etika Pidato

2. Nilai Kelas X B (eksperimen) Pertemuan pertama

Ketika bel belajar berbunyi tanda jam masuk belajar dimulai, penulis kembali memasuki ruang kelas X B untuk mengajar guna mengambil nilai akhir atau posttest. Penulis kembali memberi salam pembuka kepada siswa-siswi, dan mereka pun menjawabnya. Penulis kembali menjelaskan maksud dan tujuan penulis memasuki kembali ruang kelas mereka, merekapun mengerti dengan penjelasan penulis terhadap mereka, kemudian penulis menjelaskan tujuan pembelajaran pada hari itu, dipertemuan kali ini ada sedikit berbeda yaitu belajar menggunakan media video.

Kemudian, kegiatan intipun dimulai, pertama penulis menjelaskan kembali materi tentang pidato, kedua penulis menjelaskan cara menyusun pidato yang baik, ketiga penulis menjelaskan sistematika berpidato yang baik, keempat penulis menjelaskan cara penggunaan bahasa yang menarik disaat berpidato didepan umum. Kemudian, penulis memberikan beberapa contoh pidato dengan menggunakan media video dilayar proyektor. Para siswa-siswipun antusias memperhatikan penulis menjelaskan materi tersebut dengan menggunakan media video. Karena semenjak mereka belajar di sekolah, belum ada guru yang menggunakan media tersebut. Jadi media ini membuat mereka sangat membantu untuk memahami pengertian pidato. Setelah selesai memberikan materi, penulispun memberikan kesempatan kepada mereka untuk mencatat materi yang tercantum di layar proyektor.


(54)

Setelah selesai mencatat, penulis memberikan tugas di rumah untuk menyusun teks pidato dengan menggunakan bahasa yang menarik dan tema bebas. Setelah itu, penulis menyimpulkan hasil kegiatan belajar mengajar didalam kelas, kemudian setelah selesai menyimpulkan. Penulis memberikan sedikit motivasi mengenai pidato, kemudian penulis memberi salam penutup dan beranjak pergi keluar dari dalam kelas.

Pertemuan kedua

Tak terasa pertemuan keduapun sudah mau dimulai, bel belajar berbunyi tanda jam masuk belajar dimulai. Penulispun bergegas memasuki ruang kelas tersebut. Penulis memberi salam pembuka sama seperti dipertemuan pertama pada kegiatan awal ini. Kemudian penulis kembali sedikit menjelaskan tujuan pembelajaran pada hari itu, kemudian penulis menanyakan hasil tugas yang diberikan penulis di waktu pertemuan pertama.

Para siswa-siswipun dengan semangat menjawab bahwa mereka sudah selesai mengerjakannya, kemudian penulis meminta kepada mereka untuk mempraktekkan hasil tugasnya tersebut untuk dibacakan di depan teman lainnya, penulis sambil menilai hasil kegiatan para siswa-siswinya tersebut. Setelah selesai semua mempraktekkan hasil teks pidato mereka. Penulis menanyakan kesulitan dalam membuat teks pidato dan mempraktekkannya, kemudian penulis kembali menyimpulkan hasil kegiatan akhir mereka. Setelah itu, penulis memberikan sedikit motivasi tentang pidato kepada mereka. Setelah itu, penulis memberikan salam penutup dan beranjak pergi dari dalam kelas.

Penilaian

 Soal penilaian

Buatlah teks pidato dengan menggunakan bahasa yang menarik dan mudah dipahami dan bacalah teks pidato yang Anda buat sesuai dengan sistematika pidato yang baik!


(55)

42

 Penilaian

Tabel 09 Soal Penilaian

Indikator Teknik Instrumen

Mampu menyusun teks pidato dengan menggunakan bahasa yang menarik dan mudah dipahami

Penugasan Buatlah teks pidato dengan

menggunakan bahasa yang menarik dan mudah dipahami

Mampu

mempraktekan pidato sesuai dengan sistematika berpidato yang baik

Latihan Bacalah teks pidato sesuai dengan sistematika yang baik

Tabel 10

Nilai Kelas X B (eksperimen)

Nama Siswa 1 2 3 4 5 Jumlah

Aan Supriyatna 12 12 9 11 7 51

Adelia Fajari Syachfina 13 13 10 12 8 56

Ahmad Sumardi 14 12 9 12 7 54

Anggi Fitri Rahayu 11 10 9 10 6 46

Arif Rahman Hakim 10 9 6 10 5 40

Asti Dyah Arumsari 12 9 9 11 6 47

Damar Galih Maulida 15 12 9 13 7 56

Della Oktriani 10 8 8 9 6 41

Dewi Nur Komarindah 13 11 9 11 5 49

Dwi Nur Cahyani 16 10 9 12 7 54


(1)

Nama NIM

Judul Skripsi

Dosen Pembimbing

UJI REFERENSI

Siti Rohaeti 208013000017

Pengaruh Media Video Terhadap Kemampuan Berpidato Siswa Kelas X SMA Negeri 13 Kabupaten Tangerang.

Makyun Subuki, M.Hum

NO JUDUL BUKU Paraf

Pembimbing I f1. Siti Sahara, Mahmudah Fitriyah, E. Kusnadi,

Keterampilan Berbahasa Indonesia (Iakarta : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah,2009), h. l.

,-/

2

fvl- Subana dan Sunarti, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia Berbagai Pendekatan, Metode Telzxik, dan Media Pengajaran (Bandung : Pustaka Setia, 2011), h.

1 9 .

\il

a

J Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu

Keterampilan Berbahasa (Bandung : Angkasa, 1 9 8 7 ) , h . 1 5 .

,/

+ Sri enitatr W, dkk, Strategi Pembelaiaran di SD

fi akarta : Universitas Terbuka, 2009), h. 6.3.

w

5 Suginastuti, Rona Bahasa dan Sastra Indonesia

(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005), h. 121.

t

-N

6 Bambing Kaswanto Purwo, Pragmatics dan Pengajaran Bahasa, (Yogyakarta: Kanisius,


(2)

hF1

7 Dendy Sugono, Mahir Berbahasa Indonesia Dengan Benar (Jakarta : PT Grarnedia Pustaka IJmum, 2009), h.19-20.

,J

8 Budinuryanta, dkk, Pengaiaran Keterampilan Berbahasa (Jakarta : Universitas Terbuka, 2008),

h . 6 . 1 2

\J

9 Gorys Keraf, Komposisi, (Ende-Flores : Nusa

Indah, 1979), h.314

'J

1 0

Achmad Sunarto, Contoh-Contoh Teks Pidato & Pedoman Pembawa Acara, (Jakarta : Pustaka Amani,2000), h. l0

-J

l 1 Dori Wuwur Hendrikus, Retorika Terampil Berpidato, Berdiskusi, Berargumentasi, Bernegosiasi, (Yogyakarta: Kanisius, 1991), h'

63

J

12

Azhar Arsyad, Media Pembelajarari (Jakarta : PT Raia Grafindo Persada, 2010), h. 3-4.

oui

1 3 Dion Eprijum Ginanto, Jadi Pendidik Kreatif dan Inspiratif (Yogyakarta : Jogja Bangkit Publisher), h . 7 5 .

t'J

l 4 Rusman, Model-Model Pembelajaran (Iakarta :

PT Raja Grafindo Persada, 201I

*l

t 5

Arief S. Sadiman dkk. Media Pendidikan: P e nge rti an P e nge mb angan don P e manfaat anny a, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h.74-75

,J

l 6 Syamsuddin AR dan Vismaia S. Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa,


(3)

*

t 7

Sumadi suryabrata, Metodologi Penelitian,

(Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 88 ./ l 8 Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi

P enelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), h. 54

tJ

t 9

Mahsun, Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi, Metode, dan Telvtiknya, (Jakarta: PT

Raia Grafindo Persada, 2011), h. 28

J

I

20

Subana dkk, Statistik Pendidikan, (Bandung:

Pustaka Setia, 2000),h. 28

U

21

Syaiful Bahri Dj am arah, P s iko lo gi B e I ai ar,


(4)

il

Nomor : Un.0 1/F. 1A(M.01.3i... .12014 Latnp. :

-Hat : Bimbingan Skripsi

Nama NIM Jurusan Semester Judul Skripsi

Tembusan: l. Dekan FITK 2. Mahasiswa ybs.

Jakarta 24Maret 2014

Kepada Yth.

Makyun Subuki, M.Hum Pembimbing Slripsi

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

As s al amu' al ai kum wr.wb.

Dengan ini diharapkan kesediaan Saudara untuk meqiadi pembimbing VII (materi/teknis) penulisan skripsi mahasiswa:

Siti Rohaeti 208013000017

Pendidikan Bahasa dan Sasfra Indonesia 8 (Delapan)

Pengaruh Media Video Terhadap Kemampuan Berpidato Siswa Kelas X SMA Negeri 13 Kabupaten Tangerang

Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal 21 Februari 2012 , absffaksi/oatline terlarrryir. Saudara dapat melalarkan perubahan redaksional pada judul tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohon pembimbing menghubungi Jurusan terlebih dahulu.

Bimbingan skripsi ini diharapkan selesai dalam waktu 6 (enarn) bulan, dan dapat diperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan.

Atas perhatian dan kerja sama Saudar4 kami ucapkan terima kasih. LTas s aI amu' aI aikum wr.w b.

Sastra Indonesia

ZA, M.Pd

KEMENTERIAN

AGAMA

4s

UTN.JAKARTA

I tiin 't l,'rlf;r,'*' No so ciputat 1s412 tndonesia

FORM

(FR)

No. Dokumen : FITK-FR-AKD.081 Tgl. Terbit : 1 Maret 2010

No. Revisi: : 01

Hal 1 t 1

SURAT

BIMBINGAN

SKRIPSI


(5)

KEMENTERIAN

AGAMA

UIN JAKARTA FITK

Jl lr ti. ,luanda No 95 Cipuht 15,112 tndonesta

No. Dokumen FITK-FR-AKD-082

F O R M

( F R )

Tgl Terbit 1 Maret 2010

N o . R e v i s i

-, ':;;--__.___

guR4r PERM0HONAN

|ZIN

pENEi]ttAhi

? { s n r o r : U n . 0 1 / F . 1 1 K M " 0 1 . 3 1 " . / 2 0 1 J N-arnp.'. Gu#inefpr*posal

hlal " Ferrnohonan lzln Fenelitian

Tembusan: 1. Dekan FtTK

2 Pembantu Dekan Bidang Akademik 3. Mahasiswa yang bersangkutan

Jakarta, 14 Februari 2013

Kepada Yth.

Kepala Sekolah $MA f{egeri dt

13 Kabupaten

Tangerang

Tempat

Assalamu'a

laiku

m wr.wb.

Dengan

hormat

kami

sampaikan

bahwa,

N a m a

: S i t i Rohaeti

N I M

: 2 0 8 0 1 3 0 0 0 0 1 7

Jurusan

: pendidikan

Bahasa

dan Sastra

lndonesia

$ e m e s t e r :X ($epuluh)

.ludui

skripsr : Pengaruh

Media video Terhadap

Kemampuan

Berpidato

Siswa

Kelas X SMA Negeri 13 Kabupaten

Tangerang

adalah

benar

mahasiswaii

Fakultas

llmu

Tarbiyah

dan Keguruan

UIN Jakarta

yang

sedang menyusun.

skripsi, dan akan mengadakan-

peneritian

(riset) di

instansi/sekofah/madrasah

yang

Saudira

pimpin.

Untuk itu kami mohon saudara dapat mengizinkan

mahasiswa

tersebut

melaksanakan

penelitian

dimaksud.

Atas pe'hatian

dan kerja

sama

saudara,

kami ucapkan

terima

kasih.

Wassalam

u' al ai kum wr.wb.

a Indonesia


(6)

PEMERINTAH KAB UPATE\I TANIGERANG

DINAS PEhIDIDIKAN

SMA NEGERI 13 KAB. TAI{GERANG

Jl. Raya Pasarkemis - Rajeg I(M. 03 Ds. Sindangpanorr Kec. Sindangiaya Kab. Tangerang 15560

SURAT KETERANGAN

Nomor:

800/089/SMAN,

I 3/201

3

Berdasarkan

sLrrat Nomor: Un.0l/F.l/KM.O1

.3lII/2013 Perihal Permohonan

penelitian

Skripsi/Riset.

dengan

ini Kepala Sekolah

Menengah

Atas Negeri 13 Kabupaten

Tangerang

menerangkan bahwa: Nama NIM Jurusan Fakultas Program

Yang bersangkr"rtan

telah

melaksanakan

penelitian

di sekolah

karni

pacla

tanggal

I I Maret s.d. 15

Maret 2013 dalanr

rangka

penulisarr

skripsi

yang berluciul

"Pengaruh

Media

Video Terhadap

Kemampuan

Beqpidato

Siswa Kelas X SMA Negeri 13 Kabupaten

Tangerang"

Demikian

surat

keterangan

ini kami buat, agar dipergunakan

sebagaimana

mestinya.

SITI ROHAETI

2 0 8 0 1 3 0 0 0 0 1 7

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN.Iakarta

s - 1

s"*

28 Maret2013

na Utama Muda