Rancang Bangun Alat Pengiris Bawang Mekanis

(1)

RANCANG BANGUN ALAT PENGIRIS BAWANG MEKANIS

SKRIPSI

OLEH :

ANTHONI LUMBANTOBING

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2014


(2)

RANCANG BANGUN ALAT PENGIRIS BAWANG MEKANIS

SKRIPSI

OLEH :

ANTHONI LUMBANTOBING 090308067/KETEKNIKAN PERTANIAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh :

Komisi Pembimbing

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2014

(Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si) Ketua

(Sulastri Panggabean, STP, M.Si) Anggota


(3)

ABSTRAK

ANTHONI LUMBANTOBING: Rancang bangun alat pengiris bawang mekanis, dibimbing oleh SAIPUL BAHRI DAULAY dan SULASTRI PANGGABEAN.

Proses pengirisan adalah salah satu pengolahan pascapanen. Mesin pengiris bawang merah merupakan salah satu alat yang bertujuan untuk mendukung peningkatan hasil produksi irisan bawang merah, yang siap digoreng. Mesin pengiris bawang merah ini menggunakan energi listrik. Penelitian ini adalah sebuah rancang bangun alat pengiris bawang mekanis. Penelitian dilakukan dengan teknik studi literatur, melakukan eksperimen, pengamatan dan pengujian terhadap alat. Parameter yang diamati adalah kapasitas efektif alat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kapasitas efektif alat pengiris bawang mekanis yang digunakan dalam penelitian sebesar 76,1 kg/jam.

Kata kunci : alat pasca panen, bawang merah, pengirisan, kapasitas efektif.

ABSTRACT

ANTHONI LUMBANTOBING: Design and construction of mechanical onion slicing machine, supervised by SAIPUL BAHRI DAULAY and SULASTRI PANGGABEAN.

The slicing process is one of the postharvest processing. Onion slicing machine is used to support the increase of onion slicer product which is ready to be fried. This onion slicing machine uses electrical energy. This study was plan to build mechanical onion slicing machine. The study was conducted with literature study, experiment, observation and testing of the equpiment. The parameters measured were the effective capacity of the tool. The results showed that the effective capacity of the mechanical onion slicing machine was 76.1 kg/hour. Keywords: postharvest equipment, onion, slicer, effective capacity


(4)

RIWAYAT HIDUP

Anthoni LumbanTobing, dilahirkan di Sibolga pada tanggal 4 Mei 1991 dari ayah Charles LumbanTobing dan ibu Resdi Dorlince Sianturi. Penulis merupakan anak ke edua dari empat bersaudara.

Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Tri Ratna Sibolga dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk ke Universitas Sumatera Utara melalui jalur Ujian Mandiri. Penulis memilih Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai Badan Pengurus Harian Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian (BPH IMATETA), sebagai Badan Pengurus Pemerintahan Mahasiswa Pertanian USU (PEMA FP USU), dan sebagai pengurus Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Komisariat Pertanian USU.

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Pabrik Kelapa Sawit PT. PADASA ENAM UTAMA pada tanggal 27 Juni 2012 sampai dengan 27 Juli 2012.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsiini.

Adapun skripsi ini berjudul “Rancang Bangun Alat Pengiris Bawang Mekanis” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan kepada

Ibu Sulastri Panggabean, STP, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Di samping itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua staf pengajar dan pegawai Program Studi Keteknikan Pertanian serta semua rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun untuk kesempurnaan pada masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Juli 2014


(6)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR LAMPIRAN... iv

PENDAHULUAN Latar Belakang... 1

Tujuan Penelitian... 4

Kegunaan Penelitian... 4

Pembatasan Masalah... 4

TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah... 5

Sejarah Bawang Merah... 5

Perkembangan Bawang Merah di Indonesia... 5

Botani Tanaman Bawang Merah... 5

Jenis-Jenis Bawang Merah... 6

Waktu Panen... 7

Manfaat Bawang Merah... 7

Pengirisan... 8

Pengolahan Bawang Merah... 9

Tujuan Penggunaan Alat Mesin Pertanian dengan Sumber Tenaga Mekanis (Mekanisasi Pertanian)... 13

Alat Pengiris Bawang... 14

Kapasitas Kerja Alat dan Mesin Pertanian... 17

Analisis Ekonomi... 17

Biaya Pemakaian Alat... 17

Biaya tetap... 18

Biaya tidak tetap... 19

Break Ivent Point (BIP)... 19

Net Present Value (NPV)... 20

Internal Rate of Return (IRR)... 21

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian... 23

Bahan dan Alat Penelitian... 23

Metodologi Penelitian... 23

Komponen Alat... 23

Persiapan Penelitian... 25

Prosedur Penelitian... 26

Parameter yang Diamati... 26

Kapasitas Efektif Alat... 26

Analisis Ekonomi... 27

HASIL DAN PEMBAHASAN Alat Pengiris Bawang Mekanis... 30

Prinsip Kerja Alat Pengiris Bawang Mekanis... 33

Proses Pengirisan... 33

Kapasitas Efektif Alat... 34

Analisis Ekonomi... 35 KESIMPULAN DAN SARAN


(7)

Kesimpulan... 38 Saran... 38 DAFTAR PUSTAKA...39


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

1. Flow Chart...... 41

2. Kapasitas efektif alat... 43

3. Perhitungan daya dan panjang sabuk V... 44

4. Analisis ekonomi... 47

5. Break Even Point...... 50

6. Net Present Value...... 51

7. Internal rate of return... 53

8. Spesifikasi alat... 55

9. Tabel panjang sabuk V... 56

10.Gambar alat... 57

11.Komponen alat... 58

12.Gambar proses pengirisan... 60

13.Gambar hasil irisan... 61

14.Gambar bahan tertinggal dialat... 62


(9)

ABSTRAK

ANTHONI LUMBANTOBING: Rancang bangun alat pengiris bawang mekanis, dibimbing oleh SAIPUL BAHRI DAULAY dan SULASTRI PANGGABEAN.

Proses pengirisan adalah salah satu pengolahan pascapanen. Mesin pengiris bawang merah merupakan salah satu alat yang bertujuan untuk mendukung peningkatan hasil produksi irisan bawang merah, yang siap digoreng. Mesin pengiris bawang merah ini menggunakan energi listrik. Penelitian ini adalah sebuah rancang bangun alat pengiris bawang mekanis. Penelitian dilakukan dengan teknik studi literatur, melakukan eksperimen, pengamatan dan pengujian terhadap alat. Parameter yang diamati adalah kapasitas efektif alat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kapasitas efektif alat pengiris bawang mekanis yang digunakan dalam penelitian sebesar 76,1 kg/jam.

Kata kunci : alat pasca panen, bawang merah, pengirisan, kapasitas efektif.

ABSTRACT

ANTHONI LUMBANTOBING: Design and construction of mechanical onion slicing machine, supervised by SAIPUL BAHRI DAULAY and SULASTRI PANGGABEAN.

The slicing process is one of the postharvest processing. Onion slicing machine is used to support the increase of onion slicer product which is ready to be fried. This onion slicing machine uses electrical energy. This study was plan to build mechanical onion slicing machine. The study was conducted with literature study, experiment, observation and testing of the equpiment. The parameters measured were the effective capacity of the tool. The results showed that the effective capacity of the mechanical onion slicing machine was 76.1 kg/hour. Keywords: postharvest equipment, onion, slicer, effective capacity


(10)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya alam yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan industri dan juga bahan energi. Pertanian merupakan sektor yang paling memiliki peranan strategis dalam pembangunan ekonomi suatu daerah. Sebagian besar penduduk menggantungkan hidupnya melalui sektor pertanian. Oleh karena itu, untuk meningkatkan ekonomi masyarakat yang menggantungkan hidupnya di sektor pertanian maka produksi pertanian harus ditingkatkan.

Untuk meningkatkan produksi pertanian, proses produksi yang meliputi prapanen sampai pascapanen memerlukan dukungan berbagai sarana dan prasarana yang efektif. Pengembangan Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu cara peningkatan produksi pertanian. Hasil-hasil pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan harus memiliki penanganan pascapanen yang baik. Penanganan yang dilakukan diusahakan memperhatikan tingkat standarisasi mutu. Penanganan yang tidak baik akan berdampak pada kualitas bahan yang buruk, harga jual yang rendah, serta dapat menimbulkan kerugian bagi para produsen hasil pertanian tersebut.

Penggunaan alat dan mesin pertanian sudah sejak lama digunakan dan perkembangannya mengikuti perkembangan kebudayaan manusia. Pada awalnya alat dan mesin pertanian masih tradisional dan terbuat dari kayu kemudian berkembang menjadi bahan logam. Susunan alat ini mula-mula sederhana, kemudian sampai ditemukannya alat mesin pertanian yang kompleks. Dengan


(11)

dikembangkannya pemanfaatan sumberdaya alam dengan motor secara langsung mempengaruhi perkembangan dari alat mesin pertanian (Sukirno, 1999).

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat mendorong untuk dilakukannya pengembangan alat dan mesin pertanian guna meningkatkan produksi pascapanen. Pengembangan alat dan mesin pertanian dilakukan agar mendapatkan alat yang lebih efektif dan efisien dalam proses produksi pertanian.

Bawang merupakan komoditi hortikultura yang tergolong sayuran rempah. Sayuran rempah ini banyak dibutuhkan terutama sebagai pelengkap bumbu masakan guna menambah cita rasa dan kenikmatan makanan.

Hampir semua masakan Indonesia menggunakan bawang sebagai salah satu bumbu penyedapnya. Proporsi penggunaanya memang tidak banyak, namun karena demikian akrab dan lekatnya bawang dengan lidah manusia, sungguh sulit dicari jenis masakan yang tanpa bawang.

Indonesia merupakan salah satu negara yang termasuk penghasil bawang terbesar di Indonesia. Daerah yang termasuk dalam urutan 10 besar sentra produk bawang merah di Indonesia yaitu Brebes, Probolinggo, Tegal, Nganjuk, Cirebon, Kediri, Bandung, Malang, dan Pemalang. Mengingat kebutuhan bawang merah yang kian terus meningkat maka pengusahaannya memberikan gambaran (prospek) yang cerah. Prospek tersebut tidak hanya bagi petani dan pedagang saja, tetapi juga semua pihak yang ikut terlibat di dalam kegiatan usaahanya, dari mulai penanaman sampai pemasaran (Rahayu dan Nur, 1999).


(12)

Ada tiga jenis bawang yang pada umumnya digunakan dan diproduksi di Indonesia, yaitu bawang merah (A. Cepa var. Aggregatum), bawang putih (Allium

sativum L.), dan bawang bombai (Allium cepa L.).

Komoditi bawang merah merupakan komoditi yang paling besar jumlahnya yang dipakai dalam berbagai olahan dibanding bawang lainnya. Salah satu produk olahan dari bawang merah yang terkenal adalah bawang goreng. Bawang goreng adalah irisan bawang merah yang digoreng dalam minyak panas.

Pengolahan hasil-hasil pertanian terutama bawang merah sehingga menjadi suatu bahan pangan bagi masyarakat menjadi hal menarik untuk diketahui lebih dalam. Banyak hasil-hasil pertanian yang setelah mengalami proses olahan tambahan memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi dibandingkan sebelum dilakukan proses pengolahan. Hal ini menimbulkan banyak ide di dalam mengembangkan bahan hasil-hasil pertanian menjadi produk olahan lebih lanjut.

Untuk menghasilkan produk olahan diperlukan ilmu, keahlian dan keterampilan tersendiri. Teknik dalam mengolahnya juga berbeda-beda. Salah satu teknik pengolahan pangan yang sering dilakukan adalah pengirisan. Alat pengiris banyak digunakan untuk mengolah komoditi yang bertekstur lunak seperti pisang, singkong, bawang, dsb.

Dalam pengolahan hasil pertanian banyak permesinan yang digunakan, diantaranya adalah mesin pengiris bawang yang digunakan sebagai teknologi yang memudahkan dalam penanganan dan pengolahan bawang. Alat pengiris bawang merah dirancang guna meningkatkan hasil produksi pascapanen bawang merah.


(13)

Memandang pentingnya pengolahan pascapanen bawang merah untuk meningkatkan mutu produksi dan memperhatikan alasan di atas, penulis berinisiatif untuk merancang dan mengembangkaan alat pengiris bawang merah mekanis untuk efisiensi tenaga kerja manusia dalam mengiris bawang merah.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendesain, membuat, menguji serta menganalisis nilai ekonomis alat pengiris bawang mekanis.

Kegunaan Penelitian

1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Bagi mahasiswa, sebagai informasi pendukung untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai alat pengiris bawang mekanis.

3. Bagi masyarakat, sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan terutama petani bawang.

Pembatasan Masalah


(14)

TINJAUAN PUSTAKA

Bawang Merah

Sejarah Bawang Merah

Bawang merah telah dikenal dan digunakan orang sejak beberapa ribu tahun lalu. Dalam peninggalan sejarah banyak ditemukan bukti-bukti yang mengisahkan tentang khasiat dan kehebatan tanaman ini.

Tanaman bawang merah diduga berasal dari Asia Tengah yaitu dideretan daerah sekitar India, Pakistan, sampai Palestina. Bangsa Mesir sudah mengenalnya sejak 3200-2700 SM, bangsa Yunani kuno sejak 2100 SM, sedangkan di Israel sejak 1500 SM. Hal ini diketahui dari bukti-bukti peninggalan sejarah, seperti patung, tugu, dan batu-batu pada zaman dinasti Mesir, Yunani Kuno, Israel, dan lain-lain (Rahayu dan Nur, 1999).

Perkembangan Bawang Merah Di Indonesia

Eropa Barat dan Eropa Timur memang terlambat mengenal bawang merah. Ada yang menduga, sekitar abad ke-8-an. Dari belahan benua ini bawang mulai menyebar luas hingga daratan Amerika, Asia Timur, dan Tenggara. Penyebaran ini berhubungan dengan perburuan rempah-rempah oleh bangsa Eropa ke wilayah timur jauh, yang kemudian berekor dengan pendudukan kolonial Belanda di Indonesia (Wibowo, 2010).

Botani Tanaman Bawang Merah

Di dalam dunia tumbuhan, bawang merah merupakan tanaman hartikultura yang tumbuh di daerah dataran tinggi. Bawang merah juga merupakan komoditi hortikultura yang tergolong sayuran rempah. Tanaman bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut:


(15)

Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Class : Monocotyledoneae Ordo : Liliales/Liliflorae Famili : Liliaceae

Genus : Allium

Spesies : Allium ascalonicum atau

Allium cepa var. Ascalonicum

Ditinjau dari hubungan kekerabatannya, bawang merah termasuk keluarga Liliaceae. Keluarga ini mempunyai ciri berumbi lapis, berakar serabut, dan bentuk daun silindris. Umbi lapis tersebut berasal dari pangkal daun yang bersatu dan membentuk batang-batang semu serta berubah bentuk dan fungsinya (Rahayu dan Nur, 1999).

Jenis-Jenis Bawang Merah

Jenis bawang merah ada tiga, yaitu :

1. Bawang bombay (Common onion group) : Allium cepa L. Var. Cepa: umbinya besar, biasanya tunggal, dan selalu diperbanyak dengan biji. Bawang bombay ini merupakan jenis yang paling banyak dibudidayakaan di seluruh dunia dibandingkan dengan jenis yang lain.

2. Bawang merah biasa (Aggregatum group): Allium cepa L. Var.

Aggregatum: umbinya membentuk beberapa umbi anakan (umbi samping).


(16)

golongan bawang merah ini ialah yang disebut syaalot atau brambang yang sering disinonimkan dengan Allium ascalonicum.

3. Bawang daun (Proliferum group): Allium cepa L. Var. Proliferum: kadang-kadang dinamakan tree union, biasanya perkembangan umbinya kurang baik. Umbinya kadang-kadang terbentuk pada tangkai atau ujung tangkai bunganya (inflorescense bulbs). Jenis Evergreen biasanya dimanfaatkan daunnya, jenis ini tidak membentuk umbi dan diperbanyak dengan bijinya

(Ashari, 1995).

Waktu Panen

Bawang merah dipanen menurut tujuan penanamannya. Bergantung pada varietasnya, pemanenan dilakukan dalam waktu 45 sampai 98 hari sesudah ditanam di lapangan untuk bawang daun, dan 90 sampai 150 hari bila diambil umbinya. Namun umbi sudah masak bila jaringan pada bagian leher mulai menjadi lunak dan ujungnya mulai terpisah dan berubah warnanya. Timbulnya zat warna merah dan bau tajam yang khas merupakan petunjuk pemanenan yang penting bagi bawang merah (Pantastico, 1975).

Manfaat Bawang Merah

Bawang merah selain digunakan untuk bumbu sayuran juga dibuat acar dan sering juga digunakan sebagi campuran obat-obatan. Kandungan vitaminnya, terutama B dan C cukup tinggi. Di dataran tinggi (sampai dengan 1500 m di atas permukaan laut), bawang merah cenderung berumur lebih lama, ukuran umbinya lebih kecil, warna kulitnya kurang cerah (Ashari, 1995).


(17)

Pengirisan

Cara pengirisan dibagi menjadi 3 macam, antara lain: 1. Pengirisan dengan tangan,

2. Pengirisan dengan pisau sugu/ sudut, dan 3. Pengirisan dengan pisau putar

(Tonton O., 2006).

Mesin pengiris bawang yang terdapat dipasaran dibedakan berdasarkan dua prinsip kerja, antara lain: Cara kerja manual (apabila handel diputar maka gaya akan diteruskan oleh poros utama menuju ke roda gigi. Karena antara roda gigi driver dan roda gigi driven berhubungan maka roda gigi driven juga akan berputar bersama-sama dengan poros utama, dimana pada poros utama terpasang piringan yang juga ikut berputar. Karena pada piringan yang berputar maka pisau yang terpasang pada piringan menyayat ubi yang ada ditabung pemasukan) dan cara kerja motor (mesin ini digerakkan oleh motor listrik pada poros motor dipasang pulley driver, dan poros utama terpasang pulley driven dan pulley dihubungkan dengan sabuk V belt sehingga bila motor dihidupkan maka pulley

driver akan berputar dan akan memutar pulley driven. Karena kedua pulley

terpasang pada poros motor dan poros utama juga akan ikut berputar, dimana pada poros utama terpasang piringan berputar maka pisau juga akan ikut berputar. Sehingga piringan yang sudah terpasang pisau tersebut akan menyayat bawang yang ada di tabung pemasukan) (Sugiantoro, 2002).

Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan, untuk mesin pengiris bawang merah yang menggunakan penggerak motor listrik diketahui penggunaan motor listrik dengan daya maksimum 0,25 – 1,00 hp (putaran 1400 rpm), bahan


(18)

baku dari hopper, pisau, dan pully terbuat dari stainless steel serta rangka dan frame. terbuat dari besi atau baja. Pada mesin pengiris bawang merah, posisi bawang merah pada waktu mengalami proses pengirisan dilakukan secara horizontal, masuk ke dalam ruangan pengirisan. Kecepatan putaran optimal dari pisau adalah 100 – 200 rpm (Widiantara, 2010).

Pengolahan Bawang Merah

Bawang pada umumnya digunakan sebagai bumbu masakan. Ada beberapa pengolahan bawang yang dipakai selain menjadi bumbu masakan, yaitu: 1. Bawang goreng kemasan

Penggunaan yang utama dari bawang adalah sebagai bumbu masak. Sebagaimana hasil pertanian lainnya bawang mudah mengalami kerusakan dan penurunan mutu. Salah satu usaha pengawetan bawang adalah dengan cara pembuatan menjadi bawang goreng. Selain awet, bawang goreng juga akan menunjukan lingkup penggunaannya. Hal yang perlu diperhatikan adalah jangan sampai cita rasa atau rasabawangnya hilang.

Secara umum, proses produksi bawang goreng adalah sebagai berikut : 1. Pemilihan/sortasi, dilakukan untuk memilih bahan baku bawang merah yang tidak terlalu muda.

2. Pengupasan kulit luar bawang merah dengan menggunakan pisau. Setelah bersih dari kulit luar, kemudian bawang merah dicuci dengan air bersih.

3. Pengirisan, menggunakan alat pengiris yang dapat digerakkan dengan tangan/manual atau menggunakan motor penggerak. Irisan-irisan bawang goreng yang dihasilkan kemudian dicuci kembali.


(19)

tepung terigu dan tapioka. Komposisi terigu dan tapioka sebagai bahan pencampur tergantung pada kualitas bawang goreng yang akan diproduksi. Kualitas hasilproduksi bawang goreng dikelompokan menjadi tiga bagian, yaitu kualitas I, II dan III dengan komposisi bahan pencampur berturut-turut sekitar 8 – 10 ; 12,5 – 15,0 dan 20 – 22 persen dari jumlah bahan baku bawang merah yang digunakan.

5. Penggorengan dalam kancah besar. Minyak goreng yang biasa digunakan adalah minyak sayur. Hasil penggorengan disimpan sementara dalam tempat penyaringan untuk menampung minyak berlebih.

6. Penurunan kadar minyak, terdiri dari dua cara, yaitu :

a. Cara tradisional, yaitu dengan menyimpan bawang goreng di dalam sebuah drum setelah di dalamnya terlebih dulu ditempatkan kertas merang secara berselingan sampai drum terisi penuh. Fungsi kertas merang adalah untuk menyaring minyak yang masih terkandung dalam bawang goreng.

b. Cara mekanis, yaitu menggunakan mesin yang digerakkan oleh listrik dengan sistem putar (sentrifuse) dalam kecepatan tertentu, sehingga minyak yang terkandung dalam bawang goreng dapat turun.

7. Pengemasan/Labeling (pemberian label/cap). Pengemasan dilakukan dengan cara menyimpan produk akhir bawang goreng dalam plastik-plastik.

2. Bawang merah bubuk dan bawang merah irisan

Selain bawang digunakan untuk bumbu masakan, bawang juga biasa diolah menjadi bawang merah bubuk dan bawang merah irisan. Proses produksi bawang merah bubuk dan bawang merah irisan kering adalah sebagai berikut : 1. Pembuatan Irisan Bawang Merah


(20)

Bawang merah dikupas terlebih dahulu sebelum diiris. Pengirisan dilakukan dengan menggunakan pisau yang tajam untuk mencegah kerusakan jaringan bawang, sehingga perubahan enzim dan hilangnya rasa pedas dapat dikurangi. Tebal irisan bawang kira-kira 1/8 – ¼ inchi (3 - 6 mm).

2. Perendaman dalam Larutan Natrium bisulfit

Proses perendaman dalam larutan Na-bisulfit berguna untuk melindungi zat gizi tertentu dan menghambat perubahan warna karena reaksi pencoklatan enzimatis (enzymatic browning), serta untuk mencegah kerusakan oleh serangga dan mikroorganisme pada bahan pangan yang akan dikeringkan. Perendaman bawang merah ke dalam larutan bisulfit sebelum pengeringan akan memberikan warna yang baik pada produk akhir tetapi menyebabkan kerusakan pada flavor dan aroma.

3. Penambahan Tepung Maizena

Pati merupakan komoponen terbesar dalam tepung maizena. Granula pati pada jagung terdiri dari dua macam molekul, yaitu amilosa dan milopektin. Molekul amilosa berkisar antara 50-60 persen. Pati dengan kandungan amilopektin yang tinggi apabila terkena panas akan menjadi lebih lengket daripada pati dengan kandungan amilosa tinggi. Selain itu pati beramilopektin tinggi mempunyai daya kembang yang lebih kecil. Pati dengan kadar amilosa yang tinggi lebih banyak menyerap air pada proses pemasakan tetapi menjadi lebih cepat mengering kembali dan menjadi cepat keras.

4. Pengeringan dengan Oven

Pengeringan adalah suatu metoda untuk mengeluarkan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air tersebut dengan menggunakan energi


(21)

panas. Biasanya kandungan air bahan tersebut dikurangi sampai batas mikroorganisme tidak dapat tumbuh lagi di dalamnya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan terutama dalah luas permukaan bahan, suhu pengeringan, aliran udara dan tekanan uap air di udara. Pengeringan bawang merah dapat dilakukan dengan sistem batch. Pengeringan dengan sistem batch dilakukan pada suhu 37,8 – 60°C, selama 7 – 48 jam dengan kandungan air akhir 3 –5 persen. Semua sistem pengeringan hampa mempunyai 4 elemen terpenting, yaitu ruang hampa dengan konstruksi tertentu, alat-alat untuk mensuplai panas, alat-alat mempertahankan kondisi hampa dan komponen-komponen untuk mengumpulkan uap air yang dievaporasikan dari bahan pangan.

Pengaruh pengeringan terhadap nilai gizi sayuran menyebabkan penurunan nilai gizi tertentu. Pengaruh pengeringan terhadap warna bahan yang dikeringkan dapat disebabkan oleh reaksi enzymatic browning, reaksi nonenzymatic browning dan reaksi karamelisasi. Pengeringan buah-buahan dan sayur-sayuran menyebabkan penyusutan jaringan, kematian sel dan perubahan yang banyak dari cytoplasma di dalam sel. Mikroorganisme seperti Aspergillus niger dan Eschericia coli tidak tumbuh pada bawang merah kering. Sedangkan jumlah fungi pada bawang merah kering berkurang dari 104 fungi/gram bawang merah menjadi sekitar 10 – 4.500 fungi per gram.

5. Pengecilan Ukuran Dengan penggiling (Hammer Mill)

Potongan-potongan bawang berbentuk irisan tipis yang telah mengalami dehidrasi sampai kadar air tertentu, diperkecil dengan menggiling menjadi bentuk bubuk yang diinginkan. Pengecilan ukuran dilakukan dengan menggunakan penggilingan yang dilengkapi dengan ayakan. Penggiling dioperasikan dengan


(22)

kecepatan tertentu dan ayakan yang digunakan mempunyai ukuran lubang minimum 100 mesh dan maksimum 140 mesh. Kadar air akhir bubuk maksimum 14 persen.

Tujuan Penggunaan Alat Mesin Pertanian dengan Sumber Tenaga Mekanis (Mekanisasi Pertanian)

Mekanisasi pertanian adalah bagian penting dari industri pertanian saat ini. Menurut Shin and Curtis (1978), hal ini disebabkan karena nilai efisiensi produksi dan kualitas proses pengolahan bergantung pada mekanisasi. Teknologi dari yang sederhana sampai canggih mempunyai peranan sangat penting dalam transformasi suatu bahan mentah atau baku menjadi suatu produk dengan nilai tambah lebih tinggi.

Dalam kegiatan agribisnis dan agroindustri, teknologi (pertanian) diperlukan sejak penyiapan lahan, penyediaan pupuk, produksi, pemanenan, penanganan pasca panen, pengolahan hasil, pengemasan serta distribusi dan pengangkutan sampai pemasaran. Hal penting yang patut dicermati pada kegiatan agroindutri adalah teknologi yang menjadi kendala utama. Oleh sebab itu teknologi harus dikembangkan secara terus menerus melalui kegiatan penelitian dan pengembangan (Mangunwidjaja dan Sailah, 2005).

Setiap perubahan usaha tani melalui mekanisasi didasari tujuan tertentu yang membuat perubahan tersebut bisa dimengerti, logis, dan dapat diterima. Diharapkan perubahan suatu sistem akan menghasilkan sesuatu yang menguntungkan dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Secara umum, tujuan mekanisasi pertanian adalah:

a. Meningkatkan efisiensi tenaga manusia. b. Mengurangi kerusakan produksi pertanian.


(23)

c. Menurunkan ongkos produksi.

d. Menjamin kenaikan kualitas dan kuantitas produksi. e. Meningkatkan taraf hidup petani.

f. Memungkinkan pertumbuhan ekonomi subsistem (tipe pertanian kebutuhan keluarga) menjadi tipe pertanian komersil.

Tujuan tersebut di atas dapat dicapai apabila penggunaan dan pemilihan alat mesin pertanian tepat dan benar, tetapi apabila pemilihan dan penggunaannya tidak tepat hal sebaliknya yang akan terjadi (Rizaldi, 2006).

Alat Pengiris Bawang Merah

Menurut Sugiantoro (2012), alat pengiris bawang dibedakan menjadi dua prinsip kerja, yaitu: Cara kerja manual, apabila handel diputar maka gaya akan diteruskan oleh poros utama menuju ke roda gigi. Karena antara roda gigi driver dan roda gigi driven berhubungan maka roda gigi driven juga akan berputar bersama-sama dengan poros utama, dimana pada poros utama terpasang piringan yang juga ikut berputar. Karena pada piringan yang berputar maka pisau yang terpasang pada piringan menyayat bawang yang ada ditabung pemasukan. Hasil sayatan akan jatuh ke bak penadah. Cara kerja motor, mesin ini digerakkan oleh motor listrik pada poros motor dipasang pulleydriver, dan poros utama terpasang

pulley driven dan pulley dihubungkan dengan sabuk V belt sehingga bila motor

dihidupkan maka pulley driver akan berputar dan akan memutar pulley driven. Karena kedua pulley terpasang pada poros motor dan poros utama juga akan ikut berputar, dimana pada poros utama terpasang piringan berputar maka pisau juga akan ikut berputar. Sehingga piringan yang sudah terpasang pisau tersebut akan


(24)

menyayat bawang yang ada ditabung pemasukan dan hasil sayatan jatuh ke bak penadah.

Pada saat ini masih banyak alat pengirisan yang berkapasitas besar dan tidak dapat digunakan oleh industri rumahan. Kelemahan dari alat yang ada dipasaran yaitu tidak seragamnya hasil irisan dan penggunaan listrik yang sangat besar pada alat ini. Pada mesin-mesin yang telah terdapat dipasaran menggunakan konstruksi bahan campuran seperti besi dan stainless steel pada rangka bagian luar yang dapat mengakibatkan terjadinya kontaminasi pada bahan baku yang diiris dan tidak diperhatikannya sarana untuk membersihkan alat tersebut. Pada pengirisan bawang perlu memperhatikan kebersihan dan bahan konstruksi alat. Hal itu untuk menghindari racun yang berasal dari kontaminasi bahan dengan alat.

Salah satu alat pengiris bawang manual yang terdapat dipasaran memiliki konstruksi rangka dan bodi sangat sederhana yaitu dengan memanfaatkan potongan-potongan papan dibentuk kotak segi empat dengan panjang 40 cm, lebar 14 cm, dan ketinggian 15 – 20 cm, dan dibuatkan kotak kayutempat bahan yang akan diiris dengan ukuran 12 x 12 cm dengan tinggi 11 cm.Pada bagian atas menggunakan tungkai penekan bahan dengan model T dengan ukuran panjang 10 cm, lebar 8 cm, dan tinggi 14 cm. kotak bahan denganmenggunakan lahar 4 buah pada landasannya dengan memakai rel. Dengandemikian bahan yang didorong pada kotak dapat bekerja dengan cepat. Sedangkan pada lantai rangka/bodi dilubang pada bagian tengah dengan kemiringan 45°, dan dipasangkan pisau pengiris dari plat baja yang sudah ditajamkan menggunakan alat penyetel ketebalan irisan yang diinginkan. efisien waktu. Penggunaan alat pengiris bawang yang didesain ini sangat efisien karenawaktu yang digunakan


(25)

dalam mengoperasikan tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama. Dapat mengiris bawang dalam 1 liter dengan waktu 3 – 5 menit.

Dipasaran sudah terdapat alat pengiris bawang merah mekanis yang menggunakan tenaga penggerak motor listrik. Mesin pengiris bawang merah dengan motor berpisau vertikal adalah salah satu alat yang bertujuan untuk mendukung peningkatan hasil produksi irisan bawang merah, yang siap digoreng. Mesin pengiris bawang merah ini menggunakan energi listrik yang kecil dan harganya juga relatif murah sehingga dapat di lakukan di desa-desa terutama pada sentra-sentra Industri Kecil (Rahmat, 2008).

Prinsip kerja mesin pengiris bawang ini adalah dengan menggunakan rotor berpisau dengan penggerak listrik. Adapun prinsip kerja dari mesin ini adalah sebagai berikut : Bawang yang sudah dikupas kulit keringnya dimasukkan ke dalam corong kemudian piringan yang di punggungnya terdapat pisau, akan berputar karena digerakkan oleh motor listrik. Akibat putaran tersebut bawang akan teriris dan irisan tersebut akan jatuh ke bawah. Alat ini memiliki dimensi panjang 30,5 cm, lebar 35,5 cm dan tinggi 55,5 cm. Kecepatan putaran pisau alat ini sebesar 560 rpm. Kapasitas untuk alat pengiris bawang ini 1 kg/menit. Tipe pisau pada alat ini diletakkan secara horizontal.

Konstruksi bahan yang dipilih untuk pisau adalah stainless steel. Pemilihan konstruksi stainless steel ini untuk menghindari terjadinya karat pada pisau karena akan kontak langsung dengan bahan baku yang akan diiris. Selain itu untuk menghindari terjadinya korosif pada pisau sehingga tidak mencemari bahan yang diiris. Piringan pisau menggunakan bahan dasar durall. Bahan dasar durall tidak berkarat dan tidak mengkontaminasi terhadap bahan baku. fungsi dari


(26)

piringan sebagai dudukan pisau, maka harus dapat mengatur posisi pisau dan sudut kemiringan pisau untuk mendapatkan hasil irisan yang optimum. Selain itu kemiringan pisau mempengaruhi ketebalan irisan pada bawang yang dihasilkan. Pembuatan pintu didepan alat pengiris ini bertujuan untuk mempermudah proses sanitasi terhadap mesin pengiris bawang. Dengan membuka pintu dan melepaskan piringan pisau pada mesin maka dapat dengan mudah untuk membersihkan alat tersebut.

Kapasitas Kerja Alat dan Mesin Pertanian

Menurut Daywin, dkk., 2008, kapasitas kerja suatu alat atau mesin didefenisikan sebagai kemampuan alat dan mesin dalam menghasilkan suatu produk (contoh : ha, kg, lt) persatuan waktu (jam). Dari satuan kapasitas kerja dapat dikonversikan menjadi satuan produk per kW per jam, bila alat/mesin itu menggunakan daya penggerak motor. Jadi satuan kapasitas kerja menjadi: ha.jam/kW, kg.jam/kW, lt.jam/kW. Persamaan matematisnya dapat ditulis sebagai berikut:

Kapasitas Alat = Produkyangdihasilkan

Waktu ……….(3)

Analisis Ekonomi Biaya Pemakaian Alat

Pengukuran biaya pemakaian alat dilakukan dengan cara menjumlahkan biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya pokok).

Biaya pokok =

[

BT

x + BTT

]

C ... (4)

Dimana:


(27)

BTT = total biaya tidak tetap ( Rp/jam) x = total jam kerja pertahun (jam/tahun) C = Kapasitas alat (jam/satuan produksi)

Biaya tetap

Biaya tetap terdiri dari:

1. Biaya penyusutan (metode garis lurus)

D = P−S

n ... (5)

Dimana:

D = biaya penyusutan (Rp/tahun)

P = nilai awal alsin (harga beli/pembuatan) (Rp) S = nilai akhir alsin (10% dari P) (Rp)

n = umur ekonomi (tahun)

2. Biaya bunga modal dan asuransi, perhitungannya digabungkan besarnya:

I = i(P)(n+1)

2n ... (6)

Dimana:

i = total persentase bunga modal dan asuransi (17% pertahun)

3. Di negara Indonesia belum ada ketentuan besar pajak secara khusus untuk mesin-mesin dan peralatan pertanian, bahwa beberapa literatur menganjurkan bahwa biaya pajak alsin pertanian diperkirakan sebesar 2% pertahun dari nilai awalnya.

4. Biaya gudang atau gedung diperkirakan berkisar antara 0,5 – 1 %, rata-rata diperhitungkan 1% nilai awal (P) pertahun.


(28)

Biaya tidak tetap

Biaya tetap terdiri dari:

1. Biaya perbaikan untuk motor listrik sebagai sumber tenaga penggerak. Biaya perbaikan ini dapat dihitung dengan persamaan:

Biaya reperasi = 1,2%(P−S)

1000jam ... (7)

2. Biaya karyawan/operator yaitu biaya untuk gaji operator. Biaya ini tergantung kepada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari gaji bulanan atau gaji pertahun dibagi dengan total jam kerjanya (Darun, 2002).

Break Ivent Point (BIP)

Break even point (analisis titik impas) umumnya berhubungan dengan

proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat membiayai sendiri (Self financing). Dan selanjutnya dapat berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap sama dengan nol.

Analisis titik impas juga digunakan untuk:

1. Perhitungan biaya dan pendapatan untuk setiap alternatif kegiatan usaha. 2. Rencana pengembangan pemasaran untuk menetepkan tambahan investasi

untuk peralatan produksi.

3. Tingkat produksi dan penjualan yang menghasilkan ekuivalensi (kesamaan) dari dua alternatif usulan investasi.

(Waldyono, 2008).

Manfaat perhitungan titik impas (break event point) adalah untuk mengetahui batas produksi minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha


(29)

yang dikelola masih layak untuk dijalankan. Pada kondisi ini income yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operasional tanpa ada keuntungan.

Untuk mengetahui produksi titik (BEP) maka dapat digunakan rumus sebagai berikut:

N = F

(R−V) ... (8)

Dimana:

N = jumlah produksi minimal untuk mencapai titik impas (Kg) F = biaya tetap pertahun (Rp)

R = penerimaan dari tiap unit produksi (harga jual) (Rp) V = biaya tidak tetap per unit produksi

(Darun, 2002).

Biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung pada output yang dihasilkan. Dimana semakin banyak produk yang dihasilkan maka semakin banyak bahan yang digunakan dan biaya yang digunakan akan semakin besar juga. Sedangkan biaya tetap adalah biaya yang tidak tergantung pada banyak sedikitnya produk yang akan dihasilkan (Soeharno, 2007).

Net Present Value (NPV)

Net Present value (NPV) adalah selisih antara present value dari investasi

nilai sekarang dari penerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Identifikasi masalah kelayakan financial dianalisis dengan menggunakan metode analisis finansial dengan kriteria investasi. Net Present Value adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur suatu alat layak atau tidak untuk diusahakan. Perhitungan Net Present Value merupakan Net benevit yang telah didiskon


(30)

CIF – COF ≥ 0 ... (9) Dimana :

CIF = chas inflow COF = chas outflow

Sementera itu keuntungan yang diharapkan dari investasi yang dilakukan bertindak sebagai tingkat bungan modal dalam perhitungan :

Penerimaan (CIF) = pendapatan x (P/A, i, n) + nilai akhir x (P/F, i, n) Pengeluaran (COF) = investasi + pembiayaan (P/A, i, n).

Criteria NPV yaitu :

- NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan

- NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi usaha tidak menguntungkan

- NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang dikeluarkan

(Darun, 2002).

Internal Rate of Return (IRR)

Dengan menggunakan metode IRR akan mendapatkan informasi yang berkaitan dengan tingkat kemampuan cash flow dalam mengembalikan investasi yang dijelaskan dalam bentuk % perode waktu. Logika sederhananya menjelaskan seberapa kemampuan cash flow dalam mengembalikan modalnya dan seberapa besar pula kewajiban yang harus dipenuhi (Giatman, 2006).

Internal rate of return (IRR) adalah suatu tingkatan discount rate, pada

discount rate dimana diperolah B/C ratio = 1 atau NPV = 0. Harga IRR dapat


(31)

IRR = i1 – NPV1

(NPV2−NPV1) (i1 – i2) ... (10)

Dimana :

i1 = suku bungabank paling atraktif i2 = suku bunga coba-coba

NPV1 = NPV awal pada i1 NPV2 = NPV pada i2 (Kastaman, 2006)


(32)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilakukan di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan Maret-Mei 2013.

Bahan dan Alat Penelitian

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah baja siku, plat besi, puli (pulley), motor listrik, sabuk V (V- belt), baut dan mur,

bearing (bantalan), besi bulat padu (poros), pelat stainless steel, plat aluminium,

pisau pengiris dan kabel deck.

Sedangkan alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat tulis, mesin las, mesin bor, gunting plat, mesin gerinda, gergaji besi, water pass, palu, tang, mesin tekuk las, kunci pas dan ring.

Metodologi Penelitian

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah studi literatur (kepustakaan), melakukan eksperimen dan melakukan pengamatan tentang alat pengiris ini. Kemudian dilakukan perancangan bentuk dan pembuatan/perangkaian komponen-komponen alat pengiris. Setelah itu, dilakukan pengujian alat dan pengamatan parameter.

Komponen Alat

Alat pengiris bawang mekanis ini mempunyai beberapa komponen penting yaitu:


(33)

Rangka alat ini berfungsi sebagai penyokong komponen-komponen alat lainnya, yang terbuat dari besi siku (Lampiran 5).

2. Motor listrik

Motor listrik berfungsi sebagai sumber tenaga mekanis (penggerak). Alat ini menggunakan motor listrik berdaya 0,25 HP.

3. Saluran masukan (hopper)

Saluran masukan berfungsi untuk memasukkan bawang yang telah dikupas yang akan diiris (Lampiran 2). Hopper berukuran 18 cm x 18 cm pada bagian atas dan berbentuk trapesium. Hopper terbuat dari aluminium. 4. Saluran keluaran

Saluran keluaran ini berfungsi untuk menyalurkan bawang yang sudah diiris ketempat penampungan yang telah disediakan. Saluran keluaran terbuat dari bahan aluminium. Saluran ini terhubung langsung dengan kamar pengiris.

5. Poros putaran

Poros putaran berfungsi untuk memutar piringan pengiris. Poros putaran ini terhubung dengan motor listrik menggunakan pulley dan v-belt. Bahan untuk poros putaran terbuat dari besi padat. Diameter poros putaran 3 cm (Lampiran 7).

6. Pisau pengiris

Menurut Widiantara (2010) sudut pisau yang baik untuk mengiris bawang adalah 4°. Pisau berfungsi untuk mengiris bawang yang masuk melalui

hopper (Lampiran 4). Pisau terbuat dari bahan baja tahan karat. Pisau


(34)

7. Pulley

Pulley berfungsi untuk memutar pisau pengiris yng dihubungkan oleh

sabuk V dari motor (Lampiran 3). Pulley berdiameter 25 cm. 8. Piringan pengiris

Piringan pengiris merupakan tempat dudukan pisau pengiris. Piringan pengiris terbuat dari aluminium dengan ukuran diameter 24 cm.

9. Bearing

Bearing digunakan sebagai bantalan untuk mengurangi gesekan pada

poros putaran (Lampiran 6).

10.V-belt

V-belt merupakan penghubung antara motor dengan poros putaran. V-belt

diletakkan pada puli motor dan puli poros putaran.

Persiapan Penelitian

Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan persiapan untuk penelitian yaitu merancang bentuk dan ukuran alat, dan mempersiapkan bahan-bahan dan peralatan-peralatan yang akan digunakan dalam penelitian. a. Pembuatan alat

Adapun langkah-langkah dalam membuat alat pengiris bawangini yaitu : 1. Dirancang bentuk alat pengiris bawang.

2. Digambar serta ditentukan ukuran alat pengiris bawang.

3. Dipilih bahan yang akan digunakan untuk membuat alat pengiris bawang. 4. Dilakukan pengukuran terhadap bahan-bahan yang akan digunakan sesuai

dengan ukuran yang telah ditentukan pada gambar teknik alat 5. Dipotong bahan sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan.


(35)

6. Dilakukan pengelasan dan pengeboran untuk pemasangan kerangka alat. 7. Digerinda permukaan yang terlihat kasar karena bekas pengelasan. 8. Dilas plat stainless steel pada poros.

9. Diroll plat stainless steel dan dilas sebagai wadah pengirisan.

10. Dilakukan pengecatan guna memperpanjang umur pemakaian alat dan menambah daya tarik alat pengiris.

11. Dirangkaikan komponen-komponen alat pengiris bawang.

12. Dipasang sabuk V pada motor listrik dan puli untuk menghubungkan tenaga putar dari motor listrik terhadap puliyang sudah terhubung dengan poros sebagai sumber tenaga untuk memutar pisau pengiris.

b. Persiapan bahan

1. Disiapkan bawang yang akan diiris. 2. Dikupas bawang yang akan diiris. 3. Ditimbang bawang yang akan diiris. 4. Bahan siap diiris.

Prosedur penelitian

1. Ditimbang bahan yang akan diiris.

2. Dimasukkan bahan kedalam ruang pengirisan melalui corong masukan. 3. Dinyalakan alat pengiris bawang.

4. Dikeluarkan bahan yang telah diiris melalui saluran keluaran. 5. Ditimbang bahan yang telah diiris.


(36)

Parameter yang Diamati Kapasitas Efektif Alat

Kapasitas efektif alat dilakukan dengan menghitung banyaknya bawang yang telah diiris (kg) tiap satuan waktu yang dibutuhkan selama proses pengirisan (jam). Hal ini dapat dihitung berdasarkan Persamaan (3).

Analisis Ekonomi

1. Biaya pengirisan bawang

Perhitungan biaya pengirisan bawang dilakukan dengan cara menjumlahkan biaya yang dikeluarkan, yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap, atau lebih dikenal dengan biaya pokok. Hal ini dapat dihitung berdasarkan Persamaan (4).

a.Biaya tetap

Menurut Darun (2002), biaya tetap terdiri dari :

1. Biaya penyusutan (metoda Garis Lurus). Hal ini dapat dihitung berdasarkan Persamaan (5).

2. Biaya bunga modal dan asuransi. Hal ini dapat dihitung berdasarkan Persamaan (6).

3. Biaya pajak

Diperkirakan bahwa biaya pajak adalah 1% pertahun dari nilai awalnya. 4. Biaya gudang/gedung

Biaya gudang atau gedung diperkirakan berkisar antara 0,5 – 1 %, rata-rata diperhitungkan 1 % dari nilai awal (P) pertahun.

b.Biaya tidak tetap


(37)

1.Biaya listrik (Rp/Kwh)

2. Biaya perbaikan alat. Biaya perbaikan ini dapat dihitung dengan Persamaan (7).

3. Biaya Operator

Biaya operator tergantung pada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari gaji bulanan atau gaji pertahun dibagi dengan total jam kerjanya.

2. Break Event Point (Perhitungan Titik Impas)

Manfaat perhitungan titik impas (break event point) adalah untuk mengetahui batas produksi minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang dikelola masih layak untuk dijalankan. Pada kondisi ini income yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operasional tanpa adanya keuntungan. Untuk menentukan produksi titik impas (BEP) maka dapat dihitung berdasarkan Persamaan (8).

3. Net Present Value (NPV)

Net present value adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur suatu

alat layak atau tidak untuk diusahakan. Hal ini dapat dihitung berdasarkan Persamaan (9).

Dengan kriteria :

- NPV > 0, berarti usaha menguntungkan, layak untuk dilaksanakan dan dikembangkan.

- NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi proyek tidak menguntungkan dan tidak layak untuk dilaksanakan serta dikembangkan. - NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang


(38)

4. Internal Rate of Return (IRR)

Untuk mengetahui kemampuan untuk dapat memperoleh kembali investasi yang sudah dikeluarkan dapat dihitung dengan menggunakan IRR. Hal ini dapat dihitung berdasarkan Persamaan (10).


(39)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Alat Pengiris Bawang Mekanis

Pemilihan bahan dan spesifikasinya mempengaruhi kinerja alat yang dirancang. Bahan-bahan teknik yang digunakan dalam perancangan alat diusahakan kokoh dan mampu mendukung kinerja alat, namun juga diusahakan mudah diperoleh untuk menjaga kesinambungan bahan baku apabila ada usaha memproduksi dalam jumlah besar. Pemilihan bahan yang berkualitas dan murah juga mempengaruhi biaya produksi alat.

Alat pengiris bawang mekanis adalah alat yang dirancang untuk mengiris bawang dengan menggunakan alat tenaga penggerak motor listrik. Alat ini mempunyai dimensi tinggi 76 cm, lebar 32 cm dan panjang 40 cm.

Alat pengiris bawang mekanis ini memiliki beberapa bagian yaitu: 1. Rangka alat

Gambar 1. Rangka Alat

Rangka alat pada alat ini terbuat dari baja siku. Fungsi dari rangkat alat untuk menyokong bagian alat yang lain. Rangka alat memiliki dimensi tinggi 46 cm, lebar 33 cm dan panjang 40 cm.


(40)

2. Motor listrik

Gambar 2. Motor Listrik

Alat pengiris bawang ini menggunakan motor listrik sebagai tenaga penggerak. Motor yang digunakan memiliki daya 0,25 HP dan kecepatan putaran 1400 rpm.

3. Pisau pengiris

Gambar 3. Pisau Pengiris

Pisau pengiris terbuat dari bahan stainless steel. Panjang pisau pengiris 7,5 cm dan lebar pisau 4,5 cm. Diameter piringan pengiris sebesar 24 cm. Piringan terbuat dari bahan aluminium. Sudut mata pisau yang baik dalam pengirisan adalah 4°.


(41)

4. Hopper

Gambar 4. Hopper

Hopper memiliki bentuk kerucut dengan dua lubang pemasukan. Lubang

pemasukan luar memiliki dimensi 18 x 18 cm Lubang pengeluaran dalam memiliki dimensi 9,5 cm x 4,5 cm.

5. Pulley

Gambar 5. Pulley

Pada alat ini menggunakan pulley dengan diameter 25 cm. Pulley berfungsi untuk memutar pisau pengiris yng dihubungkan oleh sabuk V dari motor.


(42)

Prinsip Kerja Alat Pengiris Bawang Mekanis

Prinsip kerja mesin pengiris bawang ini dengan menggunakan rotor berpisau dengan penggerak listrik. Bawang yang sudah dikupas kulitnya dimasukkan ke dalam hopper kemudian piringan yang di punggungnya terdapat pisau, akan berputar karena digerakkan oleh motor listrik. Bawang akan teriris oleh pisau pengiris dan bawang yang telah teriris akan keluar melalui saluran pengeluaran.

Proses Pengirisan

Pada proses pengirisan dilakukan dengan menggunakan jenis bahan baku bawang merah. Proses pengirisan dimulai dengan mengupas mengupas bawang secara manual. Bawang yang telah dikupas dimasukkan kedalam hopper. Bawang akan masuk ke dalam wadah pengiris dan teriris oleh pisau pengiris yang berputar dengan kecepatan 73,26 putaran permenit. Percobaan dilakukan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan untuk mengiris bawang seberat 1 kg. Percobaan dilakukan tiga kali pengulangan untuk mendapatkan rataan waktu. Setiap pengulangan menggunakan bawang seberat 1 kg. Bawang yang telah teriris akan keluar melalui saluran keluaran. Bawang yang dihasilkan memiliki tebal yang seragam yaitu 0,1 mm.

Bawang tidak sepenuhnya keluar dari saluran pengeluaran. Ada bawang yang tertinggal dialat. Berat bawang yang tertinggal dialat dapat dilihat pada tabel hasil pengeringan.


(43)

Tabel 1. Hasil pengirisan Percobaan Berat Sebelum

diiris (Kg) Berat Setelah Diiris (Kg) Waktu Pengirisan (Detik) Berat Bahan Tertinggal (kg) Persentase berat bahan tertinggal (%)

I 1 0,96 46,17 0,03 3

II 1 0,98 48,55 0,01 1

III 1 0,97 47,35 0,02 2

Rataan 1 0,97 47,36 0.02 2

Kapasitas Efektif Alat

Kapasitas efektif alat didefenisikan sebagai kemampuan alat dan mesin dalam menghasilkan suatu produk (kg) persatuan waktu (jam). Dalam hal ini kapasitas efektif alat dihitung dari perbandingan antara banyaknya bawang yang diiris (kg) dengan waktu yang dibutuhkan selama proses pengirisan. Kapasitas efektif alat dapat dilihat dari Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Kapasitas alat Percobaan Berat bahan

(Kg)

Waktu Pengirisan (detik)

Kapasitas Efektif Alat (Kg/Jam)

I 1 46,17 77,9

II 1 48,55 74,2

III 1 47,35 76,1

Rataan 1 47,02 76,1

Bahan piringan pengiris berpengaruh terhadap kecepatan putaran irisan. Semakin ringan bahan yanng digunakan maka semakin cepat putaran pengirisan. Pada alat ini, bahan yang digunakan adalah aluminium, karena memiliki massa jenis yang ringan.

Pada penelitian ini, lama waktu pengirisan dihitung mulai dari bawang masuk kedalam hopper sampai bawang habis teriris.

Dari penelitian yang dilakukan diperoleh waktu yang dibutuhkan untuk mengiris bawang pada percobaan I selama 46,17 detik. Lama waktu yang


(44)

dibutuhkan untuk percobaan II yaitu 48,35 detik. Dan untuk percobaan III dibutuhkan waktu selama 47,35 detik. Dari hasil ini diperoleh rataan waktu untuk mengiris bawang 1 kg adalah 47,02 detik. Maka diperoleh kapasitas efektif alat sebesar 76,1 kg/jam .

Analisis Ekonomi

Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini. Dengan analisis ekonomi dapat diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat diperhitungkan. Umumnya setiap investasi bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Namun ada juga investasi yang bukan bertujuan untuk keuntungan, misalnya investasi dalam bidang sosial kemasyarakatan atau investasi untuk kebutuhan lingkungan, tetapi jumlahnya sangat sedikit. Dari analisis ekonomi yang dilakukan diperoleh biaya untuk memproduksi bawang sebesar Rp. 71,121/kg. Artinya, untuk mengiris bawang merah sebanyak 1 kg dibutuhkan biaya sebesar Rp. 71,121/kg.

Break even point

Analisis titik impas umumnya berhubungan dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing), dan selanjutnya dapat berkembang sendiri (self

growing). Dalam analisis ini keuntungan awal dianggap nol. Manfaat perhitungan

titik impas (break even point) adalah untuk mengetahui batas produksi minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang dikelola masih layak untuk dijalankan. Pada kondisi ini income yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operasional tanpa adanya keuntungan. Bila pendapatan dari produksi berada


(45)

di sebelah kiri titik impas maka kegiatan usaha akan menderita kerugian, sebaliknya bila di sebelah kanan titik impas akan memperoleh keuntungan.

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan, alat pengiris bawangini akan mencapai break even point pada nilai 79.857,96 kg. Hal ini berarti alat ini akan mencapai titik impas apabila telah mengiris bawang sebanyak 79.857,96 kg.

Net present value

Net present value adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur suatu

alat layak atau tidak untuk diusahakan. Dalam menginvestasikan modal dalam penambahan alat pada suatu usaha maka net present value ini dapat dijadikan salah satu alternatif dalam analisis financial. Dari percobaan dan data yang diperoleh pada penelitian dapat diketahui besarnya nilai NPV 7% dari alat ini adalah sebesar Rp. 981.601 dan NVP 10% dari alat ini adalah sebesar Rp. 670.420. Hal ini berarti usaha ini layak untuk dijalankan karena nilainya lebih besar ataupun sama dengan nol. Hal ini sesuai dengan pernyataan Darun (2002) yang menyatakan bahwa kriteria NPV yaitu:

- NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan.

- NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi usaha tidak menguntungkan.

- NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang dikeluarkan.


(46)

Internal rate of return

Internal rate of return (IRR) ini digunakan untuk memperkirakan

kelayakan lama (umur) pemilikan suatu alat atau mesin pada tingkat keuntungan tertentu. Dalam menginvestasikan sampai dimana kelayakan usaha itu dapat dilaksanakan. Maka hasil yang didapat dari perhitungan ini adalah sebesar 19,462%. Artinya kita dapat menaikkan bunga sampai pada keuntungan 19,462%, jika lebih dari itu maka akan mengalami kerugian. Usaha ini masih layak dijalankan apabila bunga pinjaman bank tidak melebihi 19,462%, jika bunga pinjaman di bank melebihi angka tersebut maka usaha ini tidak layak lagi diusahakan. Semakin tinggi bunga pinjaman di bank maka keuntungan yang diperoleh dari usaha ini semakin kecil.


(47)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Kapasitas efektif alat pengiris bawang mekanis yang digunakan dalam penelitian sebesar 76,1 kg/jam.

2. Biaya pokok yang dikeluarkan untuk mengiris bawang sebanyak 1 kg dari alat pengiris bawang mekanisadalah Rp. 71,121/kg.

3. Alat ini akan mencapai break even point (titik impas) setelah mengiris bawang sebanyak 79.857,96 kg.

4. Net present value 7% dan 10% dari alat pengiris bawang mekanis ini adalah

79.857,96 kg.dan Rp. 670.420 yang artinya usaha ini layak untuk dijalankan.

5. Internal rate of return dari alat pengiris bawang mekanis ini adalah 19,462%,

Saran

1. Dengan kapasitas alat yang masih rendah perlu dilakukan pengembangan alat untuk meningkatkan kapasitas alat.

2. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai ketebalan irisan bawang dan modifikasi

hopper.

3. Perlu penelitian lanjutan mengenai pengaruh kecepatan putaran pengirisan terhadap kapasitas alat.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Amanto, H dan Haryanto., 1999. Ilmu Bahan. Bumi Aksara, Jakarta. Ashari, S., 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press, jakarta.

Darun, 2002. Ekonomi Teknik. Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian USU, Medan.

Daywin, F. J., dkk., 2008. Mesin-mesin Budidaya Pertanian di Lahan Kering Graha Ilmu, Jakarta.

Kastaman, R., 2006. Analisis Kelayakan Ekonomi Suatu Investasi. Tasikmalaya. Mangunwidjaja, D dan Sailah, I., 2005. Pengantar Teknologi Pertanian. Penebar

Swadaya, Jakarta.

Pantastico, B., 1975. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan

Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Sub tropika. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Rahayu, E dan N. berliana V., 1999. Bawang Merah. Penebar Swadaya, jakarta. Rahmat, S., (2008), Optimasi Kapasitas Pengirisan yang Baik pada Bawang

merah Besar Dengan Mesin Pengiris Bawang Merah Vertikal, Fakultas Teknik Universitas Diponogoro, Semarang.

Rizaldi, T., 2006. Mesin Peralatan. Departemen Teknologi Pertanian FP-USU, Medan.

Shin, G. C. and Curtis R.W., 1978. Working in Agricultural Mechanics. McGraw-Hill Inc, The United States of America.

Soeharno, 2007. Teori Mikroekonomi. Andi Offset, Yogyakarta.

Sugiantoro., (2002), Mesin Perajang Umbi Singkong Multiguna, Universitas Muhammadiyah, Malang.

Sukirno., 1999. Mekanisasi Pertanian. UGM Press, Yogyakarta. Syukri, S., 1999. Kimia Dasar 3. ITB, Bandung.

Tonton, O., 2006, Studi Rancang Bangun Mesin Pengiris (Slicer) Dengan Mata Pisau Datar Untuk Kerupuk Udang Dalam Usaha Pengembangan Teknologi Pangan, Universitas Pasundan, Bandung.


(49)

Waldiyono., 2008., Ekonomi Teknik (Konsep, Teori dan Aplikasi). Pustaka Pelajar,Yogyakarta.

Wibowo, S., 2010. Budidaya Bawang. Penebar Swadaya, Jakarta.

Widiantara, T., 2010. Rancang Bangun Alat Pengiris Bawang Merah dengan Pengiris Vertikal, Bandung.


(50)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Flow Chart pelaksanaan penelitian.

Mulai

Dipotong bahan yang digunakan sesuai dengan

dimensi pada gambar

Pengelasan

Digerinda permukaan yang kasar Merangkai alat

Pengecatan

a b

Merancang bentuk alat

Menggambar dan menentukan dimensi alat

Memilih bahan

Diukur bahan yang akan digunakan


(51)

a b

Pengujian alat

Layak?

Analisis data Pengukuran parameter

Data


(52)

Lampiran 2. Kapasitas efektif alat

Kapasitas Alat = Rataanberatbahanbakuyangdiiris

Waktu

= 1kg

47,02menit x 60 menit/jam

= 76,1 kg/jam Percobaan Berat bahan

(Kg)

Waktu Pengirisan (detik)

Kapasitas Efektif Alat (Kg/Jam)

I 1 46,17 77,9

II 1 48,55 74,2

III 1 47,35 76,1


(53)

Lampiran 3. Perhitungan daya dan panjang sabuk V

Perhitungan daya motor

Diameter Piringan : 24 cm Tebal Piringan : 0,5 cm Diameter Pulley : 25 cm

Volume piringan = L x tebal piringan = Π r² x tebal piringan = 3,14x(12)² x 0.5

= 226,08 cm³ = 0,22608 Liter Massa = ρ x V

= 2,7 kg/Liter x 0,22608 Liter = 0,610416 kg

F = m x jari-jari poros ke tengah pisau r pulley

= 0,610416 x 8 12,5 = 0,3906624

T = F1 x r rotor


(54)

= 5,85999936

P = T x n

72585,1

= 5,85999936 x 1400 rpm 72585,1

= 0,113 HP

Pm = 0,117

80% = 0,14 HP

Karena dipasaran tidak tersedia alat dengan daya 0,14 HP maka digunakan motor dengan daya yang mendekati nilai tersebut yaitu 0,25 HP.

Dimana:

V = Volume piringan F1= Gaya pada pisau m = massa

T = Torsi P = Daya n = putaran r = jari-jari ρ = massa jenis

Perhitungan panjang sabuk V

Panjang v-belt yang dibutuhkan L = 2C + 1,57(D + d) + (D−d)²

4C (Smith dan Wilkes, 1990)

L = 2.5 + 1,57(25 + 3) + (25−3)²

4.5

L= 78,16 cm = 31 inc dimana:


(55)

L = Panjang efektif sabuk (inc)

C = Jarak antara kedua sumbu roda transisi (cm)

D = Diameter luar efektif roda transmisi yang besar (cm) d = Diameter luar efektif roda transmisi yang kecil (cm)


(56)

Lampiran 4. Analisis ekonomi

1. Unsur Produksi

1. Biaya Pembuatan Alat (P) = Rp. 3.036.000 2. Umur ekonomi (n) = 5 tahun 3. Nilai akhir alat (S) = Rp. 303.600 4. Jam kerja = 7 jam/hari 5. Produksi/hari = 532,7 kg/hari 6. Biaya operator = Rp. 5000/jam 7. Biaya listrik = Rp. 73,48/ jam 8. Biaya perbaikan = Rp. 15,61/ jam 9. Bunga modal dan asuransi = Rp. 561.600/ tahun 10.Biaya sewa gedung = Rp. 303.600/ tahun 11.Pajak = Rp. 60.720 / tahun

12.Jam kerja alat per tahun = 2100 jam/tahun ( asumsi 300 hari efektif berdasarkan tahun 2013)

2. Perhitungan Biaya Produksi 1. Biaya tetap (BT)

1. Biaya penyusutan (D)

D = P−S

n

dimana:

D = Biaya penyusutan (Rp/tahun)

P = Nilai awal alsin (harga beli/pembuatan) (Rp) S = Nilai akhir alsin (10% dari P) (Rp)


(57)

n = Umur ekonomi (tahun)

D = Rp3.036.000−Rp303.600

5tahun = Rp 546.480/tahun

2. Bunga modal dan asuransi (I)

Bunga modal pada bulan November 7% dan Asuransi 2%

I = i(P)(n+1)

2n =

(9%)Rp.3.036.000 (5+1) 2(5)

= Rp.163.944/tahun 3. Biaya sewa gedung

Sewa gedung = 1% x P

= 1% x Rp. 3.036.000 = Rp. 30.360/tahun 4. Pajak

Pajak = 2% x P

= 2% x Rp. 3.036.000 = Rp. 60.720/tahun

Total biaya tetap = Rp. 801.774/tahun

2. Biaya tidak tetap (BTT)

1. Biaya perbaikan alat (reparasi)

Biaya reparasi = 1,2%(P−S)

X

= 1,2%(Rp.3.036.000−Rp.303.600)

2100jam

= Rp. 15,61/jam 2. Biaya listrik


(58)

Motor listrik 1 HP = 0.22 KW

Biaya listrik = 0.22 KW x Rp. 334/KWH = Rp.73,48/H

= Rp.73,48/jam 3. Biaya operator

Biaya operator = Rp. 5000/jam

Total biaya tidak tetap = Rp. 5.089,09/jam

3. Biaya Produksi Pengirisan Bawang

Biaya pokok =

[

BT

x + BTT

]

C

=

[

Rp.801.774/tahun

2.100jam/tahun + Rp. 5.089,09/jam

]

x 0,013 jam/kg


(59)

Lampiran 5. Break even point

Break even point atau analisis titik impas (BEP) umumnya berhubungan

dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing), dan selanjutnya dapat berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap sama dengan nol.

N = BT

(R−BTT)

Biaya tetap (BT) = Rp. 801.774/tahun

= Rp. 381,797/jam (1 tahun = 2.100 jam)

= Rp. 5,017/kg (1 jam = 76,1 kg)

Biaya tidak tetap (BTT) = Rp. 5.089,09/jam (1 jam = 76,1kg)

= Rp. 66,873/ Kg

Penerimaan setiap kg produksi (R) = (7% x (BT+BTT)) + (BT+BTT)

= (0,7 x (Rp. 5,017/kg+Rp. 66,873/ Kg)) + (Rp. 5,017/kg+Rp. 66,873/ Kg)

= Rp. 76,9223/kg

Alat akan mencapai break even point jika alat telah mengiris bawang sebanyak :

N = BT

(R−BTT)

= Rp.801.774/tahun

(Rp.76,9223/kg−Rp.66,873/ Kg )


(60)

Lampiran 6. Net present value

CIF – COF ≥ 0 ... (10) dimana :

CIF = Chas inflow COF = Chas outflow

Sementera itu keuntungan yang diharapkan dari investasi yang dilakukan bertindak sebagai tingkat bungan modal dalam perhitungan :

Penerimaan (CIF) = pendapatan x (P/A, i, n) + nilai akhir x (P/F, i, n) Pengeluaran (COF) = investasi + pembiayaan (P/A, i, n).

Kriteria NPV yaitu :

- NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan - NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi usaha tidak

menguntungkan

- NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang dikeluarkan.

Berdasarkan persamaan (10), nilai NPV alat ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

CIF-COF ≥ 0

Investasi = Rp. 3.036.000

Pendapatan = Rp. 12.292.953/ tahun Nilai akhir = Rp. 303.600

Pembiayaan = Rp. 11.365.847/ tahun Suku bunga bank = Rp 7%


(61)

Umur alat = 5 tahun

Cash in Flow 7%

1. Pendapatan = Pendapatan x (P/A, 7%,5) = Rp. 12.292.953 x 4,1

= Rp. 50.401.107

2. Nilai akhir = Nilai akhir x (P/F, 7%,5) = Rp 303.600 x 0,713

= Rp. 216.466,8

Jumlah CIF = Rp. 50.617.574

Cash out Flow 7%

1. Investasi = Rp. 3.036.000

2. Pembiayaan = Pembiayaan x (P/A, 7%,5)

= Rp. 11.365.847 x 4,1

= Rp. 46.599.973 Jumlah COF = Rp. 49.635.973

NPV 7% = CIF – COF

= Rp. 50.617.574– Rp. 49.635.973

= Rp. 981.601

Cash in Flow 10%

1. Pendapatan = Pendapatan x (P/A,10%,5)

= Rp. 12.292.953 x 3,7908

= Rp. 43.085.653

2. Nilai akhir = Nilai akhir x (P/F, 10%,5) = Rp. 303.600 x 0,6209


(62)

= Rp. 188.505,4 Jumlah CIF = Rp. 46.792.073

Cash out Flow 10%

1. Investasi : Rp. 3.036.000

2. Pembiayaan = Pembiayaan x (P/A, 10%,5)

= Rp. 11.365.847 x 3,7908

= Rp. 43.085.653 Jumlah COF = Rp. 46.121.653

NPV 10% = CIF – COF

= Rp. 46.792.073– Rp. 43.085.653

= Rp. 670.420

Jadi besarnya NPV 7% adalah Rp. 981.601dan NPV 10% adalah Rp. 670.420. Jadi nilai NPV dari alat ini ≥ 0 maka usaha ini layak untuk


(63)

Lampiran 7. Internal rate of return

Internal Rate of Return (IRR) ini digunakan untuk memperkirakan

kelayakan lama (umur) pemilikan suatu alat atau mesin pada tingkat keuntungan tertentu. Internal rate of return (IRR) adalah suatu tingkatan discount rate, dimana diperoleh B/C ratio = 1 atau NPV = 0. Berdasarkan harga dari NPV = X (positif) atau NPV= Y (positif) dan NPV = X (positif) atau NPV = Y (negatif), dihitunglah harga IRR dengan menggunakan rumus berikut :

IRR = p% +

�+�

x (q% - p%) (positif dan negatif)

Dan

IRR = q% +

�−�

x (q% - p%) (positif dan positif)

Dimana: p = suku bunga bank paling atraktif q = suku bunga coba-coba ( > dari p) X = NPV awal pada p

Y = NPV awal pada q

Suku bunga bank paling atraktif (p) = 7% Suku bunga coba-coba ( > dari p) (q) = 10 %

IRR = q% +

�−�

x (q% - p%)

= 10% + 981.601

981.601−670.420 x (10%-7%)


(64)

Lampiran 8. Spesifikasi alat

1. Dimensi

Panjang = 40 cm Lebar = 32 cm Tinggi = 76 cm 2. Bahan

Piringan pengiris = Aluminium Pisau pengiris = Stainless steel Rangka = Besi siku 3. Tenaga

Motor listrik = 0,25 HP, 1400rpm 4. Transmisi

Puli motor listrik = 3 inch

Puli poros pengiris = 25 cm


(65)

(66)

Lampiran 10. Gambar Alat

1. Tampak Depan

2. Tampak samping


(67)

Lampiran 11. Komponen alat

4. Hopper

5. Saluran pengeluaran


(68)

7. Pisau Pengiris

8. Motor listrik


(69)

Lampiran 12. Proses Pengirisan

10.Bawang dimasukkan melalui hopper


(70)

Lampiran 13. Hasil Irisan

12.Hasil irisan percobaan 1

13.Hasil irisan percobaan 2


(71)

Lampiran 14. Bahan tertinggal dialat

15.Bahan tertinggal percobaan 1

16.Bahan tertinggal percobaan 2


(72)

(1)

Lampiran 11. Komponen alat

4. Hopper

5. Saluran pengeluaran


(2)

7. Pisau Pengiris

8. Motor listrik


(3)

Lampiran 12. Proses Pengirisan

10.Bawang dimasukkan melalui hopper


(4)

Lampiran 13. Hasil Irisan

12.Hasil irisan percobaan 1

13.Hasil irisan percobaan 2


(5)

Lampiran 14. Bahan tertinggal dialat

15.Bahan tertinggal percobaan 1

16.Bahan tertinggal percobaan 2


(6)