Rancang Bangun Alat Pengiris Bawang Mekanis
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Flow Chart pelaksanaan penelitian
Mulai Dipotong bahan yang digunakan sesuai dengan dimensi pada gambar
Pengelasan Digerinda permukaan yang kasar
Merangkai alat Pengecatan a b
Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat
Memilih bahan Diukur bahan yang akan digunakan a b Pengujian alat
Layak? Analisis data
Pengukuran parameter Data
Selesai Lampiran 2. Kapasitas efektif alat Kapasitas Alat =
Rataan berat bahan baku yang diiris Waktu
=
1 kg 47,02 menit
x 60 menit/jam = 76,1 kg/jam
Percobaan Berat bahan (Kg) Waktu Pengirisan
(detik) Kapasitas Efektif Alat (Kg/Jam)
I 1 46,17 77,9
II 1 48,55 74,2
III 1 47,35 76,1 Rataan 1 47,02 76,1 Lampiran 3. Perhitungan daya dan panjang sabuk V
Perhitungan daya motor
Diameter Piringan : 24 cm Tebal Piringan : 0,5 cm Diameter Pulley : 25 cm
Volume piringan = L x tebal piringan =
Π r² x tebal piringan = 3,14x(12)² x 0.5 = 226,08 cm³ = 0,22608 Liter
Massa = ρ x V
= 2,7 kg/Liter x 0,22608 Liter = 0,610416 kg
F = m x jari-jari poros ke tengah pisau
r pulley = 0,610416 x 8 12,5 = 0,3906624
T = F1 x r rotor = 0,3906624 x 15 mm
= 5,85999936 P = T x n 72585,1 = 5,85999936 x 1400 rpm 72585,1 = 0,113 HP
Pm = 0,117 80% = 0,14 HP Karena dipasaran tidak tersedia alat dengan daya 0,14 HP maka digunakan motor dengan daya yang mendekati nilai tersebut yaitu 0,25 HP. Dimana: V = Volume piringan F1= Gaya pada pisau m = massa T = Torsi P = Daya n = putaran r = jari-jari
ρ = massa jenis
Perhitungan panjang sabuk V
Panjang v-belt yang dibutuhkan
( D−d)²
L = 2C + 1,57(D + d) + (Smith dan Wilkes, 1990)
4C ( 25−3)²
L = 2.5 + 1,57(25 + 3) +
dimana:
L = Panjang efektif sabuk (inc) C = Jarak antara kedua sumbu roda transisi (cm) D = Diameter luar efektif roda transmisi yang besar (cm) d = Diameter luar efektif roda transmisi yang kecil (cm)
Lampiran 4. Analisis ekonomi
Bunga modal dan asuransi = Rp. 561.600/ tahun 10.
dimana: D = Biaya penyusutan (Rp/tahun) P = Nilai awal alsin (harga beli/pembuatan) (Rp) S = Nilai akhir alsin (10% dari P) (Rp)
Biaya penyusutan (D) D =
1. Biaya tetap (BT) 1.
2. Perhitungan Biaya Produksi
Jam kerja alat per tahun = 2100 jam/tahun ( asumsi 300 hari efektif berdasarkan tahun 2013)
Pajak = Rp. 60.720 / tahun 12.
Biaya sewa gedung = Rp. 303.600/ tahun 11.
Biaya perbaikan = Rp. 15,61/ jam 9.
1. Unsur Produksi 1.
Biaya listrik = Rp. 73,48/ jam 8.
Biaya operator = Rp. 5000/jam 7.
Produksi/hari = 532,7 kg/hari 6.
Jam kerja = 7 jam/hari 5.
Nilai akhir alat (S) = Rp. 303.600 4.
Umur ekonomi (n) = 5 tahun 3.
Biaya Pembuatan Alat (P) = Rp. 3.036.000 2.
P−S n
n = Umur ekonomi (tahun) D =
Pajak = 2% x P = 2% x Rp. 3.036.000 = Rp. 60.720/tahun
1,2%(Rp.3.036.000−Rp.303.600) 2100 jam
=
X
1,2%(P−S)
Biaya perbaikan alat (reparasi) Biaya reparasi =
Total biaya tetap = Rp. 801.774/tahun
Sewa gedung = 1% x P = 1% x Rp. 3.036.000 = Rp. 30.360/tahun 4. Pajak
Rp 3.036.000−Rp 303.600 5 tahun
= Rp.163.944/tahun 3. Biaya sewa gedung
( 9%)Rp.3.036.000 (5+1) 2(5)
=
i(P)(n+1) 2n
Bunga modal pada bulan November 7% dan Asuransi 2% I =
= Rp 546.480/tahun 2. Bunga modal dan asuransi (I)
= Rp. 15,61/jam 2. Biaya listrik Motor listrik 1 HP = 0.22 KW Biaya listrik = 0.22 KW x Rp. 334/KWH
= Rp.73,48/H = Rp.73,48/jam 3. Biaya operator
Biaya operator = Rp. 5000/jam Total biaya tidak tetap = Rp. 5.089,09/jam
Biaya pokok =
- BTT
[ BT x
]
C = [
Rp.801.774/tahun 2.100 jam/tahun
- Rp. 5.089,09/jam
]
x 0,013 jam/kg = Rp. 71,121/kg Lampiran 5. Break even point
Break even point atau analisis titik impas (BEP) umumnya berhubungan
dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing), dan selanjutnya dapat berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap sama dengan nol.
BT
N =
( R−BTT)
Biaya tetap (BT) = Rp. 801.774/tahun = Rp. 381,797/jam (1 tahun = 2.100 jam) = Rp. 5,017/kg (1 jam = 76,1 kg)
Biaya tidak tetap (BTT) = Rp. 5.089,09/jam (1 jam = 76,1kg) = Rp. 66,873/ Kg
Penerimaan setiap kg produksi (R) = (7% x (BT+BTT)) + (BT+BTT) = (0,7 x (Rp. 5,017/kg+Rp. 66,873/ Kg))
- (Rp. 5,017/kg+Rp. 66,873/ Kg) = Rp. 76,9223/kg
Alat akan mencapai break even point jika alat telah mengiris bawang sebanyak :
BT
N =
( R−BTT) Rp.801.774/tahun
=
( Rp.76,9223/kg−Rp.66,873/ Kg )
= 79.857,96 kg/tahun Lampiran 6. Net present value CIF – COF
≥ 0 ............................................................................ (10) dimana : CIF = Chas inflow COF = Chas outflow Sementera itu keuntungan yang diharapkan dari investasi yang dilakukan bertindak sebagai tingkat bungan modal dalam perhitungan :
Penerimaan (CIF) = pendapatan x (P/A, i, n) + nilai akhir x (P/F, i, n) Pengeluaran (COF) = investasi + pembiayaan (P/A, i, n).
Kriteria NPV yaitu : NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan
- NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi usaha tidak
- menguntungkan
- yang dikeluarkan.
NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya
Berdasarkan persamaan (10), nilai NPV alat ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: CIF-COF
≥ 0 Investasi = Rp. 3.036.000 Pendapatan = Rp. 12.292.953/ tahun Nilai akhir = Rp. 303.600 Pembiayaan = Rp. 11.365.847/ tahun Suku bunga bank = Rp 7% Suku bunga coba-coba = Rp 10% Umur alat = 5 tahun
Cash in Flow 7%
1. = Pendapatan x (P/A, 7%,5) Pendapatan
= Rp. 12.292.953 x 4,1 = Rp. 50.401.107
2. = Nilai akhir x (P/F, 7%,5) Nilai akhir
= Rp 303.600 x 0,713 = Rp. 216.466,8
Jumlah CIF = Rp. 50.617.574
Cash out Flow 7%
1. = Rp. 3.036.000 Investasi
2. = Pembiayaan x (P/A, 7%,5)
Pembiayaan
= Rp. 11.365.847 x 4,1 = Rp. 46.599.973
Jumlah COF = Rp. 49.635.973 NPV 7% = CIF – COF
= Rp. 50.617.574– Rp. 49.635.973 = Rp. 981.601
Cash in Flow 10%
1. = Pendapatan x (P/A,10%,5) Pendapatan
= Rp. 12.292.953 x 3,7908 = Rp. 43.085.653
2. = Nilai akhir x (P/F, 10%,5) Nilai akhir
= Rp. 303.600 x 0,6209
= Rp. 188.505,4 Jumlah CIF = Rp. 46.792.073
Cash out Flow 10% 1.
Investasi : Rp. 3.036.000 2. = Pembiayaan x (P/A, 10%,5)
Pembiayaan
= Rp. 11.365.847 x 3,7908 = Rp. 43.085.653
Jumlah COF = Rp. 46.121.653 NPV 10% = CIF – COF
= Rp. 46.792.073– Rp. 43.085.653 = Rp. 670.420
Jadi besarnya NPV 7% adalah Rp. 981.601dan NPV 10% adalah Rp. 670.420. Jadi nilai NPV dari alat ini
≥ 0 maka usaha ini layak untuk dijalankan. Lampiran 7. Internal rate of return
Internal Rate of Return (IRR) ini digunakan untuk memperkirakan
kelayakan lama (umur) pemilikan suatu alat atau mesin pada tingkat keuntungan tertentu. Internal rate of return (IRR) adalah suatu tingkatan discount rate, dimana diperoleh B/C ratio = 1 atau NPV = 0. Berdasarkan harga dari NPV = X (positif) atau NPV= Y (positif) dan NPV = X (positif) atau NPV = Y (negatif), dihitunglah harga IRR dengan menggunakan rumus berikut :
IRR = p% + x (q% - p%) (positif dan negatif)
- Dan
IRR = q% + x (q% - p%) (positif dan positif) −
Dimana: p = suku bunga bank paling atraktif q = suku bunga coba-coba ( > dari p) X = NPV awal pada p Y = NPV awal pada q
Suku bunga bank paling atraktif (p) = 7% Suku bunga coba-coba ( > dari p) (q) = 10 %
IRR = q% + x (q% - p%) − 981.601
= 10% + x (10%-7%)
981.601−670.420
= 19,462% Lampiran 8. Spesifikasi alat 1.
Dimensi Panjang = 40 cm Lebar = 32 cm Tinggi = 76 cm 2. Bahan
Piringan pengiris = Aluminium Pisau pengiris = Stainless steel Rangka = Besi siku 3. Tenaga
Motor listrik = 0,25 HP, 1400rpm 4.
Transmisi
Puli motor listrik = 3 inch Puli poros pengiris = 25 cm Sabuk V motor listrik ke poros pengaduk = 31 inch Lampiran 9. Panjang sabuk V standar
Lampiran 10. Gambar Alat
1. Tampak Depan 2.
Tampak samping 3.
Tampak Atas Lampiran 11. Komponen alat 4.
Hopper 5.
Saluran pengeluaran 6.
Puli dan sabuk V
Motor listrik 9.
Rangka Alat Lampiran 12. Proses Pengirisan 10.
Bawang dimasukkan melalui hopper 11.
Hasil irisan keluar melalui saluran keluar Lampiran 13. Hasil Irisan 12.
Hasil irisan percobaan 1 13.
Hasil irisan percobaan 2 14.
Hasil irisan percobaan 3 Lampiran 14. Bahan tertinggal dialat 15.
Bahan tertinggal percobaan 1 16.
Bahan tertinggal percobaan 2 17.
Bahan tertinggal percobaan 3 Lampiran 15. Tabel Suku Bunga