FIQIH KONFLIK DALAM BERORGANISASI
WAWASAN ISLAM
FIQIH KONFLIK
DALAM BERORGANISASI
MAHMUD HAMZAWI FAHIM USMAN
pd
fsp
litm
erg
er.
co
m)
akan bersatu sementara yang berbeda akan berselisih”
(HR. Bukhari, No. 3336 dan Muslim No. 2638). Dengan
demikian, Islam tidak mencela perbedaan atau perselisihan selama itu masih dalam batas yang wajar dan tidak
membawa konsekuensi negatif.
Rahasia di balik keberhasilan Muhammadiyah yang
survive dan kukuh selama satu abad sebenarnya terletak
pada bagaimana Muhammadiyah mengelola atau menangani perselisihan atau perbedaan dan bahkan konflik
internal sesuai etika yang ada dalam Fiqhul Khilaaf, yakni
fiqih manajemen perbedaan dan perselisihan pendapat
dan kecenderungan antar-umat Islam. Boleh dikatakan
bahwa selama Muhammadiyah berpegang teguh pada
etika perselisihan internal; selama kepentingan organisasi
selalu diutamakan di atas kepentingan pribadi dan juga
selama berpegang teguh pada ajaran Islam, maka Muhammadiyah akan jaya dan bermanfaat bagi seluruh bangsa Indonesia dan seluruh umat Islam selama-lamanya.
Sebagaimana tadi dinyatakan bahwa adanya perselisihan atau perbedaan dalam pandangan, kepentingan
atau kecenderungan adalah hal yang lazim dan tidak selalu
dicela dalam Islam. Namun ada juga sebagian kaum Muslimin yang mencela semua perbedaan karena mereka
mengharapkan sesuatu yang mustahil, yakni keseragaman mutlak antarumat Islam dalam segala hal. Oleh karena
itu, yang dibahas dalam fiqul khilaaf ini adalah bagaimana
mengantisipasi, mencegah, meminimalkan, merespons,
menangani atau mengontrol dengan baik masalah perselisihan, pertikaian dan konflik, terutama konflik internal.
Banyak tulisan dan karya sudah ditulis tentang Fiqih
Konflik (Fiqul Ikhtilaaf/Khilaaf), sehingga boleh dikatakan ini sudah menjadi suatu disiplin ilmu agama Islam
yang metodologinya sudah matang. Karya yang paling
populer dalam fiqih konflik ini adalah karya DR. Yusuf
Al-Qaradhawi, Ash-Shahwah al-Islamiyah Baina alIkhtilaf al-Masyru‘ wa at-Tafarruq al-Madzmum (Kebangkitan Semangat Keislaman antara Perselisihan yang
Dibolehkan dan Perpecahan yang Dicela); dan karya A.M.
Al-Qarni Fiqh al-Khilaf (Fiqih Perselisihan/Konflik).
De
mo
(
Vi
sit
htt
p:/
/w
w
w.
M
uhammadiyah layak diusulkan untuk
dimasukkan ke dalam Guinness Book of
Record sebagai organisasi Islam yang pertama
kali sepanjang sejarah Islam modern dan juga sejarah
Islam klasik yang berhasil hidup tanpa perpecahan atau
konflik internal dan eksternal yang signifikan. Dalam sejarah modern Indonesia, misalnya, kita melihat beberapa
gerakan, ormas, dan partai Islam yang tidak bertahan
lama persatuannya. Amal usaha Muhammadiyah selama
ini fokus pada aspek-aspek yang sangat diperlukan untuk
kemajuan bangsa Indonesia seperti pendidikan, kesehatan,
ekonomi, dan lain-lain. Bahkan dalam aspek agama dan
politik pun, Muhammadiyah memainkan peranan sebagai
reformer atau pembaharu atau inovator agar agama dan
politik tidak disalahgunakan atau gagal membawa
kemudahan bagi rakyat Indonesia terutama umat Islam.
Konflik adalah pertentangan interes atau kepentingan
antarpihak, entah pihak internal atapun eksternal. Konflik
merupakan suatu kepastian dalam kehidupan manusia di
mana pun mereka berada dan dalam lingkup apa pun:
keluarga, masyarakat, komunitas, organisasi, partai atau
negara. Tidak mungkin semua orang selalu memiliki pandangan atau kepentingan yang sama, pasti mereka berbeda-beda walaupun di bawah payung yang sama, misalnya agama, suku, ras, keluarga, organisasi, pekerjaan,
profesi atapun negara. Persis, ibarat jemari satu tangan
yang berbeda-beda panjangnya, padahal pangkalnya satu
— kata sebuah pepatah Mesir.
Fiqih Konflik
Sebenarnya perbedaan dalam pandangan, kepentingan, kecenderungan ataupun nama tidak salah dan bahkan
tidak dicela dalam agama Islam, selama perbedaan atau
perselisihan itu sesuai dengan etika dan tidak menyebabkan permusuhan, perpecahan atau malapetaka lainnya.
Firman Allah SwT dan sabda Rasulullah saw menegaskan bahwa manusia akan selalu berbeda-beda dalam segala hal. “Mereka (umat manusia) akan terus-menerus
berselisihan kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh
Tuhanmu….” (Q.s. Hud [11]: 118-119).
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw
bersabda: “Manusia itu beraneka ragam macam sebagaimana halnya logam… Dan jiwa-jiwa (manusia) ibarat
pasukan-pasukan yang punya target, maka yang seragam
48
6 - 21 RAMADLAN 1431 H
Pokok-pokok Etika Perselisihan
Berikut ini rangkuman ringkas berupa pokok-pokok
etika perselisihan seperti yang terdapat dalam kedua karya
yang disebut tadi: 1. Moderatisme (al-I’tidaal); 2. Tole-
madiyah dapat bertahan hidup selama ini tanpa perpecahan internal atau pertikaian eksternal karena berpegang
teguh pada poin-poin yang disebut di atas, sehingga boleh
dikatakan Muhammadiyah memberi contoh ideal yang
nyata bagi seluruh umat Islam, terutama ormas Islam
mengenai etika perselisihan dalam berorganisasi
Rahasia sukses abadi ormas Islam ini adalah berpegang teguh pada etika penanganan konflik internal dan
eksternal sesuai dengan ajaran Allah dan Rasul-Nya. Selama interes atau kepentingan pribadi tidak dibawa ke
dalam tubuh organisasi apalagi sampai bertentangan dengan visi dan misi organisasi, maka organisasi atau
gerakan yang bergerak di bawah nama Islam akan hidup
jaya maju dan sejahtera selama-lamanya, bukan sebatas
satu-dua abad saja.
Akhirnya, sebagai penutup penulis ingin menyusun
rangkuman pesan-pesan yang ada dalam tulisan ini dalam
bentuk pantun, seperti berikut:
Burung Garuda terbang setinggi-tingginya/ Sungguh
tak jenuhlah mata memandangnya/ Bhinneka Tunggal
Ika itulah yang dipegangnya/ Rakyat Indonesia aman
sentosa jika menjiwainya/ Sinar Sang Surya menerangkan jalan ceria baginya/ Hangatnya sinar Sang Surya
adalah satu untuk semua/ Kiai Haji Ahmad Dahlan dulu
pernah wasiatkan sebelum wafatnya/ Bersatu itu wajib
hukumnya; bercerai jangan selama-lamanya.
Hiduplah Muhammadiyah! Bersetia jaya, bercerai marabahaya. Bhinneka Tunggal Ika.l
Penulis adalah Mahasiswa S3 Politik Islam UMY.
De
mo
(
Vi
sit
htt
p:/
/w
w
w.
ransi (at-tasamuh); 3. Berpedoman pada dalil dan logika
syar’i saja; 4. Berdebat dengan cara yang halus; 5. Kerja
sama dalam hal yang sudah disepakati bersama; 6. Tidak
berlandaskan nash ambigu/mutasyabih yang tafsirnya
belum pernah disepakati; 7. Tidak memastikan kebenaran
tunggal/mutlak suatu tafsir pada teks-teks yang jelas tetapi multi-interpretabel atau ada lebih dari satu tafsir; 8.
Tidak menyalahkan pihak lain berdasarkan fanatisme;
9. Berbaik-sangka kepada yang lain; 10. Mengutamakan
kepentingan yang bersifat umum atau kepentingan
bersama (seperti persaudaraan) di atas kepentingan khusus apalagi pribadi; 11. Memahami betul inti masalah
atau maksud atau bahkan istilah yang diangkat oleh yang
lain sebelum berdebat ataupun menyalahkan; 12. Tidak
mencari kemenangan semata-mata, yakni jangan sampai
bertindak bukan demi membela kebenaran atau kemaslahatan umum tetapi asal mencari nama atau kepemimpinan atau asal mengalahkan yang lain saja; 13. Memiliki
metodologi ilmiah yang matang (ontologi, epistemologi
dan aksiologi) dalam bertindak sebelum berselisih dengan
yang lain; 14. Tidak membesar-besarkan titik-titik perselisihan yang kecil hanya untuk mencari identitas yang
berbeda.
Pokok-pokok tersebut dengan sengaja penulis tidak
menguraikannya karena cukup jelas dan bahkan contohcontoh yang dapat disebut sebagai keterangannya oleh
pembaca dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari dan
sejarah modern gerakan Islam, baik di Indonesia maupun
di dunia Islam lainnya. Yang pasti adalah bahwa Muham-
Foto: DIDIK SUJARWO
pd
fsp
litm
erg
er.
co
m)
WAWASAN ISLAM
SUARA MUHAMMADIYAH 16 / 95 | 16 - 31 AGUSTUS 2010
49
FIQIH KONFLIK
DALAM BERORGANISASI
MAHMUD HAMZAWI FAHIM USMAN
pd
fsp
litm
erg
er.
co
m)
akan bersatu sementara yang berbeda akan berselisih”
(HR. Bukhari, No. 3336 dan Muslim No. 2638). Dengan
demikian, Islam tidak mencela perbedaan atau perselisihan selama itu masih dalam batas yang wajar dan tidak
membawa konsekuensi negatif.
Rahasia di balik keberhasilan Muhammadiyah yang
survive dan kukuh selama satu abad sebenarnya terletak
pada bagaimana Muhammadiyah mengelola atau menangani perselisihan atau perbedaan dan bahkan konflik
internal sesuai etika yang ada dalam Fiqhul Khilaaf, yakni
fiqih manajemen perbedaan dan perselisihan pendapat
dan kecenderungan antar-umat Islam. Boleh dikatakan
bahwa selama Muhammadiyah berpegang teguh pada
etika perselisihan internal; selama kepentingan organisasi
selalu diutamakan di atas kepentingan pribadi dan juga
selama berpegang teguh pada ajaran Islam, maka Muhammadiyah akan jaya dan bermanfaat bagi seluruh bangsa Indonesia dan seluruh umat Islam selama-lamanya.
Sebagaimana tadi dinyatakan bahwa adanya perselisihan atau perbedaan dalam pandangan, kepentingan
atau kecenderungan adalah hal yang lazim dan tidak selalu
dicela dalam Islam. Namun ada juga sebagian kaum Muslimin yang mencela semua perbedaan karena mereka
mengharapkan sesuatu yang mustahil, yakni keseragaman mutlak antarumat Islam dalam segala hal. Oleh karena
itu, yang dibahas dalam fiqul khilaaf ini adalah bagaimana
mengantisipasi, mencegah, meminimalkan, merespons,
menangani atau mengontrol dengan baik masalah perselisihan, pertikaian dan konflik, terutama konflik internal.
Banyak tulisan dan karya sudah ditulis tentang Fiqih
Konflik (Fiqul Ikhtilaaf/Khilaaf), sehingga boleh dikatakan ini sudah menjadi suatu disiplin ilmu agama Islam
yang metodologinya sudah matang. Karya yang paling
populer dalam fiqih konflik ini adalah karya DR. Yusuf
Al-Qaradhawi, Ash-Shahwah al-Islamiyah Baina alIkhtilaf al-Masyru‘ wa at-Tafarruq al-Madzmum (Kebangkitan Semangat Keislaman antara Perselisihan yang
Dibolehkan dan Perpecahan yang Dicela); dan karya A.M.
Al-Qarni Fiqh al-Khilaf (Fiqih Perselisihan/Konflik).
De
mo
(
Vi
sit
htt
p:/
/w
w
w.
M
uhammadiyah layak diusulkan untuk
dimasukkan ke dalam Guinness Book of
Record sebagai organisasi Islam yang pertama
kali sepanjang sejarah Islam modern dan juga sejarah
Islam klasik yang berhasil hidup tanpa perpecahan atau
konflik internal dan eksternal yang signifikan. Dalam sejarah modern Indonesia, misalnya, kita melihat beberapa
gerakan, ormas, dan partai Islam yang tidak bertahan
lama persatuannya. Amal usaha Muhammadiyah selama
ini fokus pada aspek-aspek yang sangat diperlukan untuk
kemajuan bangsa Indonesia seperti pendidikan, kesehatan,
ekonomi, dan lain-lain. Bahkan dalam aspek agama dan
politik pun, Muhammadiyah memainkan peranan sebagai
reformer atau pembaharu atau inovator agar agama dan
politik tidak disalahgunakan atau gagal membawa
kemudahan bagi rakyat Indonesia terutama umat Islam.
Konflik adalah pertentangan interes atau kepentingan
antarpihak, entah pihak internal atapun eksternal. Konflik
merupakan suatu kepastian dalam kehidupan manusia di
mana pun mereka berada dan dalam lingkup apa pun:
keluarga, masyarakat, komunitas, organisasi, partai atau
negara. Tidak mungkin semua orang selalu memiliki pandangan atau kepentingan yang sama, pasti mereka berbeda-beda walaupun di bawah payung yang sama, misalnya agama, suku, ras, keluarga, organisasi, pekerjaan,
profesi atapun negara. Persis, ibarat jemari satu tangan
yang berbeda-beda panjangnya, padahal pangkalnya satu
— kata sebuah pepatah Mesir.
Fiqih Konflik
Sebenarnya perbedaan dalam pandangan, kepentingan, kecenderungan ataupun nama tidak salah dan bahkan
tidak dicela dalam agama Islam, selama perbedaan atau
perselisihan itu sesuai dengan etika dan tidak menyebabkan permusuhan, perpecahan atau malapetaka lainnya.
Firman Allah SwT dan sabda Rasulullah saw menegaskan bahwa manusia akan selalu berbeda-beda dalam segala hal. “Mereka (umat manusia) akan terus-menerus
berselisihan kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh
Tuhanmu….” (Q.s. Hud [11]: 118-119).
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw
bersabda: “Manusia itu beraneka ragam macam sebagaimana halnya logam… Dan jiwa-jiwa (manusia) ibarat
pasukan-pasukan yang punya target, maka yang seragam
48
6 - 21 RAMADLAN 1431 H
Pokok-pokok Etika Perselisihan
Berikut ini rangkuman ringkas berupa pokok-pokok
etika perselisihan seperti yang terdapat dalam kedua karya
yang disebut tadi: 1. Moderatisme (al-I’tidaal); 2. Tole-
madiyah dapat bertahan hidup selama ini tanpa perpecahan internal atau pertikaian eksternal karena berpegang
teguh pada poin-poin yang disebut di atas, sehingga boleh
dikatakan Muhammadiyah memberi contoh ideal yang
nyata bagi seluruh umat Islam, terutama ormas Islam
mengenai etika perselisihan dalam berorganisasi
Rahasia sukses abadi ormas Islam ini adalah berpegang teguh pada etika penanganan konflik internal dan
eksternal sesuai dengan ajaran Allah dan Rasul-Nya. Selama interes atau kepentingan pribadi tidak dibawa ke
dalam tubuh organisasi apalagi sampai bertentangan dengan visi dan misi organisasi, maka organisasi atau
gerakan yang bergerak di bawah nama Islam akan hidup
jaya maju dan sejahtera selama-lamanya, bukan sebatas
satu-dua abad saja.
Akhirnya, sebagai penutup penulis ingin menyusun
rangkuman pesan-pesan yang ada dalam tulisan ini dalam
bentuk pantun, seperti berikut:
Burung Garuda terbang setinggi-tingginya/ Sungguh
tak jenuhlah mata memandangnya/ Bhinneka Tunggal
Ika itulah yang dipegangnya/ Rakyat Indonesia aman
sentosa jika menjiwainya/ Sinar Sang Surya menerangkan jalan ceria baginya/ Hangatnya sinar Sang Surya
adalah satu untuk semua/ Kiai Haji Ahmad Dahlan dulu
pernah wasiatkan sebelum wafatnya/ Bersatu itu wajib
hukumnya; bercerai jangan selama-lamanya.
Hiduplah Muhammadiyah! Bersetia jaya, bercerai marabahaya. Bhinneka Tunggal Ika.l
Penulis adalah Mahasiswa S3 Politik Islam UMY.
De
mo
(
Vi
sit
htt
p:/
/w
w
w.
ransi (at-tasamuh); 3. Berpedoman pada dalil dan logika
syar’i saja; 4. Berdebat dengan cara yang halus; 5. Kerja
sama dalam hal yang sudah disepakati bersama; 6. Tidak
berlandaskan nash ambigu/mutasyabih yang tafsirnya
belum pernah disepakati; 7. Tidak memastikan kebenaran
tunggal/mutlak suatu tafsir pada teks-teks yang jelas tetapi multi-interpretabel atau ada lebih dari satu tafsir; 8.
Tidak menyalahkan pihak lain berdasarkan fanatisme;
9. Berbaik-sangka kepada yang lain; 10. Mengutamakan
kepentingan yang bersifat umum atau kepentingan
bersama (seperti persaudaraan) di atas kepentingan khusus apalagi pribadi; 11. Memahami betul inti masalah
atau maksud atau bahkan istilah yang diangkat oleh yang
lain sebelum berdebat ataupun menyalahkan; 12. Tidak
mencari kemenangan semata-mata, yakni jangan sampai
bertindak bukan demi membela kebenaran atau kemaslahatan umum tetapi asal mencari nama atau kepemimpinan atau asal mengalahkan yang lain saja; 13. Memiliki
metodologi ilmiah yang matang (ontologi, epistemologi
dan aksiologi) dalam bertindak sebelum berselisih dengan
yang lain; 14. Tidak membesar-besarkan titik-titik perselisihan yang kecil hanya untuk mencari identitas yang
berbeda.
Pokok-pokok tersebut dengan sengaja penulis tidak
menguraikannya karena cukup jelas dan bahkan contohcontoh yang dapat disebut sebagai keterangannya oleh
pembaca dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari dan
sejarah modern gerakan Islam, baik di Indonesia maupun
di dunia Islam lainnya. Yang pasti adalah bahwa Muham-
Foto: DIDIK SUJARWO
pd
fsp
litm
erg
er.
co
m)
WAWASAN ISLAM
SUARA MUHAMMADIYAH 16 / 95 | 16 - 31 AGUSTUS 2010
49