PERAN DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT NELAYAN DI KABUPATEN PROBOLINGGO

PERAN DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN DALAM
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT NELAYAN DI KABUPATEN
PROBOLINGGO

SKRIPSI

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memproleh gelar kesarjanaan
Strata Satu (S1) Ilmu Pemerintahan

Oleh :
FERI FERDAUS FERDIANSYAH
201110050311061

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015

KATA PENGANTAR
‫الر حي‬
‫ح دا‬


‫بس ه الرح‬

‫ اش د ا ا اله ا ا ه اش د ا‬. ‫الح د ه ر الع ل ي به ستعي ع ى ا ر الد ي الد ي‬
.‫ ا بعد‬. ‫ الصا السا ع ى ح د ع ى اله صح ه اج عي‬.‫رس ل ه‬

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang. Sehingga atas limpahan kasih sayang-Nya,
skripsi yang berjudul “Peran Dinas Perikanan dan Kelautan Dalam Pemberdayaan
Masyarakat Nelayan di Kabupaten Probolinggo” dapat diselesaikan.
Penulis menyadari skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya
bantuan, motivasi dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis
menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah
Malang.
2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Ilmu Pemerintah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Muhammadiyah Malang.
3. Bapak Drs. Salahuddin, S.IP, M.Si dan Bapak Drs. Jainuri, M.Si selaku
pembimbing dalam penulisan skripsi ini yang telah dengan sabar dan
sungguh-sungguh dalam membimbing dan memotivasi penulis sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Seluruh Dosen dan Karyawan Universitas Muhammadiyah Malang Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Pemeerintah yang telah
mencurahkan segala wawasan keilmuannya kepada penulis.
5. Bapak Wahid Noor Aziz, A.Pi. MT. selaku Kepala Dinas Perikanan dan
Kelautan Kabupaten Probolinggo, Bapak Riyantono selaku Sekertaris,

karyawan, serta Masyarakat Randutatah yang telah membantu penulis dalam
pengumpulan data sehingga skripsi ini dapat terwujud.
6. Bapak dan Ibu tercinta, kakak serta adik-adikku yang senantiasa memberikan
kasih sayang, kesabaran, keikhlasan, motivasi dan do’a yang tiada henti
kepada penulis dalam kelancaran studi.
7. Sahabat-sahabat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu
Pemerintah Universitas Muhammadiyah Malang yang sering memotivasi
untuk segara menyelesaikan skripsi ini.
Dalam hal ini penulis tidak bisa membalas dan hanya kepada Allah SWT
penulis serahkan segala amal baiknya.
Akhirnya penulis sadari dalam penyusunan skripsi ini banyak terdapat
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Saran dan kritik penulis harapkan demi
kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Semoga bermanfaat dan memberikan arti

yang berguna bagi kita semua. Amin.

Malang, …………………….
Penulis

DAFTAR ISI

Halaman judul.…………………………………………………….……................

i

Lembaran Persetujuan.……..………………………………………………..........

ii

Lembaran Pengesahan ……………………………………………………............. iii
Lembaran Pernyataan ….…………………………………………….................... iv
Berita Acara Bimbingan.…………………………………………………..............

v


Kata Pengantar……………………………………………………………................ vi
Abstraksi ………………………………………………………………….............

vii

Abstrak…………………………………………………………………….................viii
Daftar isi……………………………………………………………………........... ix
Daftar gambar………………………………………………………………...........

x

Daftar Tabel.....………………………………………………................................ xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………..…………...........

1

B. Rumusan Masalah ……………………………………….…………...........


8

C. Tujuan Penelitian …….……………………………….…………...............

8

D. Manfaat Penelitian………………………………………………................

8

E. Definisi Konseptual …..…………………………………………...............

9

F. Definisi Operasional ………………………………………………............ 17
G. Metode Penelitian ……….….…………………………………….............. 18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Peran Dinas Perikanan dan Kelautan……………………………................ 23
B. Konsep Pemberdayaan ………………………….…………………........... 24

C. Konteks Masyarakat Nelayan ………………………………………......... 27
1. Pengertian Masyarakat Nelayan………………………………............ 27
2. Pengelolahan Nelayan ..………………………………………............ 32
3. Tujuan Pemberdayaan Nelayan ……………………………................ 34
4. Strategi Pemberdayaan Nelayan ………………………………........... 36

5. Pemberdayaan Masyarakat Nelayan……………………………......... 39

BAB III DESKRIPSI WILAYAH
A. Gambaran Umum Kabupaten Probolinggo ………….…………...............
1. Karakteristik Fisik Dasar Kabupaten Probolinggo ……………...........
2. Kependudukan ………….…………………………………….............

43
43
51

BAB IV ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum Desa Randutatah .....…………………….………..........
1. Geografis dan Administrasi………..……………………...……...........

2. Penggunaan Lahan..……………………………………….……...........
3. Kondisi Sosial dan Budaya..……………………………………..........
4. Sumber Daya Alam….………………………………..…..……...........
B. Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat Nelayan .………...........
1. Program Peningkatan Perikanan Tangkap …..…………………..........
2. Program Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pesisi…………….......
3. Program Pengembangan Usaha Garam Rakyat …..……………...........
4. Program Pengembangan dan Pelestarian Sumber Daya Alam …..........
C. Strategi Pengembangan Program Pemberdayaan Masyarakat Nelayan
Desa Randutatah…………….….…………………………………….........
1. Kemampuan Memprediksi Iklim….…………………………….........
2. Perencanaan Zona Pesisir Yang Lebih Optimal..………………...........
3. Peningkatan Penelitian Untuk Perbaikan Teknologi Penangkapan
Ikan ........................................................................................................
4. Dorongan Pemerintah Pada Pihak Bank Untuk Membantu Nelayan....
D. Faktor Pendukung Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat
Nelayan Desa Randutatah ……………………………….………..…........
E. Faktor Penghambat Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat
Nelayan Desa Randutatah …………………………………………….......


62
62
63
70
72
73
75
81
82

93
93
93

94
94

96

97


BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..…………………………………………………………....... 100
B. Saran-saran ……………………………………………………………..... 100
C. Kata Penutup ..……………………………………………………..……... 102
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN– LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

Dault A. Pemuda Dan Kelautan. Jakarta: PustakaCidesindo. 2008.
Hikmat Harry. StrategiPemberdayaanMasyarakat. Bandung :Humaniora, 2006
Hikmat A, StrategiPemberdayaanMasyarakat. Bandung: HumanioraUtama Press.
2006
Hikmat A, StrategiPemberdayaanMasyarakat. Bandung: HumanioraUtama Press.
2006
Ife, J.W. Community Development: Creating Community Alternatives, Vision
KeberdayaanNelayandanDinamikaEkonomiPesisir.

Kusnadi.


Yogyakarta:

ArRuzz Media. 2009
Kusnadi. Akarkemiskinannelayan. Yogyakarta : PT LKiSPelangiAksara. 2003
KeberdayaanNelayandanDinamikaEkonomiPesisir.

Kusnadi.

Yogyakarta:

ArRuzz Media. 2009
KonflikSosialNelayan,

Kusnandi.

kemiskinandanperebutansumberdayaalam.

Yogyakarta :Lkis, 2006, hlm. 1
MarhaeniRiaSiombo.


HukumPerikananNasionaldanInternasional.

Jakarta:

GramediaPustakaUtama, 2010, hlm, 23-24
Miles, M.B. dan Huberman, A.M. 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber
Tentang MetodeMetode Baru. Jakarta: UIPress. 1992
Mulyadi. EkonomiKelautan. PT RajaGrafindoPersada: Jakarta. 2007
NikijuluwPHV.

RezimPengelolaanSumberdayaPerikanan:

P3R.

Jakarta:

PustakaCidesindo. 2002
KemiskinandanPerlawananKaumNelayan.

Siswanto.

LaksbangMediatama:

Yogyakarta. 2008
Widodo J, Suadi. Pengelolaansumberdayaperikananlaut. Yogyakarta (ID):
GadjahMada University Press. 2006
Widodo

J,

Suadi.

Pengelolaansumberdayaperikananlaut.

:GadjahMada University Press. 2006

Yogyakarta

Laporanantara

2013-2014.

KajianSosialEkonomiMasyarakatKabupatenProbolinggo.2014
Dinas

PU

PengairanKabupatenProbolinggo

(KabupatenProbolinggoDalamAngka&Laporan 2014
BappedaKabupatenProbolinggo 2008
http://www.infoskripsi.com/Proposal/Proposal-Penelitian-Kualitatif-Skripsi.html

http://sosiolog-muda.blogspot.com/2013/04/konsep-pemberdayaan.html
http://www.kp3k.dkp.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=148
https://gracelliaraystika.wordpress.com/2013/01/17/nelayan-sebagai-masyarakatpesisir/
http://ppsp.nawasis.info/dokumen/profil/profil_kota/02%20Peta%20Administrasi%20Wilayah

%20Kabupaten%20TTS.
www.probolinggokab.go.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai negara Maritim, Indonesia memiliki pantai terpanjang di
dunia, dengan garis pantai lebih 81.000 km. Dari 67.439 desa di Indonesia,
kurang lebih 9.261 desa dikategorikan sebagai desa pesisir1.

Masyarakat

pesisir yang terdiri dari nelayan, pembudidaya ikan, pengolah dan pedagang
hasil laut, serta masyarakat lainnya dimana kehidupan sosial ekonominya
tergantung pada sumberdaya laut merupakan segmen anak bangsa yang
umumnya masih tergolong miskin.
Kesejahteraan masyarakat pesisir memerlukan program terobosan
baru yang dapat meningkatkan akses mereka terhadap modal, manajemen dan
teknologi serta dapat mentransformasikan struktur dan kultur masyarakat
pesisir dan nelayan secara berkelanjutan.
Kemiskinan seolah-olah telah melekat akrab dalam kehidupan
masyarakat

pesisir,

khususnya

nelayan.

Citra

kemiskinan

nelayan

sesungguhnya suatu ironi, mengingat Indonesia memiliki wilayah laut yang
sangat luas. Di dalam wilayah laut juga terdapat berbagai sumberdaya yang
memiliki potensi ekonomi tinggi yang semestinya dapat dimanfaatkan untuk
menjamin kesejateraan nelayan dan keluarganya.

1

Kusnandi. Konflik Sosial Nelayan, kemiskinan dan perebutan sumber daya alam. Yogyakarta :
Lkis, 2006, hlm. 1

1

2

Sejalan dengan ini, Kabupaten Probolinggo adalah salah satu Daerah
yang memiliki potensi alam di wilayah laut yang cukup memadai, hal ini
kemudian membuat masyarakat setempat untuk memanfaatkan hasil alam di
laut dengan melakukan aktifitas melaut. Sejak dahulu masyarakat yang ada di
wilayah pesisir utara Pulau Jawa khususya di Kabupaten Probolinggo
masyarakatnya gemar melaut atau profesinya nelayan.
Dari sisi geografis, pemukiman warga yang terletak di pesisir pantai
memicu mereka yang berada di pesisir pantai untuk melaut dalam rangka
mempertahankan hidup serta kelangsungannya, meskipun melaut bukan satu–
satunya pilihan. Pada mulanya sistem manajemen pengelolaan alat tangkap
masih bersifat tradisional/sederhana, karena hasil tangkapanya hanya dalam
rangka memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sedangkan fasilitas serta
peralatan yang digunakan oleh nelayan, juga masih sangat tradisional.
Wilayah pesisir dan lautan memiliki arti strategis karena merupakan
wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut, serta memiliki potensi
sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan yang sangat kaya. Namun,
karakteristik laut tersebut belum sepenuhnya dipahami dan diintegrasikan
secara terpadu. Kebijakan pemerintah yang sektoral dan bias daratan, akhirnya
menjadikan lautan sebagai kolam sampah raksasa.
Dari sisi sosial ekonomi, pemanfaatan kekayaan laut masih terbatas
pada kelompok pengusaha besar dan pengusaha asing. Nelayan sebagai
jumlah terbesar merupakan kelompok profesi paling miskin di indonesia.
Kekayaan sumber daya laut tersebut menimbulkan daya tarik dari berbagai

3

pihak untuk memanfaatkan sumber dayanya dan berbagai instansi untuk
meregulasi pemanfaatannya.
Bila dibandingkan dengan pelaku ekonomi lainnya, kelompok
ekonomi yang mengalami kondisi keterasingan dari dinamika perekonomian
nasional lebih parah terjadi pada kelompok nelayan. Hal ini banyak bersumber
dari sifat dasar arena aktifitas yang dimiliki yang tidak memiliki dukungan
perangkat hokum yang memadai, seperti tidak dimungkinkannya pemilikan
laut atau kawasan pantai sebagai asset produksi, kebutuhan investasi yang
relatif besar dan beresiko tinggi, serta luas pemasaran yang cenderung hanya
untuk memenuhi kebutuhan lokal. Kondisi seperti ini mengakibatkan
kelompok masyarakat nelayan cenderung tertinggal jauh dibandingkan dengan
kelompok lain yang bekerja di daratan.
Hal
peningkatan

ini

muncul

kualitas

dipermukaan

hidup

nelayan

dalam
adalah

hubungannya
keterdesakan

dengan
kelompok

masyarakat ini akibat semakin intensifnya penetrasi nelayan asing terhadap
sumber daya dan pasar domestik. Pengusaha dalam bidang marine-bisnis
nasional dengan modal besar dan jaringan pasar yang luas dan pemanfaatan
teknologi yang hampir mustahil tersaingi oleh kelompok masyarakat nelayan
nasional. Upaya perlindungan melalui peraturan daerah dan peningkatan
kemandirian kelompok masyarakat ini merupakan agenda yang mendesak
untuk segera diselesaikan sebagai bagian integral pengembangan masyarakat
nelayan.

4

Keseluruhan kecenderungan pembangunan tersebut melahirkan
ketersaingan kelompok yang tidak hanya nampak pada tingkat pendapatan
yang dimiliki,melainkan juga pada kualitas hidup, pola aktifitas ekonomi,
skala dan jenis out put yang dihasilkan.
Tentu saja pergantian generasi pada kelompok masyarakat ini juga
berlangsung secara marjinal dengan segala konsekuaensi sosial yang terbawa
serta. Bila keadaan seperti ini terus berlanjut, maka investasi yang dibutuhkan
untuk pengelolaan sumber daya kelautan, dan upaya pengembangan sumber
daya manusia makin bertambah mahal.
Pemberdayaan pada hakikatnya merupakan suatu usaha untuk
mengatasi ketidak berdayaan individu dan masyarakat, yang mengalami
impotensial – emosianal dan sosial dalam menghadapi masalah dan
meningkatkan kemampuan mengambil keputusan yang menyangkut dirinya
sendiri

dan

memberi

kesempatan

untuk

mengaktualisasikan

diri.

Pemberdayaan adalah peningkatanpotensi atau daya individu dan masyarakat
atas dasar aspirasi dan kebutuhannya dan bertumpuh pada kemampuan dan
perkembangan pada individu dan masyarakat yang bersangkutan.
Dengan demikian Peningkatan produktifitas masyarakat nelayan
tentu membutuhkan peran dan keterlibatan lansung dari pemerintah/instansi
yang membidangi kelautan dan perikanan untuk meningkatkan produktifitas
masyarakat nelayan dengan alat tangkap yang modern di Kabupaten
Probolinggo dengan memberdayakan seluruh masyarakat nelayan secara
optimal.

5

Dengan demikian Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten
Probolinggo harus benar-benar melihat persoalan mendasar masyarakat
nelayan yang ada di Kabupaten Probolinggo yang tidak mampu lagi
mempertahankan kehidupan ekonomi rumah tangga melalui hasil melaut,
karena penangkapan ikan di laut saat ini selalu mendapat tantangan dari tidak
maksimalnya alat tangkap yang dimiliki nelayan juga rendahnya Sumber
Daya Manusia dalam pemahaman akan teknologi alat tangkap modern.
Oleh karena itu pemerintah, khususnya Dinas Perikanan dan
Kelautan harus mampu menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya untuk
melakukan pelatihan bagi masyarakat nelayan agar mengerti dan paham
dalam menggunakan alat-alat tangkapan modern. Sehingga masyarakat
nelayan di Kabupaten Probolinggo ketika melakukan aktifitas penangkapan
ikan, tidak terbebani saat menggunakan alat tangkap modern ketika melaut.
Sektor perikanan dan kelautan merupakan representasi ekonomi
masyarakat nelayan, sebab kebanyakan masyarakat nelayan bukan hanya
menjadikan hasil laut sebagai kebutuhan sehari-hari, melainka juga sebagai
penghasilan untuk mendorong atau mempercepat perkembangan ekonomi
rumah tangga mereka. Sejalan dengan ini, regulasi tentang pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di atur dalam UU nomor 27 tahun
2007 .yang menegaskan bahwa pengelolaan Sumber Daya Alam ikan perlu
dilakukan sebaik-baiknya.
Berdasarkan keadilan dan pemerataan dalam pemanfaatannya dengan
mengutamakan perluasaan kesempatan kerja dan peningkatan taraf hidup

6

nelayan2 sejauh ini masyarakat nelayan yang berada di Kabupaten
Probolinggo tidak memiliki fasilitas alat tangkap modern yang diberikan oleh
Dinas Perikanan dan Kelautan, sehingga masyarakat nelayan tidak
diperdayaakan melalui pelatihan bahkan bantuan fasilitas alat tangkapan untuk
memenuhi kebutuha hidup mereka.
Sebagai sumber pendapatan utama masyarakat di pesisir pantai
Kabupaten Probolinggo, tentu saja ketergantungan akan hidupnya pun tidak
dapat lagi dinafikan, oleh karena itu para nelayan ini pun memiliki suatu
kesungguhan dalam profesinya sebagai nelayan, tetapi sangat disayangkan
oleh kita semua bahwa kesungguhan ini tidak berbanding lurus dengan
fasilitas yang digunakannya yang bisa di bilang mengandalkan peralatan
nelayan seadanya.
Perhatian yang masih terbilang kurang oleh pemerintah atau oleh
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Probolinggo terhadap potensi
kelautan yakni perikanan, dalam konteks pengelolaan serta pemberdayaan
masyarakat nelayan dapat dilihat dari segi ketidak-teraturannya masyarakat
nelayan yang ada di sepanjang wilayah pesisir pantai utara Kabupaten
Probolinggo tersebut yang merupakan basis masyarakat nelayan, yang
memang tidak terorganisir sama sekali, padahal hal ini merupakan aset
terbesar yang mestinya dikelola secara optimal yang pada gilirannya
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi masyarakat nelayan yang ada di

2

Lihat Marhaeni Ria Siombo. Hukum Perikanan Nasional dan Internasional. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2010, hlm, 23-24

7

Kabupaten Probolinggo secara khusus dan pada umumnya daerah secara
kolektif.
Kondisi perekonomian, kependudukan serta beberapa kebijaksanaan
pemerintah pada saat ini akan sangat mempengaruhi kemiskinan, status gizi
masyarakat dan ketahanan pangan. Kondisi kenaikan harga bahan pokok
pangan yang cenderung terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir tentu
sangat berimbas pada ekonomi rumah tangga nelayan. 3 Sehingga masyarakat
nelayan harus secara sungguh-sungguh untuk menjadikan profesi melaut
sebagai kehidupan membangun ekonomi rumah tangga mereka, hal ini
membutuhkan intervensi pemerintah daerah melalui Dinas Perikanan dan
Kelautan untuk dapat melakukan penetrasi melalui pemberdayaan masyarakat
nelayan.
Dari sisi historis, jika kemudian kita melihat dan sejenak mengamati,
ternyata kegiatan melaut atau nelayan ini sudah berlansung sejak lama,
sehingga kegiatan atau aktifitas melaut masyarakat seakan menjadi warisan
yang turun temurun dari pendahulu sampai saat ini kegiatan atau aktifitas
serupa masih berlansung hingga saat ini, yang memang masih sangat relefan
dengan kondisi sosial masyarakat yang

ada di sekitar pesisir pantai

Kabupaten Probolinggo.

3

Pudji Purwanti. Model Ekonomi Rumah Tangga Nelayan Skala Kecil Dalam Mencapai
Ketahanan Pangan. Malang: UB Press, 2010, hlm, 7

8

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan

latar

belakang

sebagaimana

diuraikan

dalam

pembahasan sebelumnya maka dapat dirumuskan masalah dalam bentuk
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana peran Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Probolinggo
dalam pemberdayaan masyarakat nelayan.
2. Apa kendala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Probolinggo dalam
pemberdayaan masyarakat nelayan.

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka tujuan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui peran Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Probolinggo
dalam pemberdayaan masyarakat Nelayan.
2. Mendiskripsikan kendala-kendala yang dihadapi Dinas Perikanan dan
Kelautan Kabupaten Probolinggo dalam pemberdayaan masyarakat
nelayan.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, baik
secara teoritis maupun praktis, yaitu :

9

1. Manfaat Teoritis
Penelitian

ini

diharapkan dapat

menjadi

bahan

literatur

untuk

pengembangan keilmuan dan memperkaya ilmu pengetahuan di bidang
sosial, khususnya mengenai masyarakat nelayan
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pemerintah Dinas Perikanan dan Kelautann Kabupaten
Probolinggo, dapat dijadikan sebagai rekomendasi dalam perbaikan
system perberdayaan masyarakat pesisir.
b. Bagi masyarakat, dapat memberikan informasi tentang pola perbaikan
ekonomi dan melibatkan secara langsung dalam program-program
yang dicanangkan pemerintah.

E. Definisi Konseptual
1. Peran Dinas Perikanan dan Kelautann Kabupaten Probolinggo
Istilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai
arti pemain sandiwara (film), tukang lawak pada permainan makyong,
perangkat

tingkah

yang

diharapkan

dimiliki

oleh orang

yang

berkedudukan di masyarakat.
Menurut Abu Ahmadi peran adalah suatu kompleks pengharapan
manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam
situasi tertentu yang berdasarkan status dan fungsi sosialnya. Pengertian
peran menurut Soerjono Soekanto, yaitu peran merupakan aspek dinamis
kedudukan

(status),

apabila

seseorang

melaksanakan

hak

dan

10

kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu
peranan.
Dari hal diatas lebih lanjut kita lihat pendapat lain tentang peran
yang telah ditetapkan sebelumnya disebut sebagai peranan normatif.
Sebagai peran normatif dalam hubungannya dengan tugas dan kewajiban
dinas perhubungan dalam penegakan hukum mempunyai arti penegakan
hukum secara total enforcement, yaitu penegakan hukum secara penuh.
Sedangkan peran ideal, dapat diterjemahkan sebagai peran yang
diharapkan dilakukan oleh pemegang peranan tersebut. Misalnya dinas
perhubungan sebagai suatu organisasi formal tertentu diharapkan
berfungsi dalam penegakan hukum dapat bertindak sebagai pengayom
bagi masyarakat dalam rangka mewujudkan ketertiban, keamanan yang
mempunyai tujuan akhir kesejahteraan masyarakat, artinya peranan yang
nyata
2. Pemberdayaan Masyarakat
Bila dibandingkan dengan kelompok pelaku ekonomi lainnya,
kelompok ekonomi yang mengalami kondisi keterasingan dari dinamika
perekonomian nasiaonal lebih parah terjadi pada kelompok nelayan. Hal
ini banyak bersumber dari sifat dasar arena aktifitas yang dimiliki yang
tidak memiliki dukungan perangkat hokum yang memadai, seperti tidak
dimungkinkannya pemilikan laut atau kawasan pantai sebagai asset
produksi, kebutuhan investasi yang relatif besar dan beresiko tinggi, serta
luas pemasaran yang cenderung hanya untuk memenuhi kebutuhan lokal.

11

Kondisi seperti ini mengakibatkan kelompok masyarakat nelayan
cenderung tertinggal jauh dibandingkan dengan kelompok lain yang
bekerja didaratan.
Hal ini yang muncul di permukaan dalam hubungannya dengan
peningkatan kualitas hidup nelayan adalah keterdesakkan kelompok
masyarakat ini akibat semakin intensifnya penetrasi nelayan asing
terhadap sumber daya dan pasar domestik. Pengusaha dalam bidang
marine-bisnis nasional dengan modal besar dengan jaringan pasar yang
luas dan pemanfaatan teknologi yang hmpir mustahil tersaingi oleh
kelompok masyarakat nelayan nasional.
Upaya perlindungan melalui peraturan daerah dan peningkata
kemandirian kelompok masyarakat ini merupakan agenda yang mendesak
untuk segera diselesaikan sebagai bagian integral pengembangan
masyarakat nelayan. Keseluruhan kecenderungan pembangunan tersebut
melahirkan ketersaingan kelompok yang tidak hanya nampak pada tingkat
pendapatan yang dimiliki, melainkam juga pada kualitas hidup, pola
aktifitas ekonomi, skala dan jenis output yang dihasilkan. Tentu saja
pergantian generasi pada kelompok masyarakat ini juga berlangsung
secara marjinal dengan segala konsekwensi social yang terbawa serta.
Bila kieadaan seperti ini berlanjut, maka investasi yang dibutuhkan untuk
pengelolaan sumber daya kelautan, dan upaya pengembangan sumberdaya
manusia makin bertambah mahal.

12

Menurut Brian dan White dalam Widodo, menyatakan ada 4aspek
yang terkandung dalam pembangunan kualitas manusia sebagai sebagai
upaya peningkatan kapasitas mereka :
a. Pembangunan harus memberikan penekanan pada kapasitas kepada
apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
tersebut serta energi yang diperlukan.
b. Pembangunan

harus

menekankanpada

pemerataan

(equity)

perhatian yang tidak merata pada masyarakat, akan memecahkan
masyarakat dan akan menghancurkan kapasitas mereka.
c. Pembangunan mengandung arti pemberian kuasa dan wewenang
yang lebih besar pada rakyat. Hal pembangunan baru cukup
bermanfaat bagi masyarakat bila mereka memiliki wewenang yang
sepadan. Pembangunan harus mengandung upaya peningkatan
wewenang pada kelompok masyarakat lemah. Koreksi terhadap
keputusan-keputusan yang tidak adil tentang alokasi hanya dapat
dilakukan bila kelompok lemah ini mempunyai wewenang yang
sangat besar.
d. Pembangunan

mengandung

kelangsungan

perkembangan

(sustainable) dan interdependensi di antara Negara-negara dunia.
Karena konsep kelangsungan dan kelestarian pembangunan,
kendala sumber daya yang bterbatas dan langka akan menjadi
pertimbangan pertama dalam upaya peningkatan kapasitas.
Pemberdayaan pada hakikatnya merupakan suatu usaha untuk

13

mengatasi ketidak berdayaan individu dan masyarakat, mengatasi
adanya

perasaan

inpotensial – emosional

dan

sosial

dalam

menhadapai masalah dan meningkatkan kemampuan mengambil
keputusan yang menyangkut dirinya sendiri dan memberi
kesempatan untuk mengaktualisasikan diri.
Pemberdayaan adalah peningkatan potensi atau daya individu dan
masyarakat atas dasar aspirasi dan kebutuhannya dan bertumpuh pada
kemampuan

dan

perkembangan

individu

dan

masyarakat

yang

bersngkutan.
3 Masyarakat Nelayan
Nelayan adalah masyarakat yang tinggal di daerah pesisir yang
hasil pencahariannya bergantung pada hasil menangkap ikan dilaut, dan
juga sumber-sumber pendapatan disekitar pantai. Menurut Imron (2003)
dalam Mulyadi (2005), nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang
kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara
melakukan penangkapan ataupun budidaya. Mereka pada umumnya
tinggal di pinggi pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat
dengan lokasi kegiatannya.
Seperti masyarakat yang lain, masyarakat nelayan menghadapi
sejumlah masalah politik, sosial dan ekonomi yang kompleks. Masalahmasalah tersebut antara lain:
a. Kemiskinan, kesenjangan sosial dan tekanan-tekanan ekonomi yang
datang setiap saat,

14

b. Keterbatasan

akses

modal,

teknologi

dan

pasar

sehingga

memengaruhi dinamika usaha,
c. Kelemahan fungsi kelembagaan sosial ekonomi yang ada,
d. Kualitas sumberdaya mayarakat yang rendah sebagai akibat
keterbatasan akses pendidikan, kesehatan, dan pelayanan publikj,
e. Degradasi sumberdaya lingkungan baik di kawasan pesisir, laut,
maupun pulau-pulau kecil, dan
f. Belum kuatnya kebijakan yang berorientasi pada kemaritiman
sebagai pilar utama pembangunan nasional.
Masalah aktual lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa potensi
untuk berkembangnya jumlah penduduk miskin di kawasan pesisir cukup
terbuka. Hal ini disebabkan dua hal penting berikut ini:


Meningkatnya degradasi kualitas dan kuantitas lingkungan pesisir
laut. Degradasi lingkungan ini terjadi karena pembuangan limbah dari
wilayah darat atau perubahan tata guna lahan di kawasan pesisir
untuk kepentingan pembangunan fisik. Kondisi demikian akan
menyulitkan nelayan memperoleh hasil tangkapan, khususnya di
daerah-daerah perairan yang sudah dalam kondisi tangkap lebih.



Membengkaknya

biaya-biaya

operasi

penangkapan

karena

meningkatnya harga bahan bakar minyak (bensin dan solar), sehingga
nelayan

mengurangi

kuantitas

operasi

penangkapan.

Untuk

menyiasati kenaikan harga bahan bakar ini, nelayan menggunakan
bahan bakar minyak tanah dicampur dengan oli bekas atau solar.

15

Bahan bakar oplosan ini untuk menggantikan bahan bakar bensin dan
solar. Hal ini berdampak negatif terhadap kerusakan mesin perahu,
sehingga dapat membebani biaya investasi nelayan.
Kedua hal di atas berpengaruh signifikan terhadap perolehan
pendapatan nelayan dan kelangsungan usaha nelayan. Mayarakat nelayan
digolangkan menjadi beberapa kelompok nelayan memiliki beberapa
perbedaan dalam karakteristik sosial dan kependudukan.
Perbedaan tersebut dapat dilihat pada kelompok umur, pendidikan,
status sosial dan kepercayaan. Dalam satu kelompok nelayan sering juga
ditemukan perbedaan kohesi internal, dalam pengertian hubungan sesama
nelayan maupun hubungan bermasyarakat (Townsley 1998 dalam
Widodo, 2006).
Charles 2001 dalam Widodo 2006 membagi kelompok nelayan
dalam empat kelompok yaitu:
a. Nelayan

subsisten

(subsistence

fishers),

yaitu

nelayan

yang

menangkap ikan hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
b. Nelayan asli (native/indigenous/aboriginal fishers), yaitu nelayan
yang sedikit banyak memiliki karakter yang sama dengan kelompok
pertama, namun memiliki juga hak untuk melakukan aktivitas secara
komersial walaupun dalam skala yang sangat kecil.
c. Nelayan rekreasi (recreational/sport fishers), yaitu orang-orang yang
secara prinsip melakukan kegiatan penangkapan hanya sekedar untuk
kesenangan atau berolahraga, dan

16

d. Nelayan komersial (commercial fishers),

yaitu mereka yang

menangkap ikan untuk tujuan komersial atau dipasarkan baik untuk
pasar domestik maupun pasar ekspor. Kelompok nelayan ini dibagi
dua, yaitu nelayan skala kecil dan skala besar.
Dari empat pengelompokan tersebut sudah sangat sulit menemukan
dua kelompok yang pertama. Sementara kelompok ketiga walaupun di
beberapa negara maju berbagai kegiatannya telah terdokumentasi dengan
baik namun di beberapa negara berkembang seperti Indonesia misalnya,
sulit ditemukan. Di samping pengelompokkan tersebut, terdapat beberapa
terminologi yang sering digunakan untuk menggambarkan kelompok
nelayan, seperti nelayan penuh untuk mereka yang menggantungkan
keseluruhan hidupnya dari menangkap ikan, nelayan sambilan untuk
mereka yang hanya sebagian dari hidupnya tergantung dari menangkap
ikan (lainnya dari aktivitas seperti pertanian, buruh dan tukang), juragan
untuk mereka yang memiliki sumberdaya ekonomi untuk usaha
perikanan seperti kapal dan alat tangkap, dan anak buah kapal
(ABK/pandega) untuk mereka yang mengalokasikan waktunya dan
memperoleh pendapatan dari hasil pengoperasian alat tangkap ikan,
seperti kapal milik juragan.
Fokus nelayan yang akan dibahas disini adalah masyarakat pesisir
pantai Kabupaten Probolinggo utamanya Desa Randutatah.

17

F. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah pendefinisian variabel secara operasional
yang berdasarkan sifat/ karakteristik terhadap suatu fenomena yang diamati
dengan menggunakan parameter yang jelas, adapun variabel yang akan di
definisikan secara operasional dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Peran Dinas Perikanan dan Kelautan
Peran dinas yang bertujuan untuk mesejahterakan ekonomi dalam
upaya menanggulangi kemiskinan masyarakat nelayan yang dalam hal ini
difokuskan pada:
a. Fasilitas peralatan para nelayan
b. Pembangunan TPI (Tempat Pelelangan Ikan)
c. Pelatihan, Pengolahan dan Pengawetan ikan
d. Pembentukan Komunitas Nelayan
2. Kendala Penerapan Strategi Pemberdayaan Masyarakat Nelayan
Beberapa kendala yang sering muncul dalam penerapan strategi
pemberdayaan masyarakat nelayan antara lain :
a. SDM Dinas Perikanan dan Kelautan yang tidak kompeten
b. Bahan penangkapan nelayan yang kurang memadai
c. Kurangnya sosialisasi cara penangkapan ikan yang benar

18

G. Metode Penelitian
Metode Penelian adalah prosedur ilmiah yang sistematis yang
dilakukan untuk mendapatkan data dengan tujuan untuk menjawab
permasalahan yang diajukan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode kualitatif, dimana penelitian kualitatif menurut bodgan &
Taylor dalam Gunawan adalah Prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriftif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan berperilaku
yang dapat diamati yang diarahkan pada latar dan indivindu secara holistic
(utuh).
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriftif, penelitian yang
bertujuan memahami realitas sosial, yaitu melihat dunia dari apa adanya,
bukan dunia yang seharusnya, maka seorang peneliti kualitatif haruslah
orang yang memiliki sifat open minded. Karenanya, melakukan penelitian
kualitatif dengan baik dan benar ber-arti telah memiliki jendela untuk
memahami dunia psikologi dan realitas social.
Meleong, mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu
penelitian ilmiah, yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam
konteks social secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi
komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang
diteliti.

19

2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ada dua yaitu :
a. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh langsung oleh peneliti
dari obyek penelitian. Data tersebut dapat berupa catatan hasil
wawancara mendalam dengan subyek penelitian dan catatan data hasil
observasi lapangan yang diperoleh dari obyek penelitian.
b. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh oleh peneliti secara
tidak langsung yang sifatnya hanya melengkapi data primer semisal
Koran, penelitian terdahulu, dan perda yang berkaitan dengan
permasalahan penelitian
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja,
sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis,
kemudian dilakukan pencatatan.

Observasi

dilakukan dengan

memperhatikan sesuatu yang menggunakan mata. Secara mudah
observasi sering disebut juga sebagai metode pengamatan ringkasnya
metode observasi adalah cara pengumpulan data dengan cara
melakukan pencatatan secara cermat dan sistematis.

20

b. Metode Wawancara
Wawancara

atau

interview

merupakan

suatu

teknik

pengumpulan data yang dilakukan secara tatap muka, pertanyaan
diberikan secara lisan dan jawabannyapun diterima secara lisan pula.
Dengan metode ini peneliti dapat langsung mengetahui reaksi yang
ada pada responden dalam waktu yang relatif singkat.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah “mencari data mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen, rapat, legger, agenda dan sebagainya”.
Metode dokumenter ini digunakan untuk memperoleh data di Dinas
Perikanan dan Kelautan Kabupaten Probolinggo.
4. Subyek Penelitian
Berdasarkan gambaran latar belakang masalah sebagaimana
diungkapkan diatas, maka subjek yang akan diteliti dan akan dijabarkan
nanti pada bab IV adalah :
a. Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabuaten Probolinggo.
b. Tiga Pegawai Dinas Perikanan dan Kelautan Kabuaten Probolinggo,
dan
c. Lima nelayan di sekitar pesisir pantai daerah Probolinggo.
5. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian akan dilakukan di Dinas Perikanan dan Kelautan
Kab Probolinggo Jl. Raya Dringu No. 08 Probolinggo

21

6. Teknik Analisa data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara catatan lapangan dan
dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori
memnjabarkan kedalam unit-unit melakukan sintesa, menyusun kedalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri dan orang lain.
Mile dan Heberman (1984) menyebutkan bahwa analisis data
selama pengumpulan data membawa peneliti mondar-mandir antara
berfikir tentang data yang ada dan mengembangkan strategi untuk
mengumpulkan data baru. Mengadakan koreksi terhadap informasi yang
kurang jelas dan mengarahkan analisis yang sedang berjalan berkaitan
dengan apa yang diteliti. Menurutnya ada tiga jalur analisis data kualitatif:
a. Reduksi Data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan tranformasi data kasar yang
muncul dari catata-catatan tertulis dilapangan, proses ini berlangsung
terus menerus. Reduksi data ini meliputi : meringkas data, mengkode,
menelusuri tema, membuat gugus gugus.
b. Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun
sehingga memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Bentuk penyajian data kualitatif dapat berupa
teks naratif, maupun matriks, grafik, jaringan, dan bagan.

22

c. Upaya penarikan kesimpulan atau verifikasi dilakukan secara terus
menerus selama berada dilapangan. Dari permulaan pengumpulan
data, mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan pola-pola
(dalam catatan teori), penjelasan-penjelasan, konfigurasi-konfigurasi
yang mungkin, alur sebab akibat dan proposal.