2.4.1.1. Klasifikasi genetik
Klasifikasi ini didasarkan atas timbulnya presipitasi seperti ditunjukkan pada gambar 2.10. Agar terjadi presipitasi, terdapat tiga faktor utama yang penting:
suhu udara yang lembab, inti kondensasi partikel debu, kristal garam, dll. dan suatu perubahan kelembapani, sehingga kondensasi dapat terjadi. Pengangkatan air ke atas
dapat berlangsung dengan cara pendinginan sinklonik, oroganik maupun konvektif.
Pendinginan sinklonik terjadi dalam dua bentuk. Pendinginan sinklonik
non-fromtal terjadi bila udara bergerak dari kawasan di sekitarnya k ekawasan yang bertekanan rendah. Dalam proses tersebut udar memindahkan udara bertekanan
rendah ke atas, mendingin dan menghasilkan presipitasi berintensitas sedang 5 hingga 15cm dalam 24 sampai 72 jam dan berlangsung lama.. Pendinginan sinklonik
frontal terjadi jika massa udara yang panas naik di atas suatu tepi frontal yang dingin.
Pendinginan orografik terjadi oleh aliran udara samudera yang lewat di
atas tanah dan dibelokkan keatas oleh gunung-gunung di pantai. Sebagian besar presipitasi jatuh pada sisi lereng arah datangnya angin. Jumlah presipitasi yang lebih
sedikit, disebut bayangan hujan, terjadi pada sisi kemiringan lereng karena hilangnya sebagian besar lengas oleh ginung-gunung yang tinggi.
Pendinginan konvektif terjadi apabila udara panas oleh pemanasan
permukaan, naik dan mendingin untuk membentuk awan dan terjadi presipitasi. presipitasi konvektif merupakan presipitasi yang berlangsung sangat singkat jarang
melebihi 1 jam namun berintensitas sangat tinggi. Presipitasi total dapat berjumlah hingga 8 cm atau 10 cm.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.10. Klasifikasi genetis presipitasi
2.4.1.2. Klasifikasi Bentuk
Suatu perbedaan yang sederhana tetapi mendasar dapat dibedakan antara presipitasi vertikal dan horizontal. Presipitasi vertikal jatuh di atas permukaan bumi
dan di ukur oleh penakar hujan.
Universitas Sumatera Utara
Presipitasi Vertikal
1. Hujan: Air yang jatuh dalam bentuk tetesan yang dikondensasikan dari uap air di
atmosfer. 2.
Hujan gerimis: Hujan dengan tetesan yang sangat kecil. 3.
Hujan salju: Kristal-kristal kecil air yang membeku secara langsung dibentuk dari uap air di udara bila sushunya pada saat kondensasi kurang dari 0ÂșC.
4. Hujan batu es: Gumpalan es yang kecil, kebulat-bulatan yang dipresipitasikan
saat hujan badai. 5.
Sleet: Campuran huja dan salju. Hujan ini disebut juga glaze salju basah.
Presipitasi Horizontal
1. Es : Salju yang sangat padat.
2. Kabut: Uap air yang dikondensasikan menjadi partikel-partikel air halus di dekat
permukaan tanah. 3.
Embun beku: Bentuk kabut yang membeku di atas permukaan tanah dan vegetasi.
4. Embun Air: Air yang dikondensasikan sebagai air di atas permukaan tanah dan
vegetasi yang dingin terutama pada malam hari. Embun ini menguap pada malam hari.
5. Kondensasi pada es dan dalam tanah: Kondensasi juga menghasilkan presipitasi
dalam udara bsah, hanga yang mengalir di atas lembaran es dan pada iklim sedang di dalam beberapa sentimeter bagian atas tanah.
Universitas Sumatera Utara
2.4.2. Curah Hujan Daerah A