Strategi Pengembangan Usaha Agrowisata Bukit Baros Cempaka Kecamatan Baros Kabupaten Sukabumi

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA
AGROWISATA BUKIT BAROS CEMPAKA
KECAMATAN BAROS KABUPATEN SUKABUMI

RENDY TANUWIJAYA KASTOYO

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Strategi
Pengembangan Usaha Agrowisata Bukit Baros Cempaka Kecamatan Baros
Kabupaten Sukabumi” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal
ataupun dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis
lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pusataka
dibagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juli 2013
Rendy Tanuwijaya Kastoyo
NIM H34104084

ii

ABSTRAK
RENDY TANUWIJAYA KASTOYO. Strategi Pengembangan Usaha Agrowisata
Bukit Baros Cempaka Kecamatan Baros Kabupaten Sukabumi. Dibimbing oleh
YUSALINA.
Bukit Baros Cempaka adalah satu perusahaan yang tumbuh dalam bidang
peternakan, keju, dan agrowisata. Bukit Baros Cempaka didirikan pada tahun
2000 yang bergerak dalam bisnis agrowisata. Dalam perjalanan usahanya Bukit
Baros Cempaka menemukan banyak permasalahan internal dan eksternal yang
dihadapi. Tujuan studi ini akan mengidentifikasi faktor lingkungan internal,
eksternal Bukit Baros Cempaka dan merumuskan alternatif strategi untuk
pengembangan usaha. Analisa data digunakan dalam studi ini adalah analisa dari
tiga langkah-langkah perumusan strategi. Metode analitis yang akan digunakan
adalah faktor internal dan eksternal, matriks IE, matriks SWOT dan matriks QSP.
Prioritas strategi yang dapat direkomendasikan yaitu meningkatkan promosi

melalui media cetak, media elektronik yang lebih efektif, serta membuat paket
khusus yang telah ditentukan demi meningkatkan pelayanan
Kata kunci: agrowisata, matriks QSP, matriks SWOT, strategi pengembangan.

ABSTRACT
RENDY TANUWIJAYA KASTOYO. Strategy Development of Agrotourism in
Bukit Baros Cempaka Subdistrict Baros Sukabumi Regency. Suprvised by
YUSALINA.
Bukit Baros Cempaka is one of growing company in the field of dairy cattle,
cheese, and agrotourism. Bukit Baros Cempaka was founded in 2000 as one of
businesses in the area of agrotourism. Under ways effort it Bukit Baros Cempaka
finds many about internal or external problem which be faced by. The purpose of
this study is to identify enviromental factors intenal and external Bukit Baros
Cempaka and formulate strategies for the development of Bukit Baros Cempaka
agrotourism. Analysis of the data used in this study is the analysis of the three
stages of strategy formulation. The analytical method used is the matrix of internal
and external factors, SWOT matrix and QSP matrix. The strategic priority which can
recommending develop the agrotourism of Bukit Baros Cempaka. Improving
promotion of through media print, more effective electronic media, and also make
special packet is which have been determined for improving service.

Key words: agrotourism, development strategy, QSP matrix, SWOT matrix.

ii

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA
AGROWISATA BUKIT BAROS CEMPAKA
KECAMATAN BAROS KABUPATEN SUKABUMI

RENDY TANUWIJAYA KASTOYO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2013

iii

iv
Judul Skripsi : Strategi Pengembangan Usaha Agrowisata Bukit Baros
Cempaka Kecamatan Baros Kabupaten Sukabumi
Nama
: Rendy Tanuwijaya Kastoyo
NIM
: H34104084

Disetujui oleh

Dra. Yusalina, MSi
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir. Nunung Kusnadi, MS

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

v

PRAKATA
Segala puji serta syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkah dan
karuniaNya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi
Pengembangan Usaha Agrowisata Bukit Baros Cempaka Kecamatan Baros
Kabupaten Sukabumi” ini dengan lancar. Ucapan shalawat serta salam juga
ditujukan kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Ibu Dra. Yusalina, M.Si selaku dosen
pembimbing, Bapak Dr. Amzul Rifin, PhD sebagai dosen penguji, Bapak Ir.
Burhanuddin, MM sebagai dosen penguji departemen, kepada Bapak Tjahyadi
dan Ibu Made Sumarhaeni sebagai pimpinan beserta semua staf di Bukit Baros
Cempaka yang telah banyak membantu, Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda
dan Olahraga Kabupaten Sukabumi serta pengelola wisata alam Cinumpang yang
telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terimakasih pula
disampaikan kepada Ayah, Ibu, seluruh keluarga serta sahabat (Zulpi, Winda,

Henry, Dame, Tia, Johanes, Manda, Mukti, Bella Adhisty) atas segala doa dan
dukungannya.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bogor, Juli 2013
Rendy Tanuwijaya Kastoyo

i

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Perkembangan Pariwisata di Indonesia

Perkembangan Agrowisata di Indonesia
Penelitian Terkait Strategi Pengembangan Usaha Agrowisata
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Lingkungan Perusahaan
Matriks IFE dan EFE
Kerangka pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Metode Penentuan Responden
Metode Pengolahan Data
Tahap Prioritas Strategi
KEADAAN UMUM AGROWISATA
BUKIT BAROS CEMPAKA
Sejarah Singkat dan fasilitas Agrowisata Bukit Baros Cempaka
Gambaran Umum Agrowisata Bukit Baros Cempaka
Aksesibilitas
Potensi Agrowisata Bukit Baros Cempaka

ANALISIS LINGKUNGAN AGROWISATA
BUKIT BAROS CEMPAKA
Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan
Analisis Lingkungan Internal Perusahaan
PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA AGROWISATA
BUKIT BAROS CEMPAKA
Tahap Input
Tahap Pencocokan
Tahap Keputusan (Quantitative Strategic Planning Matrix - QSPM)

vi
vi
vii
1
1
4
6
6
6
6

7
9
10
10
13
18
20
22
22
22
22
23
23
23
30
30
30
31
32
33

33
33
33
39
56
56
62
68

ii
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

70
70
71

71
73
84

iii

DAFTAR TABEL
1 Jumlah wisatawan mancanegara maupun domestik di Jawa Barat
2 Data potensi dan daya tarik wisata di Provinsi Jawa Barat tahun 2010
3 Jumlah wisatawan domestik maupun asing di Kabupaten Sukabumi
pada tahun 2008-2011
4 Peringkat objek daerah tujuan wisata di Kabupaten Sukabumi
5 Daftar fenomena yang menghasilkan peluang dan ancaman
6 Penilaian bobot faktor strategis internal perusahaan
7 Penilaian bobot faktor strategis eksternal perusahaan
8 Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)
9 Matriks EFE (External Factor Evaluation)
10 Matriks SWOT
11 Matriks QSP (Quantitative Strategic Planning Matrix)
12 Inflasi di Indonesia sejak tahun 2004 hingga tahun 2011
13 Pendapatan Nasional Perkapita tahun 2008-2012
14 Hasil pengolahan kuisioner bauran pemasaran produk agrowisata
Bukit Baros Cempaka
15 Harga paket kunjungan sehari (one day trip) di agrowisata Bukit
Baros Cempaka
16 Hasil pengolahan kuisioner bauran pemasaran harga agrowisata Bukit
Baros Cempaka
17 Hasil pengolahan kuisioner bauran pemasaran tempat/distribusi
agrowisata Bukit Baros Cempaka
18 Hasil pengolahan kuisioner bauran pemasaran promosi agrowisata
Bukit Baros Cempaka
19 Hasil pengolahan kuisioner bauran pemasaran orang agrowisata Bukit
Baros Cempaka
20 Hasil pengolahan kuisioner bauran pemasaran bukti fisik agrowisata
Bukit Baros Cempaka
21 Hasil pengolahan kuisioner bauran pemasaran proses agrowisata
Bukit Baros Cempaka
22 Faktor peluang dan ancaman agrowisata Bukit Baros Cempaka
23 Faktor kekuatan dan kelemahan agrowisata Bukit Baros Cempaka
24 Analisis Matriks EFE agrowisata Bukit Baros Cempaka
25 Analisis Matriks IFE agrowisata Bukit Baros Cempaka
26 Keselarasan strategi hasil Matriks SWOT dan Matriks IE
27 Hasil analisis QSPM agrowisata Bukit Baros Cempaka

1
2
2
3
17
25
25
26
27
29
30
35
35
44
45
45
46
48
49
51
53
57
58
59
61
68
69

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5

Jumlah pengunjung agrowisata Bukit Baros Cempaka
Model Komprehesif Manajemen Strategis
Kerangka pemikiran operasional
Matriks IE (Internal-Eksternal)
Matriks IE Bukit Baros Cempaka

5
13
21
28
62

iv

DAFTAR LAMPIRAN
1 Layout Agrowisata Bukit Baros Cempaka
2 Fasilitas di agrowisata Bukit Baros Cempaka (BBC)
3 Penentuan bobot dan rating terhadap faktor-faktor strategis
4 Matriks SWOT Agrowisata Bukit Baros Cempaka
5 Hasil QSPM

74
744
75
77
87
89

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jawa Barat merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi alam
yang dapat dijadikan sebagai objek pariwisata. Potensi pariwisata Jawa
Barat merupakan suatu karunia yang harus dimanfaatkan dan dikelola
dengan sebaik baiknya, sehingga diharapkan dapat mendorong
berkembangnya sektor kepariwisataan di Jawa Barat yang pada akhirnya
akan mampu menarik wisatawan untuk berkunjung. Pada Tabel 1 dapat
dilihat jumlah wisatawan yang berkunjung ke Jawa Barat tahun 2004-2008.
Tabel 1 Jumlah wisatawan mancanegara maupun domestik di Jawa Barat
pada tahun 2004-2008
Tahun

Wisatawan
Mancanegara
(Orang)

Wisatawan
Domestik
(Orang)

2004
2005
2006
2007
2008

209.255
207.935
227.075
338.959
286.290

5.983.592
16.890.316
23.561.420
23.782.302
25.944.228

Jumlah
(Orang)

6.192.847
17.098.251
23.788.495
24.121.261
26.230.518

Prosentase
Pertumbuhan
Total Wisatawan
(%)
176,10
39,13
1,40
8,74

Sumber: Kementerian Budaya dan Pariwisata Nasional, 2009 (diolah)

Berdasarkan Tabel 1, jumlah wisatawan mancanegara maupun
domestik yang berkunjung ke Jawa Barat selalu mengalami peningkatan
yang sangat pesat setiap tahunnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa Jawa
Barat merupakan provinsi yang berpotensi untuk dikembangkan agrowisata
maupun objek pariwisata lainnya.
Sukabumi merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi
Jawa Barat, yang memiliki potensi objek pariwisata, seperti objek wisata
pantai/bahari, pegunungan, agrowisata, alam dan masih banyak lagi.
Agrowisata merupakan salah satu obyek pariwisata yang mengutamakan
keindahan alam (nature). Agrowisata di Sukabumi mulai berkembang
karena didukung dengan faktor alam, seperti iklim yang sejuk yang sangat
cocok untuk agrowisata.
Kabupaten Sukabumi memiliki potensi wisata yang perlu
dipertimbangkan jika dibandingkan dengan Kabupaten maupun Kota yang
lainnya di Provinsi Jawa Barat, baik dari Jenis objek wisata alam, budaya
dan minat khusus. Tabel 2 menunjukan 10 besar dari total 26 Kabupaten
dan Kota di provinsi Jawa Barat yang memiliki potensi dan daya tarik
wisata

2
Tabel 2 Data potensi dan daya tarik wisata di Provinsi Jawa Barat tahun 2010
Jenis Objek Wisata
No. Kabupaten/Kota
Alam Budaya

Minat
Khusus

Jumlah
Objek
wisata

Luas
(Ha)

Jumlah Tenaga
Total
Kerja
Tenaga
Pria Wanita
Kerja
(jiwa) (jiwa)

Kabupaten
38
3
4
45
28.650,0 1.456
Bogor
Kabupaten
36
7
7
50
32.520,0 120
2.
Sukabumi
Kabupaten
3.
8
2
10
4.938,0 306
Cianjur
Kabupaten
89
4.
28
6
2
36
1.088,5
Bandung
Kabupaten
5.
28
5
5
38
1.129,9 453
Garut
Kabupaten
13
2
1
16
469,0
71
6.
Tasikmaya
Kabupaten
7.
11
6
6
23
1.139,5
60
Ciamis
Kabupaten
8.
17
5
3
25
147,6
181
Kuningan
Kabupaten
9.
6
5
11
79,7
70
Cirebon
Kabupaten
10.
10
10
20
134,0
166
Majalengka
Sumber: Disbudpar Kab/Kota di Provinsi Jawa Barat tahun 2010 (diolah)
1.

671

2.127

46

166

124

430

33

122

33

486

1

72

3

63

40

221

-

70

19

185

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat potensi dan daya tarik wisata yang
terdapat di Kabupaten Sukabumi sangatlah banyak, terutama jenis objek wisata
alam. Hal tersebut membuktikan bahwa Kabupaten Sukabumi merupakan salah
satu Kabupaten dari 17 Kabupaten dan 9 Kotamadya di Provinsi Jawa Barat yang
memiliki potensi pariwisata yang besar. Pada Tabel 3 dapat dilihat potensi lain
yang ada di Kabupaten Sukabumi berdasarkan jumlah kunjungan yang terus
meningkat disetiap tahunnya.
Tabel 3 Jumlah wisatawan domestik maupun asing di Kabupaten Sukabumi pada
tahun 2008-2011
Rincian
Domestik
- Menginap
-Tidak Menginap
Asing
- Menginap
-Tidak Menginap
Jumlah

2008
1.866.151
105.346
1.760.805
15.566
6.524
9.042
1.881.717

Tahun (Jiwa)
2009
2010
2.080.792
2.306.519
276.542
407
1.804.250
2.306.112
18.827
44.981
17.782
43.200
1.045
1.781
2.099.619
2.351.500

2011
2.342.735
473.496
1.869.239
55.795
55.645
150
2.398.530

Sumber: Dinas Kepariwisataan, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Kab. Sukabumi, 2012

Berdasarkan Tabel 3, jumlah wisatawan asing maupun domestik yang
berkunjung ke Kabupaten Sukabumi selalu mengalami peningkatan disetiap

3
tahunnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa Kabupaten Sukabumi merupakan
Kabupaten yang memiliki potensi untuk dikembangkan dibidang wisata.
Tingkat persaingan usaha wisata di Kabupaten Sukabumi, hal ini di
dukung dengan potensi pariwisata yang dimiliki yang dimiliki Kabupaten
Sukabumi. Pada Tabel 4 berdasarkan data dari Dinas Kepariwisataan,
Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Sukabumi, dapat dilihat
objek wisata yang paling sering dikunjungi oleh wisatawan.
Tabel 4 Peringkat objek daerah tujuan wisata di Kabupaten Sukabumi
berdasarkan jumlah pengunjung tahun 2008
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Objek Daerah Tujuan Wisata
Pantai Pelabuhan Ratu
Taman Rekreasi Cimalati
Pemandian Air Panas Cisolok
Taman Rekreasi Salabintana
Taman Angsa
Pantai Ujung Genteng
Has Farm
Jeram Perkebunan Teh
Citarik Arum Jeram
Curug Cibereum

Jumlah Pengunjung (orang)
761.525
201.640
150.993
139.831
121.029
66.644
40.649
37.222
36.904
30.837

Sumber: Dinas Kepariwisataan, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Kab. Sukabumi, 2008
(diolah)

Pada Tabel 4 dapat dilihat tingkat persaingan dengan tempat wisata lainnya
di Kabupaten Sukabumi cukup tinggi, hal ini dikarenakan konsep usaha yang
yang ditawarkan relatif sama, yang ditunjang dengan promosi usaha yang
dilakukan, sehingga tempat objek wiasata tersebut semakin dikenal, karena para
pengunjung pada umumnya akan datang berkunjung kesuatu tempat wisata karena
sudah mendapatkan informasi yang cukup dari sumber informasi berupa media
promosi yang telah dilakukan baik oleh pelaku usaha maupun dari pihak
pemerintah.
Obyek wisata lain yang berkembang di Kabupaten Sukabumi yaitu
Agrowisata. Agrowisata adalah bagian dari wisata alam yang merupakan
perpaduan antara pariwisata dan pertanian, dimana dilakukan pemanfaatan
terhadap lokasi atau kegiatan pertanian untuk suatu kegiatan pariwisata
mengunjungi suatu lokasi agrowisata untuk menikmati suasana atau melakukan
kegiatan pertanian. Dengan demikianterdapat edukasi tambahan dalam agrowisata
pada umumnya sebagai pembeda dengan wisata alam yang lainnya.
Agrowisata yang telah kita ketahui seperti kebun teh, kebun kopi, kebun
bunga, kebun sayuran, kebun buah buah hingga produk peternakan seperti olahan
susu. Di Kabupaten Sukabumi, tepatnya di Kecamatan Baros terdapat lokasi
agrowisata, yaitu Agrowisata Bukit Baros Cempaka yang memiliki produk olahan
susu yang unik, karena salah satu produk olahan susu yang ada di lokasi tersebut
adalah keju. Agrowisata ini terbilang baru di Indonesia karena keju bukan produk
asli asal Indonesia, selama ini keju yang kita kenal hanya berupa produk yang
dapat dibeli di berbagi toko umum.

4
Akan tetapi banyaknya pariwisata di kawasan Kabupaten Sukabumi,
mengakibatkan usaha agrowisata ini mengalami penurunan jumlah pengunjung,
ditambah lagi dengan promosi yang kurang dilakukan oleh agrowisata Bukit
Baros Cempaka. Dengan demikian, agrowisata Bukit Baros Cempaka
membutuhkan suatu formulasi strategi pengembangan agar proses pemasaran
agrowisata perusahaan berjalan dengan optimal.

Perumusan Masalah
Potensi dan peluang pengembangan agrowisata produk-produk agribisnis,
memiliki prospek yang sangat baik. Kegiatan agrowisata yang bertujuan untuk
memperluas wawasan pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan wisata keluarga
memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Pada umumnya masyarakat
Indonesia mengenal produk olahan susu hanya produk yang sudah dikenal seperti
yoghurt, susu pasteurisasi, dan susu murni saja. Akan tetapi untuk keju sendiri
banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang lokasi berbasis agrowisata
yang memperkenalkan produk olahan dari susu yaitu keju.
Bukit Baros Cempaka merupakan salah satu agrowisata milik pribadi yang
sudah ada sejak 12 tahun yang lalu, dan terletak di Kabupaten Sukabumi dengan
luas 26 hektar. Pada tahun 1995, agrowisata ini merupakan pabrik pengolahan
produk susu. Selanjutnya, pada tahun 1999 muncul ide untuk menambah produk
olahan susu berupa keju, dengan langsung mendatangkan ahli pembuat keju dari
Belanda. Produk keju ini ternyata mendapatkan perhatian khusus, dan memiliki
banyak peminat. Akhrinya, pada tahun
2000 pemilik berinisiatif untuk
menjadikan produk keju ini menjadi agrowisata sebagai daya tarik dan nilai positif
bagi perkembangan perusahaan, dengan sedikit kebun kopi, kebun teh, dan sedikit
hutan pinus yang telah ada sebelumnya sebagai nilai tambah lainnya.
Namun seiring perkembangan usaha, dan luas lahan yang belum
termanfaatkan secara maksimal, maka secara bertahap agrowisata Bukit Baros
Cempaka melengkapi fasilitas agrowisata, antara lain (1) pendirian Kafe
Cimandiri sebagai sentra penjualan produk olahan susu seperti keju, yoghurt,
makanan siap saji serba keju, makanan ringan serba keju dan tempat perjamuan
bagi para pengunjung; (2) aula kutilang sebagai tempat berkumpul yang lebih
luas; (3) sarana Out Bound seperti sarana Camping Ground, dan (4) penyediaan
sapi perah sebagai display agar pengunjung dapat mengetahui bagaimana cara
memerah susu. Selain itu, pengunjung juga bisa berkunjung ke lokasi pabrik
pembuatan keju untuk melihat langsung proses produksi keju.
Fasilitas yang tersedia pada agrowisata Bukit Baros Cempaka memiliki
peran sebagai daya tarik bagi para pengunjung. Akan tetapi, kurangnya promosi,
masih tersedianya lahan, serta kurangnya kejelasan mengenai informasi yang
diberikan oleh Bukit Baros Cempaka mengakibatkan banyak masyarakat yang
belum mengetahui adanya agrowisata dengan produk khas berupa keju yang
berlokasi di Kabupaten Sukabumi. Munculnya banyak pesaing yang bergerak
dalam usaha pariwisata dengan segala kelebihan yang dimiliki, sangat
mempengaruhi jumlah pengunjung yang datang pada agrowisata Bukit Baros
Cempaka.

5
Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu wisata unggulan Provinsi
Jawa Barat yang memiliki banyak objek wisata. Di Kabupaten Sukabumi terdapat
satu agrowisata yang memiliki produk unik berupa keju. Namun, persaingan
usaha dalam bidang pariwisata lainnya di Sukabumi, secara tidak langsung
berdampak pada penurunan jumlah kunjungan Bukit Baros Cempaka. Pada
Gambar 1 dapat dilihat jumlah kunjungan agrowisata Bukit Baros Cempaka
secara berkelompok, seperti dari instansi, lembaga pendidikan, dan berbagai jenis
perusahaan.

Gambar 1 Jumlah pengunjung agrowisata Bukit Baros Cempaka
tahun 2011-2012
Sumber: Bukit Baros Cempaka, 2012

Frekuensi jumlah pengunjung yang datang pada agrowisata Bukit Baros
Cempaka tidak mengalami peningkatan. Pada hari libur kecuali akhir pekan,
terjadi penurunan kunjungan bahkan tidak ada kunjungan seperti yang terjadi di
bulan Ramadhan.
Usaha yang dilakukan pengelola Agrowisata Bukit Baros Cempaka dengan
menambah beberapa fasilitas seperti kafe, aula, dan display peternakan sapi perah
belum mampu meningkatkan jumlah pengunjung yang datang. Dengan demikian,
agrowisata Bukit Baros Cempaka perlu merumuskan strategi pengembangan
usaha agrowisata yang tepat dengan cara lebih mengenali lingkungan internal dan
lingkungan eksternal perusahaan. Tujuaannya, agar dapat semakin meningkatkan
jumlah kunjungan. Berdasarkan penjelasan tersebut maka perumusan masalah
yang akan dianalisis adalah sebagai berikut:
1. Faktor-faktor internal dan eksternal apa saja yang menjadi kekutan dan
kelemahan serta peluang dan ancaman bagi pengembangan agrowisata Bukit
Baros Cempaka?
2. Bagaimana alternatif strategi pengembangan usaha yang tepat untuk di
terapkan pada agrowisata Bukit Baros Cempaka?

6
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka
tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengindentifikasi dan menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal
saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta ancaman dan peluang
yang di hadapi oleh agrowisata Bukit Baros Cempaka
2. Merumuskan alternatif strategi pengembangan usaha yang tepat untuk di
terapkan oleh agrowisata keju Bukit Baros Cempaka.

Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi agrowisata Bukit
Baros Cempaka dalam hal strategi pengembangan usaha. Bagi pembaca, hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi mengenai agrowisata produk
olahan susu berupa keju, sebagai referensi dan bahan pustaka bagi peneliti
selanjutnya. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
dalam membuat karya ilmiah yang baik dan benar.

TINJAUAN PUSTAKA

Perkembangan Pariwisata di Indonesia
Damanik dan Webber (2006) memberikan pengertian pariwisata sebagai
kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau
mencari suasana lain. Pariwisata sebagai suatu aktifitas, pariwisata telah menjadi
bagian penting dari kebutuhan dasar masyarakat maju dan sebagian kecil
masyarakat di negara berkembang
Pariwisata adalah satu jenis industri yang baru yang mampu mempercepat
pertumbuhan ekonomi dan penyedia lapangan kerja, peningkatan penghasulan,
standar hidup serta dapat mempengarungi sektor-sektor lainnya. Selanjutnya,
pariwisata merupakan sektor kompleks, dimana pariwisati juga mewujudkan
industri-industri lainnya,
seperti industri kerajian tangan, cinderamata,
penginapan dan transportasi.
Berdasarkan Damanik dan Weber (2006), perkembangan pariwisata
merupakan suatu dampak yang diakibatkan oleh rutinitas pekerjaan dan pola
hidup yang cenderung monoton, sehingga pariwisata menjadi suatu solusi untuk
membebaskan masyarakat dari masalah tersebut. Pariwisata adalah fenomena
pergerakan manusia, barang, dan jasa yang sangat kompleks terkait dengan
organisasi, hubungan-hubungan kelembagaan dan individu, kebutuhan layanan,
penyediaan kebututuhan layanan, dan sebagainya.

7
Perkembangan Agrowisata di Indonesia
Di Indonesia, Agrowisata atau agrotourism didefinisikan sebagai sebuah
bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha agro (agribisnis) sebagai
objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi
dan hubungan usaha di bidang pertanian. Agrowisata merupakan bagian dari
objek wisata alam yang memanfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai objek
wisata. Tujuannya adalah untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi,
dan hubungan usaha dibidang pertanian. Melalui pengembangan agrowisata yang
menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan, diharapkan bisa
meningkatkan pendapatan petani sambil melestarikan sumber daya lahan, serta
memelihara budaya maupun teknologi lokal (indigenous knowledge) yang
umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya1.
Agrowisata merupakan bagian dari Pariwisata yang memiliki pengertian
suatu wisata dengan objek kunjungan daerah pertanian, perkebunan, peternakan
yang sifatnya khas, yang telah dikembangkan sedemikian rupa sehingga aspek
yang terkait dengan jenis produk yang dibudidayakan itu menimbulkan motivasi
dan daya tarik bagi wisatawan untuk mengunjunginya. aspek-aspek tersebut
antara lain karena jenis produk pertaniannya yang khas, cara budidaya dan
pengolahan produknya2.
Agrowisata adalah sebuah sistem kegiatan yang terpadu dan terkoordinasi
untuk pengembangan pariwisata sekaligus pertanian, dalam kaitannya dengan
pelestarian lingkungan, peningkatan kesajahteraan masyarakat petani
(Sutjipta, 2001).
Agrowisata dapat dikelompokkan ke dalam wisata ekologi (eco-tourism),
yaitu kegiatan perjalanan wisata dengan tidak merusak atau mencemari alam
dengan tujuan untuk mengagumi dan menikmati keindahan alam, hewan atau
tumbuhan liar di lingkungan alaminya serta sebagai sarana pendidikan (Deptan,
2005) Antara ecotourism dan agritourism berpegang pada prinsif yang sama.
Prinsip-prinsip tersebut, menurut Wood, 2000 (dalam Pitana, 2002) adalah
sebagai berikut:
1.
2.
3.

4.
5.

Menekankan serendah-rendahnya dampak negatif terhadap alam dan
kebudayaan yang dapat merusak daerah tujuan wisata.
Memberikan pembelajaran kepada wisatawan mengenai pentingnya suatu
pelestarian.
Menekankan pentingnya bisnis yang bertanggung jawab yang bekerjasama
dengan unsur pemerintah dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
penduduk lokal dan memberikan manfaat pada usaha pelestarian.
Mengarahkan keuntungan ekonomi secara langsung untuk tujuan
pelestarian, menejemen sumberdaya alam dan kawasan yang dilindungi.
Memberi penekanan pada kebutuhan zone pariwisata regional dan penataan
serta pengelolaan tanam-tanaman untuk tujuan wisata di kawasan-kawasan
yang ditetapkan untuk tujuan wisata tersebut.
1

http://database.deptan.go.id, “Agrowisata Meningkatkan Pendapatan Petani”. Deptan
Jawa Barat, 2005. 20 Nopember 2012.
2
Rizqi Azhari Amoro.2012. Strategi pengembangan agrowisata di PT. Perkebunan
Nusantara VIII Kebun Ciater Kabupaten Subang dengan Pendekatan Analisis Prespektif

8
6.

Memberikan penekanan pada kegunaan studi-studi berbasiskan lingkungan
dan sosial, dan program-program jangka panjang, untuk mengevaluasi dan
menekan serendah-rendahnya dampak pariwisata terhadap lingkungan.
7.
Mendorong usaha peningkatan manfaat ekonomi untuk negara, pebisnis,
dan masyarakat lokal, terutama penduduk yang tinggal di wilayah sekitar
kawasan yang dilindungi.
8.
Berusaha untuk meyakinkan bahwa perkembangan pariwisata tidak
melampui batas sosial dan lingkungan yang dapat diterima seperti yang
ditetapkan para peneliti yang telah bekerjasama dengan penduduk lokal.
9.
Mempercayakan pemanfaatan sumber energi, melindungi tumbuh-tumbuhan
dan binatang liar, dan menyesuaikannya dengan lingkungan alam
dan
budaya
Di beberapa negara, agrowisata bertumbuh sangat pesat dan menjadi
alternatif terbaik bagi wisatawan, hal ini disebabkan, agritourism akan membawa
seseorang mendapatkan pengalaman yang benar-benar berbeda dari rutinitas
kesehariannya. Mereka ingin keluar dari kejenuhan, tekanan kemacetan lalulintas,
telepon selular, suasana kantor dan hiruk pikuk keramaian.
Arah pengembangan agrowisata
Kegiatan pengembaangan agrowisata diarahkan pada terciptanya
penyelenggaraan dan pelayanan yang baik sehingga sebagai salah satu produk
pariwisata Indonesia, agrowisata dapat dilestarikan dan di kembangkan dalam
upaya diversivikasi pertanian dan pariwisata. Arah pengembangan ini disesuaikan
dengan potensi dan prioritas pembangunan pertanian suatu daerah.
Berdasarkan arah pengembangan agrowisata, terdapat beberapa hal yang
harus di perhatikan dalam pengembangan agrowisata secara efektif dan efisien
sehingga upaya yang dilakukan dapat terintegrasi dan berjalan dengan baik.
Departemen Pertanian (2008) menyatakan beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam membangun agrowisata diataranya:
1.
Sumberdaya Manusia
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam sumberdaya manusia meliputi
kemampuan, keterampilan dan pengetahuan pengeloaan agrowisata dalam
menyediakan, mengemas, menyajikan paket-paket wisata yang menarik
wisatawan untuk berkunjung ke agrowisata tersebut. keberhasilan dari
pengembangan agrowisata sangat tergantung pada kompetisi dari
sumberdaya manusia yang terlibat dalam agrowisata tersebut, sehingga
diperlukan suatu pendidikan khusus mengenai agrowisata.
2.
Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Agrowisata sebagai bagian dari usaha pertanian, membutuhkan
keharmonisan semua aspek, salah satunya adalah sumberdaya alam dan
lingkungan. sumberdaya alam dan lingkungan mencakup objek wisata yang
dijual sangat menetukan keberlanjutan agrowisata. kondisi lingkungan
masyarakat sekitar menentukan minat wisatawan utuk berkunjung.
meskipun paket wisata yang ditawarkan sudah sangat baik namun jika
berada di masyarakat yang tidak menerimanya, maka akan menyulitkan
dalam pemasaran agrowisata.

9
3.

Promosi
promosi merupakan kunci dalam mendorong kegiatan agrowisata. informasi
dan pesan promosi dapat dilakukan melalui cara, seperti melalui leaflet,
booklet, pameran, cinderamata, media masa (dalam benttuk iklan atau media
audiovisual), serta penyediaan informasi pada tempat publik.
4.
Sarana dan Prasarana
Kedatangan wisatawan juga ditentukan oleh kemudahan-kemudahan yang
diciptakan, mulai dari bentuk pelayanan yang baik, akomodasi, transportasi,
dan kesadaran masyarakat sekitarnya. selain itu, dikungan berupa kebijakan
pemerintah juga merupakan kerangka dasar yang diperlukan untuk
mendorong perkembangan agrowisata.
5.
Kelembagaan
Agrowisata dalam hal pengembangannya memerlukan dukungan dari
semua pihak, diantaranya pemerintah, swasta, lembaga terkait seperti biro
perjalanan wisata, perguruan tinggi atau instansi pendidikan lainnya serta
masyarakat. Pemerintah dalam hal ini bertindak sebagai fasilitator dalam
mendukung berkembangnya growisata.
Melalui pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam
memanfaatkan lahan, diharapkan bisa meningkatkan pendapatan petani beriringan
dengan melestarikan sumber daya lahan, serta memelihara budaya maupun
teknologi lokal.

Penelitian Terkait Strategi Pengembangan Usaha Agrowisata
Salah satu cara untuk memperoleh informasi mengenai penelitian yang
dilakukan adalah dengan mengkaji penelitian terdahulu. penelitian strategi
pengembangan usaha telah banyak dilakukan oleh para peneliti terdahulu.
berdasarkan penelitian terdahulu untuk merumuskan strategi pengembangan usaha
yang akan ditetapkan oleh peruusahaan hal yang pertama kali yang harus
dilakukan adalah melakukan analisis terhadap lingkungan internal dan eksternal
perusahaan, analisis ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan
yang dimiliki perusahaan serta mengetahui peluang dan ancaman yang dimiliki
dan yang dihadapi.
Lingkungan internal merupakan lingkungan dalam perusahaan, dalam studi
ini adalah agrowisata Bukit Baros Cempaka yang terdiri dari sumberdaya
manusia, pemasaran, keuangan, dan produksi, sedangkan lingkungan eksternal
merupakan lingkungan yang berasal dari luar perusahaan seperti pemasok,
pesaing, pelanggan, politik, sosial, budaya dan teknologi.
Potensi agrowisata yang sangat tinggi ini belum sepenuhnya dikembangkan
dan dimanfaatkan secara optimal. Untuk itu, perlu dirumuskan suatu alternatif
strategi guna tercapainya pengelolaan dan pengembangan agrowisata yang
maksimal, selain itu diperlukan kerjasama yang baik antar pengelola agrowisata
dengan masyarakat, pemerintah, dan swasta dalam pelaksanaanya. Masang
(2006), Ernaldi (2010), dan Dianing (2012) adalah beberapa peniliti yang
memberikan perhatian besar terhadap perkembangan agrowisata melalui
penelitianya.

10
Masang (2006), Ernaldi (2010), dan Dianing (2012) menggunakan analisis
dan pengolahan data berupa Matriks IFE, matrik EFE, matrik IE, matrik SWOT
dan matriks QSPM untuk pengambilan keputusan. Berdasarkan hasil dari matriks
IE, Ernaldi (2010) menetapkan posisi perusahaan berada pada sel V yaitu menjaga
dan mempertahankan (Hold and Maintance) dengan tipe strategi yang disarankan
adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk, sedangkan Dianing (2012) dan
Masang menetapkan posisi perusahaan pada sel II yaitu tumbuh dan membangun
(Growth and Build) dengan penerapan strategi intensif (penetrasi pasar,
pengembangan pasar dan pengembangan produk) atau integratif (integrasi ke
depan, integrasi kebelakang, dan integrasi horizontal).
Strategi yang dihasilkan dari matriks QSPM dalam penelitian Masang
(2006) adalah strategi SO, yaitu menggali potensi alam yang dimiliki dengan
sumber daya yang ada, mengoptimalkan keunggulan dan pengelolaan agrowisata,
serta menjagaa kualitas produk agar tetap bermutu dan berkhasiat. Kemudian hasil
analisis QSPM pada penelitian Ernaldi (2010) didapatkan strategi dengan prioritas
strategi WO, yaitu melakukan promosi lebih aktif dan gencar serta membuat
promosi dengan paket-paket liburan tertentu, sedangkan dari hasil analisis QSPM
yang dilakukan Dianing (2012) didapatkan prioritas strategi SO, yaitu menambah
fasilitas baru dilingkungan Wisata Agro Tambi.
Penelitian terdahulu merupakan referensi dan acauan bagi penelitian yang
dilakukan, Berdasarkan hasil studi penelitian terdahulu, dapat ditarik kesimpulan
bahwa terdapat beberapa variasi alat analisis yang dapat digunakan untuk
memformulasikan strategi pengembangan yang tepat bagi perusahaan jasa
agrowisata seperti matriks EFE, matriks IFE, matriks IE, matriks SWOT dan
matriks QSPM.
Perbedaan antara penelitian yang dilakukan saati ini dengan penelitian
terdahulu terletak pada lokasi, waktu, jenis produk agrowisata yang ditawarkan
dan kondisi di tempat penelitian. Penelitian yang dilakukan berlokasi di
Agrowisata Bukit Baros Cempaka, pada rentang waktu Maret – April 2013. Alat
analisis yang digunakan memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan
sebelumnya yaitu menggunakan metode EFE, IFE, SWOT dan QSPM. Penelitian
ini digunakan untuk merancang strategi alternatif dan menetukan prioritas strategi
pengembangan usaha dengan terlebih dahulu melakukan analisis lingkungan
eksternal dan internal perusahaan. Selain itu, perumusan strategi pengembangan
usaha pada penelitian ini juga mempertimbangkan gambaran umum konsumen
dan penilaian konsumen terhadap bauran pemasaran jasa agrowisata.

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis digunakan untuk mencapai kebenaran deduktif
dengan menarik kesimpulan dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum.
Pernyataan umum tersebut berupa teori yang telah diakui kebenarannya oleh
kalangan ilmiah. Kerangka pemikiran teoritis disusun untuk menunjukan

11
keterkaitan antara teori yang dijadikan sebagai acuan dengan penelitian yang akan
dilakukan.
Konsep Manajemen Strategi
Menurut David (2010) strategi adalah alat untuk mencapai tujuan jangka
panjang. Strategi adalah tindakan potensial yang membutuhkan keputusan
manajemen tingkat atas dan sumberdaya perusahaan dalam jumlah besar. Selain
itu, strategi mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang, khususnya untuk
lima tahun dan berorientasi ke masa depan. Strategi memiliki konsekuensi yang
perlu mempertimbagkan faktor-faktor eksternal dan internal yang dihadapi
perusahaan.
Menurut David (2010) manajemen strategi dapat didefinisikan sebagai seni
dan ilmu untuk memformulasi, mengimplementasikan, dan mengevaluasi
keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai
tujuannya. Manajemen Strategi berfokus pada mengintergariskan manajemen,
pemasaran, keuangan atau akutansi, produksi atau operasi, peneliatian atau
pengembangan, dan sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan
organisasi. Tujuan manajemen straregi adalah untuk mengeksploitasi dan
menciptakan peluang baru yang berbeda untuk masa mendatang.
Menurut Wheelen dan Hunger (2003) manajemen strategi adalah
serangkaian dari pada keputusan manajerial dan kegiatan-kegiatan yang
menentukan keberhasilan perusahaan dalam jangka panjang. Kegiatan tersebut
terdiri dari perumusan atau perencanaan strategi, pelaksanaan atau implementasi,
dan evaluasi.
Proses Manajemen Strategi
Proses manajemen strategi dapat digambarkan sebagai pendekatan yang
objektif, logis, dan sistematik untuk membuat keputusan besar dalam organisasi.
Menurut David (2010), proses manajemen startegi terdiri atas tiga tahap. Tahapan
tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Formulasi Strategi
Formulasi strategi termasuk mengambangkan visi dan misi,
mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menentukan
kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka panjang,
merumuskan alternatif strategi dan memilih strategi tertentu yang akan
dilaksanakan. Keputusan formulasi startegi mengikat organisasi terhadap
produk, pasar, sumber daya, dan teknologi yang spesifik untuk periode
waktu yang panjang.
2.
Implementasi Strategi
Implementasi strategi mensyaratkan perusahaan untuk menetapkan tujuan
tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasi
sumber daya sehingga strategi yang telah diformulasikan dapat dijalankan.
Implementasi strategi termasuk mengembangkan budaya yang mendukung
strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif dan mengarahkan
usaha pemasaran, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan
memberdayakan sistem informasi, dan menghubungkan kinerja karyawan
dengan kinerja organisasi.

12
Implementasi strategi sering kali dianggap tahap yang paling rumit dalam
manajemen startegi. Implementasi startegi membutuhkan disiplin pribadi,
komitmen, dan pengorbanan. Suksesnya implemtasi strategi terletak pada
kemampuan manajer untuk memotivasi karyawan.
3.
Evaluasi Strategi
Evaluasi strategi adalah tahap final dalam manajemen strategi. Semua
strategi dapat dimodifikasi di masa datang karena faktor internal dan
eksternal secara konstan berubah. Tiga aktivitas dasar evaluasi startegi,
yaitu (1) meminjau ulang faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar
strategi saat ini, (2) mengukur kinerja, (3) mengambil tindakan korektif.
Proses manajemen strategik menurut Pearce dan Robinson (1997) terdiri
dari sembilan tugas penting, yaitu:
1.
Merumuskan misi perusahaan, meliputi rumusan umum tentang maksud
keberadaan (purpose), filosofi (philosophy), dan tujuan (goal).
2.
Mengembangkan profil perusahaan yang mencerminkan kondisi internal
dan kapabilitasnya.
3.
Menilai lingkungan eksternal perusahaan, meliputi baik pesaing maupun
faktor-faktor kontekstual umum.
4.
Menganalisi opsi perusahaan dengan mencocokan sumberdaya dengan
lingkungan eksternal.
5.
Mengidentifikasi opsi yang paling dikehendaki dengan mengevaluasi setiap
opsi yang ada berdasarkan misi perusahaan.
6.
Memilih seperangkat sasaran jangka panjang dan strategi umum (grand
strategy) yang kan mencapai pilihan yang pailing dikehendaki.
7.
Mengembangkan sasaran tahunan dan strategi jangka pendek yang sesuai
dengan sasaran jangka panjang dan strategi umum yang dipilih.
8.
Mengimplementasikan pilihan strategik dengan cara mengalokasikan
sumberdaya anggaran yang menekankan pada kesesuaian antara tugas,
SDM, struktur, teknologi, dan sistem imbalan.
9.
Mengevaluasi keberhasilan proses strategik sebagai masukan bagai
pengambilan keputusan yang kan datang.
Model manajemen strategi dapat digunakan untuk memberikan gambatan
pendekatan yang jelas dan praktis mengenai proses manajemen strategi. Cara
paling baik untuk mempelajari dan menerapkan proses manajemen strategis
adalah dengan menggunakan model komprehensif dan proses manajemen strategi.
Seperti terlihat pada Gambar 2, yang menggambarkan model komprehensif
manajemen startegi. Model ini tidak menjamin keberhasilan, tetapi model ini
menunjukan pendekatan yang jelas dan praktis untuk memformulasi,
mengimplentasi, dan mengevaluasi strategi. Proses manajemen strategi
merupakan hal yang dinamis dan berkelanjutan.
Model tersebut menggambarkan pendeketan yang jelas dan praktis untuk
merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi strategi. Suatu perubahan
dalam salahsatu atau semua komponen utama dalam model dapat memaksa
perubahan dalam salahsatu atau semua komponen yang lain. sehingga kegiatan
merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi strategi harus
dilaksanakan secara terus-menerus.

13

Melakukan
Audit Eksternal

Implementasi
Strategi Isu-Isu
Mengembangkan
Pernyataan Visi
dan Misi

Menetapkan
Tujuan
Jangka
Panjang

Merumuskan,
Mengevaluasi,
dan Memilih

strategi

Implementasi
Strategi IsuIsu
Manajemen

Pemasaran,
Keuangan,
Akuntansi,

Mengukur
dan
Menganalisis

Litbang dan
isu Sistem

Melakukan
Audit Inetrnal

Gambar 2. Model Komprehesif Manajemen Strategis
Sumber: David (2010)

Langkah-langkah dalam model komprehensif manajemen strategis akan
memudahkan perusahaan untuk mengambil kebijakan yang tepat sesuai tujuan
yang diinginkan. Rumusan strategi tersebut harus diimplementasikan dan
dievaluasi terlebih dahulu, karena adanya strategi baru dari perumusan tersebut
akan terjadi suatu perubahan. dalam menjalankan strategi yang terpilih,
perusahaan juga melihat seberapa efektifkah tingkat pelaksanaan dan kepentingan
dari strategi tersebut, kemudian dilakukan evaluasi kembali apakan strategi
tersebut layak untuk dijalankan.
Lingkungan Perusahaan
Mcleod (2001) menyatakan bahwa lingkungan adalah alasan utama dari
perusahaan. Pemilik perusahaan melihat adanya penyedian berupa barang dan jasa
untuk memenuhi kebutuhan lingkungan tertentu dan menanamkan modalnya
sehingga perusahaan dapat melaksanakan aktivitasnya. Lingkungan kemudian
menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk memproduksi barang dan jasa.
Ada delapan elemen lingkungan perusahaan yang memiliki pengaruh langsung
maupun tidak langsung diantaranya: pemasok, serikat pekerja, pelanggan,
masyarakat keuangan, pemegang saham, pesaing, pemerintah dan masyarakat
global.
Penetepan visi dan misi, visi merupakn suatu cita–cita yang diinginkan
perusahaan dimasa yang akan datang, sedangkan misi merupakan tujuan dari
perusahaan untuk mendukung tercapainya visi yang telah ditetapkan sehingga visi
misi perusahaan saling berkaitan dan saling mendukung untuk mencapai
keinginan dan tujuan perusahaan. menururt David (2010), pernyataan misi yang
jelas diperlukan sebelum strategi alternatif dapat dirumuskan dan
diimplementasikan. Pernyataan misi yang baik mengungkapkan pelanggan,

14
produk atau jasa, pasar, teknologi, pemikiran untuk bertahan, konsep diri,
pemikiran untuk citra publik, dan pemikiran untuk karyawan.
Menururt Pearce dan Robinson (1997), misi perusahaan didefinisikan
sebagai tujuan mendasar (fundamental purpose) yang membedakan suatu
perusahaan dari perusahaan lainnya yang sejenis, dan menjelaskan cakupan
operasinya dalam bentuk produk dan pasar. pernyataan misi menjawab pertanyaan
“Apa bisnis kita?”, pernyataan visi menjawab pertanyaan “Aapa yang ingin kita
capai?”. Visi diperlukan untuk memotivasi tenaga kerja secara efektif. Visi
bersama antara manajer dan karyawan menciptakan perhatian bersama yang dapat
mengangkat pekerja dari kebosanan kerja dan menetapkan mereka ke dunia baru
yang penuh peluang dan tantangan (David, 2010).
Lingkungan Internal Perusahaan
Lingkungan internal adalah faktor yang berasal dari dalam perusahaan
sendiri dan umumnya dapat dikendalikan oleh perusahaan. Analisis lingkungan
internal merupakan proses identifikasi dan analisis terhadap kekuatan dan
kelemahan dari dalam perusahaanm dengan mengkaji manajemen, pemasaran,
keungan, operasi dan produksi, penelitian dan pengembangan, sistem informasi
manajemen (David, 2010).
1.
Manajemen
Fungsi manajemen terdiri dari lima aktifitas dasar dalam perencanaan,
pengorganisasian, motivasi, penunjukan staf dan pengendalian. Pada penelitian ini
fungsi dasar manajemen yang dibahas hanya pada fungsi perencanaan saja karena
sesuai dengan tujuan penelitian yaitu merumuskan strategi. Perencanaan terdiri
dari semua aktifitas manajerial yang berkaitan dengan persiapan untuk
mengahadapi masa yang akan datang.
2.
Pemasaran
Menurut David (2010), riset pemasaran adalah mengumpulkan, mencatat,
dan menganalisis secara sistematis data mengenai masalah yang berkaitan dengan
pemasaran barang dan jasa yang dapat mengungkapkan kekuatan dan kelemahan
yang penting. Faktor–faktor yang harus diperhatikan oleh pengusaha atau
perusahaan dalam pemasaran agar produk di pasar sesuai dengan harapan adalah:
pangsa pasar, pelayanan purna jual, kepemilikan informasi tentang pasar,
pengendalian distributor, kondisi satuan kerja pemasaran, kegiatan promosi, harga
jual produk, komitmen manajemen, loyalitas pelanggan dan kebijakan produk
baru. dengan menganalisis dan memahami pemasaran yang sudah berjalan, maka
pembuat strategi harus mempertimbangkanpula kondisi pemasaran yang ada
beserta faktor-faktornya dalam merumuskan strategi yang baru dan lebih
berkembang.
Kotler san Keller (2007) memaparkan bahwa pemasaran berhubungan
dengan mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan masyarakata.
Hakikat dari pemasaran adalah segmentasi target dan penentuan posisi
(Segmentation, Targeting, Positioning-STP) yaitu melakukan segmentasi pasar,
menyeleksi sasaran pasar yang tepat, dan mengembangkan penentuan posisi nilai
dari tawaran (Kotler & Keller 2007). Selanjutnya, dalam menganalisis pemasaran
diperlukan pula analisis bauran pemasaran jasa. Menurut Kotler dan Amstrong
(1991) terdapat empat komponen bauran pemasaran atau yang biasa disebut
sebagai 4P yaitu Product, Price, Place, dan Promotion. Pendekatan pemasaran

15
4P berhasil dengan baik untuk memasarkan produk, tetapi elemen-elemen
tambahan perlu diperhatikan dalam bisnis jasa seperti agrowisata, hal ini
dikarenakan perusahaan yang bergerak dibidang jasa perlu mengidiferensiasikan
dirinya melalui pandangan dimata pelanggan. Perusahaan jasa dapat melakukan
diferensiasi kompetitif dalam penyampaian jasa melalui tiga aspek yang juga
dikenal sebagai 3P dalam pemasaran jasa (Tjiptono 1995), ketiga aspek tersebut
adalah Process, People dan Physical Evidence.
3.
Keuangan
Pengelolaan sistem keungan harus diperhatiakn secara cermat dan harus
dapat dikelola sebaik mungkin sehingga dana yang didapat mampu diedarkan
keseluruh bagian usaha. penyediaan dana yang cukup dan tepat akan berdapak
pada jalannya perkembangan perusahaan. kekurangan dana akan berdampak pada
program– program dari perusaan yang tidak akan terlakasana dan sulit
untukmencapai tujuan yang diinginkan oleh perusahaan. Sedangkan dana yang
berlebih menandakan terdapat sumber dana yang menganggur dan tidak efisien.
Kekuatan keungan juga penting untuk diperhatikan dalam merumuskan strategi,
kekuatan keungan yang lemah akan berdampak pada hilangnya beberapa strategi
alternatif yang suatu saat akan sangat bermanfaat dalam berjalannya suatu
perusahaan.
4.
Produk dan Operasi
P roduksi terdiri dari seluruh aktivitas yang mentransformasikan input
menjadi produk atau jasa. sistem produksi menyusun program untuk dilaksanakan
dan melakukan pengendalian produksi mencakup pembekalan, proses muatan,
perawatan sarana produksi dan pengendalian mutu. Menurut Jauck dan Gleuck
(1997) bahwa jika perusahaan dapat memproduksi dengan biaya yang lebih
rendah dan mampu menjalankan bisnis sedangkan yang lain tidak atau dapat
memeperoleh bahan baku dengan harga yang menguntungkan, maka perusahaan
tersebut mempunyai keunggulan bersaing.
5.
Penelitian dan pengembangan
Penelitian dan pengembangan merupakan suatu keunggulan bersaing
dengan alasan bahwa faktor penelitian dan pengembangan dapat menciptakan
produk baru atau produk yang ditingkatkan. Penelitian dan pengembangan dalam
suatu perusahaan sangatlah memiliki peranan penting dalam ketahanan
perusahaan untuk menghadapi persaingan. Perusahaan melakukan investasi utntuk
penelitian dan pengembangan suatu produk atau jasa superior untuk mendapatkan
keunggulan bersaing.
6.
Sistem Informasi Manajemen
Tujuan dari sistem informasi manajemen adalah untuk meningkatkan
kinerja perusahaan cara meningkatkan kualitas keputusan manajerial. Sebuah
sistem informasi manajemen yang efektif mengumpilkan, memberi kode,
menyimpan dan menyajikan informasi sedemikian rupasehingga dapat menjawab
pertanyaan operasional dan strategi yang penting. sistem ini mengumpulkan data
pemasaran, keungan, produksi, dan personalia internal, serta faktor – faktor sosial
budaya, demografi, lingkungan, ekonomi, politik, pemerintah, hukum, teknologi,
dan persaingan.

16
Lingkungan Eksternal Perusahaan
Sebuah perusahaan harus dapat melihat dan menganalisis lingkungan
eksternal perusahaan yang dapat memperngaruhi jalannya perusahaan tersebut,
karena perusahaan yang dapat berinteraksi dengan lingkungan eksternalnya akan
mempermudah dalam merealisasikan misi perusahaannya. faktor eksternal
perusahaan adalah berbagai faktor yang berada diluar kendali perusahaan dan
memberikan peluang, ancaman dan kendala yang harus dihadapi oleh perusahaan
dalam lingkungan bersaingnya.
Menururt Pearce dan Robinson (1997), faktor–faktor yang memperngaruhi
lingkungan eksternal perusahaan, yaitu lingkungan jauh (makro) dan industri
(mikro).
Lingkungan Jauh (makro)
Menurut David (2010), analisis eksternal adalah pengungkapan peluang dan
ancaman yang dihadapi perusahaan, sehingga dengan adanya peluang akan
didapat keuntungan, sebaliknya dengan adanya ancaman maka perusahaan akan
berusaha untuk menghindarinya. kekuatan faktor – faktor eksternal dapat dibagi
menjadi empat kategori atau yang disebut dengan analisis lingkungan jauh, yaitu:
1.
Politik, Pemerintah, dan Hukum
Menurut Kotler dan Amstrong (2004), lingkungan politik terdiri dari
perundang-undangan, badan pemerintah, dan kelompok-kelompok yang
berpengaruh yang mempengaruhi dan membatasi berbagai organisasi dan
individu di masyarakat tertentu. Menurut David (2010), faktor-faktor
politik, pemerintahan, dan hukum dapat menjadi peluang dan ancaman bagi
perusahaan kecil maupun besar. Perusahaan dan industri baru yang
bergantung pada kontrak pemerintah atau subsidi dapat menjadi bagian yang
paling penting dalam audit eksternal.
2.
Ekonomi
Menurut Kotler dan Amstrong (2004), lingkungan ekonomi merupakan
faktor-faktor yang mempengaruhi daya beli dan pola pengeluaran
konsumen. Para pemasar harus memberikan perhatian yang pebuh pada
tren-tren utama dan pola pengeluaran konsumen di dalam suatu pasar.
Menurut David (2010), kondisi ekonomi suatu daerah atau negara dapat
mempengaruhi iklim berbisnis suatu perusahaan. Semakin buruk kondisi
ekonomi, semakin buruk pula iklim berbisnis. Beberapa faktor kunci yang
perlu diperhatikan dalam menganalisis ekonomi suatu daerah atau negara
adalah ketersediaan energi, inflasi, suku bunga, serta harga-harga produk
dan jasa.
3.
Sosial, Budaya, dan Lingkungan
Kecenderungan sosial dan budaya yang terjadi akan membentuk cara hidup,
pekerjaan, memproduksi, mengkonsumsi dari suatu masyarakat. Menurut
David (2010), perubahan sosial, budaya, demografi, dan lingkungan
memiliki pengaruh besar terhadap hampir semua produk, jasa, pasar, dan
pelanggan.Menurut Kotler dan Amstrong (2004), lingkungan budaya terdiri
dari isntitusi dan kelompok lain yang mempengaruhi nilai dasar, cara
pandang, preferensi, dan perilaku masyarakat. Lingkungan sosial dapat
membentuk kepercayaan dan