Analisis Keterkaitan Antara Indeks Pembangunan Manusia dan PDRB per Kapita di Indonesia (Periode Tahun 2006–2011)

ANALISIS KETERKAITAN ANTARA
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN
PDRB PER KAPITA DI INDONESIA
(PERIODE TAHUN 2006–2011)

RYAN EZKIRIANTO

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Keterkaitan
Antara Indeks Pembangunan Manusia dan PDRB per Kapita di Indonesia (Periode
Tahun 2006–2011) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2013
Ryan Ezkirianto
NIM H14080107

ABSTRAK
RYAN EZKIRIANTO. Analisis Keterkaitan Antara Indeks Pembangunan
Manusia dan PDRB per Kapita di Indonesia (Periode Tahun 2006–2011).
Dibimbing oleh MUHAMMAD FINDI A.
Penelitian ini menganalisis hubungan dua arah antara pembangunan
manusia dan pertumbuhan ekonomi terhadap 33 provinsi di Indonesia pada
periode 2006-2011. Faktor penghubung pada masing-masing persamaan dianalisis
berdasarkan beberapa penelitian empiris, seperti rata-rata lama sekolah, belanja
pemerintah bidang pendidikan dan kesehatan, total pengeluaran pemerintah,
distribusi pendapatan, dan kepadatan penduduk. Data panel dianalisis dengan
metode two-stage least square (2SLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat hubungan positif yang signifikan antara indeks pembangunan manusia
dan PDRB per kapita, ketika rata-rata lama sekolah, belanja pemerintah bidang

pendidikan dan kesehatan, total pengeluaran pemerintah, serta distribusi
pendapatan merupakan variabel penting yang menjelaskan kekuatan hubungan
antara pembangunan manusia dan pertumbuhan ekonomi.
Kata kunci: pembangunan manusia, pertumbuhan ekonomi

ABSTRACT
RYAN EZKIRIANTO. Causal Analysis Between Human Development Index and
GDRP per Capita in Indonesia (Period of 2006–2011). Supervised by
MUHAMMAD FINDI A.
This study attempts to analyse the two-way relationship between human
development and economic growth for 33 province in Indonesia during six time
period: 2006–2011. The various links in each variabel are analyzed with a review
of some existing empirical material, such education, government spending on
health and education, total government expenditure, income distribution, and
density. The data analyzed with two-stage least square (2SLS) method. The result
shows that there exists a strong positive relationship between human development
index and GDRP per capita, while education, government spending on health and
education, total government expenditure, and income distribution are the
important links determining the strength of relationship between human
development and economic growth.

Keywords: human development, economic growth

ANALISIS KETERKAITAN ANTARA
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN
PDRB PER KAPITA DI INDONESIA
(PERIODE TAHUN 2006–2011)

RYAN EZKIRIANTO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013


Judul Skripsi : Analisis Keterkaitan Antara Indeks Pembangunan Manusia dan
PDRB per Kapita di Indonesia (Periode Tahun 2006–2011)
Nama
: Ryan Ezkirianto
NIM
: H14080107

Disetujui oleh

Dr. Muhammad Findi A, M.E.
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec.
Ketua Departemen

Tanggal Lulus: 20 Mei 2013


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 ini adalah
pembangunan manusia dan pertumbuhan ekonomi, dengan judul Analisis
Keterkaitan Antara Indeks Pembangunan Manusia dan PDRB per Kapita di
Indonesia (Periode Tahun 2006–2011).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Muhammad Findi A., M.E selaku
dosen pembimbing yang telah memberikan arahan serta motivasi yang sangat
bernilai, Salahuddin El Ayyubi, M.A dan Dr. Wiwiek Rindayati sebagai dosen
serta tim penguji yang telah menyumbangkan kritik dan saran yang sangat
berharga bagi perkembangan skripsi, serta saudara Heri Destrianto sebagai
pembahas pada seminar hasil penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada ayah dan ibu yang telah memberikan dukungan yang luar biasa semasa
hidupnya serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca, pengambil kebijakan,
serta bagi perkembangan riset ilmu ekonomi.

Bogor, Mei 2013


Ryan Ezkirianto

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


2

Perumusan Masalah

5

Tujuan Penelitian

6

Manfaat Penelitian

6

Ruang Lingkup Penelitian

6

TINJAUAN PUSTAKA


7

Kerangka Pemikiran

7

Penelitian Terdahulu

9

Hipotesis Penelitian

10

METODOLOGI PENELITIAN

11

Jenis dan Sumber Data


11

Spesifikasi Model

12

Metode Estimasi

13

HASIL DAN PEMBAHASAN

17

Hasil

17

Pembahasan


26

SIMPULAN DAN SARAN

30

Simpulan

30

Saran

30

DAFTAR PUSTAKA

31

LAMPIRAN


33

RIWAYAT HIDUP

37

DAFTAR TABEL
1 Jenis dan sumber data penelitian
2 Koefisien variabel persamaan HDI dan Y
3 Hasil identifikasi order condition
4 Hasil uji F-statistik
5 Hasil uji hausman
6 Hasil estimasi persamaan pembangunan manusia (HDI)
7 Nilai konstanta masing-masing provinsi pada persamaan HDI
8 Hasil estimasi persamaan PDRB per kapita (Y)
9 Nilai konstanta masing-masing provinsi pada persamaan Y
10 Hasil estimasi persamaan simultan dengan metode 2SLS
11 Klasifikasi provinsi berdasarkan kinerja HDI dan Y tahun 2006-2011

11
17
17
18
19
19
21
22
24
25
28

DAFTAR GAMBAR
1 Nilai rata-rata indeks pembangunan manusia menurut provinsi tahun
2006-2011
2 Nilai rata-rata PDRB per kapita menurut provinsi tahun 2006-2011
3 Alur pemanfaatan sumberdaya terhadap pembangunan
4 Kinerja IPM dan PDRB per kapita menurut provinsi tahun 2006-2011

3
4
8
27

DAFTAR LAMPIRAN
1 Output hasil uji simultanitas (spesifikasi hausman)
2 Hasil estimasi persamaan indeks pembangunan manusia (HDI) dengan
fixed effect 2SLS
3 Hasil estimasi persamaan PDRB per kapita (Y) dengan fixed effect
2SLS

33
34
35

PENDAHULUAN
Pembangunan manusia merupakan salah satu faktor penting dalam
pertumbuhan ekonomi. Sumberdaya manusia yang berkualitas memiliki
produktifitas tinggi sehingga mampu meningkatkan efisiensi kegiatan ekonomi
dan secara agregat dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Ranis (2006)
menyatakan bahwa pembangunan manusia merupakan kontributor dari stabilnya
proses pertumbuhan ekonomi dan tidak hanya berkontribusi terhadap tujuan
fundamental pembangunan, tetapi juga sebagai faktor penting terhadap
pertumbuhan ekonomi sepanjang waktu.
Demikian pula pertumbuhan ekonomi menyediakan tingkat pendapatan
yang tinggi sebagai syarat pemenuhan kebutuhan dasar dan perbaikan kualitas
modal manusia. Stabilnya tingkat pertumbuhan ekonomi juga menciptakan efek
repetisi jangka panjang yang penting dalam peningkatan pembangunan manusia.
Peningkatan pendapatan sebagai instrumen pembesar kapasitas pemerintah dalam
penyediaan fasilitas sosial, pendidikan, dan kesehatan mampu meningkatkan
pembangunan manusia pada periode tertentu. Dengan demikian, pembangunan
manusia dan pertumbuhan ekonomi merupakan faktor input sekaligus tujuan
utama dari proses pembangunan.
Pembangunan manusia dan pertumbuhan ekonomi sebenarnya saling
memiliki keterkaitan. Beberapa penelitian memperlihatkan hubungan positif
antara pembangunan manusia dan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan manusia
berperan penting dalam membentuk masyarakat yang memiliki keahlian tinggi
yang selanjutnya berpengaruh terhadap pembangunan ekonomi. Demikian pula
pertumbuhan ekonomi mendorong pembangunan manusia melalui pendapatan
yang tinggi. Hubungan keterkaitan antara pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan manusia tersebut bisa saling menguatkan ke arah pertumbuhan atau
sebaliknya ke arah penurunan. Namun demikian, tidak serta merta pertumbuhan
ekonomi yang tinggi disertai dengan pembangunan manusia yang tinggi pula,
begitu pula sebaliknya. Beberapa wilayah memiliki pembangunan manusia yang
tinggi namun tidak diikuti pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan sebaliknya. Hal
ini menunjukkan bahwa ada faktor lain yang memengaruhi kedua variabel
tersebut, sehingga dapat diduga bahwa pembangunan manusia dan pertumbuhan
ekonomi merupakan persamaan simultan yang dipengaruhi oleh beberapa variabel
bebas.
Identifikasi faktor-faktor yang menghubungkan pembangunan manusia dan
pertumbuhan ekonomi masih terbatas pada beberapa variabel tertentu, sehingga
perlu adanya ragam variabel yang dianalisis agar teridentifikasi indikator yang
paling tepat dalam menggambarkan hubungan antar kedua variabel. Rata-rata
lama sekolah dan pengeluaran pemerintah bidang pendidikan dan kesehatan
dianalisis pengaruhnya terhadap pembangunan manusia. Sementara itu, total
pengeluaran pemerintah, distribusi pendapatan, dan kepadatan penduduk diduga
sebagai faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Penelitian
menggunakan pendekatan analisis kuantitatif dalam menjelaskan hasil dengan
menggunakan metode two-stages least square (2SLS) serta menggunakan
pendekatan teori ekonomi regional dalam analisis deskriptif.

2
Latar Belakang
Menurut Basri dan Munandar (2009), sekurang-kurangnya ada tiga masalah
besar di Indonesia, yaitu (1) minimnya sumberdaya manusia yang berkualitas
yang disebabkan oleh masih lemahnya kinerja maupun kualitas pendidikan, (2)
keterbatasan infrastruktur, baik infrastruktur fisik maupun non fisik; dan (3)
kelemahan kerangka kelembagaan (institutional framework). Tentunya masalah
tersebut tidak terdispersi seluruhnya secara nasional. Ada beberapa wilayah yang
mengalami kemajuan di bidang pendidikan, infrastruktur yang baik, serta
menerapkan good governance secara utuh bergantung dari tingkat kesenjangan
antarwilayah di Indonesia. Dengan demikian, selain beberapa unsur tersebut yang
juga perlu menjadi perhatian penting adalah masalah pemerataan pembangunan.
Pada tahun 2011, Indonesia berhasil mencapai pertumbuhan Produk
Domestik Bruto (PDB) sebesar 6.5 persen, tertinggi sejak tahun 1996. Indonesia
juga tercatat sebagai 10 besar negara dengan pertumbuhan tertinggi yang diukur
dengan indeks pembangunan manusia (UNDP, 2011). Namun perlu dikaji apakah
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia yang tinggi juga dialami oleh
seluruh wilayah di Indonesia, atau pertumbuhan tersebut hanya disumbangkan
oleh beberapa wilayah tertentu. Ketidakmerataan pembangunan manusia dan
pertumbuhan ekonomi menyebabkan kesenjangan yang tinggi dalam hal
pemenuhan kebutuhan dasar yang seharusnya diterima secara luas oleh setiap
penduduk di setiap wilayah, seperti pangan, pendidikan, fasilitas sanitasi, serta
pendapatan masyarakat. Sampai saat ini masih terindikasi gejala ketidakmerataan
yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia pada
33 provinsi di Indonesia.
Tantangan utama pembangunan daerah dalam rangka pembangunan
nasional adalah mengurangi kesenjangan pembangunan antardaerah dengan lebih
menyerasikan laju pertumbuhan ekonomi antardaerah yang relatif maju yang
didukung oleh sektor industri yang modern dengan daerah yang tertinggal yang
masih relatif didominasi oleh pertanian tradisional (Tjiptoherijanto 1996).
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengalami masalah
ketidakmerataan dalam pembangunan manusia yang diukur oleh indeks
pembangunan manusia (IPM). Indeks ini mencerminkan kualitas modal manusia
yang diukur dari indikator tingkat pendidikan, kesehatan, dan daya beli
masyarakat.
Nilai rata-rata IPM periode 2006-2011 untuk seluruh provinsi (Gambar 1)
memperlihatkan bahwa Provinsi DKI Jakarta, Sulawesi Utara, dan Riau memiliki
IPM tertinggi dengan nilai masing-masing sebesar 77.1, 75.4, dan 75.3.
Sedangkan Provinsi Papua, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur
memiliki IPM terendah dengan nilai masing-masing 64.2, 64.5, dan 66.3.
Kesenjangan pembangunan manusia antarwilayah Indonesia Bagian Barat (IBB)
dan Indonesia Bagian Timur (IBT) juga terlihat dari fakta bahwa 10 provinsi yang
terendah nilai indeks pembangunan manusianya seluruhnya berasal dari wilayah
IBT, yaitu Provinsi Papua, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Papua
Barat, Kalimantan Barat, Maluku Utara, Sulawesi Barat, Kalimantan Selatan,
Sulawesi Tenggara, dan Gorontalo. Sedangkan provinsi-provinsi dari wilayah IBB
secara umum menempati posisi sedang hingga tinggi, seperti Provinsi DKI Jakarta,

3

DKI Jakarta
Sulawesi Utara
Riau
Yogyakarta
Kalimantan Timur
Kepulauan Riau
Kalimantan Tengah
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Bengkulu
Bangka Belitung
Sumatera Selatan
Jambi
Jawa Tengah
Jawa Barat
Bali
Nanggroe Aceh Darussalam
Maluku
Jawa Timur
Lampung
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tengah
Banten
Gorontalo
Sulawesi Tenggara
Kalimantan Selatan
Sulawesi Barat
Maluku Utara
Kalimantan Barat
Papua Barat
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Barat
Papua

77.1
75.4
75.3
75.0
74.7
74.3
74.1
73.9
73.1
72.3
72.3
72.3
72.2
71.7
71.5
71.4
70.9
70.7
70.7
70.6
70.6
70.3
69.9
69.5
69.2
69.0
68.7
68.4
68.4
68.1
66.3
64.5
64.2
Indeks Pembangunan Manusia

Gambar 1 Nilai rata-rata indeks pembangunan manusia menurut provinsi tahun
2006-2011
Riau, Yogyakarta, dan Kepulauan Riau. Hanya beberapa Provinsi dari IBT yang
tergolong sebagai provinsi dengan IPM tinggi, yaitu Provinsi Sulawesi Utara,
Kalimantan Timur, dan Kalimantan Tengah, sedangkan yang tergolong IPM
sedang didominasi oleh provinsi dari wilayah IBB.
Pertumbuhan ekonomi juga merupakan faktor penting sebagai gambaran
dari pendapatan masyarakat yang dilihat melalui indikator PDRB per kapita. Nilai
rata-rata PDRB per kapita seluruh provinsi (Gambar 2) menunjukkan bahwa
provinsi DKI Jakarta, Kalimantan Timur, Riau, serta Kepulauan Riau memiliki
pertumbuhan ekonomi teringgi. Sedangkan 4 provinsi dari wilayah Indonesia
Bagian Timur, yaitu Provinsi Maluku Utara, Maluku, Gorontalo, serta Nusa
Tenggara Timur memiliki PDRB per kapita terendah dibanding provinsi lain.
Nilai PDRB per kapita provinsi tertinggi (DKI Jakarta) yang mencapai 15 kali

4
DKI Jakarta
Kalimantan Timur
Kepulauan Riau
Riau
Papua Barat
Sumatera Utara
Jawa Timur
Kep. Bangka Belitung
Sumatera Selatan
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Banten
Papua
Sumatera Barat
Sulawesi Utara
Nanggroe Aceh Darussalam
Jawa Barat
Bali
Kalimantan Barat
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
DI Yogyakarta
Jawa Tengah
Jambi
Sulawesi Tenggara
Lampung
Bengkulu
Nusa Tenggara Barat
Sulawesi Barat
Maluku Utara
Maluku
Gorontalo
Nusa Tenggara Timur

40,067
31,187
24,341
17,596
11,352
8,861
8,848
8,793
8,413
8,287
8,271
8,125
7,842
7,791
7,775
7,615
7,322
7,264
6,729
6,444
6,131
5,937
5,588
5,519
5,046
4,912
4,734
4,168
3,931
2,834
2,726
2,711
2,629
PDRB per kapita (ribu rupiah)

Gambar 2 Nilai rata-rata PDRB per kapita menurut provinsi tahun
2006-2011
lebih tinggi dari provinsi dengan PDRB per kapita terendah (Nusa Tenggara
Timur) menunjukkan kesenjangan pendapatan yang tinggi antarwilayah di
Indonesia. Kecepatan pertumbuhan ekonomi yang tidak seimbang antarwilayah
juga terlihat pada pertumbuhan nilai PDRB per kapita provinsi DKI Jakarta yang
tumbuh sebesar 1,710 ribu rupiah per tahun sedangkan provinsi Nusa Tenggara
Timur hanya tumbuh sejumlah 79 ribu rupiah per tahun. Data tersebut
menunjukkan kesenjangan antarprovinsi yang sangat signifikan baik dalam hal
jumlah nominal maupun kecepatan pertumbuhan PDRB per kapita.
Pembangunan manusia dan pertumbuhan ekonomi secara umum telah
diterima memiliki hubungan keterkaitan yang positif, namun data memperlihatkan
bahwa tidak selalu pembangunan manusia yang tinggi diikuti dengan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan sebaliknya. Beberapa provinsi
menunjukkan kinerja pembangunan manusia yang baik sedangkan pertumbuhan

5
ekonominya lemah, dan sebaliknya, beberapa provinsi memiliki pertumbuhan
ekonomi yang tinggi sedangkan pembangunan manusia berada di bawah rata-rata.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011 memperlihatkan Provinsi
Yogyakarta memiliki IPM sebesar 76.32 yang merupakan tertinggi ke-4 nasional,
namun memiliki PDRB per kapita yang relatif rendah, yaitu 6,345 ribu rupiah.
Contoh lain yaitu pada Provinsi Papua Barat yang memiliki PDRB per kapita
sebesar 15,102 ribu rupiah yang merupakan tertinggi ke-5 nasional, namun hanya
memiliki nilai IPM sebesar 69.65, berada di peringkat 29 dari 33 provinsi. Hal
tersebut menunjukkan bahwa terdapat suatu kondisi looped economic growth,
yaitu ketika pertumbuhan ekonomi tinggi tidak disertai dengan pembangunan
manusia yang tinggi pula, serta kondisi looped human development yang
terindikasi ketika pembangunan manusia tinggi tidak diikuti oleh pertumbuhan
ekonomi yang tinggi.
Pemerintah daerah di Indonesia sebagai penentu kebijakan memiliki peran
penting dalam mengalokasikan sumberdaya sebagai input pembangunan wilayah,
khususnya setelah ditetapkannya Undang-undang no 22 tahun 1999 yang direvisi
menjadi Undang-undang no 32 tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, dimana
kebijakan pembangunan daerah diserahkan kepada masing-masing pemerintah
daerah, sedangkan pemerintah pusat hanya sebagai pengawas atau pengontrol
kebijakan. Beberapa wilayah berorientasi terhadap pertumbuhan ekonomi sebagai
strategi pembangunannya, sementara beberapa wilayah lain memberikan perhatian
relatif lebih besar terhadap kebijakan yang berkaitan dengan fasilitas sosial dan
peningkatan kualitas pembangunan manusia. Keragaman sumberdaya, kapabilitas,
kebutuhan, serta potensi di masing-masing wilayah memengaruhi strategi
pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Perumusan kebijakan yang
kurang tepat dapat mengurangi efisiensi dan efektifitas program kebijakan yang
telah disiapkan pemerintah daerah.
Oleh sebab itu perlu dianalisis seberapa besar keterkaitan antara
pembangunan manusia dengan pertumbuhan ekonomi pada provinsi-provinsi di
Indonesia, apakah keduanya saling berpengaruh positif, negatif, atau tidak terkait
sama sekali, serta dikaji pula faktor apa saja yang berpengaruh terhadap
pembangunan manusia serta pertumbuhan ekonomi suatu wilayah.

Perumusan Masalah

Pembangunan manusia dan pertumbuhan ekonomi diduga memiliki
hubungan keterkaitan. Hubungan antara pembangunan manusia dan pertumbuhan
ekonomi pada 33 provinsi di Indonesia perlu diidentifikasi seberapa besar
keterkaitan yang dimiliki, apakah saling berpengaruh secara signifikan, hanya
terdapat hubungan satu arah, atau keduanya tidak saling memengaruhi. Selain itu
perlu diukur seberapa besar pengaruh keterkaitan antara keduanya, apakah
berpengaruh secara positif atau negatif.
Faktor-faktor yang mendukung kedua variabel tersebut juga penting untuk
diukur sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi kebijakan. Berdasarkan beberapa
hal tersebut, maka masalah-masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:

6
1. Bagaimanakah hubungan keterkaitan antara pembangunan manusia dan
pertumbuhan ekonomi?
2. Bagaimanakah pengaruh rata-rata lama sekolah, belanja pemerintah bidang
pendidikan dan kesehatan, serta pertumbuhan ekonomi terhadap
pembangunan manusia?
3. Bagaimanakah pengaruh pengeluaran pemerintah, distribusi pendapatan,
kepadatan penduduk, dan pembangunan manusia terhadap pertumbuhan
ekonomi?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini secara umum adalah mendapatkan model yang dapat
menjelaskan hubungan keterkaitan antara pembangunan manusia dengan
pertumbuhan ekonomi. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah:
1. menganalisis hubungan keterkaitan antara indeks pembangunan manusia
(HDIit) dan PDRB per kapita (Yit);
2. menganalisis pengaruh rata-rata lama sekolah (EDUit), belanja pemerintah
bidang pendidikan dan kesehatan (PSPENDit), serta PDRB per kapita (Yit)
terhadap indeks pembangunan manusia (HDIit); dan
3. menganalisis pengaruh total pengeluaran pemerintah (GEit), indeks gini
(GRit), kepadatan penduduk (DENSit) dan indeks pembangunan manusia
(HDIit) terhadap PDRB per kapita (Yit).

Manfaat Penelitian
Modal manusia dan pembangunan ekonomi diduga memiliki hubungan
yang saling terkait, oleh sebab itu analisis hubungan antara keduanya diharapkan
dapat memberikan kontribusi yang berguna dalam penetapan kebijakan
pembangunan daerah. Secara khusus penelitian ini dapat bermanfaat diantaranya:
1. sebagai referensi pemerintah, badan legisatif, lembaga sosial, maupun
pihak swasta dalam merumuskan kebijakan sebagai upaya mencapai
hubungan spiral positif (virtuous cycle) antara pembangunan manusia dan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia; dan
2. sebagai acuan evaluasi program kebijakan pemerintah dalam proses
pembangunan daerah, peningkatan pemerataan, serta pertumbuhan
ekonomi yang stabil.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian adalah wilayah Indonesia. Unit pengamatan
dilakukan terhadap 33 provinsi selama periode 6 tahun, yaitu tahun 2006 sampai
2011.

7

TINJAUAN PUSTAKA
Pada bagian ini akan dijelaskan konsep hubungan dua arah antara
pembangunan manusia dan pertumbuhan ekonomi, serta faktor yang
menghubungkan keduanya. Beberapa penelitian terdahulu yang mendukung serta
hipotesis penelitian juga akan dijelaskan pada bagian ini.

Kerangka Pemikiran

Pertumbuhan ekonomi merupakan faktor penting dalam peningkatan
kualitas pembangunan manusia. Sebaliknya, modal manusia yang berkualitas
dapat memberi pengaruh yang signifikan dalam pertumbuhan ekonomi. Ranis
(2004) menyatakan bahwa selama tingkat kebebasan dan keahlian individu yang
lebih tinggi meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pembangunan manusia akan
mempunyai efek yang penting terhadap pertumbuhan ekonomi. Demikian pula,
selama peningkatan penghasilan dapat memperbesar pilihan individu dan keahlian
individu dinikmati oleh rumah tangga dan pemerintah, pertumbuhan ekonomi
akan meningkatkan pembangunan manusia. Ramirez et al. (1998) menganalisis
dua rantai hubungan, yaitu dari pembangunan manusia terhadap pertumbuhan
ekonomi dan dari pertumbuhan ekonomi terhadap pembangunan manusia.
1) Pengaruh pembangunan manusia terhadap pertumbuhan ekonomi
Kajian tentang pengaruh pembangunan manusia terhadap pertumbuhan
ekonomi cukup penting untuk diteliti. Pada tingkat mikro, sejumlah studi
menyatakan bahwa peningkatan penghasilan berhubungan erat dengan tambahan
tahun pendidikan, dengan tingkat balikan bervariasi di antara tingkat pendidikan.
Perbedaan tambahan penghasilan berkaitan dengan tingkat pencapaian
kemampuan kognitif dan hal tersebut secara sederhana dapat dilihat dari tingkat
pendidikan yang menunjukkan bahwa pencapaian kemampuan kognitif memiliki
kontribusi cukup tinggi dalam memperoleh penghasilan tambahan.
Pembentukan kondisi masyarakat yang memiliki keahlian tinggi
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Tingkat pembangunan manusia
yang tinggi akan memengaruhi perekonomian melalui peningkatan kapabilitas
penduduk dan konsekuensinya adalah pada produktifitas dan kreatifitas mereka.
Pendidikan dan kesehatan penduduk sangat menentukan kemampuan untuk
menyerap dan mengelola sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baik dalam
kaitannya dengan teknologi sampai kelembagaan yang penting bagi pertumbuhan
ekonomi. Dengan pendidikan yang baik, pemanfaatan teknologi ataupun inovasi
teknologi dapat meningkatkan produktifitas, sehingga kegiatan ekonomi berjalan
dengan semakin efisien.

8
2) Pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap pembangunan manusia
Pertumbuhan ekonomi memengaruhi pembangunan manusia melalui
aktivitas rumah tangga dan kebijakan pemerintah. Pertumbuhan ekonomi
memengaruhi tingkat pendapatan masyarakat, sehingga pengeluaran terhadap
pemenuhan kebutuhan dasar semakin meningkat. Kemampuan dalam pemenuhan
kebutuhan dasar seperti makanan, sandang, dan sanitasi inilah yang meningkatkan
kualitas modal manusia. Secara makro, alokasi sumberdaya untuk meningkatkan
pembangunan manusia merupakan fungsi dari tiga hal, yaitu total pengeluaran
untuk sektor publik, jumlah dana yang dialokasikan untuk sektor-sektor
pembangunan manusia, dan bagaimana dana tersebut dialokasikan dalam sektorsektor tersebut.
Ferroni dan Ravi (1990) menjelaskan hubungan antara pengalokasian
sumberdaya, pembangunan manusia, dan pertumbuhan ekonomi (Gambar 3).
Sumberdaya bisa dialokasikan melalui dua cara untuk mencapai pembangunan
manusia maupun pertumbuhan ekonomi. Pertama, sumberdaya dialokasikan
melalui pengeluaran langsung untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat
yang selanjutnya akan meningkatkan modal manusia dan kemudian mendorong
pertumbuhan produksi serta pembangunan ekonomi. Kedua, dengan
mengalokasikan sumberdaya untuk investasi fisik yang kemudian akan
meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat dan mendorong pembangunan
manusia melalui pendapatan yang tinggi. Dengan demikian, peran pemerintah
daerah dalam menentukan pilihan kebijakan pembangunan berperan penting
dalam proses pembangunan dan kemajuan wilayah.

Sumberdaya

Penyediaan fasilitas
sosial, pendidikan, kesehatan

Peningkatan kualitas
modal manusia

Pembangunan manusia

Investasi modal fisik atau
modal produktif

Peningkatan pendapatan per
kapita

Pertumbuhan ekonomi

Gambar 3 Alur pemanfaatan sumberdaya terhadap pembangunan

9
Penelitian Terdahulu

1) Penelitian Alejandro Ramirez, Gustav Ranis, dan Frances Stewart (1998)
Ramirez et al. (1998) melakukan penelitian hubungan dua arah antara
pembangunan ekonomi dan pembangunan manusia dengan menggunakan data
cross section 35 sampai 76 negara sedang berkembang pada tahun 1970 sampai
1992. Mereka menggunakan variabel lag terhadap data sebagai instrumen untuk
menurunkan bias simultan sehingga dapat diterapkan metode ordinary least
square (OLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dua
arah dan memperlihatkan bahwa pengeluaran publik pada sektor sosial serta
pendidikan perempuan menjelaskan kekuatan hubungan pertumbuhan ekonomi
dan pembangunan manusia. Sementara itu tingkat investasi dan distribusi
pendapatan signifikan dalam menjelaskan kekuatan hubungan antara
pembangunan manusia dan pertumbuhan ekonomi.
2) Penelitian Aloysius Gunadi Brata (2002)
Brata (2002) dalam penelitiannya juga menganalisis hubungan dua arah
antara pembangunan manusia dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, khususnya
selama masa krisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan dua
arah antara pembangunan manusia dan pertumbuhan ekonomi dengan disertai
pengaruh variabel lain, seperti lama sekolah perempuan dan tingkat ketersediaan
sumberdaya alam. Penelitian ini mampu menjelaskan hubungan dua arah antara
pembangunan manusia dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Namun beberapa
variabel penjelas belum dapat menjelaskan model secara signifikan, seperti rasio
minyak dan gas terhadap PDRB serta indeks gini.
3) Penelitian Gustav Ranis dan Frances Stewart (2005)
Penelitian Ranis dan Stewart (2005) mengkaji berbagai negara di dunia.
Mereka menemukan bahwa walaupun salah satu variabel dalam rantai
menunjukkan kelemahan, namun masih memungkinkan tercapai kinerja yang
bagus dengan variabel yang kuat di rantai lain. Pertumbuhan ekonomi yang
merupakan faktor input penting bagi pembangunan manusia tidak akan stabil bila
tidak disertai dengan peningkatan pembangunan manusia. Kebijakan ekonomi
selama ini memprioritaskan pada fundamental ekonomi sebagai kondisi penting
untuk pertumbuhan ekonomi, dimana kebijakan pembangunan manusia harus
menunggu giliran. Penemuan penting mereka menyatakan bahwa pembangunan
manusia yang tertunda akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang tidak
stabil.
4) Penelitian Nur Berlian Venus Ali (2006)
Ali (2006) melakukan penelitian untuk menganalisis pengaruh timbal balik
antara kinerja perekonomian terhadap pembangunan manusia melalui pendidikan,
serta pengaruh sebaliknya yaitu pembangunan manusia melalui pendidikan
terhadap kinerja perekonomian. Selain dua variabel tersebut, digunakan variabel
terkait lainnya seperti pengeluaran pendidikan dan distribusi pendapatan dalam

10
memengaruhi tingkat pendidikan, serta variabel pengeluaran pemerintah,
keterbukaan ekonomi, dan investasi fisik yang diduga memengaruhi kinerja
perekonomian. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan simultan
two-stages least square manual pada model data panel fixed effect di 26 provinsi
Indonesia periode tahun 1993, 1996, 1999, dan 2002. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat hubungan simultan antara persamaan pembangunan
pendidikan dengan persamaan kinerja perekonomian, dan sebaliknya. Analisis
regresi menunjukkan bahwa variabel kinerja perekonomian, belanja sektor
pendidikan, dan distribusi pendapatan berpengaruh signifikan terhadap tingkat
pendidikan penduduk. Sementara pada persamaan kinerja perekonomian, analisis
regresi menunjukkan bahwa variabel tingkat pendidikan, pengeluaran pemerintah,
keterbukaan perekonomian, dan investasi fisik berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja perekonomian. Penelitian ini mampu menjelaskan hubungan
kedua variabel endogen serta terdapat variasi variabel bebas yang mampu
menjelaskan model. Namun variabel bebas yang diambil masih dominan terdapat
pada penelitian Ramirez et al. (1998) sehingga identifikasi linkange variable
belum dapat berkembang dengan sempurna. Selain itu, periode penelitian tidak
dilakukan secara longitudinal sehingga ada beberapa titik time series yang belum
mampu dijelaskan.

Hipotesis Penelitian
Hipotesis untuk setiap variabel yang dijelaskan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. PDRB per kapita per kapita (Yit) memiliki hubungan positif dan signifikan
dengan IPM (HDIit);
b. rata-rata lama sekolah (EDUit) berpengaruh positif dan signifikan dengan
IPM (HDIit);
c. belanja pemerintah bidang pendidikan dan kesehatan (PSPENDit)
berpengaruh positif dan signifikan dengan IPM (HDIit);
d. IPM (HDIit) berpengaruh positif dan signifikan dengan PDRB per kapita
(Yit);
e. pengeluaran pemerintah (GEit) berpengaruh positif dan signifikan dengan
PDRB per kapita (Yit); dan
f. indeks gini (GRit) berpengaruh negatif dan signifikan dengan PDRB per
kapita (Yit); dan
g. kepadatan penduduk (DENSit) berpengaruh positif dan signifikan dengan
PDRB per kapita (Yit).

11

METODOLOGI PENELITIAN
Model yang dianalisis adalah model simultan dari persamaan indeks
pembangunan manusia dan PDRB per kapita. Pengujian simultanitas dilakukan
dengan uji spesifikasi hausman serta identifikasi order condition untuk
menentukan metode analisis yang digunakan. Selanjutnya dilakukan uji F-statistik
dan uji hausman untuk menentukan metode estimasi yang tepat antara fixed effect
dan random effect.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber dari Badan
Pusat Statistik dan Kementerian Keuangan RI. Secara rinci jenis-jenis data yang
diperlukan dan sumbernya untuk setiap variabel yang diamati disajikan dalam
Tabel_1.
Tabel 1 Jenis dan sumber data penelitian
Nama
variabel

Data yang dianalisis

Sumber data

HDIit

Indeks pembangunan manusia
menurut provinsi tahun 2006-2011

[BPS] Badan Pusat Statistik,
Statistik Indeks Pembangunan
Manusia

Yit

PDRB per kapita menurut harga
konstan tahun 2000 per provinsi
tahun 2006-2011

[BPS] Badan Pusat Statistik,
PDRB Provinsi Menurut
Penggunaan

PSPENDit

Belanja pemerintah provinsi bidang
pendidikan dan kesehatan tahun
2006-2011 per jumlah penduduk

Kementerian Keuangan,
Realisasi APBD

EDUit

Rata-rata lama sekolah penduduk
usia 15 tahun ke atas menurut
provinsi dan jenis kelamin tahun
2006-2011

[BPS] Badan Pusat Statistik,
Perkembangan Beberapa
Indikator Utama SosialEkonomi Indonesia

GEit

Jumlah total pengeluaran pemerintah
provinsi tahun 2006-2011 per jumlah
penduduk

[BPS] Badan Pusat Statistik,
Statistik Keuangan Provinsi

GRit

Indeks gini provinsi tahun 20062011

[BPS] Badan Pusat Statistik,
Perkembangan Beberapa
Indikator Utama SosialEkonomi Indonesia

DENSit

Kepadatan penduduk per provinsi
tahun 2006-2011

[BPS] Badan Pusat Statistik,
Perkembangan Beberapa
Indikator Utama SosialEkonomi Indonesia

12
Spesifikasi Model

Penelitian ini mengkaji hubungan dua arah antara pembangunan manusia
dan pertumbuhan ekonomi. Pemilihan model diadaptasi berdasarkan penelitian
empiris. Model yang akan dijelaskan adalah model persamaan simultan yang
terdiri dari persamaan pembangunan manusia dan persamaan pertumbuhan
ekonomi.
Model Persamaan Pembangunan Manusia
Analisis hubungan dua arah antara pembangunan manusia membutuhkan
variabel yang dapat dijadikan parameter penelitian dengan baik. Basri dan
Munandar (2009) menyatakan bahwa indeks pembangunan manusia (IPM)
merupakan proksi yang tepat untuk menggambarkan kondisi pembangunan
manusia.
Tingkat pendidikan masyarakat menentukan pola konsumsi terhadap jenis
barang yang berkontribusi langsung terhadap peningkatan modal manusia, seperti
makanan serta fasilitas sanitasi yang baik. Peningkatan kondisi kesehatan dan gizi
yang baik telah memberi bukti memiliki pengaruh langsung terhadap
produktivitas pekerja (Ranis et al. 2000). Sebagaimana juga dinyatakan oleh
Meier dan Rauch (2000) bahwa tingkat pendidikan yang baik dapat meningkatkan
kondisi sanitasi yang lebih baik bagi seluruh anggota keluarga dan makanan yang
lebih bergizi. Selain itu, belanja pemerintah bidang pendidikan dan kesehatan
memperluas akses masyarakat terhadap edukasi serta pelayanan kesehatan yang
memadai. Belanja pemerintah daerah bidang pendidikan dan kesehatan
menyediakan akses masyarakat terhadap fasilitas pemenuhan kebutuhan dasar
untuk pembangunan manusia. Tingkat pendidikan dan kesehatan yang baik dapat
meningkatkan kualitas modal manusia. Dengan demikian, kedua faktor tersebut
diduga berpengaruh positif terhadap pembangunan manusia.
Tingkat PDRB per kapita juga diduga memengaruhi indeks pembangunan
manusia. Pengeluaran penduduk yang semakin tinggi menyebabkan tingkat
pemenuhan kebutuhan dasar penduduk semakin baik. Hal tersebut mendorong
tingkat konsumsi untuk pendidikan dan kesehatan semakin meningkat, sehingga
berpengaruh terhadap indeks pembangunan manusia di suatu wilayah.
Berdasarkan beberapa argumen tersebut, maka model pembangunan
manusia dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
HDIit = α0 +α1 EDUit + α2 PSPENDit + α3 Yit + eit
keterangan:
αi
HDIit
PSPENDit
EDUit
Yit
eit

= konstanta /intersep provinsi i
= indeks pembangunan manusia;
= belanja pemerintah daerah bidang pendidikan dan kesehatan
provinsi i tahun t; dalam log
= rata-rata lama sekolah usia 15 tahun ke atas provinsi i tahun t;
dalam tahun
= PDRB per kapita provinsi i tahun t; dalam log
= error term

13
Model Persamaan Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi dinyatakan oleh Pendapatan Regional Domestik
Bruto (PDRB) per kapita karena menunjukkan tingkat pendapatan individu secara
rata-rata. Ramirez et al. (1998) memasukkan variabel investasi fisik, belanja
pemerintah, serta indeks pembangunan manusia sebagai input persamaan
pertumbuhan ekonomi.
Pengeluaran pemerintah meningkatkan akses masyarakat terhadap fasilitas
pembangunan sehingga proses kegiatan ekonomi berjalan semakin efisien dan
produktif. Pertumbuhan ekonomi yang diikuti distribusi pendapatan yang merata
merupakan indikator kesejahteraan serta pembangunan jangka panjang yang stabil.
Kepadatan penduduk juga diduga berperan dalam meningkatkan produktivitas
sebagai gambaran dari tingkat aglomerasi yang meningkatkan efisiensi produksi.
Selain itu perlu dianalisis pula aspek spasial serta tingkat pemerataan
pendapatan antarwilayah sebagai faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Ketiga faktor tersebut diduga memengaruhi pertumbuhan ekonomi sehingga perlu
dianalisis seberapa besar pengaruhnya terhadap proses pembangunan wilayah di
Indonesia.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat diambil suatu model
persamaan pertumbuhan ekonomi sebagai berikut:
Yit =

0

+

1 GEit + 2

GRit +

3

DENSit +

4 HDIit

+ uit

keterangan:
i

Yit
GEit
GRit
DENSit
HDIit
uit

= konstanta /intersep provinsi i
= PDRB per kapita provinsi i tahun t; dalam log
= total pengeluaran pemerintah per jumlah penduduk provinsi i
tahun t; dalam log
= indeks gini provinsi i tahun t;
= kepadatan penduduk provinsi i tahun t; dalam log
= indeks pembangunan manusia provinsi i tahun t,
= error term
Metode Estimasi

Langkah-langkah estimasi yang dilakukan adalah identifikasi dan spesifikasi
model, uji simultanitas, serta estimasi data.
Identifikasi Model (Order Condition)
Sebelum pembahasan kepada teknik yang relevan, perlu terlebih dahulu
ditentukan apakah parameter dapat diestimasi. Kondisi identified diperoleh jika
terdapat cukup banyak informasi yang memungkinkan estimasi suatu parameter
model. Order condition merupakan acuan apakah suatu sistem persamaan dapat
diselesaikan sehingga nilai koefisien dapat diperoleh.

14
Dalam model simultan, persamaan dapat diidentifikasi jika jumlah variabel
eksogen yang dikeluarkan dari persamaan tidak kurang dari jumlah variabel
endogen yang terdapat dalam persamaan kurang dikurangi 1, atau
K-k≥m-1
keterangan:
m = jumlah variabel endogen pada setiap persamaan;
K = jumlah variabel eksogen dalam model termasuk konstanta;
k = jumlah variabel eksogen pada setiap persamaan.
Jika K – k = m – 1, persamaan just identified, tetapi jika K – k > m – 1, maka
persamaan overidentified (Gujarati 2004).

Uji Simultanitas (Spesifikasi Hausman)
Uji simultanitas dilakukan untuk mengetahui apakah suatu variabel
berkorelasi dengan suku residualnya. Jika persamaan tidak simultan, atau tidak
terdapat masalah simultanitas, maka metode ordinary least square (OLS) akan
menghasilkan nilai penduga parameter yang konsisten dan efisien. Namun jika
terdapat masalah simultanitas, maka metde OLS tidak akan konsisten. Selanjutnya
metode instrumen variabel akan menghasilkan penduga yang konsisten dan efisien
(Pindyck dan Rubinfield 1998).
Pengujian dengan spesifikasi hausman dilakukan dengan mengestimasi Y
dalam persamaan reduced form dengan metode fixed effect, kemudian residual
dari hasil esimasi Y tersebut ditambahkan pada persamaan regresi struktural HDI
untuk mengoreksi simultanitas. Bila variabel residual memengaruhi HDI (uji t
signifikan), maka tolak hipotesis nol bahwa tidak ada simultanitas. Secara
sederhana, uji hausman terdiri atas beberapa langkah sebagai berikut:
1) HDI diregresikan terhadap EDU, PSPEND, GE, GR, dan DENS untuk
mendapatkan nilai residual � .
2) Y diregresikan terhadap HDI dan w, lalu lakukan uji t pada koefisien w. Jika
signifikan, hipotesis bahwa terdapat simultanitas tidak dapat ditolak. Untuk
efisiensi estimasi, Pyndick dan Rubinfeld (1998) menyarankan untuk
meregresikan Y terhadap HDI dan � .
Apabila terbukti dari uji simultanitas bahwa terdapat proses simultan, maka
metode analisis yang digunakan adalah metode indirect least square (ILS) atau
two-stages least square (2SLS). Metode ILS dipakai apabila sistem persamaan
simultan teridentifikasi just identified, sedangkan bila overidentified digunakan
metode 2SLS (Gujarati 2004).

Estimasi Data Panel
Setelah melakukan uji simultanitas, langkah selanjutnya adalah melakukan
estimasi model data panel yang digunakan.

15
1) Struktur model estimasi data panel
Terdapat dua tipe pemodelan residual data panel, yaitu: fixed effect model
(FEM), dan random effect model (REM). Fixed effect model (FEM) sudah
memerhatikan keragaman atau heterogenitas individu yakni dengan
mengasumsikan bahwa intersep antarkelompok individu berbeda, sedangkan
slope-nya dianggap sama. Pengertian FEM didasarkan adanya perbedaan intersep
antara individu namun sama antarwaktu (time invariant), sedangkan koefisien
regresi (slope) dianggap tetap baik antarkelompok individu maupun antarwaktu.
Dalam model FEM, generalisasi secara umum sering dilakukan dengan cara
memberikan variabel boneka (dummy variable). Tujuannya adalah untuk
mengizinkan terjadinya perbedaan nilai parameter yang berbeda-beda baik lintas
unit cross section ataupun antarwaktu. Oleh karena itu pendekatan dengan
memasukkan variabel boneka ini dikenal juga sebagai least square dummy
variable (LSDV) atau disebut juga covariance model. Model fixed effect dapat
ditulis:
yit = αi + Xit + iΣDi + εit
Dalam random effect model (REM), parameter yang berbeda antar daerah
maupun antar waktu dimasukkan ke dalam error. Oleh sebab itu, model efek acak
sering disebut model komponen error (error component model). Diasumsikan
pula bahwa error secara individu (ui) tidak saling berkorelasi, begitu juga dengan
error kombinasinya (εit). Model random effect dapat ditulis:
yit = αi + Xit + ui + εit
2) Pemilihan model estimasi data panel
Dalam memilih salah satu model estimasi yang dianggap paling tepat dari
tiga jenis model data panel, maka perlu dilakukan beberapa uji, yaitu: (1) Uji Fstatistik untuk menentukan antara model common effect atau FEM; dan (2) Uji
hausman untuk menentukan pilihan metode estimasi antara FEM dan REM.
a) Uji F-statistik
Pengujian F-statistik adalah pengujian untuk memilih apakah model yang
digunakan common effect atau FEM. Sebagaimana yang diketahui bahwa
terkadang asumsi setiap unit cross section memiliki perilaku yang sama
cenderung tidak realistis mengingat dimungkinkan setiap unit cross section
memiliki perilaku yang berbeda. Dalam pengujian ini dilakukan dengan
hipotesis sebagai berikut:
H0 : model common effect
H1 : model fixed effect
Dasar penolakan terhadap hipotesis nol (H0) adalah dengan
menggunakan F-statistik seperti yang dirumuskan oleh Chow:

16
F=

RSS1 - RSS2 / m
RSS2 / (n - k)

keterangan:
RSS1 = residual sum square hasil pendugaan model common effect;
RSS2 = residual sum square hasil pendugaan model fixed effect;
m
= numerator, yaitu jumlah restriksi atau pembatasan dalam model
common effect atau jumlah kelompok individu dikurangi 1;
(n – k) = denumerator, n: jumlah observasi; k: jumlah parameter dalam
model fixed effect
b) Uji hausman
Hausman (1978) mengajukan suatu tes yang menggunakan REM sebagai
acuan (hipotesis nol). Dasar pemikiran yang digunakan adalah dengan menguji
adanya hubungan antara unobserved effect dengan satu atau lebih variabel
bebas. Uji hausman dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut:
H0 : model random effect
H1 : model fixed effect
Jika uji statistik menunjukkan penolakan hipotesis nol maka FEM adalah
lebih tepat, dan sebaliknya.
3) Uji kelaikan suai (R2)
Uji R2 digunakan untuk mengukur kebaikan atau kesesuaian suatu model
persamaan regresi, lebih dari dua variabel. Koefisien determinasi majemuk R2
memberikan proporsi atau presentase variasi total dalam variabel terikat dengan
variabel bebas secara bersama-sama.
4) Uji hipotesis
Uji hipotesis adalah suatu anggapan atau pendapat yang diterima secara
kuantitatif untuk mengolah suatu data sebagai fakta untuk penelitian. Pengujian
dilakukan untuk menentukan baik atau buruknya model melalui uji kesesuaian
model (R2), uji secara serempak (Uji F), maupun uji secara parsial (Uji t) untuk
menentukan diterima atau ditolaknya hipotesa nol.
a) Uji secara serempak (Uji F)
Uji serempak (F-test), dimaksudkan untuk menguji pengaruh variabelvariabel bebas (independent variables) secara bersama-sama terhadap variabel
terikat (dependent variable).
b) Uji secara parsial (Uji t)
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel
bebas secara individual dapat memengaruhi variabel terikat.

17

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Identifikasi dan Spesifikasi Model
1) Identifikasi order condition
Identifikasi order condition digunakan untuk mengetahui apakah model
dapat diestimasi atau tidak. Langkah pertama adalah dengan menurunkan model
dalam persamaan residualnya untuk mengidentifikasi masing-masing variabel
endogen dan eksogen dalam persamaan yang diduga simultan.
persamaan HDI : HDIit – α0 – α1 EDUit – α2 PSPENDit – α3Yit
= eit
persamaan Y
: Yit – 0 – 1 GEit – 2 GRit – 3 DENSit – 4 HDIit = uit
Identifikasi sebelumnya dilakukan dengan menjabarkan masing-masing
koefisien dari setiap variabel (Tabel 2).

Tabel 2 Koefisien variabel persamaan HDI dan Y
Koefisien variabel
Persamaan
HDI
Y

1

HDI

Y

EDU

PSPEND

GE

GR

DENS

-α0
- 0

1
- 4

-α3
1

-α1
0

-α2
0

0
- 1

0
- 2

0
- 3

Hasil perhitungan order condition (Tabel 3) memperlihatkan jumlah
variabel eksogen melebihi jumlah variabel endogen dalam model, maka dapat
disimpulkan bahwa kedua persamaan overidentified, sehingga estimasi model data
panel menggunakan two-stages least square (2SLS).

Tabel 3 Hasil identifikasi order condition
K–k

m-1

Identifikasi

HDI

3

1

overidentified

Y

2

1

overidentified

Persamaan

2) Uji simultanitas (spesifikasi hausman)
Kedua model persamaan yang diduga memiliki hubungan keterkaitan ditulis
dalam bentuk persamaan sebagai berikut:

18
HDIit = α0 + α1 EDUit + α2 PSPENDit + α3Yit + eit
Yit
= 0 + 1 GEit + 2 GRit + 3 DENSit + 4 HDIit + uit
dengan model reduced form:
HDIit = π0 + π1 EDUit + π2 PSPENDt + π3 GEit + π4 GR + π5 DENS + vit
Yit
= π 0 + π1 EDUit + π2 PSPENDit + π3 GEit + π4 GRit + π5 DENS + wit
Persamaan di atas diduga memiliki hubungan simultan karena terdapat
variabel yang berlaku sebagai variabel bebas pada satu persamaan, sementara
bersifat sebagai variabel terikat pada persamaan lain, yaitu HDI (indeks
pembangunan manusia) dan Y (PDRB per kapita) yang bersifat sebagai variabel
endogen dalam model.
Hasil uji menunjukkan t-hitung residual wit sebesar 4.941 yang lebih besar
dari t-tabel(193; 0.01) sebesar 3.090. Selain itu, hasil pengolahan dengan software
EViews 7 (Lampiran 1) menghasilkan p-value variabel residual wit (RESID)
sebesar 0.0000. Dengan demikian, hasil uji menyatakan bahwa variabel residual
wit signifikan memengaruhi Y pada tingkat α = 0.01. Dengan demikian dapat
dibuktikan bahwa terdapat hubungan simultanitas antara variabel Y dan variabel
HDI.

Pemilihan Model Data Panel
1) Uji F-statistik
Hasil uji F-statistik (Tabel 4) menunjukkan bahwa nilai F-statistik
persamaan HDI dan persamaan Y melebihi nilai F-tabel. Dengan demikian,
hipotesis nol (model common effect) ditolak sehingga persamaan HDI dan Y lebih
sesuai diestimasi menggunakan model fixed effect.

Tabel 4 Hasil uji F-statistik
Persamaan
HDI
Y

RSS1

RSS2

Fstatistik

1060.947
38.89296

43.25535
0.438975

143.3709
533.8094

F-tabel
(α=0.01)

Model yang
digunakan

1.79
1.79

fixed effect
fixed effect

2) Uji hausman
Hasil uji hausman (Tabel 5) menunjukkan bahwa nilai chi-square (χ2) hasil
perhitungan melebihi nilai χ2 tabel. Dengan demikian, hipotesis nol (model
random effect) ditolak sehingga model yang lebih sesuai untuk mengestimasi
kedua persamaan tersebut adalah fixed effect.

19
Tabel 5 Hasil uji hausman
Persamaan
HDI
Y

χ2

d.f.

21.713536
18.990745

3
4

χ2 tabel
12.838 (α = 0.005)
14.860 (α = 0.005)

Model yang
digunakan
fixed effect
fixed effect

Estimasi Model Persamaan
1) Persamaan pembangunan manusia (HDI)
Hasil estimasi dengan menggunakan fixed effect 2SLS dengan weighted
cross section dan white cross section coefficient covariance method (Tabel 6)
memperlihatkan bahwa seluruh variabel bebas memengaruhi variabel HDI secara
signifikan. Hasil estimasi lengkap tercantum dalam Lampiran 2.
Tabel 6 Hasil estimasi persamaan pembangunan manusia (HDI)
Variabel
Independen

Variabel Dependen
HDI
Koefisien
p-value

Konstanta
EDU
PSPEND
Y

-69.14113*
0.469164**
0.297970*
8.454802*

Adj. R2
Prob. F
a

0.0000
0.0285
0.0000
0.0000
0.989952
0.000000*

Keterangan: * signifikan pada tingkat kesalahan (α) = 0.01
** signifikan pada tingkat kesalahan (α) = 0.05

a) Uji hipotesis persamaan HDI
Uji hipotesis dilakukan untuk melihat signifikansi secara statistik
parameter yang ditemukan melalui estimasi. Terdapat dua jenis pengujian,
yakni (1) pengujian hipotesis individual (t-test), dan (2) pengujian hipotesis
berganda (F-test).
 Pengujian hipotesis individual (t-test)
Hasil estimasi (Tabel 6) memperlihatkan variabel EDU memiliki
pengaruh yang signifikan pada tingkat kesalahan 5% yang ditunjukkan oleh
nilai p-value di bawah 0.05. Sedangkan variabel PSPEND dan Y memiliki
pengaruh yang signifikan pada tingkat kesalahan 1% yang ditunjukkan oleh

20
nilai p-value di bawah 0.01. Dengan demikian, hipotesis nol bahwa tidak
adanya pengaruh individual dari masing-masing variabel dapat ditolak. Baik
rata-rata lama sekolah, belanja pemerintah bidang pendidikan dan kesehatan,
maupun PDRB per kapita memiliki dampak yang signifikan terhadap indeks
pembangunan manusia.
 Pengujian hipotesis berganda (F-test)
Pada model regresi statistik uji F untuk signifikansi secara umum
(overall significance) adalah sebesar 296.5714. Statistik ini dibandingkan
dengan nilai kritis dengan derajat bebas q = 3 (numerator) dan n – k – 1 =
198 – 3 – 1 = 194 (denominator) sebesar 3.88. Dengan demikian, hipotesis
nol bahwa secara bersama variabel penjelas tidak memberikan nilai tambah
informasi dapat ditolak.
b) Uji kelaikan suai (goodness of fit) persamaan HDI
Hasil estimasi (Tabel 6) memperlihatkan nilai adjusted R-squared
sebesar 0.99 yang berarti bahwa variasi indeks pembangunan manusia (HDI)
dapat dijelaskan bersama-sama oleh variasi rata-rata lama sekolah (EDU),
belanja pemerintah bidang pendidikan dan kesehatan (PSPEND), dan PDRB
per kapita (Y) sebesar 99% dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar
model.
c) Interpretasi parameter hasil estimasi
Hasil estimasi persamaan dengan metode 2SLS menghasilkan persamaan
HDI dengan model matematika sebagai berikut:
HDIit = α0i + 0.469 EDUit + 0.298 PSPENDit + 8.455 Yit + eit
keterangan: α0i = konstanta masing-masing provinsi i (Tabel 7)
Secara umum nilai koefisien variabel bebas bertanda positif, yang berarti
bahwa variabel rata-rata lama sekolah, belanja pemerintah bidang pendidikan
dan kesehatan, dan PDRB per kapita berpengaruh positif terhadap indeks
pembangunan manusia. Koefisien variabel EDU sebesar 0.469 berarti bahwa
setiap peningkatan 1 tahun rata-rata lama sekolah terjadi peningkatan indeks
pembangunan manusia regional sebesar 0.469% dengan asumsi varia