1.2 Maksud dan Tujuan
Tujuan dari penyusunan tugas besar mata kuliah plambing adalah:
Mampu merencanakan sistem plambing air bersih, air kotor serta air hujan pada bangunan bertingkat,
Mampu mendesain instalasi plambing serta membuat potongan isometrik untuk
fasilitas saniter pada bangunan bertingkat, dan
Sebagai salah satu tugas besar dan persyaratan untuk memenuhi nilai mata kuliah “Plambing, Instrumentasi dan Peralatan Instalasi” sebagai pengendali
mutu.
1.3 Sistematika Pembahasan
Dalam laporan ini, penulis menguraikan tahap-tahap perencanaan sistem plambing sebagai berikut:
Kata Pengantar Daftar Isi
Daftar Tabel Daftar Gambar
Daftar Lampiran BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1.2 Maksud dan Tujuan 1.3 Sistematika Pembahasan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum
2.2 Sistem Plambing Air Bersih 2.3 Sistem Plambing Air Buangan dan Ven
2.4 Sistem Plambing Air Hujan 2.5 Instalasi dan Instrumentasi Penunjang
BAB III KOMPILASI DATA BAB IV PERHITUNGAN
4.1 Penentuan Sistem Air Bersih
4.2 Perhitungan Reservoir, Hidrofor dan Pompa 4.3 Perhitungan Perpipaan Air Buangan dan Ven
4.4 Perhitungan Perpipaan Air Hujan DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Sistem plambing merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam pembanguna gedung. Perencanaan dan perancangan sistem plambing harus
dilaksanakan bersamaan dengan arsitek, teknik sipil, mekanika dan eletrikal. Tujuan terpenting dari sistem penyediaan air adalah menyediakan air bersih.
Untuk gedung-gedung yang dibangun didaerah yang tidak tersedia fasilitas air bersih untuk umum, akan diambil dari sungai, air tanah dangkal atau dalam.
Dengan demikian, air baku harus diolah dalam gedung atau dalam instalasi pengolahan agar dicapai standar kualitas air yang berlaku.
2.2 Sistem Plambing Air Bersih
Beberapa tahun terakhir, bahan dalam air buangan makin beraneka ragam jenisnya dan rumit kualitasnya. Sebagai akibat perubahan menu makanan
manusia, kemajuan teknologi dan industry. Tapi diharapkan sampai saat ini fungsi air tidak berubah. Meskipun plambing adalah sarana yang sangat penting dan
dikenal banyak orang, kesalahan dalam perancangan, pemasangan atau perawatan dari peralatam plambing dapat membahayakan jiwa manusia. Dapat disimpulkan
bahwa tidaklah mudah dalam merancang instalasi plambing sehingga banyak negara menetapkan Undang-Undang, Peraturan, pedoman pelakasanaan code of
practice. Di Indonesia sendiri disiapkan “Pedoman Plambing Indonesia”. Fungsi dari peralatan plambing adalah untuk menyediakan air bersih ke
tempat-tempat yang dikehendaki dengan tekanan yang cukup, membuang air kotor dari tempat-tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian penting lainnya.
Sistem yang pertama dilaksanakan oleh sistem penyediaan air bersih dan yang kedua oleh sistem pembuangan.
Tujuan terpenting dalam sistem penyediaan air adalaha menyediakan air bersih. Penyediaan air minum dengan kualitas tetap baik merupakan prioritas
utama. Banyak negara telah menetapkan standar kualitas untuk tujuan ini. Di
negara-negara berkembang maupun negara maju dapat menggunakan standar kualitas air dari badan kesehatan dunia WHO. Untuk gedung-gedung yang
dibangun di daerah mana tidak tersedia fasilitas penyediaan air minum untuk umum, seperti tempat terpencil dipegunungan atau di pulau, penyediaan air akan
diambil dari sungai, air tanah dangkal, dan sebainya. Dalam hal demikian, air tersebut haruslah diolah agar dicapai standar kualitas air yang berlaku.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, didapat
beberapa pengertian mengenai: 1. Air baku untuk air minum rumah tangga yang selanjutnya disebut air baku
adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah danatau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk
air minum. 2. Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan
atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
3. Air limbah adalah air buangan yang berasal dari rumah tangga termasuk tinja manusia dari lingkungan permukiman.
4. Penyediaan air minum adalah kegiatan meyediakan air minum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang sehat,
bersih dan produktif. 5. Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disebut SPAM merupakan satu
kesatuan sistem fisik teknik dan non fisik dari prasarana dan sarana air minum.
6. Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun, memperluas danatau meningkatkan sistem fisik teknik dan non fisik
kelembagaan, manajemen, keuangan, peran masyarakat dan hokum dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada
masyarakat menuju keadaan yang lebih baik. 7. Penyelengaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan,
melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau,
danatau mengevaluasi sistem fisik teknik dan non fisik penyediaan air minum.
8. Penyelengaraan pengembangan SPAM yang selanjutnya disebut Penyelenggara adalah badan usaha milik negara badan usaha milik daerah, koperasi, badan
usaha swasta, danatau kelompok masyarakat yang melakukan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum.
Sistem penyediaan dan distribusi air bersih yang umum digunakan dalam masyarakat yaitu:
Sumber air bersih bisa didapat dari PDAM dimasukan kedalam bak air bersih,
sedangkan sumber air yang berasal dari Deep Well dimasukan kedalam raw water tank.
Air yang berada di raw water tank di treatment di instalasi Water Treatment
Plant dan selanjutnya dialirkan ke bak air bersihclean water tank.
Air yang bearada didalam bak air bersih selanjutnya dialirkan ke bak air atas dengan pompa transfer.
Distribusi air bersih pada dua lantai teratas menggunakan packaged booster
pump, sedangkan untuk lantai-lantai dibawahnya dialirkan secara gravitasi.
Pada umumnya persediaan air bersih diperhitungkan untuk cadangan 1 satu hari pemakaian air.
Sistem penyediaan air bersih yang banyak digunakan dapat dikelompokan sebagai berikut:
a. Sistem Sambungan Langsung Dalam sistem ini, pipa distribusi dalam gedung disambung langsung
dengan pipa utama penyediaan air bersih missal pipa utama dibawah jalam dari PDAM. Sistem ini digunakan apabila debit dan tekanan mencukupi.
Karena terbatasnya tekanan yang tersedia dalam pipa utama dan dibatasinya ukuran pipa cabang dari pipa utama tersebut, maka sistem ini terutama hanya
diterapkan untuk perumahan dan gedung-gedung kecil dan rendah. b. Sistem Tangki Atap
Dalam sistem ini, air ditampung lebih dahulu dalam tangki bawah dipasang pada lantai terendah bangunan atau dibawah muka tanah, kemudian
dipompakan ke suatu tangki atas yang biasanya dipasang diatas atap atau di atas lantai tertinggi bangunan. Dari tangki ini air didistribusikan ke seluruh
bangunan. Sistem tangki atap ini diterapkan seringkali karena alasan-alasan berikut:
Selama airnya digunakan, perubahan tekanan yang terjadi pada alat
plambing hampir tidak berarti. Perubahan tekanan ini hanyalah akibat perubahan muka air dalam tangki atap.
Sistem pompa yang menaikkan air ke tangki atap bekerja secara otomatis
dengan cara yang sangat sederhana sehingga kecil sekali kemungkinan timbulnya kesulitan. Pompa biasanya dijalankan dan dimatikan oleh alat
yang mendeteksi muka air dalam tangki atap.
Perawatan tangki atap sangat sederhana dibandingkan dengan misalnya, tangki tekan.
Pada setiap tangki bawah dan tangki atap harus dipasang alarm yang memberikan tanda suara untuk muka air rendah damn air penuh. Tanda suara
alarm ini biasanya dipasang di ruang kontrol atau ruang pengawas instalasi bangunan.
c. Sistem Tangki Tekan Prinsip kerja sistem ini adalah sebagai berikut air yang telah ditampung
dalam tangki bawah seperti halnya pada sistem tangki atap, dipompakan ke dalam suatu bejana tangki tertutup sehingga udara di dalamnya terkompresi.
Air dari tangki tersebut dialirkan ke dalam sistem distribusi bangunan. Pompa bekerja secara otomatik yang diatur oleh suatu detektor tekanan, yang
menutupmembuka saklar motor listrik penggerak pompa pompa berhenti bekerja kalau tekanan tangki telah mencapai suatu batas maksimum yang
ditetapkan dan bekerja kembali setelah tekanan mencapai suatu batas minimum yang telah ditetapkan juga. Daerah fluktuasi tekanan ini biasanya ditetapkan
antara 1 sampai 1,5 kgcm
2
. Daerah yang makin lebar biasanya baik bagi pompa karena memberikan waktu yang lebih lama untuk berhenti, tetapi
seringkali menimbulkan efek negatif pada peralatan plambing.
Dalam sistem ini udara yang terkompresi akan menekan air ke dalam sistem distribusi dan setelah berulang kali mengembang dan terkompresi, lama
kelamaan akan berkurang karena larut dalam air atau ikut terbawa air keluar tangki. Sistem tangki tekan biasanya dirancang sedemikian agar volume udara
tidak lebih dari 30 terhadap volume tangki dan 70 volume tangki berisi air. Kelebihan sistem tangki tekan antara lain :
Lebih menguntungkan dari segi estetika karena tidak terlalu menyolok
dibanding dengan tangki atap
Mudah perawatannya karena dapat dipasang dalam ruang mesin bersama pompa-pompa lainnya.
Harga awal lebih rendah dibandingkan dengan tangki yang harus dipasang di
atas menara. Kekurangan sistem tangki tekan antara lain :
Daerah fluktuasi tekanan sebesar 1 kgcm2 sangat besar dibanding dengan
sistem tangki atap yang hampir tidak ada fluktuasi tekanannya.
Dengan berkurangnya udara dalam tangki tekan maka setiap beberapa hari sekali harus ditambahkan udara dengan kompresor atau dengan menguras
seluruh air dari dalam tangki tekan.
Sistem tangki tekan dapat dianggap sebagai suatu sistem pengaturan otomatis pompa penyediaan air saja dan bukan sebagai sistem penyimpanan
air seperti tangki atap.
Karena jumlah air yang efektif tersimpan dalam tangki tekan relatif sedikit, maka pompa akan sering bekerja dan hal ini akan menyebabkan keausan
pada saklar yang lebih cepat. d. Sistem Tanpa Tangki booster system
Dalam sistem ini tidak digunakan tangki apapun, baik tangki bawah, tangki atap, ataupun tangki tekan. Air dipompakan langsung ke sistem
distribusi bangunan dan pompa menghisap air langsung dari pipa utama misalnya, pipa utama Perusahaan Air Minum.
Dalam perangkap sistem penyediaan air untuk suatu bangunan, kapasitas peralatan dan ukuran-ukuran pipa didasarkan pada jumlah dan laju aliran air
yang harus disediakan kepada bangunan tersebut. Jumlah dan laju aliran air tersebut seharusnya diperoleh dari penelitian keadaan sesungguhnya dan
kemudian dibuat angka-angka peramalan yang sedapat mungkin mendekati keadaan sesungguhnya setelah bangunan digunakan.
2.3 Sistem Plambing Air Buangan dan Ven