A. Pembahasan Teknologi Intervensi Fisioterapi

1996.

3. Evaluasi peningkatan kekuatan otot

Dari gambar diatas diperoleh hasil bahwa ada peningkatan kekuatan otot fleksor, ekstensor, adduktor, dan abduktor hip sinistra dari T o = 3 menjadi T6 = 4 sedangkan fleksor dan ekstensor ankle dari T o = 4 menjadi 16 = 4. Menurut Ganong 1985, dengan terapi latihan secara aktif, maka akan terjadi peningkatan kekuatan otot karena suatu gerakan pada tubuh selalu disertai oleh kontraksi otot, sedangkan kekuatan kontraksi itu tergantung dari sistem motor unitnya. Motor unit merupakan suatu neuron dari group otot, jadi semakin banyak motor unit terekrut, maka ssemakin kuat, kontraksi otot tersebut. Apabita tahanan diberikan pada otot yang berkontraksi, otot akan beradaptasi dan menjadi lebih kuat. Penyesuaian yang terjadi di dalam otot dapat teriewati melalui terapi latihan apabila kemampuan otot secara progresif terpelihara. Otot, yang mana merupakan jaringan kontraktil, menjadi lebih kuat akibat hasil hipertropi dari serabut otot dan suatu penambahan pengangkutan motor unit di dalam otot Kisner, 1996. Untuk peningkatan kekuatan otot, maka kontraksi otot harus diberikan tahanan sehingga peningkatan level dari tension akan meningkat karena hipertropi pengangkutan motor unit di dalam otot Kisner, 1996. Selama latihan isometric, penyediaan penggunaan latihan tahanan 60- 80 dari otot terulur atau meningkat kapasitasnya dalam penguatan Knapik, 1983.

4. Kemampuan fungsional

Setelah melakukan beberapa terapi dapat diperoleh informasi setelah diberikan 5 kali tindakan fisioterapi berupa SWD, terapi latihan didapatkan hasil penurunan intensitas nyeri dari T o = 4 menjadi T6 = 2, penurunan ketergantungan dalam merawat diri dari T o = 2 menjadi T6 = 1, peningkatan kemampuan dalam mengangkat beban dari T o = 4 menjadi T6 = 2, peningkatan kemampuan dalam berjalan dari T o = 5 menjadi T6 = 2, peningkatan kemampuan saat duduk dari T o = 4 menjadi 16 = 2, peningkatan kemampuan saat berdiri dari T o = 5 menjadi T6 = 1, peningkatan kenyamanan saat tidur dari T o = 5 menjadi T6 = 1, peningkatan kemampuan dalam kehidupan seksual dari T o = 4 menjadi T6 = 1, peningkatan kemampuan dalam kehidupan sosial dari T o = 4 menjadi T6 = 1, dan peningkatan kernampuan saat harus bepergian jauh dari T o = 5 menjadi T6= 1. Dengan adanya lingkup gerak sendi aktif yang meningkat, maka akan dapat meningkatkan koordinasi dan motor skill dalam kemampuan fungsional Kisner, 1996. Apabila terjadi keterbatasan fungsional, maka di sans terdapat ketidakstabilan dari organ tubuh. Pemeriksaan dan pengkajian akan membedakan jenis impairment yang hilang apakah dari lingkup gerak sendi, kekuatan otot, kestabilan sendi, dan lain-lain. Untuk meningkatkan kemampuan fungsional, komponen impairment harus dikaji melalui latihan yang lengkap pada tingkat dimana teknik pengajaran aman sesuai dengan kemampuan yang dapat diintegrasikan di dalam program latihan Kisner, 1996. Dengan adanya penurunan intensitas nyeri, penurunan ketergantungan dalam merawat diri, peningkatan kemampuan dalam mengangkat beban, peningkatan kemampuan dalam berjalan, peningkatan kemampuan saat duduk, peningkatan kemampuan saat berdiri, peningkatan kenyamanan saat tidur, peningkatan kemampuan dalam kehidupan seksual, peningkatan kemampuan dalam kehidupan sosial, dan peningkatan kemampuan saat harus bepergian jauh maka kemampuan fungsional dari pasien akan meningkat. Sehingga aktivitas sehari-hari dapat dilakukan hampir mendekati keadaan saat sehat.

BAB V A. Kesimpulan

B. Kesimpulan

Mekanisme paraparese inferior karena adanya kompresi intervertebra yang secara progresif dan kemudian mengarah pada terjadinya perubahan pada daerah perbatasan tulang-tulang vertebra dan ligament. Proses degenerasi sendiri dimulai dari nucleus, yang menjadi keras dan berkurang elastisitasnya. Anulus fibrosus menjadi mudah sobek dan menonjol keluar dari seta vertebra. Sendi apofiseal menjadi sempit, kartilago menipis atau hilang sama sekali, sehingga sendi menjadi kaku Caillet, 1978. Pada kondisi ini, terapi ditujukan untuk mengurangi nyeri pada punggung dan pantat, meningkatkan LOS, meningkatkan kemampuan fungsional, dan menurunkan deformitas. Setelah mendapatkan terapi sebanyak 6 kali dengan modalitas SWD dan terapi latihan diperoleh hasil meialui evaluasi terakhir berupa 1 berkurangnya nyeri, 2 meningkatnya LGS, dan 3 meningkatnya kemampuan fungsional. Dengan demikian diharapkan pasien dapat semaksimal mungkin mampu kembali beraktivitas seperti semula. Dengan peranan fisioterapi pada kondisi seperti ini, pasien akan mendapatkan penanganan yang serius dan tepat. Akan tetapi kemajuan kesembuhan pasien hanya ditunjang dari modalitas dan kemampuan skill dari terapis tersebut, tetapi kemauan atau motivasi dari pasien itu sendiri juga sangat berperan dalam kesembuhan pasien.

C. Saran

Mengingat bahwa paraparese inferior merupakan penyakit yang bisa terjadi akibat trauma Yang banyak dijumpai terutama pada wanita memiliki angka prevalensi yang lebih tinggi terkena paraparese inferior dibandingkan dengan prig. Hal tersebut dikarenakan wanita memiliki aktivitas yang monoton dengan posisi yang statis, misalnya saja pada penggunaan sepatu dengan hak tinggi atau pada pedagang dengan kebiasaaan menggendong dan akan memungkinkan jatuh pada posisi terduduk. Saran yang dapat penulis kemukakan disini adalah sebagai berikut : 1. Bagi pasien Agar bisa lebih hati-hati dalam beraktivitas khususnya pembebanan pada tulang belakang. Bila terasa nyeri sebaiknya dikompres dengan air hangat selain menjalani terapi yang teratur, latihan dirumah juga lebih baik dalam menentukan keberhasilan pasien dan kesabarannya juga diperlukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Saran bagi pasien adalah untuk mengurangi aktivitas yang niembutuhkan pembebanan pada yang berlebihan punggung. 2. Kepada masyarakat Hendaknya tetap menjaga kesehatan dan kebugaran melalui aktivitas yang seimbang dan apabila merasakan nyeri yang berkepanjangan pada sendi dengan disertai atau tanpa adanya rasa kaku, hendaknya segera diperiksakan kee dokter atau tenaga kesehatan lain. 3. Kepada pemerintah Kami menghimbau agar pelayanan fisioterapi pada tingkat pusat pelayanan masyarakat di tingkat bawah lebih ditingkatkan sehingga masyarakat dapat memperoleh pelayanan fisioterapi yang memadai. Akhirnya walaupun penyakit paraparese inferior ini bersifat progresif, seiring dengan usia dan tidak dapat dihambat, namun dengan demikian upaya tim medis dalam hal ini fisioterapis, sedapat mungkin pasien mempertahankan kualitas hidup pasien dengan tetap melakukan aktivitas sehari-hari tanpa ketergantungan dari orang lain.

Dokumen yang terkait

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS ISCHIALGIA SINISTRA DI RSUD SALATIGA Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kasus Ischialgia Sinistra Di RSUD Salatiga.

1 3 15

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kasus Ischialgia Sinistra Di RSUD Salatiga.

0 3 16

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Paraparese di RSUD Karangayar.

0 7 15

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Paraparese di RSUD Karangayar.

0 2 15

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Capsulitis Adhesiva Sinistra Di RSUD Salatiga.

0 2 13

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST TRANSFER TENDON ACHILES DEXTRA DI RSUD Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Transfer Tendon Achiles Dextra Di Rsud Salatiga.

0 2 16

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST TRANSFER TENDON ACHILES DEXTRA DI RSUD SALATIGA Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Transfer Tendon Achiles Dextra Di Rsud Salatiga.

0 2 26

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TRISMUS POST OPERASI ABSES SUBMANDIBULAR DI RSUD SALATIGA Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Trismus Post Operasi Abses Submandibular Di RSUD Salatiga.

0 1 14

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSAAN FISIOTERAPI PADA KASUS PARAPARESE Penatalaksaan Fisioterapi Pada Kasus Paraparese Inferior Ec Post Laminectomy Di RSUD Salatiga.

0 2 16

PENDAHULUAN Penatalaksaan Fisioterapi Pada Kasus Paraparese Inferior Ec Post Laminectomy Di RSUD Salatiga.

3 19 4