Hubungan antara konformitas kelompok sebaya dengan kenakalan pada remaja awal siswa MTS al Hidayah Depok

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS KELOMPOK SEBAYA
DENGAN KENAKALAN PADA REMAJA AWAL
SISWA MTS AL HIDAYAH DEPOK

Oleh:
SITI MARYANAH
NIM : 102070025930

Skripsi Ini Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1427 H 12006 M

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS KELOMPOI{ SEBAYA
DENGAN KENAKALAN PADA REMAJA AWAL
SISWA MTS ALHIDAYAH DEPOt,

Skripsi

Diajllkan kepada Fakliitas Psikologi lIntlik memenlilli syarat-syarat
memperclell gelar Sarjana Psikologi

Oleh:
SITI MARYANAH
NIM: 102070025930

Oi bawah Bimbingan
Peillbimbing II,

Pel11bim ing I,

Yunita Faela Nisa, M.Psi
NIP.150 368 748

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERi SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1427 H 12006 M
ii


Pengesahan Panitia Ujian
:npsl yang berjudul "Hubungan Antma Konformitas Kelompok Sebaya
'ngan kenakalan pada remaja awal siswa MTs AI Hidayah Depok" telah
Jjikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
karla pad a tanggal 20 Nopember 2006. Skripsi ini telah diterima sebagai
lah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.

karla, 20 Nopember 2006
Sidang Munaqasyah
Pudek
Sekretaris Merangkap Anggota,

M.Si

M. Si
NIP. 150238773
Anggota,

Penguji I


Penguji II

-----

'UUivZ·a. Zahr

ah M.Si

"""-'''--''iH''''-u",l=i
st iyon 0, M. Si
NIP. 131 472 258

P. 150 238 773

Pembimbing I

Pembimbing II

M ljセ

rs.

Yunita Faela Nisa, M. Psi.

IP. 131 472 258

NIP. 150300679

MOTTO
Jjka kamu menginginkan dunia carilah dengan ilmu
Jika kamu menginginkan akhirat carilah dengan ilmu
Jika kamu menginginkan keduanya maka carilah dengan ilmu pula
(H.R Bukhori muslim)

"Segala sesuatu pasti ada jalannya dan jalan menuju surga
adalah ilmu
(H.R Ad-Dailami)

Karya sederhana ini
Dipersembahkan

Teruntuk:
Ayahanda serta
Umiku serta kakakKakakku tercinta,
Keluarga
serta sahabatsahabatku
iv

ABSTRAKSI
(A). Fakultas Psikologi
(B). November, 2006

(e). Siti Maryanah
(D). Hubungan Antara Konformitas Kelompok sebaya dengan Kenakalan
pada Remaja awal siswa MTs AI hidayah Depok.
(E). xiv + 81 halaman
(F). pada mas remaja awal kecenderungan untuk melakukan konformitas
kelompok sebaya berpotensi lebih tinggi, tetapi ada sebagian remaja
melakukan konformitas kelompok sebaya dalam hal yang negatif yaitu
berupa ken akaIan remaja.
Konformitas kelompok sebaya adalah perubahan perilaku dan

keyakinan dalam usaha agar agar diterima dalam kelompok sebayanya,
walau terkadang bertentangan dengan norma yang berlaku dalam
keluarga, sekolah mapun masyarakat. Kelompok ini cenderung memiliki
persamaan dalam usia, status dan jenis kelamin.
Kenakalan remaja adalah perilaku yang melanggar aturan atau norma
atau moral masyarakat yang menimbulkan konflik antar pribadi atau
kelompok-kelompok dalam masyarakat. Kenakalan remaja dilakukan
karena remaja ingin diakui dalam kelompoknya, sehingga melahirkan
perilaku yang pada dasarnya bertentangan dengan nilai dan norma yang
berlaku.
Penelitian ini bertujuan menjawab pertanyaan mengenai
Apakah ada Hubungan yang signifikan antara konformitas kelompok
sebaya dengan kenakalan pada remaja awal siswa MTs AI Hidayah
Depok.
Apakah ada perbedaan konformitas kelompok sebaya antara laki-Iaki
dan perempuan
Apakah ada perbedaan kanakalan remaja antara laki-Iaki dan
perempuan.
Populasi penelitian ini adalah siswa-siswi Kelas I, II dan III MTs AI
Hidayah Depok.

Metode pengambilan sampel menggunakan Stratified Proportional
random sampling. Sampel yang digunakan sebanyak 101 siswa-siswi
MTs AI Hidayah Depok.
Pengumpulan data menggunakan dua skala yaitu skala konformitas
kelompok sebaya dan skala kenakalan remaja.

v

Analisis data yang digunakan adalah korelasi Product Moment dari
Pearson dengan menggunakan program komputer SPSS versi 11,5.
HasH analisis data menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara konformitas kelompok sebaya dengan kenakaln pada remaja
awal, dengan hasH r hitung sebesar 0,368 > P 0,195 pada pada taraf
signifikansi 5 %.
Ada perbedaan konformitas kelompok sebaya siswa laki-Iaki dan
perempuan dengan t hitung 3,399 > P 2,000
Tidak ada perbedaan kenakalan antara siswa laki-Iaki dan perempuan
dengan hasH t hitung sebesar 0,976 < P 2,000.
(G). Daftar bacaan 33 Buku,1 internet, 1 Tesis dan 3 Skripsi (1982- 2004).


vi

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji serta syukur kehadirat Iliahi Robbi Penguasa jagat,
Pencipta seluruh alam, yang maha pengasih dan penyayang Allah SWT.
Akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul "Hubungan antara Konformitas Kelompok Sebaya dengan
Kenakalan Pada Remaja Awal Siswa MTs AI Hidayah Depok".
Merupakan tugas akhir yang harus dipenuhi untuk mendapat gelar Sarjana
Psikologi.

Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari upaya berbagai pihak yang telah
memberikan kontribusinya dalam rangka penyusunan dan penulisan skripsi
ini, untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa teriama kasih kepada semua
pihak yang telah membantu.

Saya ucapkan terima kasih kepada :
1.


Ibu Ora. Netty Hartati, M. Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan sekaligus dosen pembimbing
akademik atas bimbingan yang telah diberikan selama penulis
menjalankan kuliah di Fakultas Psikologi. Serta seluruh dewan dekanat,
staf pengajar serta karyawan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Drs. Sulistiyono, Msi, selaku pembimbing I dan Ibu Yunita Faela,
M.Psi selaku pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan dan
arahan kepada penulis tanpa mengenallelah, dengan sabar dan penuh
ketelitian dalam penyusunan skripsi ini, semoga semuai itu dicatat
sebagai amal ibadah di sisi Allah SWT.
vii

3. Ayahanda (Jayadih) dan Ibunda (Saanih), serta kakak-kakakku tereinta,
yang telah memberikan dukungan baik seeara moril dan spiritual serta
do'a yang tidak kunjung henti teruntuk anak-anaknya. Semua itu tidak
setara dengan apapun dalam proses awal hingga selesainya skripsi ini,
semoga ananda dapat membalas jasa-jasamu, dan mengamalkan ilmu
sesuai eita-eita dan harapan kita semua. Amiiin.


4. Ueapan terima kasih penulis sampaikan, kepada MTs AI Hidayah Depok
terutama Kepala MTS AI Hidayah Depok Bapak Rahmatullah, MA, atas
ijinnya penulis dapat melakukan penelitian di sekolah itu. Serta siswasiswi MTs AI Hidayah kelas I, " dan III atas kesediaannya menjadi sampel
penelitian serta kerjasamanya dalam mengisi angket skripsi ini

5. Teman-Teman angkatan 2002, terutama teman seperjuangan kelas A,
untuk Suryanih,Tuti, Dwi, Ka Liza, Fatimah S, Suci, lis, Yanti, Mamay,
Yuyun, Ade Barkah, Yudi, serta sahabat-sahabatku Saryati, Uqi, Maftuhin,
Selamet, Dani, mbah di Rental Orion yang bersedia direpotkan, yang ada
saat akan dibutuhkan, tanpa semangat dan bantuan kalian belurn tentu
aku bisa menyelesaikan skripsi ini "Thank Fren" semoga persahabatan
kita abadi. Serta semua pihak terkait dalam penulisan skripsi ini yang
tidak dapat penulis sabutkan satu persatu narnun tidak mengurangi rasa
syukur penulis untuk semuanya.

viii

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu dukungan, masukan dan kritik yang membangun dari semua

pihak terus penulis harapkan.

Penulis

Siti Maryanah

ix

DAFTAR 151
Halaman Judul
Halaman Persetujuan

ii

Halaman Pengesahan

iii

Motto

iv

Abstraksi

v

Kata Pengantar

vii

Oaftar lsi

x

Oaftar Tabel

xiii

Oaftar Lampiran

xiv

BAS 1 PENDAHULUAN

1-9

1.1. Latar Belakang Masalah

,

,................................

1

1.2. Identifikasi Masalah

4

1.3. Pembatasan Masalah dan PerUrnUSJfi Masalah

5

1.3.1. Pembatasan Masalah

5

1.3.2. Perumusan Masalah

6
7
7
7
8

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1. Tujuan Penelitian
1.4.2. Manfaat Penelitian
1.5. Sistematika Penulisan
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

9-51

2.1. Kenakalan Remaja

:

: :.......................

10

2.1.1. Definisi Kenakalan Remaja

10

2.1.2. Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja

12

2.1.3. Sebab-sebab Kenakalan Remaja

15

2.2. Remaja Awal
2.2.1. Oefinisi Remaja Awal
2.2.2. Ciri-Ciri Masa Remaja
2.2.3. Kebutuhan-kebutuhan Pokoidv1asa Rernaja

x

23
23
24
28

2.2.4. Tugas-Tugas Perkembangan Masa Remaja

32

2.3. Konformitas Kelompok Sebaya

34

2.3.1. Kelompok Sebaya

34

2.3.2. Struktur dalam Kelompok Sebaya

38

2.3.3. Definisi Konformitas

40

2.3.4. Jenis-jenis Konformitas

42

2.3.5. Kondisi yang Mendorong Terjadinya Konformitas...

43

2.4. Hubungan antara Konformitas Kelompok Sebaya dengan
Kenakalan Remaja

48

2.5. Pengajuan Hipotesis

51

BAB 3 METODE PENELITIAN

52-59

3.1. Jenis Penelitian

52

3.1.1. Pendekatan dan Metode Penelitian

52

3.1.2. Definisi varia bel dan Operasionalisasi Variabel

52

3.2. Pengambilan Sampel

53

3.2.1. Populasi dan Sampel

53

3.2.2. Teknik Pengambilan Sampel

54

3.3. Teknik Pengumpulan Data

54

3.3.1. Metode dan Instrumen Penelitian

54

3.3.2. Teknik Uji Instrumen Penelitian

55

3.3.3. Skala Kenakalan Remaja

56

3.4. Teknik Uji Instrumen Penelitian

58

3.5. Teknik Uji Persyaratan dan Asumsi

59

3.6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

59

BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISIS DATA

60-70

4.1. Gambaran umum Subyek Penelitian

60

4.2. Presentasi Data

60

4.2.1. Uji Instrumen penelitian

60

4.2.2. Penyebaran Skor Skala Konformitas Kelompok
Sebaya dan Skala Kenakalan Remaja
4.2.3. Uji Persyaratan

65
68

4.3. Uji Hipotesis

69
xi

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Diskusi
5.3. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPI RAN

71-76
71

,

72
76
78-81

xii

DAFTAR TABEL
TabeI3.3.2.1

Blue Print Skala Konformitas Kelompok Sebaya

.

Tabel 3.3.2.2.
Tabel 3.3.3.1
Tabel 3.3.3.2.
TabeI4.1.1.
TabeI4.1.2.
TabeI4.2.1.1.

Kategori Model Skala Likert
Blue Print Skala Kenakalan Remaja
Kategori Model Skala Likert
Gambaran Subyek Berdasarkan Jenis Kelamin
Gambaran Subyek Berdasarkan Usia

.
.
.
.
.

HasH Uji Coba Skala Konformitas Kelompok Sebaya .. ,
HasH Uji Coba Skala Kenakalan Remaja
.

TabeI4.2.1.2.
Deskriptif Statistik Teoritik dan Perolehan
.
TabeI4.2.2.1.
.
TabeI4.2.2.1.1. Interpretasi Skor Konformitas Kelompok Sebaya
TabeI4.2.2.1.2. Kategori Subyek dalam Perolehan Skor Konformitas
Kelompok Sebaya
.
Deskriptif Statistik Teoritik dan Perolehan
.
TabeI4.2.2.2.
TabeI4.2.2.2.1. Interpretasi Skor Kenakalan Remaja
TabeI4.2.2.2.2. Kategori Subyek dalam Perolehan Skor Kenakalan
Remaja
Hasil Uji t Tes
TabeI4.3.3.1.

xiii

.
.
.

55
56
57

58
60
61
62
63
65
65

66
66
67

67

70

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Try Out Skala Konformitas Kelompok Sebaya
Lampiran 2 Data Try Out Skala Kenakalan Remaja
Lampiran 3 - Validitas Skala Konformitas Kelompok Sebaya
- Reliabilitas Skala Konformitas Kelompok Sebaya
Lampiran 4 - Validitas Skala Kenakalan Remaja
- Reliabilitas Skala Kenakalan Remaja
Lampiran 5 Data Penelitian Skala Konformitas Kelompok Sebaya
Lampiran 6 Data Penelitian Skala Kenakalan Remaja
Lampiran 7 Uji Normalitas dan Homogenitas
Lampiran 8 Uji Linearitas
Lampiran 9 Uji Hipotesis dan T Test
Lampiran 10 Skala Konformitas Kelompok Sebaya dan Skala Kenakalan
Remaja

xiv

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Masa sebagian remaja sering dikatakan sebagai fase negatif. Ini disebabkan
karena remaja bersikap anti terhadap Iingkungan, karena nilai-nilai yang
mereka dapatkan pad a masa sebelumnya berbeda dengan apa yang mereka
dapatkan ketika mereka melihat dunia luar, larena pad a masa ini remaja
sudah berada pad perkembangan moral. Apabila remaja tidak dapat
mengatasi perubahan-perubahan tersebut, maka akan muncul remaja yang
bermasalah, seperti remaja yang melakukan kenakalan remaja.

Gejala semakin meningkatnya kenakalan remaja, sebagian kelompok
menyalahkan sekolah yang gagaI menjalankan fungsinya, sebagian
kelompok menyalahkan orang tua, sebagian menyalahkan kebudayaan barat
dan sebagian lagi menyalahkan remaja itu sendiri. Para ahli dewasa ini
sepakat sebab-sebab timbulnya tingkah laku patologis cukup banyak.
Diantaranya : pengaruh kelompok sebaya, Iingkungan keluarga yang kurang
harmon is, proses modernisasi yang membawa pengaruh negatif. Beberapa
alasan yang dikemukakan para remaja yang melakukan kenakalan remaja

1

2

antara lain: perasaan dihindari, perasaan tidak diterima, perasaan ditekan,
perasaan diperlakukan tidak adil, perasaan tidak disukai, atau perasaan
harga diri yang rendah (Winarna, 1990, dalam Soerjono, S, 1996). Hal itu
rnembutuhkan penanganan yang lebih profesional dari para pendidik
khususnya orang tua sebagai pembentuk dasar kepribadian.

Salah satu komunitas yang dijadikan tempat berkurnpul oleh remaja adalah
kelornpok sebaya. Dalam kelompok sebaya sikap konformitas selalu
dipertahankannya seperti menjalankan nilai-nilai baru dan aturan yang
berlaku, walaupun hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan antara
remaja dengan orang tuanya akibat perbedaan nilai. Oleh karena itu,
kelompok sebaya dapat mempengaruhi remaja dalam sikap, pembicaraan,
minat, penampilan dan perilaku. Pada masa ini, remaja sering dihadapkan
pada persoalan penerimaan dan penolakan teman sebaya atas kehadirannya
dalam pergaulan.

Dalam proses pematangan sosial, remaja dituntut untuk melakukan
penyesuaian diri pada kehidupan sosial orang dewasa. Hal ini berarti pula,
bahwa remaja harus belajar pola-pola tingkah laku sosial yang dilakukan
orang dewasa dalam lingkungan masyarakat dimana mereka tinggal. Dalam
lingkungan sosial ada faktor yang mempengaruhi perilaku mereka,
diantaranya yaitu faktor internal seperti : cacat bawaan baik secara fisik

3

maupun psikologis, kurang dapat beradaptasi dalam lingkungan,
pengendalian diri yang kurang terhadap hal yang negatif, serta factor
eksternal, seperti: keluarga, sekolah, kelompok sebaya, maupun Iingkungan
masyarakat yang lebih luas. Dalam kelompok sebaya, perilaku yang mereka
tampakkan terkadang berbentuk perilaku yang negatif, seperti kenakalan
remaja.

Kenakalan remaja akhir-akhir ini muncul ke permukaan dengan sosok yang
lebih variatif dan memprihatinkan semua pihak. Masalah kenakalan remaja
bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi merupakan bagian dari
masalah-maslah sosial yang dihadapi masyarakat pad a umumnya dan
mengganggu keamanan dan ketertiban umum (Hasan, Basri, 2000).

Berdasarkan fenomena yang terjadi, di Iingkungan tempat tinggal peneliti,
kenakalan remaja justru banyak terjadi pada pelajar yang seharusnya
perilaku itu tidak terjadi. Hal ini karena pengaruh lingkungan keluarga, teman
sebaya maupun yang lebih tua sebagai teman bergaul serta Iingkungan
sosial yang lebih luas. Sebagian remaja tidak lagi mempedulikan norma yang
berlaku di mana mereka tinggal. Hal ini terlihat dari perilaku yang mereka
tampakkan. Seperti: berbohong kepada guru maupun orang tua, merokok di
tempat umum, membolos, malas belajar, bermain gitar dengan suara keras
ketika tengah malam yang mengganggu ketenangan masyarakat, teriak-

4

teriak dengan suara yang tidak menentu, nongkrong di pinggir jalan,
mewarnai rambut dengan bermacam-macam warna yang tidak sepantasnya
dilakukan oleh pelajar, berpakaian yang tidak selayaknya digunakan oleh
pelajar, berbicara dengan kata-kata yang kurang baik dan lain-lain. Hal ini
bersumber dari pengamatan di Iingkungan tempat tinggal penulis dan hasil
wawancara dengan seorang guru BK (Bimbingan Konseling) MTs AIHidayah, pad a hari senin 24-April-2006. Perilaku tersebut membuat remaja
seolah-olah tidak memperdulikan lagi tugas mereka sebagai pelajar. Hal ini
membuat orang tua kesal dan bingung tentang apa yang harus orang tua
lakukan untuk mengembalikan anaknya menjadi anak yang berbakti,
terpelajar dan mempunyai perilaku yang terpuji.

Berdasarkan hal yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini akan
mengungkapkan dan mengkaji" HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS
KELOMPOK SEBAYA DENGAN KENAKALAN PADA REMAJA AWAL
SISWA MTS AL HIDAYAH DEPOK".

1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas, dapat diidentifikasikan masalah-masalah yang
sebagai berikut :

5

1. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan kenakalan remaja?
2. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan remaja melakukan konformitas
kelompok sebaya?
3. Apakah ada solusi-solusi yang telah dijalani oleh pihak keluarga, sekolah
dan masyarakat dalam menanggulangi kenakalan remaja?
4. Apakah ada hubungan antara konformitas kelompok dengan kenakalan
remaja?

1.3.

Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

1.3.1. Pembatasan Masalah
Konformitas yaitu perubahan perilaku dan keyakinan dalam usaha agar dapat
diterima dalam kelompok sebayanya, walaupun terkadang bertentangan
dengan norma yang berlaku baik dalam keluarga, sekolah maupun
masyarakat.

Kelompok sebaya adalah kelompok yang relatif stabil, dimana kelompok ini
saling berinteraksi yang mempunyai tujuan dan nilai yang sama dan tingkah
lakunya didasarkan pada peraturan kalompok, kenggotaannya biasanya
bersifat homogen dalam hal status, seks dan umur.

6

Kenakalan remaja adalah perilaku remaja yang melanggar aturan, norma,
atau moral masyarakat yang menimbulkan konflik antar pribadiatau
merugikan kelompok-kelompok pribadi dengan masyarakat-masyarakatnya.

Remaja awal yaitu masa transisi dari masa kanak-kanak yang belum mampu
menyelesaikan masalah secara mandiri sebagaimana orang dewasa. Masa
remaja awal berlangsung dari usia 12 sampai 14 tahun.

1.3.2. Perumusan Masalah Penelitian
Untuk mengarahkan penelitian ini, maka penulis membuat perumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apakah ada hUbungan yang signifikan antara konformitas kelompok
sebaya dengan kenakalan pada remaja awal siswa MTs AI-Hidayah
Depok?
2. Apakah ada perbedaan konformitas kelompok sebaya antara siswa lakilaki dan perempuan?
3. Apakah ada perbedaan kenakalan remaja antara siswa laki-Iaki dan
perempuan?

7

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk l11engetahui apakah ada hubungan yang
signifikan antara konformitas kelompok sebaya dengan kenakalan pad a
remaja awal siswa MTs AI Hidayah Depok. Penelitian ini juga bertujuan
mengetahui perbedaan konformitas kelompok sebaya antara siswa laki-Iaki
dan perempuan serta mengetahui perbedaan kenakalan antara siswa laki-Iaki
dan perempuan siswa MTs AI Hidayah Depok.

1.4.2. Manfaat penelitian
1. Secara teoritis, hasH penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi bagi berkembangnya ilmu pengetahuan, khususnya bidang
psikologi perkembangan, psikologi pendidikan dan psikologi sosial.
2. Secara Praktis, hasH penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :
a. Sekolah atau Guru, dapat mengetahui karakteristik remaja yang
sesungguhnya. Hal ini berguna ketika mendidik siswa dapat
memahami perkembangan yang dialami remaja, sehingga dapat
mengarahkan tujuan pendidikan dengan baik, serta mengarahkan
siswa dalam melakukan hubungan sosial, dalam hal ini pad a
konformitas kelompok sebaya yang positif, sehingga mencegah

8

terjadinya kenakalan pada remaja. Serta menyikapi dengan bijaksana
terhadap siswa yang telah melakukan kenakalan remaja.
b. Remaja, dalam melakukan perilaku konformitas dalam kelompok
sebaya hendaknya dalam hal yang positif, sehingga tidak
mengakibatkan perilaku yang menyimpang.
c. Orang tua serta masyarakat luas, agar selalu memantau, membimbing
dan mengarahkan kelompok remaja pada kegiatan-kegiatan yang
dapat bermanfaat baik bagi diri remaja maupun masyarakat, sehingga
tidak mengakibatkan perilaku yang merugikan diri sendiri maupun
orang lain.

1.5. Sistematika Penulisan
Penulisan pada skripsi ini mengacu pada pedoman penulisan APA (American
Psychological Associationa) style. Sistematika penulisan skripsi ini sebagai

berikut:

Bab 1 : Pendahuluan. Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi
masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian serta sistematika penulisan.

Bab 2:

Kajian Pustaka. Bab ini terdiri dari definisi kenakalan remaja,

macam-macam kenakalan remaja dan sebab-sebab kenakalan remaja.

9

Selain itu juga memaparkan definisi remaja, ciri-ciri masa remaja,kebutuhankebutuhan remaja, tugas-tugas perkembangan masa remaja, konformitas
kelompok sebaya, definisi konformitas, jenis-jenis konformitas, kondisi yang
mendorong terjadinya konformitas.

Bab 3: Metodologi Penelitian. Bab ini terdiri dari jenis penelitian,Pendekatan
dan metode penelitian, definisi operasional variabel, pengambilan sampel
populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel. Teknik pengumpulan data,
metode dan instrumen penelitian, teknik uji instrumen penelitian. Teknik
pengolahan dan analisa data, serta prosedur penelitian.

Bab 4:

Hasil Penelitian. Bab ini terdiri dari gambaran umum subyek

penelitian, presentasi data yang terdiri dari: uji instrument penelitian, uji
persyaratan, uji hipotesis, serta pembahasan hasH.

Bab 5 : Kesimpulan, diskusi dan saran

BAB2
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kenakalan Remaja
2.1.1. Definisi Kenakalan Remaja
Karlini Karlono (1992), menyatakan bahwa juvenile deliquencyadalah
perilaku jahat atau dursila, atau kejahatan atau kenakalan anak-anak muda:
merupakan gejala patologis secara sosial pad a anak-anak remaja yang
disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka itu
mengembangkan untuk tingkah laku yang menyimpang.

Menurut Dr. Fuad Hasan (dalam Nasir, 1999) dan Drs. B. Simanjuntak (dalam
Sudarsono, 1997) kenakalan remaja adalah perbuatan yang berlentangan
dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat dimana ia hidup, suatu
perbuatan yang antisosial dimana di dalamnya terkandung unsur-unsur anti
normatif. Contohnya: mencuri, melanggar tata terlib yang berlaku di
Iingkungan masyarakat, nongkrong di pinggir jalan yang mengganggu
kenyamanan pengguna jalan dan lain-lain.

10

11

Menurut Bakalokinpres No. 6/1971 yang berisi pedoman tentang
penanggulangan kenakalan remaja. kenakalan remaja adalah kelainan
tingkah laku, perbuatan atau tindakan remaja yang bersifat asosial bahkan
anti sosial yang melanggar norma-norma sosial, agama serta ketentuan
hukum yang berlaku dalam masyarakat (Nasir, 1999).

Soetarlinah Soekadji (1995), menyatakan bahwa kenakalan remaja adalah
perilaku remaja yang melanggar aturan, norma, atau moral masyarakat yang
menimbulkan konflik antar pribadi atau kelompok-kelompok pribadi dengan
masyarakatnya. Ciri utama perilaku nakal ini adalah : vandal/sme (iseng yang
menimbulkan gangguan), merusak harta benda, membolos, melanggar tata
tertib, menentang otoritas, berjudi, mencuri, mengompas, melampiaskan
kehausan rasa seru, pelanggaran seks, mabuk-mabukan, menggunakan obat
terlarang dan perkelahian individual atau masal. Perilaku ini bila lebih lanjut
menjadi perilaku kriminal.

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kenakalan remaja
adalah suatu perbuatan dan pelanggaran yang dilakukan remaja yang
bertentangan dengan norma agama, norma sosial, dan norma hukum yang
berlaku dalam masyarakat dan dapat merugikan dirinya sendiri dan orang
lain.

12

2.1.2. Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja
Berdasarkan sifatnya, delinkuen dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Kenakalan yang bersifat moral dan anti sosia/. Kenakalan ini tidak diatur
dalam undang-undang sehingga tidak dapat digolongkan sebagai
pelanggaran hukum (Singgih, Gunarsa, 2000).

2. Kenakalan yang bersifat melanggar hukum. Berdasarkan jenis kelamin,
anak laki-Iaki memiliki kecenderungan untuk menjadi nakallebih besar
dibanding dengan anak perempuan. Antara anak delinkuen laki-Iaki dan
delinkuen perempuan memiliki corak delinkuen yang sedikit berbeda,
walaupun pada hakikatnya sama-sama mengganggu ketentraman
masyarakat. Ditemukan bahwa pelanggaran yang dilakukan delinkuen
perempuan kebanyakan pelanggaran seksual. Delinkuen laki-Iaki
kebanyakan pencurian dan kekerasan (Monk ,F, 1982 ).

Prof. H.M. Arifin (1992), membagi kenakalan remaja menjadi dua yaitu :
1. Kenakalan yang tergolong pelanggaran norma sosial, dan norma-norma
lainnya yang tidak diatur dalam KUHP atau undang-undang lainnya.
seperti membolos, berkelahi, menentang orang tua.
2. Kenakalan berupa kejahatan dan pelanggaran yang diatur dalam KUHP
atau undang-undang lainnya seperti pemerasan, pencurian, perjudian,
pembunuhan dan sebagainya.

13

Jensen yang dikutip oleh Sarlito Wirawan Sarwono (2002) menyebutkan
bahwa kenakalan remaja dibagi menjadi empat jenis yaitu:
1. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain: perkelahian,

perkosaan, penganiayaan, pembunuhan.
2.

Kenakalan yang menimbulkan korban materi: perusakan, pencurian,
pencopetan, pemerasan perampokan.

3. Kenakalan remaja yang tidak menimbulkan korban pihak lain:
penyalahgunaan narkotika.
4. Kenakalan yang melawan status: mengingkari status anak sebagai
pelajar, mengingkari status orang tua dengan cara minggat atau
membantah perintah orang tua.

Singgih Gunarsa (2000) menyatakan bahwa ada jenis-jenis kenakalan remaja
yang tidak dapat digolongkan pada pelanggaran hukum, yaitu :
1. Berbohong, memutar balikan kenyataan dengan tujuan menipu orang
atau menutup kesalahan.
2. Membolos, pergi meninggalkan sekolah tanpa sepengetahuan pihak
sekolah.
3. Kabur, meninggalkan rumah tanpa sepengetahuan orang tua atau
menentang keinginan orang tua.
4. Keluyuran, pergi sendiri atau kelompok tanpa tujuan dan mudah
menimbulkan perbuatan iseng yang negatif.

14

5. Memiliki dan membawa benda yang membahayakan orang lain,
sehingga terangsang untuk menggunakannya , misalnya : pisau, pistol
dan lain-lain.
6. Bergaul dengan teman yang memberi pengaruh buruk, sehingga
mudah terjerat dengan perkara yang benar-benar kriminal.
7. Berpesta pora semalaman suntuk sehingga mudah timbul tindakantindakan yang kurang bertanggung jawab.
8. Membaca buku cabul dan mempergunakan bahasa-bahasa yang tidak
sopan dan tidak senonoh.
9. Berpakaian tidak pantas dan minim, serta meminum minuman keras
atau menghisap ganja sehingga merusak dirinya.

Kenakalan yang dapat digolongkan sebagai pelanggaran terhadap hukum
dan mengarah pada tindakan kriminal (Singgih Gunarsa, 2000) antara lain:
1. Berjudi sampai mempergunakan uang dan taruhan benda yang lain.
2. Mencuri, mencopet, menjambret, merampas dengan kekerasan, atau
tanpa kekerasan.
3. Penggelapan barang.
4. Penipuan dan pemalsuan
5. Pelanggaran tata susila, menjual gambar-gamabar porno dan film
porno pemerkosaan.
6. Pemalsuan uang dan pemalsuan surat-surat keterangan resmi.

15

7. Tindakan-tindakan antisosial, tindakan yang merugikan milik orang
lain.
8. Percobaan pembunuhan
9. Menyebabkan kematian orang lain, turut menjadi tersangka dalam
pembunuhan
10. Pengguguran kandungan
11. Penganiayaan berat yang mengakibatkan kematian seseorang.

2.1.3. Sebab-sebab ken akaIan Remaja
Remaja tidak secara otomatis menjadi nakal. Nakai berawal dari dimilikinya
kecenderungan untuk nakai, karena faktor bawaan atau pengalaman tertentu
yang berkembang karena didukung oleh kondisi penyebab kenakalan remaja.
Terdapat dua penyebab kenakalan remaja, yaitu psikologis dan segi
sosiologis.

1. Penyebab-Penyebab kenakakalan Remaja yang sifatnya psikologis
Menurut Gerungan (2001), jenis kenakalan remaja yang bersifat psikologis
sebagai berikut:
a. Perasaan tidak diterima dan tidak terpenuhi kebutuhannya, terancam
keamanan dirinya dan tidak dimengerti yang begitu mendalam.

16

b.

Merasa dikekang keinginan untuk menyatakan perasaan dan
kebebasan terutama pada masa remaja, serta cita-citanya kepada
orang tua.

c. Perasaan yang benar-benar atau yang hanya imajinasinya sendiri atau
tidak mampu atau minder dalam kehidupan keluarga atau sekolah,
perasaan ini dikompensasikan dengan melakukan kenakalan.
d. Perasaan tidak enak yang mendalam karena ada pertentangan dalam
keluarga, dengan orang tua, atau pertentangan akibat disiplin yang
keliru dalam rumah tangga, sehingga lalai dalam memelihara norma
tingkah laku yang wajar antara anak dan orang tua.
e. Sakit hati karena ada kecemburuan antar saudara maupun antar relasi
sosia!.

f. Adanya konflik-konflik dan frustrasi yang tidak terpecahkan yang
tersimpan dalam diri sendiri.
g. Tidak berkembangnya hati nurani ( penanaman nilai maupun moral
untuk dapat memutuskan mana yang benar dan mana yang salah,
sehingga menyebabkan individu rawan terhadap godaan.

2. Kenakalan Remaja yang bersifat Sosiologis
Oilihat dari segi sosiologis tindakan kriminalitas dan kenakalan remaja,
disebabkan tidak ada integrasi yang harmonis antara lembaga
kemasyarakatan sehingga masing-masing mengalami kesulitan dalam

17

menyesuaikan diri dalam hubungan sosial. Selain itu, tidak adanya integrasi
yang harmonis dan penyesuaian diri yang wajar dengan melakukan
penyimpangan-penyimpangan terhadap norma dan sistem nilai masyarakat
merupakan gejala problem sosial. Problem sosial mengakibatkan hubunganhubungan sosial terganggu dan menimbulkan kegoyahan dalam kehidupan
kelompok (Soerjono, Soekonto, 1996).

Gangguan-gangguan yang terjadi tidak jarang muncul dari perbuatanperbuatan anak remaja yang tidak terpuji serta mengancam hak-hak orang
lain ditengah-tengah masyarakat , seperti :

1. Mengancam hak milik orang lain, misalnya, pencurian, penggedoran,
penipuan dan penggelapan, pemalakan.
2. Mengancam hak-hak hidup dan kesehatan orang lain, seperti ;
pembunuhan dan penganiayaan.
3. Mengancam hak-hak hidup dan kesehatan orang lain, seperti ;
pembunuhan dan penganiayaan.
4. Mengancam kehormatan orang lain dan bersifat tidak susila, yakni
pemerkosaan (dalam Sudarsono, 1993).

18

Faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja yang dikemukakan oleh H.M
Arifin (1992) digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal.

1. Faktor Internal
Faktor internal adalah hal-hal yang bersifat intern yang berasal dari remaja
sendiri, baik sebagai akibat dari perkembangan atau perlumbuhannya
maupun akibat dari suatu jenis penyakit mental yang ada dalam diri remaja
(Arifin, 1992).

Menurut Nasir (1999), faktor-faktor tersebut diantaranya adalah :
a. Cacat lahir atau keturunan yang bersifat biologis atau psikis.
b. Faktor bawaan atau bakat yang negatif dan sukar untuk diarahkan, sukar
dikendalikan secara wajar.
c. Pemenuhan kebutuhan pokok yang tidak seimbang dengan kebutuhan
anak-anak.
d. Kurang dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan
e. Pengendalian kurang terhadap hal-hal yang negatif atau dengan
perkataan lain daya tahan lemah

f.

Tidak mempunyai kegemaran atau hobi yang sehat, sehingga anak-anak
remaja mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang negatif

19

2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah hal-hal yang mendorong timbulnya kenakalan remaja
yang bersumber dari luar diri pribadi remaja , yaitu lingkungan sekitar atau
keadaan masyarakat (Arifin, 1992).

Kartini Kartono (2000) mengemukakan faktor-faktor penyebab kenakalan
remaja adalah lingkungan rumah atau keluarga, Iingkungan sekolah atau
pendidikan dan Iingkungan masyarakat.

1. Faktor Lingkungan rumah/keluarga

a. Status ekonomi orang tua rendah, banyak penghuni atau keluarga
besar, dan rumah kotor
b. Memiliki kebiasaan yang kurang baik, kurang baik.
C.

Tak melaksanakan tata tertib dan kedisiplinan atau justru menerapkan
disiplin yang salah.

d. Tidak mampu mengembangkan ketenangan emosional
e. Kematian salah satu orang tua atau kedua-duanya, bisa berakibat fatal
jika masa depan anak menjadi terlantar, kurang mendapat kasih
sayang , tidak memperoleh tempat bergantung hidup yang layak
f.

Anak diasuh bukan oleh orang tuanya

g. Tidak ada persekutuan antar anggota keluarga
h. Ada penolakan baik dari ibu maupun ayah

20

i.

Orang tua sulit memilih pengawasan untuk anak- anaknya

j.

Broken home karena kematian, perceraian, hukuman pada orang tua .

k. Adanya ketidakcocokan dalam suasana perselisihan antar pihak orang
tua dan senantiasa berada dalam suasana perselisihan atau konflik
karena faktor perbedaan agama, perbedaan norma, ambisi-ambisi
orang tua dan sebagainya (Bimo Walgito, 1998 ).

2. Faktor pendidikan di Sekolah
Faktor penyebab kenakalan remaja di Iingkungan sekolah menu rut Kartini,
Kartono (2000) adalah sebagai berikut:
a. Sekolah memaksa membuat pandai anak-anak yang sebenarnya
kurang mampu.
b. Guru bersikap menolak.
c. Sekolah atau guru yang mendisiplinkan dengan cara yang kaku, tanpa
menghiraukan perasaan anak.
d. Suasana sekolah yang buruk. Ini menimbulkan anak suka membolos,
segan atau malas belajar, melawan peraturan sekolah atau melawan
guru, anak meninggalkan sekolah ( drop out ).

21

Menurut Nasir (1999) faktor penyebab kenakalan remaja di sekolah adalah:

a. Kurang guru atau guru agama yang kurang memenuhi syarat
b. Biaya pendidikan yang cukup tingggi.
c. Kesulitan ekonomi yang dialami oleh pendidik. Pendidik sering tidak
masuk akibatnya anak didik terlantar bahkan sering terjadi pendidik
marah pada siswanya.
d. Kurikulum yang kurang menarik.
e. Kurang adanya kerjasama atau hubungan yang kurang harmonis
dengan orang tua murid.

f.

Penilaian masyarakat atau orang tua yang kurang terhadap tugas-tugas
guru akibatnya mengurangi wibawa guru.

g. Kurangnya pendidikan agama, budi pekerti serta kurangnya fasilitas
pendidikan berupa sarana dan prasarana pendidikan.

3. Faktor Iingkungan masyarakat
Dalam dasawarsa terakhir ini, perkembangan dan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi berkembang sang at pesat. Kondisi itu membawa
perubahan yang sangat berarti tetapi juga menimbulkan masalah seperti :
persaingan ekonomi, pengangguran, keanekaragaman media massa, dan
fasilitas rekreasi yang beNariasi pada garis besarnya memiliki korelasi yang

22

signifikan dengan adanya kejahatan pada umumnya, termasuk kenakalan
ramaja.

Sebab- sebab kenakalan remaja di masyarakat menurut Kartini Kartono
(2000), antara lain:
1. Tak menghiraukan kepentingan anak dan tidak melindunginya
2. Tidak memberi kesempatan bagi anak untuk melaksanakan kehidupan
sosial dan tidak mampu menyalurkan emosi anak. Contoh tingkah laku
dan tempat-tempat tercela serta melawan norma (misalnya : pelacuran,
perjudian, kriminalitas, dan hasut menghasut)
3. Adanya proses modernisasi terlalu cepat sehingga orang sulit untuk
mengadakan penyesuaian dengan perubahan .

Menurut Willis (1981) sebagaimana dikutip oleh Rika Febrika (2004),
menyebutkan penyebab kenakalan remaja adalah:
1. Masyarakat yang kurang memperoleh pendidikan.
2. Pengaruh norma-norma baru dari luar.
3. Kurang keikutsertaan remaja dalam kegiatan kemasyarakatan.
4. Kurang contoh atau teladan yang positif dari masyarakat.

23

2.2. Remaja Awal
2.2.1. Definisi Remaja Awal
Ada banyak definisi remaja awal menurut para ahli, diantaranya yaitu:
Remaja awal yaitu masa transisi dari masa kanak-kanak yang belum mampu
menyelesaikan masalah secara mandiri sebagaimana orang dewasa. Masa
remaja awal berlangsung dari usia 13 sampai 16 tahun atau 17 tahun
(Hurlock, 1998).

Melly, S (1984) dan Singgih Gunarsa (2001) mendetinisikan remaja awal
sebagai masa perkembangan dan peralihan. Masa ini merupakan tarat
perkembangan dalam kehidupan manusia, anak tidak lagi disebut anak-anak
lagi, tetapi belum dapat disebut dewasa. Tarat perkembangan ini pad a
umumnya disebut masa pancaroba atau peralihan dari masa anak-anak
menuju kearah kedewasaan. Batasan usianya antara 12-14 tahun.

Remaja dalam undang-undang kesejahteraan anak (UU No.4/1979) adalah
semua orang yang dibawah 21 tahun dan belum menikah, sebagai anak-anak
dan karenanya tidak berhak mendapat dan kemudahan-kemudahan yang
diperuntukan bagi anak-anak misalnya: pendidikan, perlindungan dari orang
tua (Sarlito, 2004).

24

WHO membuat rentang usia remaja menjadi dua bagian yaitu remaja awal
dari usia 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun.

WHO (1974), memberikan definisi remaja yang lebih bersifat konseptual.
Dikemukakan tiga kriteria yaitu: biologi, psikologi dan sosioekonomi yaitu ;
1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan tanda-tanda
seksual skundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
2. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari
anak-anak menjadi dewasa.
3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada
keadaan yang relatif lebih mandiri (Muangan, 1980 dalam Sarlito,S,W,
2004).
Menurut Santrock (2001), remaja adalah periode transisi dari masa anakanak ke masa dewasa, yang mencakup perubahan pada aspek
perkembangan fisik,mental, kepribadian dan sosial. Dengan batasan usia
remaja awal dari 10-13 tahun dan remaja akhir 18-22 tahun.

2.2.2. Ciri-ciri masa remaja
Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama rentang
kehidupan, masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya
dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-Giri tersebut antara lain:

25

1. Perkembangan Fisik
Menurut Setiono (2002), pad a masa remaja hormone seseorang menjadi aktif
dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic

hormones) yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu FollicleStimulating hormone (FHS) dan Luteinizing hormone (LH). Pada anak
perempuan, kedua hormone tersebut merangsang pertumbuhan dan

progesterone. dua jenis hormone kewanitaan. Pada anak laki-Iaki Luteinizing
hormone yang juga dinamakan interstitial-cell stimulating hormone (ICSH)
merangsang pertumbuhan testosterone.

Pertumbuhan secara cepat dari hormone-hormon tersebut merubah system
biologis seorang anak. Anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai
pertanda bahwa system reproduksinya sudah aktif. Selain itu juga terjadi
perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang. Anak laki-Iaki mulai
memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, fisik lainnya yang
berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik mereka
akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka
pada dunia remaja.

2. Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget, perkembangan mental remaja berada pad a tahap
operasional formal. Karakteristik dari tahap ini adalah kemampuan berpikir

26

abstrak, memecahkan masalah, berkembangnya egosentrisme remaja, yaitu
pikiran remaja hanya terpusat pada dirinya sendiri dan memikirkan
bagaimana pandangan orang lain terhadap dirinya (Turner & Helms, 1995).

3. Perkembangan Emosi
Menurut Syamsu Yusuf (2004), masa remaja merupakan puncak
emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Pertumbuhan fisik,
terutama organ-organ seksual mempengaruhi berkembangnya emosi atau
perasaan dan dorongan-dorongan baru yang dialami sebelumnya, seperti
perasaan cinta, rindu dan keinginan untuk berkenalan denag lawan jenis.
Pada usia remaja awal, perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang
kuat terhadp berbagai peristiwa atau situasi sosial, emosinya bersifat negatif
dan temperamental (mudah tersinggung, marah atu seih, murung),
sedangkan remaja akhir sudah mampu mengendalikan emosinya.

4. Perkembangan Sosial
Syamsu Yusuf (2004), mengemukakan bahwa masa remaja berkembang

"social recognition", yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Hal ini
yang kemudian mendorong remaja untuk menjalin hUbungan sosial dengan
teman sebaya (peer) baik melalui jalinan persahabatan maupun percintaan.
Remaja cenderung memilih teman yang memiliki kualitas psikologis yang
relatif sama dengan dirinya, baik menyangkut inters, sikap nilai dan

27

kepribadian. Pada tahap ini, terjadi proses penearian identitas diri yang
muneul karena remaja perlu penyesuaian diri dengan kelompoknya dan
merupakan usahanya untuk menjelaskan siapa dirinya.

5. Perkembangan Moral
Setiono (2002), mengemukakan bahwa perkembangan moral remaja bertitik
tolak dari rasa berdosa dan usaha untuk meneari proteksi. Meski demikian
perkembangan moralnya semakin baik dan lebih matang. Muneul dorongan
untuk perbuatan yang dinilai baik oleh orang lain. Kemampuan berpikir dalam
dimensi moral (moral reasoning) pad a remaja berkembang karena mereka
mulai melihat adanya kejanggalan dan ketidakseimbangan antara mereka
yang pereayai dahulu dengan kenyataan yang ada di sekitarnya.

Konflik nilai dalam diri remaja ini lambat laun akan menjadi sebuah masalah
besar, jika remaja tidak menemukan jalan keluarnya. Kemungkinan remaja
untuk tidak lagi mempereayai nilai-nilai yang ditanamkan oleh orang tua atau
pendidik sejak masa kanak-kanak akan sangat besar jika orang tua atau
pendidik tidak mampu memberikan penjelasan yang log is, apalagi jika
Iingkungan sekitarnya tidak mendukung penerapan nilai-nilai tersebut.

28

2.2.3. Kebutuhan-kebutuhan pokok masa Remaja
menurut Panut Panuju (2004), Kebutuhan manusia terdiri dari kebutuhan
primer dan skunder, kebutuhan primer atau kebutuhan remaja pad umumnya
tidak banyak berbeda dengan kebutuhan manusia.adapun kebutuhan
skunder ataupun kejiwaan remaja agak berbeda dengan kebutuhan sekunder
ataupun kejiwaan remaja agak berbeda dengan kebutuhan paada maaaasa
kanak-kanak baik dipandang dari jenis maupun kulaitasnya.
Menurut Panut Panuju (2004), Kebutuhan remaja sebagaimana kebutuhan
manusia iainnya dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
1. Kebutuhan fisik Jasmaniah
2. Kebutuhan mantal rohaniah (psikis dan sosial)

1. Kebutuhan fisikjasmaniah
Kebutuhan fisik jasmaniah merupaakan kebutuhan pertama yang disebut
dengan kebutuhan primer, seperti: makann, minum, seks dan lain-Iain.jika
kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, akan hilang keseimbangan
fisiknya. Remaja sebagaimana layaknya manusia dewasa, dalam pemenuhan
kebutuhan fisik jasmaniah ini tidak banyak berbeda dengan dibandingkan
dengan makhluk hidup lainnya. Perbedaannya hanya terletak pada tata cara
memenuhi kebutuhan itu. Remaja atatu manusia meletakkan pemenuhan
kebutuhannya dengan jalan tidak mengurangkan kebutuhan-kebutuhan jiwa
(kasih sayang, rasa aman, serta, haaarga diri dan sebagainya

29

2. Kebutuhan mental Rohaniah
Kebutuhan mental rohaniah inilah yang membedakaan manusia dengan
makhluk Allah lainnya. Macam-macam kebutuhan mental rohaniah sebagai
berikut:

a. Kebutuhan akan Agama
Kebutuhan remaja kadang-kadang tidak dapat dipenuhi apabila telah
berhadapan dengan agama, nilai-nilai sosial dan ad at kebiasaan, terutama
apabila pertumbuhan sosialnya telah matang, yang seringkali menguasi
pikirannya. Semuanya itu menyebabkan kebingungan bagi remaja yang tidak
mempunyai dasar keagamaan dan keimanan. Oleh karena sangat penting
dilaksanakan penanaman nilai-nilai moral dan agama serta nilai-nilai sosial
dan akhlak kepada manusia khususnya bagi remaja sejak usia dini.

b. Kebutuhan akan kasih sayang dan rasa kekeluargaan
Rasa kasih sayang adalah kebutuhan jiwa yang paling mendasar dan pokok
daalam kehidupan man usia. Remaja yang merasa kurang disayang oleh ibu
dan bapaknya akan menderita batinnya. Kesehaatannya akan terganggu dan
mungkin kecerdasannyaa akan terhambat pertumbuhannya, kelakuannya
mungkin menjadi nakai, bandel, keras kepala dan sebagainya.
Selain itu kebutuhan akan rasa kasih sayang pada usia remaja merupakan
kebutuhan yang prinsip bagi kesehatan jiwa dan mental remaja, karena ini
merupakan jalan penghargaan dan peneriman sosial.

30

c. Kebutuhan akan rasa aman
Remaja akan berusaha menghindarkan segala kemungkinan yang akan
membawanya kepada kesusahan atau hilangnya ras aaaman tersebut.
Dalam perlakuan dan tindakan yang dilihat, didengar dan dirasakan oleh
remaja yang masih dalam masa pertumbuhannyya, hendaknya tercipta rasa
aman, tidak terancam oleh tindakan-tindakan keras, seperti marah, suara
keras, membentak, menghardik dan menyakiti dengan memukul.

d. Kebutuhan akan Penyesuain diri
penyesuain diri dibutuhkan oleh semua orang dalam pertumbuhan yang
manapun, dan lebih dibutuhkan pad a usia remaja. Karena pada masa ini
remaja mngalami keguncangan -keguncangan dan perubahan dalam dirinya.
Apabila seseorang tidak berhasil menyesuaikan diri pada masa kanak-kanak
maka ia dapat mengejarnya pad a usia remaja. Akan tetapi apabila ia tidak
dapat menyesuaikan diri pada mas remaja, maka kesempatan untuk
perbaikan itu mungkin hilang untuk selama-Iamanya, kecuali dengan
pengaaruh pendidikan dan usaha khusus (Zakiah, dalam Panut, P, 2004).

e. Kebutuhan akan kebebasan
Kebutuhan akan kebebasan bagi remaja merupakan manifestasi perwujudan
diri. Kebebasan emosional dan materi di masa kini. Tidak diragukan lagi
bahwa kematangan fisik mendorong remaja untuk berusaha mandiri dan

31

bebaas dalam setiap pengambilan keputusan untuk dirinya, sehingga dia
dapat mencapai kematangan emosional yang terlepas dari emosi orang tua
dan keluarganya.

f. Kebutuhan akan pengendalian diri
remaja membutuhkan pengendalian diri, karena dia belum mempunyai
pengalaman yang memadai untuk itu. Dia sang at peka karena pertumbuhan
fisik dan seksual tersebut, terjadi kegoncangan dan keseimbangan dalam
dirinya terutama dalam pergaulan terhadap laawan jenis.

g. Kebutuhan akan penerimaan sosial
Remaja membutuhkan rasa diterima oleh orang-orang dalam Iingkungannya,
di rumah, di sekolah maupun di Iingkungan dimana ia hidup. Merasa diterima
oleh orang tua dan keluarga merupakan faktor yang sangat penting untuk
mencapai rasa diterima oleh masyarakat. Kadang-kadang kegagalan remaja
dalam pelajaran disebabkan oleh keguncangan perasaan, atau tidak
terpenuhinya kebutuhan akan penerimaan sosial.

33

3)

Menerima kenyataan (realitas) jasmaniah serta menggunakannya
seefektif mungkin dengan perasaan puas

4)

Mencapai kebebasan emosional dari orang tua atau orang dewasa
lainnya. la tidak kekanak-kanakan lagi dan tidak tergantung lagi dengan
orang tua dan orang lain.

5)

Mencapai kebebasan ekonomi. la sanggup untuk hidup berdasarkan
usahanya sendiri, terutama bagi laki-Iaki.

6)

Mempersiapkan diri untuk pekerjaan dan jabatan. Artinya memilih satu
jenis pekerjaan yang sesuai dengan bakatnya.

7)

Mempersiapkan diri untuk melakukan perkawinaan dan berumah
tangga. Mengembangkan sikap positif terhadap perkawinan dan
memiliki keluarga beserta anak-anak.

8)

Mengembangkan kecakapan intelektual serta konsep-konsep yang
diperlukan untuk kepentingan hidup bermasyarakat. Artinya untuk
menjadi warganegara yang baik perlu memiliki pengetahuan tentang
hukum, pemerintah, ekonomi, politik, geografi hakikat manusia serta
lembaga-Iembaga kemasyarakatan.

9)

Memperlihatkan tingkah laku yang secara sosial dapat dipertanggung
jawabkan. Artinya ikut serta dalam kegiatan-kegiatan sosial sebagai
orang dewasa yang bertanggung jawab, manghormati serta mantaati
nilai-nilai sosial yang berlaku dalam lingkungan regional dan nasional.

34

10) Memperoleh sejumlah norma-norma sebagai pedoman dalam tindakantindakannya dan sebagai pandangan hidupnya. Baik hubungan antara
manusia dengan pencipta, manusia dengan alam semesta dan
manusia dengan man usia.

2.3. Konformitas Kelompok Sebaya
2.3.1. Kelompok Sebaya
Kelompok teman sebaya atau peer group adalah sekelompok remaja yang
memiliki kesamaan dalam usia atau tingkat kematangan, latar belakang
sosial serta sikap dalam memilih aktivitas sekolah dan waktu luang
(Muss,1990, dalam Santrock, 2001). Jadi yang dimaksud dengan kelompok
sebaya pada masa remaja adalah sekelompok remaja yang memiliki
kesamaan karakteristik yaitu usia, status sosial dalam masyarakat dan
mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh remaja.

Horrock dan Benimoff, menyatakan bahwa kelompok teman sebaya
merupakan dunia nyata kawula muda, yang menyiapkan panggung dimana ia
dapat menguji diri sendiri dan orang lain. Oi dalam teman sebaya individu
merumuskan dan menyiapkan konsep dirinya dan orang lain yang sejajar
oleh dirinya. Jadi di dalam kelompok sebaya inilah remaja mendapatkan
dukungan dalam memperjuangkan emansipasi dan disitulah ia dapat

-------

35

menemukan dunia yang memungkinkannya bertindak sebagai pemimpin
apabila ia mampu melakukannya. Selain itu, kelompok sebaya merupakan
hiburan utama bagi anak-anak belasan tahun (Hurlock, 1998).

Heaven (1994) menyatakan bahwa hUbungan melalui kelompok sebaya
dapat membentuk kesempatan untuk mengembangkan kemampuan sosial,
emosional, identitas diri dan juga kemandirian. Pembentukan suatu hubungan
persahabatan yang menyenangkan dan memuaskan dengan anggota
kelompok sebaya merupakan suatu tugas perkembangan yang penting bagi
remaja yang akan memiliki efek yang penting terhadap keyakinan akan
kemampuan yang dimilikinya dalam membina hubungan dan persahabatan
dengan orang lain pada komunitas yang berbeda. Kelompok sebaya
biasanya memiliki ciri-ciri tingkall laku yang ditampilkan oleh anggotanya, ciriantara lain adalah mode pakaian, cara bertingkah laku, gaya rambut, minat
terhadap musik, sikap terhadap sekolah, orang tua dan juga terhadap
kelompok lainnya (Heaven, 1994).

Proses afiliasi dalam kelompok membuat seseorang terbuka terhadap
tekanan dan pengaruh sosial yang didapatkan dari kelompok. Tekanan dari
kelompok merupakan karakteristik nyata dalam kehidupan remaja, yang
kekuatannya dapat dilihat pada hampir setiap dimensi kehidupan. Gaya
berpakaian, gaya rambut, selera musik, bahasa dan cara bicara yang

36

digunakan, serta aktifitas waktu luang dan nilai adalah karakteristik yang
dipelajari oleh remaja. Dengan cara memperhatikan dan membandingkan diri
mereka sendiri dengan orang lain dalam kelompok. Remaja juga belajar
metode membentuk dan menangani suatu hubungan sosial dengan cara
mengamati dan meniru kelompok sebayanya. Pengaruh kelompok sebaya
terjadi ketika pengaruh dari orang tua tidak kuat (Shucksmith, et.al, dalam
Santrock,2001).

Menurut J,G. Golemen, kelompok sebaya juga melibatkan penilaian remaja
terhadap dirinya sendiri dan juga melakukan perbandingan sosial dengan
individu lain di dalam kelompok, terutama dalam hal norma, nilai serta apa
yang wajar dan tidak wajar dilakukan diikuti dengan tingkah laku yang
ditampilkan (dalam Dusek, 1996).

Dalam hubungannya dengan kelompok teman sebaya ini remaja memasuki
tahap heterososiality yaitu tahap perkembangan sosial remaja dimana
individu mendapatkan kesenangan dan persahabatan dari hUbungannya
dengan teman laki-Iaki maupun perempuan (P,F Rice, 2001).

Di samping itu kelompok sebaya juga memberikan keuntungan psikologis
bagi remaja, karena di dalamnya remaja belajar untuk memahami individu
lainnya. Suatu hubungan persahabatan sangat berbeda dengan hubungan

37

yang terjalin dengan orang tua. Persahabatan lebih melibatkan suatu
hubungan yang saling terkait, berbagi rasa dalam mengalami perubahan.
Salah satu fungsi penting dari kelompok sebaya adalah sumber informasi
mengenai dunia luar. Dari kelompoknya pula remaja dapat memperoleh
umpan balik mengenai kemampuannya. Remaja belajar apakah m