Hubungan antara konformitas kelompok teman sebaya dengan resiliensi pada remaja awal - USD Repository

  

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS KELOMPOK TEMAN SEBAYA

DAN RESILIENSI PADA REMAJA AWAL

  SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  Oleh : Anggun Novianti

  NIM : 089114028

  

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013

HALAMAN MOTTO

  Kegagalan terbesar adalah kegagalan untuk mencoba. (William A. Ward) Bahagia itu bukan sebuah pencapaian, namun suatu kesadaran. Sadar bahwa dirimu berarti dan dibutuhkan oleh hidup ini. (Merry Riana)

  Don’t care what people say, just follow your own way. Don’t give up and use the chance. (Enigma) Hidup ini bukan untuk menumbuhkan keluhan, tapi untuk menumbuhkan kemampuan. (Mario Teguh)

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Skripsi ini kupersembahkan untuk :  Tuhan Yesus Sang pencipta kehidupan yang penuh kuasa dan kasih selalu mengajarkanku berserah, percaya dan mensyukuri berkat serta karunia yang telah Engkau berikan sepanjang usiaku.  Bunda Maria, Bunda penuh rahmat dan kasih. Tempat berkeluh kesah.

  Tempat setiap tetesan air mata mengalir. Tempat menyerahkan seluruh hidupku. Atas tuntunan cahaya terang Bunda, hari ini dan seterusnya aku yakin semua yang ada dalam hidupku ini adalah hal baik.

   Ayahandaku J. Herry Woerjanto HS dan Ibundaku M.M. Sri Pujianti yang selama ini banting tulang untuk menyekolahkanku, memenuhi setiap kebutuhanku, dan tidak pernah lelah mendoakanku agar aku menjadi anak yang berhasil. Terima kasih untuk setiap cinta dan cucuran keringatmu ayahanda, ibunda. Aku selalu mencintai kalian.

  

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS KELOMPOK TEMAN SEBAYA

DAN RESILIENSI PADA REMAJA AWAL

Anggun Novianti

  

ABSTRAK

Penelitian korelasional ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konformitas

kelompok teman sebaya dengan resiliensi pada remaja awal. Subjek penelitian adalah siswa-siswi

  

SMP Negeri 2 Sragen yang memiliki rentang usia 12-15 tahun. Subjek penelitian berjumlah 247

orang. Subjek yang berusia 15 tahun sebanyak 40 orang, subjek berusia 14 tahun sebanyak 80

orang, subjek berusia 13 tahun sebanyak 88 orang, dan subjek berusia 12 tahun sebanyak 66 orang.

Subjek yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 124 orang dan berjenis kelamin perempuan

sebanyak 150 orang. Subjek penelitian dipilih melalui proses purposive sampling. Hipotesis

penelitian yang diajukan adalah terdapat hubungan antara konformitas kelompok teman sebaya

dan resiliensi pada remaja awal. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah skala, yaitu

skala resiliensi dan skala konformitas yang menggunakan pedoman skala sikap model Likert.

Skala resiliensi memiliki koefisien reliabilitas Alpha Cronbach sebesar 0,863 dari 37 aitem,

sedangkan skala konformitas memiliki koefisien reliabilitas Alpha Cronbach sebesar 0,922 dari 42

aitem. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis Product Moment Pearson

Correlation . Hasil analisis data menunjukkan koefisien korelasi (r) sebesar 0,436 dengan taraf

signifikansi 0,000 (p<0,05). Hal ini berarti semakin tinggi kecenderungan konformitas subjek pada

kelompok teman sebaya, maka semakin tinggi kecenderungan resiliensi pada diri subjek. Begitu

pula sebaliknya, semakin rendah kecenderungan konformitas subjek pada kelompok teman sebaya,

maka semakin rendah kecenderungan resiliensi subjek.

  Kata kunci : konformitas, resiliensi, remaja awal

  

THE CORRELATION BETWEEN PEER GROUP CONFORMITY AND

RESILIENCE IN EARLY ADOLESCENTS

Anggun Novianti

  

ABSTRACT

The aim of this research was to find out the correlation between peer group conformity

and resilience in early adolescents. Subjects were students of SMP Negeri 2 Sragen with age

range 12-15 years. The numbers of subjects were 247 people, consisted of 40 people aged 15 years

old, 80 people aged 14 years old, 88 people aged 13 years, and 66 people aged 12 year old.

Subjects were 124 male and 150 female. Subjects were selected through purposive sampling

process. The hypothesis proposed research was whether there was a relationship between peer

group conformity and resilience in early adolescence. Data collection methods used in this study

was the scale. There were two scales i.e. scales of resilience and conformity scales using

guidelines Likert attitude scale models. Resilience Scale had a Alpha Cronbach reliability

coefficient of 0.863 from 37 aitem, while conformity scale had Alpha Cronbach reliability

coefficient of 0.922 from 42 aitem. Data analysis was performed using Pearson Product Moment

Correlation analysis. The result of data analysis shows a correlation coefficient (r) of 0.436 with a

significance level of 0.000 (p <0.05). This result means that the higher tendency of subject

conformity to the peer group is the higher tendency of resilience on the subject. Otherwise, the less

likely the conformity of subject to peer group is the less likely the resilience subject.

  Keywords : conformity, resilence, early adolescent

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaan, perlindungan, serta kasih yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi dengan judul ”Hubungan Konformitas Kelompok Teman Sebaya dengan Resiliensi pada Remaja Awal” disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana dari Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak yang dengan tulus membantu penulis. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

  1. Ibu Sylvia Carolina MYM., S. Psi., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan kesabaran dan kasih sayang beliau tidak pernah lelah memberi waktu dan dorongan penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini. Terima kasih untuk setiap diskusi dan masukan yang ibu berikan selama ini.

  2. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani selaku Dekan Fakultas Psikologi dan Dosen Pembimbing Akademik yang selalu menjadi inspirasi tersendiri bagi penulis.

  Terima kasih banyak atas bimbingan dan semangat ”berdarah-darah” yang ibu ajarkan selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas Psikologi.

  3. Ibu Ratri Sunar Astuti., S.Psi., M.Si. selaku Kaprodi Fakultas Psikologi dan dosen penguji skripsi yang turut membantu kelancaran penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.

  4. Ibu MM. Nimas Eki Suprawati, M. Si., Psi. selaku dosen penguji skripsi yang banyak memberi saran dan wawasan tambahan yang menunjang isi skripsi ini.

  5. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Psikologi atas bimbingan dan ilmu yang penulis peroleh dari setiap kelas perkuliahan. Terima kasih pula untuk setiap kesempatan yang diberikan untuk ikut ambil bagian dalam setiap kegiatan yang banyak memberi pembelajaran bagi penulis.

  6. Mas Gandung, Mbak Nanik, Mas Muji, Mas Don i, Pak Gi’ untuk setiap senyum, sapaan, candaan serta bantuannya selama perkuliahan dan penulisan skripsi.

  7. Ibu M. M. Wiwik Yulisriani, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SMP Saverius 1 Sragen yang telah memberi ijin serta bantuan selama peneliti melakukan try out.

  8. Ibu NM. Dwi Mulyani PA, S.Pd., M.Pd. selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Sragen yang telah memberi ijin peneliti untuk melakukan penelitian.

  9. Bapak Drs. Kasno selaku penanggungjawab Bimbingan Konseling (BK) SMP Negeri 2 Sragen dan Ibu Dra. Wiwit Retno W. yang banyak membantu penulis dalam proses pengambilan data.

  10. Adik-adik SMP Saverius 1 Sragen dan SMP Negeri 2 Sragen yang telah bersedia menjadi subjek penelitian.

  Keceriaan dan ’gombalan-gombalan’ yang kalian berikan menjadi salah satu hal yang membuat semangat ini selalu menyala.

  11. Kakakku Ch. Intan Kurniyanti, keponakanku F. Kiera Lintang Kinasih, kakak iparku Bayu Adichandra yang selalu mendukung dan mendoakanku. Terima kasih untuk setiap keceriaan yang keluarga kecil kalian berikan padaku.

  12. Keluarga besarku khususnya tante Noer Maturbong, om Chris Maturbong, tante Tatik, om Hariyadi, dan adik sepupuku Aya yang selalu mendukung, mendoakan, dan membantuku dalam segala hal khususnya bantuan finansial.

  13. My super hero, mas Alexander Denny Kristian untuk semua stok kesabaran, kasih sayang, cinta, tenaga, pikiran dan apapun yang tidak pernah berhenti dirimu berikan padaku. Inilah awal perjalanan dan perjuangan kita, tetap semangat ♥

  14. Bapak Paulus Pujianto, ibu Ch. Budi Hartini, adik Wenny dan Dinny serta Mbah Putri untuk kasih sayang, dukungan dan doa yang diberikan.

  15. Teman-teman seperjuangan Psikologi 2008 Kika, Lusi, Chelly, Wawan, Nursih, Puput, Priska, Mila, Ayu, Dewi, Anis, Meili, Tiwi, Sita, Elisa, Alent, Benoni, Skolas, Agnes, Heni, Adita, Gigi, Monic, Wahyu, Pho-pho, Abet, Cwelly, Kriyol, mbak Desi, mbak Vita, jenk Anna, kak Arisa, Pritta, Berta, Mamat, Riana, Vicke, Nopai, mace Siska, Nita, Alberto, Budi, Corry, dan semuanya saja atas keceriaan, persahabatan, ke’gokil’an, semangat, kesedihan, kemarahan, gosip-gosip, tangisan, kekecewaan, ilmu, perdebatan, diskusi, pelukan, gratisan, serta kasih sayang yang telah bersama kita alami dan kita bagi selama perjumpaan kita. Semoga kelak cerita kita ini dapat berlanjut hingga anak-cucu kita.

  16. Semua penghuni jagad Fakultas Psikologi Sanata Dharma Yogyakarta, mbak Oie, mbak Anas, kak Grace, mas Anton, mas Adel, mbak Ngatini, mbak Ina, mbak Lily, mas Arya, Rhu tie, Panjul, Albert ’gendut’, Dinda, Xyannie, Anjar,

  Yatim, Cicik, Astrid, Ginza, Sita, mbak Ayu, mbak Manda, mbak Halida, kakak Timo, mbak Noy, semua teman-teman BEMF Psikologi periode 2009- 2010 atas kesempatan mengenal kalian semua dan berdinamika bersama di Psikologi.

  17. Segenap pihak yang selalu mendukung dan memberi semangat penulis yang tidak disebutkan satu per satu.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidaklah sempurna, oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran yang membangun guna menunjang kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak dan dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut.

  Yogyakarta, 1 Maret 2013 Penulis,

  ( Anggun Novianti )

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

  ……………………………………………………… i

  HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

  ………………. ii

  HALAMAN PENGESAHAN

  ……………………………………………. iii

  HALAMAN MOTTO

  …………………………………………………….. iv

  HALAMAN PERSEMBAHAN

  ………………………………………….. v

  HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  …………………… vi

  ABSTRAK

  ………………………………………………………………… vii

  ABSTRACT

  ………………………………………………………………. viii

  HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

  ………. ix

  KATA PENGANTAR

  …………………………………………………….. x

  DAFTAR ISI

  ………………………………………………………………. xiv

  DAFTAR TABEL

  ………………………………………………………… xix

  DAFTAR LAMPIRAN

  …………………………………………………… xx

  BAB I. PENDAHULUAN

  ………………………………………………… 1 A. Latar Belakang Masalah ……………………………………….. 1

  B. Rumusan Masalah ……………………………………………… 10

  C. Tujuan Penelitian ………………………………………………. 10

  D. Manfaat Penelitian ……………………………………………... 10 1.

  Manfaat Teoritis ………………………………………….... 10

  2. Manfaat Praktis ……………………………………………. 11

BAB II.LANDASAN TEORI

  b. Karakteristik Keluarga …………………………………. 20

  Pengertian Konformitas ……………………………………. 32

  Konformitas ……………………………………………………. 32 1.

  c. I Can atau Kompetensi Sosial ………………………… 25 C.

  b. I Am atau Aspek Kepribadian Positif …………………. 24

  a. I Have atau Aspek Dukungan Sosial ………………….. 22

  3. Aspek-aspek Resiliensi ……………………………………. 22

  c. Pengaruh Lingkungan (Sekolah, Teman Sebaya, dan Masyarakat) ……………………………………….. 21

  ……………………………………………. 12 A. Remaja Awal ……………………………………….…………. 12

  1. Pengertian Remaja Awal …………………………………… 12

  2. Faktor-faktor Resiliensi ……………………………………. 19

  1. Pengertian Resiliensi ………………………………………. 17

  ……………………………………………… 15 B. Resiliensi ………………………………………………………. 17

  3. Permasalahan yang Dihadapi Remaja Awal dalam Kehidupannya

  2. Karakteristik Remaja Awal ………………………………… 14

  c. Perkembangan Psikososial Awal ………………………. 13

  b. Perkembangan Kognitif Awal …………………………. 13

  a. Perkembangan Fisik Awal ……………………………... 12

  a. Atribut Individu ………………………………………… 19

  2. Penyebab Munculnya Konformitas ………………………… 33

  a. Perilaku Orang Lain Memberikan Informasi yang Bermanfaat

  …………………………………………….. 33

  b. Rasa Takut pada Celaan Sosial ………………………… 35

  c. Rasa Takut pada Penyimpangan ………………………. 35

  3. Aspek-aspek Konformitas …………………………………. 36

  a. Kekompakan …………………………………………… 36

  b. Kesepakatan ……………………………………………. 36

  c. Kepatuhan ……………………………………………… 37

  4. Konformitas Kelompok Remaja …………………………… 38

  D. Hubungan antara Konformitas Kelompok Teman Sebaya dan Resiliensi pada Remaja Awal

  ………………………………… 40

  E. Hipotesis Penelitian …………………………………………… 48

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

  ……………………………… 49

  A. Jenis Penelitian ………………………………………………… 49

  B. Identifikasi Variabel …………………………………………… 49

  C. Definisi Operasional Variabel Pe nelitian ……………………… 49

  1. Resiliensi ………………………………………………….. 49

  2. Konformitas ……………………………………………….. 52

  D. Subjek Penelitian ………………………………………………. 53

  E. Prosedur Penelitian …………………………………………….. 54

  F. Metode dan Alat Pengumpulan Data ………………………….. 54

  G. Validitas, Reliabilitas dan Seleksi Aitem ……………………… 56

  1. Validitas …………………………………………………… 56

  2. Reliabilitas ………………………………………………… 57

  3. Seleksi Ai tem ……………………………………………… 57 a. Sk ala Resiliensi ………………………………………… 58 b. Skala Konformitas

  ……………………………………… 64

  H. Metode Analisis Data …………………………………………. 68 1.

  Uji Asumsi ………………………………………………… 68 a.

  Uji Normalitas ………………………………………….. 68 b. Uji Linearitas …………………………………………… 68

  2. U ji Hipotesis ………………………………………………. 69

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  ………………. 70 A. Pelaksanaan Penelitian ………………………………………… 70

  B. Deskripsi Subjek P enelitian …………………………………… 71

  1. Deskripsi Subjek Berdasarkan Usia ………………………. 71

  2. Deskripsi Subjek Berdasarkan Jen is Kelamin …………….. 71 C.

  Deskripsi Data Penelitian ……………………………………… 72 D. Kategorisasi Subjek Penelitian ………………………………… 73

  1. Resiliensi …………………………………………………... 73

  2. Konformitas ……………………………………………….. 74 E.

  Hasil Penelitian ………………………………………………… 75

  1. Uji Asumsi …………………………………………………. 75

  a. Uji N ormalitas …………………………………………… 75 b. Uji Linearitas ……………………………………………. 75

  2. Uji Hipotesis ………………………………………………. 76 F.

  Pembahasan ……………………………………………………. 77 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ..

  ………………………………... 83 A. Kesimpulan ……………………………………………………. 83

  B. Keterbatasan Penelitian ……………………………………….. 83 C.

  Saran …………………………………………………………... 83 1.

  Bagi Remaja ………………………………………………. 83 2. Bagi Peneliti Selanjutnya …………………………………. 84

DAFTAR PUSTAKA

  …………………………………………………….. 85

  LAMPIRAN

  ………………………………………………………………. 89

  DAFTAR TABEL

  Tabel 1. Skor Kategori Pernyataan Skala Resiliensi ……………………… 51

  Tabel 2. Skor Kategori Pernyataan Skala Konformitas …………………… 53

  Tabel 3. Blue Print Skala Resiliensi ……………………………………… 55

  Tabel 4. Blue Print Skala Konformitas …………………………………… 56

  Tabel 5. Sebaran Aitem Skala Resiliensi (setelah uji coba 1) …………….. 58

  Tabel 6. Sebaran Aitem Skala Resiliensi (revisi untuk uji coba 2) ………. 60

  Tabel 7. Sebaran Aitem Skala Resiliensi (setelah uji coba 2) ……………. 61

  Tabel 8. Sebaran Aitem Skala Resiliensi (revisi untuk uji coba 3) ………. 62

  Tabel 9. Sebaran Aitem Skala Resiliensi (setelah uji coba 3) ……………. 63

  Tabel 10. Sebaran Aitem Skala Konformitas (setelah uji coba 1) ………… 64

  Tabel 11. Sebaran Aitem Skala Konformitas (revisi untuk uji coba 2) …… 65

  Tabel 12. Sebaran Aitem Skala Konformitas (setelah uji coba 2) ………… 66

  Tabel 13. Sebaran Aitem Skala Konformitas (revisi untuk uji coba 3) …… 67

  Tabel 14. Sebaran Aitem Skala Konformitas ( setelah uji coba 3) ………… 68 Tabel 15. Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

  …………………. 71 Tabel 16. Deskripsi Subjek Penelitian B erdasarkan Jenis Kelamin ……….. 71 Tabel 17. Deskripsi Data Penelitian

  …………………..……….….……….. 72 Tabel 18. Kategorisasi Subjek Skala Resiliensi

  …………………………… 74 Tabel 19. Kategorisasi Subjek Skala Konformitas

  ………………………… 75 Tabel 20. Hasil Uji Normalitas

  …………………..……….….……………. 75 Tabel 21. Hasil Uji Linieritas

  …………………..……….….…………….... 76 Tabel 22. Hasil Uji Korelasi Skala Resiliensi dan Skala Konformitas

  ……. 77

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran A. Skala Penelitian …………………………………………….. 90

  Lampiran B. Skala Penelitian Revisi 1 ………………………………….... 104

  Lampiran C. Skala Penelitian Revisi 2 ………………………………….... 116

  Lampiran D. Uji Re liabilitas Skala Resiliensi …………………………….. 129 Lampiran E. Uji Reliabilitas Skala Konformitas

  ………………………….. 148 Lampiran F. Uji Normalitas

  ……………………………………………….. 163 Lampiran G. Uji Linear itas ………………………………………………... 165 Lampiran H. Uji Hipotesis

  ……………………………………………….... 169 Lampiran I. Surat Keterangan

  Penelitian ………………………………….. 171

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan suatu periode yang ditandai oleh perubahan fisik,

  kognitif, dan psikososial. Perubahan fisik tampak dari perkembangan tinggi dan berat badan, proporsi tubuh, serta ciri seks primer dan sekunder.

  Menginjak masa remaja, seorang individu juga mulai mengembangkan kemampuannya dalam pengambilan keputusan dan mulai mengembangkan orientasi akan masa depan. Hal tersebut merupakan sebagian dari proses perubahan kognitif pada remaja. Perkembangan fisik dan kognitif pada masa remaja kemudian mempengaruhi pula pada perubahan psikososial. Hal tersebut ditandai dengan adanya perkembangan identitas serta perubahan hubungan antara remaja dengan keluarga dan remaja dengan teman sebaya. Selain itu, berkembang pula resiliensi pada remaja. G. Stanley Hall menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa badai dan topan. Masa tersebut datang akibat dari kebudayaan modern yang penuh gejolak pertentangan nilai-nilai (dalam Sarwono, 2007).

  Beberapa tahun belakangan ini, banyak terdengar kasus-kasus tentang remaja yang beberapa diantaranya dilakukan oleh remaja dengan rentang usia 12-15 tahun. Pada periode usia tersebut, remaja berada dalam masa yang dikenal dengan sebutan masa pubertas. Akibat dari perubahan remaja pada masa puber adalah mempengaruhi keadaan fisik dan psikologis remaja. Akibat

  2 yang ditimbulkan cukup membuat perubahan dalam pola perilaku, sikap dan kepribadian remaja. Remaja pada masa tersebut cenderung memiliki emosi yang meninggi, tampak dari perilaku mereka yang sering mengalami ledakan amarah yang tidak terkendali. Mereka juga mulai kehilangan rasa percaya diri dan mulai bosan dengan tugas-tugas sekolah serta rutinitas kehidupan pada umumnya (Hurlock, 1990).

  Salah satu kasus yang terjadi pada masa remaja adalah remaja putri yang hamil di luar nikah. Kasus yang terjadi di Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen pertengahan tahun 2011 mencapai 20 orang remaja putri (Solopos.com Rabu, 20 Juli 2011). Mayoritas remaja yang hamil di luar nikah disebabkan oleh pergaulan sosial yang kurang baik. Survei yang pernah dilakukan pada 9 kota besar di Indonesia menunjukkan bahwa kehamilan pada remaja mencapai 37.000 kasus yang terdiri dari 27% terjadi dalam lingkungan pranikah dan 12,5% adalah pelajar. Meningkatnya jumlah kasus kehamilan di luar nikah yang terjadi pada remaja memicu remaja melakukan tindak aborsi yang membahayakan nyawa mereka. Menurut salah satu surat kabar online, jumlah kasus aborsi di Indonesia setiap tahun mencapai 2,3 juta, 30 persen di antaranya dilakukan oleh para remaja (Kompas.com, Rabu, 16 Februari 2009).

  Kasus remaja lainnya adalah remaja yang memutuskan untuk tidak sekolah lagi karena menjadi korban kekerasan seniornya di sekolah. Kasus lain yang sedang marak terjadi di kalangan remaja di Kabupaten Sragen adalah pesta minuman keras dan penggunaan pil koplo (Solopos.com Sabtu,

  24 Desember 2011). Hal tersebut biasanya dilakukan karena keinginan mereka

  3 untuk diakui dan tidak dikucilkan dalam pergaulan. Beberapa kasus lain adalah kasus remaja yang kabur dari rumah. Kebanyakan dari mereka kabur karena berselisih paham dengan orang tua atau keinginannya tidak dipenuhi oleh orang tua. Kasus lain yang memprihatinkan pada masa remaja adalah adanya tindakan bunuh diri. Seperti yang terjadi pada seorang siswa SMP berusia 15 tahun yang nekat mengakhiri hidupnya dengan cara meloncat dari sebuah menara setinggi 30 meter karena tidak diberi uang oleh orang tuanya untuk memperbaiki motor (KOMPAS Senin, 30 April 2012).

  Tindakan-tindakan remaja di atas merupakan tindakan yang kurang adaptif. Salah satu pemicu mereka melakukan tindakan tersebut adalah perubahan hidup yang dialami remaja secara tiba-tiba. Remaja mengalami perubahan hidup yang besar dalam rentang kehidupannya. Adanya beberapa perubahan dalam masa kehidupan dari fase anak-anak menuju fase remaja dapat menimbulkan perasaan tertekan, kebingungan, ketakutan dan ketidakpastian yang mempengaruhi remaja dalam mengatasi masalah-masalah dalam hidupnya. Apabila perubahan dalam perkembangan tersebut disertai dengan kejadian lain seperti perceraian orang tua, kehilangan orang yang dicintai, konflik dengan teman dan keluarga, kesulitan ekonomi, serta kesulitan di sekolah, maka remaja mengalami krisis hidup yang berat sehingga melampaui kapasitas mereka untuk mengatasi masalah (Susana, 2006).

  Munculnya perilaku yang melibatkan tindakan bunuh diri merupakan cermin dari kehidupan remaja yang penuh dengan konflik dan ketidakmatangan remaja yang membuat mereka memilih untuk mengambil

  4 risiko yang membahayakan dirinya sendiri (Papalia, Olds, dan Feldman 2009).

  Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja yang disertai oleh berkembangnya kapasitas intelektual, stres dan harapan-harapan baru yang dialami remaja membuat mereka mudah mengalami gangguan baik berupa gangguan pikiran, perasaan maupun gangguan perilaku. Stres, kesedihan, kecemasan, kesepian, keraguan pada diri remaja mempengaruhi cara berpikir mereka ketika memecahkan suatu masalah.

  Namun, pada dasarnya remaja mulai berpikir lebih abstrak, logis dan idealis dibandingkan ketika masa anak-anak (Khun, 1999 dalam Santrock, 2002). Remaja mulai menyusun rencana-rencana untuk memecahkan masalah dan menguji pemecahan masalah tersebut secara sistematis. Pemecahan masalah tersebut dikenal dengan penalaran deduktif hipotesis (hypothetical

deductive reasoning ) yang merupakan konsep operasional formal milik Piaget.

  Adanya perubahan hidup yang besar dalam kehidupan mereka menuntut mereka untuk mampu bertahan dalam keadaan tersebut. Beberapa dari mereka kurang mampu mengolah diri sehingga cenderung memilih melakukan tindakan-tindakan yang berbahaya. Tidak jarang beberapa dari mereka mampu bertahan dan mengatasi masalah yang sedang dihadapinya. Kemampuan remaja untuk bertahan dalam suatu situasi atau masalah yang berat biasa di kenal dengan istilah resiliensi (recilience).

  Grotberg (1995) mengemukakan bahwa resiliensi terbentuk dari tiga aspek. Pertama, I Have yaitu aspek yang berhubungan dengan dukungan sosial yang diperoleh individu dari lingkungan sosial terhadap dirinya. Kedua, I Am

  5 yaitu aspek resiliensi yang menggambarkan kepribadian positif dalam diri individu itu sendiri. Ketiga, I Can merupakan aspek dari resiliensi yang berhubungan dengan kompetensi sosial/ keterampilan sosial dan interpersonal individu hasil pembelajaran dari interaksinya dengan orang lain. Individu yang dapat mengembangkan ketiga aspek tersebut dengan baik akan mampu bertahan dan menghadapi situasi-situasi yang sulit. Hal tersebut membentuk individu mengembangkan resiliensi dalam dirinya. Ketiga aspek pembentuk resiliensi tersebut tidak dapat berdiri sendiri-sendiri. Resiliensi dapat berkembang dalam diri individu manakala terjadi interaksi diantar ketiga aspek tersebut (Desmita, 2009).

  Resiliensi menjadi bagian penting dalam kehidupan seseorang. Resiliensi biasanya muncul dari fungsi normatif pada sistem adaptasi manusia dengan ancaman terbesar untuk perkembangan manusia. Resiliensi pada dasarnya berasal dari proses yang memandang lebih positif perkembangan manusia dan proses adaptasi (Masten, 2001). Werner (1990) menyatakan bahwa remaja yang memiliki resiliensi berhasil mengatasi masalah meskipun dalam kemiskinan, memiliki orang tua dengan gangguan atau psikopatologi, dan berada dalam keluarga yang berselisih. Para remaja ini lebih bertanggung jawab dan berorientasi pada prestasi daripada teman-teman mereka yang bermasalah. Remaja tersebut juga lebih matang secara sosial dan telah mampu menyerap nilai-nilai yang positif. Mereka akan lebih perhatian, empatik dan lebih tanggap terhadap lingkungan sosial dibandingkan dengan teman-teman seusianya yang kesulitan mengatasi masalah (Werner, 1990).

  6 Beberapa studi longitudinal mengungkapkan bahwa anak dengan resiliensi memperoleh banyak dukungan emosional dari orang-orang di luar keluarga mereka. Teman, tetangga dan guru memberikan nasihat dan memberikan kenyamanan ketika mereka menghadapi masa transisi atau krisis (Werner, 1990). Anak-anak yang memiliki resiliensi cenderung disukai oleh teman bermain dan teman-teman sekelasnya serta memiliki satu atau lebih teman dekat, walaupun mereka berasal dari keluarga yang miskin, kacau dan sumbang. Mereka akan cenderung menjaga teman kecil mereka hingga dewasa dan tetap bergantung pada mereka untuk memperoleh dukungan emosional (Werner, 1990). Wallerstein dan Kelly (dalam Werner 1990) melakukan studi tentang peran teman dalam kehidupan anak yang orang tuanya bercerai mengemukakan bahwa teman dapat memperkaya dan memperluas kualitas kehidupan anak-anak yang memiliki resiliensi. Layaknya saudara, teman lebih berperan sebagai tambahan dan bukan sebagai pengganti untuk hubungan yang erat dan stabil dengan satu orang dewasa di rumah atau lingkungan sekitarnya.

  Paul R. Smokowski, Arthur J. Reynolds dan Nikolaus Bezruczko (1999) melakukan penelitian yang fokus pada perkembangan dari resiliensi remaja dan faktor pelindung dengan sampel 86 siswa SMA dalam kota Chicago. Faktor pelindung merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut faktor yang melindungi individu dari faktor-faktor yang dapat menimbulkan

  .

  risiko Fokus analisis pada tiga kategori faktor pelindung yaitu atribut internal, hubungan dalam keluarga, dan sistem dukungan eksternal. Salah satu hasil

  7 dari penelitian tersebut mengungkapkan beberapa remaja mendeskripsikan teman menawarkan pemodelan peran yang lebih negatif daripada pemodelan peran positif. Remaja yang memiliki resiliensi dan sangat cerdas mengadopsi sikap hati-hati. Mereka membedakan teman-teman yang dapat diandalkan menjadi rekan di sekolah atau di lingkungan. Persahabatan yang positif merupakan hal yang penting dalam resiliensi. Memiliki perasaan positif terhadap teman dapat membuat hubungan positif pula dengan saudara dan keluarga.

  Sebuah penelitian yang dilakukan oleh M. Salis Yuniardi dan Djudiyah (2011) pada remaja yang berasal dari keluarga dengan orangtua tunggal (single parent) di kota Malang menunjukkan bahwa terapi dukungan kelompok (support group therapy) terbukti berhasil mengembangkan resiliensi remaja dengan orangtua tunggal. Terapi dukungan kelompok merupakan terapi yang dilakukan bersama dengan kelompok teman sebaya yang memiliki masalah yang kurang lebih sama. Terapi ini dilakukan dengan cara berbagi informasi (sharing) tentang permasalah yang dihadapi dan solusi yang perlu dilakukan dalam rangka proses saling belajar dan menguatkan (Yalom, 1985 dalam Yuniardi dan Djudiyah, 2011). Pada dasarnya remaja yang tumbuh dalam keluarga yang tidak utuh (hidup dengan ayah atau ibu saja) mengalami ketimpangan dalam menjalani kehidupannya. Hal ini dapat menyebabkan adanya beban psikologis yang berat bagi remaja yang berada dalam kondisi tersebut. Penelitian ini memberi gambaran pada subyek tentang bagaimana memandang suatu masalah sebagai sesuatu yang memberikan

  8 variasi hasil pada individu yang mengalaminya. Masalah atau kemalangan yang dihadapi individu cenderung memberikan reaksi awal yang disfungsi, tetapi setiap individu tetap memiliki kemampuan untuk bangkit dari keterpurukan.

  Pengaruh keberadaan teman sebaya paling kuat terjadi pada masa remaja awal atau sekitar usia 12-13 tahun (Fuligni dalam Papalia, Olds, dan Feldman 2009). Teman sebaya adalah individu yang tingkat dan kematangan dan umumnya kurang lebih sama. Teman sebaya menyediakan sarana untuk perbandingan secara sosial dan sumber informasi tentang dunia di luar keluarga. Hubungan teman sebaya yang baik mungkin diperlukan untuk perkembangan sosial yang normal pada masa remaja (Santrock, 2003). Perubahan yang terjadi pada masa perkembangan remaja, membuat mereka merasa tidak aman dan terganggu. Remaja cenderung menutup diri pada orang dewasa. Ketika berada dalam masalah mereka cenderung lebih terbuka terhadap teman-teman sebayanya. Hal ini terjadi karena remaja lebih memilih untuk menentukan sikap, keinginan dan pemecahan masalah sendiri.

  Berdasarkan hubungan antara remaja dengan teman sebaya ini dapat muncul apa yang di sebut konformitas. Konformitas muncul ketika individu meniru sikap atau tingkah laku orang lain dikarenakan oleh tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan. Tekanan yang nyata contohnya seorang anak mendapat teguran dari teman sekelompoknya ketika dia tidak memakai sepatu warna hitam sama seperti teman

  • –temannya yang lain. Sedangkan tekanan yang dibayangkan contohnya karena melihat semua temannya

  9 memakai sepatu warna hitam seorang anak memutuskan untuk menggunakan sepatu dengan warna yang sama seperti teman –temannya (Santrock, 2003).