Adaptasi Psikososial Wanita Menopause Pekerja Dan Bukan Pekerja Di Perumnas Mandala Kecamatan Percut Sei Tuan, Deli Serdang

LAPORAN PENELITIAN

ADAPTASI PSIKOSOSIAL WANITA MENOPAUSE PEKERJA
DAN BUKAN PEKERJA DI PERUMNAS MANDALA
KECAMATAN PERCUT SEI TUAN, DELI SERDANG
Rugun Simanjuntak*, Erniyati**

ABSTRAK
Menopause adalah periode ketika menstruasi seorang wanita terhenti sebagai akibat
berkurangnya produksi hormon estrogen. Ketika masa menopause dimulai wanita akan
mengalami perubahan baik fisik maupun psikis. Perubahan-perubahan pada masa menopause
akan mendorong seorang wanita untuk beradaptasi terhadap lingkungan psikososialnya.
Wanita pekerja dan wanita bukan pekerja berbeda dari segi perannya, dimana wanita berperan
ganda sebagai pekerja dan sebagai ibu rumah tangga.
Penelitian deskriptif komparatif ini bertujuan untuk mengidentifikasi perbedaan
adaptasi psikososial wanita menopause pekerja dan bukan pekerja. Sampel diambil dari wanita
menopause pekerja dan bukan pekerja yang tinggal di Perumnas Mandala Kecamatan Percut
Sei Tuan, Deli Serdang masing-masing 63 orang. Jumlah responden memenuhi perhitungan
jumlah sampel yang dibutuhkan dengan menggunakan tabel power analysis dengan power
0.80, level of significance 0.05 dan effect size 0.50, diambil dengan teknik purposive sampling.
Analisa data menggunakan uji Mann-Whitney U dan Indipendent t-test.

Uji t-test menunjukkan bahwa adaptasi psikososial wanita menopause pekerja dan
bukan pekerja tidak berbeda secara signifikan (>0.05). Kedua kelompok responden memiliki
adaptasi psikososial positif. Dijelaskan dalam pembahasan bahwa tidak terdapatnya perbedaan
adaptasi psikososial wanita menopause pekerja dan bukan pekerja kemungkinan dipengaruhi
oleh faktor demografi responden, sehingga untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan kontrol
terhadap variabel tersebut.
Kata kunci: adaptasi psikososial, menopause, wanita pekerja dan bukan pekerja
PENDAHULUAN
Dengan semakin meningkatnya
kesejahteraan akibat kemajuan ekonomi,
perbaikan lingkungan hidup dan ilmu
pengetahuan, terutama karena kemajuan
ilmu kedokteran, maka usia harapan hidup
(life expectancy) semakin meningkat.

Akibatnya, jumlah orang yang lanjut usia
semakin bertambah (Nugroho, 2000).
Menurut siklus kehidupan manusia
normal, setiap orang yang berusia panjang
akan mengalami proses mulai dari bayi,

masa kanak-kanak, remaja, dewasa dan tua.
Kehidupan wanita juga mengalami proses

Penulis adalah
* Mahasiswa Program Profesi Keperawatan PSIK FK USU
** Staf Pengajar Keperawatan Maternitas PSIK FK USU

Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 2, November 2007
70
Universitas Sumatera Utara

perkembangan tersebut, termasuk fase-fase
yang berkaitan dengan fungsi organ
reproduksi wanita. Hal ini berarti semakin
meningkatnya
jumlah
manusia
tua,
termasuk wanita yang telah memasuki usia
menopause (Kasdu, 2002).

Kecendrungan populasi perempuan
menopause di Indonesia semakin tinggi.
Menurut data Departemen Kesehatan
(Depkes) perempuan Indonesia yang
memasuki menopause sebesar 7,4% dari
populasi pada tahun 2000. Jumlah tersebut
diperkirakan meningkat menjadi 11% pada
tahun 2005 dan akan naik lagi sebesar 14%
atau sekitar 30 juta orang pada tahun 2015.
Peningkatan
populasi
perempuan
menopause pada umumnya akan disertai
berbagai tingkat dan jenis permasalahan
yang kompleks yang berdampak pada
peningkatan masalah kesehatan perempuan
menopause tersebut (Swasono, 2005).
Dilaporkan
menopause
merupakan

perubahan fisiologis yang paling signifikan
pada wanita usia dewasa madya yaitu usia
antara 40 dan 65 tahun (Potter & Perry,
1992).
Ketika memasuki masa menopause,
seorang wanita akan mengalami berbagai
gejolak atau perubahan yang meliputi aspek
fisik maupun psikologis yang dapat
mempengaruhi berbagai aspek kehidupan
wanita tersebut. Ketidaknyamanan akibat
perubahan fisik dapat berupa rasa kaku dan
linu secara tiba-tiba di sekujur tubuh, hot
flush, kelelahan, sakit kepala, berdebardebar (Hurlock, 1992 dalam Kuntjoro,
2002). Selain itu, gejala psikologis yang
menonjol ketika menopause adalah mudah
tersinggung, sukar tidur, tertekan, gugup,
kesepian, cemas dan depresi (Nugroho,
2000; Kuntjoro, 2002).
Gejala-gejala
yang

kurang
menyenangkan yang dialami wanita
menopause akibat perubahan fisik dan
psikologis, sangat mempengaruhi kualitas
hidup mereka. Pengetahuan yang cukup
akan membantu mereka memahami dan

71

mempersiapkan dirinya menjalani masa
menopause dengan lebih baik (Kasdu,
2002). Reitz (1993) menyatakan banyaknya
keluhan yang dirasakan wanita pada masa
menopause baik fisik maupun psikologis
tidak boleh dianggap ringan karena dapat
menyebabkan stres yang tinggi. Namun
demikian,
wanita
menopause
akan

mengalami kestabilan emosi jika mereka
mudah beradaptasi terhadap perubahanperubahan yang terjadi pada masa
menopause (Kasdu, 2002).
Menurut Kuntjoro (2002) wanita
menopause bukan pekerja atau sebagai ibu
rumah tangga akan memiliki kepuasan
tersendiri karena dapat mengantarkan
anak-anaknya menjadi dewasa sampai
berkeluarga. Akan tetapi, sebagai ibu
rumah tangga wanita menopause bukan
pekerja dapat mengalami stres yang
bersumber dari keluarga, sebab keluarga
dapat menjadi sumber stres karena
peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan
para anggota keluarga (Hardjana, 1994).
Wanita menopause pekerja memiliki
peran ganda sebagai seorang istri, ibu
rumah
tangga,
menjalankan

tugas
reproduksi, anggota masyarakat, dan
sekaligus
pencari
nafkah,
dalam
menjalankan
peran
tersebut
sering
mengalami stres (Astrini, 2001). Sebagai
pencari nafkah, wanita menopause pekerja
sering mengalami stres yang bersumber dari
lingkungan kerja. Stres tersebut dapat
terjadi karena beberapa alasan antara lain,
tuntutan kerja, tanggung jawab kerja,
lingkungan
fisik
kerja,
hubungan

antarmanusia
yang
buruk,
kurang
pengetahuan dan peningkatan jenjang karir
serta rasa kurang aman dalam kerja
(Hardjana, 1994).
Berdasarkan penelusuran literatur
tersebut, diasumsikan bahwa pada kondisi
faktor-faktor pengaruh yang sama (sosial
ekonomi budaya, pendidikan, ajaran
agama, lingkungan dan pengetahuan
tentang menopause), stres yang dialami
wanita menopause pekerja lebih berat

Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 2, November 2007
Universitas Sumatera Utara

daripada wanita menopause bukan pekerja.
Wanita

menopause
pekerja
selain
mengalami stres yang dialami wanita
menopause bukan pekerja (stres akibat
menopause, stres keluarga) juga mengalami
stres kerja. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Hardjana (1994) bahwa selain
lama dan keseringan mengalami stres,
intensitas serta akumulasi stres dapat
mempengaruhi adaptasi individu terhadap
stres. Dengan demikian, selanjutnya
diasumsikan bahwa adaptasi psikososial
wanita menopause bukan pekerja lebih baik
dari wanita menopause pekerja. Akan
tetapi,
laporan
penelitian
tentang
perbedaan adaptasi psikososial wanita

menopause pekerja dan bukan pekerja
belum ditemukan. Atas dasar inilah
penelitian ini penting dilakukan agar
diperoleh hasil yang akurat dan nyata
tentang
adaptasi
psikososial
wanita
menopause pekerja dan bukan pekerja di
Perumnas Mandala Kecamatan Percut Sei
Tuan, Deli Serdang.

METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Desain
penelitian
ini
adalah
deskriptif
komparatif,

yaitu
dengan
menggunakan metode studi perbandingan
untuk memeriksa dan menguraikan
perbedaan pada variabel pada dua atau
lebih kelompok sampel (Notoatmodjo,
2002).
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah
wanita menopause yang bertempat tinggal
di Perumnas Mandala Kecamatan Percut
Sei Tuan, Deli Serdang. Sampel dipilih
dengan teknik purposive sampling. Adapun
kriteria sampel dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut 1) Wanita menopause yang
belum
mengalami
demensia
(dapat
memberitahukan umurnya dengan tepat;
orientasi terhadap waktu, tempat dan orang

baik), 2) Berusia antara 50 – 65 tahun, 3)
Bersedia menjadi responden penelitian
Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh informasi dari
responden, peneliti menggunakan alat
pengumpul data berupa kuesioner yang
disusun sendiri oleh peneliti dengan
berpedoman pada konsep dan tinjauan
pustaka. Instrumen ini terdiri atas 2 bagian,
yaitu kuesioner data demografi dan
kuesioner adaptasi psikososial wanita
menopause.
Kuesioner tentang data demografi
responden meliputi inisial nama, status
pekerjaan, usia, suku, agama, pendidikan
terakhir, penghasilan keluarga perbulan,
status perkawinan, jumlah anak, dan
sumber informasi tentang menopause.
Kuesioner
adaptasi
psikososial
wanita menopause terdiri dari 30
pernyataan, meliputi 15 pernyataan yang
berhubungan dengan konsep diri (no. 1-15)
dan 15 pernyataan yang berhubungan
dengan keluarga/lingkungan sosial (no. 1630), berdasarkan modifikasi skala likert
dengan kriteria 8 pernyataan favourable
(positif) dan 22 pernyataan unfavourable
(negatif).
Penilaian untuk pernyataan
favourable adalah nilai 4 untuk jawaban
Sangat Setuju, nilai 3 untuk Setuju, nilai 2
untuk Tidak Setuju, dan nilai 1 untuk
Sangat Tidak Setuju. Sedangkan untuk
pernyataan unfavourable, nilai 4 untuk
jawaban Sangat Tidak Setuju, nilai 3 untuk
Tidak Setuju, nilai 2 untuk Setuju dan nilai
1 untuk jawaban Sangat Setuju.
HASIL PENELITIAN
Karakteristik Responden
1. Responden Wanita Menopause Pekerja
Data yang diperoleh menunjukkan
bahwa rata – rata usia responden wanita
menopause pekerja adalah 54.70 (SD 4.36)
dengan rentang usia terbanyak adalah 50 –
53 tahun (54.0%) dan paling sedikit berada
pada rentang usia 62-65 tahun (11.1%).

Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 2, November 2007
72
Universitas Sumatera Utara

Dari tabel terlihat bahwa semakin tua usia
responden semakin sedikit frekuensi
responden. Mayoritas responden adalah
suku Batak (73.0%); agama Kristen
(63.5%); dan menikah (69.8%). Sementara
berdasarkan tingkat pendidikan terakhir
yang ditamatkan responden ditemukan
Sekolah Menengah Atas adalah 44.4%,
Sekolah Menengah Pertama adalah 22.2%,
Diploma/Perguruan Tinggi adalah 22.2%,
dan Sekolah Dasar adalah 11.1%. Bila
dilihat dari jenis pekerjaan persentase
responden yang bekerja sebagai Pegawai
Negeri Sipil dan wiraswasta adalah sama
yaitu 38.1%, sedangkan yang bekerja
sebagai pegawai swasta adalah 17.5% dan
pembantu rumah tangga adalah 6.3%.
Lebih dari separuh responden hidup
dengan penghasilan keluarga > Rp.
1.200.000 (50.8%); jumlah anak antara 4-6
orang (52.4%). Sebagian besar responden
mendapat informasi tentang menopause
dimana sumber informasi tersebut yaitu
dokter/perawat
(38.1%),
anggota
keluarga/teman (30.2%), media massa
(7.9%). Sedangkan 23.8% responden tidak
pernah mendapat informasi tentang
menopause.
2. Responden Wanita Menopause Bukan
Pekerja
Data yang diperoleh menunjukkan
bahwa usia rata – rata responden wanita
menopause bukan pekerja adalah 56.16
(SD 4.22) dengan dua kelompok usia
terbanyak berada pada rentang usia 54-57
tahun (34.9%) dan usia 50-53 tahun
(28.6%), sedangkan kelompok usia paling
sedikit adalah 62-65 tahun (14.3%).
Mayoritas responden adalah suku Batak
(69.8%); agama Islam (52.4%); dan
menikah (79.4%). Berdasarkan tingkat
pendidikan terakhir yang ditamatkan
responden ditemukan Diploma/Perguruan
Tinggi adalah 1.6%, Sekolah Menengah
Atas adalah 47.6%, Sekolah Menengah
Pertama adalah 23.8%, sedangkan 25.4%

73

responden menamatkan pendidikan hanya
sampai Sekolah Dasar dan 1.6% responden
tidak sekolah. Bila dilihat dari penghasilan
keluarga responden 46% berpenghasilan
sebesar
<
Rp.600.000,
44.4%
berpenghasilan sebesar Rp.600.000 –
1.200.000, dan 9.5% berpenghasilan sebesar
>Rp.1.200.000.
Lebih
dari
separuh
responden memiliki anak antara 4-6 orang
(50.8%). Sebagian besar responden
mendapat informasi tentang menopause
(57.1%) dimana 33.3% mendapat informasi
dari anggota keluarga/teman, 14.3%
mendapat informasi dari dokter/perawat,
dan 9.5% mendapat informasi dari media
massa, sedangkan 42.9% responden tidak
mendapat informasi tentang menopause.
Adaptasi Psikososial Wanita Menopause
Pekerja
Secara umum responden wanita
menopause pekerja memiliki adaptasi
psikososial yang positif. Hal ini terlihat dari
hasil yang menunjukkan nilai rata-rata total
adaptasi psikososial wanita menopause
pekerja adalah 80.60 (lihat Tabel 1).
Tabel 1. Skor adaptasi psikososial wanita
menopause pekerja (N=63)
Mean
Konsep Diri
Keluarga/Lingkungan
Sosial
Total

39.87
40.73

Standar
Deviasi
6.91
4.43

80.60

11.34

Adaptasi Psikososial Wanita Menopause
Bukan Pekerja
Sama halnya dengan responden
wanita menopause pekerja, responden
wanita menopause bukan pekerja juga
memiliki adaptasi psikososial yang baik.
Hal ini terlihat dari nilai rata–rata total
adaptasi psikososial responden wanita
menopause bukan pekerja adalah 83.14
(lihat Tabel 2).

Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 2, November 2007
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2. Skor adaptasi psikososial wanita
menopause bukan pekerja (N=63)
Mean
Konsep Diri
Keluarga/
Lingkungan Sosial
Total

40.54
42.60

Standar
deviasi
6.16
3.57

83.14

9.73

Perbedaan Adaptasi Psikososial Wanita
Menopause Pekerja dan Bukan Pekerja
Hasil
analisa
data
dengan
menggunakan
independent
t-test
menunjukkan bahwa adaptasi psikososial
secara keseluruhan dari wanita menopause
pekerja dan bukan pekerja tidak berbeda
secara signifikan (t= -1.519; p= 0.131, 2tailed).
Tabel 3. Hasil uji Independent T-Test
terhadap adaptasi psikososial
wanita menopause pekerja dan
bukan pekerja

Adaptasi
Psikososial
Pekerja
Bukan Pekerja

Mean

Mean
Diff.

80.60
83.14

-2.54

t

p (2tailed)

.131
-1.519

PEMBAHASAN
Dari hasil uji statistik dengan
menggunakan independent t-test yang
dilakukan terhadap hasil penelitian
diperoleh nilai t untuk adaptasi psikososial
wanita menopause pekerja dan bukan
pekerja tidak berbeda secara signifikan (t=
-1.519; p= 0.131, 2-tailed), sehingga dapat
disimpulkan bahwa hipotesa penelitian
ditolak artinya bahwa pernyataan hipotesa
terdapat perbedaan adaptasi psikososial
wanita menopause pekerja dan bukan
pekerja tidak dapat diterima.
Dari hasil penelitian ditemukan
bahwa kedua kelompok responden wanita
menopause pekerja dan bukan pekerja
berada dalam rentang adaptasi psikososial
yang positif, dimana nilai rata-rata total

adaptasi psikososial kelompok pekerja
adalah 80.60 dan kelompok bukan pekerja
adalah 83.14.
Tidak
terdapatnya
perbedaan
adaptasi psikososial wanita menopause
pekerja dan bukan pekerja dapat
disebabkan oleh adanya berbagai faktor
yang mempengaruhinya. Faktor-faktor
tersebut antara lain, sosial ekonomi budaya,
pendidikan, pekerjaan, ajaran agama,
lingkungan dan pengetahuan tentang
menopause itu sendiri (Ibrahim, 2002;
Kasdu, 2002; Maspaitela, 2004). Selain itu,
lamanya rentang waktu ketika sudah
mengalami menopause dengan saat
pengumpulan data dilakukan dapat
mempengaruhi
tingkat
stres
dan
kemampuan adaptasi fisik dan psikologis
wanita
menopause,
selanjutnya
mempengaruhi
kemampuan
wanita
menopause tersebut untuk beradaptasi
terhadap lingkungan psikososialnya.
Konsep Diri
Dari tabel skor adaptasi psikososial
wanita menopause baik pekerja maupun
bukan pekerja tentang konsep diri terlihat
bahwa kedua kelompok responden samasama memiliki konsep diri positif dimana
kelompok pekerja memperoleh nilai ratarata total 39.87 (SD 6.91) sedangkan
kelompok bukan pekerja memperoleh nilai
rata-rata total 40.54 (SD 6.16). Hasil
penelitian ini sesuai dengan pernyataan
Calhoun & Acocella (1990) bahwa
seseorang dengan konsep diri positif akan
mengenal dirinya dengan baik, dapat
memahami dan menerima sejumlah fakta
yang bermacam-macam tentang dirinya
sendiri serta dapat menerima dirinya apa
adanya sehingga mudah beradaptasi
terhadap hal-hal yang dapat mendatangkan
stres. Sehubungan dengan itu Hardjana
(1994) mengatakan bahwa individu dengan
harga diri yang tinggi akan lebih tahan
terhadap stres dibandingkan dengan
individu dengan harga diri rendah, sehingga
individu dengan harga diri tinggi akan lebih
mudah menyesuaikan diri terhadap situasi

Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 2, November 2007
74
Universitas Sumatera Utara

yang penuh stres dimana menurut Potter &
Perry (1992) harga diri merupakan salah
satu aspek konsep diri. Hal ini diperkuat
oleh hasil penelitian Halim (2003) bahwa
terdapat hubungan antara harga diri
dengan level stres individu pada masa
menopause.
Keluarga/Lingkungan Sosial
Kedua kelompok responden baik
pekerja maupun bukan pekerja sama-sama
menanggapi 13 pernyataan secara positif
dan 2 pernyataan ditanggapi secara negatif.
Hal ini menggambarkan kedua kelompok
responden
sama-sama
memperoleh
dukungan keluarga/lingkungan sosial yang
baik yang membantu mereka beradaptasi
terhadap perubahan-perubahan psikososial
akibat
menopause,
dimana
untuk
pernyataan mengenai keluarga/lingkungan
sosial kelompok pekerja memperoleh nilai
rata-rata total 40.73 (SD 4.43) sedangkan
kelompok bukan pekerja memperoleh nilai
rata-rata total 42.60 (SD 3.57). Hasil
penelitian ini sesuai dengan pernyataan
Friedman (1998) bahwa dukungan sosial
keluarga mengacu kepada dukungandukungan sosial yang dipandang anggota
keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses
untuk keluarga dan anggota keluarga
memandang bahwa orang yang mendukung
selalu siap memberikan pertolongan dan
bantuan jika diperlukan. Hal senada juga
dikemukakan Cobb dalam Kuntjoro (2002)
bahwa dengan dukungan sosial akan
membuat
seseorang
dengan
sikap
merasakan
kenyamanan,
perhatian,
penghargaan dan dapat menolong orang
tersebut menerima kondisinya. Baltimore,
et al (2004) menyatakan bahwa dukungan
sosial keluarga dapat membantu seorang
wanita
menopause
memahami
dan
mengatasi perubahan hidup yang sedang
dialami. Demikian halnya Taylor (1995)
melaporkan bahwa orang dengan dukungan
sosial keluarga yang tinggi dapat mengalami
penurunan level stres dan kemudian
menimbulkan koping terhadap stres,

75

selanjutnya
tercipta
keberhasilan
beradaptasi.
Berdasarkan
analisa
terhadap
faktor-faktor
tersebut
diatas
dapat
diasumsikan bahwa faktor-faktor tersebut
memberikan pengaruh yang sama-sama
dominan terhadap adaptasi psikososial
wanita menopause baik pekerja dan bukan
pekerja sehingga bisa jadi menyebabkan
adaptasi psikososial wanita menopause
yang juga sama-sama positif dan tidak
berbeda secara signifikan.
KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan tidak
terdapat perbedaan adaptasi psikososial
wanita menopause pekerja dan bukan
pekerja (t= - 1.519) dengan nilai
signifikansi yang tidak dapat diterima
(p>0.05), sehingga dapat disimpulkan
bahwa hipotesa penelitian ditolak.
Tidak adanya perbedaan adaptasi
psikososial wanita menopause pekerja dan
bukan pekerja kemungkinan disebabkan
oleh berbagai faktor antara lain sosial,
ekonomi, budaya, pendidikan, pekerjaan,
ajaran agama, lingkungan dan pengetahuan
tentang menopause itu sendiri. Tiga faktor
yaitu faktor sosial, ajaran agama dan
pengetahuan
tentang
menopause
diasumsikan memiliki pengaruh yang samasama dominan terhadap kedua kelompok
responden wanita menopause pekerja dan
bukan pekerja, sehingga menimbulkan
adaptasi psikososial wanita menopause
yang juga sama-sama positif dan tidak
berbeda secara signifikan.
Karakteristik
responden
kedua
kelompok penelitian tidak dikontrol (tidak
sama), dimana terdapat perbedaan yang
signifikan
pada
karakteristik
usia,
pendidikan dan penghasilan, sehingga bisa
jadi hal ini mempengaruhi hasil penelitian
yaitu tidak terdapatnya perbedaan adaptasi
psikososial wanita menopause pekerja dan
bukan pekerja di Perumnas Mandala
Kecamatan Percut Sei Tuan, Deli Serdang.

Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 2, November 2007
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. (2003). Reliabilitas dan validitas.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Badudu, J. A., & Zain, S. M. (1996). Kamus
umum bahasa Indonesia. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan
Baltimore, M., Brynes, G., Watkins, C.
(2004). Approaching menopause.
Dibuka pada 7 Agustus 2005, dari
http://baltimorepsych.com/menopause
Hoyer, W. J., Rybash, J. M., Roodin, P. A.
(1995). Adult development and aging
(4th edition). United States of
America: McGraw-Hill Companies
Ibrahim, Z. (2002). Psikologi wanita
(terjemahan). Bandung: Pustaka
Hidayah
Jalaluddin (1996). Psikologi agama. Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada
Rini, J. F. (16 Mei 2002). Konsep diri.
Dibuka pada 9 November 2004, dari
http://www.e_psikologi.com/dewasa/1
60502.htm.

Smith, M. A., & Shimp, L. A. (2000). 20
common problems in woman’s health
care. United States of America:
McGraw – Hill
Swasono, M. H. (2005). Menopause
peristiwa alami yang menguntungkan
perempuan.
Dibuka
pada
9
September
2005
dari
http://www.suarakaryaonline.com/news.html?category_name
=wanita
Taylor, S. E. (1995). Health psychology (3rd
edition). United States of America:
McGraw-Hill
Taylor, C., Lillis, C., LeMone, P. (1997).
Fundamental of nursing: The art and
science of nursing care (3rd edition).
Philadelphie: Lippincott
Turkington, C. A. (2001). Menopause. Gole
Encyclopedia of Medicine Journal. 3
Pages. Dibuka pada 12 Oktober
2004,
dari
http://www.findarticles.com/p/articles/
mi_g2601/is_0008/ai_2601000892

Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 2, November 2007
76
Universitas Sumatera Utara