Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga pada Suku Jawa di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala Kecamatan Percut Sei Tuan Deli Serdang

(1)

PELAKSANAAN TUGAS KESEHATAN KELUARGA SUKU

JAWA di KELURAHAN KENANGAN BARU PERUMNAS

MANDALA KECAMATAN PERCUT SEI TUAN DELI

SERDANG

SKRIPSI

Oleh :

Dwi Puspita Sari

051101018

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

Judul : Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga pada Suku Jawa di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala Kecamatan Percut Sei Tuan Deli Serdang

Peneliti : Dwi Puspita Sari

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Nim : 051101018

Tahun : 2010

Tanggal Lulus : 01 Juli 2010

Pembimbing Penguji I

Siti Zahara Nasution, S.Kp, MNS Cholina T Siregar, M.Kep, Sp.KMB NIP. 19710305 200112 2 001 NIP. 19770726 200212 2 001

Penguji II

Iwan Rusdi, S.Kp, MNS

NIP. 19730909 200003 1 001

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah menyetujui skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana Keperawatan (S.Kep).

Medan, 01 Juli 2010 Pembantu Dekan I

Erniyati, S.Kp, MNS


(3)

Judul : Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala Kecamatan Percut Sei Tuan Deli Sedang.

Nama : Dwi Puspita Sari

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S, Kep) Tahun : 2010

ABSTRAK

Keluarga merupakan faktor utama untuk mengatasi masalah kesehatan dalam hal ini, fungsi utama keluarga adalah pemeliharaan kesehatan. Untuk menjalankan fungsi tersebut, keluarga mempunyai tugas didalam bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan oleh keluarga sehingga dapat meningkatkan status kesehatan dan kesejahteraan keluarga.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Jawa di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala Kecamatan Percut Sei Tuan Deli Serdang. Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 04 Januari sampai 29 Januari 2010 dengan menggunakan desain deskriptif. Metode pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Purposive Sampling diperoleh sampel sebanyak 28 keluarga. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan disajikan dalam bentuk narasi dan tabel distribusi frekuensi serta persentase.

Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Jawa 75% berada dalam kategori baik. Hal ini dilihat dari pemahaman keluarga sudah baik dalam mengenal gangguan masalah kesehatan setiap anggota keluarga, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga, memberikan perawatan kepada keluarganya yang sakit, mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan hubungan timbal balik antara keluarga dengan lembaga-lembaga kesehatan.


(4)

PRAKATA

Puji dan syukur kehadhirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah- Nya yang telah memberikan kekuatan dan kesempatan kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ”Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga pada Suku Jawa di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala Kecamatan Percut Sei Tuan Deli Serdang”.

Selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini, saya banyak mendapat bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M. Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Siti Zahara Nasution, S.Kp, MNS selaku dosen pebimbing skripsi yang selalu sabar dan meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam proses penulisan skripsi ini.

3. Ibu Jenny M Purba, S. Kp, M. Kep selaku dosen penguji I serta ibu Lufthiani, S. Kep selaku dosen penguji II pada seminar proposal.

4. Ibu Cholina T Siregar, M.Kep, Sp.KMB selaku dosen penguji I serta Bapak Iwan Rusdi, S.Kp, MNS selaku dosen penguji II dalam seminar hasil skripsi dan sebagai pembimbing akademik yang telah membimbing dan memberi masukan selama saya menyelesaikan akademik di Fakultas Keperawatan USU.


(5)

5. Seluruh dosen dan staff pengajar yang telah banyak mendidik penulis dalam proses perkuliahan serta civitas akademik Fakultas Keperawatan USU yang telah memberikan bantuan demi kemajuan kelancaran administrasi.

6. Bapak Lurah Kenangan Baru Perumnas Mandala yang telah banyak membantu penulis selama proses perizinan pembuatan skripsi ini.

7. Teristimewa kepada kedua orangtua saya tersayang yaitu Bapak Alm. Adi Sulitio dan Ibu Jumilah yang selalu mendoakan, membesarkan, mendidik sejak saya masih kanak-kanak sampai saya dapat menyelasaikan pendidikan di perguruan tinggi dan kakakku Ika Nirmalasari serta adik-adikku Dimas, dan Nining (i love you all).

8. Bapak Alm. dr. H. Adi Soetjipto, Sp. A(K)/tante Ivi, bapak Prof. dr. H. Adi Koesoema Aman, Sp. PK-KH/tante Linda, tante Diah, ibu Sri dan ibu Syafarida yang telah banyak bantu penulis baik moril dan materi selama saya menyelesaikan studi di perguruan tinggi. Kepada bu’de Ima, bapak alm. Letnan Kolonel Rasyid Saida/bu’de Nani, dan abangda Asdjuliar Finas Lubis, ST/mbak Sri serta bang Andhika yang selalu mendoakan dan memberikan semangat kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabat ku Putri, Ayu, Imel, Mila, Eka, Eko, Fadlun, Andre dan Yuli yang setia menemani dan mendengarkan keluh kesah penulis. Teman-teman saya Ocha, Dicky, Indah, Bang Hery dan Kevin yang sedikit banyaknya telah membantu dalam penelitian ini.

10.Teman seperjuangan ku selama berada di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Evi, Ratih, Ansih, Elis dan semua teman-teman di Fakultas


(6)

Keperawatan USU S1-A 2005 yang tak bisa disebut namanya satu per satu yang sedikit banyak kalian telah memberikan dorongan semangat sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya profesi keperawatan.

Medan, Juni 2010


(7)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan Ujian Sidang Skripsi ... i

Absrak ... ii

Prakata ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... viii

Daftar Skema ...ix

BAB 1. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... 1

2. Pertanyaan Penelitian... 6

3. Tujuan Penelitian ... 6

4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Keluarga ... 8

Definisi Keluarga ... 8

Karakteristik Keluarga ... 8

Tipe keluarga 9 Fungsi Keluarga ... 10

Struktur Keluarga ... 11

Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan ... 12

2. Konsep Budaya... 14

Definisi Budaya ... 14

Jenis Budaya 14... 3. Budaya Jawa ... 15

Budaya Dasar Masyarakat Jawa ... 15

Nilai-nilai Budaya Masyarakat Jawa ... 16

Sistem Kekerabatan Suku Jawa ... 17

Sistem Kesenian Suku Jawa ... 19

Tradisi Perilaku Kesehatan Suku Jawa ... 21

4. Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa ... 23

BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 1. Kerangka Konsep ... 26

2. Definisi Operasional ... 27

BAB 4. METODE PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 28

2. Populasi dan Sampel ... 28

2.1. Populasi ... 28

2.2. Sampel ... 29

3. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29


(8)

3.2. Waktu Penelitian ... 30

4. Pertimbangan Etik ... 30

5. Instrumen Penelitian ... 31

6. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 32

7. Teknik Pengumpulan Data ... 33

8. Analisa Data ... 34

BAB 5. HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian ... 35

Karakteristrik Responden ... 35

Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa ... 36

Pertanyaan Terbuka ... 48

2. Pembahasan ... 51

Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga pada Suku Jawa dalam Mengenal Gangguan Masalah Kesehatan Setiap Anggota Keluarga ... 52

Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa dalam Mengambil Keputusan Untuk Melakukan Tindakan yang Tepat Bagi Keluarga ... 53

Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa dalam Memberikan Perawatan Kepada Keluarganya yang Sakit ... 54

Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa dalam Mempertahankan Suasana Rumah yang Menguntungkan Kesehatan dan Perkembangan Kepribadian Anggota Keluarga ... 55

Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa dalam Mempertahankan Hubungan Timbal Balik Antara Keluarga dengan Lembaga-lembaga Kesehatan ... 56

Analisa Mengenai Gambaran Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa ... 56

BAB 6. KESIMPULAN dan SARAN 1. Kesimpulan ... 58

2. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60 LAMPIRAN

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 2. Instrumen Penelitian

3. Hasil Reliabilitas

4. Hasil Tabel Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terkait Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa

5. Izin Survei Awal

6. Izin Pengumpulan Data dari Fakultas Keperawatan USU DAFTAR RIWAYAT HIDUP


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden .... 36 Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pelaksanaan Tugas

Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa dalam Mengenal Gangguan Masalah Kesehatan Setiap Anggota Keluarga ... 37 Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Pelaksanaan

Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa dalam Mengenal Gangguan Masalah Kesehatan Setiap Anggota Keluarga ... 38 Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pelaksanaan Tugas

Kesehatan Keluarga Suku Jawa dalam Mengambil Keputusan Untuk Melakukan Tindakan yang Tepat Bagi Keluarga. ... 39 Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Pelaksanaan

Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa dalam Mengambil Keputusan Untuk Melakukan Tindakan yang Tepat Bagi Keluarga ... 40 Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pelaksanaan Tugas

Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa Memberikan Perawatan Kepada Keluarganya yang Sakit ... 41 Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Pelaksanaan

Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa dalam Memberikan Perawatan Kepada Keluarga yang Sakit... 43 Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pelaksanaan Tugas


(10)

Suasana di Rumah yang Menguntungkan Kesehatan dan Perkembangan Kepribadian Anggota Keluarga ... 44 Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Pelaksanaan

Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa dalam Mempertahankan Suasana di Rumah yang Menguntungkan Kesehatan dan Perkembangan Kepribadian Anggota Keluarga ... 45 Tabel 5.10. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pelaksanaan Tugas

Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa dalam Mempertahankan Hubungan Timbal Balik Antara Keluarga dengan Lembaga-lembaga Kesehatan ... 46 Tabel 5.11. Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Pelaksanaan

Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa dalam Mempertahankan Hubungan Timbal Balik Antara Keluarga dengan Lembaga-lembaga Kesehatan... 47 Tabel 5.12. Distribusi Frekuensi dan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku

Jawa ... 47 DAFTAR SKEMA

Skema 1. Kerangka Konsep Penelitian Pelaksanaan Tugas Kesehatan


(11)

Judul : Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala Kecamatan Percut Sei Tuan Deli Sedang.

Nama : Dwi Puspita Sari

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S, Kep) Tahun : 2010

ABSTRAK

Keluarga merupakan faktor utama untuk mengatasi masalah kesehatan dalam hal ini, fungsi utama keluarga adalah pemeliharaan kesehatan. Untuk menjalankan fungsi tersebut, keluarga mempunyai tugas didalam bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan oleh keluarga sehingga dapat meningkatkan status kesehatan dan kesejahteraan keluarga.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Jawa di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala Kecamatan Percut Sei Tuan Deli Serdang. Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 04 Januari sampai 29 Januari 2010 dengan menggunakan desain deskriptif. Metode pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Purposive Sampling diperoleh sampel sebanyak 28 keluarga. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan disajikan dalam bentuk narasi dan tabel distribusi frekuensi serta persentase.

Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Jawa 75% berada dalam kategori baik. Hal ini dilihat dari pemahaman keluarga sudah baik dalam mengenal gangguan masalah kesehatan setiap anggota keluarga, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga, memberikan perawatan kepada keluarganya yang sakit, mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan hubungan timbal balik antara keluarga dengan lembaga-lembaga kesehatan.


(12)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman, 1998). Keluarga terdiri dari ayah dan ibu sebagai pemimpin dalam keluarga serta anak sebagai anggota keluarga yang melaksanakan peranan dan tugas-tugas yang telah ditetapkan oleh orang tua (Effendy, 1998). Di Indonesia masih menjunjung tinggi nilai kekeluargaan, selain dari itu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak, keluarga juga memiliki anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah misalnya nenek, kakek, paman dan bibi. Dalam keluarga terdapat lima fungsi dasar keluarga, yaitu: fungsi afektif, sosialisasi, reproduksi, ekonomi dan perawatan kesehatan. Maka dari itu, di dalam keluarga mempunyai peran masing-masing baik ayah, ibu maupun anak (Friedman, 1998).

Keluarga cenderung menjadi penyebab utama masalah-masalah kesehatan dan juga menjadi aktor dalam menentukan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan anggota keluarga. Dalam hal ini keluarga merupakan kunci utama bagi kesehatan dan konsep-konsep penyakit serta perilaku sehat-sakit. Oleh karena itu, keluarga terlibat langsung dalam mengambil keputusan dan terapeutik pada setiap tahap sehat-sakit anggota keluarga. Fungsi utama keluarga dalam hal ini adalah pemeliharaan kesehatan keluarga dan saling memelihara.


(13)

Sesuai dengan fungsi utama tersebut, keluarga mempunyai tugas di dalam bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan oleh keluarga yaitu: mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga, merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan, memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga (Suprajitno, 2004).

Setiap keluarga memiliki struktur keluarga yang dapat menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat. Struktur keluarga terdiri dari empat elemen utama yaitu struktur peran keluarga, struktur kekuatan keluarga, pola komunikasi keluarga serta nilai-nilai dan norma keluarga (Suprajitno, 2004). Keempat elemen tersebut sangat berpengaruh dalam pemberian perawatan kesehatan dalam keluarga, salah satunya adalah nilai-nilai dalam keluarga. Sistem ini sangat mempengaruhi sikap dan perilaku keluarga untuk memainkan perannya sebagai pemberi perawatan kesehatan yang di dasari oleh latar belakang budaya dan keyakinan yang telah turun temurun dilakukan oleh keluarga (Friedman, 1998).

Menurut Leininger (1976) dalam Friedman, (1998) kebudayaan didefinisikan sebagai system pola perilaku yang ditransmisikan oleh masyarakat yang menghubungkan kelompok manusia dengan lingkup lingkungannya, dan juga sebagai sistem-sistem perubahan sosial dan organisasi yang bertindak sebagai penengah adaptasi sosial. Kebudayaan merupakan pola-pola dari perilaku yang dipelajari dan nilai-nilai yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi yang


(14)

lain. Indonesia terdiri dari 33 propinsi memiliki kebudayaan yang berbeda satu sama lainnya. Perbedaan ini tidak hanya dilihat dari sisi nilai dan sikap suatu kelompok, tetapi juga konsepsi sehat-sakit kebudayaan tersebut. Hal ini dapat mempengaruhi praktik perawatan kesehatan keluarga.

Setiap budaya memiliki sistem memiliki sistem perawtan kesehatan indigeus yang berlawanan dengan sistem perawatan ilmiah atau profesional. Sistem perawatan kesehatan indegius biasanya menggunakan perawatan tradisional yang menjadi penyembuhnya adalah dukun atau paranormal, sedangakan sistem perawatan ilmiah atau profesional biasanya menggunakan pengobatan atau perawatan medis dengan alat-alat yang canggih dan modern yang menjadi penyembuh adalah dokter atau petugas kesehatan lainnya. Namun bukan berarti sistem parawatan kesehatan profesional atau ilmiah meremehkan signifikansi dan nilai-nilai praktik serta perawatan kesehatan tradisional. Akan tetapi perawatan ilmiah atau profesional lebih menyesesuaikan diri secara kultural terhadap sistem ini agar dapat bekerja secara kooperatif dengan sistem-sistem tardisional (Leininger, 1976 dalam Friedman, 1998).

Keluarga Jawa misalnya, keluarga pada suku Jawa dalam menentukan sebab-sebab suatu penyakit dan penentu pengobatannya ada dua konsep yakni konsep personalistik dan konsep naturalistik. Konsep personalistik disebabkan oleh intervensi suatu agen (perantara) aktif yang dapat berupa makhluk supranatural (makhluk gaib atau dewa), makhluk yang bukan manusia (seperti hantu, roh leluhur, roh jahat) dan manusia (tukang sihir, tukang tenung) yang penyembuhnya berdasarkan pengetahuan secara gaib atau supranatural misalnya


(15)

dengan upacara atau sesaji (Maas, 2004). Biasanya penyembuh penyakit yang disebabkan oleh konsep personalistik ini melalui seorang dukun atau “Wong Tua” (Sastromidjojo, 1962 dalam Depdikbud, 1995).

Pengertian dukun bagi masyarakat Jawa adalah seseorang yang pandai mengobati penyakit melalui “Japa Mantra”, yakni doa yang diberikan oleh dukun kepada pasien. Pemberian doa dibedakan 2 macam yaitu secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung doa dibacakan di hadapan pasien sedangkan secara tidak langsung doa ditulis pada sehelai kertas lalu dicelupkan pada air dalam gelas kemudian diminum oleh pasien. Selain itu bisa dengan cara dioleskan pada bagian tubuh yang sakit (dilomoti) (Sastromidjojo, 1996 dalam Depdikbud, 1995).

Sedangkan konsep naturalistik, penyebab penyakit bersifat natural dan mempengaruhi kesehatan tubuh, misalnya karena cuaca, iklim, makanan, racun, bisa, kuman, atau kecelakaan. Disamping itu ada unsur lain yang mengakibatkan ketidakseimbangan dalam tubuh, misalnya dingin, panas, angina, atau udara lembab (Maas, 2004). Adapun penyembuhnya dengan pengobatan tradisional atau reramuan/jamu. Misalnya orang sakit masuk angin penyembuhnya dengan cara “kerokan” agar anginanya keluar kembali. Begitu pula penyakit badan dingin atau biasa disebut “drodhok” (menggigil kedinginan), penyembuhnya dengan minum jahe hangat atau meluluri tubuhnya dengan air garam dan dihangatkan dekat api. Disamping itu juga banyak pengobatan yang dilakukan dengan pembrian ramuan atau “djamoni”. Jamu adalah ramuan dari berbagai macam tumbuhan atau dedaunan yang dipaur, ditumbuk setelah itu diminumkan atau dioleskan pada


(16)

bagian yang sakit. Misalnya untuk penyakit yang hubungannya dengan tulang seperti reumatik, sakit pinggang, keseleo dan sebagainya, pada umunya diobati dengan bobo beras kencur dan jeruk nipis (Sastromidjojo, 1962 dalam Depdikbud, 1995).

Propinsi Sumatera Utara, suku Jawa hampir mendominasi propinsi tersebut. Hal ini disebabkan banyaknya penduduk Jawa yang pindah ke propinsi Sumatera Utara sehingga suku Jawa berkembang dan bertambah banyak di propinsi ini. Daerah propinsi Sumatera Utara yang mayoritas penduduk Jawa adalah Kabupaten Deli Serdang tepatnya Kecamatan Percut Sei Tuan. Berdasarkan data sensus penduduk Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2000 mencatat penduduk Sumut sebanyak 5.750.315 orang. Dari jumlah tersebut, orang Jawa ( termasuk Betawi, Banten, Sunda, dan Madura) sebanyak 1.929.889 orang. Etnis Batak Toba sebanyak 1.462.791. Etnis Mandailing (termasuk Angkola) sebanyak 641.863. Etnis Nias sebanyak 368.446. Etnis Karo sebanyak 336.487. Etnis Melayu (termasuk Melayu Deli, Langkat, Asahan, dan Riau) sebanyak 33.487. Etnis Tionghoa sebanyak 155.956. Etnis Minang sebanyak 155.237. Sisanya adalah etnis Simalungun, Pakpak dan Aceh (Widiantoro, 2008). Kemudian dari data sensus penduduk Deli Serdang, penduduk Kecamatan Percut Sei Tuan yaitu: orang Jawa sebanyak 158.371. Etnis Batak Toba sebanyak 40.880. Etnis Mandailing sebanyak 29.050. Etnis Nias sebanyak 1.193. Etnis Karo 2.519. Etnis Melayu sebanyak 16.016. Etnis Tionghoa sebanyak 2.197 . Etnis Simalungun sebanyak 668. Etnis Pakpak sebanyak 449. Etnis Minang sebanyak 14.019. Etnis Aceh sebanyak 3.472 dan lainnya sebanyak 8.603.


(17)

Masyarakat Jawa masih meyakini konsep personalistik dan naturalistik ini sesuai dengan sistem perawatan kesehatan terdisional. Berdasarkan uraian studi literatur dan gambaran fenomena diatas, penelitian tertarik untuk mmeneliti bagaimana pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Jawa di Kelurahan Kenangan Baru Perumans Mandala Kecamatan Percut Sei Tuan Deli Serdang.

2. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Jawa?

3. Tujuan Penelitian

Menggambarkan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Jawa.

4. Manfaat Penelitian

4.1. Pendidikan Keperawatan

Memberikan pengetahuan mengenai pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Jawa.

4.2. Pelayanan Keperawatan

Memberikan pengetahuan mengenai pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Jawa sehingga petugas kesehatan, khususnya perawatan keluarga dapat memberikan pelayanan kesehatan keluarga untuk memenuhi tugas kesehatan keluarga sesuai dengan kultur dan budaya keluarga yang menerima pelayanan kesehatan tersebut.


(18)

4.3. Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dan informasi bagi penelitian selanjutnya yang ingin melakukan penelitian mendalam tentang tugas kesehatan keluarga.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Keluarga

1.1. Definisi Keluarga

Menurut UU No. 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-isteri, atau suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya (Effendy, 1998). Keluarga adalah kumpulan dua atau lebih individu yang berbagi tempat tinggal atau berdekatan satu dengan yang lainnya; memiliki emosi; terlibat dalam posisi sosial; peran dan tugas-tugas yang saling berhubungan; serta adanya rasa saling menyayangi dan memiliki (Murray & Zentner, 1997 dan Friedman, 1998 dalam Akhmadi, 2009).

1.2. Karakteristik Keluarga

Menurut Friedman (1998) karakteristik keluarga dibagi atas :

Pertama, keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi.

Kedua, para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah rumah tangga, atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai mereka.

Ketiga, anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran-peran sosial keluarga seperti suami-isteri, ayah dan ibu, anak laki-laki dan anak perempuan, saudara dan saudari.


(20)

Keempat, keluarga sama-sama menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.

1.3. Tipe Keluarga

Bentuk keluarga tradisional :

Nuclear Family atau Keluarga Inti yaitu ayah, ibu, anak tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.

Reconstitude Nuclear yaitu pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami atau istri. Tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru, satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah.

Niddle Age atau Aging Couple yaitu suami sebagai pencari uang, istri dirumah atau kedua-duanya bekerja di rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah atau perkawinan/meniti karier.

Keluarga Dyad/Dyadie Nuclear yaitu suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang keduanya atau salah satu bekerja diluar rumah.

Single Parent yaitu orang tua (ayah atau ibu) sebagai akibat perceraian atau kematian pasangan dan anak-anaknya dapat tinggal dirumah atau diluar rumah. Dual Carrier yaitu suami istri/keluarga orang karier dan tanpa anak.

Commuter Married yaitu suami istri/keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.

Single Adult yaitu wanita atau pria dewasa hidup sendiri dan tidak ada keinginan untuk kawin.


(21)

Three Generation yaitu tiga generasi atau lebih tinggal bersama dalam satu rumah tangga.

Keluarga Usila yaitu usila dengan atau tanpa pasangan, anak sudah pisah. Bentuk keluarga non tradisional :

Commune Family yaitu satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas. Cohibing Coiple yaitu dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.

Homosexual/Lesbian yaitu pasangan sejenis hidup bersama sebagai suami-istri. Institusional yaitu anak-anak/orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti-panti. Unmaried Parent and Child yaitu ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya diadopsi (Setiadi, 2007).

1.4. Fungsi Keluarga

Lima fungsi dasar keluarga yang dikemukakan oleh Friedman (1998) yaitu:

Fungsi pertama afektif. Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Fungsi afektif meliputi :

Saling mengasuh. Kasih sayang, saling menerima, kahangatan, saling mendukung antara anggota keluarga.

Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai dan mengetahui keberdaan dari setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim yang positif maka afektif akan tercapai.


(22)

Ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat memulai hidup baru.

Fungsi kedua, sosialisasi. Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial.

Fungsi ketiga, reproduksi. Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan manambah sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga berencana maka fungsi keluarga ini sedikit terkontrol.

Fungsi keempat, ekonomi. Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga, seperti kebutuhan makanan, pakaian, dan tempat berlindung (rumah).

Fungsi kelima, perawatan kesehatan. Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktik asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan keluarga, yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan keluarga.

1.5. Struktur Keluarga

Menurut Friedman (1998) dalam Akhmadi (2009), terdapat struktur keluarga yaitu terdiri dari :

Pertama, pola komunikasi dalam keluarga. Komunikasi dalam keluarga diharapkan terbuka antara satu anggota keluarga dengan anggota keluarga lain, selalu menyelesaikan konflik dengan musyawarah mufakat, selalu berfikir positif terhadap anggota keluarga lain.


(23)

Kedua, struktur peran dalam keluarga. Peran keluarga setiap anggota keluarga juga dapat berfungsi dengan baik. Ayah sebagai kepala keluarga maka dia yang berperan untuk mengatur semua anggota keluarga dan tanpa meninggalkan komunikasi dengan isteri dan anak-anaknya. Demikian juga peran ibu dan anak yang menjalankan sesuai dengan posisinya masing-masing dalam keluarga.

Ketiga, struktur kekuatan keluarga. Struktur kekuatan keluarga memegang peran penting untuk mempengaruhi anggota keluarga. Orang tua mempunyai pengaruh untuk mempengaruhi anak-anaknya untuk makan makanan yang bergizi.

Keempat, nilai-nilai dalam keluarga. Setiap keluarga juga mempunyai nilai-nilai yang dianut oleh keluarga. Nilai-nilai ini menjadi pedoman keluarga sebagai suatu sistem.

1.6. Tugas-Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan

Untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan keluarga, keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling memelihara. Menurut Friedman (1998) dalam Setiadi, (2007) membagi 5 tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga yaitu :

Pertama, mengenal gangguan masalah kesehatan setiap anggota keluarga. Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan, karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian orang tua/keluarga. Apabila menyadari adanya perubahan


(24)

keluarga, perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar perubahannya.

Kedua, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat bekurang atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang dilingkungan tempat tinggal keluarga agar memperoleh bantuan.

Ketiga, memberikan perawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan yang tidak dapat membantu dirinya karena cacat atau usia yang terlalu muda. Perawatan ini dapat dilakukan di rumah apabila keluarga memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau kepelayanan kesehatan untuk tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.

Keempat, mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.

Kelima, mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dari lembaga-lembaga kesehatan yang menunjukkan pemanfaatan dengan fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada.


(25)

2. Konsep Budaya

2.1. Definisi Budaya

Budaya adalah keyakinan dan perilaku yang diturunkan atau diajarkan manusia kepada generasi berikutnya (Taylor, 1989). Menurut Sri Edward Taylor (1871) dalam Andrew & Boyle (1995), budaya adalah sesuatu yang kompleks yang mengandung pengetahuan, keyakinan, seni, moral, hukum, kebiasaan, dan kecakapan lain yang merupakan kebiasaan sebagai anggota komunitas setempat.

Kebudayaan merupakan sebuah mal (cetakan) yang darinya kita semua menjadi pelakon. Kebudayaan memaksa kita dan mangatur perilaku, sikap dan nilai-nilai kita dalam cara-cara yang tidak kelihatan dan manifest. Oleh karena manusia mangandalkan perilaku atau budaya yang dipelajari untuk kelangsungan hidupnya, kebudayan merupakan sumber utama bagi adaptasi manusia (Friedman, 1998).

Menurut konsep budaya Leininger (1978:1984) dalam Friedman, (1998) karakteristik budaya dapat digambarkan sebagai berikut: (1) budaya adalah pengalaman yang bersifat universal sehingga tidak ada dua budaya yang sama persis: (2) budaya bersifat stabil, tetapi juga dinamis karena budaya tersebut diturunkan kapada generasi berikutnya sehingga mengalami perubahan: dan (3) budaya diisi dan ditentukan oleh kehidupan manusianya sendiri tanpa disadari.

2.2. Jenis Budaya

Budaya menurut Leininger (1991) ada 2 jenis, yaitu (1) budaya yang diturunkan oleh orangtuanya disebut etno caring dan (2) budaya yang dipelajari melalui kegiatan formal disebut professional caring (Sudiharto, 2007).


(26)

3. Budaya Jawa

3.1. Budaya Dasar Masyarakat Jawa

Budaya masyarakat Jawa tidak dapat dipisahkan dengan sumber budaya keraton atau kerajaan Yogyakarta Hadiningrat maupun Surakarta Hadiningrat. Dapat dikatakan bahwa Yogya dan Surakarta mewakili masyarakat Jawa dengan memiliki sikap dan ciri-ciri tersendiri. Ciri tersebut menunjukan sikap masyarakat Jawa atau Wong Jawa adalah lamban dalam arti orang Jawa tidak menyukai serba tergesa-gesa dalam melaksanakan pekerjaan. Dengan sikap lamban keluarlah ungkapan yaitu alon-alon waton kelakon. Ada yang mengatakan ungkapan, yang hampir sama yaitu alon-alon asal kelakon. Alon-alon waton kelakon adalah suatu pekerjaan dilaksanakan dengan waton artinya aturan dan ketentuan yang berlaku. Konsep alon-alon waton kelakon merupakan sikap masyarakat Jawa yang mengutamakan keselarasan, keserasian dan keharmonisan seperti bunyi gending yang diiring dengan instrumen gamelan Jawa.

Budaya Jawa telah mengakar beratus-ratus tahun dan telah mendarah daging bagi masyarakat Jawa. Sikap masyarakat Jawa memilki identitas tersendiri yang dilandasi dengan nasihat-nasihat dari nenek moyang sampai turun temurun. Sampai sekarangpun masih tetap hidup di tengah-tengah masyarakat yang serba modern. Sikap hidup masyarakat Jawa jelas tidak terlepas pula dengan pandangan hidup atau filsafat Jawa. Di dalam kehidupan rohani yang menjadi landasan dan memberi dasar awal segala sesuatu.

Dengan memberikan pelajaran filsafat, baik yang berkembang di bumi sendiri maupun yang tumbuh dalam kebudayaan bangsa-bangsa lain. Diharapkan


(27)

bahwa masyarakat harus tetap menunjukan hormat terhadap milik bangsa sendiri dan tetap teguh berakar dalam kebudayaan bangsanya. Hal ini sesuai dengan sikap masyarakat Jawa yang tetap teguh terhadap akar budaya Jawa yang telah berabad-abad hidup (Bratawijaya, 1997).

3.2. Nilai-Nilai Budaya Masyarakat Jawa

Menurut Herusastoto (2000) dalam Kusrestuwardhani, (2003) budaya Jawa adalah orang-orang yang secara turun temurun menggunakan bahasa Jawa, bertempat tinggal di Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta mereka yang berasal dari daerah-daerah tersebut. Dari beberapa wilayah kebudayaan yang terdapat di dalam budaya Jawa, Naringgung merupakan wilayah kebudayaan Jawa yang nilai-nilai budaya Jawanya paling berakar pada kebudayaan Jawa tradisional, yaitu kebudayaan keraton era kerajaan Mataram. Wilayah kebudayaan Neringgung terdiri dari masyarakat yang enkulturasi dan proses sosialisasinya berada dan tinggal di seputar kota Surakarta dan Yogyakarta, yang merupakan pusat kerajaan Mataram. Kebudayaan Jawa di wilayah ini sering dianggap sebagai peradaban Jawa yang sebenarnya.

Secara fisik, kebudayaan Jawa di Yogyakarta berbeda dengan kebudayaan Jawa di Surakarta. Akan tetapi, dari segi nilai-nilai budaya, khususnya menyangkut etika, nilai kebudayaan Yogyakarta masih berakar pada nilai-nilai pada nilai-nilai-nilai-nilai kebudayaan Surakarta. Masyarakat Jawa memandang bahwa hidup ini akan senantiasa menyenangkan bila sesama manusia dapat hidup dalam kerukunan (Kusrestuwardhani, 2003).


(28)

Dalam budaya Jawa, terkandung nilai untuk menghargai pendapat orang lain karena didasari bahwa semua orang mempunyai pendapat yang sama. Masyarakat Jawa senantiasa berusaha sopan dan menghormati orang lain. Dalam budaya Jawa terdapat aturan yang mengatur cara bersikap yang sopan dan hormat. Sikap seperti itu terutama dilakukan terhadap orang yang lebih tua, baik lebih tua dalam umur, urutan dari keturunan, urutan kepangkatan/kedudukan, maupun terhadap seseorang yang dituakan. Terhadap orang yang lebih tua atau dituakan, harus berbicara dengan suara yang rendah dan bahasa yang lebih halus (kromo). Perilaku harus lebih santun dan hormat, misalnya dengan sedikit membungkukkan badan. Bagi orang Jawa, melanggar aturan menghormati orang tua ini dipercaya akan kualat (mendapat hukuman dari Tuhan) (Sedyawati, 2003).

3.3. Sistem Kekerabatan Pada Suku Jawa

Sistem kekerabatan orang Jawa berdasarkan prinsip keturunan bilateral (garis keturunan diperhitungkan dari dua bela pihak, ayah dan ibu). Dengan prinsip bilateral atau parental ini maka ego mengenal hubungannya dengan sanak saudara dari pihak ibu maupun dari pihak ayah, dari satu nenek moyang sampai generasi ketiga, yang disebut sanak saudulur (kindred). Khusus di daerah Yogyakarta bentuk kerabat disebut alur waris, yang terdiri dari enam sampai tujuh generasi.

Dari sistem kekerabatan ini maka :

1. Seorang ego mempunyai dua orang kakek dan dua orang nenek 2. Suku Jawa mengenal keluarga luas (kindred)


(29)

4. Adat setelah menikah adalah Neolokal

5. Perkawinannya bersifat Eksogami, meskipun ada yang melakukan perkawinan Cross Cousin

6. Perkawinan yang dilarang antara lain:

a. Perkawinan dengan saudara sekandung (tabu incest).

b. Perkawinan pancer lanang (perkawinan antara anak-anak dari dua orang tua yang bersaudara laki-laki.

c. Kawin lari

7. Suku Jawa mengenal (diijinkan).

Perkawinan Ngarang Wulu yaitu perkawinan duda dengan saudara perempuan isterinya yang sudah meninggal (sororat).

Dalam kehidupan sehari-hari, istilah-istilah kekerabatan untuk menyebut seseorang di dalam kelompok kerabatnya adalah sebagai berikut:

a. Ego menyebut orang tua laki-laki dengan Bapak atau Rama. b. Ego menyebut orang tua perempuan dengan Simbok atau Biyung.

c. Ego Menyebut kakak laki-laki dengan Kangmas, Mas, Kakang Mas, Kakang, Kang.

d. Ego menyebut kakak perempuan degan Mbak Yu, Mbak, Yu. e. Ego menyebut adik laki-laki dengan Adhi, Dhimas, Dik, Le

f. Ego menyebut adik perempuan dengan Adhi, Dhi Ajeng, Ndhuk, Dhenok. g. Ego menyebut kakak laki-laki dari ayah atau ibu dengan Pak Dhe, Siwa, Uwa. h. Ego menyebut kakak perempuan dari ayah atau ibu dengan Bu Dhe, Mbok


(30)

i. Ego menyebut adik laki-laki dari ayah atau ibu dengan paman, Pak Lik, Pak Cilik.

j. Ego menyebut adik perempuan dari Ayah atau ibu dengan Bibi, Buklik, Ibu Cilik, Mbok Cilik.

k. Ego menyebut orang tua Ayah atau ibu baik laki-laki maupun perempuan dengan Eyang, Mbah, Simbah, Kakek, Pak Tua. Sebaliknya Ego akan disebut Putu.

l. Ego menyebut orang tua laki-laki/perempuan dua tingkat diatas Ayah dan Ibu ego dengan Mbah Buyut. Sebaliknya ego akan disebut dengan Putu Buyut, Buyut.

m. Ego menyebut orang tua laki-laki/perempuan tiga tingkat diatas Ayah dan ibu ego dengan Mbah Canggah, Simbah Canggah, Eyang Canggah. Sebaliknya ego akan disebut Putu Canggah, Canggah (Lesmana, 2008).

3.4. Sistem Kesenian Pada Suku Jawa

Masyarakat Jawa sangat kaya terhadap kesenian yang terdiri dari seni bangunan, seni tari, seni musik, seni pertunjukan dan seni kerajinan.

Seni Bangunan. Seni bangunan yang dimaksud adalah arsitektur rumah adat. Di Jawa Timur model rumah adatnya terlihat dari rumah Situbondo yang merupakan rumah adat Jawa Timur dengan pengaruh Madura. Rumah ini dirancang tanpa kamar-kamar. Serambi depan merupakan tempat menerima tamu laki-laki, sedangkan serambi belakang adalah tempat menerima tamu perempuan. Pintu masuknya ada disamping rumah. Rumah adat ini tidak mempunyai pintu belakang, kemungkinan alasannya adalah untuk menjaga keamanan.


(31)

Seni Tari. Tarian rakyat masyarakat Jawa sangat beragam jenisnya. Diantaranya adalah sebagai berikut.

Tari Reog, tarian terkenal dari Ponorogo. Penari utamanya mengenakan topeng berukuran sangat besar dan berat yang dibawa atau dipakai dengan cara menggit bagian belakang topeng tersebut.

Tari Tayuban, adalah tari untuk meramaikan suasana bila ada acara seperti khitanan, perkawinan, atau pesta-pesta lainnya. Penarinya biasanya terdiri dari beberapa orang perempuan yang memakai selendang di lehernya. Mereka ini disebut tayub/ ledek. Laki-laki yang diberi selendang yang mereka pakai akan menari bersama. Tayuban diiringi gamelan dan para sinden.

Tari Serimpi, adalah tari asli kraton atau disebut tari klasik. Tari ini bersifat sakral dengan irama lembut tapi tetap agung.

Tari penggalan kisah Ramayana dan Mahabarata. Contohnya tari Bambang Cakil yang mengisahkan perjuangan Arjuna melawan Raksasa Cakil, melambangkan penumpasan angkara murka.

Selain itu masih banyak tari-tari lainnya, seperti tari ngremo, gambyong, kuda lumping, tari lengger (Bayuwangi) dan lain-lain.

Seni Musik. Gamelan merupakan seni musik Jawa yang sangat terkenal. Gamelan adalah jenis alat musik pukul (perkusi) yang terbuat dari besi, kuningan, atau perunggu. Seperangkat gamelan biasanya terdiri dari: gambang, bonang, barang penerus, gender, slentem, sarom, peking, kenong, kempul dan gong. Selain itu gamelan juga dilengkapi dengan gendang, seruling, rebab dan sifer.


(32)

Salawatan adalah seni musik rakyat bersifat keagamaan di daerah Yogyakarta. Kata Solawatan berasal dari bahasa Arab sholawath yang berarti pujaan dan sanjungan terhadap Allah SWT dan Rosul Muhammad SAW. Alat-alat musik yang dipergunakan terdiri dari lima buah terbang (sejenis rebana) dari berbagai ukuran dan dua buah angklung.

Seni Pertunjukan. Seni pertunjukan masyarakat Jawa yang paling terkenal adalah Wayang. Wayang ini ada banyak jenisnya seperti : Seperti Wayang kulit, Wayang golek, Wayang orang, Wayang klitik dan Wayang beber. Cerita yang dibawakan kebanyakan merupakan cerita dari Mahabarata atau Ramayana. Pertunjukan wayang diiringi oleh musik gamelan, lengkap dengan sindennya. Seni pertunjukan lain dari masyarakat Jawa adalah ketoprak, ludruk, dan kentrung. Pertunjukan ini lebih bersifat teatrikal dan ceritanya tidak terbatas ada cerita Mahabarata dan Ramayana.

Seni Kerajinan. Suku bangsa Jawa memiliki beberapa macam kerajinan. Batik merupakan kerajinan kain/ tekstil yang dibuat dengan cara dilukis menggunakan canting dan lilin malam atau dicap. Corak batik sangat beragam yang juga ditentukan tempat pembuatannya seperti Yogyakarta, Solo dan Pekalongan. Seni kerajinan antara lain misalnya: ukiran seperti yang terdapat di Jepara, perak, tembikar (Rohmawati, 2009).

3.4 Tradisi Perilaku Kesehatan Suku Jawa

Menurut Foster dan Anderson (1978) dalam Maas (2004), masalah kesehatan selalu berkaitan dengan dua hal yaitu sistem teori penyakit dan sistem perawatan penyakit. Sistem teori penyakit lebih menekankan pada penyebab sakit,


(33)

teknik-teknik pengobatan penyakit. Sementara, sistem perawatan penyakit merupakan suatu institusi sosial yang melibatkan interaksi beberapa orang, paling tidak interaksi antar pasien dengan si penyembuh, Apakah itu dokter atau dukun. Persepsi terhadap penyebab penyakit akan menentukan cara pengobatannya. Penyebab penyakit dapat dikategorikan ke dalam dua konsep yaitu personalistik dan naturalistik. Penyakit-penyakit yang dianggap timbul karena adanya intervensi dari agen tertentu seperti perbuatan orang, hantu, makhluk halus dan lain-lain termasuk konsep personalistik. Sementara yang termasuk dalam konsep naturalistik adalah penyakit-penyakit yang disebabkan kondisi alam seperti cuaca, makanan, debu dan lain-lain.

Kelurga Jawa masih meyakini dan termasuk konsep personalistik yang percaya bahwa penyakit yang timbul akibat gangguan makhluk halus atau setan. Untuk mengusir dengan menggunakan dukun atau paranormal dengan mantra-mantra, sebagian berkembang setaman dan makanan, serta membakar dupa atau kemenyan (Sudiharto, 2007).

Banyak keluarga Jawa yang masih mempertahankan pengobatan warisan leluhur yang berupa jamu/ramuan tradisional. Para Kyai juga banyak yang dianggap mampu mengobati gangguan kesehatan yang dialami keluarga (Sudardi, 2002).

Selain itu, keluarga Jawa juga memiliki kepercayaan mengenai ibu hamil diantaranya pada keluarga Jawa Tengah pantang makan telur karena akan mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena akan menyebabkan perdarahan yang banyak. Sementara keluarga Jawa Barat, ibu yang kehamilannya


(34)

memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi porsi makannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan. Di keluarga Betawi berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin. Contoh lain pada keluarga di daerah Subang, ibu hamil pantang makan dengan menggunakan piring yang besar karena khawatir bayinya akan besar sehingga akan mempersulit persalinan. Dan memang, selain ibunya kurang gizi, berat badan bayi yang dilahirkan juga rendah. Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si bayi. Selain itu, larangan untuk memakan buah-buahan seperti pisang, nenas, ketimun dan lain-lain bagi wanita hamil juga masih dianut oleh beberapa kalangan masyarakat terutama masyarakat di daerah pedesaan (Wibowo, 1993 dalam Maas, 2004).

4. Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa Pelaksanaan tugas keesehatan keluarga pada suku jawa yaitu :

Pertama, mengenal masalah kesehatan keluarga. Menurut orang Jawa, ”sehat” adalah keadaan yang seimbang dunia fisik dan batin. Bahkan semua itu berakar pada batin. Jika ”batin karep raga nututi”, artinya batin berkehendak, raga/badan akan mengikuti. Sehat dalam konteks raga berarti ”waras”. Apabila seseorang tetap mampu menjalankan peranan sosialnya sehari-hari, misalnya bekerja di ladang, sawah, selalu gairah bekerja, gairah hidup, kondisi ini dikatakan sehat. Pada saat menjalankan kegiatan mulai tertanggu, barulah dikatakan tidak sehat (sakit). Demikian juga persepsi sehat pada anak-anak dikaitkan dengan kemauan makan dan lincah atau kegairahan anak untuk bermain, tidak jadi ukuran sehat


(35)

bagi anak-anak adalah apabila kemauannya untuk makan tetap banyak dan selalu bergairah main.

Kedua, mengambil keputusan untuk menentukan tindakan yang tepat bagi keluarga. Dalam keluarga Jawa peran bapak atau ”Rama” sangat penting karena peran bapak atau ”Rama” adalah sebagai kepala keluarga, mencari nafkah, mendidik anak-anaknya dan melindungi serta memberi rasa nyaman setiap anggotanya. Jika dalam keluarga hanya ada ibu dan anaknya yang disebabkan karena perpisahan akibat perceraian atau kematian atau karena bapak yang mengalami sakit, maka keputusan diambil oleh ibu atau anaknya yang dianggap sudah dapat bertanggung jawab dan mampu mengatasi masalah ini. Namun ada kalanya jika keluarga tidak mampu lagi dalam mengatasi hal ini maka keluarga tersebut meminta bantuan kepada keluarga yang lain. Keluarga harus memilih tindakan apa yang harus dilakukan sesuai dengan pengobatan yang diinginkan keluarga. Biasanya keluarga Jawa memutuskan terlebih dahulu untuk berobat ke paranormal atau dukun.

Ketiga, merawat kesehatan anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Keluarga Jawa lebih mengutamakan pengobatan atau perawatan tradisional yang penyembuhan menggunakan dukun atau paranormal. Setelah pengobatan yang dilakukan belum menyembuhkan penyakit, maka si sakit baru dibawa ke dokter atau petugas kesehatan (perawatan ilmiah atau medis).

Keempat, mempertahankan suasana rumah yang dapat menguntungkan kesehatan. Rumah yang bersih dan nyaman dapat meningkatkan taraf kesehatan keluarga. Dalam mempertahankan suasana ini keluarga Jawa sangat


(36)

mengutamakan kerapian dan kebersihan rumah dengan cara membersihkannya setiap hari. Kebersihan di dalam maupun diluar sekitar rumah, dilakukan bersama-sama dan saling membantu dengan anggota keluarga yang lain. Kegiatan yang dilakukan oleh keluarga misalnya membersihkan kamar mandi dan menguras bak mandi, menyapu dan mengepel lantai, membersihkan pekarangan rumah dan lain sebagainya. Ini semua tergantung dari tingkat kesadaran dan keadaan ekonomi keluarga. Jika tingkat kesadaran keluarga rendah walaupun keadaan ekonominya mapan, hal ini jarang dilakukan dan bila dilakukanpun berdasarkan kemauan dan keinginan keluarga untuk melakukannya. Dan jika tingkat kesadarannya tinggi walaupun keadaan ekonominya rendah hal ini tetap dilakukan setiap hari sesuai kemampuan keluarga.

Kelima, pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada. Dikeluarga Jawa biasanya hal ini dilakukan setelah pengobatan tradisional yang dipakai oleh keluarga tidak menghasilkan kesembuhan. Tetapi semuanya tergantung dari keadaan ekonomi keluarga dan letak fasilitas kesehatan tersebut yang jauh jaraknya dari rumah (Syamsudin, 2009).


(37)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

1. Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis pada penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Jawa. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan meliputi : mengenal gangguan masalah kesehatan anggota keluarga, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat, memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan, mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan (Friedman, 1998).

Kerangka penelitian ini dapat digambarkan dalam skema. 1 berikut :

Keterangan : = variabel yang diteliti Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga pada

Suku Jawa :

• Mengenal gangguan masalah kesehatan keluarga.

• Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga.

• Memberikan keperawatan anggota keluarga yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.

• Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.

• Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada)

• Baik

• Cukup Baik • Kurang Baik


(38)

2. Definisi Operasional

Pelaksanaan tugas kesehatan keluarga merupakan kegiatan yang dilakukan oleh keluarga dalam pemenuhan fungsi sebagai pemeliharaan kesehatan dan saling memilihara. Pelaksanaan tugas kesehatan keluarga antara lain :

- Mengenal masalah kesehatan keluarga meliputi pengertian sehat-sakit, kondisi sehat-sakit, tanda dan gejala penyakit serta penyebab penyakit menurut keluarga yang bersuku Jawa.

- Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga meliputi penetuan siapa yang mengambil keputusan dalam keluarga dan tindakan apa yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah.

- Memberi keperawatan anggota keluarga yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usinya yang terlalu muda meliputi jenis pengobatan yang digunakan oleh keluarga.

- Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga meliputi personal hygiene, kebersihan rumah, dan komunikasi keluarga.

- Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada) meliputi kepercayaan keluarga pada petugas kesehatan, dan intensitas kunjungan yang dilakukan keluarga pada fasilitas kesehatan.


(39)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang didalamnya tidak ada analisa hubungan antar variabel bebas dan terikat, bersifat umum yang membutuhkan jawaban dimana, kapan, berapa banyak, siapa, dan analisa statistik yang digunakan (Hidayat, 2003).

Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan masalah penelitian keperawatan yang terjadi pada suatu kasus berdasarkan distribusi tempat, waktu, umur, jenis kelamin, cara hidup, sosial ekonomi, pekerjaan dan lain-lain (Hidayat, 2003). Dalam penelitian ini digunakan untuk menguraikan Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga pada Suku Jawa di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala Kecamatan Percut Sei Tuan Deli Serdang.

2. Populasi dan Sampel 2.1. Populasi

Populasi yang diambil pada penelitian ini adalah keluarga yang bersuku Jawa yang berada di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala sebanyak 282 keluarga bersuku Jawa (Kepala Lingkungan).


(40)

2.2. Sampel

2.2.1. Ukuran Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki populasi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan mengambil 10 % dari populasi (Arikunto, 2006). Berdasarkan data tersebut di atas jumlah sampel adalah 28 keluarga yang bersuku Jawa.

2.2.2. Metode

Metode pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling yaitu setiap responden yang memenuhi kriteria sampel dimasukan dalam penelitian ini dalam waktu yang telah ditentukan (Nursalam, 2003).

Adapun kriteria sampel adalah (1) keluarga yang bersuku Jawa asli (tidak campuran), (2) bersedia untuk menjadi responden.

3. Tempat dan Waktu Penelitian 3.1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala Kecamatan Percut Sei Tuan Deli Serdang dengan pertimbangan lingkungan ini mudah di jangkau oleh peneliti dan daftar keluarga yang bersuku Jawa mencukupi untuk dijadikan sampel.


(41)

3.2. Waktu

Pengumpulan data dilakukan pada bulan 4 Januari – 29 Januari 2010 di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala Kecamatan Percut Sei Tuan Deli Serdang.

4. Pertimbangan Etik Penelitian

Sebelum dilakukan penelitian, peneliti harus mendapat Surat izin dari bagian pendidikan Fakultas Keperawatan USU kemudian izin dari Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala Kecamatan Percut Sei Tuan Deli Serdang yang dalam hal ini menjadi tempat penelitian. Setelah mendapat persetujuan barulah dilakukan pengumpulan data. Pada saat dilakukakan penelitian, peniliti menjelaskan tujuan, manfaat dan proses pengisian kuesioner serta menyerahkan langsung lembar persetujuan penelitian kepada responden. Selanjutnya responden diminta untuk membaca dan memahami surat persetujuan. Ketika responden bersedia untuk diteliti, responden harus menandatangani lembar persetujuan. Ketika responden menolak, peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati haknya. Setelah itu peneliti memberikan lembar kuesioner kepada responden. Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden, lembar tersebut hanya diberi nomor atau kode tersendiri. Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijaminoleh peneliti (Nursalam, 2003).


(42)

5. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peniliti menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner yang disusun oleh peneliti dengan berpedoman pada konsep dan tinjauan pustaka.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner yang terdiri dari 3 bagian yaitu : kuesioner data demografi, kuesioner pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dan kuesioner pertanyaan terbuka mengenai pelaksanaan tugas kesehatan pada keluarga Jawa.

Bagian pertama, kuesioner data demografi keluarga meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, agama, pekerjaan dan penghasilan.

Bagian kedua, berisi tentang pernyataan-pernyataan yang dapat memberikan uraian tentang pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Jawa. Kuesioner ini terdiri dari 30 pernyataan yang peneliti buat berdasarkan teori dengan skor berkisar antara (1 – 4) untuk setiap pernyataan. Dimana skor (selalu : 4, sering : 3, kadang-kadang : 2, tidak pernah : 1 dan untuk semua pernyataan adalah positif. Sehingga nilai yang terendah yang mungkin dicapai responden adalah 30 dan nilai tertinggi yang mungkin dicapai adalah 120. Pernyataan dari kuesioner terdiri dari : mengenal gangguan masalah kesehatan keluarga pernyataan kuesioner 1 s/d 6, memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga pernyataan kuesioner 7 s/d 12, merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan pernyataan kuesioner 13 s/d 18, memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga pernyataan kuesioner 19 s/d 24, memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitar bagi keluarga pernyataan


(43)

kuesioner 25 s/d 30. cara mengisi lembar kuesioner adalah dengan menggunakan tanda cheklist pada tempat yang tersedia.

Bagian ketiga, berisi tentang pernyataan terbuka mengenai pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Jawa. Berdasarkan rumus statistik p= rentang/banyak kelas (Hidayat, 2007), dimana p merupakan panjang kelas dengan rentang (nilai tertinggi dikurang nilai terendah) sebesar 90 dan 3 kategori kelas untuk pelaksanaan tugas kesehatan keluarga (baik, cukup baik, kurang baik). Menggunakan p=30 dan nilai terendah 29 sebagai batas kelas interval pertama, data rentang pelaksanaan tugas kesehatan keluarga sebagai berikut :

30 – 59 = kurang baik 61 – 89 = cukup baik 91 – 120 = baik

6. Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner yang dibuat oleh peneliti perlu dilakukan uji validitas dan reabilitas. Uji validitas yang dilakukan oleh peneliti adalah uji validitas isi. Validitas isi adalah suatu keputusan tentang bagaimana instrumen dengan baik mewakili karakteristik yang dikaji. Penilaian tentang validitas isi ini bersifat subjektif dan keputusan apakah instrumen sudah mewakili atau tidak, didasarkan pada pendapat ahli. Uji validitas ini dilakukan oleh Siti Zahara Nst, S.Kp, MNS sebagai orang yang ahli dalam bidang kesehatan keluarga dan Supsiloani, S.Sos, M.Si sebagai ahli dalam bidang suku dan budaya. Sedangkan uji reabilitas dalam penelitian ini dengan teknik komputerisasi untuk analisa Cronbach Alpha. Polit


(44)

dan Huengler (1999) mengatakan bahwa suatu instrumen dikatakan realibel jika memiliki nilai reabilitas lebih dari 0,70. Instrumen diujikan pada 10 responden yang memenuhi kriteria. Hasil uji reabilitas pada kuesioner pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Jawa didapat dengan nilai 0,750.

7. Teknik Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu peneliti meminta surat izin penelitian dari Dekan Fakultas Keperawatan USU kemudian peneliti mengajukan surat penelitian kepada Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala Kecamatan Percut Sei Tuan Deli Serdang setelah mendapat izin, peneliti melakukan penelitian kepada responden yang dilakukan pada tanggal 4 Januari – 29 Januari 2010.

Pada saat penelitian, peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud serta tujuan penelitian dilakukan, bila calon responden menyetujui untuk menjadi responden, selanjutnya responden dipersilahkan untuk menandatangani perjanjian menjadi responden. Setelah itu peneliti memberikan lembar kueioner kepada responden.

Sebelum mengisi kuesioner, peneliti menjelaskan pada responden tentang cara pengisian kuesioner sampai responden mengerti. Kemudian responden dipersilahkan untuk mengisi kuesioner dengan tetap di dampingi oleh peneliti. Setelah selesai pengisian kuesioner, maka kuesioner tersebut langsung dikembalikan kepada peniliti pada hari itu juga. Pengumpulan data ini dilakukan


(45)

peneliti dengan dibantu oleh satu orang asisten yang telah dilatih sebelumnya oleh peneliti.

8. Analisa Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, peneliti melakukan pengelolahan data atau analisa data. Analisa data dilakukan melalui beberapa tahap yang dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi dilanjutkan dengan memberikan kode untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi data, dan selanjutnya data tersebut dianalisa dengan program aplikasi komputerisasi yaitu program SPSS 15,0. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk narasi dan tabel distribusi frekuensi serta persentase (Arikunto, 2005).


(46)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Jawa. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 4 Januari sampai 29 Januari 2010 di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala Kecamatan Percut Sei Tuan Deli Serdang dengan jumlah sampel sebanyak 28 orang.

Hasil penelitian dibagi tiga bagian yaitu hasil penelitian tentang karakteristik responden, hasil mengenai pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku jawa yang diidentifikasi melalui kuesioner dan hasil dari pertanyaan terbuka mengenai pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Jawa.

1.1. Karakteristik Responden

Pada penelitian ini, mayoritas usia kepala keluarga (suami) yang menjadi responden bekisar antara 21-40 tahun sebanyak 22 orang (78,6%) dan antara 41-60 sebanyak 6 orang (21,4%). Sebagian responden adalah perempuan (mewakili dari kepela keluarga dan sebagiannya adalah orangtua tunggal) sebanyak 10 orang (35,7%). Latar belakang pendidikan keluarga mayoritas tamatan SMU sebanyak 18 orang (64,3%). Keluarga suku Jawa umumnya beragama Islam yaitu 28 orang (100%). Status pekerjaan keluarga adalah pegawai swasta 14 orang (50,0%) dan mayoritas berpenghasilan antara Rp. 800.000 - Rp. 1.500.000 sebanyak 13 orang (46,4%).


(47)

Berikut ini merupakan distribusi frekuensi dan persentase karakteristik keluarga (tabel 5.1).

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala 2010 (n=28)

No. Karakteristik Responden Frekuensi Persentase % 1. Usia

21-40 tahun 41-60 tahun 22 6 78,6 21,4 2. Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan 18 10 64,3 35,7 3. Tingkat Pendidikan

SD SMP SMU Perguruan Tinggi Lain-lain 2 0 18 8 0 7,1 0 64,3 28,6 0 4. Agama

Islam Protestan Katolik 28 0 0 100 0 0 5. Pekerjaan

Pegawai Negeri Pegawai Swasta Ibu Rumah Tangga Wiraswasta Lain-lain 4 14 3 6 1 14,3 50,0 10,7 21,4 3,6 6. Penghasilan

< Rp. 800.000

Rp. 800.000 – Rp.1.500.000 Rp. 1.500.000 – Rp. 3.000.000 > Rp. 3.000.000

3 13 10 2 10,7 46,4 35,7 7,1 1.2. Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa

Pelaksanaan tugas kesehatan keluarga tebagi 5 yaitu (1) mengenal gangguan masalah kesehatan setiap anggota keluarga, (2) mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga, (3) memberikan perawatan kepada keluarganya yang sakit, (4) mempertahankan suasana di rumah yang


(48)

menguntungkan bagi keluarga, (5) mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dari lembaga-lembaga kesehatan.

1. Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa dalam Mengenal Masalah Kesehatan Setiap Anggota Keluarga

Dari hasil penelitian didapat bahwa sebanyak 17 keluarga (60,7%) menyatakan paham pengertian dari sehat-sakit. Sebanyak 15 keluarga (53,6%) menyatakan sering mengetahui perubahan yang terjadi jika timbul keluhan penyakit pada salah satu anggota keluarga. Sebanyak 11 keluarga (39,3%) menyatakan sering mengetahui penyebab dari perubahan yang terjadi pada anggota keluarga yang sakit. Sebanyak 15 keluarga (53,6%) menyatakan selalu menanyakan keluhan yang dirasakan anggota keluarga yang sakit. Sebanyak 17 keluarga (60,7%) menyatakan selalu dapat membedakan kondisi sehat-sakit setiap anggota keluarga dan sebanyak 12 keluarga (42,9%) menyatakan keluarga beranggapan bahwa seseorang yang sakit tidak dapat melakukan aktivitas.

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa dalam Mengenal Gangguan Masalah Kesehatan Setiap Anggota Keluarga di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala 2010 (n=28)

No. Pernyataan

Kategori Penilaian

SL SR KK TP

F % F % F % F %

1. Keluarga paham pengertian dari sehat-sakit

17 60,7 8 28,6 3 10,7 0 0

2. Keluarga mengetahui perubahan yang terjadi jika timbul keluhan penyakit pada salah satu anggota keluarga yang sakit


(49)

Lanjutan tabel

No. Pernyataan

Kategori Penilaian

SL SR KK TP

F % F % F % F %

3 Keluarga mengetahui penyebab dari

perubahan yang terjadi pada anggota keluarga yang sakit

7 25,0 11 39,3 10 35,7 0 0

4. Keluarga menanyakan keluhan yang dirasakan anggota keluarga yang sakit

15 53,6 10 35,7 3 10,7 0 0

5. Keluarga dapat membedakan kondisi sehat-sakit setiap anggota keluarga

17 60,7 3 10,7 8 28,6 0 0

6. Keluarga beranggapan bahwa seseorang yang sakit tidak dapat melakukan aktivitas

11 39,3 4 14,3 12 42,9 1 3,6

Berdasarkan perhitungan jawaban dari 28 keluarga yang diteliti, diketahui bahwa pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Jawa dalam mengenal gangguan masalah kesehatan setiap anggota keluarga adalah baik sebanyak 20 keluarga (7,4%) dan cukup baik sebanyak 8 keluarga (28,6%).

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa dalam Mengenal Gangguan Masalah Kesehatan Setiap Anggota Keluarga di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala 2010 (n = 28).

No. Kategori Frekuensi Persentase

1. Baik 20 71,4


(50)

2. Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa dalam Mengambil Keputusan Untuk Melakukan Tindakan yang Tepat bagi Keluarga

Dari hasil penelitian didapat bahwa sebanyak 23 keluarga (82,1%) menyatakan selalu kepala keluarga yang berperan penting dalam mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan. Sebanyak 14 keluarga (50,0%) menyatakan kadang-kadang keluarga menanyakan pendapat dari orang lain untuk menentukan tindakan kesehatan yang tepat. Sebanyak 13 keluarga (46,4%) menyatakan selalu Keluarga menanyakan pendapat dari anggota keluarga yang lain untuk menentukan tindakan kesehatan yang tepat. Sebanyak 22 keluarga (78,6%) menyatakan selalu memberikan perawatan sederhana dirumah sebelum mengambil keputusan yang tepat dan sebanyak 11 keluarga (39,3%) menyatakan sering keputusan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan adalah Puskesmas, Bidan, atau Rumah Sakit dan sebanyak 13 keluarga (46,4%) menyatakan sering keputusan yang diambil keluarga dapat mengatasi masalah kesehatan.

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa dalam Mengambil Keputusan Untuk Melakukan Tindakan yang Tepat bagi Keluarga di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala 2010 (n=28)

No. Pernyataan

Kategori Penilaian

SL SR KK TP

F % F % F % F %

7. Kepala keluarga

berperan penting dalam mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan

23 82,1 3 10,7 1 3,6 1 3,6

8. Keluarga menanyakan pendapat dari orang lain untuk menentukan tindakan kesehatan yang tepat


(51)

Lanjutan tabel

Berdasarkan perhitungan jawaban dari 28 keluarga yang diteliti, diketahui bahwa pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku jawa dalam mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga adalah baik sebanyak 25 keluarga (89,2%) dan cukup baik sebanyak 3 keluarga (10,8%). Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Pelaksanaan Tugas

Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa dalam Mengambil Keputusan Untuk Melakukan Tindakan yang Tepat bagi Keluarga di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala 2010 (n = 28).

No. Kategori Frekuensi Persentase

1. Baik 25 89,2

2. Cukup Baik 3 10,8

No. Pernyataan

Kategori Penilaian

SL SR KK TP

F % F % F % F %

9. Keluarga menanyakan pendapat dari anggota keluarga yang lain untuk menentukan tindakan kesehatan yang tepat

13 46,4 7 25,0 6 21,4 2 7,1

10. Sebelum mengambil keputusan untuk membawa anggota keluarga yang sakit, keluarga memberikan perawatan sederhana dirumah

22 78,6 5 17,9 1 3,6 0 0

11. Keputusan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan adalah Puskesmas, Bidan, atau Rumah Sakit

10 35,7 11 39,3 7 25,0 0 0

12. Keputusan yang diambil keluarga dapat mengatasi masalah kesehatan


(52)

3. Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa dalam Memberikan Perawatan Kepada Keluarganya Yang Sakit

Dari hasil penelitian didapat bahwa sebanyak 13 keluarga (46,4%) menyatakan selalu membantu anggota keluarga yang sakit dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari seperti mandi, makan, minum obat, dll. Sebanyak 10 keluarga (35,7%) menyatakan selalu melanjutkan pengobatan di rumah sesuai petunjuk dokter atau petugas kesehatan. Sebanyak 19 keluarga (67,9%) menyatakan selalu keluarga lebih mengutamakan pengobatan medis dibandingakan pengobatan tradisional. Sebanyak 15 keluarga (53,6%) menyatakan sering memperhatikan perkembangan kesehatan anggota keluarga yang sakit. Sebanyak 22 keluarga (78,6%) menyatakan selalu memberikan perhatian yang lebih kepada anggota keluarga yang sakit dan sebanyak 21 keluarga (75,0%) menyatakan selalu memberikan perawatan sederhana kepada anggota keluarga yang sakit seperti menyuruh minum air putih yang banyak, mengompres jika terjadi demam.

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa dalam Memberikan Perawatan Kepada Keluarganya yang Sakit di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala 2010 (n=28)

No. Pernyataan

Kategori Penilaian

SL SR KK TP

F % F % F % F %

13 Keluarga membantu anggota keluarga yang sakitdalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari seperti mandi, makan, minum obat, dll


(53)

Lanjutan tabel

No. Pernyataan

Kategori Penilaian

SL SR KK TP

F % F % F % F %

14. Keluarga melanjutkan pengobatan di rumah sesuai petunjuk dokter atau petugas kesehatan

10 35,7 8 28,6 8 28,6 2 7,1

15. Keluarga lebih mengutamakan pengobatan medis dibandingakan

pengobatan tradisional

9 32,1 4 14,3 14 50,0 1 3,6

16 Keluarga memperhatikan perkembangan kesehatan anggota keluarga yang sakit

12 42,9 15 53,6 1 3,6 0 0

17. Keluarga memberikan perhatian yang lebih kepada anggota keluarga yang sakit

22 78,6 3 10,7 2 7,1 1 3,6

18. Keluarga memberikan perawatan sederhana kepada anggota keluarga yang sakit seperti menyuruh minum air putih yang banyak, mengompres jika terjadi demam

21 75,0 6 21,4 1 3,6 0 0

Berdasarkan perhitungan jawaban dari 28 keluarga yang diteliti, diketahui bahwa pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku jawa dalam memberi perawatan kepada keluarganya yang sakit adalah baik sebanyak 24 keluarga (85,8%) dan cukup baik sebanyak 4 keluarga (14,2%).


(54)

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa dalam Memberikan Perawatan Kepada Keluarga yang Sakit di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala 2010 (n = 28).

No. Kategori Frekuensi Persentase

1. Baik 24 85,8

2. Cukup Baik 4 14,2

4. Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa dalam Mempertahankan Suasana di Rumah yang Manguntungkan Kesehatan dan Perkembangan Kepribadian Anggota Keluarga Dari hasil penelitian didapat sebanyak 13 keluarga (46,4%) menyatakan selalu mampu menyediakan keperluan sehari-hari setiap anggota keluarga seperti perlengkapan mandi, makan ataupun perlengkapan untuk merawat diri. Sebanyak 16 keluarga (57,1%) nenyatakan selalu menyediakan waktu untuk membersihkan rumah dan lingkungan rumah setiap hari. Sebanyak 12 keluarga (42,9%) menyatakan kdang-kadang membuat jadwal khusus untuk membersihkan seluruh bagian rumah. Sebanyak 17 keluarga (60,7%) menyatakan kadang-kadang melaksanakan jadwal kebersihan yang telah dibuat secara bersama-sama (bergotong royong) dan sebanyak 10 keluarga (35,7%) menyatakan selalu menyediakan waktu untuk berbincang-bincang dengan anggota keluarga untuk mengetahui kondisi dan perkembangan dari setiap anggota keluarga.


(55)

Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa dalam Mempertahankan Suasana di Rumah yang Menguntungkan Kesehatan dan Perkembangan Kepribadian Anggota Keluarga di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala 2010 (n=28)

No. Pernyataan

Kategori Penilaian

SL SR KK TP

F % F % F % F %

19. Keluarga mampu menyediakan keperluan sehari-hari setiap anggota keluarga seperti perlengkapan mandi, makan ataupun perlengkapan untuk merawat diri

13 46,4 8 28,6 7 25,0 0 0

20. Keluarga menyediakan waktu untuk

membersihkan rumah dan lingkungan rumah setiap hari

10 35,7 16 57,1 2 7,1 0 0

21. Keluarga membuat jadwal khusus untuk membersihkan seluruh bagian rumah

7 25,0 7 25,0 12 42,9 2 7,1

22. Keluarga

melaksanakan jadwal kegiatan yang telah dibuat secara bersama-sama

5 17,9 5 17,9 17 60,7 1 3,6

23. Keluarga ikut serta dalam membersihkan lingkungan sekitar rumah

10 35,7 6 21,4 9 32,1 3 10,7

24. Keluarga menyediakan waktu untuk

berbincang-bincang dengan anggota keluarga untuk mengetahui kondisi dan perkembangan dari setiap anggota keluarga


(56)

Berdasarkan perhitungan jawaban dari 28 keluarga yang diteliti, diketahui bahwa pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada Suku Jawa dalam mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga adalah baik sebanyak 15 keluarga (53,6%) dan cukup baik (46,4%).

Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa dalam mempertahankan Suasana di Rumah yang Menguntungkan bagi Keluarga di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala 2010 (n = 28).

No. Kategori Frekuensi Persentase

1. Baik 15 53,6

2. Cukup Baik 13 46,4

5. Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa dalam Mempertahankan Hubungan Timbal Balik Antara Keluarga dengan Lembaga-lembaga Kesehatan

Dari penelitian didapat sebanyak 12 keluarga (42,9%) menyatakan selalu percaya kepada petugas kesehatan yang ada di Puskesmas, Bidan, atau Rumah Sakit. Sebanyak 13 keluarga (46,4%) menyatakan selalu membawa anggota keluarga yang sakit ke Puskesmas, Bidan, atau Rumah Sakit. Sebanyak 13 keluarga (46,4%) menyatakan selalu dapat menjangkau Puskesmas, Bidan, atau Rumah Sakit. Sebanyak 15 keluarga (53,6%) menyatakan selalu memanfaatkan Puskesmas, Bidan, atau Rumah Sakit sesuai dengan kebutuhan. Sebanyak 15 keluarga (53,6%) menyatakan selalu mendukung program kesehatan yang diselenggarakan oleh petugas kesehatan (mis : imunisasi, KB, foging, penyuluhan kesehatan dan lain-lain serta 11 keluarga (39,3%) menyatakan sering merasa puas terhadap pelayanan kesehatan.


(57)

Tabel 5.10. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Suku Jawa dalam Mempertahankan Hubungan Timbal Balik Antara Keluarga dengan Lembaga-lembaga Kesehatan di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala 2010 (n=28)

No. Pernyataan

Kategori Penilaian

SL SR KK TP

F % F % F % F %

25. Keluarga percaya kepada petugas kesehatan yang ada di Puskesmas, Bidan, atau Rumah Sakit

12 42,9 8 28,6 7 25,0 1 3,6

26. Keluarga membawa anggota keluarga yang sakit ke Puskesmas, Bidan, atau Rumah Sakit

13 46,4 8 28,6 7 25,0 0 0

27. Keluarga dapat menjangkau

Puskesmas, Bidan, atau Rumah Sakit

13 46,4 3 10,7 11 39,3 1 3,6

28. Keluarga memanfaatkan

Puskesmas, Bidan, atau Rumah sakit sesuai dengan kebutuhan

15 53,6 8 28,6 5 17,9 0 0

29. Keluarga mendukung program kesehatan yang diselenggarakan oleh petugas kesehatan (mis : imunisasi, KB, foging, penyuluhan kesehatan, dll)

15 53,6 4 14,2 6 21,4 3 10,7

30. Keluarga merasa puas terhadap pelayanan kesehatan tersebut

9 32,1 11 39,3 6 21,4 2 7,1

Berdasarkan perhitungan jawaban dari 28 keluarga yang diteliti, diketahui bahwa pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada Suku Jawa dalam mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dengan lembaga-lembaga


(58)

kesehatan adalah baik sebanyak 16 keluarga (57,1%) dan cukup baik sebanyak 12 keluarga (42,9%).

Tabel 5.11. Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga pada Suku Jawa dalam mempertahankan timbal balik antara keluarga dengan lembaga-lembaga kesehatan di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala 2010 (n = 28).

No. Kategori Frekuensi Persentase

1. Baik 16 57,1

2. Cukup Baik 12 42,9

Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan diatas, secara keseluruhan diketahui bahwa pelaksanaan tugas kesehatan pada suku jawa di kelurahan kenangan baru Perumnas Mandala dalam kategori baik sebanyak 21 keluarga (75%), kategori cukup baik sebanyak 7 keluarga (25%) dan tidak ada keluarga dalam kategori kurang baik.

Tabel 5.12. Distribusi Frekuensi Kategori Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala 2010 (n=28)

No. Kategori Frekuensi Persentase

1. Baik 21 75,0

2. Cukup Baik 7 25,0


(59)

1.3. Pertanyaan Terbuka Mengenai Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala

1. Apa saja pantangan-pantangan suku Jawa yang tidak boleh dilakukan mengenai kesehatan?

Dari hasil penelitian sebanyak 28 responden, ada 15 responden yang menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dan 13 responden lagi tidak berkenan untuk menjawab. Dari ke 15 responden tersebut, diantaranya menjawab sebagai berikut :

- Pada suku Jawa untuk menghindari terjadinya penyakit-penyakit yang berat seperti hipertensi, stroke dan lain-lain, mereka menghindari minum es dan makan makanan yang berasal dari laut yaitu ikan atau seafood serta makanan yang mengandung lemak yang tinggi.

- Kepercayaan mengenai ibu hamil, menurut orang Jawa ibu hamil tidak boleh makan buah seperti nenas, durian dan tidak boleh makan tapai karena menurut mereka jika memakan tersebut dapat mengakibatkan keguguran

- Setelah melahirkan tidak boleh duduk sembarangan atau mengangkang dan jalanpun tidak boleh cepat-cepat atau berlari. Setiap duduk atau berjalan harus pelan-pelan dan merapatkan kedua kakinya.

- Mengenai adab kebiasaan orang Jawa, dilarang mandi pada malam hari, sebaiknya mandi sore hari maksimal pukul 16.00 dan pada saat makan harus duduk dengan tenang dan rapi, tidak boleh berbicara ketika sedang makan.


(60)

- Menurut keyakinan dengan hal-hal yang gaib, orang Jawa tidak boleh menjenguk atau mengobati orang sakit pada hari Sabtu dan Selasa dan tidak boleh keluar atau bepergian pada saat pergantian waktu dari siang ke malam hari yaitu waktu terbenamnya matahari, karena pada saat itu setan-setan atau makhluk gaib sedang berkeliaran sehingga dapat menyebabkan orang kesapuh atau keteguran makhluk halus dan menjadi sakit

2. Apa perbedaan yang dimiliki oleh suku Jawa dengan suku lain dalam hal kesehatan?

Dari hasil penelitian sebanyak 28 responden ada 15 responden yang menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dan 13 responden dan tidak bersedia menjawab. Dari 15 responden tersebut 8 responden diantaranya menjawab tidak ada perbedaan antara suku Jawa dan suku lain mengenai kesehatan yaitu masih meyakini konsep personalistik yang percaya bahwa penyakit yang timbul akibat gangguan makhluk halus atau setan yang penyembuhnya adalah paranormal atau dukun yang biasanya mereka masih menggunakan reramuan tradisional untuk mengobati penyakit atau merawat kesehatan di rumah. Sedangkan 7 responden diantaranya menjawab ada perbedaan antara suku Jawa dengan suku lain yaitu suku Jawa masih menggunakan paranormal atau dukun dan reramuan tradisional untuk mengatasi masalah kesehatannya, sedangkan suku-suku lain percaya dengan pengobatan medis atau dokter.


(61)

3. Apa anjuran yang harus dilakukan suku Jawa untuk meningkatkan taraf kesehatan keluarganya?

Dari hasil penelitian sebanyak 28 responden ada 15 responden yang menjawab pertanyaan yang diajukan oleh penelitian dan 13 responden tidak bersedia untuk menjawab. Dari 15 responden diantaranya menjawab sebagai berikut : - Mengkonsumsi air putih yang banyak setiap hari, lebih baik dilakukan

pada pagi hari setelah bangun tidur

- Banyak makan sayur-sayuran yang hijau dan segar serta makanan yang sehat, misalnya bayam, kangkung, wortel, tomat serta jenis kacang-kacangan misalnya kacang kedelai.

- Minum reramuan, misalnya jamu kunyit baik dikonsumsi dalam keadaan sehat, sakit atau pun setelah melahirkan untuk melancarkan peredaran darah

- Mengkonsumsi makan yang lebih bervariasi setiap hari dan sesuai dengan makanan empat sehat lainnya atau ditambah dengan makanan yang sehat lainnya

- Bangun pagi dan sering berolahraga terutama jalan pagi


(1)

Lampiran 1

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

“Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga pada Suku Jawa” Oleh :

Dwi Puspita Sari

Saya adalah mahasiswi Program S-1 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang sedang melakukan penelitian dengan tujuan untuk menguraikan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Jawa.

Saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, dimana tidak akan memberikan dampak yang membahayakan. Jika Bapak/Ibu bersedia maka saya akan memberikan kuesioner kepada Bapak/Ibu untuk dijawab yang meliputi pertanyaan tentang data demografi dan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga. Bapak/Ibu dapat menjawab pertanyaan tersebut sesuai dengan situasi dan kondisi Bapak/Ibu saat ini.

Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga Bapak/Ibu bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa sanksi apapun. Semua informasi yang Bapak/Ibu berikan akan dirahasiakan dan hanya akan dipergunakan dalam penelitian ini. Terima kasih atas partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini.

Jika Bapak/Ibu bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, maka silahkan Bapak/Ibu menandatangani formulir persetujuan ini.

Medan, Januari 2009 Peneliti Responden


(2)

Lampiran 2

KUISIONER PENELITIAN

“Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga pada Suku Jawa” Kode :

Tanggal :

1. Data Demografi Responden

Petunjuk : - Jawablah semua pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda ( √ ) Cheklist

- Pada tempat yang telah disediakan. - Semua pertanyaan harus dijawab.

- Tiap pertanyaan harus diisi dengan satu jawaban. 1. Umur : ... tahun

2. Jenis Kelamin : Laki-Laki Perempuan 3. Tingkat Pendidikan : SD SMP

SMU Lain-lain Perguruan Tinggi

4. Agama : Islam Protestan Katolik 5. Pekerjaan : Pegawai Negeri Ibu rumah tangga

Pegawai Swasta Wiraswasta Dan lain-lain

6. Penghasilan : < Rp. 800.000 > Rp. 3.000.000 Rp. 800.000 – Rp. 1.500.000


(3)

2. Kuisioner Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga pada Suku Jawa Berikanlah tanda checlist () pada pilihan yang anda anggap benar SL = Selalu KK = Kadang – Kadang

SR = Sering TP = Tidak Pernah

No Pernyataan SL SR KK TP

1 Keluarga paham pengertian dari sehat-sakit 2 Keluarga mengetahui perubahan yang terjadi

jika timbul keluhan penyakit pada salah satu anggota keluarga yang sakit

3 Keluarga mengetahui penyebab dari

perubahan yang terjadi pada anggota keluarga yang sakit

4 Keluarga menanyakan keluhan yang dirasakan anggota keluarga yang sakit

5 Keluarga dapat membedakan kondisi sehat, sakit setiap anggota keluarga

6 Keluarga beranggapan bahwa seseorang yang sakit tidak dapat melakukan aktivitas

7 Kepala keluarga berperan penting dalam mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan

8 Keluarga menanyakan pendapat dari orang lain untuk menentukan tindakan kesehatan yang tepat

9 Keluarga menanyakan pendapat dari anggota keluarga yang lain untuk menentukan tindakan kesehatan yang tepat

10 Sebelum mengambil keputusan untuk membawa anggota keluarga yang sakit ke puskesmas, Bidan atau Rumah Sakit keluarga memberikan perawatan sederhana dirumah 11 Keputusan keluarga dalam mengatasi masalah

kesehatan adalah Puskesmas, Bidan, atau Rumah Sakit

12 Keputusan yang diambil keluarga dapat mengatasi masalah kesehatan

13 Keluarga membantu anggota keluarga yang sakit dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari seperti mandi, makan, minum obat, dll


(4)

14 Keluarga melanjutkan pengobatan di rumah sesuai dengan petunjuk dokter atau petugas kesehatan

15 Keluarga lebih mengutamakan pengobatan medis dibandingkan pengobatan tradisional 16 Keluarga memperhatikan perkembangan

kesehatan anggota keluarga yang sakit 17 Keluarga memberi perhatian yang lebih

kepada anggota keluarga yang sakit

18 Keluarga memberikan perawatan sederhana kepada anggota keluarga yang sakit seperti menyuruh minum air putih yang banyak, mengompres jika terjadi demam, dll 19 Keluarga mampu menyediakan keperluan

sehari-hari setiap anggota keluarga seperti perlengkapan mandi, makan ataupun perlengkapan untuk merawat diri 20 Keluarga menyediakan waktu untuk

membersihkan rumah dan lingkungan rumah setiap hari

21 Keluarga membuat jadwal khusus untuk membersihkan seluruh bagian rumah 22 Keluarga melaksanakan jadwal kebersihan

yang telah dibuat secara bersama-sama (bergotong royong)

23 Keluarga ikut serta dalam membersihkan lingkungan sekitar rumah

24 Keluarga menyediakan waktu untuk

berbincang-bincang dengan anggota keluarga untuk mengetahui kondisi dan perkembangan dari setiap anggota keluarga

25 Keluarga percaya kepada petugas kesehatan yang ada di Puskesmas, Bidan, atau Rumah Sakit

26 Keluarga membawa anggota keluarga yang sakit ke Puskesmas, Bidan, atau Rumah Sakit 27 Keluarga dapat menjangkau Puskesmas,

Bidan, atau Rumah Sakit

28 Keluarga memanfaatkan Puskesmas, Bidan, atau Rumah Sakit dengan kebutuhan

29 Keluarga mendukung program kesehatan yang diselenggarakan oleh petugas kesehatan (mis : imunisasi, KB, foging, penyuluhan.kes, dll) 30 Keluarga merasa puas terhadap pelayanan


(5)

3. Jawablah pertanyaan berikut ini !

1. Apa saja pantangan-pantangan suku Jawa yang tidak boleh dilakukan terkait dengan kesehatan?

Jawab:________________________________________________________ __ ____________________________________________________________ ____________________________________________________________ 2. Apa perbedaan yang dimiliki oleh suku Jawa dengan suku lain dalam hal

kesehatan?

Jawab:__________________________________________________________ __ ____________________________________________________________ ____________________________________________________________ 3. Apa anjuran yang harus dilakukan suku Jawa untuk meningkatkan taraf

kesehatan keluarganya?

Jawab: ____________________________________________________________ ____________________________________________________________ ____________________________________________________________


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dwi Puspita Sari

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 25 September 1987 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Puyuh 15 No. 281 P. Mandala Medan Riwayat Pendidikan : 1. 1993 – 1999 : SD Tamansiswa Medan

2. 1999 – 2002 : SMP Tamansiswa Medan 3. 2002 – 2005 : SMU Tamansiswa Medan


Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Suku Batak Toba di Kelurahan Kenangan Kecamatan Percut Sei Tuan

3 77 92

Pengaruh Tempat Tinggal terhadap Tingginya Angka Anak Putus Sekolah di Perumnas Mandala II Kelurahan Kenangan, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang

2 73 101

PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH KELURAHAN KENANGAN KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG.

4 18 18

HUBUNGAN ANTAR ETNIK DI PERMUKIMAN (SUATU STUDI KASUS DI PERUMNAS MEDAN II KELURAHAN KENANGAN BARU KECAMATAN PERCUT SEI TUAN DELI SERDANG).

0 0 61

Pengaruh Tempat Tinggal terhadap Tingginya Angka Anak Putus Sekolah di Perumnas Mandala II Kelurahan Kenangan, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang

0 0 15

Pengaruh Tempat Tinggal terhadap Tingginya Angka Anak Putus Sekolah di Perumnas Mandala II Kelurahan Kenangan, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang

0 0 9

Pengaruh Tempat Tinggal terhadap Tingginya Angka Anak Putus Sekolah di Perumnas Mandala II Kelurahan Kenangan, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang

0 0 1

Pengaruh Tempat Tinggal terhadap Tingginya Angka Anak Putus Sekolah di Perumnas Mandala II Kelurahan Kenangan, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang

0 0 13

Pengaruh Tempat Tinggal terhadap Tingginya Angka Anak Putus Sekolah di Perumnas Mandala II Kelurahan Kenangan, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang

0 0 7

Pengaruh Tempat Tinggal terhadap Tingginya Angka Anak Putus Sekolah di Perumnas Mandala II Kelurahan Kenangan, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang

0 0 3