Konstruksi Makna Sosialita bagi Kalangan Sosialita di Kota Bandung (Studi Fenomenologi Tentang Konstruksi Makna Sosialita Bagi Kalangan Sosialita Di Kota Bandung)

(1)

KONSTRUKSI MAKNA SOSIALITA BAGI KALANGAN SOSIALITA DI KOTA BANDUNG

(Studi Fenomenologi Tentang Konstruksi Makna Sosialita Bagi Kalangan Sosialita Di Kota Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuhi Ujian Sarjana Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas

oleh : Citra Abadi NIM. 41809152

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI KEHUMASAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(2)

Daftar Riwayat Hidup

I. Data Pribadi

Nama Lengkap : Citra Abadi

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat Tanggal lahir : Padang, 2 Februari 1991

Tinggi Badan : 168 Cm

Berat Badan : 55 Kg

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Cisitulama I No. 20 Bandung

No.Telp : 0852-7400-2503

Hobbi : Menyanyi, Travelling


(3)

II. Pendidikan

A. Formal

No

Tahun

Jenjang Pendidikan

Keterangan

1. 2009-Sekarang Strata satu (S1) Ilmu komunikasi konsentrasi Humas UNIKOM

- 2. 2009 SMUN 1 Singkarak Kab.Solok Sumatera

Barat

Berijazah 3. 2006 SMPN 3 Sumani Singkarak Kab. Solok

Sumatera Barat

Berijazah 4. 2003 SDN 17 Sumani Singkarak Kab. Solok

Sumatera Barat

Berijazah

B. Non formal

No

Tahun

Uraian

Keterangan

1. 2011 Pelatihan Keprotokoloan Tim Protokoler UNIKOM

Bersertifikat 2. 2010 Pelatihan kepemimpinan dari Himpunan

Mahasiswa Ilmu Komunikasi dan Public

Relation Periode 2009/2010 “Dare To Be A Leader”

Bersertifikat

3. 2009 Kuliah umum Dekan FISIP Unikom Prof.

Dr. J.M. Papasi “ Peningkatan kualitas

keilmuan, keterampilan ICT dan kewirausahaan sebagai fakultas ilmu sosial

dan ilmu pilitik unggulan”

Bersertifikat

4. 2009 Kuliah umum dari Drs. Nunus Supardi (

wakil ketua LSF Indonesia) “ Kebudayaan Film & Sensor Film”

Bersertifikat

5 2008 Kursus Bahasa Inggris di Millenium Course Kota Solok SUMBAR

Bersertifikat 6 2007 Kursus Komputer di Millenium Course

Kota Solok SUMBAR

Bersertifikat

III. Pelatihan Seminar dan Workshop

No

Tahun

Uraian

Keterangan

1. 2009 Workshop “ The Power of Dreams” di kampus STIE Ekuitas Bandung

Bersertifikat 2 2009 Workshop dan pelatihan Public Speaking oleh

Helmy yahya Broadcasting dan Program Studi Ilmu komunikasi dan Public Relation UNIKOM

Bersertifikat

3 2010 Table Manner Course di BANANA-INN HOTEL & SPA Bandung


(4)

4 2010 Seminar Fotografi, Lomba Foto Essay dan Apresiasi Seni oleh HIMA IK & PR UNIKOM

Bersertifikat 6. 2010 Mentoring Agama Islam dari Program Studi

Ilmu Komunikasi dan Public Relalation bekerjasama dengan LDK UMMI UNIKOM

Bersertifikat

7.

2011

Workshop Sarasehan Fotografi “ SHUTTER”

dari Yusuf Ahmad (fotografer Majalah Reaturs USA)

Bersertifikat

8. 2011 Peserta Study Tour Media Massa dan Coorporate 2011 RCTI, Aneka YesS dan Kementrian Komunikasi dan Informatika RI

Bersertifikat

9. 2011 Pelatihan Keprotokoloan Tim Protokoler UNIKOM

Bersertifikat 10. 2012 Bedah buku “ Handbook of Public Relations”

dan Seminar “ How To Be A Good Writer” oleh

HIMA dan Program Studi Ilmu Komunikasi UNIKOM bekerjasama dengan Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Padjajaran Bandung

Bersertifikat

11. 2012 Delegasi dari UNIKOM Untuk Seminar

Internasional Keprotokolan “ Knowladge and expertise of international protocol to hold the world. Oleh Korps Protokoler Mahasiswa UNPAD dalam acara PROTOCOL FAIR 2012 . Speaker: Direktur protokol kementrian luar negri, Delegasi kedubes ASEAN (Thailand, Malaysia, Brunei Darussalam dan Singapore)

Bersertifikat

12 2012 Pendidikan dan Pelatihan Software Manajemen Sekolah Terpadu Berbasis Teknologi Informasi oleh CV. Primasoft Informa

Bersertifikat

IV. Pengalaman Organisasi

No

Tahun

Uraian

1. 2004 Pengurus OSIS SMPN 3 Sumani Kab. Solok SUMBAR Bidang Kreasi dan Seni

2. 2005 Pengurus OSIS SMPN 3 Sumani Kab. Solok SUMBAR Bidang Humas

3. 2007 Pengurus OSIS SMUN 1 Singkarak Kab. Solok SUMBAR Bidang Keimanan dan Ketaqwaan kepada Tuhan YME 4. 2009 Pengurus HIMA IK & PR FISIP UNIKOM Periode

2009/2010 sebagai Anggota Koordinator Humas

5. 2010 Pengurus HIMA IK & PR FISIP UNIKOM Periode 2010/2011 sebagai Anggota Divisi Kreasi dan Seni

6. 2011-sekarang Anggota TIM Protokoler UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA


(5)

V. Pengalaman kerja, kepantiaan event

No

Uraian/Event

Sebagai

1. Pantia dalam acara Seminar Fotografi, Lomba Foto Essay dan Apresiasi Seni oleh HIMA IK & PR Unikom tahun 2010

Seksi acara 2. Panitia Study Tour Pancasila ke Lubang Buaya Jakarta Timur

Tahun 2012

Seksi Acara 3. Pantia dalam perayaan paskah “ Semoga Mereka Semua

Menjadi Satu” Oleh HIMA IK & PR Unikom di GMKI

Bandung tahun 2010

Seksi Publikasi dan Dokumentasi 4. Panitia dalam Communication Cup 2010 Oleh HIMA IK & PR

Unikom di Lap Tem Futsal Tahun 2010

Seksi Logistik 5. Panitia Study Tour Media Massa dan Coorporate 2011 RCTI,

Aneka YesS dan Kementrian Komunikasi dan Informatika RI di Jakarta

Seksi Acara

6. Penganugerahan dan Pembekalan Mahasiswa Asing Penerima Beasiswa Unggulan UNIKOM di Hotel Immperium Bandung Tahun 2011

MC ( Keprotokolan TIM Protokoler

Unikom) 7. Accounting Class Competition V “ We smart, we sportive, we

competitive, we creative because we are accounting” oleh HIMA Akuntansi Unikom di Sabuga dan Unikom Tahun 2011

MC

8. Panitia “ Pelatihan Keprotokolan Tim Protokoler Unikom” Operator 9. Panitia dalam Penerimaan Mahasiswa Baru UNIKOM Tahun

akademik 2011/2012 di Gedung sasana Budaya Ganesha Bandung tahun 2011

Keprotokolan

10. Panitia dalam WISUDA Pascasarjana (S2), Sarjana (S1) dan Diploma (D3) UNIKOM Tahun akademik 2011/2012 di Gedung sasana Budaya Ganesha Bandung tahun 2011

Keprotokolan

11. Gerakan Ambil Sampah “ Wujudkan BANDUNG BERSIH “ Kerjasama antara FISIP UNIKOM dengan Pemerintah Kota Bandung Tahun 2011

Seksi Akomodasi dan Fasilitator 12. International Conference on Computing & Informatics “

Computing For Entrepreneurship and Innovation ( ICOCI 2011) Kerjasama Universitas Komputer Indonesia dengan UUMCAS ( Universitas Utara Malaysia Coleage of Arts and Science )

Leprotokolan sebagai LO

13 Workshop Sarasehan Fotografi “ SHUTTER” dari Yusuf Ahmad (fotografer Majalah Reuters USA) Di GRHA Kompas Gramedia Bandung Tahun 2011

Acara “ MC”

14. Tes Seleksi Open Rekruitment Protokoler UNIKOM 2012 MC dan sebagai TIM Juri

15 Pelantikan BEM UNIKOM TH.2012 dan Seminar Stadium

General “ Penataan kultur dan budaya politik mahasiswa dalam menata masa depan bangsa” dengan narasumber Bapak DR.

H.Yuddy Crisnady ME (Anggota DPR RI 2009/2014) dan

Diskusi Politik “ Mengungkap Tabir Pemilu 2009” dengan nara

sumber Ketua KPU Jabar dan Sekda Kota Bandung


(6)

16 Penandatanganan Nota Kesepahaman Antara Pemerintah Kota Cimahi dengan Universitas Komputer Indonesia serta Kuliah Umum bersama Walikota Cimahi Bapak DR Ir H M Itoc

Tohiya MM, dengan tema “ Penerapan E-KTP Guna

Meningkatkan Pelayanan Publik”

Sebagai MC

17 Syukuran TIM Robotika Unikom Dalam Trinity College Fire and Robo Waiter Contest Harvard dan Robo Games 2012 di San Maeto USA

Sebagai MC

18 Riset Tentang PT. PLN Persero Distribusi Jawab Barat dan

Banten “Pemetaan Kebutuhan Pelayanan Informasi dan

Strategi Komunikasi Edukasi Pelanggan ( PKPI & SKEP)

Anggota Riset

“Surveyer”

19 Pelaksanaan Bimbingan Teknis Manajmen Sekolah Terpadu Berbasis Teknologi Informasi 9.900 Sekolah se-Provinsi Jawa Barat oleh PT.Prima Anugerah Perkasa

Trainer

20 Musyawarah Agung Raja-Raja dari seluruh Nusantara bersama Wali Kota Bandung 2012

MC

21. IMPERIAL Wedding Organizer LO

VI. Keahlian

1. Master Of Ceromony dalam acara Formal dan Informal 2. Presenter Berita

3. Operasionalisasi Microsoft Office : Word, Exel , Power Point,

VII. Prestasi

1. Juara 1 Speech Contest (Putra) Tingkat SMP seKota/Kab Solok Sumatera Barat tahun 2005

2. Juara 3 Speech Contest (Putra) Tingkat SMP seKota/Kab Solok Sumatera Barat tahun 2008

3. Penerima Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik dari UNIKOM tahun 2011 4. 10 Besar Audisi Presenter berita TVRI Jawa Barat Tahun 2012


(7)

(8)

(9)

x DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PERSEMBAHAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 14

1.2.1. Rumusan Masalah Makro ... 14

1.2.2 Rumusan Masalah Mikro ... 15

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 15

1.3.1 Maksud Penelitian ... 15

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 16

1.4 Kegunaan Penelitian ... 16

1.4.1 Kegunaan Teoritis... 16

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 16


(10)

xi

1.4.2.2 Bagi Akademik ... 17

1.4.2.3 Bagi Masyarakat ... 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka ... 18

2.1.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 18

2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi ... 21

2.1.2.1 Pengertian Komunikasi ... 21

2.1.2.2 Komponen-Komponen Komunikasi ... 23

2.1.2.3 Tujuan Komunikasi ... 25

2.1.2.4 Lingkup Komunikasi ... 27

2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Intrapersonal... 31

2.1.3.1 Defenisi Komunikasi Intrapersonal ... 31

2.1.3.2 Ruang Lingkup Komunikasi Intrapersonal ... 31

2.1.4 Tinjauan Tentang Kontruksi Makna ... 42

2.1.4.1 Defenisi Kontruksi Makna ... 42

2.1.5 Tinjauan Tentang Fenomenologi ... 47

2.1.5.1 Fenomenologi Alfred Schutz ... 51

2.1.6 Tinjauan Tentang Konstruksi Realitas Sosial ... 68

2.1.7 Tinjauan Tentang Sosialita ... 69

2.2 Kerangka Pemikiran ... 72

2.2.1 Kerangka Teoritis... 72


(11)

xii

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian ... 79

3.1.1 Makna Sosialita ... 79

3.1.2 Sosialita Di Kota Bandung... 80

3.2 Metode Penelitian ... . 81

3.2.1 Desain Penelitian ... . 81

3.2.2 Tekhnik Pengumpulan Data ... . 86

3.2.2.1 Studi Pustaka ... . 86

3.2.2.2 Studi Lapangan ... . 88

3.2.3 Subyek dan Informan Penelitian ... . 90

3.2.4 Teknik Analisis Data... . 92

3.2.5 Uji Keabsahan Data ... . 95

3.2.5.1 Triangulasi Data ... . 95

3.2.5.3 Member Ceck ... . 96

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... . 97

3.3.1 Lokasi Penelitian. ... 97

3.3.2 Waktu Penelitian ... . 97

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Identitas Informan ... 106

4.1.1 Identitas Informan Penelitian ... 106

4.1.2 Identitas Informan Pendukung ... 114

4.2 Hasil Penelitian ... . 117


(12)

xiii

4.2.2 Motif Menjadi Sosialita ... 125

4.2.3 Pesan Artifaktual ... 128

4.2.4 Pengalaman Menjadi Sosialita ... 133

4.3 Pembahasan... . 143

4.3.1 Nilai Sosial Yang di Gunakan... 143

4.3.2 Motif Menjadi Sosialita ... 155

4.3.3 Pesan Artifaktual ... 158

4.3.4 Pengalaman Menjadi Sosialita ... 165

4.4 Pengembangan Kerangka Pemikiran ... . 174

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 181

5.2 Saran ... 185

5.2.1 Saran Untuk Sosialita ... 185

5.2.2 Saran Untuk Masyarakat ... 186

5.2.3 Saran Untuk Peneliti Selanjutnya ... 187

DAFTAR PUSTAKA ... 188

LAMPIRAN ... 192


(13)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1.1 : Lilyana Tanoesodibyo. ... 5

Gambar 2.1 : Kerangka Pemikiran Penelitian ... 77

Gambar 3.1 : Komponen Analisa Data ... 93

Gambar 4.1 : Informan Hema Ketua DS. ... 107

Gambar 4.2 : Anggota D”Socialite ... 109

Gambar 4.3 : Informan Azmi DS ... 110

Gambar 4.4 : Informan Astri. ... 112

Gambar 4.5 : Informan Budy Sanyoto ... 113

Gambar 4.6 : Informan Pendukung Rury. S.Sos ... 115

Gambar 4.7 : Informan Pendukung Prof. DR. Cece Sobarna ... 116

Gambar 4.8 : Hema Menunjukan Berlian ... 130

Gambar 4.9 : Kerjasama Hema Dengan Walls Buavita ... 135

Gambar 4.10 : Hema DS Sebagai Host Event Party. ... 137

Gambar 4.11 : Pengembangan Kerangka Pemikiran ... 177

Gambar L.1 : Observasi Peneliti Bersama Informan (Hema) ... 241

Gambar L.2 : Observasi Peneliti Bersama Informan (Azmi). ... 242

Gambar L.3 : Observasi Peneliti Bersama Informan (Astri) ... 243

Gambar L.4 : Observasi Peneliti Bersama Informan (Budy Sanyoto) ... 244

Gambar L.5 : Wawancara Peneliti Dengan Informan ... 245

Gambar L.6 : Wawancara Dengan Informan Pendukung (Ibu Rury) ... 246


(14)

xv

Gambar L.8 : Beberapa Invitation D‘Socialite. ... 248 Gambar L.9 : Pengunaan Pesan Arti Faktual DS ... 249 Gambar L.10 : Kegiatan Sosialita Hema dan Azmi DS ... 250


(15)

xvi

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 3.1 : Informan Penelitian ... 91

Tabel 3.2 : Informan Pendukung ... 92

Tabel 3.3 : Waktu Penelitian ... 98

Tabel 4.1 : Jadwal Wawancara Informan ... 100

Tabel 4.2 : Jadwal Observasi Informan ... 101

Tabel 4.3 : Jadwal Wawancara Informan Pendukung ... 101


(16)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1 : Surat Permohonan Pembimbing... 192

Lampiran 2 : Surat Rekomendasi Pembimbing Untung Sidang... 193

Lampiran 3 : Berita Acara Bimbingan... . 194

Lampiran 4 : Surat Izin Melakukan Penelitian ... 195

Lampiran 5 : Lembar Revisian UP... 196

Lampiran 6 : Surat Rekomendasi Pendaftaran Sidang Sarjana ... . 197

Lampiran 7 : Pedoman Wawancara ... 198

Lampiran 8 : Transkrip Observasi ... 203

Lampiran 9 : Lembar Identitas Informan Penelitian... . 206

Lampiran 10 : Lembar Identitas Informan Pendukung... . 210

Lampiran 11 : Hasil Wawancara Informan Penelitian ... . 212

Lampiran 12 : Hasil Wawancara Informan Pendukung ... . 234


(17)

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji peneliti ucapkan kepada Allah SWT. Tuhan pencipta dan pemelihara alam semesta yang menguasai segala kekuasaan, pemilik segala ilmu yang sifatnya lakhiriah maupun yang bersifat bathiniah atas segala rahmat dan karunianya sehingga peneliti dapat dengan lancar menulis dan menyusun karya ilmiah ini.

Peneliti juga tidak lupa mengucapkan terima kasih pada orang tua tercinta, ayahanda Syawaluddin dan ibunda Nurtini, karena cinta mereka telah menghantarkan peneliti sampai ke derajat mahasiswa, pengorbanan, dan kesetiaan mereka dalam mendampingi peneliti hingga saaat ini tidak mungkin peneliti lupakan.

Melalui kesempatan kali ini peneliti tidak lupa akan bantuan dari berbagai pihak dan dengan segala rasa hormat ingin mengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnyanya kepada:

1. Yth. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia yang telah membantu peneliti dalam memfasilitasi pembelajaran selama perkuliahan di Universitas Komputer Indonesia.


(18)

vii

2. Bapak Prof. Dr. Samugio Ibnu Redjo, Drs., MA. selaku dekan yang telah mengeluarkan surat surat izin penelitian sehingga peneliti dapat melaksanakan penelitian ini.

3. Bapak Drs. Manap Solihat, M.Si. selaku ketua Program Studi yang telah memberikan pembelajaran di beberapa mata kuliah yang didapatkan pada masa perkualiahan, juga telah memberikan pengetahuan dan wawasan kepada peneliti dalam sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. 4. Ibu Melly Maulin .P.S.Sos. M.Si, selaku Sekretaris Program Studi yang

telah memberikan pembelajaran di beberapa mata kuliah yang didapatkan pada masa perkuliahan, juga telah memberikan pengetahuan dan wawasan kepada peneliti dalam sehingga peneliti dapat membuat dan menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Desayu Eka Surya, S.Sos.M.si selaku dosen wali yang telah membantu dalam pelaksanaan perwalian dan selalu setia memberikan semangat untuk selalu menjadi yang terbaik bagi semua anak walinya. 6. Bapak DR. Oji Kurniadi , selaku dosen pembimbing peneliti dalam

membuat penelitian ini yang telah memberikan waktu dan ilmu yang dimiliki kepada peneliti, sehingga peneliti bisa membuat dan menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik mungkin.

7. Seluruh Dosen Ilmu Komunikasi, khususnya kepada Ibu Rismawaty, S.Sos., M.Si., Bapak Sangra Juliano P., S.I.Kom., Bapak Inggar Prayoga, S.I.Kom., Bapak Adiyana Slamet., S.IP., M.Si., Bapak Olih Solihin, S.Sos., M.I.Kom., Bapak Ari Prasetyo, S.Sos., M.Si., Ibu Tine


(19)

viii

Agustin Wulandari, S.I.Kom., Bapak Yadi Supriadi, S.Sos., M.Phil., yang telah mengajarkan penulis selama ini serta memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis selama perkuliahan berlangsung.

8. Yth. Ibu Astri Ikawati, A.Md, selaku Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah banyak membantu dalam mengurus surat perizinan yang berkaitan penelitian penulis laksanakan.

9. Seluruh keluargaku, Edy Marsal, Afrizal, Hendra Saputra, Irwan, Azwer, Riko Putra, Ilmansyah, Riki Fernades, Liniarti, yang telah memberikan dukungan doa dan semangat kepada peneliti.

10.Seluruh sahabat ku, Annisa Saputri, Vianda Nadya, Dienda Jalal, Ajeng, Mas Rolland, Cyntia Appriliani, Alexandra Parahita, Lisbet Marisca, M. Irsan, Ghietsa Nesma yang selalu menemani peneliti saat masa perkuliahan dan telah memberikan dukungan kepada peneliti dalam melakukan penelitian ini.

11.Seluruh teman-teman kelas IK-4 2009 dan teman-teman kelas IK Humas 3, mari kita berjuang bersama dan selalu berdoa untuk mendapatkan hasil yang terbaik.

12.Hadis Syah Pradana, S.I.Kom dan Isabella Reminesere S.I.Kom, para kakak angkatan peneliti yang telah membagi pengalaman dan ilmu kepada peneliti untuk bisa melakukan penelitian ini.

13.Seluruh teman-teman di Hard Rock Tuisda 31, Andi Sosialita, Ichal, Hadi, Lutfi, Idoth, Prima, Pay, Gita, Fenny, Frelly, Rigoberto, dan semua teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Peneliti ingin mengucapkan


(20)

ix

terima kasih karena tuisda 31 sudah menjadi rumah kedua bagi peneliti dengan semua kebersamaan yang ada.

14.Semua temen-temen Mahasiswa TIM Protokoler Unikom dan semua pengurus HIMA IK & PR yang telah memberikan motivasi penulis dalam kegiatan proses perkuliahan di Unikom.

15.Keluarga besar peneliti yang sangat penulis sayangi yang telah memberikan dorongan dan semangat secara moril dan materil sehingga peneliti bisa menjadi anak yang berguna.

Peneliti juga dalam kesempatannya kali ini ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah membantu peneliti untuk menyusun dan menyelesaikan skripsi ini., semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlimpah bagi orang-orang yang telah membantu peneliti dengan segala kesabaran dan keikhlasannya.

Akhir kata peneliti berharap semoga skripsi ini mendatangkan kebaikan bagi banyak pihak, terima kasih.

Bandung, Juli 2013 Peneliti

Citra Abadi NIM : 41809152


(21)

188

DAFTAR PUSTAKA A. BUKU-BUKU

Ardianto, Elvinaro.2011. Filsafat Ilmu Komunikasi, Bandung. PT. Remaja Rosdakarya

Ardianto, Elvinaro.2016. Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Bandung. Simbiosa Rekatama Media

Bungin, Burhan. 2001. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grapindo Persada.

De Vito. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Terjemahan Agus Maulana. Jakarta. Professional Books.

Effendy, Onong Uchjana. 1990. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Gromada, Jennifer (2009), Introduction, Modernism/Modernity, Vol. 16 No.

3, hal. 599-600, Johns Hopkins University Press, Baltimore.

Hikmat M Mahi, 2010. Komunikasi Politik. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.

Kuswarno, Engkus. 2009. Metodologi Penelitian Komunikasi Fenomenologi. Bandung: Widya Padjajaran

Littlejohn, Stephen W. 1996. Theories of Human Communication. USA: Wadsworth Publishing Company.

Moleong, J. Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


(22)

189

Mulyana, Deddy, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. & Solatun. 2008. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2005. Nuansa-Nuansa Komunikasi “Meneropong Politik dan Budaya Komunikasi Masyarakat Kontemporer. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Rakhmat, Jalaluddin. 1985. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remadja Karya CV.

Rakhmat, Jallaludin. 2007. Psikologi Komunikasi . Bandung: PT remaja Rosdakarya.

Rosma, Joy & Nadya Mulya. 2013. Kocok “ The Untold Stories of Arisan Ladies and Socialites. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama.

Ruslan, Rosady. 2003. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Stanton, Mary (2004), Juliette Hampton Morgan: From Socialite To Social

Activist, Alabama Heritage, , Alabama Heritage, Tuscaloosa.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung; Alfabeta.

Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisus (Angoota IKAPI)


(23)

190

Wiryanto, 2005, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

B. INTERNET

Hadriani (2013), “Syarat Jadi Sosialita Sesungguhnya”, http://www.tempo.co/read/news/2013/04/28/219476350/Syarat-Jadi-Sosialita-yang-Sesungguhnya, diakses pada 10 Juli 2013.

http://entertainmentgeek-jimmy.blogspot.com/2011/10/sosialita-orang-berduit-atau-orang-yang.html

http://female.kompas.com/read/2011/04/07/12394776/Malinda.Dee..Sosi alita.yang.Salah.Kaprah

http://kamusslang.com/arti/sosialita

http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20111220173158AAb0 yak

http://women.loveindonesia.com/en/news/detail/1663/balutan-glamour-seksi-dari-sang-sosialita-gita

http://www.tipsmencarijodoh.com/blog/makalah-mengenai-sosialita.html Indrietta, Nieke (2013), “Apa Beda Sosialita Indonesia dan Sosialita Dunia”,http://www.tempo.co/read/news/2013/04/26/108476154/A pa-Beda-Sosialita-Indonesia-dan-Sosialita-Dunia, diakses pada 10 Juli 2013.


(24)

191

C. KARYA ILMIAH

Marta, suci. 2012. Konstruksi Makna Merantau Bagi Mahasiswa Perantau . Bandung. Program Sutdi Ilmu Humbungan Masyarakat Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran


(25)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

Sosialita merupakan sebuah fenomena yang menjadi wacana di berbagai kalangan masyarakat. Tidak hanya pada kalangan kelas ekonomi atas, tetapi wacana tentang sosialita saat ini juga sampai pada kalangan masyarakat menengah kebawah. Ketika mendengar kata sosialita, hal yang sering muncul dalam pikiran masyarakat tidak jauh dari barang-barang mewah, branded, jalan-jalan keluar negeri, arisan dengan nominal mencapai ratusan juta rupiah. Semua itu adalah gambaran dan deskripsi tentang sosok sosialita yang dipahami oleh sebagian besar masyarakat saat ini. Saat ini banyak dari lapisan masyarakat menganggap bahwa sosialita merupakan sekumpulan wanita atau ibu-ibu yang memiliki gaya hidup bak selebriti dengan barang-barang bermerek yang di import dari luar negri, sampai menghabiskan uang dengan nominal yang sangat besar hanya untuk sekedar berpesta di club ternama di kota-kota besar.

Dulunya sosialita bukanlah orang-orang seperti yang dipikirkan dan dibayangkan oleh banyak orang saat ini. Terutama dari gaya hidup yang cenderung high class dengan barang mewah dan jauh dari kata “murahan”.

Dalam buku referensinya, Merriam Webster mengatakan bahwa kata sosialita mulai digunakan sejak tahun 1928. Orang-orang yang termasuk dalam kategori ini adalah orang yang superkaya dan memiliki kekayaan yang tidak perlu untuk diragukan dan menggunakan kekayaan


(26)

2

yang dimiliki untuk melakukan kegiatan sosial yang bertujuan untuk kepentingan masyarakat. 1

Hal ini di perkuat oleh Ibu Inti Soebagio, yang dikutip dari buku The Untold Stories Of Arisan Ladies and Socialites karya Joy Roesma dan Nadya Mulya, beliau mengataka bahwa kata socialite yang berarti sosialita diambil

dari kata “social” dan “elite”. Social berarti sosial dan elite berarti elit atau kelas atas.

Sebelum munculnya pemahaman baru tentang makna sosialita saat ini, dulunya sosialita ini hanya diperuntukan bagi keluarga kerajaan Eropa yang selalu mendapatkan perlakuan VVIP. Kalangan elite disini adalah orang-orang yang tidak perlu merasakan bekerja, berkeringat apalagi harus mengantri untuk mendapatkan tiket sebuah pertunjukan. Namun untuk mendapatkan predikat sosialita tidak cukup dengan darah biru saja, tetapi inti dari status sosialita itu adalah prestasi sosial. Maksud dari prestasi sosial disini adalah sebuah kontribusi nyata yang dilakukan kepada masyarakat luas, seperti membuat yayasan sosial, rumah sakit gratis bagi kalangan tidak mampu dan kegiatan sosial lainnya.

Seiring berkembangnya kehidupan masyarakat dengan perubahan sosial yang terjadi, status sosialita sudah mengalami perluasan makna. Perluasan disini maksudnya adalah penggunaan sosialita tidak hanya diberikan kepada kaum ninggrat atau keluarga kerajaan semata, tetapi pemakaian kata sosialita saat ini sudah digunakan kepada keluarga konglomerat, pengusaha sukses,

1

Roesma Joy & Nadya Mulya. The Untold Stories of Arisan Ladies and Socialites, Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama 2013. Hlm 289


(27)

3

keluarga pejabat bahkan selebriti. Kendatipun penggunaan status sosialita sudah meluas ke elemen masyarakat yang pantas untuk menerimanya, akan tetapi kunci utama untuk bisa dikatakan sosialita adalah kontribusi sosial bagi masyarakat. Predikat sosialita bukanlah predikat yang dengan bebas untuk dipakai oleh diri sendiri. Artinya, untuk mendapatkan status sosialita bukanlah dari pengakuan diri sendiri.

Jika kita bandingkan makna sosialita dulu dengan makna sosialita saat ini terdapat perbedaan yang sangat menyimpang. Makna dulu yang mengatakan bahwa sosialita itu lebih di identik dengan bangsawan yang dermawan, tetapi saat ini sosialita cenderung dilihat sebagai kelompok orang yang hidup berfoya-foya dengan gaya hidup yang fantastis dan saling mempertahankan gengsi dengan barang-barang mahal saat pertemuan diantara mereka. Bahkan lebih fatalnya lagi, diri mereka sendiri yang mengatakan bahwa mereka adalah kalangan sosialita.

Fakta ini bisa kita lihat diberbagai aspek kehidupan kita. Salah satu contoh bukti nyata tentang pergeseran makna ini dapat dilihat dari isi dari surat kabar online berikut ini :

KOMPAS.com— Perempuan berpenghasilan tinggi dengan gaya hidup sekelas sosialita boleh jadi jumlahnya tidak banyak di Indonesia. Namun, kelas sosialita di Indonesia terbukti ada. Namun, banyak yang salah kaprah. Gaya hidup yang dijalani sebatas untuk mendapatkan pengakuan atas kekayaannya, untuk membangun citra diri semu.

Pengamat gaya hidup, Fira Basuki, dan penulis buku serial Miss Jinjing, Amelia Misniari, adalah contoh dua perempuan yang


(28)

4

bersentuhan dengan kalangan sosialita. Menurut kedua perempuan ini, banyak sosialita di Indonesia yang salah kaprah. Dalam bincang-bincang di program 8-11 Show di Metro TV pagi tadi, Kamis (7/4/2011), keberadaan dan gaya hidup sosialita Indonesia dipertanyakan.

Mengapa sosialita di Indonesia salah kaprah? Fira mendefinisikan sosialita sebagai seseorang yang memiliki karakter kuat untuk menggerakkan masyarakat, membagi sesuatu yang lebih kepada orang lain untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik.

"Di luar negeri, sosialita adalah kalangan yang memang berasal dari keluarga kaya atau seseorang yang berpengaruh dan punya kemampuan. Mereka mampu menarik masyarakat menjadi sesuatu hal yang positif. Jadi, ada sosok pribadi yang menonjol dalam diri sosialita, bukan berkelompok seperti kebanyakan di Indonesia," ungkap Fira.

Sosialita, terutama perempuan, harusnya menjadi inspirasi, memiliki kekuatan dan karakter yang membanggakan, serta berkontribusi terhadap masyarakatnya. Perempuan kalangan atas seharusnya tidak dilihat dan menonjol karena menjadi istri tokoh ternama. Sosok sosialita dalam arti sebenarnya bisa didapati dari diri Dewi Soekarno dan "Ada sosok sosialita, tapi itu sudah lama sekali. Saat ini sosialita sudah bergeser definisinya," tutup Fira. 2 Kasus yang ada dalam surat kabar di atas, memberikan sebuah gambaran bahwa keberadaan kalangan sosialita di Indonesia itu tentu ada, walaupun tidak mudah untuk ditemukan. Akan tetapi ada sebuah pergeseran makna yang terjadi terkait makna sosialita yang dipahami oleh kebanyakan orang saat ini, terutama bagi orang yang mengatakan dirinya sebagai sosialita.

Selain Dewi Soekarno yang sudah jelas memiliki pengaruh ke masyarakat Indonesia, sosok lain yang saat ini mungkin bisa di katakan sebagai sosialita adalah Lilyana Tanoesodibyo.

2 Sosialita, Retrieved on 27 March 2013 19.00 WIB


(29)

5

Gambar 1.1 Lilyana Tanoesodibyo

Sumber : www.mnc.com

Lilyana Tanoesodibyo merupakan salah satu tokoh yang sering kita lihat di media massa. Dia tampil sebagai sosok yang membawa pengaruh kepada masyarakat. Dengan kemapanan finansial yang dia miliki, bersama suaminya sosok Lilyana membuka berbagai yayasan yang bergerak untuk kepentingan masyarakat banyak. Salah satu yayasan yang dia dirikan adalah yayasan Miss Indonesia. Di balik gemerlapnya pemilihan Miss Indonesia yang bisa disaksikan oleh jutaan rakyat Indonesia, terdapat sebuah misi yang diangkat dalam yayasan tersebut. Salah satunya adalah dengan menggerakan


(30)

6

masyarakat untuk memperhatikan isu-isu yang dewasa ini kian diperhatikan. Mulai dari isu kesehatan, pendidikan, ekonomi, sosial sampai permasalahan lingkungan. Dengan menggunakan sosok Miss Indonesia sebagai figur positif untuk mengajak masyarakat untuk lebih peduli dengan kehidupan sosial tersebut, disinilah kita lihat bahwa sosok Lilyana Tanoesodibyo merupakan orang yang mampu untuk memberikan pengaruh kepada masyarakat dengan kontribusi nyata yang telah dilakukan disamping beliau memiliki kekuatan secara materi. Itulah yang menjadi dasar untuk menentukan siapa yang bisa dikatakan sebagai the real socialite dan mana yang menjadi korban salah kaprah pemaknaan sosialita pada saat ini.

Penggunaan status sosialita saat ini lebih mengherankan. Orang-orang yang memiliki gaya hidup cenderung hedonisme, seperti sering jalan-jalan ke mall, bernyanyi bersama dikaraoke, nonton dibioskop dengan intensitas yang sering, mereka itu pun dijuluki sebagai kalangan sosialita.

Perbedaan makna yang terjadi tentang sosialita saat ini, jika dikaitkan dengan aspek komunikasi tentu hal tersebut bisa dikatakan sebagai sebuah gejala komunikasi yang patut untuk dipelajari.

Dalam konteks etimologi bahasa, istilah komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communicato yang bersumber dari kata communis yang berarti sama. Kata sama disini maksudnya adalah persamaan makna. Komunikasi terjadi jika diantara kedua belah pihak memiliki kesamaan makna tentang hal yang dibicarakan. (Sarah Trenholm, 1991)


(31)

7

Hal senada dikemukakan oleh B. Aubrey Fisher (1986 : 11) Komunikasi dapat dipandang baik atau efektif, sejauh ide, informasi dan sebagainya dimiliki bersama oleh atau mempunyai kesamaan arti bagi orang-orang yang terlibat dalam komunikasi tersebut. Artinya komunikasi yang efektif adalah pesan yang disampaikan oleh komunikator sama dengan makna yang ditangkap oleh komunikan. Akan tetapi dalam proses komunikasi tentu terdapat hal-hal yang dapat membuat proses komunikasi itu tidak berjalan dengan baik. Tidak terjadinya komunikasi yang baik dapat dilihat dari apakah pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat diterima dengan baik oleh komunikan atau tidak ? Apakah pesan yang diterima komunikan tersebut sesuai dengan apa yang di inginkan oleh komunikator ? Apakah semua konten pesan tersebut diterima oleh komunikan secara holistik? Ataukah pesan yang diterima hanya sebagian dari keseluruhan isi pesan yang disampaikan? Dengan cara inilah kita dapat mengamati apakah komunikasi itu berjalan dengan baik dan efektif.

Terjadinya pergeseran makna yang ada pada saat ini, dalam hal ini adalah tentang sosialita, tidak terlepas dari bagaimana proses komunikasi itu terjadi. Ketika pemahaman tentang makna yang ada saat ini tidak sesuai dengan makna dulu, hal tersebut membuktikan bahwa ada sebuah problema yang membuat makna tentang sosialita saat ini berbeda. Problema atau masalah itu bisa dilihat dari proses komunikasi yang terjadi.

Dalam buku komunikasi pilitik (M Hikmat, 2010), May Rudi ( 2005:2) mendefenisikan bahwa proses komunikasi adalah rangkaian kejadian atau


(32)

8

kegiatan melakukan hubungan kontak dan interaksi berupa penyampaian lambang-lambang yang memiliki arti atau makna. Dalam proses komunikasi, paling sedikit terdapat tiga unsur yaitu penyebar pesan (komunikator), pesan dan penerima pesan (komunikan).

Jika kita tarik dalam permasalahan penelitian ini, fakta awal mengatakan bahwa makna sosialita itu diartikan secara berbeda oleh banyak orang. Cara pandang yang digunakan oleh masyarakat tentu berbeda tiap individu dalam memaknai arti dari sosialita.

Pergeseran dan perbedaan makna sosialita sering kita temukan di kota-kota besar yang memiliki keanekaragaman sosial, salah satunya adalah Kota Bandung. Di Kota Bandung sendiri tentu kalangan sosialita bisa kita temui walapun tidak mudah. Kalangan sosialita di Kota Bandung lebih cenderung untuk saling berkumpul sesuai dengan rentan usia yang diimiliki. Artinya mereka lebih senang untuk berkumpul pada kelompok orang-orang yang memiliki usia yang relatif sama. Mulai dari remaja sampai yang sudah memiliki umur matang. Dalam penelitian ini, peneliti ingin menjadikan beberapa sosialita yang ada di Kota Bandung sebagai subjek di penelitian ini. Peneliti akan memilih berbagai macam kriteria sosialita berdasarkan, profesi, usia, dan latar belakang ekonomi sampai dengan network yang dimiliki oleh subjek penelitian ini..

Terjadinya perbedaan makna sosialita saat ini erat kaitannya dengan konstruksi makna yang di bentuk oleh masyarakat. Konstruksi makna adalah


(33)

9

sebuah proses saat individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensor mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka.

Pembentukan makna adalah berfikir, dan setiap individu memiliki kemampuan berfikir sesuai dengan kemampuan serta kapasitas kognitif atau muatan informasi yang dimilikinya. Oleh karena itu, makna tidak akan sama atas setiap individu walaupun objek yang dihadapinya adalah sama. Pemaknaan terjadi karena cara dan proses berfikir yang unik pada setiap individu yang akan menghasilkan keragaman dalam pembentukan makna.

Keunikan berfikir sebagai proses pembentukan makna dalam diri individu ditentukan oleh faktor-faktor dalam diri individu tersebut, yang dipengaruhi oleh kontek sosial yang ada di diri individu tersebut.. Menurut Kaye, keunikan tersebut terlihat nyata ketika individu membangun komunikasi dengan orang lain. Kaye (1994 :34-40) berpendapat bahwa : “In a very real sense, communication is about thinking. More precisely, it is concerned with the construction of meaning. Generally, people act toward others on the basis of how they construe others’ dispositions and behaviour. These constructions (meaning) are, in turn, influenced by individual value system, beliefs and attitudes. Dalam arti yang sangat nyata, komunikasi adalah tentang berpikir. Lebih tepatnya, itu berkaitan dengan konstruksi makna. Umumnya, orang bertindak terhadap orang lain berdasarkan bagaimana mereka menafsirkan disposisi dan perilaku orang lain.


(34)

10

Makna tentang sosialita saat ini yang dipahami oleh masyarakat, hal ini bisa kita lihat sebagai kontruksi sosial yang dilakoni oleh masyarakat. Makna yang dipahami oleh kalangan sosialita yang ada di Kota Bandung adalah sebuah hasil interpretasi dari pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh masing-masing individu.

Konstruksi makna adalah sebuah proses saat individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensors mereka untuk memberikan arti bagi lingkungan mereka.3

Sosialita adalah sebuah status yang di peruntukan kepada orang tertentu. Sebagai seorang sosialita, banyak kriteria yang harus dimiliki oleh orang tersebut. Jika melihat defenisi dulu, sosialita diperuntukan bagi orang yang super kaya dan menggunakan kekayaan yang dia miliki untuk berbagi ke sesama dan memberikan manfaat bagi banyak orang. Jika kita bandingkan, sosialita zaman dulu sudah jelas artinya. Bagaimana dengan makna sosialita saat ini?

Sebagai seorang sosialita sejati “the real socialite” adalah mereka yang tergolong pada orang yang itu- itu saja “creme de la de creme”. Artinya, hanya dengan menyebut nama, semua orang juga sudah tahu latar belakang keluarga, prestasi sosial, kekayaan dll. Tetapi the real socialite itu justru segan untuk mengumbar eksistensi mereka di depan publik. Sekarang mereka justru tidak mau di didefenisikan dengan istilah sosialita yang saat ini bisa digunakan oleh banyak orang dengan semaunya.4

3

http://yaomiakmalia.blogspot.com/2012/11/konstruksi-makna-dan-paradigma.html

4

Roesma Joy & Nadya Mulya. The Untold Stories of Arisan Ladies and Socialites, Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama 2013. Hlm 289


(35)

11

Pemaknaan yang dimiliki oleh sosilita yang ada saat ini, tidaklah sama. Banyak pemahaman yang ada dalam pemikiran seseorang. Pemahaman yang salah akan memberikan dampak yang tidak baik bagi diri dia sendiri. Dalam memaknai suatu hal, individu diperlukan memiliki suatu dasar yang dijadikan sebagai sebuah nilai dalam mendorong individu untuk mengkonstruksi sebuah makna.

Dalam Kamus Sosiologi yang disusun oleh Soerjono Soekanto disebutkan bahwa nilai (value) adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Horton dan Hunt (1987) menyatakan bahwa nilai adalah gagasan mengenai apakah suatu pengalaman itu berarti apa tidak berarti.5

Dalam rumusan lain, nilai merupakan anggapan terhadap sesuatu hal, apakah sesuatu itu pantas atau tidak pantas, penting atau tidak penting, mulia ataukah hina. Sesuatu itu dapat berupa benda, orang, tindakan, pengalaman, dan seterusnya. Nilai dijadikan sebagai panduan untuk individu dalam mengkonstruksi makna. Nilai yang dihargai tersebut akan mendorong individu untuk melakukan sebuah sikap perilaku kedepannya. Dalam hal ini Nilai yang peneliti jadikan sebagai dasar untuk mengetahui bagaimana konstruksi makna tentang sosialita adalah nilai sosial.

5

. http://bangkusekolah-id.blogspot.com/2012/12/Pengertian-Nilai-Sosial-Secara-Umum-dan-Pendapat-Para-Ahli-Sosiologi.html


(36)

12

Menurut Hendropuspito, nilai sosial adalah segala sesuatu yang dihargai masyarakat karena mempunyai daya guna fungsional bagi perkembangan kehidupan manusia. Sedangkan Robert MZ Lawang mengatakan bahwa nilai sosial adalah gambaran mengenai apa yang diinginkan, yang pantas, berharga, dan dapat memengaruhi perilaku sosial dari orang yang bernilai tersebut.6

Nilai sosial dipilih karena pada kenyataannya individu dalam memaknani makna sosialita itu tentu memerlukan lingkungan sosialnya. Artinya lingkungan sosial yang ada di kehidupan individu akan memberikan banyak pengetahuan tentang sosialita. Disinilah peran aktif dari individu untuk berpikir dalam menentukan sesuatu yang berharga untuk dijadikan sebagai patokan atau pedoman dalam memaknai tentang sosialita.

Dengan adanya nilai yang dijadikan sebagai pedoman untuk memaknai makna sosialita, nilai tersebut akan mempengaruhi individu dalam bertindak kedepannya. Dengan hal tersebut dan interpretasi yang dilakukan oleh individu, memunculkan sebuah motif dalam diri individu. Menurut Giddens (1991) motif adalah impuls/ dorongan yang memberi energi pada tindakan menusia sepanjang lintasan kognitif ke arah pemuasan kebutuhan. Sedangkan motif tidak harus dipersepsikan secara sadar, karena lebih kepada

“keadaan perasaan”. Menurut Nasutin, Motif adalah segala daya yang

mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam beberapa defenisi

6

. http://bangkusekolah-id.blogspot.com/2012/12/Pengertian-Nilai-Sosial-Secara-Umum-dan-Pendapat-Para-Ahli-Sosiologi.html


(37)

13

tersebut motif bisa dikatakan sebagai sebuah tujuan atau keinginan yang dimiliki oleh seseorang dalam melakukan sesuatu.

Motif seseorang untuk menjadikan diri dia menjadi sosialita tidaklah sama. Artinya tentu ada sebuah tujuan yang mereka inginkan menjadi sosialita dan kenapa mereka menjadi sosialita. Apakah itu untuk diri dia sendiri ataukah untuk kepentingan lain yang ada di lingkungan sekitarnya?

Pemaknaan yang mereka pahami tentang sosialita berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki bisa dikatakan sebagai suatu dasar untuk memaknai secara utuh tentang sosialita bagi diri mereka sendiri. Dengan banyaknya input dan pengalaman yang memberikan mereka pengetahuan , tentu individu akan menentukan pengetahuan seperti apa yang akan dijadikan sebagai seseuatu yang berharga, yang nantinya akan dijadikan sebagai nilai yang akan mempengaruhi perilaku kedepannya.

Disamping itu pesan artifaktual yang digunakan oleh sosialita perlu untuk dibahas. Pesan artifaktual merupakan pengungkapan-pengungkapan melalui penampilan dalam menunjukkan identitas diri. Menurut Kefgen dan Touchie - Specht (1971:10-11) dalam buku Jalaluddin Rakhmat, menyatakan : Pada umumnya pakaian kita yang dipergunakan untuk menyampaikan

identitas kita, untuk mengungkapkan kepada orang lain siapa kita“.

(Rakhmat, 2008:292).

Dengan banyaknya asumsi yang mengatakan bahwa sosialita itu di katakan sebagai sosok dengan penampilan mewah, branded dsb, membuat


(38)

14

peneliti ingin mengkaji lebih dalam tentang hal ini. Hal ini akan memberikan peneliti point tersendiri tentang bagimana sosialita dalam berpenampilan untuk menunjukan identitas diri kepada orang lain.

Seorang sosialita tentu mereka melakukan sebuah perwujudan dengan kegiatan atau pengalaman yang sudah mereka lakukan selama mereka menjadi sosialita. Namun apakah pengalaman yang mereka lakukan tersebut sudah mengartikan makna sosialita sesungguhnya? Bahkan dengan banyaknya pengalaman yang mereka lakonai serta kegiatan yang mereka lakukan akan memberikan mereka pengetahuan lain baik itu tentang makna sosialita yang dipahami, ataupun makna sosialita yang di pahami oleh orang lain. Karena pada saat tersebut, mereka akan berhubungan dengan orang lain, mugkin ada yang lebih tahu tentang sosialita atau mungkin orang yang salah dalam memaknai arti sosialita.

Dengan penjabaran di atas, peneliti ingin membahas dan mendalami secara mendalam bagaimana konstruksi makna sosialita bagi kalangan sosialita di kota bandung.

1.2. Rumusan Masalah

Dari beberapa penjabaran yang telah peneliti uraikan di latar belakang masalah penelitian di atas, peneliti dapat membuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut:


(39)

15

1.2.1. Rumusan Masalah Makro

“Bagaimana konstruksi makna sosialita bagi kalangan sosialita di Kota Bandung.”

1.2.2. Rumusan Masalah Mikro

Berdasarkan pada judul penelitian diatas dan rumusan masalah yang telah di tentukan berdasarkan latar belakang masalah penelitian, maka peneliti dapat mengambil 4 pertanyaan mikro yang dikenal sebagai identifikasi masalah dalam penelitian ini.

Adapun pertanyaan mikro penelitian ini adalah :

1. Bagaimana nilai sosial yang digunakan oleh kalangan sosialita di Kota Bandung ?

2. Bagaimana motif menjadi sosilita bagi kalangan sosialita di Kota Bandung ?

3. Bagaimana pesan artifaktual yang digunakan oleh kalangan sosialita di Kota Bandung ?

4. Bagaimana Pengalaman menjadi sosialita bagi kalangan sosialita di Kota Bandung ?

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan, dan menjelaskan secara mendalam bagaimana kontruksi tentang makna sosialita bagi kalangan sosialita di Kota Bandung.


(40)

16

1.3.2. Tujuan Penelitian

Berdasarkan yang sudah dijelaskan dalam rumusan masalah mengenai identifikasi masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui nilai sosial yang digunakan oleh kalangan sosialita di Kota Bandung.

2. Untuk mengetahui motif menjadi sosilita bagi kalangan sosialita di Kota Bandung.

3. Untuk mengetahui pesan artifaktual tentang makna sosialita bagi kalangan sosialita di Kota Bandung.

4. Untuk mengetahui pengalaman menjadi sosialita bagi kalangan sosialita di Kota Bandung.

1.4. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini dapat dilihat dari segi teoritis dan praktis, sebagai berikut:

1.4.1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengembangan ilmu pengetahuan tentang ilmu komunikasi secara umum dan secara khusus mengenai komunikasi Intrapersona terkait konstruksi makna.

1.4.2. Kegunaan Praktis

Kegunaan secara praktis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:


(41)

17

1.4.2.1. Bagi Peneliti

Dapat dijadikan bahan referensi sebuah pengetahuan dan pengalaman serta penerapan ilmu yang diperoleh peneliti selama studi secara teoritis. Dalam hal ini khususnya mengenai kajian komunikasi dan paradigma konstruktivisme.

1.4.2.2 Bagi Akademik

Secara praktis penelitian ini dapat berguna bagi mahasiswa UNIKOM secara umum, dan mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi secara khusus yang dapat dijadikan sebagai literatur dan referensi tambahan terutama bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian pada kajian yang sama.

1.4.2.4. Bagi Masyarakat

Diharapkan dapat berguna sebagai informasi tentang kajian kosntruktivisme dalam memaknai tentang sosialita. Dengan adanya penelitian ini dapat memberikan tentang makna sosialita secara utuh dan diharapkan masyarakat bisa lebih teliti dengan memahami paradigma konstruktivis dalam memaknai sebuah realitas sosial lainnya.


(42)

18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Setelah peneliti melakukan tinjauan pustaka terhadapat hasil penelitian terdahulu, ditemukan penelitian yang membahas tentang kontruksi makna dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.

1. Skripsi Suci Marta (210110080200), 2012. Jurusan Ilmu Hubungan Masyarakat, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran dengan Dr. Elvinaro Ardianto, M. Si sebagai pembimbing utama dan Evi Novianti, S. Sos., M. Si sebagai pembimbing pendamping. Penelitian ini berjudul

“Konstruksi Makna Budaya Merantau di Kalangan Mahasiswa Perantau”.

Subjek Penelitian ini adalah mahasiswa perantau asal daerah Minangkabau yang tergabung dalam Unit Pencinta Budaya Minangkabau yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pemaknaan mahasiswa perantau tentang budaya merantau, untuk mengetahui motif mahasiswa perantau untuk merantau, dan untuk mengetahui pengalaman mahasiswa perantau selama merantau. Penelitian ini menggunakan jenis studi fenomenologis yang ditulis dalam tradisi kualitatif serta menggunakan teori konstruksi realitas sosial sebagai arahan penelitian.


(43)

19

Kesimpulan penelitian ini adalah (1) pemaknaan mahasiswa perantau tentang budaya merantau Minangkabau adalah suatu kebiasaan yang dilakukan oleh orang Minangkabau secara turun temurun untuk keluar / pergi dari daeral asal ke daerah baru, baik oleh laki-laki maupun perempuan, sebagai bentuk pembuktian kemandirian diri dengan tujuan bekerja, berdagang, menuntut ilmu, dan memperbaiki tali silaturrahmi dengan harapan mendapat kehidupan yang lebih baik, baik di daerah rantau maupun di daerah asal.

(2) Motif mahasiswa perantau untuk merantau dapat ditipikasi menjadi ‗motif untuk‘ dan ‗motif karena‘. Motif seseorang dapat menggambarkan bagaimana ia akan berperilaku selama merantau. Motif juga menentukan apa yang akan dicari dan apa yang akan didapat selama merantau. Motif membuat seorang mahasiswa perantau selalu ingat tujuannya untuk merantau. Dengan adanya motif, setiap mahasiswa perantau dapat mencapai tujuan merantaunya dengan jelas.

(3) Pengalaman merantau mahasiswa perantau juga dapat ditipikasi menjadi pengalaman positif dan pengalaman negatif. Setiap pegalaman (baik positif maupun negatif) yang di dapatkan oleh perantau di daerah rantau, hendaknya dapat membawa dampak positif bagi kehidupan seorang mahasiswa perantau. Saat ini komunikasi mahasiswa perantau Minangkabau dengan masyarakat asli daerah rantau (masyarakat sunda sekitar) masih belum seimbang dengan komunikasi mahasiswa perantau dengan sesama mahasiswa perantau asal Minangkabau. Hal ini harus


(44)

20

diubah, karena sesungguhnya prinsip merantau orang Minangkabau adalah dima bumi dipijak, disitu langik dijunjuang.

Saran penelitian ini adalah (1) tujuan merantau untuk memperbaiki tali silaturrahmi sangat baik adanya, sehingga dengan diperbaikinya silaturrahmi antara keluarga yang di kampung halaman dengan keluarga yang ada di rantau dapat memacu semangat perantau muda lainnya yang akan mangadu nasib guna membangun nagari. Pemaknaan baru ini dapat memberi gambaran kehidupan perantau Minangkabau masa depan yang memang sebagian besar berorientasi untuk membangun nagari (2) apapun motif seorang mahasiswa perantau untuk merantau, yang paling penting adalah bagaimana ia bisa menjadikan motif tersebut sebagai acuan untuk mencapai target kehidupan yang hendak dicapai. (3) Pengalaman positif yang terdapat pada penelitian ini hendaknya menjadi pengalaman minimal yang harus didapatkan oleh setiap mahasiswa yang pergi merantau. Namun akan lebih baik lagi bila pengalaman negatif tetap terus dilawan dan dicoba untuk melihat hal negatif tersebut dari segi positif agar pengalaman negatif tidak serta merta membuat mahasiswa perantau kehilangan semangat untuk mencapai cita-cita.

Mahasiswa perantau Minangkabau harus meningkatkan komunikasi dengan masyarakat sekitar (masyarakat sunda). Komunikasi yang baik harus diseimbangkan antara mahasiswa perantau dengan masyarakat sekitar (masyarakat sunda) dan antara mahasiswa perantau dengan sesama mahasiswa perantau sedaerah asal.


(45)

21

2.1.2. Tinjauan Tentang Komunikasi

Sebagai makhluk sosial setiap manusia secara alamiah memiliki potensi dalam berkomunikasi. Ketika manusia diam, manusia itu sendiripun sedang melakukan komunikasi dengan mengkomunikasikan perasaannya. Baik secara sadar maupun tidak manusia pasti selalu berkomunikasi. Manusia membutuhkan komunikasi untuk berinteraksi terhadap sesama manusia maupun lingkungan sekitar.

Ilmu komunikasi merupakan ilmu sosial terapan dan bukan termasuk ilmu sosial murni karena ilmu sosial tidak bersifat absolut melainkan dapat berubah-ubah sesuai dengan perkembangan jaman. Hal tersebut dikarenakan ilmu komunikasi sangat erat kaitannya dengan tindak dan perilaku manusia, sedangkan perilaku dan tingkah laku manusia dapat dipengaruhi oleh lingkungan maupun perkembangan jaman.

2.1.2.1. Pengertian Komunikasi

Definisi dan pengertian komunikasi juga banyak dijelaskan oleh beberapa ahli komunikasi. Salah satunya dari Wiryanto dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi menjelaskan bahwa :

“Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common). Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu communication yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifat yang diambil dari communis, yang bermakna umum bersama-sama”. (Wiryanto, 2004:5)

Pengertian komunikasi lainnya bila ditinjau dari tujuan manusia berkomunikasi adalah untuk menyampaikan maksud hingga dapat


(46)

22

mengubah perilaku orang yang dituju, menurut Dedy Mulyana sebagai berikut:

“Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain)”. (Mulyana, 2003:62)

Selain itu, Joseph A Devito menegaskan bahwa komunikologi adalah ilmu komunikasi, terutama komunikasi oleh dan di antara manusia. Seorang komunikologi adalah ahli ilmu komunikasi. Istilah komunikasi dipergunakan untuk menunjukkan tiga bidang studi yang berbeda: proses komunikasi, pesan yang dikomunikasikan, dan studi mengenai proses komunikasi.

Luasnya komunikasi ini didefinisikan oleh Devito dalam Effendy sebagai:

“Kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih, yakni

kegiatan menyampaikan dan menerima pesan, yang mendapat distorsi dari ganggua-ngangguan, dalam suatu konteks, yang menimbulkan efek dan kesempatan arus balik. Oleh karena itu, kegiatan komunikasi meliputi komponen-komponen sebagai berikut: konteks, sumber, penerima, pesan, saluran, gangguan, proses penyampaian atau proses encoding, penerimaan atau proses decoding, arus balik dan efek. Unsur-unsur tersebut agaknya paling esensial dalam setiap pertimbangan mengenai kegiatan komunikasi. Ini dapat kita namakan kesemestaan komunikasi; Unsur-unsur yang terdapat pada setiap kegiatan komunikasi, apakah itu intra-persona, antarpersona, kelompok

kecil, pidato, komunikasi massa atau komunikasi antarbudaya.”


(47)

23

Menurut Roger dan D Lawrence dalam Cangra, mengatakan bahwa komunikasi adalah:

“Suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau

melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang

mendalam” (Cangara, 2004 :19)

Sementara Raymond S Ross dalam Jalaluddin Rakhmat, melihat komunikasi yang berawal dari proses penyampaian suatu lambang:

A transactional process involving cognitive sorting, selecting, and sharing of symbol in such a way as to help another elicit from his own experiences a meaning or responses similar to that intended by the source.”

(Proses transaksional yang meliputi pemisahan, dan pemilihan bersama lambang secara kognitif, begitu rupa sehingga membantu orang lain untuk mengeluarkan dari pengalamannya sendiri arti atau respon yang sama dengan yang dimaksud oleh sumber.) (Rakhmat, 2007:3)

Dari beberapa pengertian mengenai komunikasi di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses pertukaran pesan atau informasi antara dua orang atau lebih, untuk memperoleh kesamaan arti atau makna diantara mereka.

2.1.2.2. Komponen-komponen Komunikasi

Berdasarkan beberapa pengertian komunikasi diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi terdiri dari proses yang di dalamnya terdapat unsur atau komponen. Menurut Onong Uchjana Effendy,


(48)

24

Ruang Lingkup Ilmu Komunikasi berdasarkan komponennya terdiri dari :

1. Komunikator (communicator) 2. Pesan (message)

3. Media (media)

4. Komunikan (communicant) 5. Efek (effect) (Effendy, 2005:6)

Untuk itu, Lasswell memberikan paradigma bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.

A. Komunikator dan Komunikan

Komunikator dan komunikan merupakan salah satu unsur terpenting dalam proses komunikasi. Komunikator sering juga disebut sebagai sumber atau dalam bahasa Inggrisnya disebut source, sender, atau encoder.

Hafied Cangara dalam bukunya ”Pengantar Ilmu Komunikasi” mengatakan bahwa:

”Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber

sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antar manusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi atau lembaga” (Cangara, 2004:23).

Begitu pula dengan komunikator atau penerima, atau dalam bahasa Inggris disebut audience atau receiver.


(49)

25

Cangara menjelaskan, ”Penerima bisa terdiri dari satu orang

atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai, atau negara”. Selain itu, ”dalam proses komunikasi telah dipahami bahwa

keberadaan penerima adalah akibat karena adanya sumber. Tidak ada penerima jika tidak ada sumber”. Cangara pun menekankan:

“Kenalilah khalayakmu adalah prinsip dasar dalam berkomunikasi. Karena mengetahui dan memahami karakteristik penerima (khalayak), berarti suatu peluang

untuk mencapai keberhasilan komunikasi” (Cangara,

2004:25). B. Pesan

Pesan yang dalam bahasa Inggris disebut message, content, atau information, salah unsur dalam komunikasi yang teramat penting, karena salah satu tujuan dari komunikasi yaitu menyampaikan atau mengkomunikasikan pesan itu sendiri. Cangara menjelaskan bahwa:

”Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah

sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat, atau propaganda” (Cangara, 2004:23).

C. Media

Media dalam proses komunikasi yaitu, ”Alat yang

digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada

penerima” (Cangara, 2004:23).

Media yang digunakan dalam proses komunikasi bermacam-macam, tergantung dari konteks komunikasi yang


(50)

26

berlaku dalam proses komunikasi tersebut. Komunikasi antarpribadi misalnya, dalam hal ini media yang digunakan yaitu panca indera.

Selain itu, ”Ada juga saluran komunikasi seperti telepon, surat, telegram yang digolongkan sebagai media komunikasi antar pribadi” (Cangara, 2004:24).

Lebih jelas lagi Cangara menjelaskan, dalam konteks komunikasi massa media, yaitu:

“Alat yang dapat menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, di mana setiap orang dapat melihat, membaca, dan mendengarnya. Media dalam komunikasi massa dapat dibedakan atas dua macam, yakni media cetak dan media elektronik. Media cetak seperti halnya surata kabar, majalah, buku, leaflet, brosur, stiker, buletin, hand out, poster, spanduk, dan sebagainya. Sedangkan media elektronik antara lain: radio, film, televisi, video recording, komputer, electronic board, audio casette, dan semacamnya” (Cangara, 2004:24).

D. Efek

Efek atau dapat disebut pengaruh, juga merupakan bagian dari proses komunikasi. Namun, efek ini dapat dikatakan sebagai akibat dari proses komunikasi yang telah dilakukan. Seperti dikemukakan oleh De Fleur yang mana selanjutnya dikutip oleh Cangara, masih dalam bukunya ”Pengantar Ilmu Komunikasi”, pengaruh atau efek adalah:

”Perbedaaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan

dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap,

dan tingkah laku seseorang” (De Fleur, 1982, dalam

Cangara, 2004:25).


(51)

27

”Pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau penguatan

keyakinan pada pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan” (Cangara, 2004:25).

2.1.2.3. Tujuan Komunikasi

Setiap individu yang berkomunikasi pasti memiliki tujuan, secara umum tujuan komunikasi adalah lawan bicara agar mengerti dan memahami maksud makna pesan yang disampaikan, lebih lanjut diharapkan dapat mendorong adanya perubahan opini, sikap, maupun perilaku.

Menurut Onong Uchjana Effendy dalam buku yang berjudul Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, menyebutkan ada beberapa tujuan dalam berkomunikasi, yaitu:

a. perubahan sikap (attitude change) b. perubahan pendapat (opinion change) c. perubaha perilaku (behavior change)

d. perubahan sosial (social change) (Effendy, 2006:8)

Sedangkan Joseph Devito dalam bukunya Komunikasi Antar Manusia menyebutkan bahwa tujuan komunikasi adalah sebagai berikut:

a. Menemukan.

Dengan berkomunikasi kita dapat memahami secara baik diri kita sendiri dan diri orang lain yang kita ajak bicara. Komunikasi juga memungkinkan kita untuk menemukan dunia luar yang dipenuhi oleh objek, peristiwa dan manusia. b. Untuk Berhubungan.


(52)

28

Salah satu motivasi dalam diri manusia yang paling kuat adalah berhubungan dengan orang lain.

c. Untuk Meyakinkan.

Media massa ada sebagian besar untuk meyakinkan kita agar mengubah sikap dan perilaku kita.

d. Untuk Bermain.

Kita menggunakan banyak perilaku komunikasi kita untuk bermain dan menghibur diri kita dengan mendengarkan pelawak (Devito, 1997:31).

2.1.2.4. Lingkup Komunikasi

Menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (2003:52), ilmu komunikasi merupakan ilmu yang mempelajari, menelaah dan meneliti kegiatan-kegiatan komunikasi manusia yang luas ruang lingkup (scope)-nya dan banyak dimensinya. Para mahasiswa acap kali mengklasifikasikan aspek-aspek komunikasi ke dalam jenis-jenis yang satu sama lain berbeda konteksnya. Berikut ini adalah penjenisan komunikasi berdasarkan konteksnya.

A. Bidang Komunikasi

Yang dimaksud dengan bidang ini adalah bidang pada kehidupan manusia, dimana diantara jenis kehidupan yang satu dengan jenis kehidupan lain terdapat perbedaan yang khas, dan kekhasan ini menyangkut pula proses komunikasi. Berdasarkan bidangnya, Dedy Mulyana membagi komunikasi meliputi jenis-jenis sebagai berikut:


(53)

29

1) komunikasi sosial (sosial communication)

2) komunikasi organisasi atau manajemen (organizational or management communication) 3) komunikasi bisnis (business communication) 4) komunikasi politik (political communication)

5) komunikasi internasional (international communication)

6) komunikasi antar budaya (intercultural communication)

7) komunikasi pembangunan (development communication)

8) komunikasi tradisional (traditional communication) (Mulyana, 2000: 236)

B. Sifat Komunikasi

Ditinjau dari sifatnya komunikasi diklasifikasikan sebagai berikut:

1. komunikasi verbal (verbal communicaton) a. komunikasi lisan

b. komunikasi tulisan

2. komunikasi nirverbal (nonverbal communication) a. kial (gestural)

b. gambar (pictorial) 3. tatap muka (face to face)

4. bermedia (mediated) (Mulyana, 2000: 237) C. Tatanan Komunikasi

Tatanan komunikasi adalah proses komunikasi ditinjau dari jumlah komunikan, apakah satu orang, sekelompok orang, atau sejumlah orang yang bertempat tinggal secara tersebar. Berdasarkan situasi komunikasi seperti itu, maka menurut Onong Uchjana Effendy, komunikasi diklasifikasikan menjadi bentuk-bentuk sebagai berikut:


(54)

30

a. komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication)

b. komunikasi antarpribadi (interpersonal communication)

2. Komunikasi Kelompok (Group Communication) a. komunikasi kelompok kecil (small group

communication)

b. komunikasi kelompok besar (big group communication)

3. Komunikasi Massa (Mass Communication)

a. komunikasi media massa cetak (printed mass media)

b. komunikasi media massa elektronik (electronic mass media)(Effendy, 2003) D. Fungsi Komunikasi

Menurut Effendy komunikasi dalam kehidupan memiliki feungsi-fungsi tertentu. Adapun feungsi-fungsi komunikasi tersebut antara lain:

a. Menginformasikan (to Inform) b. Mendidik (to educate)

c. Menghibur (to entertaint)

d. Mempengaruhi (to influence) (Effendy, 2003:55)

E. Teknik Komunikasi

Istilah teknik komunikasi berasal dari bahasa Yunani “technikos” yang berarti ketrampilan. Berdasarkan ketrampilan komunikasi yang dilakukan komunikator, teknik komunikasi diklasifikasikan menjadi:

a. Komunikasi informastif (informative communication) b. Persuasif (persuasive)

c. Pervasif (pervasive) d. Koersif (coercive) e. Instruktif (instructive)

f. Hubungan manusiawi (human relations) (Effendy, 2003:55)


(55)

31

F. Metode Komunikasi

Istilah metode dalam bahasa Inggris “Method” berasal dari bahasa Yunani “methodos” yang berarti rangkaian yang sistematis dan yang merujuk kepada tata cara yang sudah dibina berdasarkan rencana yang pasti, mapan, dan logis.

Atas dasar pengertian diatas, metode komunikasi meliputi kegiatan-kegiatan yang teroganisaasi menurut Onong Uchjana Effendy sebagai berikut:

1. Jurnalisme a. Jurnalisme cetak b. Jurnalisme elektronik 2. Hubungan Masyarakat a. Periklanan

b. Propaganda c. Perang urat syaraf

d. Perpustakaan (Effendy, 2003: 56)

2.1.3. Tinjauan Tentang Komunikasi Intraperonal 2.1.3.1. Defenisi Komunikasi Intrapersonal

Komunikasi intrapribadi (Intrapersonal Communication) adalah komunikasi yang berlangsung dalam diri seseorang. Orang itu berperan sebagai komunikator maupun sebagai komunikan. Dia berbicara dengan dirinya sendiri, dia berdialog dengan dirinya sendiri. Dia bertanya kepada dirinya dan dijawab oleh dirinya sendiri. Memang tidak salah kalau komunikasi intrapribadi disebut melamun, tetapi jika melamun bisa mengenai segala hal misalnya melamun jadi orang kaya, melamun kawin lagi dan sebagainya. Komunikasi


(56)

32

intrapribadi berbicara dengan diri sendiri dalam rangka berkomunikasi dengan orang lain, dan orang lain ini bisa satu orang, sekelompok orang atau masyarakat keseluruhan. Jadi sebelum berkomunikasi dengan orang lain seseorang melakukan komunikasi intrapribadi dahulu.

Disaat kita sedang berbicara kepada diri kita sendiri, sedang melakukan perenungan, perencanaan, dan penilaian pada diri kita terjadi proses neuro-fisiologis yang membentuk landasan bagi tanggapan, motivasi, dan komunikasi kita dengan orang-orang atau faktor-faktor di lingkungan kita (Casmir : 1974, 37). Mampu berdialog dengan diri sendiri berarti mampu mengenal diri sendiri. Belajar mengenal diri sendiri berarti belajar bagaimana kita berpikir dan berasa, bagaimana kita mengamati, menginterpretasikan dan bereaksi di lingkungan kita.

2.1.3.2. Ruang Lingkup Komunikasi Intrapersonal

Dalam komunikasi intrapersonal, akan dijelaskan bagaimana orang menerima informasi, mengolahnya, menyimpannya dan menghasilkannya kembali. Proses pengolahan informasi, yang di sini kita sebut komunikasi intrapersonal meliputi sensasi, persepsi, memori, dan berpikir.

1. Sensasi

Sensasi berasal dari kata “sense” yang artinya alat pengindraan,


(57)

33

Dennis Coon, “Sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal. Simbolis, atau konseptual,

dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indera.”

Definisi sensasi, fungsi alat indera dalam menerima informasi dari lingkungan sangat penting. Kita mengenal lima alat indera atau pancaindera. Kita mengelompokannya pada tiga macam indera penerima, sesuai dengan sumber informasi

2. Persepsi

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Sensasi adalah bagian dari persepsi. Persepsi, seperti juga sensasi ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional. Faktor lainnya yang memengaruhi persepsi, yakni perhatian. Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesdaran pada saat stimuli lainnya.

1. Faktor Eksternal Penarik Perhatian

Hal ini ditentukan oleh faktor-faktor situasional personal. Faktor situasional terkadang disebut sebagai determinan perharian yang bersifat eksternal atau penarik perhatian (attention getter) dan sifat-sifat yang menonjol, seperti :


(58)

34

a. Gerakan secara visual tertarik pada objek-objek yang bergerak.

b. Intensitas Stimuli, kita akan memerharikan stimuli yang menonjol dari stimuli yang lain.

c. Kebauran (Novelty), hal-hal yang baru dan luar biasa, yang beda, akan menarik perhatian.

d. Perulangan, hal-hal yang disajikan berkali-kali bila disertai sedikit variasi akan menarik perhatian.

2. Faktor Internal Penaruh Perhatian

Apa yang menjadi perhatian kita lolos dari perhatian orang lain, atau sebaliknya. Ada kecenderungan kita melihat apa yang ingin kita lihat, dan mendengar apa yang ingin kita dengar. Perbedaan ini timbul dari faktor-faktor yang ada dalam diri kita. Contoh-contoh faktor yang memengaruhi perhatian kita adalah :

a. Faktor-faktor Biologis

b. Faktor-faktor Sosiopsikologis.

c. Motif Sosiogenis, sikap, kebiasaan , dan kemauan, memengaruhi apa yang kita perhatikan.

Krech dan Crutchfield merumuskan dalil persepsi, menjadi empat bagian :

1. Dalil persepsi yang pertama : Persepsi bersifat selektif secara fungsional. Berarti objek-objek yang mendapatkan


(59)

35

tekanan dalam persepsi kita biasanya objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi.

2. Dalil persepsi yang kedua : Medan perceptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti. Kita mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya. Walaupun stimuli yang kita terima itu tidak lengkap, kita akan mengisinya dengan interprestasi yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang kita persepsi.

3. Dalil persepsi yang ketiga : Sifat-sifat perseptual dan kognitif dari substruktur ditentukan pada umumnya oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan. Jika individu dianggap sebagai anggota kelompok, semua sifat individu yang berkaitan dengan sifat kelompok akan diperngaruhi oleh keanggotaan kelompolmua dengan efek berupa asimilasi atau kontras.

4. Dalil persepsi yang keempat : Objek atau peristiwa yang berdekatan dalam ruang dan waktu atau menyerupai satu sama lain, cenderung ditanggapi sebagai bagian dari struktur yang sama. Dalil ini umumnya betul-betul bersifat structural dalam mengelompokkan objek-objek fisik, seperti titik, garis, atau balok.

Pada persepsi sosial, pengelompokan tidak murni structural; sebab apa yang dianggap sama atau berdekatan oleh seorang individu,


(60)

36

tidaklah dianggap sama atau berdekatan dengan individu yang lainnya. Dalam komunikasi, dalil kesamaan dan kedekatan ini sering dipakai oleh komunikator untuk meningkatkan kredibilitasnya, atau mengakrabkan diri dengan orang-orang yang punya prestise tinggi. Jadi, kedekatan dalam ruang dan waktu menyebabkan stimuli ditangapi sebagai bagian dari struktur yang sama. Kecenderungan untuk mengelompokan stimuli berdasarkan kesamaan dan kedekatan adalah hal yang universal.

3. Memori

Dalam komunikasi Intrapersonal, memori memegang peranan penting dalam memengaruhi baik persepsi maupun berpikir. Memori adalah system yang sangat berstruktur, yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya (Schlessinger dan Groves). Memori meleawai tiga proses:

1. Perekaman (encoding) adalah pencatatan informasi melalui reseptor inera dan sirkit saraf internal.

2. Penyimpanan (strorage) adalah menentukan berapa lama informasi itu berada berserta kita, dalam bentuk apa, dan di mana.

3. Pemanggilan (retrieval), dalam bahasa sehari-hari, mengingat lagi, adalah menggunakan informasi yang disimpan.


(1)

sosialita, berlian dikatakan sebagai perhiasan yang tidak biasa. Berlian adalah simbol kemewahan. Mobil mewah yang harganya sampai ratusan juta rupiah digunakan sebagai bentuk kekayaan yang di simbolkan.

Dalam hal ini sosialita di Kota Bandung mengekspresikan secara simbolik pada penampilan mereka apa yang mereka pahami tentang sosialita sebelumnya. Tidak secara berlebihan namun mereka memiliki ciri tersendiri dengan menggunakan berlian dan mobil mewah sebagai wujud status sosialita yang mereka pahami.

Selain itu ada juga sosialita yang tidak berusaha untuk menunjukan status sosialita yang dia miliki dengan menggunakan barang-barang yang seperti itu. Lebih dari informan lain bisa dia lakukan, tetapi dia berpikir sosialita tidak diwujudkan ke dalam hal seperti itu. Akan tetapi bukti konkrit kepada masyarakat luas bukan bagi kelompok tertentu yang juga memberikan income tersendiri bagi kita sebagai sosialita.

4. Pengalaman Menjadi Sosialita

Sosialita yang hanya memahami sebagai sebuah status sosial dengan gaya hidup mewah, hal ini akan cenderung memberikan mereka pengalaman yang tidak jauh dari hal yang bertujuan untuk mengikuti gaya hidup tersebut, berbelanja, liburan untuk mencari sebuah kepuasan. Selain itu pengalaman lain yang dialami adalah menjadi guest atau tamu spesial dalam sebuah acara khususnya party di club. Dengan hadirnya sosialita dalam acara tersebut akan memberikan sebuah keuntungan tersediri bagi pembuat acara atau pemiliki perusahaan karena band atau popularitas dari acara tersebut menjadi naik. Tidak hanya sebagai tamu khusus untuk menaikan brand acara tersebut, tetapi lebih dari itu. Sosialita tersebut ikut berperan dalam acara yang dilakukan khususnya sebagai host.

Sebagian dari mereka, pengalaman yang bersifat sosial kepada orang lain dilakukan bukan sebagai prioritas utama sebagai sosialita. Tetapi hal itu dilakukan sesuai keinginan sendiri pada saat momen yang tepat. Namun bagi sosialita lainnya, pengalaman yang telah dilakukan sebagai sosialita adalah dengan membuat sebuah organisasi yang bertujuan untuk memberikan bantuan kepada orang yang


(2)

membutuhkan. Hal ini dilakukan dengan cara mempersuasi orang kalangan atas, seperti pejabat, pengusaha lainnya untuk berbuat baik kepada orang lain.

IV. KESIMPULAN

1. Nilai Sosial yang ada di kalangan sosialita merupakan sebuah hal yang didapatkan dari lingkungan sosial dan dijadikan sebagai suatu dasar atau patokan untuk merumuskan makna sosialita bagi dirinya. Nilai tersebut berupa informasi-informasi yang didapatkan dari hasil interkasi dengan lingkungan sosial yang meliputi komunikasi dengan orang lain, kelompok, komunikasi dengan media masa dan pengalaman secara pribadi. hal ini akan mendorong kalangan sosialita untuk berperilaku kedepannya.

Namun pada kenyataannya, nilai-nilai yang ada di kehidupan kita saat ini termasuk nilai yang berkaitan dengan sosialita belum bisa dijadikan sebagai dasar utama dalam mengkonstruksi makna sosialita. Nilai sosial yang ada merupakan ciptaan manusia. Hasil dari interpretasi oleh setiap individu. Nilai tersebut belum tentu memberikan kita pengetahuan yang sedemikian rupa. Baik itu nilai yang kita dapatkan dari interaksi dengan orang lain, media sebagai sumber informasi bahkan pengalaman kita sendiri. Akan tetapi hal ini bisa kita hindari dengan cara membuka diri kita dengan hal yang baru, menggunakan banyak referensi, dan berpikir dengan mind set terbuka.

2. Motif menjadi sosialita. Motif menjadi sosialita di bagi menjadi 2 hal yaitu motif untuk dan motif karena. Motif “untuk” kenapa sosialita ingin disebut sosialita dan menjadi sosialita adalah untuk ingin memberikan sebuah kepuasan kepada diri sendiri dengan dikenal sebagai orang yang memiliki status sosial yang tinggi lengkap dengan gaya hidup glamour, branded dsb. Tidak sampai disitu keinginan untuk eksis juga merupakan motif lain menjadi


(3)

sosialita. Dengan eksisnya mereka bisa memiliki banyak relasi yang bisa memberikan manfaat tersendiri bagi kehidupannya. Motif yang cenderung berbeda adalah untuk menjadi ikon bagi orang lain dalam memberi pengaruh baik.

Sedangkan motif karena adalah motif yang didasarkan dari pengalaman . mereka. Pengalaman tersebut memberikan pengetahuan tentang sosialita. Pengalaman yang sudah mereka alami membuat mereka ingin merasakan dan menikmati hal yang sama dengan sosialita lainnya. Pengalaman tersebut diantaranya adalah pengalaman saat berinteraksi dengan sosialita lainnya, serta melihat dan mendengar tentang sosok sosialita.

3. Pesan Artifaktual yang digunakan oleh sosialitapun tidak sama. Pesan artifaktual ini dijadikan sebagai cara untuk menunjukan jati diri mereka sebagai seorang sosialita.

Mengikuti trend saat ini dari segi pakaian gadget dsb adalah sebuah upaya yang dilakukan oleh kalangan sosialita untuk menunjukan jati diri kepada orang lain. Selain itu Pengunaan berlian atau diamonds dipilih karena berlian di anggap sebagai perhiasan yang tidak biasa dan memiliki unsur mewah. Mobil mewah sekelas Mercy juga dijadikan sebagai simbol untuk memberikan pesan kepada orang lain. Namun tidak semua sosialita menunjukan hal itu sebagai jati diri. Karena sosialita lainnya memahami makna sosialita sebagai sebagai sebuah status yang diperuntukan kepada orang yang smart, memiliki sosok kuat untuk menggerakan orang lain untuk hal yang lebih baik. Sosialita bukan dilihat dari apa yang dia kenakan tetapi apa yang sudah dia perbuat untuk orang lain dan harus berguna bagi orang lain.


(4)

4. Pengalaman menjadi sosialita tentu tidaklah sama diantara satu sosialita dengan sosialita lainnya. Pengalaman tersebut ada yang memiliki ruang lingkup yang sempit dan ada yang memiliki ruang lingkup yang luas. Pengalaman yang mereka alami tidak terlepas dari apa yang sudah menjadi dasar utama dalam pemikiran mereka tentang arti sosialita. Sosialita yang hanya memahami sebagai sebuah status sosial dengan gaya hidup mewah, hal ini akan cenderung memberikan mereka pengalaman yang tidak jauh dari hal yang bertujuan untuk mengikuti gaya hidup tersebut, berbelanja, liburan untuk mencari sebuah kepuasan.

Selain itu pengalaman lain yang dialami adalah menjadi guest atau tamu spesial dalam sebuah acara khususnya party di club. Dengan hadirnya sosialita dalam acara tersebut akan memberikan sebuah keuntungan tersediri bagi pembuat acara atau pemiliki perusahaan karena band atau popularitas dari acara tersebut menjadi naik. Tidak hanya sebagai tamu khusus untuk menaikan brand acara tersebut, tetapi lebih dari itu. Sosialita tersebut ikut berperan dalam acara yang dilakukan khususnya sebagai host.

Sebagian dari mereka, pengalaman yang bersifat sosial kepada orang lain dilakukan bukan sebagai prioritas utama sebagai sosialita. Tetapi hal itu dilakukan sesuai keinginan sendiri pada saat momen yang tepat. Namun bagi sosialita lainnya, pengalaman yang telah dilakukan sebagai sosialita adalah dengan membuat sebuah organisasi yang bertujuan untuk memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan. Hal ini dilakukan dengan cara mempersuasi orang kalangan atas, seperti pejabat, pengusaha lainnya untuk berbuat baik kepada orang lain.


(5)

DAFTAR PUSTAKA A. BUKU-BUKU

Ardianto, Elvinaro.2011. Filsafat Ilmu Komunikasi, Bandung. PT. Remaja Rosdakarya Ardianto, Elvinaro.2016. Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Bandung. Simbiosa

Rekatama Media

Bungin, Burhan. 2001. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grapindo Persada.

Effendy, Onong Uchjana. 1990. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Gromada, Jennifer (2009), Introduction, Modernism/Modernity, Vol. 16 No. 3, hal. 599-600, Johns Hopkins University Press, Baltimore.

Hikmat M Mahi, 2010. Komunikasi Politik. Bandung : Simbiosa Rekatama Media. Kuswarno, Engkus. 2009. Metodologi Penelitian Komunikasi Fenomenologi. Bandung:

Widya Padjajaran

Littlejohn, Stephen W. 1996. Theories of Human Communication. USA: Wadsworth Publishing Company.

Moleong, J. Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. & Solatun. 2008. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Rakhmat, Jalaluddin. 1985. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remadja Karya CV.


(6)

Rosma, Joy & Nadya Mulya. 2013. Kocok “ The Untold Stories of Arisan Ladies and Socialites. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama.

Ruslan, Rosady. 2003. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung; Alfabeta. Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisus

(Angoota IKAPI)

Wiryanto, 2005, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. B. INTERNET

Hadriani (2013), “Syarat Jadi Sosialita Sesungguhnya”, http://www.tempo.co/read/news/2013/04/28/219476350/Syarat-Jadi-Sosialita-yang-Sesungguhnya, diakses pada 10 Juli 2013.

http://entertainmentgeek-jimmy.blogspot.com/2011/10/sosialita-orang-berduit-atau-orang-yang.html

http://female.kompas.com/read/2011/04/07/12394776/Malinda.Dee..Sosialita.yang.S alah.Kaprah

http://kamusslang.com/arti/sosialita

http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20111220173158AAb0yak

http://women.loveindonesia.com/en/news/detail/1663/balutan-glamour-seksi-dari-sang-sosialita-gita

http://www.tipsmencarijodoh.com/blog/makalah-mengenai-sosialita.html C. KARYA ILMIAH

Marta, suci. 2012. Konstruksi Makna Merantau Bagi Mahasiswa Perantau . Bandung. Program Sutdi Ilmu Humbungan Masyarakat Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran