Perancangan Identitas Visual Bandung SHFL (Studi Kasus: Merancang ulang logo)

(1)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN IDENTITAS VISUAL BANDUNG SHFL

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2013-2014

Oleh :

Gustiyan Putra Pratama 51910065

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

(3)

(4)

RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Gustiyan Putra Pratama Tempat, Tanggal Lahir : Pandeglang, 04 Mei 1992 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Status : Belum menikah

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Blok Kliwon RT/RW 001/006,

Salagedang, Kec. Sukahaji Majalengka, Jawa Barat

Telepon : 08977367667

E-mail : gustiyanputra@gmail.com

Pendidikan

Tahun Keterangan

1998-2004 SDN 4 Pandeglang

2004-2007 SMPN 1 Pandeglang

2007-2010 SMAN 1 Pandeglang


(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

Bab I Pendahuluan ... 1

I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Identifikasi Masalah ... 3

I.3 Rumusan Masalah ... 3

I.4 Batasan Masalah ... 3

I.5 Tujuan Perancangan ... 3

Bab II Perancangan Identitas Visual Logo BANDUNG SHFL ... 4

II.1 Psikologi Remaja Terhadap Komunitas ... 4

II.2 Identitas Visual ... 5

II.2.1 Logo ... 5

II.2.1.1 Jenis Logo ... 6

II.2.1.2 Fungsi Logo ... 6

II.2.1.3 Prinsip Logo ... 7

II.2.1.4 Karakteristik Logo ... 7

II.2.1.5 Proses Pembuatan Desain Logo ... 8

II.2.2 Tipografi ... 9


(6)

vii

II.2.4 Warna ... 10

II.2.5 Layout ... 12

II.2.6 Format ... 13

II.3 Taria Modern ... 13

II.3.1 Jenis-jenis Tari Modern ... 15

II.4 BANDUNG SHFL ... 20

II.5 Identitas Bandung SHFL ... 22

II.6 Target ... 24

II.6.1 Target Market ... 24

II.6.2 Target Audience ... 24

II.7 Portfolio ... 24

II.8 Kompetitor ... 25

Bab III Strategi Perancangan dan Konsep Visual ... 27

III.1 Strategi Perancangan ... 27

III.1.1 Pendekatan Komunikasi ... 27

III.1.1.1 Pendekatan Visual ... 27

III.1.1.2 Pendekatan Verbal ... 28

III.1.2 Strategi Kreatif ... 28

III.1.3 Strategi Media ... 28

III.2 Konsep Visual ... 30

III.2.1 Format Desain ... 30

III.2.2 Tata Letak... 32

III.2.3 Tipografi ... 33

III.2.4 Ilustrasi ... 34

III.2.5 Warna ... 35


(7)

IV.1 Teknik Media dan Cetak ... 36

IV.1. 1 Media Utama ... 36

IV.1. 2 Media Pendukung ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 43


(8)

43 DAFTAR PUSTAKA

Brown, B., Lerner, R., & Steinberg., L. (2004). Handbook of Addescent Psychology. New York: Willey.

Murphy John, Rowe. (1998). How to Design Trademarks and Logos. Ohio : North Light Book.

Rustan, Surianto. (2009). Mendesain Logo. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sachs, Curt. (1937). World History of The Dance.

Satrock, John W. (2007). Remaja (Adolesence, eleventh edition).

Sihombing, Danton. 2001. Tipografi dalam Desain Grafis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Supriyono, Rakhmat. (2010). Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Penerbit Andi

Online

Mutia, Sabihah. (2013). Definisi Tari.

Tersedia di: http://www.sabihahmutia.blogspot.com. [Diakses pada 3 Januari 2014]

Purnama, Tri. Fauzia. (2012). Sejarah Shuffle Dance.

Tersedia di: http://www. fauziatripurnama.blogspot.com. [Diakses pada 28 Desember 2013]

Wuryantoro. (2012). Pengertian Seni Tari.

Tersedia di : http://www.infowuryantoro.blogspot.com. [Diakses pada 3 Januari 2014]

Yokimirantiyo. (2012). Pengertian Seni Tari.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan nikmat, ridho, karunia dan izin-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini.

Laporan tugas akhir ini berisi tentang uraian penelitian berjudul Perancangan Identitas Visual BANDUNG SHFL sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Desain Komunikasi Visual Universitas Komputer Indonesia.

Laporan tugas akhir ini tidaklah sempurna, maka diharapkan kritik dan sarannya, agar laporan tugas akhir ini dapat diterima dengan baik. Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat.

Bandung, 14 Agustus 2014


(10)

1 BAB I

PENDAHULUAN

I. 1 LATAR BELAKANG MASALAH

Dikenal dengan nama Clog Dancing, dimana alas kaki yang digunakan merupakan sepatu kayu (clog), jenis tarian ini dimulai lebih dari 800 tahun yang lalu oleh para pelaut yang merasa bosan dengan kehidupan di atas kapal. Dengan ruangan yang terbatas, gerakan Clog Dancing lebih memfokuskan pada kaki ketimbang bagian tubuhnya.Pada periode 1960-an hingga 1980-an, Clog Dancing yang juga dikenal dengan istilah stomping ini menjadi tarian yang populer di Melbourne, Australia, sehingga disebut Melbourne Shuffle/Shuffle Melbourne berkat kebangkitan tarian tradisional rakyat disana.

Tahun 2011, “Shuffle Dance” sedang menjadi tren baru di kalangan anak muda Indonesia. Tarian ini sangat diminati oleh masyarakat khususnya para remaja. Mereka menari dengan rasa percaya diri yang tinggi dan sangat menikmati sekali setiap gerakan yang diiringi musik Barat berirama seperti musik Hiphop. Shuffle Dance termasuk bagian dari Street Dance. Street Dance adalah gaya atau aliran tari yang berkembang atau berevolusi di luar studio tari atau tempat terbuka seperti taman kota, jalanan, lapangan di sekolah ataupun di klub malam.Tari yang hanya menitikberatkan pada gerakan kaki ini mampu memikat orang-orang terutama remaja, sehingga mereka mau untuk mendalami seni gerak ini.

Shuffle Dance di Indonesia tidak hanya dianggap sebagai hiburan semata, namun juga merupakan gaya hidup pergaulan yang tidak terpisahkan dari masyarakat terutama bagi kalangan remaja di Indonesia. Bagi para pecinta Shuffle Dance ini sudah menjadi citra bagi dirinya sendiri, menjadi sebuah hobi dan dari sinilah masyarakat dalam hal ini mulai mencari wadah atau tempat untuk menyalurkan hobinya yang kemudian membentuk kelompok-kelompok pecinta Shuffle Dance. Berangkat dari sinilah kemudian muncul dan berkembangnya grup atau komunitas Shuffle Dance di kota-kota besar di Indonesia.


(11)

Salah satu komunitas Shuffle Dance yang berada di Kota Bandung yaitu

“BANDUNG SHFL (Bandung Shuffle)”. BANDUNG SHFL merupakan sebuah komunitas dance yang didalamnya terdapat anggota-anggota dari kalangan remaja laki-laki maupun perempuan pecinta dance yang kreatif dan enerjik. Dalam perkembangannya BANDUNG SHFL ini mampu menjadi trend dalam kalangan remaja di Kota Bandung sejak di bentuknya pada tahun 2011 sampai tahun 2013. Melalui dari mulut ke mulut dan menyebarkan informasi melalui media social banyak masyarakat terutama remaja banyak mengenali mereka dan sangat sering di undang untuk mengisi event-event hiburan yang ada di Kota Bandung sehingga ketenaran mereka semakin meluas.

Pada pertengahan tahun 2013 sampai tahun 2014, BANDUNG SHFL mulai meredup dengan seiringnya perkembangan zaman yang mempengaruhi Shuffle Dance, sehingga masyarakat sudah jarang ada lagi yang mengetahui atau mengingat BANDUNG SHFL. Hal ini dikarnakan Identitas Visual BANDUNG SHFL yang kurang kuat dan kurang memberikan ciri identitasnya sehingga target sasaran cenderung tidak mengetahui identitas visual dari BANDUNG SHFL itu sendiri dan strategi mereka dalam mempromosikan BANDUNG SHFL masih sangat kurang karena tidak di dukung oleh kekuatan dari sebuah identitas visual.

Untuk mendukung pembuatan identitas visual tersebut maka dipilihlah judul

“PERANCANGAN IDENTITAS VISUAL BANDUNG SHFL”. Dalam kaitannya dengan bidang studi Desain Komunikasi Visual, maka ruang lingkup proyek tugas akhir ini dibatasi pada hal-hal yang dapat ditangani dan dipecahkan melalui pendekatan desain komunikasi visual yaitu menggunakan teori identitas visual.

Dan pada akhirnya berdasarkan uraian diatas, identitas visual tersebut dapat dipakai pada media pendukung untuk lebih memberikan nilai lebih. Maka akan diciptakan desain yang menjadi sarana promosi dan pendukung berdasarkan pada tujuan awal sebuah desain komunikasi visual. Media tersebut dapat berupa manual book logo, X-banner, poster, flyer, t-shirt, Pin, dan sticker. Sehingga melalui media tersebut keberhasilan komunikasi visual sebuah identitas visual akan lebih banyak tercapai dengan adanya media pendukung.


(12)

3 I. 2 IDENTIFIKASI MASALAH

1. BANDUNG SHFL belum membentuk identitas visual yang baik dalam hal logo.

2. Identitas visual BANDUNG SHFL kurang tersampaikan kepada target sasaran.

3. Dalam promo kekuatan dari identitas visualnya masih sangat kurang. 4. Penerapan promosi yang bergantung pada identitas visual.

5. Kurangnya media pendukung secara luas terhadap target sasaran.

I. 3 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan pada Identifikasi Masalah diatas maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut : “Bagaimana merancang sebuah Identitas Visual yang baik untuk BANDUNG SHFL beserta media pendukung guna memperoleh tanggapan positif dari target sasaran?”

I. 4 BATASAN MASALAH

Berdasarkan rumusan masalah maka batasan masalah hanya pada identitas visual berupa logo BANDUNG SHFL beserta media promosi pendukung seperti manual book logo, X-banner, poster, flyer, t-shirt, Pin, dan sticker.

I. 5 TUJUAN PERANCANGAN

Dengan adanya identitas visual ini, agar tercapai tujuan untuk meningkatkan nilai jual dan masyarakat luas lebih mengenal BANDUNG SHFL ini dengan harapan dapat menambah klien. Adapun tujuan dari pembuatan perancangan identitas visual BANDUNG SHFL adalah :

1. Membuat identitas visual yang baik, efektif, dan efisien sehingga dapat di terima semua lapisan masyarakat.

2. Menciptakan media pendukung guna meningkatkan keberhasilan sebuah identitas visual yang menunjang sarana promosi pendukung.


(13)

BAB II

PERANCANGAN IDENTITAS VISUAL LOGO BANDUNG SHFL

II. 1. PSIKOLOGI REMAJA TERHADAP KOMUNITAS

Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak.

Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.

Strategi Konglomerasi (Conglomerate Strategies) yang juga disebut pembinaan merupakan kombinasi beberapa tekhnik alih-alih sebuah pendekatan tunggal untuk meningkatkan keterampilan social remaja. Strategi konglomerasi dapat melibatkan demonstrasi atau modeling mengenai keterampilan social yang baik, diskusi, dan penalaran tengtang keterampilan social, maupun penerapannya dalam situasi social yang nyata.

Seorang remaja sangat suka bergabung dengan sebuah kelompok, karena kelompok dapat memuaskan kebutuhan-kebutuhan pribadi remaja, memberikan penghargaan, menyediakan informasi, meningkatkan harga diri, dan member sebuah identitas. Salah satu kemungkinan yang menyebabkan remaja kedalam sebuah kelompok adalah karena mereka berpendapat bahwa keanggotaan dalam kelompok tersebut dapat memberikan kesenangan, kegembiraan, serta


(14)

5 memuaskan kebutuhan afliasi dan berkumpul. Kemungkinan lain adalah karena ingin memperoleh kesempatan untuk memperoleh penghargaan, baik bersifat materi atau psikologis. Kelompok juga dapat menjadi sumber informasi yang penting. Kelompok-kelompok dimana remaja bergabung, sering kali memberikan perasaan nyaman, meningkatkan harga diri, dan memberikan sebuah identitas.

Budaya mengalami perubahan. Sekarang ini, terjadi perubahan besar dimana penggunaan komputer dan internet oleh remaja meningkat pesat melebihi kecepatan dalam revolusi teknologi. (Mortimer & Larson, 2002 a, b : Seattler, 2005).

II. 2. IDENTITAS VISUAL

Identitas merupakan suatu yang penting karena dengan identitas dapat mengenal dan membedakan suatu hal dengan yang lainnya. Begitu juga dengan manusia, benda, produk atau perusahaan memiliki sebuah identitas baik secara fisik dapat dilihat (visual) atau dirasakan, diraba atau didengar.

Dalam desain komunikasi visual, nama merupakan atribut identitas awal yang akan memberikan petunjuk atau atribut lain yang dimiliki, seperti yang dikemukakan oleh Surianto rustan (2009) “nama menjadi atribut identitas yang membentuk brand image awal di benak publik. Semua atribut identitas lainnya seperti logo, tipografi, warna dan lain-lain dibangun dengan berpijak pada nama”. Pernyataan tersebut juga menjelaskan bahwa identitas akan membentuk sebuah brand image, bagi sebuah produk atau perusahaan yang di awali dengan sebuah nama kemudian didukung oleh elemen-elemen lain seperti logo, warna, tipografi dan lainya akan menjadi sebuah identitas yang tersimpan dalam ingatan masyarakat. Identitas yang dilihat secara visual itu disebut identitas visual, seperti logo, tipografi, warna, dan packaging.

II. 2. 1. Logo

Istilah logo merupakan sebutan secara umum. Jika dilihat lebih spesifik, logo bisa berupa rangkaian huruf, bentuk gambar, atau gabungan huruf dan gambar yang disandang oleh suatu produk, perusahaan, lembaga, organisasi, atau kegiatan,


(15)

untuk mencirikan suatu eksistensinya agar dapat dibedakan dari produk atau merk lain.

Menurut Harimulya (2008:3), logo merupakan sebuah istilah sejak awal dari bahasa Yunani Logos sampai kini telah mengalami perkembangan pengertian yang signifikan, dari awal yang berarti kata, pikiran, pembicaraan, akal budi sampai berarti yang dikaitkan dengan simbol, citra dan semiotik. Kini logo dituntut mampu berbicara pada publik bahwa ia adalah representasi dari perusahaan atau organisasi yang profesional, kredibel, dan berkualitas. Logo juga merupakan bagian dari alat pemasaran yang sangat menentukan karena logolah yang pertama kali dilihat oleh konsumen. Logo sangat dibutuhkan oleh lembaga, perusahaan atau organisasi guna mengenalkan identitas dan menyebarkan citra.

Melihat dari perjalanan sejarah, perkembangan kualitas logo sebenarnya mendapat tantangan yang makin besar. Teknologi selain mempermudah kehidupan, dilain pihak memicu pola pikir yang menyimpang terhadap desain grafis khususnya logo.

II. 2. 1. 1. Jenis Logo

Ada beberapa jenis logo, yaitu :

1. Logogram

Logogram adalah simbol ekspresi yang divisualkan dalam bentuk gambar. 1. Logotype

Logotype adalah logo yang dibuat dan divisualkan dalam bentuk olahan huruf. II. 2. 1. 2. Fungsi Logo

Menurut John Murphy dan Michael Rowe (1998:11) sebuah logo berfungsi untuk:

a. Identifikasi suatu produk atau organisasi. b. Pembeda dari produk atau organisasi yang lain.

c. Mengkomunikasikan informasi tentang nilai dan kualitas. d. Menambah nilai.


(16)

7 f. Properti legal suatu produk atau organisasi.

II. 2. 1. 3. Prinsip Logo

Logo yang efektif adalah logo yang mudah diingat dan mampu mengekspresikan spirit perusahaan atau organisasi atau juga sebuah lembaga. Seorang desainer

terkemuka, John Williams, mengatakan, “Jika Anda melihat logo selama kurang

dari 10 detik kemudian Anda tidak mampu mengingat dan menggambarkan logo tersebut maka kemungkinan besar logo tersebut terlalu rumit untuk diingaat”. Selain sulit diingat, kemungkinan logo tersebut kurang efektif jika dikecilkan atau dicetak hitam-putih (William, 2010:106).

Maka Jacob Cass mengemukakan prinsip-prinsip desain logo, yaitu :

1. Logo harus mampu mendeskripsikan perusahaan atau produk (describable).

2. Jika dicetak hitam-putih (tanpa warna), logo tetap efektif dan menarik (effective without colour).

3. Logo harus simple dan mudah diingat (memorable).

4. Dalam ukuran kecil, logo masih bisa dibaca dan dapat dikenali (scalable).

II. 2. 1. 4. Karakteristik Logo

Sebuah logo ditunjang oleh beberapa hal diantaranya:

1. Sederhana

Dalam perancangan sebuah logo di buat harus sesederhana mungkin tidak denga berbagai kerumitan, sehingga maksud dan tujuan dalam logo dapat dimengerti.

2. Tekstur

Logo harus mempunyai ukuran sistematis dan tetap, sehingga mudah dalam mengaplikasikan kedalam bagian yang diperlukan dan terlihat persamaan tanpa menghilangkan bagian-bagian logo tersebut.

3. Estetik

Logo harus mempunyai nilai keindahan yang dapat meransang khalayak untuk mengetahui lebih tentang logo tersebut.


(17)

4. Elegan dan Unik

Dalam perancangan sebuah logo, harus mempunyai ciri khas tersendiri yang dapat membedakan dengan logo yang lain.

5. Mudah dalam pembuatannya

Rancangan logo yang dapat mempersulit dalam proses pembuatannya sebaiknya dihilangkan, sehingga dalam proses reproduksi logo tidak mengalami kesulitan dan hambatan.

6. Komunikatif

Sebuah logo harus mudah dipahami khalayak, sebagai lambang dan identitas perusahaan.

7. Kuat

Kekuatan sebuah logo harus memberikan kesan yang dalam pada khalayak, sehingga ketika khalayak menemukan logo tersebut dalam format apapun dapat secara langsung mengenali logo tersebut.

8. Harmonis

Dalam artian senada, yaitu satu komponen dengan komponen yang lainnya sesuai dengan komposisi bentuk, warna, dan ukuran.

II. 2. 1. 5. Proses Pembuatan Desain Logo

Menurut Supriyono (2010:112), proses pembuatan desain logo corporate dilakukan melalui tahapan berikut:

1. Mempelajari design brief, yaitu deskripsi singkat tentang klien, perusahaan, produk atau jasa, deadline, ketentuan-ketentuan, kemauan klien, dan sebagainya. Jika belum ada design brief, dapat menyusunnya sendiri dengan mewawancarai klien, Hasil wawancara ditulis sebagai pedoman kerja.

2. Mengadakan riset dan brainstorming. Sebelum mendesain logo, perlu memahami dengan baik jenis produk atau profil perusahaan, bisa dengan mewawancarai klien tentang jenis usaha/organisasi, keunggulan yang dimiliki, target audience, competitor, dan seterusnya. Dilanjutkan dengan membuat sketsa-sketsa kasar (rough layout).


(18)

9 II. 2. 2. Tipografi

Cara memilih dan mengelola huruf dalam desain grafis sudah menjadi disiplin ilmu tersendiri, disebut Tipografi (Typography). Tipografi berasal dari kata yunani tupos (yang diguratkan) dan graphoo (tulisan). Dulu tipografi hanya diartikan sebagai ilmu cetak-mencetak. Perkembangannya, istilah tipografi lebih dikaitkan dengan gaya atau model huruf cetak. Bahkan saat ini pengertian tipografi sudah berkembang lebih luas lagi, yaitu mengarah pada disiplin ilmu yang mempelajari spesifikasi dan karakteristik huruf (Sihombing, 2001:168).

Berdasarkan sejarah perkembangannya, huruf dapat digolongkan menjadi tujuh gaya atau style, yaitu:

a. Huruf Klasik (Classical Typefaces)

Huruf yang memiliki kait (serif) lengkung ini juga disebut Old Style Roman, banyak digunakan untuk desain-desain media cetak di Inggris, Italia, Belandan pada awal teknologi cetak (1617).

b. Huruf Transisi (Transitional)

Hampir sama dengan huruf Old Style Roman, hanya berbeda pada kaitnya yang runcing dan memiliki sedikit perbedaan tebal-tipis pada tubuh huruf (garis vertical tebel).

c. Huruf Modern Roman

Sebutan “modern” barangkali kurang relevan karena huruf ini sudah

digunakan sejak tiga abad yang lalu (1788). Huruf ini sudah jarang digunakan untuk teks karena ketebalan tubuh huruf sangat kontras, bagian yang vertikal tebal, garis-garis horizontal dan serifnya sangat tipis sehingga untuk teks berukuran kecil agak sulit dibaca dan bahkan sering tidak terbaca.

d. Huruf Sans Serif

Jenis huruf sans serif sudah dipakai sejak awal tahun 1800. Disebut sans serif karena tidak memiliki serif/kait/kaki. Salah satu ciri huruf ini adalah memiliki bagian-bagian tubuh yang sama tebalnya. Huruf sans serif sesungguhnya kurang tepat digunakan untuk teks yang panjang karena dapat melelahkan pembaca.


(19)

Huruf Egyptian memiliki kait berbentuk balok yang ketebalannya hampir sama dengan tubuh huruf. Jenis huruf ini berkembang di Inggris pada tahun 1895.

f. Huruf Tulis (Script)

Jenis huruf ini berasal dari tulisan tangan (hand-writing), sangat sulit dibaca dan melelahkan jika dipakai untuk teks yang panjang.

g. Huruf Hiasan (Decorative)

Huruf dekoratif bukan termasuk huruf teks sehingga sangat tidak tepat jika digunakan untuk teks yang panjang. Huruf ini lebih cocok dipakai untuk satu kata atau judul yang pendek.

II. 2. 3. Ilustrasi

Menurut Bert Braham pengertian ilustrasi secara umum adalah gambar atau foto yang bertujuan menjelaskan teks dan sekaligus menciptakan daya tarik. Ilustrasi yang berhasil menarik perhatian pada umumnya memenuhi beberapa kriteria yaitu:

1. Komunikatif, informatif, dan mudah dipahami. 2. Menggugah perasaan dan hasrat untuk membaca. 3. Ide baru, orisinil, bukan merupakan plagiat atau tiruan. 4. Punya daya pukau (eye-catcher) yang kuat.

5. Jika berupa foto atau gambar, harus punya kualitas memadai, baik dari aspek seni maupun teknik pengerjaan.

II. 2. 4. Warna

Salah satu elemen visual yang dapat dengan mudah menarik perhatian pembaca adalah warna. Apabila pemakaian warna kurang tepat maka dapat merusak citra, mengurangi nilai keterbacaan, dan bahkan dapat menghilangkan gairah baca.

Menurut J.L Morton dalam seni rupa, warna dapat dilihat dari tiga dimensi, yaitu:

1. Hue – pembagian warna berdasarkan nama-nama warna, seperti merah, biru, hijau, kuning dan seterusnya.


(20)

11 3. Intensity – tingkat kemurnian atau kejernihan warna.

Berdasarkan hue (dibaca: hju), warna dipilahkan menjadi tiga golongan, yaitu:

- Warna primer (primary colors) terdiri dari merah, kuning dan biru.

- Warna sekunder (secondary colors), merupakan campuran dua warna primer dengan perbandingan seimbang (1 : 1), menghasilkan warna oranye (merah + kuning), hijau (kuning + biru), dan ungu (merah + biru). Jika warna primer dicampur dengan warna sekunder akan terjadi warna-warna tersier (tertiary colors), yaitu kuning-oranye, merah-oranye, merah-ungu, ungu, biru-hijau, dan kuning-hijau.

Untuk model warna, warna di bagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Warna CMYK

CMYK adalah kependekan dari warna cyan, magenta, yellow, dan black.

CMYK disebut juga sebagai ‘warna proses’ atau ‘empat warna’. CMYK

adalah sebuah model warna berbasis pengurangan sebagian gelombang cahaya (substractive color model), dan yang umum dipergunakan dalam pencetakan berwarna. Istilah CMYK yang biasanya digunakan untuk menjelaskan proses pencetakan itu sendiri. Meskipun terdapat beberapa metode pencetakan yang diterapkan pada pencetakan, operator cetak, pembuat mesin cetak dan urutan penintaan, proses pewarnaan umunya berurutan sesuai dengan singkatannya yaitu CMYK.

2. Warna RGB

RGB adalah kependekan dari warna red, green, dan blue. Secara teori sebenarnya model warna CMY (tanpa Black) adalah kebalikan secara langsung dari model warna RGB. Model warna RGB banyak dijumpai dalam metode reproduksi warna alat-alat optik, seperti kamera digital, layar monitor ataupun pemindai warna sangat tergantung pada komponen alat.


(21)

Gambar II.1 Model warna (28 Desember 2013) Keterangan:

C = Cyan R = Red (Merah)

M = Magenta G = Green (Hijau)

Y = Yellow (Kuning) B = Blue (Biru)

K = Black (Hitam)

Secara visual warna dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu warna dingin dan warna panas. Warna-warna dingin, seperti hijau, biru, hijau-biru, biru-ungu, dan ungu dapat member kesan pasif, statis, kalem, damai dan secara umum kurang mencolok. Sebaliknya, warna-warna panas, seperti merah, merah-oranye, oranye, kuning-oranye, kuning, kuning-hijau, dan merah-ungu memiliki kesan hangat, dinamis, aktif dan mengundang perhatian.

II. 2. 5. Layout

Menurut Lori Siebert dan Lisa Ballard, layout atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan tata letak adalah pengaturan tulisan-tulisan dan gambar-gambar.

Ada tiga kriteria dasar untuk sebuah layout yang baik, yaitu:

1. Mencapai tujuan 2. Ditata dengan baik


(22)

13 3. Menarik bagi pengguna

Sebuah layout dapat bekerja dan mencapai tujuannya bila pesan-pesan yang akan disampaikan dapat segera ditangkap dan dipahami oleh pengguna dengan suatu cara tertentu. Sebuah layout harus ditata dan dipetakan secara baik agar pengguna dapat berpindah dari satu bagian ke bagian yang lain dengan mudah dan cepat.

II. 2. 6. Format

Besar-kecilnya elemen visual perlu diperhitungkan secara cermat sehingga desain komunikasi visual memiliki nilai kemudaha baca (legibility) yang tinggi. Langkah pertama untuk mempermudah penyusunan elemen-elemen desain adalah dengan membuat skala prioritas (visual hierarchy). Untuk tulisan urutkan dari atas, mulai dari informasi yang paling penting, agak penting, kurang penting, sampai ke elemen yang paling tidak penting. Hal ini seolah-olah hendak menyarankan pada pembaca informasi mana yang perlu didahulukan untuk dibbaca. Demikian pula dengan warna, bentuk, dan posisinya, secara visual perlu dibuat kontras dan menonjol sehingga menjadi focal point

Besar- kecilnya ukuran huruf untuk judul, subjudul, dan teks sebaiknya diperhitungkan sehingga dapat mempermudah pembaca dalam memilih informasi mana yang perlu dibaca pertama, kedua, dan seterusnya. Demikian pula dengan foto, jika menggunakan beberapa foto maka perlu dicermati foto mana yang lebih penting untuk dibuat lebih besar dari foto-foto lain yang kurang penting. Perbedaan ukuran yang diperhitungkan secara proporsional akan membantu pembaca dalam memilih informasi yang perlu didahulukan. Sangat penting untuk menentukan hierarki visual, yaitu mulai dari yang sangat penting, penting, dan kurang penting.

II. 3. TARI MODERN

Seni muncul dari ungkapan perasaan ekspresi manusia atas suatu suasana tertentu. Lonjakan kegembiraan seseorang saat memperoleh kesenangan akan membentuk gerakan ekspresif, lompatan manusia purba ketika berburu binatang juga terjadi secara spontan. Gerakan - gerakan inilah yang kemudian mengkristal dan disusun


(23)

dalam bentuk tarian. Dari berbagai peristiwa sehari - hari kemudian terlahir bentuk - bentuk rangkaian gerak yang diwujudkan dalam bentuk upacara ritual masyarakat purba. Dengan diiringi pukulan - pukulan genderang dan sejenisnya, kelompok masyarakat purba bergerak - gerak mengelilingi api unggun yang menyala sambil melantunkan mantra - mantra dan nyanyian - nyanyian persembahan bagi nenek moyang mereka. Inilah cikal bakal tumbuhnya tari.

Menurut Hawkins (Haukins : 1990, 2) menyatakan bahwa tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolis dan sebagai ungkapan si pencipta.

Seorang Curt Sachs (World History of The Dance : 1937, 9) mengemukakan bahwa tari adalah gerak yang ritmis. Dari definisi ini Curt Sachs lebih memberikan tambahan pengertian bahwa tari itu bukan semata-mata gerak, karena gerak belumlah cukup memberikan jawaban terhadap pengertian tari. Menurutnya gerak dalam tari adalah gerak yang indah, yang telah mengalami stilisasi dan memiliki pola ritmis. Oleh karenanya ditambahkan unsur ritmis dalam batasan yang dibuatnya.

Gambar II.2.Girl Dance MusicMovement.

Sumber : http://www.picturescollections.com/dance-photography/ (28 Desember 2013)

Modern dance, atau dalam Bahasa Indonesia berarti tari modern, adalah suatu bentuk tarian yang terbentuk dan berkembang sejak dari awal abad 20. Di beberapa tempat yang belum begitu mengenal tari modern seperti di Indonesia,


(24)

15 ballroom dance serta concert dance juga masih dianggap sebagai bagian dari tari modern ini. Namun apabila dilihat dari latar belakang sejarah, tari modern ini sebenarnya dipelopori oleh penari - penari dari Amerika Serikat, serta penari -

penari di beberapa negara di Eropa Barat yang “memberontak” terhadap ballet dance serta classical dance yang sedang booming saat itu.

Gambar II.3. Step Project Shuffle-ing.

Sumber : http://nobodygonnaknow.blogspot.com/2011/02/creanity-3.html (28 Desember 2013)

Tari modern adalah salah satu genre yang paling sulit untuk di definisikan dengan teknik.Tari Modern tidak selalu cepat atau lambat, atau dilakukan untuk musik tertentu atau musik apapun. Hal ini belum tentu apa-apa dan itu dapat mencakup semuanya.

II. 1. 1. Jenis-jenis Tari Modern

Sejalan dengan perkembangannya, tari modern dapat dikategorikan menjadi beberapa macam, antara lain adalah hip-hop dance, concert dance, break dance, R&B dance, freestyle dance, dan yang terakhir ballroom dance.

Berbagai macam Modern Dance :

- Robot Dance

Robot Dance adalah sebuah ilusi gaya tari yang mencoba untuk meniru sebuah menari robot atau manekin. Pada akhir tahun 1960-an


(25)

tarian itu telah di populerkan oleh Charles Washington yang juga dikenal sebagai ‘Charles Robot’, dan memperoleh ketenaran lebih lanjut setelah The Jacksons melakukan tarian ketika mereka tampil Dancing Machine.

Gambar II.4. Robot Dance.

Sumber : http://www.ics.uci.edu/~eppstein/pix/robot/RobotDance1.html (28 Desember 2013)

- Blood-Elf Dance

Blood-Elf Dance adalah tarian flexible atau tarian lentur. Ini merupakan tarian baru era jaman sekarang. Banyak anak muda mengikuti tarian ini.

Gambar II.5. Blood-Elf Dance.

Sumber : http://farm2.static.flickr.com/1208/1005085134_30624b7932_m.jpg (28 Desember 2013)


(26)

17 - Breakdance

B-boying atau yg sering disebut sebagai break dancing adalah gaya tarian yang berevolusi sebagai bagian dari budaya hip-hop di antara Amerika Latin di Bronx Selatan dan New York City selama tahun 1970-an. Menari-nari untuk dengan diiringi musik hip-hop dan genre musik lain yang sering di remix untuk memperpanjang waktu jeda musik. Seseorang yang mempraktekan gaya tarian ini disebut B-Boy untuk laki - laki, B-Girl untuk perempuan, atau Breaker.

Gambar II.6. Breakdance.

Sumber : http://i1.trekearth.com/photos/14703/breakdance.jpg (28 Desember 2013)

- Running Man (Shuffle Dance)

The Running Man (Shuffle Dance) adalah tarian yang berasal dari tahun 1980-an. Tarian ini diciptakan oleh Paula Abdul yang sementara

ia adalah seorang koreografer bagi Janet Jackson pada akhir ’80-an. The Running Man ini pertama kali dilakukan pada tahun 1987 dan 1988 sebagai bagian dari Control Janet Jackson tour concert. Ia juga menggunakan beberapa bentuk tarian Melbourne Shuffle yang terdiri dari langkah hopping atau menggeser yang dilakukan sedemikian rupa pada kecepatan untuk mensimulasikan seorang pelari.


(27)

Gambar II.7. lmfao-party-rock-anthem-shuffle-dance12.

Sumber : http://popculturetea.files.wordpress.com/2012/06/lmfao-party-rock-anthem-shuffle-dance12.jpeg (28 Desember 2013)

- Moonwalk Dance

The Moonwalk atau backslide adalah sebuah teknik tarian yang menghadirkan ilusi penari ditarik ke belakang ketika mencoba untuk berjalan maju. Gerakan tarian itu menjadi populer di seluruh dunia setelah di peragakan oleh Michael Jackson. Tarian Ini kemudian menjadi salah satu teknik tari yang terkenal di dunia.

Gambar II.8. Moon Walk MJ.

Sumber : http://home.mj-upbeat.com/wp-content/uploads/2013/03/Moon Walk MJ.jpg (28 Desember 2013)

- Sexy Dance

Sexy Dance ialah tarian dimana para dancer menari dengan menonjolkan sisi ke-sexy-an nya.


(28)

19 Gambar II.9. Sexy-Dance-2-8.

Sumber : http://4.bp.blogspot.com/-3rynl_Q-Q9A/Sexy-Dance-2-8.jpg (28 Desember 2013)

- Hip Hop

Hip-Hop adalah sebuah gerakan kebudayaan yang mulai tumbuh sekitar tahun 1970-an yang dikembangkan oleh masyarakat Afro-Amerika dan Latin-Afro-Amerika. Hip Hop merupakan perpaduan yang sangat dinamis antara elemen-elemen yang terdiri dari MCing (lebih dikenal rapping), DJing, Breakdance, dan Graffiti. Belakangan ini elemen Hip Hop juga diwarnai oleh beatboxing, fashion, dan gaya hidup lainnya.

Gambar II.10. hip-hop-soul-florianopolis-sc-movdancas-foto-claudio-etges-1. Sumber : http://maisindaia.com.br/portal/wp-content/uploads/2013/08/hip-hop-soul-florianopolis-sc-movdancas-foto-claudio-etges-1.jpg (28 Desember


(29)

II. 4. BANDUNG SHFL

Pada saat ini shuffle dance sudah banyak di ketahui oleh kalangan remaja. Hal itu terbukti dengan bagaimana dance asal Australia ini telah 'menghipnotis' masyarakat, baik yang di kota maupun yang di desa, dari yang tua hingga yang muda. Semuanya mengenali dengan yang namanya tarian shuffle atau shuffle dance ini.

Gambar II.11. Bandung SHFL.

Sumber : Dok. Bandung SHFL (3 Januari 2014)

Fenomena ini ternyata telah menghampiri 'Kota Kembang' Bandung. Karena saat ini, banyak anak-anak muda di Bandung yang gemar melakukan shuffle dance. Dan tidak hanya itu, komunitas shuffle pun saat ini mulai banyak bermuculan di Indonesia khususnya di Kota Bandung yang salah satunya adalah BANDUNG SHFL. BANDUNG SHFL adalah wadah bagi para pecinta shuffle yang ada di Kota Bandung. BANDUNG SHFL berdiri pada 23 Juni 2011, dan saat ini telah memiliki anggota sebanyak 210 orang yang tersebar di seluruh Kota Bandung.

Berdirinya group ini berawal dari ajang kumpul-kumpul penggemar shuffle di Bandung. Karena mereka memiliki hobi dan minat yang sama, maka akhirnya mereka memutuskan untuk membentuk sebuah wadah, yang bisa dijadikan sebagai tempat bertukar informasi bagi para pecinta shuffle dan memperkenalkan shuffle di Kota Bandung. Selain itu, tujuan mendirikan komunitas ini adalah untuk


(30)

21 mendapatkan keuntungan dari kerja keras yang di tampilkan oleh para anggota BANDUNG SHFL di Kota Bandung, entah itu sebuah Provit atau Penghargaan dari sebuah kalangan.

Anggota group ini terdiri dari beragam latar belakang profesi yang berbeda-beda, mulai dari pelajar, mahasiswa, hingga karyawan. Begitu juga dengan usianya, sangat beragam.

Gambar II.12. BANDUNG SHFL.

Sumber : Dok. BANDUNG SHFL (3 Januari 2014)

Shuffle Dance memiliki keunikan seperti gerakan yang menitik beratkan pada gerakan kaki. Gerakannya yang simpel namun enerjik, membuat orang-orang yang melihatnya tertarik dengan tarian asal 'Negeri Kanguru' ini. Tidak hanya itu, shuffle juga bisa dikombinasikan dengan berbagai genre dance yang ada. Mulai dari jumpstyle, robotic, dan lain-lain.

Di Bandung sendiri, wabah shuffle sudah mulai terasa sejak merambahnya popularitas lagu LMFAO yang berjudul “Party Rock Anthem” yang fenomenal itu. Karena di dalam video klip tersebut terlihat puluhan orang yang menari shuffle dengan lincahnya, sehingga menarik perhatian setiap orang yang menyaksikannya. Rizky salah satu anggota BANDUNG SHFL mengungkapkan "Setelah video klip tersebut muncul, banyak remaja-remaja di Bandung yang mencoba dan mencari tahu tentang shuffle”.


(31)

Untuk tetap mempererat silaturahmi di antara anggotanya, maka setiap hari Rabu,

dan Jum’at, pada pukul 16.00 WIB, group ini berkumpul sekaligus berlatih di Be Mall, di Jalan Naripan, Bandung, Jawa Barat.

Gambar II.13. BANDUNG SHFL.

Sumber : Dok. BANDUNG SHFL (3 Januari 2014)

Pada saat meet up tak jarang para anggota Bandung SHFL saling berbagi tips dan trik untuk mengimprofisasi shuffle dance. Tidak hanya itu, melalui kegiatan pertemuan ini juga, para shuffler bisa saling berkenalan dengan shuffler lainnya, sehingga jalinan tali silaturahmi di antara mereka semakin erat dan semakin luas.

II. 5. IDENTITAS BANDUNG SHFL

Gambar II.14. Logo BANDUNG SHFL. Sumber : Dok. BANDUNG SHFL (3 Januari 2014)


(32)

23 Pada gambar II. 14, dapat ditentukan objek ilustrasi atau gambar yang diaplikasikan pada logo tersebut. Berikut ini adalah perincian analisa pada objek ilustrasi atau gambar pada logo Bandung SHFL.

1. Logo ini menggunakan ilustrasi berupa tipografi yang menggunakan huruf

“BB” yang di modifikasi sedemikian rupa.

2. Terdapat ilustrasi yang berbentuk tipografi “BB” yang mempunyai maksud singkatan dari B-Boy atau Break Boy yang berarti orang yang melakukan breakdance.

3. Tulisan BANDUNG SHFL yang merupakan nama komunitas itu sendiri.

Logo pada gambar II. 14 belum mempunyai filosofi yang kuat salah satunya adalah logo tersebut belum benar-benar mencirikan asal dari komunitas tersebut yaitu Kota Bandung. Selain itu pada logo tersebut juga belum memberikan ciri khas dari shuffle dance.

Gambar II.15. Twitter BANDUNG SHFL. Sumber : twitter.com/BandungSHFL (3 Januari 2014)


(33)

II. 6. TARGET

II. 6. 1 Target Market a. Demografis

Jenis Kelamin : Pria dan Wanita Usia : 16 – 25 tahun

Pendidikan : SMP, SMA, Mahasiswa Budaya : Semua suku, ras, dan agama Status Sosial : Semua golongan

b. Psikografis

Hal ini berkaitan erat dengan gaya hidup yang dituju pada umumnya. Sasaran yang ditujukan adalah mereka yang menyukai musik dan memiliki

ketertarikan terhadap dance. c. Geografis

Target Market menurut geografisnya meliputi Kota Bandung dan sekitarnya.

II. 6. 2 Target Audience a. Demografis

Jenis Kelamin : Pria dan Wanita Usia : 16 – 25 tahun

Pendidikan : SMP, SMA, Mahasiswa Budaya : Semua suku, ras, dan agama Status Sosial : Semua golongan

b. Geografis

Target Audience menurut geografisnya meliputi Kota Bandung dan sekitarnya.

II. 7. PORTFOLIO

Dalam perjalanannya Bandung SHFL pernah mengisi beberapa acara di Kota Bandung, antara lain :

- Braga Fest 2013


(34)

25 - 2nd Anniversary Bandung SHFL di Café Waas dan Metro Indah Mall

2013.

- Hari jadi Kota Bandung di Asia Afrika pada tahun 2013. - Opening perform Festival Citylink Lotte Mart.

- Promosi Marlbor di Embassy 2012. - Pensi 20 SD di Bandung.

- Guest Star Baby Squid di Mansion 2013.

- Kejuaraan Futsal se-Indonesia di Gor Ctra, 2013. - Hukum Unpas 2013.

- Guest Star Anniversary Indorockers 2013 di Jakarta. - Liga Fans Club Bandung di Gor Ctra.

- Manajemen Informatika Unikom 2013.

II. 8. KOMPETITOR

Sebagai group dance Bandung SHFL tentu mempunyai pesaing yang sama-sama berkecimpung di dunia hiburan, terlebih di saat sama-sama perform di satu event

hiburan di Bandung. Salah satunya adalah “Bandung Street Dance Community”.

Bandung Street Dance Community atau yang biasa di singkat B.S.D.C adalah sebuah group atau komunitas dance yang ada di Kota Bandung. Mereka sering kali perform di event-event hiburan yang ada di Kota Bandung.

Sejarah B.S.D.C bermula pada awal tahun 2010, ketika dua dancer Gita Ahmad dan Allifia Wardoyo bertemu di dunia maya dan mendapati minat yang sama terhadap dunia street dance. Didasari atas keinginan untuk berlatih dalam sebuah komunitas street dance, mereka pun bertemu pertama kali untuk latihan pada tanggal 14 Februari 2010. Pada saat inilah BSDC terbentuk. Dengan anggota awal sebanyak 2 orang, di sebuah studio dance yang ternyata cukup mahal untuk dibayar oleh hanya 2 orang. BSDC kemudian perlahan tumbuh semakin besar dengan penambahan jumlah anggota yang masuk baik melalui info dunia maya, maupun melalui informasi mulut ke mulut. Dengan semakin bertambahnya jumlah anggota, BSDC pun memiliki lebih banyak keluarga aliran street dance, seperti Bboy, Locking, Popping, Tutting, Cwalk, Shuffler, dan lain lain.


(35)

Gambar II.16. BSDC.


(36)

27 BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

3. 1 STRATEGI PERANCANGAN 3. 1. 1 Pendekatan Komunikasi

Pendekatan komunikasi pada dasarnya merupakan suatu perancangan (planning) dan manajemen komunikasi untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai dalam sebuah logo. Pendekatan komunikasi dalam pembuatan konsep perancangan identitas visual Bandung SHFL dengan memberikan gaya baru dan informasi interaktif kedalam media pendukung.

Dalam pembuatan identitas visual, cara berkomunikasi harus diperhatikan baik dari sisi budaya, maupun dari sisi konsumen dan budaya berkomunikasi di lingkungan sekitar. Apabila hal ini tidak diperhatikan, yang terjadi adalah kegagalan dalam menyampaikan pesan dalam identitas visual.

Perancangan ini dikembangkan dengan cara menampilkan visualisasi dari perancangan identitas BANDUNG SHFL pada logo, yang bertujuan untuk memajukan citra yang kuat dan melekat di masyarakat atau target sasaran.

3. 1. 1. 1. Pendekatan Visual

Komunikasi visual disampaikan melalui desain identitas logo BANDUNG SHFL yang akan dirancang melalui sebuah desain yang dapat mewakili semua pesan utama secara singkat padat dan dapat dimengerti oleh target sasaran. Dengan menggunakan unsur visual grafis seperti logo dan elemen visual lainnya seperti garis, warna, dan tipografi agar desain terlihat lebih menarik dan digunakan sebagai gambaran pesan yang terbaca agar dapat mencirikan karakter dari BANDUNG SHFL sehingga pesan tersebut dapat terlihat selaras.


(37)

3. 1. 1. 2. Pendekatan Verbal

Pendekatan verbal dilakukan dengan cara mengkomunikasikan dengan adanya slogan atau tag lines tentang keunggulan BANDUNG SHFL.

3. 1. 2 Strategi Kreatif

Untuk perancangan identitas visual BANDUNG SHFL diperlukan pemahaman pada permasalahan yang ada. Untuk bisa memecahkan masalah maka strategi yang digunakan antara lain :

- Menggunakan identitas visual Logo dan Tagline dari BANDUNG SHFL pada setiap media pendukung untuk membuat identitas visual tersebut konsisten.

- Menampilkan ciri khas karakter dari BANDUNG SHFL.

- Informasi diterapkan seperti alamat website dan sosial media agar mudah diingat oleh konsumen.

- Logo dapat mengikuti perubahan dalam perkembangan jaman.

- Logo yang di hasilkan original dan unik.

3. 1. 3 Strategi Media

Identitas visual BANDUNG SHFL akan dikemas kedalam sebuah logo. Aplikasi logo ini disusun pada beberapa media pendukung. Adapun beberapa media pendukung yang merupakan hasil penerapan logo kedalam beberapa media, diantaranya :

1. Media Utama

- Manual Book

2. Media Pendukung - X-banner

X-Banner ini berfungsi sebagai media untuk menyampaikan informasi Bandung SHFL. X-banner ini diletakkan ketika Bandung SHFL sedang mengikuti Event agar orang-orang yang datang tertarik dan dapat mengetahui Bandung SHFL dengan adanya banner tersebut. Desain


(38)

X-29 banner di buat semenarik mungkin agar orang tertarik dan mendatangi tempat tersebut.

- Poster

Poster adalah sebuah media yang berfungsi untuk memberi informasi tentang acara yang dibuat atau di ikuti oleh Bandung SHFL dengan menampilkan logo Bandung SHFL di dalam poster tersebut. Poster ini akan di sebarkan dengan cara di tempel di tembok atau di tempat-tempat umum agar mudah dilihat oleh orang-orang yang melewati tempat tersebut.

- Flyer

Flyer adalah sebuah media yang berfungsi untuk memberi informasi tentang acara yang dibuat atau di ikuti oleh Bandung SHFL dengan menampilkan logo Bandung SHFL di dalam flyer tersebut. Flyer ini akan di sebarkan kepada orang-orang.

- T-Shirt

T-shirt ini berfungsi sebagai merchandise untuk Bandung SHFL. T-shirt ini akan di pakai oleh para anggota Bandung SHFL, selain itu T-shirt ini berfungsi sebagai media informasi dengan adanya Identitas Visual dari Bandung SHFL yaitu berupa logo yang di aplikasikan pada desain T-Shirt sehingga jika ada anggota yang memakai kaos ini maka orang lain yang melihatnya akan mengetahui Bandung SHFL.

- Pin

Pin ini berfungsi sebagai merchandise untuk Bandung SHFL. Pin ini akan di pakai oleh para anggota Bandung SHFL, selain itu Pin ini berfungsi sebagai media informasi dengan adanya Identitas Visual dari Bandung SHFL yaitu berupa logo yang di aplikasikan pada desain Pin sehingga jika ada anggota yang memakai Pin ini maka orang lain yang melihatnya akan mengetahui Bandung SHFL.

- Sticker

Stiker dibuat sebagai media penunjang yang akan di bagikan kepada publik dan bisa juga di tempel di tempat dimana orang-orang dapat melihat stiker tersebut seperti di Pintu, Motor, Kaca Mobil, dll.


(39)

3. 2 KONSEP VISUAL

Konsep visual merupakan suatu konsep yang muncul dari ide yang kemudian diolah kedalam bahasa visual. Konsep visual terdiri dari beberapa unsur yang terdapat pesan didalamnya. Konsep visual yang terdapat pada sebuah desain merupakan upaya untuk memperkuat kemampuan komunikasi dari pesan yang ingin disampaikan. Penentuan dan penetapan gaya visual merupakan hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan tata letak atau layout dan unsur visual lainnya, hal ini dilakukan untuk memberikan kesan tertentu dengan maksud menampilkan unsur visual yang berkaitan dengan objek permasalahan pada perancangan identitas visual Bandung SHFL. Dikarenakan target yang dituju menerima informasi secara pasif dan cepat lupa, unsur visual harus lebih diperhatikan, diantaranya yaitu suatu tampilan yang menarik dan dapat melekat pada ingatan konsumen yang menggambarkan citra dan kesan dari identitas visual BANDUNG SHFL.

3. 2. 1 Format Desain - Grid System

Menjaga integritas Logo Bandung SHFL agar bentuk dan ruang seimbang dan memiliki ruang yang konsisten di setiap lengkungan, sehingga membuat logo tetap terlihat dalam keadaan kecil maupun dalam keadaan besar dan dapat mempermudah produksi logo agar fix bentuknya dan dapat di aplikasikan ke dalam berbaga media cetak.

Zona yang Kosong diciptakan untuk memastikan logo selalu menonjol dan tampak jelas. Ruangan kosong di ukur dengan ukuran huruf ‘B’. Lebih banyak ruangan kosong di sekitar logo, akan lebih menonjol pula penampilannya dibandingkan elemen gambar atau grafik lainnya.


(40)

31 Gambar III.1. Sistem Grida

Sumber : Dokumen Pribadi (2014)

- Ukuran Logo

Ukuran logo ditentukan untuk menjaga tingkat keterbacaan logo pada saat pengaplikasian logo pada media-media apparel dengan ukuran kecil. Untuk logo Bandung SHFL ukuran minimal logo adalah 4 cm, karena saat ukurannya kurang dari 4 cm maka logo akan sulit dibaca.

Gambar III.2. Ukuran Logo Sumber : Dokumen Pribadi (2014)


(41)

- Positif dan Negatif

Berikut adalah logo Bandung SHFL menggunakan warna positif dan negatif. Untuk aturan logo yang diaplikasikan pada background yang berwarna putih maka logo akan berwarna hitam, begitu juga dengan sebaliknya jika background berwarna hitam maka logo akan berwarna putih.

Gambar III.3. Ki: Positif. Ka: Negatif Sumber : Dokumen Pribadi (2014)

3. 2. 2 Tata Letak

Logo harus disajikan secara utuh, kalaupun ada hanya digunakan pada media aplikasi dengan ketentuan yang sudah ditentukan. Berikut adalah posisi logo yang tidak diperkenankan pada aplikasi media apapun.

Gambar III.4. Tata Letak Logo Sumber : Dokumen Pribadi (2014)


(42)

33 3. 2. 3 Tipografi

Penggunaan unsur tipografi yang tepat akan sangat membantu dalam membuat desain yang tepat dan mudah diterima, sesuai dengan tujuan desain yang dibutuhkan. Pemilihan jenis font yang digunakan adalah Disco Night dan Freshman karena font tersebut mengandung nilai modern, mendukung dan memberikan nilai tambah bagi visual logo.

Tipografi yang digunakan adalah :

Pada tulisan BANDUNG menggunakan huruf Disco Night dan pada tulisan HARD FOR LIVE menggunakan huruf Freshman.

Gambar III.5. Disco Night Sumber : Dokumen Pribadi (2014)

Font pada tulisan “BANDUNG” menggunakan font Disco Night. Font ini termasuk

kedalam font yang mempunyai gaya modern dan sedikit terdapat sentuhan seperti pantulan cahaya pada font yang melambangkan bahwa Bandung SHFL adalah komunitas yang bergerak di bidang dance.

Gambar III.6. Freshman Sumber : Dokumen Pribadi (2014)

Font pada tulisan “SHFL” dan tagline pada logo menggunakan font Freshman. Font ini

adalah termasuk kedalam gaya old school yang mencirikan jika didalam Bandung SHFL terdapat para remaja yang masih sekolah atau kuliah.


(43)

3. 2. 4 Ilustrasi

Ilustrasi yang ditampilkan pada konsep logo BANDUNG SHFL yaitu bersifat sederhana agar mudah dimengerti, mudah dibaca, dan mudah diingat oleh semua orang. Konsep logo BANDUNG SHFL mengilustrasikan seseorang yang sedang menari Shuffle Dance dan sebuah icon Kota Bandung yaitu Gedung Sate.

- Running Man

Ilustrasi yang dipakai dalam logo Bandung SHFL salah satunya terdapat sebuah icon yang dapat mewakili gerakan dari Shuffle Dance yaitu seorang laki-laki dan perempuan yang sedang bersamaan melakukan gerakan Running Man. Hal ini memberikan arti bahwa didalam Bandung SHFL terdapat anggota laki-laki dan perempuan yang dapat melakukan Shuffle Dance bersama-sama tanpa adanya perbedaan.

Gambar III.7. Gerakan Running Man dalam Shuffle Dance.

Sumber : Dokumen Pribadi (2014)

- Gedung Sate

Salah satu Ilustrasi yang dipakai dalam logo Bandung SHFL adalah sebuah icon dari Kota Bandung yaitu Gedung Sate. Gedung Sate adalah icon terkuat yang dapat mencirikan Kota Bandung. Dengan mengambil bagian atas dari Gedung Sate agar visual terlihat jadi lebih sederhana. Hal ini memberikan arti bahwa Bandung SHFL adalah sebuah komunitas Shuffle Dance yang berasal dari Kota Bandung.


(44)

35 Gambar III.8. Icon Kota Bandung.

Sumber : Dokumen Pribadi (2014) 3. 2. 5 Warna

Dalam Perancangan logo Bandung SHFL menggunakan color mode CMYK karena percetakan (cetak offset) warna yang digunakan adalah CMYK dan dalam percetakan hanya terdapat empat warna pokok yang dikenal dengan sebutan CMYK (Cyan, Magenta, Yellow, Black). Adapun Warna yang dipilih untuk membantu memperkuat pesan dan kesan yang ingin disampaikan oleh Bandung SHFL.

Gambar III.9. Warna.

Sumber : Dokumen Pribadi (2014)

Warna Biru Muda adalah termasuk warna yang cerah yang melambangkan Komunikasi, Enerjik, Semangat dari para anggota Bandung SHFL yang tergolong masih Remaja.


(45)

BAB IV

MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI

4. 1. Teknik Media dan Cetak

Teknis pembuatan media sebagai aplikasi identitas visual Bandung SHFL menggunakan ilustrasi yang dibuat dengan software Adobe Illustrator CS6 kemudian teknis pewarnaan dilakukan langsung dengan software tersebut sedangkan untuk editing image foto menggunakan software Photoshop CS6. Untuk penambahan elemen estetis dan pengaturan layout menggunakan Adobe Illustrator CS6 kembali. Seluruh media menggunakan warna CMYK dan RGB karena teknis produksi yang menggunakan cetak separasi untuk cetak lain berupa sablon maka dipilih warna yang mendekati.

4. 1. 1 Media Utama

Manual book sebagai media utama dalam penyampaian identitas visual Bandung SHFL, manual book tersebut berisi penjelasan secara rinci asal mula konsep perancangan identitas, komunikasi dan konsep visual hinga menjadi sebuah identitas visual berupa Logo.

Gambar IV.1. Layout Manual book Illustrator Sumber : Dokumen Pribadi (2014)


(46)

37 Gambar IV.2. Layout Cover

Sumber : Dokumen Pribadi (2014)

Gambar IV.3. Layout Isi Sumber : Dokumen Pribadi (2014) Ukuran : A3 paper 29,7x 42,0cm Material : Kertas Art paper 150 gr


(47)

4. 1. 2. Media Pendukung

Media pendukung terdiri dari X-banner, poster, flyer, t-shirt, Pin, dan sticker. Media pendukung ini adalah media yang dipilih untuk melengkapi dan menunjang media utama agar dapat menyampaikan atau mengkomunikasikan materi pesan yang ingin disampaikan pada sasaran. Teknis pencetakan dan pilihan material yang digunakan pun akan menunjang hasil akhirnya akan baik. Berikut perincian teknik produksi media pendukung dijelaskan dengan gambar serta material bahan yang digunakan serta ukuran cetaknya.

- X-banner

X-Banner ini berfungsi sebagai media untuk menyampaikan informasi Bandung SHFL. X-banner ini diletakkan ketika Bandung SHFL sedang mengikuti Event agar orang-orang yang datang tertarik dan dapat mengetahui Bandung SHFL dengan adanya banner tersebut. Desain X-banner di buat semenarik mungkin agar orang tertarik dan mendatangi tempat tersebut.

Gambar IV.4. X-banner Sumber : Dokumen Pribadi (2014)

Ukuran : 160cm X 60cm Material : X-banner Teknis Cetak : Print Offset


(48)

39 - Poster

Poster adalah sebuah media yang berfungsi untuk memberi informasi tentang acara yang dibuat atau di ikuti oleh Bandung SHFL dengan menampilkan logo Bandung SHFL di dalam poster tersebut. Poster ini akan di sebarkan dengan cara di tempel di tembok atau di tempat-tempat umum agar mudah dilihat oleh orang-orang yang melewati tempat tersebut.

Gambar IV.5. Poster Sumber : Dokumen Pribadi (2014)

Ukuran : A3 paper 42,0cm X 29,7cm Material : Kertas Art paper 120 gr

Teknis Cetak : Print Offset

- Flyer

Flyer adalah sebuah media yang berfungsi untuk memberi informasi tentang acara yang dibuat atau di ikuti oleh Bandung SHFL dengan menampilkan


(49)

logo Bandung SHFL di dalam flyer tersebut. Flyer ini akan di sebarkan kepada orang-orang.

Gambar IV.6. Flyer Sumber : Dokumen Pribadi (2014) Ukuran : A3 paper 21,0cm X 14,85cm

Material : Kertas Art paper 120 gr Teknis Cetak : Print Offset

- T-shirt

T-shirt ini berfungsi sebagai merchandise untuk Bandung SHFL. T-shirt ini akan di pakai oleh para anggota Bandung SHFL, selain itu T-shirt ini berfungsi sebagai media informasi dengan adanya Identitas Visual dari Bandung SHFL yaitu berupa logo yang di aplikasikan pada desain T-Shirt sehingga jika ada anggota yang memakai kaos ini maka orang lain yang melihatnya akan mengetahui Bandung SHFL.


(50)

41 Gambar IV.7. T-Shirt

Sumber : Dokumen Pribadi (2014) Ukuran : S, M, L, XL

Material : Kaos Cotton combad 30s Teknis Cetak : Print Sablon

- Pin

Pin ini berfungsi sebagai merchandise untuk Bandung SHFL. Pin ini akan di pakai oleh para anggota Bandung SHFL, selain itu Pin ini berfungsi sebagai media informasi dengan adanya Identitas Visual dari Bandung SHFL yaitu berupa logo yang di aplikasikan pada desain Pin sehingga jika ada anggota yang memakai Pin ini maka orang lain yang melihatnya akan mengetahui Bandung SHFL.


(51)

Gambar IV.8. Pin

Sumber : Dokumen Pribadi (2014) Material : Pin Plastik Teknis Cetak : Print Offset - Sticker

Stiker dibuat sebagai media penunjang yang akan di bagikan kepada publik dan bisa juga di tempel di tempat dimana orang-orang dapat melihat stiker tersebut seperti di Pintu, Motor, Kaca Mobil, dll.

Gambar IV.8. Sticker Sumber : Dokumen Pribadi (2014)

Ukuran : 7cm X 7cm

Material : Stiker Laminasi Glossy Teknis Cetak : Print Offset


(1)

Gambar IV.2. Layout Cover Sumber : Dokumen Pribadi (2014)

Gambar IV.3. Layout Isi Sumber : Dokumen Pribadi (2014)

Ukuran : A3 paper 29,7x 42,0cm Material : Kertas Art paper 150 gr


(2)

4. 1. 2. Media Pendukung

Media pendukung terdiri dari X-banner, poster, flyer, t-shirt, Pin, dan sticker. Media pendukung ini adalah media yang dipilih untuk melengkapi dan menunjang media utama agar dapat menyampaikan atau mengkomunikasikan materi pesan yang ingin disampaikan pada sasaran. Teknis pencetakan dan pilihan material yang digunakan pun akan menunjang hasil akhirnya akan baik. Berikut perincian teknik produksi media pendukung dijelaskan dengan gambar serta material bahan yang digunakan serta ukuran cetaknya.

- X-banner

X-Banner ini berfungsi sebagai media untuk menyampaikan informasi Bandung SHFL. X-banner ini diletakkan ketika Bandung SHFL sedang mengikuti Event agar orang-orang yang datang tertarik dan dapat mengetahui Bandung SHFL dengan adanya banner tersebut. Desain X-banner di buat semenarik mungkin agar orang tertarik dan mendatangi tempat tersebut.

Gambar IV.4. X-banner Sumber : Dokumen Pribadi (2014)

Ukuran : 160cm X 60cm Material : X-banner Teknis Cetak : Print Offset


(3)

- Poster

Poster adalah sebuah media yang berfungsi untuk memberi informasi tentang acara yang dibuat atau di ikuti oleh Bandung SHFL dengan menampilkan logo Bandung SHFL di dalam poster tersebut. Poster ini akan di sebarkan dengan cara di tempel di tembok atau di tempat-tempat umum agar mudah dilihat oleh orang-orang yang melewati tempat tersebut.

Gambar IV.5. Poster Sumber : Dokumen Pribadi (2014)

Ukuran : A3 paper 42,0cm X 29,7cm Material : Kertas Art paper 120 gr

Teknis Cetak : Print Offset

- Flyer

Flyer adalah sebuah media yang berfungsi untuk memberi informasi tentang acara yang dibuat atau di ikuti oleh Bandung SHFL dengan menampilkan


(4)

logo Bandung SHFL di dalam flyer tersebut. Flyer ini akan di sebarkan kepada orang-orang.

Gambar IV.6. Flyer Sumber : Dokumen Pribadi (2014)

Ukuran : A3 paper 21,0cm X 14,85cm Material : Kertas Art paper 120 gr

Teknis Cetak : Print Offset

- T-shirt

T-shirt ini berfungsi sebagai merchandise untuk Bandung SHFL. T-shirt ini akan di pakai oleh para anggota Bandung SHFL, selain itu T-shirt ini berfungsi sebagai media informasi dengan adanya Identitas Visual dari Bandung SHFL yaitu berupa logo yang di aplikasikan pada desain T-Shirt sehingga jika ada anggota yang memakai kaos ini maka orang lain yang melihatnya akan mengetahui Bandung SHFL.


(5)

Gambar IV.7. T-Shirt Sumber : Dokumen Pribadi (2014)

Ukuran : S, M, L, XL

Material : Kaos Cotton combad 30s Teknis Cetak : Print Sablon

- Pin

Pin ini berfungsi sebagai merchandise untuk Bandung SHFL. Pin ini akan di pakai oleh para anggota Bandung SHFL, selain itu Pin ini berfungsi sebagai media informasi dengan adanya Identitas Visual dari Bandung SHFL yaitu berupa logo yang di aplikasikan pada desain Pin sehingga jika ada anggota yang memakai Pin ini maka orang lain yang melihatnya akan mengetahui Bandung SHFL.


(6)

Gambar IV.8. Pin

Sumber : Dokumen Pribadi (2014)

Material : Pin Plastik Teknis Cetak : Print Offset - Sticker

Stiker dibuat sebagai media penunjang yang akan di bagikan kepada publik dan bisa juga di tempel di tempat dimana orang-orang dapat melihat stiker tersebut seperti di Pintu, Motor, Kaca Mobil, dll.

Gambar IV.8. Sticker Sumber : Dokumen Pribadi (2014)

Ukuran : 7cm X 7cm

Material : Stiker Laminasi Glossy Teknis Cetak : Print Offset