B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang diatas, maka peneliti menetapkan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep diri kaum lesbian?
2. Apakah faktor-faktor pembentuk konsep diri kaum lesbian?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah :
1. Mengetahui konsep diri yang dimiliki lesbian
2. Mengetahui faktor-faktor pembentuk konsep diri pada lesbian
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini berguna untuk pengembangan ilmu Psikologi Perkembangan dan Psikologi Klinis
2. Manfaat Praktis
a. Referensi bagi para lesbian dalam melihat konsep diri yang
dimiliki b.
Penelitian ini diharapkan memberi gambaran yang baik bagi para pembaca dan masyarakat dalam melihat konsep diri lesbian
c. Referensi bagi penelitian lain yang melakukan penelitian yang
serupa
10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Lesbian
1. Pengertian Lesbian
Kartono 1989 mengungkapkan bahwa lesbian atau lesbianisme berasal dari kata Lesbos yaitu pulau di tengah Lautan Egeis yang pada
zaman kuno dihuni oleh para wanita. Konon siapa saja yang lahir di pulau itu nama belakangnya akan diikuti kata Lesbian, namun tidak semua orang
yang memakai nama tersebut adalah lesbian. Pendapat lain diungkapkan oleh Supratiknya 1995 yang menyatakan
lesbian adalah perilaku seksual yang ditujukan pada pasangan sejenis. Pendapat serupa juga dikemukan oleh Sudarjoen 2005 yang berpendapat
bahwa lesbian adalah suatu kecenderungan yang kuat akan daya tarik erotis seseorang justru terhadap jenis kelamin yang sama.
Berdasarkan hal-hal diatas dapat disimpulkan bahwa lesbian adalah ketertarikan yang dialami oleh seorang wanita kepada wanita.
2. Jenis-jenis lesbian
Coleman, Butcher dan Carson dalam Supratiknya, 1995 menggolongkan lesbian kedalam beberapa jenis :
a. Lesbian Tulen Jenis ini memenuhi gambaran stereotipik popular tentang
perempuan yang kelaki-lakian, ataupun sebaliknya. Sering termasuk juga kaum
transvestite
atau TV, yakni orang-orang yang suka mengenakan pakaian dan berperilaku seperti lawan jenisnya.
b. Lesbian malu-malu
Kaum wanita yang suka mendatangi WC-WC umum atau tempat- tempat mandi uap terdorong oleh hasrat homoseksualitas mereka
namun tidak mampu dan tidak berani menjalin hubungan personal yang cukup intim dengan orang lain untuk mempraktikan
homoseksualitasnya c.
Lesbian tersembunyi
Kelompok ini biasanya dari kelas menegah dan memiliki status sosial
yang mereka
rasa perlu
dilindungi dengan
cara menyembunyikan homoseksual mereka. Homoseksualitasnya biasanya
hanya diketahui oleh sahabat karib, kekasih, atau orang-orang tertentu yang jumlahnya terbatas.
d. Lesbian situasional
Terdapat aneka jenis situasi yang dapat mendorong orang mempraktekkan homoseksualitas tanpa disertai komitmen yang
mendalam
e. Biseksual
Orang-orang yang mempraktekkan homoseksual dan heteroseksual f.
Lesbian mapan Sebagian besar kaum lesbian menerima homoseksualitas mereka,
memenuhi aneka peran kemasyarakatan secara bertanggung jawab dan mengikatkan diri dengan komunitas lesbian setempat.
Secara keseluruhan, kaum lesbian tidak menunjukkan gejala gangguan kepribadian yang lebih dibandingkan kaum heteroseksual. Ada kecenderungan
bahwa kaum lesbian lebih mengutamakan kualitas hubungan dan bukan aspek seksualnya, sedangkan kaum homoseksual lelaki cenderung mengutamakan
aspek seksual dalam hubungan mereka.
3. Faktor-faktor penyebab lesbian
Supratiknya 1995 dan Kartono 1989 mengungkapkan hal yang serupa bahwa seseorang dapat menjadi lesbian karena faktor hormon,
mendapat pengalaman homoseksual yang menyenangkan, pengalaman lingkungan keluarga di mana ayah lebih dominan dan ibu tidak atau
mungkin sebaliknya. Namun, Kartono 1989 menyebut faktor tambahan yaitu pengalaman traumatis, yaitu pengalaman buruk masa lalu yang terus
melekat dalam benak sehingga menimbulkan kebencian
Dari faktor-faktor di atas maka dapat disimpulkan bahwa faktor- faktor penyebab lesbian adalah faktor herediter, pengalaman traumatis,
lingkungan dan pengalaman relasi homoseksual.
4. Istilah dalam lesbian
Sebelumnya, peneliti mengungkapkan 3 istilah yang digunakan dalam komunitas lesbian, dalam menentukan
label
dari peran yang dijalankan oleh seorang lesbian. Istilah peran tersebut adalah
Butchy
atau lesbian laki-laki tomboy,
Femme
atau lesbian perempuan dan
Andro
. Pendapat serupa diungkapkan oleh Moser 2000 bahwa terdapat
beberapa istilah yang digunakan dalam komunitas lesbian : a.
High Femme
atau
Lipstick Lesbian
, adalah wanita yang tampak feminin secara stereotip gincu, riasan, sepatu tumit tinggi, pakaian
berjumbai dan lain-lain b.
Femme,
wanita yang memiliki penampilan feminin c.
Soft Butch
, wanita yang berpenampilan lebih tidak jelas dari jenis kelaminnya
d.
Stone Butch
, cenderung berpenampilan maskulin dan mungkin menyukai penetrasi vagina
Dalam hal istilah dalam komunitas lesbian, peneliti dapat menyimpulkan bahwa istilah
Butchi
merupakan
Stone Butch, Femme
termasuk dalam istilah
High Femme
dan
Femme
, serta istilah
Andro
dapat termasuk dalam golongan
Soft Butch
.
5. Lesbian di Yogyakarta
Komunitas ini melakukan perkenalan lewat jejaring sosial di internet seperti
Facebook, Friendster
,
Twitter
, dan
MiRC
serta situs pribadi untuk komunitasnya. Semua itu di lakukan untuk menjaga
eksistensi komunitasnya di dunia maya. Di Yogyakarta khususnya, komunitas ini b
iasanya ”
nongkrong
” di
Taman Sari Food Court
Ambarukmo Plasa dan Titik Nol Kilometer Yogyakarta. Aktivitas yang biasa dilakukan adalah ngobrol atau
sharing
dengan teman-teman sekomunitas. Komunitas LGBT juga mengadakan acara bulanan berupa pesta di salah satu tempat hiburan malam.
Organisasi LGBT bertumbuh sangat pesat di Yogyakarta dan hadirnya “Yogyakarta Principles” menjadi sarana yang semakin
menguatkan eksistensi kaum lesbian di Yogyakarta. Hal tersebut semakin membuat LSM-LSM menjadi semakin gigih memperjuangkan hak-hak
komunitas LGBT dan lesbian pada khususnya di Yogyakarta. Homoseksual yang tergabung dalam suatu organisasi disebut
homoseksual mapan.
Supratiknya 1995
menyebutkan bahwa
homoseksual mapan adalah kaum homoseksual yang menerima homoseksualitas mereka, memenuhi aneka peran kemasyarakatan secara
bertanggung jawab dan mengikatkan diri dengan komunitas homoseksual setempat.
Beberapa Organisasi LGBT di Yogyakarta yaitu : Koalisi Perempuan Indonesia DIY Perempuan LBT, Lesbian
Independent
,
Vesta, Q-munity, PLU Satu Hati, dan Keluarga Besar Waria Yogya Kebaya.
B. Konsep Diri