Perencanaan Penggunaan Lahan Komoditas Unggulan Perkebunan Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat

PERENCANAAN PENGGUNAAN LAHAN KOMODITAS UNGGULAN
PERKEBUNAN DI KABUPATEN TANAH DATAR, PROVINSI
SUMATERA BARAT

ASTRIANA RAHMI SETIAWATI

SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Perencanaan
Penggunaan Lahan Komoditas Unggulan Perkebunan di Kabupaten Tanah Datar,
Provinsi Sumatera Barat adalah karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan didalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2016

Astriana Rahmi Setiawati
NRP A151130101

RINGKASAN
ASTRIANA RAHMI SETIAWATI. Perencanaan Penggunaan Lahan Komoditas
Unggulan Perkebunan Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat.
Dibimbing oleh SANTUN R.P SITORUS dan WIDIATMAKA.
Perekonomian Kabupaten Tanah Datar sangat ditunjang oleh sektor
pertanian. Pada tahun 2012 Pendapatan Domestik Regional Bruto Kabupoaten
Tanah berada pada tingkat rata-rata/menengah yaitu 6,5% dan lebih rendah bila
dibandingkan dengan kabupaten tetangga: Kabupaten Padang Pariaman (7,23 %);
Agam (7,83%); Lima Puluh Kota (7,20%) dari total PDRB provinsi (BPS, 2013).
Berdasarkan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatra Barat tahun
2014, pertumbuhan sektor perkebunan relatif lambat dan hanya menyumbang 4,08
% dari total PDRB Sumatra Barat. Sementara itu, terdapat adanya peningkatan
produksi dari beberapa komoditi perkebunan seperti produksi kakao, kopi robusta,

kopi arabika dan kemiri. Penetapan komoditas unggulan disuatu wilayah menjadi
suatu keharusan dengan pertimbangan bahwa komoditas tersebut mampu bersaing
secara berkelanjutan dengan komoditas yang sama yang dihasilkan oleh wilayah
lain atau komoditas tersebut unggul secara komparatif dan kompetitif. Kesalahan
managemen dalam penggunaan lahan akan menimbulkan kerusakan terhadap
lahan itu sendiri (Nugroho 2000). Arahan pengembangan komoditas pada suatu
lahan mencakup perencanaan penggunaan lahan untuk pengembangan komoditas
tertentu. Komoditas yang terpilih adalah komoditas yang mempunyai nilai
ekonomis yang tinggi, hasil evaluasi kesesuaian lahannya
sesuai serta
dibudidayakan masyarakat dan memiliki dukungan infrastruktur dan kelembagaan
yang cukup. Ketidaktahuan untuk mengendalikan suatu penggunaan lahan untuk
pengendalian komoditas dapat diatasi dengan menyusun perencanaan penggunaan
lahan (Sitorus et al. 2012). Oleh karena itu, pengembangan ekonomi wilayah
melalui pengembangan komoditas unggulan akan mempercepat pertumbuhan
ekonomi suatu daerah. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengidentifikasi
komoditas unggulan perkebunan Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera
Barat; (2) Mengidentifikasi dan mendeliniasi penggunaan lahan eksisting
Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat; (3) Mengevaluasi ketersediaan
lahan dan kesesuaian lahan untuk pengembangan komoditas unggulan perkebunan

di Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat; (4) Menyusun arahan
rencana penggunaan lahan untuk komoditas unggulan Kabupaten Tanah Datar,
Provinsi Sumatera Barat.
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Tanah Datar dengan tiga tahap
kegiatan, yaitu: (1) Pengumpulan data meliputi: identifikasi komoditas unggulan
perkebunan, identifikasi tipe penggunaan lahan, analisis tanah di laboratorium;
(2) Kegiatan analisis ketersediaan lahan dan kesesuaian lahan untuk
pengembangan komoditas unggulan; (3) Menyusun arahan pengembangan
komoditas unggulan. Jenis data terdiri dari data sekunder dan data primer. Data
sekunder diperoleh melalui Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat (luas
panen dan produksi tanaman perkebunan), Badan Perencanaan Daerah Kabupaten
Tanah Datar (BAPPEDA), data iklim, Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI), Peta Pola
Ruang (Rencana Tata Ruang Wilayah) Kabupaten Tanah Datar, Peta Kawasan
Hutan Kabupaten Tanah Datar (Kementrian Kehutanan), Peta Administrasi

Kabupaten Tanah Datar, Peta Tanah, Peta Lereng, dan Peta Geologi. Data primer
meliputi data penggunaan lahan, karakteristik lahan, serta pengamatan kondisi
fisik lahan di lapangan dan data analisis tanah dilaboratorium. Data penggunaan
lahan diperoleh dengan cara melakukan interpretasi citra satelit dan divalidasi
dengan melakukan cek lapangan. Data kondisi fisik lahan dan karakteristik tanah

di peroleh dari survei lapang. Alat yang digunakan adalah Receiver GPS, kamera
digital, dan seperangkat komputer yang dilengkapi dengan software: Envi 5
portable, Arc GIS 10.2, Google Earth Plus, Microsoft Excel, dan Microsoft Word.
Komoditas unggulan suatu wilayah diidentifikasikan dengan nilai LQ yang
lebih besar dari 1 dan nilai SSA yang positif. Berdasarkan analisis LQ dan SSA
diketahui bahwa Kabupaten tanah datar memiliki 15 jenis komoditas unggulan;
karet, kopi robusta, kakao, kelapa, cengkeh, kayu manis, aren, tebu,
gardamunngu/kapulaga, kapok, merica, pala, panili, dan kemiri. Berdasarkan hasil
interpretasi citra satelit LANDSAT 8 dan dibantu dengan google earth serta
ground check, di ketahui bahwa penggunaan lahan aktual (2014) Kabupaten
Tanah Datar adalah: hutan primer (37,2%); sawah (20%); hutan sekunder (19,8
%); dan kebun campuran (7,5%) merupakan empat penggunaan lahan terluas di
Kabupaten Tanah Datar, namun untuk pengembangan komoditas unggulan
perkebunan, evaluasi lahan hanya dilakukan pada penggunaan lahan hutan
sekunder (19,8%), kebun campuran (7,5%), dan semak belukar (0,7%).
Lahan yang tersedia dan sesuai untuk pengembangan komoditas unggulan
perkebunan di Kabupaten Tanah Datar dengan kelas kesesuaian lahan S3 adalah
sebagai berikut: kakao (16.853 ha); kelapa (9.439 ha); cengkeh (6.921 ha); merica
(4.912 ha); kayu manis (4.741 ha); pala (4.603 ha); karet (3.997 ha); tebu (3.651
ha); kopi arabika (1.980 ha); kemiri (1.366 ha); aren (1.291 ha); kapok (1.072 ha);

kapulaga (982 ha); kopi robusta (924 ha); dan vanili (353 ha). Arahan rencana
penggunaan lahan komoditas unggulan perkebunan adalah: kopi robusta
(Kecamatan X Koto dan Tanjung Baru); pala (Kecamatan Batipuh); kakao
(Kecamatan Batipuh Selatan, Rambatan, Limo Kaum, Tanjung Emas, dan Lintau
Buo Utara); cassiavera/kayu manis (Kecamatan Pariangan dan Sungayang); vanili
(Kecamatan Sungai Tarab); dan kopi arabika (Kecamatan Salimpauang).
Kata kunci: kesesuaian lahan, ketersediaan lahan, komoditas unggulan
perkebunan.

SUMMARY
ASTRIANA RAHMI SETIAWATI. Land use Planning based on superior estate
commodities in Tanah Datar Regency, West Sumatra province. Under directions
of SANTUN R.P SITORUS and WIDIATMAKA.
Tanah Datar's economy is supported by the agricultural sector. In 2012 the
Gross Domestic Regional Product (PDRB) Tanah Datar Regency was 6.5 % and it
was lower than another regencies in West Sumatra: Padang Pariaman Regency
(7.23 %); Agam (7.83%); Lima Puluh Kota (7.20%) (BPS 2013). Based on BPTP
(2014) the growth of plantation sector are relatively slow, where accounted for
only 4.08% of total PDRB of West Sumatra. In fact, there is an increase of some
commodities of plantation such as cocoa, robusta coffee, arabica coffee and

candlenut. the information of land resources for plantation in Kabupaten Tanah
Datar is still limited and information about land suitability of superior estate
commodities in every sub-district are not available. Determination for land
suitability of superior estate in every regions is important and that commodities
will compete sustainably with the same commodities produced by other regions or
other commodities. To develop the commodities, the sistematic direction has to be
considered for an optimal land use. An Errors in management of land use will
make a damage for itself (Nugroho 2000). The direction on developing
comodities in land includes land use planning. The Selected commodity should
have a high economic value, which is compatible with land use, easy to growth,
and was supporting by institutional and other stakeholder. The uncontrolable of
using land resources in each commodity, should be overcome with managing and
planning a land use itself (Sitorus et al. 2012). Therefore, Developing an
economic sector in each region from superior estate comodity development will
increase the economic stability for itself. This research aimed: (1) to identify
superior estate comodities of Tanah Datar Regency; (2) to identify present land
use of Tanah Datar Regency; (3) to analyze land availability and to evaluate land
suitability of superior estate commodities; (4) to arrange the direction of superior
estate commodities development.
This research was held in Tanah Datar regency with three steps of

research: (1) collecting data: identify of superior estate commodities, identify
present land use, soil analysis at the laboratory; (2) analyzing of land availability
and land suitability for develop superior estate commodities; (3) arranging the
direction of superior estate commodities development. The kind of data that used
in this research are primary data and secondary data. Secondary data was come
from Central Bureau of Statistics (BPS) west sumatra (harvested area, production
data of each estate commodities ); Agency for Regional Development
(BAPPEDA), climate data, map of administration, RBI, RTRW, forest areas, soil,
slope, and geology map. Primary data includes data on land use, land
characteristics, and the observations of land physical condition and soil analysis .
Land use data obtained by satellite image interpretation (Landsat TM 8) and was
assisted with google earth and validated by ground checking. The characteristic
physical condition of land and soil data was obtained from soil survey. Tools that
used in this research are GPS receiver, digital camera, and a computer that

completed with software: Envi 5 portable, 10.2 Arc GIS, Google Earth Plus,
Microsoft Excel, and Microsoft Word.
Superior estate commodities was identified with LQ scores higher than 1
point and with positive SSA’s value. Based on analysis of LQ and SSA is known
Tanah Datar regency has 15 types of superior estate commodities such as; rubber,

Robusta coffee, cocoa, coconut, cloves, cinnamon, sugar palm, sugarcane,
cardamom, kapok, pepper, nutmeg, vanilla, and candlenut. Some districts may
have more than one superior estate commodites. Batipuh District has a lot of
superior estate commodities (8 commodities) if we compared with other districts.
Meanwhile the Lintau Buo District has none. Based on the results of satellite
image LANDSAT 8 interpretation and assisted with google earth and ground
check, assumes that the actual land use (2014) Tanah Datar regency are: primary
forest (37.2%); ricefield (20%); secondary forest (19.8%); and mixed farms
(7.5%) is the fourth largest land use in Tanah Datar, but for the development of
superior estate commodities, land evaluation is only carried out on land use of
secondary forest (19.8%), mixed farms (7.5%) and shrubs (0.7%). Based on the
comparison between the percentage of ricefield and mixed farms (20%: 7.5%) it
can be seen that agriculture systems in Tanah Datar more engaged in agriculture
wetlands compared to the plantation, but the plantation sector had more
contributing for regional income, so that it is important to optimize the land use
development.
Land availability and suitability for developing superior estate
commodities in Tanah Datar are: cocoa (16,853 ha); coconut (9,439 ha); clove
(6,921ha); pepper (4,912 ha); cinnamon (4,741 ha); nutmeg (4,603 ha); rubber
(3,997 ha); sugar cane (3,651 ha); Arabica coffee (1,980 ha); candlenut (1,363

ha); sugar palm (1,291 ha); kapok (1,072 ha); cardamom (982 ha); Robusta coffee
(924 ha); vanilla (353 ha) respectively. The direction of land use planning for
developing superior estate commodies are: Robusta coffee (X Koto District and
Tanjung Baru District); nutmeg (Batipuh Distric) cocoa (South Batipuh District),
Rambatan District, Limo Kaum District, Tanjung Emas District, and North Lintau
Buo District); cinnamon (Pariangan District and Sungayang District); vanilla
(Sungai Tarab District); and arabica coffee (Salimpauang District).
Keywords: land availability,
comodity.

matching method, suitability, superior estate

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu
masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam

bentuk apa pun tanpa izin IPB

PERENCANAAN PENGGUNAAN LAHAN KOMODITAS
UNGGULAN PERKEBUNAN KABUPATEN TANAH DATAR,
PROVINSI SUMATERA BARAT

ASTRIANA RAHMI SETIAWATI

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
Pada
Program Studi Ilmu Tanah

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Penguji Luar pada Ujian Tesis: Dr Ir Untung Sudadi, M.Sc


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subḥānahu Wa
Ta'Ala atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan tesis
penelitian ini dapat diselesaikan. Tesis ini disusun guna memenuhi syarat dalam
menyelesaikan pendidikan di Program Studi Ilmu Tanah Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor, Depertemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, dengan
judul penelitian Perencanaan Penggunaan Lahan Komoditas Unggulan
Perkebunan di Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat. Penulis
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar besarnya kepada
Bapak Prof. Dr Ir Santun R.P Sitorus dan Bapak Dr Ir Widiatmaka, DAA selaku
pembimbing yang telah banyak memberikan saran, arahan, dan bimbingan hingga
terselesaikannya penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran positif yang bersifat
membangun dalam penyempurnaan tesis ini, sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Bogor, Januari 2016

Astriana Rahmi Setiawati

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kerangka Pemikiran
2. TINJAUAN PUSTAKA
Penggunaan Lahan dan Evaluasi Lahan
Kualitas dan Karakteristik Lahan
Sektor dan Komoditas Unggulan
Penelitian Terdahulu
3. METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Metode Penelitian
Jenis Data, Alat, dan Metode Pengumpulan Data
Metode dan Teknik Analisis Data
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Komoditas Perkebunan Kabupaten Tanah Datar
Deleniasi Penggunaan Lahan Aktual Kabupaten Tanah Datar
Ketersediaan Lahan dan Kesesuaian Lahan Komoditas Unggulan
Perkebunan
Arahan Rencana Penggunaan Lahan Komoditas Unggulan
Perkebunan
5. SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vi
vii
vii
1
2
2
2
4
5
6
7
8
11
11
11
12
20
24
25
37

45
45
46
52
119

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

Analisis laboratorium dan metode yang digunakan
Tujuan, jenis, sumber, teknik analis data dan output yang
diharapkan
Kriteria evaluasi kesesuaian lahan
Daftar komoditas unggulan perkebunan per ecamatan
Kabupaten Tanah Datar
Nilai LQ komoditas perkebunan Kabupaten Tanah Datar
Nilai SSA komoditas perkebunan Kabupaten Tanah Datar
Luas dan persentase penggunaan lahan di Kabupaten Tanah
Datar tahun 2014
Ketersediaan lahan untuk perencanaan komoditas unggulan
Kabupaten Tanah Datar
Kelas kemiringan lahan Kabupaten Tanah Datar
Jenis tanah Kabupaten Tanah Datar
Elemen penyusun Satuan Peta Lahan
Data temperatur udara Kabupaten Tanah Datar
Kesesuaian lahan aktual komoditas unggulan Kecamatan X
Koto
Kesesuaian lahan aktual komoditas unggulan Kecamatan
Batipuah
Kesesuaian lahan aktual komoditas unggulan Kecamatan
Batipuah Selatan
Kesesuaian lahan aktual komoditas unggulan Kecamatan
Pariangan
Kesesuaian lahan aktual komoditas unggulan Kecamatan
Rambatan
Kesesuaian lahan aktual komoditas unggulan Kecamatan Limo
Kaum
Kesesuaian lahan aktual komoditas unggulan Kecamatan
Tanjung Emas
Kesesuaian lahan aktual komoditas unggulan Kecamatan
Padang Gantiang
esesuaian lahan aktual komoditas unggulan Kecamatan Lintau
Buo Utara
Kesesuaian lahan aktual komoditas unggulan Kecamatan
Sungayang
Kesesuaian lahan aktual komoditas unggulan Kecamatan
Sungai Tarab
Kesesuaian lahan aktual komoditas unggulan Kecamatan
Salimpauang
Kesesuaian lahan aktual komoditas unggulan Kecamatan
Tanjung Baru
Matrik pemilihan arahan komoditas unggulan utama
Kecamatan Batipuh
Matrik pemilihan arahan komoditas unggulan utama

12
15
18
20
22
23
24
26
27
28
28
32
33
33

33
34
34
35
35
36
36
36

37
37
38
39

28
29
30
31
32
33
34
35
36

Kecamatan Batipuh Selatan
Matrik pemilihan arahan komoditas
Kecamatan Pariangan
Matrik pemilihan arahan komoditas
Kecamatan Rambatan
Matrik pemilihan arahan komoditas
Kecamatan Limo Kaum
Matrik pemilihan arahan komoditas
Kecamatan Tanjung Emas
Matrik pemilihan arahan komoditas
Kecamatan Lintau Buo Utara
Matrik pemilihan arahan komoditas
Kecamatan Sungayang
Matrik pemilihan arahan komoditas
Kecamatan Salimpauang
Matrik pemilihan arahan komoditas
Kecamatan Tanjung Baru
Komoditas unggulan utama dan penunjang
Datar

40
unggulan

utama
41

unggulan

utama
41

unggulan

utama
42

unggulan

utama
42

unggulan

utama

unggulan

utama

unggulan

utama

unggulan

utama

43
43
44
44
Kabupaten Tanah
45

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Alur kerangka pemikiran
Peta administrasi Kabupaten Tanah Datar
Diagram alir penelitian
Peta penggunaan lahan Kabupaten Tanah Datar
Peta ketersediaan lahan
Peta kemiringan lahan Kabupaten Tanah Datar
Peta tanah Kabupaten Tanah Datar
Peta satuan lahan Kabupaten Tanah Datar
Peta lokasi pengambilan sampel tanah
Peta arahan rencana penggunaan komoditas unggulan
perkebunan Kabupaten Tanah Datar

4
11
19
24
26
27
28
29
30
46

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Hasil analisis tanah di laboratorium
Kriteria evaluasi kesesuaian lahan
Penilaian evaluasi kesesuaian lahan tiap komoditas
unggulan
Pengamatan tanah di lapang

52
53
68
102

1

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang
Evaluasi penggunaan lahan pada hakekatnya merupakan proses yang
terjadi secara terus menerus (continuing process) dan “multi-konsep” yang sangat
dipengaruhi oleh tujuan dari pengguna lahan itu sendiri, baik tujuan ekonomi,
lingkungan, maupun tujuan sosial (Baja 2012). Menurut Sitorus (2004), evaluasi
lahan merupakan suatu proses untuk menduga potensi sumber daya lahan untuk
berbagai penggunaan. Fungsi evaluasi sumberdaya lahan adalah memberikan
pengertian tentang hubungan-hubungan antara kondisi lahan dan penggunaannya
serta memberikan kepada perencana sebagai perbandingan dan alternatif pilihan
penggunaan yang dapat diharapkan berhasil. Penentuan kesesuaian lahan dengan
persyaratan tumbuh tanaman sangat diperlukan terutama dalam perencanaan
pengembangan komoditas pertanian, kususnya dalam bidang perkebunan (Boix
dan Zink 2008). Hal ini penting karena untuk mengetahui potensi pengembangan
tanaman pertanian, diperlukan informasi kesesuaian komoditas berdasarkan
kesesuaian lahan sehingga tanaman tersebut mampu tumbuh selaras dengan iklim
dan kondisi lahan yang ada (Makaborang et al. 2009). Babalola et al. (2011)
menyatakan bahwa untuk pengembangan suatu komoditas diperlukan beberapa
persyaratan seperti adanya kesesuaian lahan dalam pemilihan komoditas unggulan
pada suatu wilayah pengembangannya, adanya potensi sumberdaya lahan wilayah
berupa lahan, agroklimat, tenaga kerja, sarana maupun prasarana sosial ekonomi
serta kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat. Prinsip evaluasi kesesuaian
lahan pertanian adalah untuk memprediksi potensi dan keterbatasan lahan untuk
produksi tanaman (Ranya et al. 2013).
Perekonomian Kabupaten Tanah Datar sangat tergantung pada sektor
pertanian. Pendapatan Domestik Regional Bruto Kabupoaten Tanah pada tahun
2012 berada pada tingkat rata-rata/menengah yaitu 6,5% dan lebih rendah bila
dibandingkan dengan kabupaten tetangga yang juga bergerak dibidang pertanian:
Kabupaten Padang Pariaman (7,23 %); Agam (7,83%); Lima Puluh Kota (7,20%)
dari total PDRB provinsi (BPS 2013). Berdasarkan Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Sumatra Barat tahun 2014, pertumbuhan sektor perkebunan
relatif lambat dan hanya menyumbang 4,08 % dari total PDRB Sumatra Barat.
Sementara itu, terdapat adanya peningkatan produksi dari beberapa komoditi
perkebunan. Berdasarkan BPS Kabupaten Tanah Datar (2014), terdapat komoditi
perkebunan yang cukup menjanjikan terhadap perekonomian masyarakat karena
komoditinya dapat diekspor ke luar negeri, seperti produksi kakao, kopi robusta,
kopi arabika dan kemiri.
Informasi potensi sumberdaya lahan perkebunan di Kabupaten Tanah
Datar masih terbatas dan belum tersedia informasi mengenai kesesuaian lahan
komoditas unggulan perkebunan setiap kecamatan di kabupaten ini. Penetapan
komoditas unggulan di suatu wilayah menjadi suatu keharusan dengan
pertimbangan bahwa komoditas tersebut mampu bersaing secara berkelanjutan
dengan komoditas yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain. Komoditas
unggulan merupakan komoditas andalan yang memiliki posisi strategis untuk
dikembangkan disuatu wilayah yang penetapannya didasarkan pada berbagai

2

pertimbangan, baik secara teknis (kondisi tanah dan iklim) maupun sosial
ekonomi dan kelembagaan.
Penyusunan arahan pengembangan komoditas perlu mempertimbangkan
pemanfaatan lahan yang optimal. Kesalahan dalam pengelolaan lahan yang
melebihi daya dukung lahan akan mengakibatkan terjadinya kerusakan lahan
(Nugroho 2000). Semakin terbatasnya sumberdaya lahan dan keragaman kondisi
biofisik memerlukan pengaturan dalam pemanfaatan agar lebih efisien dengan
memperhatikan prioritas pengembangan komoditas pertanian, untuk itu masingmasing daerah harus mampu memilih jenis komoditas basis pertanian yang
diunggulkan dan diprioritaskan untuk dikembangkan (Mubekti et al. 2006).
Arahan pengembangan komoditas pada suatu lahan mencakup perencanaan
penggunaan lahan untuk pengembangan komoditas tertentu. Komoditas yang
terpilih adalah komoditas yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, hasil
evaluasi kesesuaian lahannya sesuai serta dibudidayakan masyarakat dan
memiliki dukungan infrastruktur dan kelembagaan yang cukup. Ketidaktahuan
untuk mengendalikan suatu penggunaan lahan untuk pengendalian komoditas
dapat diatasi dengan menyusun perencanaan penggunaan lahan (Sitorus et al.
2012). Oleh karena itu, pengembangan ekonomi wilayah melalui pengembangan
komoditas unggulan akan mempercepat pertumbuhan ekonomi suatu daerah,
sehingga perencanaan penggunaan lahan dengan mempertimbangkan kesesuaian
lahan komoditas unggulan perkebunan penting dilakukan agar dapat memberikan
informasi kesesuaian lahan komoditas tertentu untuk peningkatan pendapatan
masyarakat dan pengembangan wilayahnya.

Perumusan Masalah
Kabupaten Tanah Datar merupakan daerah agraris, dimana 70 %
penduduknya bergerak pada bidang pertanian, baik pertanian tanaman pangan,
perkebunan, perikanan, maupun peternakan. Pada saat sekarang ini belum ada
informasi mengenai kesesuaian lahan komoditas unggulan perkebunan setiap
kecamatan di Kabupaten Tanah Datar. Penetapan komoditas unggulan disuatu
wilayah menjadi suatu keharusan dengan pertimbangan bahwa komoditas tersebut
mampu bersaing secara berkelanjutan dengan komoditas yang sama yang
dihasilkan oleh wilayah lain atau komoditas tersebut unggul secara komparatif
dan kompetitif serta memiliki keterkaitan antar sektor yang kuat sehingga
berpotensi sebagai motor penggerak perekonomian wilayah. Oleh karena itu
pengembangan ekonomi melalui pengembangan komoditas unggulan akan
mempercepat pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
Dalam pengembangannya, perlu dilakukan evaluasi kesesuaian lahan dari
komoditas tersebut agar diketahui lokasi pengembangannya. Berdasarkan
rumusan masalah tersebut, disusun pertanyaan penelitian (research questions)
sebagai berikut :
1. Apa komoditas unggulan perkebunan Kabupaten Tanah Datar?
2. Bagaimana kondisi penggunaan lahan eksisting Kabupaten Tanah Datar
pada saat ini?
3. Bagaimana ketersediaan lahan dan kesesuaian lahan untuk komoditas
unggulan perkebunan Kabupaten Tanah Datar?

3

4. Bagaimana arahan pengembangan komoditas unggulan perkebunan
Kabupaten Tanah Datar?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk merencanakan penggunaan lahan untuk
pengembangan komoditas unggulan perkebunan di Kabupaten Tanah Datar.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dilakukan beberapa tahapan penelitian
yang bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi komoditas unggulan perkebunan Kabupaten Tanah
Datar.
2. Mengidentifikasi dan mendeliniasi penggunaan lahan eksisting Kabupaten
Tanah Datar.
3. Mengevaluasi ketersediaan lahan dan kesesuaian lahan untuk
pengembangan komoditas unggulan perkebunan di Kabupaten Tanah
Datar.
4. Menyusun arahan rencana penggunaan lahan untuk komoditas unggulan
perkebunan Kabupaten Tanah Datar.

Manfaat Penelitian
Hasil kajian dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut :
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah dalam penyusunan
rencana arahan penggunaan lahan pertanian, RTRW serta dalam
pengambilan kebijakan dalam mengendalikan pemanfaatan ruang.
2. Sebagai bahan pertimbangan dan acuan masyarakat khususnya yang
bergerak dalam usaha perkebunan.

Kerangka Pemikiran
Evaluasi lahan merupakan bagian dari proses perencanaan penggunaan
lahan. Peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan terhadap kebutuhan
manusia merupakan dua faktor yang akan memberikan tekanan terhadap lahan
dan tuntutan agar lahan dapat memberikan hasil yang optimal, sehingga pemilihan
komoditas yang memiliki prospek pengembangan sangatlah penting dilakukan.
Hal ini dapat dilakukan melalui pemilihan komoditas unggulan perkebunan dan
evaluasi kesesuaian lahan terhadap komoditas unggulan perkebunan tersebut.
Evaluasi kesesuaian lahan merupakan proses penilaian potensi suatu lahan untuk
penggunaan tertentu.
Untuk mengetahui komoditas unggulan perkebunan di Kabupaten Tanah
Datar dilakukan dengan teknik analisis LQ (Location Quotient) dan SSA (Shift
Share Analysis) yang selanjutnya dilakukan analisis kesesuaian lahan setiap
komoditas unggulan perkebunan pada tiap SPL (Satuan Peta Lahan). SPL
merupakan hasil tumpang tindih antara peta geologi, lereng, tanah, dan peta
penggunaan lahan. Evaluasi kesesuaian lahan terhadap komoditas unggulan

4

perkebunan hanya dilakukan pada lahan yang tersedia untuk pengembangan.
Lahan tersedia diperoleh melalui tumpang tindih antara peta pola ruang (RTRW
Kabupaten Tanah Datar), peta kawasan hutan, dan peta penggunaan lahan
eksisting Kabupaten Tanag Datar. Kerangka pemikiran penelitian ini disajikan
pada Gambar 1.
Peningkatan jumlah
penduduk

Tekanan terhadap lahan meningkat

Perencanaan penggunaan
lahan (paling
menguntungkan)

Tuntutan untuk
pemenuhan
kebutuhan

Tanaman bernilai
ekonomi tinggi dan
berpotensi pengembangan
Lahan tersedia
dan sesuai

Analisis komoditas
unggulan perkebunan
(LQ dan SSA)

Komoditas
unggulan
perkebunan

Analisis
Spasial

Ketersediaan lahan dan
Satuan Peta Lahan

Evaluasi lahan
(matching)

Kelas kesesuaian
lahan

Rencana penggunaan
lahan komoditas
unggulan perkebunan.

Gambar 1. Alur kerangka pemikiran

1. Peta pola ruang.
2. Peta kawasan hutan.
3. Peta geologi
4. Peta lereng
5. Peta tanah
6. Citra satelit (peta
penggunaan lahan
2014).
6. Analisis tanah di
laboratorium

5

2 TINJAUAN PUSTAKA

Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan (land use) dan penutupan lahan (land cover) pada
hakekatnya berbeda walaupun sama-sama menggambarkan keadaan fisik
permukaan bumi. Lillesand dan Kiefer (1993) mendefinisikan penggunaan lahan
berhubungan dengan kegiatan manusia pada suatu bidang lahan, sedangkan
penutupan lahan lebih merupakan perwujudan fisik objek-objek yang menutupi
lahan tanpa mempersoalkan kegiatan manusia terhadap objek-objek tersebut.
Vink (1975) menyatakan bahwa penggunaan lahan adalah setiap bentuk
campur tangan manusia terhadap sumberdaya lahan, baik yang bersifat permanen
atau rotasi yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan baik material maupun
spiritual. Penggunaan lahan dan penutupan lahan dapat memiliki pengertian yang
sama untuk hal-hal tertentu tetapi sebenarnya memiliki penekanan yang berbeda.
Penggunaan lahan menyangkut aktifitas pemanfaatan lahan oleh manusia,
sedangkan penutupan lahan lebih bernuansa fisik (Rustiadi et al. 2005).
Penggunaan lahan berkaitan dengan aktivitas manusia yang secara langsung
berhubungan dengan lahan, dimana terjadi penggunaan lahan dan sumberdaya
yang ada serta mengakibatkan dampak pada lahan. Penetapan penggunaan lahan
pada umumnya didasarkan pada karakteristik lahan dan daya dukung
lingkungannya. Meningkatnya kebutuhan dan persaingan dalam penggunaan
lahan baik untuk keperluan produksi pertanian maupun untuk keperluan lainnya
memerlukan pemikiran yang seksama dalam mengambil keputusan yang paling
menguntungkan dari sumberdaya lahan yang terbatas (Baja 2012).
Evaluasi Lahan
Pertumbuhan suatu wilayah akan berdampak pada peningkatan kebutuhan
dan persaingan dalam penggunaan lahan. Kondisi tersebut mengharuskan
perlunya pemikiran yang seksama dalam mengambil keputusan pemanfaatan yang
paling menguntungkan dari sumberdaya lahan yang terbatas dengan tetap
memperhatikan tindakan konservasinya untuk penggunaan dimasa yang akan
datang (Sitorus 2004).
Penilaian kesesuaian lahan adalah bagian dari evaluasi lahan, berupa
proses penilaian potensi atau kelas kesesuaian suatu lahan untuk tujuan
penggunaan lahan tertentu. Penilaian kelas kesesuaian lahan dilakukan dengan
cara membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe penggunaan lahan yang
diterapkan dengan karakteristik atau kualitas lahan yang dimilki oleh lahan yang
akan digunakan (FAO 1976). Dengan cara ini maka akan diketahui potensi dan
kelas kesesuaian lahan untuk tipe penggunaan lahan tertentu. Hasil evaluasi
kesesuaian lahan dapat digunakan sebagai dasar perencanaan penggunaan lahan
yang rasional secara optimal dan lestari. Penggunaan lahan yang tidak sesuai
dengan kemampuannya selain dapat menimbulkan terjadinya kerusakan lahan dan
lingkungannya, juga dapat menimbulkan masalah kemiskinan dan masalahmasalah sosial dan ekonomi lainnya (Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007).

6

Berbagai metode evaluasi lahan telah banyak dikembangkan di Indonesia.
Soil Conservation Service, USDA memperkenalkan sistem kemampuan lahan
(Klingebiel dan Montgomerry 1961). Dalam sistem ini lahan dikelompokkan
kedalam delapan kelas (I – VIII) berdasarkan daya dukungnya untuk
memproduksi tanaman-tanaman pertanian, rumput makanan ternak, dan
kehutanan tanpa menimbulkan kerusakan dalam jangka panjang. Selanjutnya
FAO (1976) dalam Framework of Land Evaluation memperkenalkan sistem
klasifikasi kesesuaian lahan (Land Suitability Classification) untuk jenis
penggunaan lahan yang spesifik. Dalam sistem ini klasifikasi kesesuaian lahan
dibagi kedalam ordo Sesuai (S) dan Tidak Sesuai (N). Ordo S dibagi lagi menjadi
Sangat sesuai/Highly suitable (S1), Cukup sesuai/Moderately suitable (S2), dan
Sesuai marginal/Marginal suitable (S3). Ordo N dibagi menjadi Tidak sesuai saat
ini/Currently not suitable (N1) dan Tidak sesuai permanen/Permanently not
suitable (N2). Kedua sistem diatas banyak dianut dan dikembangkan di Indonesia,
khususnya disektor pertanian dan kehutanan.
Di dalam kegiatan evaluasi lahan, sering dijumpai perbedaan dalam hasil
penilaian kesesuaian lahan tersebut. Hal ini antara lain disebabkan oleh: (1)
perbedaan terhadap faktor-faktor yang dinilai yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman; (2) perbedaan pengharkatan dalam penilaian karakteristik lahan; (3)
perbedaan dalam sistem yang digunakan; dan (4) perbedaan dalam metode
pengambilan keputusan, antara lain dengan metode penghambat maksimum atau
parametrik (Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007). Disamping itu, kriteria
kesesuaian lahan yang ada masih bersifat umum dan disusun berdasar pengalaman
empiris yang belum dikaji berdasarkan data-data penelitian atau dikorelasikan
dengan produksi tanamannya.
Kriteria kesesuaian lahan disusun berdasarkan tujuan evaluasi dan
persyaratan penggunaan lahan dari suatu tipe penggunaan lahan tertentu yang
dihubungkan dengan kualitas lahan. Kualitas lahan adalah sifat lahan yang
berpengaruh langsung terhadap penggunaan lahan di suatu wilayah. Kualitas ada
yang bisa diestimasi atau diukur secara langsung di lapangan, tetapi pada
umumnya ditetapkan dari pengertian karakteristik lahan (FAO 1976). Kualitas
lahan dapat berperan positif dan negatif terhadap penggunaan lahan tergantung
dari sifat-sifatnya. Kualitas lahan yang berperan positif sifatnya menguntungkan
bagi suatu penggunaan. Sebaliknya penggunaan lahan yang bersifat negatif
bersifat merugikan (merupakan kendala), sehingga menjadi faktor penghambat
atau pembatas bagi suatu penggunaan lahan tertentu. Setiap kualitas lahan dapat
berpengaruh terhadap satu atau lebih jenis penggunaan lahan. Demikian pula
setiap jenis penggunaan lahan tertentu akan dipengaruhi oleh berbagai kualitas
lahan. Karakteristik lahan didefinisikan sebagai sifat tanah yang dapat diukur
dilapangan (Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007).
Pemilihan kualitas dan kharakteristik lahan yang dibutuhkan untuk
evaluasi kesesuaian lahan sangat ditentukan oleh tujuan evaluasi, relevansi,
ketersediaan data dan kualitas data yang dihasilkan dari penelitian. FAO (1983)
secara umum telah menginventarisasi sejumlah 25 kualitas lahan beserta

7

karakteristik lahannya. Referensi kriteria kesesuaian lahan yang lain seperti pada
FAO (1983) dan Djaenudin et al. (2000, 2003), baru sebagian kualitas lahan saja
dari yang dikemukakan pada FAO (1983). Namun demikian untuk keperluan
evaluasi lahan yang lebih spesifik untuk komoditas tertentu perlu dipilih
kualitas/karakteristik lahan yang relevan dengan tujuan evaluasi dan ketersediaan
data disuatu wilayah. Beberapa kualitas/karakteristik lahan yang relevan dengan
kondisi lahan di Indonesia telah dicoba disusun oleh Djaenudin et al. (2000, 2003)
dan diterapkan dalam penyusunan kriteria kesesuaian lahan untuk berbagai
komoditas pertanian.

Sektor dan Komoditas Unggulan Perkebunan
Sektor unggulan (key sector) adalah sektor yang memiliki peranan yang
relatif besar dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya dalam memacu tujuan
pertumbuhan ekonomi. Menurut Rustiadi et al. (2011) sektor unggulan dapat
diartikan sebagai sektor utama (leading sector) yakni suatu sektor yang
menciptakan pertumbuhan yang pesat dan kekuatan ekspansi ke berbagai sektor
lain dalam perekonomian. Adapun ciri-ciri sektor utama (leading sector) adalah
sebagai berikut: (a) Potensi menciptakan efek ganda (multiplier effect) dari
produksi-produksi yang dihasilkan terhadap sektor-sektor lain yang mempunyai
kemungkinan berkembang dengan pesat; (b) Teknik produksi yang lebih modern
dan kapasitas dapat diperluas; (c) Terciptanya tabungan masyarakat dan pada
pengusaha menanamkan kembali keuntungan untuk pengembangan sektor utama
tersebut; (d) Perkembangan leading sector memacu perluasan kapasitas dan
modernisasi sektor-sektor lain.
Komoditas unggulan agribisnis diartikan sebagai komoditas basis
agribisnis yang dihasilkan secara berlebihan dalam pengertian lebih untuk
keperluan oleh masyarakat dalam suatu wilayah tertentu, sehingga kelebihan
tersebut dapat dijual keluar wilayah tersebut (Saragih 2001). Komoditas unggulan
adalah komoditas andalan yang paling menguntungkan untuk diusahakan atau
dikembangkan pada suatu daerah. Salah satu kriteria penentuan komoditas
unggulan perkebunan adalah berorientasi pasar dan berbasis sumberdaya lokal
spesifik (Herdhiansyah et al. 2013).
Daryanto dan Hafizrianda (2010) menerangkan bahwa komoditas
unggulan mempunyai kriteria sebagai berikut: (1) Harus mampu menjadi
penggerak utama (prime mover) pembangunan perekonomian. Dengan kata lain,
komoditas unggulan tersebut dapat memberikan kontribusi yang signifikan pada
peningkatan produksi, pendapatan, dan pengeluaran. Misalnya, cengkeh di
Sulawesi Utara, kakao di Sulawesi Tenggara, dan minyak bumi dan gas di
Nangroe Aceh Darussalam, dan pariwisata di Bali; (2) Mempunyai keterkaitan ke
depan dan ke belakang (forward and backward linkages) yang kuat, baik sesama
komoditas unggulan maupun komoditas lainnya; (3) Mampu bersaing dengan
produk sejenis dari wilayah lain (competitiveness) di pasar nasional dan pasar
internasional, baik dalam harga produk, biaya produksi, dan kualitas pelayanan;
(4) Memiliki keterkaitan dengan wilayah lain (regional linkages), baik dalam hal
pasar (konsumen) maupun pemasokan bahan baku; (5) Memiliki status teknologi
(state-of-the-art) yang terus meningkat, terutama melalui inovasi teknologi; (6)

8

Mampu menyerap tenaga kerja berkualitas secara optimal sesuai dengan skala
produksinya; (7) Dapat bertahan dalam jangka panjang tertentu, mulai dari fase
kelahiran, fase pertumbuhan, hingga fase kejenuhan atau penurunan. Jika
komoditas unggulan yang satu memasuki tahap kejenuhan atau penurunan maka
komoditas unggulan lainnya harus mampu menggantikannya; (8) Tidak rentan
terhadap gejolak eksternal dan internal; (9) Pengembangannya harus
mendapatkan berbagai bentuk dukungan, misalnya keamanan, sosial, budaya,
informasi dan peluang pasar, kelembagaan, fasilitas insentif/disentif dan lain-lain;
(10) Pengembangannya berorientasi pada kelestarian sumberdaya alam dan
lingkungan. Menurut Kustanto (1999) penentuan komoditas unggulan dapat
didasarkan pada kriteria-kriteria berikut: (1) Ketersediaan pasokan bahan baku
secara kontinyu; (2) Nilai ekonomis bahan baku; (3) Keterkaitan dengan
pendapatan petani; (4) Mempunyai kesempatan adanya diversifikasi produk; (5)
Penyebaran lokasi; (6) Kemungkinan intensifikasi dan ekstensifikasi; (7)
Kebijakan pemerintah.
Pengembangan wilayah tidak lepas dari kajian terkait aspek yang
mendukungnya, salah satunya adalah penetapan komoditas unggulan. Beberapa
hambatan yang dapat memperlambat perkembangan dari percepatan pertumbuhan
antara lain adalah kurang optimalnya pemanfaatan keunggulan komparatif dan
kompetitif produk unggulan daerah (Hidayat et al. 2014). Komoditas unggulan
merupakan komoditas yang memiliki nilai strategis berdasarkan pertimbangan
fisik (kondisi tanah dan iklim) maupun sosial ekonomi dan kelembagaan
(penguasaan teknologi, kemampuan sumberdaya manuasia, infrastruktur, kondisi
sosial budaya) untuk dikembangkan disuatu wilayah. Penetapan komoditas
unggulan dirasa sangat penting, karena dengan diketahuinya komoditas unggulan
maka fokus pengembangan terhadap komoditas tersebut menjadi prioritas. Namun
demikian, hal tersebut tentunya tidak mengabaikan komoditas non unggulan
lainnya. Selain itu, dengan fokus pada pengembangan komoditas unggulan dapat
diupayakan meningkatkan nilai tambah komoditas tersebut. Hal ini tentunya
diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut. Di
sisi lain, penentuan komoditas unggulan memberikan keuntungan antara lain
biaya produksi lebih rendah jika dibandingkan diproduksi di wilayah lain, potensi
pengembangan cukup luas karena preferensi masyarakat mendukung, dan tidak
kesulitan memperoleh sumberdaya manusia pendukung (Sitorus et al. 2014).
Dalam menetapkan suatu komoditas menjadi komoditas unggulan dapat
dilakukan dengan berbagai metode. Salah satu metode yang paling umum
digunakan yaitu metode Location Quotient (LQ) (Hendayana 2003). Metode ini
lebih bersifat analisis dasar yang dapat memberikan gambaran tentang pemusatan
aktifitas atau sektor basis saat ini. Sementara itu Chiang (2008) mendefinisikan
LQ sebagai cara yang efisien untuk menentukan kosentrasi industri di beberapa
wilayah dan kemudian pembuat kebijakan atau peneliti dapat merencanakan atau
mengevaluasi pertumbuhan suatu wilayah dengan pengganda basis. LQ adalah
suatu metode universal untuk mengetahui spesialisasi suatu wilayah dan dapat
diterapkan untuk mengetahui spesialisasi suatu wilayah tertentu (Nan dan Wenxue
2009).
Pada awalnya analisis LQ sering digunakan untuk mengetahui kosentrasi
tenaga kerja pada suatu wilayah industri. Wahyudi dan Jantan (2010)
menggunakan metode LQ untuk mengetahui spesialisasi wilayah industri yang

9

membandingkan antara share tenaga kerja manufaktur dengan penduduk wilayah
terhadap total pangsa lapangan kerja relatif terhadap penduduk negara. Metode ini
telah berkembang dan telah banyak digunakan untuk mengetahui pemusatan
panen, sehingga berdasarkan pemahaman teori ekonomi basis (pemusatan) maka
metode LQ juga dapat digunakan untuk mengetahui komoditas unggulan suatu
wilayah. Untuk komoditas berbasislahan seperti tanaman pangan, hortikultura,
dan perkebunan dapat digunakan data lahan (luas tanam atau luas panen),
produksi atau produktifitas, sedangkan untuk komoditas pertanian yang tidak
berbasis lahan digunakan data jumlah populasi (Sajjad dan Sandip 2014).

Penelitian Terdahulu
Hendayana (2003) telah mengidentifikasi komoditas unggulan pertanian
pada tingkat nasional dengan menggunakan metode LQ. Hasilnya menunjukkan
bahwa metode LQ sebagai salah satu pendekatan model ekonomis basis yang
relevan dan dapat digunakan sebagai salah satu teknik untuk mengidentifikasi
komoditas unggulan. Setiawan (2010) telah meneliti arahan pengembangan sektor
pertanian Kabupaten Sumbawa berbasis komoditas unggulan daerah. Berdasarkan
analisis LQ komoditas pertanian, menunjukkan hasil komoditas kacang hijau,
sawo, mangga, jagung, dan pepaya memiliki nilai LQ>1. Selanjutnya dilakukan
dengan analisis Tipologi Klasen. Berdasarkan analisis tipologi klasen diperoleh
komoditas unggulan yang ditunjukkan pada kuadran 1 yaitu jagung, kedelai,
kacang hijau, ubi jalar, dan cabe rawit. Untuk pemilihan prioritas komoditas
unggulan dilakukan dengan dengan analisis AHP. Dalam analisis AHP yang
digunakan sebagai kriteria adalah lahan, nilai tambah, modal, pasar, dan
preferensi. Hasil analisis AHP diperoleh prioritas utama untuk dikembangkan
adalah: jagung dengan skor (0,39); kacang hijau (0,23); kedelai (0,19); cabe rawit
(0,16); dan ubi jalar (0,09). Kemudian setiap komoditas terpilih dilakukan
pewilayahan pengembangan dengan analisis evaluasi lahan yang pada akhirnya
setiap wilayah merupakan Wilayah Pengembangan (WP) untuk jenis komoditas
unggulan yang berbeda.
Nureli (2008) meneliti arahan pengembangan komoditas unggulan
perkebunan di Kabupaten Tanggamus Propinsi Lampung. Berbeda dengan
Setiawan (2010), pengembangan strategi komoditas unggulan perkebunan yang
digunakan oleh Nureli diawali dengan evaluasi kesesuaian lahan dengan
menggunakan software ALES. Kemudian baru mengidentifikasi komoditas
unggulan perkebunan dengan menggunakan metode LQ. Selanjutnya dilakukan
analisis finansial (BC, NPV, dan IRR). Untuk pengembangan komoditas
dilakukan dengan analisis Focus Group Discussion (FGD). Hasil penelitian
diperoleh pengembangan kopi melalui intensifikasi di Kecamatan Pulau
Panggung, Ulu Betung, Talang Padang, Sumerejo. Arahan komoditas kakao
berupa perluasan, intensifikasi, dan rehabilitasi di Kecamatan Kota Agung,
Pematang Sawa, Adiluwih, Cukuh Balak, dan Kelumbayan. Arahan untuk
komoditas lada dengan diversifikasi dengan tanaman perkebunan lainnya. Arahan
pengembangan tanaman kelapa dengan diversifikasi dan intensifikasi di
Kecamatan Monosobo, Semaka, Kota Agung, Talang Padang, Sukoharjo,
Pringsewu, Adiluwih, Gading Rejo, dan Kalumbayan. Arahan kelapa sawit dan

10

karet adalah ekstensifikasi di wilayah Kecamatan Pagelaran, Sukoharjo,
Adiluwih, dan Banyumas.
Rosdiana (2011) melakukan penelitian analisis komoditas unggulan
pertanian dan strategi pengembangannya di Kabupaten Ciamis Propinsi Jawa
Barat. Analisis komoditas unggulan dilakukan dengan menggunakan tabel InputOutput dan indeks komposit. Strategi pengembangan komoditas unggulan
dilakukan dengan analisis gabungan AHP dan SWOT selanjutnya disebut dengan
A’WOT. Hasil menunjukkan terdapat enam komoditas unggulan pertanian yaitu:
padi, ayam ras pedaging, sapi, peternakan lainnya, ikan darat termasuk hasil
perairan darat lainnya, dan kelapa. Dari keenam komoditas unggulan
dipaduserasikan dengan kebijakan pertanian Kabupaten Ciamis melalui diskusi
dengan pemangku kebijakan, sehingga diperoleh tiga prioritas pengembangan
komoditas unggulan yaitu: padi, ayam ras pedaging, dan sapi. Berdasarkan
analisis A’WOT disusun strategi pengembangan komoditas padi diantaranya
adalah mendorong peningkatan produksi dan kualitas beras.
Permata (2015) meneliti analisis komoditas unggulan dan potensi wilayah
untuk mendukung pengembangan wilayah Kabupaten Padang Pariaman. Pada
penelitian ini digunakan metode LQ dan SSA (Shift Share Analysis). Sementara
itu analisis strategi pengembangan komoditas dilakukan dengan menggunakan
A’WOT. Hasil penelitian menunjukkan arahan pewilayahan komoditas unggulan
sub sektor perkebunan sebagian besar di wilayah timur Kabupaten Padang
Pariaman yang terdiri dari Kecamatan Sungai Geringging, IV Koto Aur
Malintang, Patamuan, V Koto Timur, 2x11 Kayu Tanam, dan Batang Anai serta
sebagian kecil wilayah barat yaitu Kecamatan Nan Sabaris dan Sungai Limau.
Arahan pewilayahan komoditas unggulan dengan tanaman pangan sebagai
komoditas utama direncanakan pada bagian barat sampai tengah arah ketimur
wilayah Padang Pariaman. Arahan pewilayahan komoditas unggulan tanaman
buah direncanakan pada bagian tengah wilayah terutama Kecamatan V Koto ,
Kampung Dalam, dan bagian barat Kecamatan V Koto Timur.

11

3 METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2014 – Agustus 2015 di
Kabupaten Tanah Datar, Propinsi Sumatera Barat. Secara geografis Kabupaten
Tanah Datar terletak pada posisi 00˚17" LS – 00˚39" LS dan 100˚19" BT 100˚51" BT, dengan luas wilayah 1.336 Km2 dan terdiri dari 14 kecamatan, 75
nagari, serta 395 jorong. Secara administratif Kabupaten Tanah Datar berbatasan
dengan: sebelah utara (Kabupaten Agam dan 50 Kota), sebelah selatan
(Kabupaten Solok dan Kota Sawah Lunto), sebelah barat (Kabupaten Padang
Pariaman), dan sebelah timur (Kabupaten Padang Pariaman). Lokasi penelitian
secara spasial dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Peta administrasi Kabupaten Tanah Datar

Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dalam tiga tahap kegiatan, yaitu: (1) Pengumpulan
data meliputi: identifikasi komoditas unggulan perkebunan, identifikasi tipe
penggunaan lahan, dan analisis tanah di laboratorium; (2) Kegiatan analisis
ketersediaan lahan dan kesesuaian lahan untuk pengembangan komoditas
unggulan; (3) Menyusun arahan pengembangan komoditas unggulan.

Jenis Data, Alat, dan Metode Pengumpulan Data
Jenis data terdiri dari data sekunder dan data primer. Data sekunder
diperoleh melalui Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat (luas panen dan

12

produksi tanaman perkebunan), Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Tanah
Datar (BAPPEDA), data iklim, Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI), Peta Pola
Ruang (Rencana Tata Ruang Wilayah) Kabupaten Tanah Datar, Peta Kawasan
Hutan Kabupaten Tanah Datar (Kementerian Kehutanan), Peta Administrasi
Kabupaten Tanah Datar, Peta Tanah, Peta Lereng, dan Peta Geologi. Alat yang
digunakan adalah Receiver GPS, kamera digital, dan seperangkat komputer yang
dilengkapi dengan software: Envi 5 portable, Arc GIS 10.2, Google Earth Plus,
Microsoft Excel, dan Microsoft Word.
Data primer meliputi data penggunaan lahan, karakteristik lahan, serta
pengamatan kondisi fisik lahan di lapangan dan data analisis tanah
dilaboratorium. Data penggunaan lahan diperoleh dengan cara melakukan
interpretasi citra satelite yaitu Landsat TM 8 yang dibantu dengan google earth
dan divalidasi dengan melakukan cek lapangan (ground truth). Data kondisi fisik
lahan dan karakteristik tanah di peroleh dari survei lapang. Sifat fisik dan kimia
tanah serta metode analisis yang digunakan disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Analisis laboratorium dan metode yang digunakan
No
Analisis Laboratorium
Metode analisis
1. Fisika Tanah
- tekstur tanah
Pipet ayakan / berdasarkan hukum Stokes
(Baver 1959).
2. Retensi hara
- KTK
Pencucian amonium asetat (USDA 2004).
- K-dd
Pencucian amonium asetat (USDA 2004).
- Na-dd
Pencucian amonium asetat (USDA 2004).
- Ca-dd
Pencucian amonium asetat (USDA 2004).
- Mg-dd
Pencucian amonium asetat (Black 1965).
- pH
Elektrometrik pH meter
- C organik
Walkey and Black (Black 1957) .
3. Hara tersedia
- N total
Kjedahl (Black 1965).
- P2O5
Bray I (Rayment dan Hingginson 1992).

Metode dan Teknik Analisis Data
Matriks hubungan antara tujuan, jenis data, sumber data, teknik analisis,
dan keluaran tertera pada Tabel 2.
Identifikasi komoditas unggulan
Teknik penilaian komoditas unggulan dapat dilakukan melalui beberapa
cara diantaranya adalah index komoditas unggulan, multi criteria analysis, Model
Perbandingan Eksponensial (MPE), dan analisis bertahap (fisik dan non fisik)
(Mulya 2012). Untuk menentukan komoditas yang dianggap sebagai unggulan,
faktor yang dihipotesiskan berpengaruh dinilai dua sisi yaitu permintaan dan
penawaran. Analisis sisi penawaran dimaksudkan untuk mengetahui potensi
penawaran terkait komoditas tertentu di wilayah studi. Analisis terkait sisi
permintaan ditujukan untuk memahami besaran konsumsi di wilayah tersebut

13

serta cakupan yang lebih luas. Analisis sisi penawaran ini dimaksudkan
menunjukkan kondisi riil produksi komoditas di lokasi studi yang secara tidak
langsung juga menggambarkan preferensi masyarakat dalam mengusakan
komoditas tersebut. Dari aspek permintaan akan tergambar potensi
pengembangan, khususnya terkait potensi pasar yang cukup besar dalam wilayah
lokal maupun dalam cakupan wilayah yang lebih luas. Secara hipotetik teknik
yang dapat dipilih terdiri dari berbagai teknik yang sudah berkembang jauh serta
kombinasi teknik analisis yang menjadi pendekatan kedua sisi tersebut. Teknik
yang berkembang antara lain adalah identifikasi keunggulan k