Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Sektor Industri Manufaktur Subsektor Otomotif Dan Komponen

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN SEKTOR
INDUSTRI MANUFAKTUR SUBSEKTOR
OTOMOTIF DAN KOMPONEN

YAYU SEPTIANI MAULUDINI

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi berjudul Analisis Kinerja
Keuangan Perusahaan Sektor Industri Manufaktur Subesktor Otomotif Dan
Komponen adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada pergurungan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Yayu Septiani Mauludini
NIM H24124095

ABSTRAK
YAYU SEPTIANI MAULUDINI. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Sektor
Industri Manufaktur Subsektor Otomotif dan Komponen. Dibimbing FARIDA
RATNA DEWI.
Skripsi ini menganalisis analisis kinerja keuangan perusahaan go public pada
sektor industri manufaktur subsektor otomotif dan komponen. Tujuan dari penelitian
ini adalah (1) Menganalisis kinerja keuangan perusahaan-perusahaan go public
pada sektor industri manufaktur khususnya otomotif dan komponen dilihat dari
rasio keuangan, (2) Menganalisis kinerja keuangan perusahaan-perusahaan go
public pada sektor industri manufaktur khususnya otomotif dan komponen dengan
pendekatan EVA. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft

Excel 2010 . Alat analisis yang digunakan adalah Rasio keuangan dan Metoda
Economic Value Added(EVA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua
metode ini saling melengkapi dimana di dalam ratio keuangan tidak
memperhitungkan biaya modal dan metode eva memperhitungkan biaya modal
dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan.

Kata kunci: biaya, metode eva, rasio keuangan.

ABSTRACT
YAYU SEPTIANI MAULUDINI. Company Financial Performance Analysis In
Manufacturing Sector Subsector Automotive and Components. Supervised by
FARIDA RATNA DEWI.
This study analyzes the financial performance analysis of companies go
public in the automotive sub-sectors of the manufacturing industry and
components. The purpose of this study was (1) to analyze the financial
performance of the companies go public in the manufacturing sector, especially
the automotive and compinent views of financial taios, (2) Analyzing the financial
performance of the companies go public in the manufacturing sector, especially
the automotive and companies approach EVA (Economic Added Value). Data
processing was performed using Microsoft Excel 2010. The analysis tool used in a

financial ratio and the method of Economic Value Added (EVA). The result that
two methods are complementary where financial ratios do not into account the
cost of capital and eva methods taking into account the cost of capital in
measuring the financial performance of the company.
Keywords : cost, eva methods, financial ratios.

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN SEKTOR
INDUSTRI MANUFAKTUR SUBSEKTOR
OTOMOTIF DAN KOMPONEN

YAYU SEPTIANI MAULUDINI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian ini ialah Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Industri
Manufaktur Subsektor Otomotif dan Komponen .
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Farida Ratna Dewi selaku
pembimbing. Di samping itu,penghargaan penulis sampaikan kepada pihak yang
telah membantu selama penelitian skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, dan teman-teman atas
segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015


Yayu Septiani Mauludini

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN

vi
vi
1

Latar Belakang

1

Rumusan Masalah

3

Tujuan Penelitian


3

Manfaat Penelitian

3

Ruang Lingkup

3

TINJAUAN PUSTAKA

4

Laporan Keuangan

4

Analisis Laporan Keuangan


4

Analisa Rasio

4

Metode Economic Value Added

5

NOPAT (Net Operating Profit After Tax)

6

Biaya Modal yang Diinvestasikan (Invested Capital)

6

Biaya Modal Rata-rata Tertimbang (Weighted Average Cost of Capital)


6

Menghitung Economic Value Added

6

Biaya Modal (Cost of Capital)

7

METODE PENELITIAN

8

Kerangka Pemikiran

8

Lokasi dan Waktu Penelitian


8

Pengumpulan Data

9

Teknik Penarikan Sampel

9

Teknik Analisis Data

10

Analisis Economic Value Added (EVA)

12

HASIL DAN PEMBAHASAN


14

Gambaran Umum dan Kondisi Keuangan Perusahaan

14

Analisis Rasio Keuangan

15

Metode Economic Value Added (EVA)

35

Implikasi

39

SIMPULAN DAN SARAN


41

DAFTAR PUSTAKA

43

RIWAYAT HIDUP

44

DAFTAR TABEL
1 Pertumbuhan PDB Indonesia ........................................................................... 1
2 Pertumbuhan sektor industri pengolahan (%) .................................................. 1
3 Gambaran umum dan kondisi keuangan perusahaan ..................................... 14

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran ......................................................................................... 9
2 Rasio keuangan PT Astra International ......................................................... 17
3 Rasio Keuangan PT Astra Otoparts ............................................................... 19
4 Rasio keuangan PT Gajah Tunggal ............................................................... 21
5 Rasio keuangan PT Good Year ...................................................................... 23
6 Rasio keuangan PT Indomobil ....................................................................... 25
7 Rasio keuangan PT Indospring ...................................................................... 27
8 Rasio keuangan PT Multistrada Arah Sarana ................................................ 29
9 Rasio keuangan PT Nipress ........................................................................... 31
10 Rasio keuangan PT Prima Alloy Steel ......................................................... 33
11 Rasio keuangan PT Selamat Sempurna ....................................................... 35
12 Perhitungan NOPAT pada tahun 2011-2013 (dalam jutaan rupiah)........... 37
13 Perhitungan Biaya Modal pada tahun 2011-2013 (dalam jutaan
rupiah) ......................................................................................................... 38
14 Perhitungan EVA pada tahun 2011-2013 (dalam jutaan rupiah) ................ 39

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama tiga tahun terakhir relatif meningkat.
Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) sejak
tahun 2011 hingga 2013 meningkat sebesar 22,48 %, dan industri pengolahan
menjadi komponen terbesar dalam PDB Indonesia. Pada tahun 2011, PDB industri
pengolahan mencapai 1.806 trilyun atau 24,34 % dari PDB, dan di tahun 2013
mencapai 2.153 trilyun atau 23,7 % dari PDB. Tabel 1 menunjukkan pertumbuhan
dan kontribusi industri pengolahan terhadap PDB Indonesia.
Tabel 1 Pertumbuhan PDB Indonesia
Lapangan Usaha
Pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan
Pertambangan dan penggalian
Industri pengolahan
Listrik, gas dan air bersih
Konstruksi
Perdagangan, hotel dan restoran
Pengangkutan dan komunikasi
Keuangan, real estat & jasa perusahaan
Jasa-jasa
PDB
Sumber: BPS (2014)

PDB Menurut Harga Berlaku
(Trilyun Rupiah)
2011
2012
2013
1.091
1.193
1.310
877
972
1.026
1.806
1.973
2.153
56
62
70
754
844
907
1.024
1.149
1.301
491
549
635
535
598
683
785
890
1.001
7.419
8.231
9.087

Salah satu sektor industri pengolahan yang memiliki pertumbuhan PDB
tertinggi adalah sektor alat angkut, mesin dan peralatannya. Hal tersebut dapat
dilihat dari data pertumbuhan sektor industri pengolahan, bahwa sektor alat angkut,
mesin dan peralatannya menduduki peringkat ke-2 dengan pertumbuhan sebesar
10,04 %. Pertumbuhan untuk masing-masing sektor pada industri pengolahan dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Pertumbuhan sektor industri pengolahan (%)
Lapangan Usaha
Industri Pengolahan
a. Industri Migas
b. Industri Non Migas
1. Makanan, Minuman dan Tembakau
2. Tekstil, Brg. Kulit dan Alas kaki
3. Barang kayu dan Hasil hutan lainnya.
4. Kertas dan Barang Cetakan
5. Pupuk, Kimia dan Barang dari karet
6. Semen dan Galian bukan logam
7. Logam Dasar Besi dan Baja
8. Alat Angk, Mesin dan Peralatannya
9. Barang lainnya
Pertumbuhan PDB Sektor Industri Pengolahan
Sumber : Bappenas (2014)

2011
6,14
-0,94
6,74
9,14
7,52
0,35
1,40
3,95
7,19
13,06
6,81
1,82
6,49

Tahun
2012
5,73
-2,71
6,40
7,74
4,19
-2,78
-5,26
10,25
7,85
6,45
6,94
-1,00
6,23

2013
5,55
-3,32
6,22
3,45
6,02
8,20
3,74
3,66
2,80
10,30
10,04
-4,00
5,83

2
Menurut Mandiri Institute (2013), pertumbuhan industri alat angkut, mesin
dan peralatannya atau yang sering disebut juga dengan industri otomotif dan
komponennya disebabkan oleh meningkatnya daya beli masyarakat, pendapatan per
kapita Indonesia, dan penduduk berpendapatan menengah yang terus meningkat.
Terdapat korelasi positif yang kuat antara pendapatan per kapita terhadap
kepemilikan mobil. Tahun 2012, pasar otomotif khususnya mobil mencapai rekor
tertinggi yaitu 1,1 juta unit atau meningkat 25 % dari tahun sebelumnya.
Tingginya pertumbuhan penjualan otomotif di Indonesia menjadi daya tarik
tersendiri bagi para perusahaan khususnya untuk berinvestasi dalam meningkatkan
kapasitas produksi dan perluasan pasar. Salah satu cara yang dapat dilakukan
perusahaan untuk meningkatkan jumlah modal dalam berinvestasi yaitu, dengan
menerbitkan saham melalui bursa, atau dengan kata lain menjadi perusahaan go
public. Pada tahun 2014, Bursa Efek Indonesia mencatat terdapat sepuluh
perusahaan otomotif yang aktif di bursa perdagangan. Kesepuluh perusahaan
tersebut dikategorikan ke dalam subsektor otomotif dan komponennya yaitu Astra
International (ASII), Astra Otoparts (AUTO), Goodyear Indonesia (GDYR), Gajah
Tunggal (GJTL), Indomobil Sukses International (IMAS), Indospring (INDS),
Multistrada Arah Sarana (MASA), Nipress (NIPS), Prima Alloy Steel Universal
(PRAS) dan Selamat Sempurna (SMSM).
Untuk dapat meyakinkan pasar atau masyarakat dalam berinvestasi di bursa
saham atau pasar modal, perusahaan dituntut untuk memiliki kinerja keuangan yang
baik dan memberikan nilai tambah kepada pemegang saham. Kinerja keuangan
yang baik dapat dilihat dari kemampuan perusahaan menjaga jumlah kas,
kemampuan dalam membayar utang, mengelola persediaan dan meningkatkan laba
usaha. Hal tersebut dapat dilihat dari data perkembangan pada laporan keuangan
tahunan perusahaan. Selain itu, untuk dapat memberikan nilai tambah, perusahaan
harus mampu memenuhi biaya operasi dan biaya modal.
Kinerja keuangan dapat diukur dengan melihat rasio keuangan untuk
mengukur tingkat likuiditas, solvabilitas (leverage), aktivitas dan profitabilitas.
Nilai rasio yang positif menunjukkan bahwa perusahaan berada dalam kondisi baik,
atau dengan kata lain memiliki arus kas yang lancar, kemampuan membayar utang,
mengelola persediaan dengan baik, dan dapat menghasilkan keuntungan.
Sedangkan nilai tambah perusahaan kepada pemegang saham dapat diukur dengan
pendekatan Economic Value Added (EVA). Eva mengukur selisih antara Net
Operation AfterTax (NOPAT) dan biaya modal sehingga diketahui bahwa
perusahaan mampu membiayai biaya operasi dengan baik.
Menurut Ningtias (2014) analisis rasio keuangan pada dasarnya merupakan
perhitungan rasio-rasio untuk menilai keadaan keuangan perusahaan di masa lalu,
saat ini, dan kemungkinannya di masa yang akan datang. Sedangkan, jika
dibandingkan dengan alat analisis rasio keuangan, EVA mempunyai hubungan
yang paling erat dengan tingkat pengembalian saham karena memperhitungkan
biaya modal. Selain itu, EVA juga dapat membantu manajemen untuk
memfokuskan perhatiannya dalam menciptakan nilai perusahaan dari sudut
pandang investor.

3
Rumusan Masalah
Pasar modal Indonesia yang relatif berfluktuatif, menyebabkan investor perlu
untuk memperhatikan seberapa besar resiko yang dihadapi dan seberapa besar
tingkat pengembalian yang diharapkan. Kinerja indeks saham gabungan, sektor,
maupun perusahaan, belum dapat mencerminkan kinerja perusahaan secara riil.
Untuk itu, perlu diketahui kinerja riil perusahaan melalui perhitungan rasio-rasio
keuangan dan metode EVA. Rasio-rasio keuangan dan metode EVA dapat
membantu para investor dalam memilih perusahaan, yang memiliki kinerja
keuangan yang baik dan dapat memberikan nilai tambah bagipemegang sahamnya.
Berdasarkan uraian tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana kinerja keuangan perusahaan-perusahaan sektor industri manufaktur
khususnya subsektor otomotif dan komponen dilihat dari rasio keuangan?
2. Bagaimana kinerja keuangan perusahaan-perusahaan sektor industri manufaktur
khususnya subsektor otomotif dan komponen dengan pendekatan EVA?
Tujuan Penelitian
1. Menganalisis kinerja
manufaktur khususnya
keuangan.
2. Menganalisis kinerja
manufaktur khususnya
EVA.

keuangan perusahaan-perusahaan sektor industri
subsektor otomotif dan komponen dilihat dari rasio
keuangan perusahaan-perusahaan sektor industri
subsektor otomotif dan komponen dengan pendekatan

Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan informasi dan
pengetahuan bagi investor sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil
keputusan berinvestasi di pasar modal atau saham. Selain itu, penelitian ini
diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dan pembanding bagi penelitian
selanjutnya.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis perbandingan kinerja
keuangan perusahaan-perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada sektor industri manufaktur khususnya subsektor otomotif dan
komponen. Analisis kinerja keuangan ini menggunakan laporan keuangan,
khususnya neraca dan laporan laba rugisebagai basis data pengukuran pada periode
2011-2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis rasio-rasio
keuangan dan Economic Value Added (EVA).

4

TINJAUAN PUSTAKA
Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah laporan hasil dari proses akuntansi yang dapat
digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas
suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan aktivitas
perusahaan tersebut Munawir (2007). Menurut Nordiawan (2006), laporan
keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi
keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan entitas pelaporan selama satu
periode pelaporan. Informasi keuangan ini berfungsi sebagai dasar pertimbangan
dalam proses pengambilan keputusan. Pada umumnya, beberapa laporan keuangan
tersebut antara lain :
1. Neraca atau laporan posisi keuangan.
2. Laporan operasi laporan aktivitas atau laporan realisasi anggaran.
3. Laporan arus kas.
4. Laporan perubahan ekuitas.
5. Catatan atas laporan keuangan.
Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan disusun berdasarkan data yang relevan serta
dilakukan dengan prosedur akuntansi dan penilaian yang benar, akan terlihat
kondisi keuangan perusahaan yang sesungguhnya. Kondisi keuangan yang
dimaksud adalah diketahuinya berapa jumlah harta (kekayaan), kewajiban (utang)
serta modal (ekuitas) dalam neraca yang dimiliki. Kemudian juga akan diketahui
jumlah pendapatan yang diterima dan jumlah biaya yang dikeluarkan selama
periode tertentu. Dengan demikian dapat diketahui bagaimana hasil usaha (laba
atau rugi) yang diperoleh selama periode tertentu dari laporan laba rugi yang
disajikan (Kasmir 2012).
Menurut Munawir (2007), analisa perbandingan laporan keuangan adalah
metode dan teknik analisa dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk
dua periode atau lebih, dengan menunjukkan :
1. Data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah.
2. Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah.
3. Kenaikan atau penurunan dalam persentase.
4. Perbandingan yang dinyatakan dengan rasio.
5. Persentase dari total.
Analisa Rasio
Menurut Horne dalam Kasmir (2012), rasio keuangan merupakan indeks
yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu
angka dengan angka lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi
kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Dari hasil rasio keuangan ini akan
terlihat kondisi kesehatan perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Syamsudin dalam Ningtias dkk (2014) rasio-rasio keuangan
menurut sumber datanya, meliputi :

5
1. Rasio Likuiditas.
a. Rasio Lancar (Current Ratio).
b. Rasio Cepat (Quick Ratio).
c. Rasio Kas (Cash Ratio).
2. Rasio Solvabilitas (Leverage).
a. Debt to Asset Ratio (Debt Ratio).
b. Debt to Equity Ratio.
3. Ratio Aktivitas.
a. Perputaran Aset Tetap (Fixed Assets Turn Over).
b. Perputaran Total Aset (Total Assets Turn Over).
4. Rasio Profitabilitas.
a. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin).
b. Margin Laba Usaha (Operating Profit Margin).
c. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin).
d. Tingkat Pengembalian Investasi (Return On Investment).
e. Tingkat Pengembalian Modal (Return On Equity).
Metode Economic Value Added
Menurut Widjaja (2001), Economic Value Added (EVA) adalah suatu sistem
manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan, yang
menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu
memenuhi semua biaya operasi (operating costs) dan biaya modal (cost of capital).
Menurut Menurut Young dan O’Byrne (2001), metode EVA memiliki beberapa
kelebihan, yaitu :
1. Dengan EVA seluruh unit usaha memiliki sasaran laba yang sama untuk
perbandingan investasi.
2. EVA memperhitungkan biaya modal atas ekuitas.
3. Dilakukan adjustment (penyesuaian) terhadap biaya-biaya tertentu yang
dikeluarkan.
4. Memiliki korelasi positif yang lebih kuat terhadap perubahan-perubahan nilai
pasar perusahaan.
5. EVA berorientasi pada peningkatan laba di atas biaya modal.
Menurut Young dan O’Byrne (2001), analisis EVA mempunyai lima langkah
utama yang perlu dilakukan dalam mengukur nilai, yaitu:
1. Menghitung laba operasi bersih sesudah pajak (Net Operating ProfitAfter Tax/
NOPAT).
2. Menghitung biaya modal yang diinvestasikan (Invested Capital).
3. Menghitung biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of
Capital/WACC) dari seluruh komposisi modal perusahaan.
4. Menghitung biaya modal perusahan yang terdiri dari beberapa
sumberpembiayaan.
5. Menghitung EVA (Economic Value Added).

6
NOPAT (Net Operating Profit After Tax)
Menurut Widjaja (2001), NOPAT adalah laba yang diperoleh dari operasi
perusahaan setelah dikurangi pajak penghasilan, tetapi termasuk biaya keuangan
(financial cost) dan non cash bookeping entries, seperti biaya penyusutan.
Biaya Modal yang Diinvestasikan (Invested Capital)
Modal yang diinvestasikan merupakan jumlah seluruh keuangan perusahaan,
terlepas dari kewajiban jangka pendek, passiva yang tidak menanggung bunga (non
interest bearing liabilities), dan pajak yang akan jatuh tempo (accrued taxes).
Modal yang diinvestasikan sama dengan jumlah ekuitas pemegang saham, seluruh
hutang jangka pendek dan jangka panjang yang menanggung bunga, hutang dan
kewajiban jangka panjang lainnya (Young dan O’Byrne 2001).
Biaya Modal Rata-rata Tertimbang (Weighted Average Cost of Capital)
Menurut Utomo dalam Mubarok (2009), Weighted Average Cost of Capital
(WACC) adalah biaya ekuitas dan biaya hutang masing-masing dikalikan dengan
persentase ekuitas dan hutang dalam struktur modal perusahaan. Karena biaya
bunga (interest) dapat dikurangkan dari penghasilan dalam rangka menentukan
pendapatan kena pajak (interest on debt is tax deductible), maka cost of debt dalam
perhitungan.
Menurut Young dan O’Byrne (2001), dalam menghitung WACC suatu
perusahaan perlu mengetahui: (1) jumlah utang dalam struktur modal; (2) jumlah
ekuitas dalam struktur modal; (3) biaya utang; (4) tingkat pajak; (5) biaya ekuitas.
Komponen-komponen tersebut diformulasikan sebagai berikut :
WACC = kd (1-t) Wd + Ke ............................................................................................................. (1)

Keterangan :
Kd
t
Wd
Ke
We

=
=
=
=
=

Biaya utang jangka panjang
Tingkat pajak perusahaan
Proporsi utang dalam struktur modal
Biaya pengembalian saham
Proporsi saham dalam struktur modal
Menghitung Economic Value Added

EVA = NOPAT – C . CCR .............................................................................................................. (2)

Keterangan :
NOPAT
= Net Operating Profit After Tax
C
= Capital
CCR
= Capital Cost Rate atau Cost of Capital

7
Biaya Modal (Cost of Capital)
Menurut Young dan O’Byrne (2001), biaya modal adalah tingkat dari
pengembalian yang diharapkan oleh penyedia dana, jika modal itu diinvestasikan di
tempat lainnya, dalam suatu proyek, aktiva, atau perusahaan dengan resiko yang
sebanding.
1. Biaya Utang
Menurut Keown (2004), biaya utang merupakan tingkat pengembalian
yang diisyratkan investor atas hutang semata-mata merupakan pengembalian
yang diisyaratkan kreditur, ketika mereka memberikan pinjaman kepada
perusahaan.
2. Biaya Saham Biasa
Menurut Keown (2001), saham biasa merupakan sumber dana yang paling
beresiko dibanding dengan sumber dana lain, hal ini disebabkan karena
pembayaran deviden kepada pemegang saham biasa dibayarkan setelah
pembayaran bunga dan deviden saham preferen. Seperti halnya biaya modal
yang berasal dari biaya utang dan sahampreferen, biaya saham biasa adalah
sebesar tingkat keuntungan yang disyaratkan investor saham biasa. Terdapat dua
metode untuk mengestimasi tingkat pengembalian yang disyaratkan pemegang
saham biasa, yaitu :
a. Model Pertumbuhan Deviden
Pendekatan ini dipakai di mana deviden diharapkan tumbuh pada
tingkat g untuk selamanya dan tingkat g ini lebih kecil daripada tingkat
pengembalian yang disyaratkan investor Kcs, kemudian nilai suatu lembar
saham biasa, Pcsdapat ditulis seperti :
................................................................................................(3)
Keterangan :
Pcs
D1
Kcs
g

=
=
=
=

Nilai suatu lembar saham biasa
Deviden tahun pertama
Tingkat pengembalian yang diharapkan investor
Tingkat pertumbuhan yang diharapkan

b. Penetapan Harga Aset Modal (Capital Asset Pricing Model/CAPM)
CAPM merupakan pernyataan mengenai hubungan antara
pengembalian yang diharapkan dan resiko di mana resiko tersebut dicakup
oleh resiko sistematis (beta) untuk aset yang beresiko.
Menurut Young dan O’Byrne (2001),menjelaskan bahwa CAPM
dikembangkan secara independen oleh Profesor William Sharpe dari
Universitas Stanford dan Jihn Lintner dari Universitas Harvard, menarik
sumbangsih sebelumnya terhadap teori keuangan oleh James Tobin dan Harry
Markowitz. Rumus dari CAPM dapat dirumuskan sebagai berikut :
E(R) = Rf + beta [E(Rm) – Rf ] .............................................................................................(4)

Keterangan :
E(R)
= Harapan pengembalian dari aktiva beresiko

8
Rf
Beta
E(Rm)

= Pengembalian atas suatu aktiva bebas resiko
= Pengukuran dari resiko
= Harapan pengembalian atas pasar saham

c. Biaya Saham Preferen
Biaya saham preferen merupakan sebuah surat berharga hibrid dengan
karakteristik saham biasa dan obligasi. Serupa dengan saham biasa sebab tidak
memiliki jatuh tempo yang ditetapkan, tidak membayar deviden, tidak
menyebabkan kebangkrutan dan deviden tidak dapat dikurangkan untuk tujuan
perpajakan. Saham preferen serupa dengan obligasi karena jumlah itu terbatas
(Keown 2001).

METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran
Kinerja keuangan merupakan bahan pertimbangan bagi investor dan
pemegang saham lainnya yang menginvestasikan sahamnya di pasar modal pada
perusahaan yang telah go public termasuk perusahaan otomotif. Untuk mengukur
kinerja keuangan perusahaan investor dapat melihatnya melalui laporan keuangan
perusahaan. Laporan keuangan perusahaan yang dinilai untuk mengukur kinerja
keuangan dapat dilihat berupa dari laporan laba rugi dan neraca. Laporan laba rugi
dan laporan neraca dapat dianalisis melalui metode EVA dan rasio keuangan.
Adapun rasio-rasio keuangan yang dapat dianalisis yaitu rasio likuiditas, rasio
solvabilitas, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas. Setelah menghitung rasio, untuk
mengukur kinerja keuangan. Rasio yang telah diukur dapat digunakan untuk
melihat perbandingan dari masing-masing rasio untuk mengukur tingkat
signifikansi perbedaan kinerja keuangan masing-masing perusahaan. Selain itu,
dapat dilakukan analisis dengan menggunakan metode EVA. Metode EVA dapat
diketahui dari NOPAT dikurangi biaya modal. NOPAT ini didapat dari laba bersih
ditambah biaya bunga setelah pajak, sedangkan biaya menunjukkan besarnya
pengembalian modal. Modal (capital) berasal dari dua sumber dana yaitu ekuitas
dan hutang. Nilai NOPAT diperoleh dari laporan laba/rugi sedangkan biaya modal
dapat diperoleh dari neraca perusahaan dan setelah diketahui nilai EVA apakah
nilainya positif atau negatif, maka dapat dilihat kinerja keuangan perusahaan
apakah kinerjanya baik atau tidak.
Penelitian ini bermaksud untuk menganalisis kinerja perusahaan yang
terdapat di subsektor otomotif dan komponennya. Apakah terdapat perbedaan
yang signifikan antara perusahaan dalam subsektor yang sama. Perbandingan
kinerja keuangan ini dapat menjadi gambaran dan rekomendasi bagi investor serta
pihak-pihak yang membutuhkan. Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk mendapatkan dan
mempelajari Laporan Tahunan Perusahaan Go Publicyang terdaftar di BEI.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 sampai dengan Maret 2015.

9
Pasar Modal

Investor

Perusahaan otomotif
dan komponennya

Laporan Keuangan

Laporan L/R

Laporan Arus Kas

Metode Eva :
1. Biaya hutang.
2. Biaya saham
3. Modal yang diinvestasikan.
4. Biaya modal
5. WACC

Neraca

Laba ditahan

Rasio Keuangan :
1. Rasio Likuiditas.
2. Rasio Solvabilitas.
3. Rasio Profitabilitas
4. Rasio Aktivitas.

Kinerja keuangan bagi perusahaan

Rekomendasi

Gambar 1 Kerangka pemikiran

Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat
kualitatif dan kuantitatif. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Laporan Keuangan Tahunan. Laporan yang digunakan adalah Laporan Laba Rugi
dan Neraca Keuangan perusahaan-perusahaan otomotif dan komponennya yang
terdaftar di BEI periode 2011-2013. Sebagai data penunjang digunakan informasi
yang relevan dengan penelitian yang diperoleh dari studi pustaka, kajian literatur,
jurnal dan media daring.
Teknik Penarikan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sensus. Menurut
Supranto, sensus adalah cara pengumpulan data apabila seluruh elemen populasi

10
diselidiki satu per satu. Data yang diperoleh tersebut merupakan hasil pengolahan
sensus disebut dengan data yang sebenarnya (true value).
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis rasio
keuangan dan metode Economic Value Added (EVA). Adapun rasio keuangan yang
dinilai yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas (leverage), rasio aktivitas dan rasio
profitabilitas. Data dihitung dengan bantuan perangkat lunak Microsoft Excel 2010.
Rasio Likuiditas
1. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo
pada saat ditagih secara keseluruhan. Rumus untuk mencari rasio lancar dapat
digunakan sebagai berikut :
......................................................................... (5)
2. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Rasio cepat merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar dengan aktiva
lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan. Rumus untuk mencari rasio cepat
dapat digunakan sebagai berikut :
....................................................... (6)
3. Rasio Kas (Cash Ratio)
Rasio kas merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar
uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Rumus untuk mencari rasio kas
dapat digunakan sebagai berikut :
............................................................................ (7)
Rasio Solvabilitas (Leverage)
1. Debt to Asset Ratio
Debt to asset ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur
perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Rumus untuk mencari debt
ratio yang dapat digunakan sebagai berikut :
................................................................ (8)
2. Debt to Equity Ratio
Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang
dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh
utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rumus untuk mencari
Debt to equity ratioyang dapat digunakan sebagai berikut :

11

................................................................ (9)
Rasio Aktivitas
1. Perputaran Aset Tetap
Perputaran aset tetap merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
berapa kali yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode.
Rumus untuk mencariperputaran aset tetapdapat digunakan sebagai berikut :
................................................. (10)
2. Perputaran Total Aset
Perputaran Total Aset merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah
penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva. Rumus yang digunakan untuk
mencari perputaran total asetadalah sebagai berikut :
.......................................................... (11)
Rasio Profitabilitas
1. Margin Laba Kotor (GPM)
Margin Laba Kotor atau laba atas penjualan merupakan salah satu rasio
yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Terdapat dua
rumus untuk mencari profit margin, yaitu sebagai berikut :
..................... (12)
2. Margin Laba Bersih (NPM)
Rasio ini mencerminkan kemampuan manajemen untuk menghasilkan laba
setelah harga pokok penjualan, beban operasi/usaha, beban lain-lain dan pajak
sehubungan dengan penjualan.Rasio ini merupakan ukuran persentase dari setiap
hasil sisa penjualan sesudah dikurangi semua biaya dan pengeluaran. Rasio ini
dirumuskan sebagai berikut:
..................................................... (13)
3. Margin Laba Usaha (OPM)
Menggambarkan tentang seberapa banyak biaya operasi dalamsetiap
rupiah penjualan. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :
.............................................. (14)

12
4. Pengembalian Investasi (ROI)
Return on investment atau hasil pengembalian investasi merupakan rasio
yang menunjukkan hasil atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan.
Rumus untuk mencari Return on investmentdapat digunakan sebagai berikut :
.................................................................................. (15)
5. Pengembalian Modal (ROE)
Hasil pengembalian ekuitas atau return on equity merupakan rasio untuk
mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rumus untuk
mencari return on equity (ROE) dapat digunakan sebagai berikut :
.................................................................................. (16)
Analisis Economic Value Added (EVA)
EVA merupakan alat analisis untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan
dengan menghitung laba operasi setelah pajak dikurangi biaya modal. Adapun
langkah–langkah dalam analisis EVA adalah sebagai berikut :
1. Menghitung tingkat pengembalian dari masing–masing saham dimana
didefinisikan sebagai rata–rata dari keuntungan modal yaitu selisih antara harga
saham bulan ini dengan harga saham bulan sebelumnya. Rumusnya sebagai
berikut :
............................................................................................ (17)
Keterangan :
Rit
= Tingkat pengembalian saham perusahaan bulan ke-t
Pit
= Harga saham perusahaan per lembar bulan ke-t
Pit-1
= Harga saham perusahaan per lembar bulan ke-t-1
Dt
= Deviden pada bulan ke-t
2. Menghitung tingkat pengembalian pasar bulanan dan tingkat pengembalian
rata- rata pasar. Rumusnya sebagai berikut ;
....................................................................................... (18)


.......................................................................................... (19)

Keterangan :
Rmt
= Tingkat pengembalian pasar pada bulan ke-t
IHSGt
= Indeks Harga Saham Gabungan bulan ke-t
IHSGt-1
= Indeks Harga Saham Gabungan bulan ke-t-1
E (Rm)
= Tingkat pengembalian rata-rata pasar yang diharapkandalam satu
bulan
N
= Jumlah pengamatan dalam satu bukan (N=12)

13
3. Menghitung resiko spesifik masing-masing saham yang ditunjukkan oleh beta
usaha (β), dapat dirumuskan sebagai berikut :
........................................................................................................... (20)


......................................................................... (21)



...................................................................................... (22)

Keterangan :
σim = Kovarian tingkat pengembalian saham I dengan tingkat
pasar
σ2m = Varian tingkat pengembalian pasar

pengembalian

4. Menentukan tingkat bunga bebas resiko (Rf). Tingkat bunga bebas resiko adalah
tingkat suku bunga investasi yang dapat diperoleh investor tanpa menanggung
resiko yang biasanya tingkay suku bunga Standar Bank Indonesia (SBI).
5. Menghitung Biaya Ekuitas atau Modal Sendiri (COE), dengan rumus :
........................................................................................ (23)
....................................................................................... (24)
Keterangan :
E(Rm)
= Tingkat pengembalian yang diharapkan
Rf
= Tingkat bunga bebas resiko
βi
= Koefisien resiko spesifik perusahaan (β)
MRP
= Market Premium Resk ( Premi Resiko Pasar )
6. Perhitungan Biaya Hutang, dengan rumus :
........................................................................................... (25)
Keterangan :
Kd
= Beban bunga dibagi jumlah utang jangka panjang
(1-t)
= Faktor koreksi
7. Menghitung Biaya atas Modal dengan metode WACC
................................................................... (26)
Keterangan :
Kd
= Biaya utang jangka panjang
Ke
= Biaya pengembalian dana
We
= Proporsi saham dalam struktur modal
Wd
= Proporsi utang dalam struktur modal
T
= Tingkat pajak perusahaan

14
8. Perhitungan EVA, dengan rumus :
...................................................... (27)
Dimana :
Beban bunga

= Biaya bunga yang harus dibayar oleh perusahaan

9. Perhitungan EVA, dengan rumus :
..................................................................... (28)
Dimana :
Biaya Modal=
................................. (29)
Kinerja keuangan perusahaan melalui EVA, untuk menentukan strategi yang
dapat dijalankan agar kinerja keuangan lebih baik dinilai dengan beberapa kriteria
sebagai berikut :
1. Jika EVA > 0, maka terjadi proses nilai tambah perusahaan, kinerja
perusahaanbaik. Ini berarti laba yang tersedia mampu memenuhi harapan para
investor.
2. Jika EVA = 0, maka menunjukkan posisi impas perusahaan. Ini berarti laba yang
tersedia impas untuk memenuhi harapan kreditur dan investor.
3. Jika EVA < 0, maka berarti total biaya modal perusahaan lebih besar daripada
laba operasi setelah pajak yang diperolehnya, sehingga kinerja perusahaan
tersebut tidak baik. Hal ini membuktikan bahwa dalam perusahaan tidak terjadi
nilai tambah dan laba yang tersedia tidak mampu memberikan pengembalian
yang setimpal dengan yang ditanam investor.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum dan Kondisi Keuangan Perusahaan
Pada Tabel 3 dijelaskan mengenai gambaran umum dan kondisi keuangan
perusahaan-perusahaan subsektor otomotif dan komponennya.
Tabel 3 Gambaran umum dan kondisi keuangan perusahaan
No

Nama Perusahaan

1

Astra International

2

Astra Otoparts

3

Gajah Tunggal

Gambaran Umum
Perusahaan didirikan pada tanggal 20 Februari 1957, dan mulai terdaftar di BEI pada 4
April 1990. Total saham terdaftar berjumlah 40.483.555.140 lembar saham dengan
kapitalisasi pasar lebih dari 260 trilyun rupiah. Kepemilikan saham mayoritas dimiliki
oleh Jardine Cycle & Carriage Ltd sebesar 50,09 %, dan sisanya 49,91 % dimiliki oleh
publik.
Produk utama PT Astra International yaitu otomotif, jasa keuangan, alat berat dan
pertambangan, agribisnis, infrastruktur, logistik dan lainnya, teknologi informasi.
Perusahaan berdiri tanggal 20 September 1991, dan mulai menjadi perusahaan terbuka
pada tanggal 15 Juni 1998. Saham yang terdaftar sejumlah 4.819.733.000 lembar saham,
dengan jumlah kapitalisasi pasar kurang lebih 162 trilyun. PT. Astra International
memiliki saham sejumlah 80 %, dan kepemilikan publik sebesar 20 %.
Produk utama PT Astra Otoparts yaitu suku cadang kendaraan bermotor roda dua dan
roda empat.
Perusahaan didirikan pada tanggal 24 Agustus 1951, dan mulai terdaftar di BEI pada
tanggal 8 Mei 1990. Jumlah saham yang terdaftar 3.484.800.000 lembar saham, dengan
jumlah kapitalisasi pasar lebih dari 6 trilyun. Kepemilikan saham mayoritas dimiliki oleh
Denham Pte Ltd sebesar 49,7 %, Compagnie Financiere Du Groupe Michelin sebesar
10 % dan kepemilikan publik 40,3 %.

15

Lanjutan Tabel 3
No

Nama Perusahaan

Gambaran Umum
Produk utama PT Gajah Tunggal mencakup pengembangan, pembuatan dan penjualan
ban radial, ban bias, ban sepeda motor, ban dalam, flip dan rim tape.

4

Good Year

Establish perusahaan pada tanggal 26 Juni 1987, dan mulai terdaftar di BEI tangga 22
Desember 1980. Jumalh saham yang tercatat 41.000.000 lembar saham, dengan jumlah
kapitalisasi pasar lebih dari 779 trilyun. Kepemilikan saham terbesar dimiliki oleh The
Goodyear & Rubber company sebesar 85 %, Kali besar Asri sebsar 9,02 % dan
kepemilikan public sebesar 5,98 %.
Produk utama PT Good year adalah pembuatan dan penjualan ban kendaraan roda empat.

5

Indomobil

Perusahaan didirikan pada tanggal 20 Maret 1987, mulai terdaftar menjadi perusahaan
terbuka tanggal 15 Desember 1993. Saham yang terdaftar 2.765.278.412 lembar saham,
dengan jumlah kapitalisasai pasar kurang lebih 13 trilyun. Kepemilikan saham dimiliki
oleh Gallant Venture Ltd sebesar 52,35 %, PT. Tri tunggal inti permata 19,14 % dan
publik 10,48 %.
Produk utama PT Indomobil antara lain jasa pembiayaan kendaraan bermotor, distributor
suku cadang dengan merek “Indoparts”, perakitan kendaraan bermotor, produsen
komponen otomotif dan jasa persewaan kendaraan.

6

Indospring

PT. Indospring berdiri tanggal 5 Mei 1978, dan terdaftar di BEI pada tanggal 10 Agustus
1990. Saham yang terdaftar sejumlah 525.000.000 lembar saham, dengan jumlah
kapitalisasi pasar lebih dari 1 trilyun. Kepemilikan saham mayoritas dimiliki oleh
Indoprima Gemilang sebesar 88,11 % dan kepemilikan publik 11,89 %.
Produk utama PT Indospring memproduksi pegas untuk kendaraan, baik pegas daun
maupun pegas keong.

7

Nipress

PT. Nipress didirikan pada tanggal 24 April 1975, dan perusahaan mulai terdaftar di BEI
tanggal 24 Juli 1991. Saham yang terdaftar sejumlah 720.000.000 lembar saham, jumlah
kapitalisasi market kurang lebih dari 213 milyar. Kepemilikan sahaam dimiliki oleh
Trinitan International sebesar 22,42 %, Trimogah sekuritas sebesar 20,54 %, Tritan Adhi
Tama Nugraha sebesar 17,57 % dan pulik sebesar 39,07 %.
Produk utama PT Nipress memproduksi aki motor dan aki mobil.

8

Prima Alloy Steel

PT. Prima Alloy didirikan pada tanggal 20 Februari 1981, dan mulai terdaftar menjadi
per.usahaan terbuka pada 12 Juli 1990. Saham yang terdaftar sejumlah 701.043.478,
dengan kapitalisasi market sejumlah kurang lebih 124 milyar. Ke pemilikan saham
dimiliki oleh PT. Enmaru International sebesar 37,94 %, Vence Enterprises Holdings Ltd
16,13 % dan publik 45,93 %.
Produk utama PT Prima Alloy Steel bergerak dalam bidang industri manufaktur dan
velg kendaraan bermotor yang terbuat dari aluminium alloy.

9

Selamat Sempurna

PT. Selamat Sempurna didirikan di Indonesia pada tanggal 19 Januari 1976, perusahaan
mulai terdaftaar di BEI pada 9 September 1996. Jumlah saham yang terdaftar sejumlah
1.439.668.860, dengan kapitalisasi pasar lebih dari 4 trilyun. Kepemilikan saham dimiliki
oleh PT. Adrindo Inti Perkasa sebesar 58 % dan publik 42 %.
Produk utama PT Selamat Sempurna memproduksi rubber O-rings, rubbercompounds,
polyurethanes dan perekat plastisol untuk industri otomotif.

10

Multisrada
Sarana

PT. Multistrada didirikan pada tanggal 20 Juni 1988, dan mulai terdaftar menjadi
perusahaan terbuka 9 Juni 2005. Dengan jumlah saham yang terdaftar 9.182.946.945
saham beredar, dan kapitalisasi pasar lebih dari 3 triliyun. Kepemilikan saham dimiliki
oleh PT. Central Sole Agency 16,67 %, PVP XVIII Pte. Ltd 15,95 %, Lunar Cresient
International Inc 15,11 %, Asia Momentum a Segregated Portofolio 5,09 % dan publik
47,18 %.
Produk utama PT Multistrada Arah Sarana memproduksi ban luar kendaraan bermotor
roda dua dan roda empat.

Arah

Analisis Rasio Keuangan
PT Astra International
Rasio Likuiditas
Perusahaan memiliki rasio lancar tertinggi pada tahun 2012 sebesar 139,91 %,
dan terendah pada tahun 2013 sebesar 124,20 %. Pada periode 2011 hingga 2013,

16
terjadi penurunan rasio lancar sebesar 8,95 %. Walaupun terjadi penurunan rasio,
namun secara umum perusahaan masih memiliki kemampuan memenuhi kewajiban
lancar, dikarenakan memiliki total aktiva lancar yang melebihi total kewajiban.
Disisi lain, perusahaan memiliki rasio cepat tertinggi pada tahun 2012 sebesar
111,69 % dan terendah pada tahun 2013 sebesar 103,91 %. Pada periode yang sama,
terjadi penurunan rasio cepat sebesar 6,90 %. Hal tersebut menunjukan bahwa,
walaupun tanpa memperhitungan persediaan, perusahaan masih memiliki
kemampuan dalam memenuhi kewajiban lancar.
Selain itu, perusahaan memiliki rasio kas yang merupakan indikator
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancar dengan kas yang
dimiliki, dimana nilai rasio kas tertinggi pada tahun 2011 sebesar 26,70 % dan
terendah pada tahun 2012 sebesar 20,40 %. Pada periode 2011 sampai 2013, terjadi
penurunan nilai rasio kas sebesar 2,25 %. Penurunan yang terjadi pada rasio lancar,
rasio cepat, dan rasio kas, dikarenakan adanya kenaikan kewajiban lancar.
Rasio Profitabilitas
Margin laba operasi perusahaan menunjukkan rasio tertinggi pada tahun 2011
sebesar 11 % dan rasio terendah pada tahun 2013 sebesar 10 %. pada 2011 hingga
2013 perusahaan mengalami penurunan margin laba opersasi sebesar 9,09 %,
penurunan ini terjadi karena adanya kenaikan penjualan perusahaan yang tidak
sebanding dengan hasil laba operasi, artinya bahwa kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba usaha menurun. Disisi lain, margin laba bersih PT Astra
International, menunjukkan rasio tertinggi pada tahun 2011 sebesar 12,97 % dan
rasio terendah pada tahun 2013 sebesar 11,5 %. Selama periode 2011 hingga 2013
margin laba bersih mengalami penurunan sebesar 11,3 %, penurunan ini terjadi
karena adanya kenaikan penjualan perusahaan tidak sebanding dengan laba setelah
pajak perusahaan. Walaupun terjadi penurunan rasio perusahaan masih memiliki
kemampuan berproduksi secara efisien.
Selain itu, margin laba kotor perusahaan menunjukkan rasio tertinggi pada
tahun 2011 sebesar 19,71 % dan rasio terendah pada tahun 2013 sebesar 18,21 %.
Selama tahun pengamatan, margin laba kotor mengalami penurunan sebesar 7,57 %.
Penurunan rasio terjadi karena adanya kenaikan harga pokok penjualan sehingga
mempengaruhi terhadap nilai rasio laba kotor.
Return on Investment PT Astra International, menunjukkan adanya rasio
tertinggi pada tahun 2011 sebesar 13,73 % dan terendah pada tahun 2013 sebesar
10,42 %. Selama periode 2011 hingga 2013, ROI perusahaan mengalami penurunan
sebesar 24,11 %, penurunan ini terjadi karena adanya penurunan laba setelah pajak.
Disisi lain, ROE PT. Astra International, menunjukkan rasio tertinggi pada tahun
2011 sebesar 27,79 % dan rasio terendah pada tahun 2013 sebesar 21 %. Selama
periode 2011 hingga 2013 ROE perusahaan mengalami penurunan sebesar 24,45 %,
penurunan ini terjadi karena adanya penurunan laba setelah pajak. Hal ini
menunjukkan bahwa modal yang diinvestasikan perusahaan dalam menghasilkan
laba menurun. Penurunan yang terjadi pada ROE dan ROI karena adanya
penurunan laba setelah pajak.
Rasio Solvabilitas
Debt to assets ratio PT Astra International, menunjukkan rasio tertinggi pada
tahun 2012 sebesar 50,73 % dan terendah pada tahun 2013 sebesar 50,38 %.

17
Penurunan rasio selama tahun 2011 hingga 2013 sebesar 99,56 %. Penurunan ini
terjadi karena adanya kenaikan jumlah aset. Hal ini menunjukkan adanya
kemampuan aset perusahaan yang dibiayai oleh hutang semakin kecil. Disisi lain,
debt to equity ratio perusahaan, menunjukkan rasio tertinggi pada tahun 2012
sebesar 102,95 % dan terendah pada tahun 2013 sebesar 101,52 %. Selama tahun
2011 hingga 2013 terjadi penurunan rasio sebesar 0,89 %. Penurunan ini terjadi
karena adanya kenaikan pada nilai utang dan ekuitas perusahaan. Walaupun terjadi
penurunan rasio, modal yang dimiliki perusahaan masih mampu dalam menjamin
seluruh hutang. Penurunan yang terjadi pada debt to asset ratio, debt to equity ratio
terjadi karena adanya kenaikan hutang.
Rasio Aktivitas
Perusahaan memiliki total perputaran aset tertinggi pada tahun 2011 sebesar
1,06 kali dan terendah pada tahun 2013 sebesar 0,91 kali. Selama tahun 2011
hingga 2013 total perputaran aset terjadi penurunan sebesar 14,44 kali. Penurunan
ini terjadi karena adanya kenaikan total aset yang tidak sebanding dengan kenaikan
penjualan perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan
mengalami penurunan dalam memanfaatkan total aktiva yang dimilikinya untuk
menghasilkan pendapatan. Disisi lain, perputaran aset tetapperusahaan
menunjukkan rasio tertinggi pada tahun 2011 sebesar 5,74 kali dan terendah pada
tahun 2013 sebesar 5,12 kali selama tahun 2011 hingga 2013 terjadi penurunan
rasio sebesar 10,8 kali. Penurunan ini terjadi karena adanya kenaikan aset tetap dan
penjualan perusahaan.

PT Astra International
160.00
140.00
120.00
100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
Rasio Rasio Rasio OPM GPM NPM ROI
Lancar Cepat Kas

2011

2012

ROE Debt Debt Total Fix
to
to assets assets
assets equity turn turn
ratio ratio over over
2013

Gambar 2 Rasio keuangan PT Astra International

PT Astra Otoparts
Rasio Likuiditas
Perusahaan memiliki rasio lancar tertinggi pada tahun 2013 sebesar 188,99 %,
dan terendah pada tahun 2012 sebesar 116,49 %. Pada periode 2011 hingga 2013,
terjadi peningkatan rasio lancar sebesar 8,95 %. Peningkatan ini terjadi karena

18
adanya kenaikan aset lancar, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan masih
memiliki kemampuan memenuhi kewajiban lancar. Disisi lain, perusahaan
memiliki rasio cepat tertinggi pada tahun 2013 sebesar 128,67 % dan terendah pada
tahun 2012 sebesar 74,51 %. Pada periode yang sama, terjadi peningkatan rasio
cepat sebesar 51,26 %. Hal tersebut menunjukan bahwa, walaupun tanpa
memperhitungan persediaan, perusahaan masih memiliki kemampuan dalam
memenuhi kewajiban lancar.
Selain itu, perusahaan memiliki rasio kas yang merupakan indikator
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancar dengan kas yang
dimiliki, dimana nilai rasio kas tertinggi pada tahun 2013 sebesar 55,4 % dan
terendah pada tahun 2011 sebesar 19,3 %. Pada periode 2011 sampai 2013, terjadi
peningkatan nilai rasio kas sebesar 187,05 %. Peningkatan yang terjadi pada rasio
lancar, rasio cepat, dan rasio kas, dikarenakan adanya kenaikan kewajiban lancar.
Rasio Profitabilitas
Margin laba operasi perusahaan menunjukkan rasio tertinggi pada tahun 2011
sebesar 7,06 % dan rasio terendah pada tahun 2013 sebesar 6,28 %. Pada 2011
hingga 2013 perusahaan mengalami penurunan margin laba operasi sebesar
11,03 %, penurunan ini terjadi karena adanya kenaikan penjualan perusahaan yang
tidak sebanding dengan hasil laba operasi, yang memperlihatkan bahwakemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba usaha menurun. Disisi lain, margin laba
bersih perusahaan, menunjukkan rasio tertinggi pada tahun 2011 sebesar 14,96 %
dan rasio terendah pada tahun 2013 sebesar 9,89 %. Selama periode 2011 hingga
2013 margin laba bersih mengalami penurunan sebesar 33,91 %, penurunan ini
terjadi karena adanya kenaikan penjualan perusahaan tidak sebanding dengan laba
setelah pajak perusahaan. Walaupun terjadi penurunan rasio perusahaan masih
memiliki kemampuan berproduksi secara efisien.
Selain itu, margin laba kotor perusahaan menunjukkan rasio tertinggi pada
tahun 2011 sebesar 16,81 % dan rasio terendah pada tahun 2013 sebesar 16 %.
Selama tahun pengamatan margin laba kotor mengalami penurunan sebesar 4,8 %.
Penurunan rasio terjadi karena adanya kenaikan harga pokok penjualan sehingga
mempengaruhi terhadap nilai rasio laba kotor.
Return on Investment PT Astra Otoparts, menunjukkan adanya rasio tertinggi
pada tahun 2011 sebesar 15,82 % dan terendah pada tahun 2013 sebesar 8,39 %.
Selama periode 2011 hingga 2013 ROI perusahaan mengalami penurunan sebesar
46,99 %, penurunan ini terjadi karena adanya penurunan laba setelah pajak. Disisi
lain, ROE PT. Astra Otoparts, menunjukkan rasio tertinggi pada tahun 2011 sebesar
23,32 % dan rasio terendah pada tahun 2013 sebesar 11,07 %. Selama periode 2011
hingga 2013 ROE perusahaan mengalami penurunan sebesar 52,55 %, penurunan
ini terjadi karena adanya penurunan laba setelah pajak. Hal ini menunjukkan bahwa
modal yang diinvestasikan perusahaan dalam menghasilkan laba menurun.
Penurunan yang terjadi pada ROE dan ROI karena adanya penurunan laba setelah
pajak.
Rasio Solvabilitas
Debt to assets ratio PT Astra Otoparts, menunjukkan rasio tertinggi pada tahun
2012 sebesar 38,24 % dan terendah pada tahun 2013 sebesar 24,24 %. Penurunan
rasio selama tahun 2011 hingga 2013 sebesar 24,67 %. Penurunan ini terjadi karena

19
adanya kenaikan jumlah aset. Hal ini menunjukkan adanya