Analisis Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Subsektor Perikanan Di Bei

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN
SUBSEKTOR PERIKANAN DI BEI

INDAH NUR MAWANI

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kinerja
Keuangan pada Perusahaan Subsektor Perikanan di BEI adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015

Indah Nur Mawani
NIM H24110059

ABSTRAK
INDAH NUR MAWANI. Analisis Kinerja Keuangan pada Perusahaan Subsektor
Perikanan di BEI dibimbing oleh ABDUL BASITH dan YUSRINA
PERMANASARI.
Perkembangan Perusahaan Subsektor perikanan yang tercatat di Bursa
Efek Indonesia turut berkontribusi berkembangnya subsektor perikanan. Laporan
keuangan perusahaan, menunjukan perusahaan cenderung memiliki laba negatif
selama periode 2009-2014. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kinerja
keuangan perusahaan menggunakan analisis rasio keuangan serta analisis proyeksi
kebangkrutan dengan menggunakan Model Zscore Altman. Hasil penelitian
menunjukan Kinerja perusahaan melalui analisis rasio, dilihat dari rasio
profitabilitas perusahaan masih kurang baik, rasio likuiditas cukup baik,
solvabilitas perusahaan kurang baik dan analisis rasio aktivitas ketiga perusahaan
cukup baik. Hasil analisis potensi kebangkrutan pada perusahaan subsektor

perikanan yang tercatat di BEI, perusahaan CPRO berada pada kondisi potensi
bangkrut pada tahun 2009-2012. Perusahaan DSFI hanya pada tahun 2009
sedangkan perusahaan IIKP termasuk kedalam kondisi sehat perusahaannya pada
tahun 2009-2014.
Keyword : analisis rasio keuangan, analisis potensi kebangkrutan, perusahaan
subsektor perikanan

ABSTRACT
INDAH NUR MAWANI. Financial Performance Analysis of Fisheries Subsector
on Indonesia Stock Exchange. Supervised by ABDUL BASITH and YUSRINA
PERMANASARI.
The development of the fisheries subsector company listed on the Indonesia
Stock Exchange (IDX) contribute The fishery subsector’s development. The
financial statements of the company, indicates the company is likely have
negative earnings during period 2009 until 2014. The goals of this research are to
financial performance analysis of companies using financial ratio analysis and
analysis of bankruptcy projection using Zscore Model Altman. The results
showed the company performance through the analysis of ratios, seen from the
company's profitability ratios are still not good, likuidity ratio is good, the
solvency of the company is not good and analysis of the company's third activity

ratio is quite good. Results of the analysis of the potential bankruptcy of the
fisheries subsector company, the company CPRO in a state of potential
bankruptcy in 2009-2012. The company DSFI only in 2009 in potential
bankruptcy condition while the company IIKP in healthy condition in 2009-2014.
Keyword : analysis of potential bankruptcy, financial ratio analysis, the fisheries
subsector company

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN
SUBSEKTOR PERIKANAN DI BEI

INDAH NUR MAWANI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi: Analisis Kineija Keuangan Pada Perusahaan Subsektor Perikanan
di BEl
Nama
: Indah Nur Mawani
NIM
: H24110059

Disetujui oleh

Dr. Ir Abdul Basith, MSc
Pembimbing I

Pennanasari S.Sos ME
Pembimbing II

Diketahui oleh


/
.Dr. Mukhamad Najib, S.TP, MM
it ' · ·
.Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

1 : イNGセ@

2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini
yang berjudul Analisis Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Subsektor Perikanan
dilaksanakan sejak bulan April 2015.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Abdul Basith, MSc dan
Ibu Yusrina Permanasari, S.sos, ME selaku pembimbing, serta Bapak Dr Ir Budi
Purwanto, ME yang telah banyak memberikan saran. Ungkapan terima kasih juga

disampaikan kepada Bapak Patulloh, Ibu Nurjanah, Rismawan Apriandi, Ari Tri
Julian, Hazal Tetra Hakim serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih
sayangnya. Di samping itu, tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada teman –
teman seperjuangan Manajemen 2011 atas dukungan dan doa yang diberikan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015
Indah Nur Mawani

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN


vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

3

Manfaat Penelitian


3

Ruang Lingkup Penelitian

3

TINJAUAN PUSTAKA

3

Laporan Keuangan

3

Analisis Kinerja Keuangan

3

Analisis Rasio Keuangan


4

Analisis Kebangkrutan

4

Penelitian Terdahulu

5

METODE

5

Kerangka Pemikiran Penelitian

5

Lokasi dan Waktu Penelitiaan


6

Jenis dan Sumber Data

6

Metode Pengambilan Sampel

6

Pengolahan dan Analisis Data

7

Analisis Model Z-Score Altman

8

HASIL DAN PEMBAHASAN


9

Gambaran Umum Perusahaan

9

Tren Rasio Keuangan

9

Analisis Z-Score Altman

13

SIMPULAN DAN SARAN

14

DAFTAR PUSTAKA

16

LAMPIRAN

18

RIWAYAT HIDUP

21

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7

Produksi Perikanan Menurut Subsektor (ribu ton) 2008-2013
Laba Perusahaan (dalam jutaan rupiah)
Kinerja Profitabilitas Perusahaan Subsektor Perikanan (%)
Kinerja Likuiditas Perusahaan Subsektor Perikanan (%)
Kinerja Solvabilitas Perusahaan Subsektor Perikanan (%)
Kinerja Aktivitas Perusahaan Subsektor Perikanan
Hasil Analisis kebangkrutan dengan Model Z-Score Altman

1
2
10
11
12
12
13

DAFTAR GAMBAR
1

kerangka pemikiran

6

DAFTAR LAMPIRAN
1 Data keuangan CPRO untuk perhitungan Z-Score ( jutaan rupiah)
2 Data keuangan DSFI untuk perhitungan Z-Score ( jutaan rupiah)
3 Data keuangan IIKP untuk perhitungan Z-Score ( jutaan rupiah)

18
19
20

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara maritim, negara yang sebagian besar wilayahnya
merupakan perairan memiliki potensi besar pada bidang pertanian subsektor
perikanan. Tabel 1 menunujukan bahwa produksi perikanan dari tahun 2008
sampai dengan 2013 terus meningkat. Hal ini merupakan suatu peluang
peningkatan pertumbuhan perekonomian Indonesia melalui subsektor perikanan
yang diukur melalui pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). Perkembangan
Perusahaan Subsektor perikanan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) turut
berkontribusi berkembangnya subsektor perikanan. Perusahaan subsektor
perikanan yang tercatat pada BEI adalah PT Central Proteina Prima Tbk (CPRO),
PT Dharma Samudra Fishing Industries Tbk (DSFI), dan PT Inti Kapuas Arowana
Tbk (IIKP).
Tabel 1 Produksi Perikanan Menurut Subsektor (ribu ton) 2008-2013
Subsektor
Perikanan Budidaya
Budidaya laut
Tambak
Kolam
Karamba
Jaring apung
Sawah
Jumlah

2008

2009

2010

2011

2012

2013

1 996
960
479
76
263
112
3 855

2 820
907
554
102
239
87
4 709

3 515
1 416
820
121
309
97
6 278

4 606
1 603
1 127
131
375
86
7 929

5 770
1 757
1 434
178
455
82
9 676

8 379
2 345
1 774
200
505
97
13 301

Perikanan tangkap
Perikanan laut
Perairan umum
Jumlah

4 702
494
5 196

4 812
296
5 108

5 039
345
5 384

5 346
369
5 714

5 436
394
5 829

5 707
398
6 105

Total

9 051

9 817

11 662

13 643

15 505

19 406

Sumber : BPS (2013)
Perusahaan yang telah go public harus bisa menilai kinerja perusahaannya
agar dapat dijadikan bahan evaluasi dan menjadikan perusahaan berkompeten
dalam bersaing dengan perusahaan lain. Banyak indikator yang bisa digunakan
dalam mengukur kinerja suatu perusahaan. Salah satu indikator mengukur kinerja
perusahaan adalah dengan melihat kinerja keuangan. Kinerja keuangan
perusahaan juga merupakan salah satu bahan pertimbangan bagi investor untuk
menginvestasikan dananya. Perusahaan yang memiliki kategori baik dari kinerja
keuangan perusahaannya akan mampu mengatasi ancaman dan menjadikan
hambatan sebagai peluang untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki
perusahaan. Laporan keuangan berperan penting memberikan gambaran mengenai
kinerja keuangan perusahaan apakah dalam kondisi sehat atau tidak sehat.
Mengetahui kondisi keuangan perusahaan sangat penting guna menjaga
kesehatan perusahaan. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan subsektor
perikanan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, mayoritas perusahaan memiliki

2
laba negatif dari tahun 2009 sampai 2014. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2. Laba
yang merupakan salah satu bagian dalam mengukur kinerja keuangan, laba yang
negatif tentunya akan mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan. Untuk itu
perlu dilakukan analisis kinerja keuangan untuk mengetahui sejauh mana kondisi
kinerja keuangan perusahaan.
Tabel 2 Laba Perusahaan (dalam jutaan rupiah)
2009
2010
2011
2012
2013
2014

CPRO
-189 766
-350 582
-2 234 387
-353 184
956 963
-372 216

DSFI
-98 552
-3 246
6 737
12 100
11 014
15 596

IIKP
-10 071
-4 206
-28 060
-20 090
-24 348
-14 819

Sumber : Laporan Keuangan
Analisis kinerja keuangan diukur dari rasio - rasio keuangan yaitu dengan
mengukur rasio profitabilitas, likuiditas, solvabilitas dan aktivitas untuk
mengetahui kondisi perusahaan. Rasio profitabilitas mengukur sejauh mana
pengelolaan perusahaan mampu menghasilkan laba. Rasio likuiditas menunjukkan
perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Rasio solvabilitas
menggambarkan seberapa besar perusahaan didanai oleh hutang. Sedangkan rasio
aktivitas menggukur seberapa besar efektivitas pengelolaan perusahaan dalam
menghasilkan volume penjualan.
Laba negatif yang cenderung dialami dari tahun ketahun pada mayoritas
perusahaan subsektor perikanan ini, juga perlu dianalisis lebih lanjut terkait
kemungkinan perusahaan terjadi kebangkrutan. Menganalisis kemungkinan
kebangkrutan dapat menggunakan alat analisis model Z-Score Altman. Menurut
Dhamayanti dan Moerdiyanto (2012), tingkat kesesuaian prediksi yang dihasilkan
metode Z Score (Altman) lebih tinggi dibandingkan tingkat prediksi yang
menggunakan metode Logit (Zavgren). Menurut Altman dalam Sinurat (2013),
model Z-Score Altman memiliki tingkat keakuratan sebesar 94-95%. Hasil
perhitungan menggunakan Z-sore Altman akan menggambarkan kondisi
perusahaan sehat, rawan atau dalam kondisi bangkrut. Diharapkan dari hasil
penelitian ini dapat memberikan informasi serta gambaran kepada pihak
manajemen perusahaan dan pemegang saham dalam menilai kondisi perusahaan
subsektor perikanan yang tercatat di BEI.

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut permasalahan yang akan dibahas pada
penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Bagaimana Kinerja Keuangan
perusahaan pada subsektor perikanan melalui analasis rasio keuangan? (2)
Bagaimana analisis kebangkrutan pada Perusahaan Subsektor Perikanan yang
tercatat di BEI?

3
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Menganalisis
Kinerja Keuangan pada subsektor perikanan yang tercatat di BEI melalui analisis
rasio keuangan, (2) menganalisis potensi kebangkrutan pada Perusahaan
Subsektor Perikanan yang tercatat di BEI.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dengan adanya penelitian ini : (1) Bagi Investor,
dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam berinvestasi, (2) Bagi Perusahaan,
dapat mengetahui kinerja keuangan perusahaan serta kemungkinan kebangkrutan,
(3) Bagi Peneliti, dapat dijadikan sebagai sumber informasi, pembanding,
pertimbangan, dan pengembangan bagi penelitian lebih lanjut terkait
permasalahan serupa.

Ruang Lingkup Penelitian
Pada saat melakukan penelitian, peneliti hanya membahas kinerja
keuangan serta analisis potensi kebangkrutan pada perusahaan subsektor
perikanan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Hal ini diperoleh dari analisa
laporan keuangan perusahan subsektor perikanan yang tercatat pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) tahun 2009-2014. Laporan keuangan difokuskan pada neraca dan
laba rugi. Alat analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah rasio keuangan
untuk menganalisis kinerja keuangan dan Z-Score untuk menganalisis potensi
kebangkrutan.

TINJAUAN PUSTAKA
Laporan Keuangan
Menurut Kasmir (2010), secara umum laporan keuangan dapat dikatakan
adalah laporan yang menunjukan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau
dalam periode tertentu. Keown et al. (2001), laporan keuangan dasar mencangkup
laporan laba rugi, neraca dan laporan arus kas.

Analisis Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan menurut Jumingan (2011) merupakan gambaran kondisi
keuangan pada suatu periode tertentu baik menyangkut penghimpunan dana
maupun penyaluran dana yang biasaanya diukur dengan indikator kecukupan
modal, likuiditas dan profitabilitas. Menurut Fahmi (2014), Kinerja keuangan
adalah suatu alat analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu

4
perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan
keuangan secara baik dan benar. Mengukur kinerja keuangan adalah penentuan
ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur sejauh mana pencapaian yang telah
dicapai oleh suatu perusahaan dalam menghasilkan laba.

Analisis Rasio Keuangan
Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan perusahaan untuk
menilai kinerja suatu perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan yang
terdapat pada pos laporan keuangan (neraca, laporan laba/rugi, laporan arus kas).
Menurut Kamaludin dan Rini (2012) rasio profitabilitas digunakan untuk
menunjukan gambaran tentang tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan dalam
menghasilkan laba. Analisis Solvabilitas, Fahmi (2014) menyatakan rasio
solvabilitas atau rasio leverage adalah mengukur seberapa besar perusahaan
dibiayai dengan hutang. Menurut Aprilianti (2015), Rasio Leverage atau
solvabilitas menunjukan batasan sampai dimana perusahaan didanai oleh hutang,
atau dapat menunjukan sejauh mana perusahaan mampu membayar hutang bila
suatu saat perusahaan dilikuidasi. Rasio solvabilitas diukur Debt to Equity Ratio
dan Debt to Asset Ratio. DER menggambarkan sampai sejauh mana modal
pemilik dapat menutupi hutang – hutang pada pihak luar. Menurut Pahlevi dalam
Viandita et al (2013), DAR merupakan perbandingan antara total hutang dengan
total aset. Rasio likuiditas menunjukkan perbandingan antara aktiva lancar
dengan hutang lancar. Menurut Moeljadi (2006), Analisis Aktivitas mengukur
seberapa besar efektivitas perusahaan mengelola aktiva.

Analisis Kebangkrutan
Salah satu metode yang digunakan dalam mengukur kebangkrutan suatu
perusahaan yaitu menggunakan metode Altman Z-Score. Saunders dan Cornett
(2011) mengatakan bahwa Altman mengembangkan sebuah model yang
digunakan untuk menghitung klasifikasi risiko dari sebuah perusahaan ketika
melakukan pinjaman. Metode ini dilakukan dengan melakukan pengamatan
terhadap rasio keuangan dari peminjam dan melakukan pembobotan pada rasio
tersebutyang disebut Altman Z-Score Model. Model Altman Z-Score telah
mengalami perkembangan sebanyak tiga kali yaitu Z-Score model pertama, ZScore revisi, dan Z-Score modifikasi. Untuk memprediksi kemungkinan
kebangkrutan dari perusahaan – perusahaan berkembang, maka Altman
memodifikasi modelnya yang pertama kemudian menghasilkan persamaan
kebangkrutan sebagai berikut (Prihadi 2011) :
Z-Score = 6.56 X1 + 3.26 X2 + 6.72 X3 +1.05 X4
Keterangan :
XI
= Rasio modal kerja terhadap total aset
X2
= Rasio laba yang ditahan terhadap total aset
X3
= Rasio laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aset
X4
= Rasio Nilai pasar sendiri terhadap nilai buku dari hutang

5

Penelitian Terdahulu
Rhomadhona (2014) dalam jurnalnya yang berjudul “Analisis Perbandingan
Kebangkrutan Model Altman, Model Springate, dan Model Zmijewski pada
perusahaan yang tergabung dalam Grup Bakrie yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2010-2012” menyimpulkan bahwa Perbandingan dari ketiga
model yaitu Altman, Springate, dan Zmijewski diketahui bahwa perusahaanperusahaan yang ada dalam grup bakrie masih bisa dikatakan ke dalam kategori
sehat. Ini bisa dilihat dari rata-rata dari ketiga model yang digunakan
menunjukkan bahwa sebesar keadaaan perusahaan sehat nantinya mempunyai
nilai persentase yang besar yakni 56%.
Mastuti F et al. (2013) dalam jurnalnya yang berjudul “Altman Z-score
sebagai salah satu metode dalam menganalisis estimasi kebangkrutan perusahaan,
studi pada Perusahaan Plastik dan Kemasan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode tahun 2010 sampai dengan 2012” menyimpulkan bahwa
berdasarkan analisis dengan menggunakan metode Altman Z-Score terdapat 1
perusahaan yang diestimasi bangkrut atau diprediksi dalam kondisi buruk selama
tahun 2010 sampai dengan 2012. Perusahaan tersebut adalah PT. Titan Kimia
Nusantara Tbk, yang memiliki nilai Z yang rendah dan kurang dari batas bawah
rentang interval dalam setiap tahunnya, dimana batas bawah rentang interval
menentukan skor minimal bagi suatu perusahaan untuk dinyatakan dalam kondisi
yang buruk. Nilai Z di bawah rentang interval mengindikasikan bahwa perusahaan
mengalami kegagalan dalam pengelolaan keuangan.
Sinurat (2013) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Kinerja
Keuangan pada PT X Tbk Periode 2007-2011 menyimpulkan bahwa neraca dan
laba rugi perusahaan cenderung mengalami peningkatan, akan tetapi kinerja
keuangan perusahaan masih kurang baik. Analisis kebangkrutan periode 20072011 menunjukan bahwa perusahaan mengarah kepada kebangkutan. Jika hal ini
tersebut dibiarkan terjadi tanpa kebijakan perbaikan oleh manajemen, maka
diperkirakan pada tahun 2014 perusahaan akan berpotensi bangkrut.

METODE
Kerangka Pemikiran Penelitian
Perusahaan subsektor perikanan yang tercatat dalam Bursa Efek Indonesia
adalah PT Central Proteina Prima Tbk (CPRO), PT Dharma Samudra Fishing
Industries Tbk (DSFI), dan PT Inti Kapuas Arowana Tbk (IIKP). Berdasarkan
Laporan Keuangan yang berfokus pada neraca dan laporan laba rugi didapatkan
laba negatif pada periode tahun 2009 samapai 2014. Untuk itu, perlu dilakukan
analisis keuangan perusahaan dan potensi kebangkrutan perusahaan. Kinerja
keuangan diukur melalui analisis rasio keuangan yang meliputi rasio profitabilitas,

6
rasio solvabilitas, rasio likuiditas dan rasio aktivitas. Sedangkan potensi
kebangkrutan di analisis melalui Model Z-Score Altman. Hasil dari analisis dalam
penelitian ini, baik dari analisis kinerja keuangan maupun analisis potensi
kebangkrutan diharapkan mampu memberikan rekomendasi bagi perusahaan

Perusahaan Perikanan di BEI
Laba negatif tahun 2009-2014

Analisis Kebangkrutan

Tren Kinerja Keuangan

1.
2.
3.
4.

Profitabilitas
Solvabilitas
Likuiditas
Aktivitas

Model Z-Score Altman

Rekomendasi
Gambar 1 kerangka pemikiran
Lokasi dan Waktu Penelitiaan
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan subsektor perikanan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dimana data yang digunakan adalah data tahun
2009 sampai tahun 2014.Waktu penelitian dilakukan dari bulan April – Mei 2015.
Jenis dan Sumber Data
Jenis sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder. Jenis data sekunder yang digunakan terdiri dari laporan keuangan
tahunan periode 2009-2014 PT. Dharma Samudera Fishing Industries Tbk (DSFI),
PT. Inti Kapuas Arowana Tbk (IIKP) pada periode 2009-2014 yang sudah
dipublikasikan. Data laporan yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca
dan laporan laba rugi perusahaan.
Metode Pengambilan Sampel
Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive
sampling, yaitu pemilihan sampel yang didasarkan pada kriteria tertentu. Adapun

7
kriteria pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah Perusahaan-perusahaan
yang menjadi sampel adalah perusahaan subsektor perikanan dan terdaftar di
Bursa Efek Indonesia yang mempublikasikan laporan keuangannya setiap tahun.
Pengolahan dan Analisis Data
Nazir (2005), analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam
metode ilmiah, karena dengan analisis data tersebut dapat diberi arti atau makna
yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Analisis data dalam
penelitiaan ini adalah analisis deskriptif, menggambarkan kondisi kinerja
keuangan perusahaan subsektor perikanan melalui analisis rasio keuangan yang
meliputi rasio profitabilitas, likuiditas, solvabilitas dan aktivitas.
Analisis data keuangan yang bersifat kuantitatif dianalisis melalui tahapan
berikut:
1. Menghitung rasio profitabilitas yang terbagi dalam rasio return on total assets
(ROA) dan return on equity (ROE) . Menurut Syafri dan Sofyan (2008) return on
total assets menyatakan seberapa banyak laba yang dihasilkan oleh suatu
perusahaan dari setiap aset yang dimilikinya. Semakin besar nilai ROA, maka
semakin baik performa perusahaan. ROE merupakan rasio keuangan yang
menggambarkan tingkat pengembalian yang dapat diperoleh pemegang saham
terhadap nilai investasi yang mereka salurkan pada perusahaan. Rumus-rumus
untuk menghitung rasio profitabilitas adalah:
Return on Total Assets (ROA) =
Return on Equity (ROE) =

...................(1)
......................................................(2)

2. Menghitung Rasio Likuiditas yang terbagi dalam dua rasio yaitu current ratio
(CR) dan quick ratio (QR). Menurut Swawidji Widioatmodjo (2004) current
ratio digunakan untuk mengukur seberapa kuat keuangan perusahaan memenuhi
kewajiban jangka pendeknya atau seberapa besar harta lancar yang bisa dijadikan
jaminan bagi kewajiban lancarnya.jika rasio ini bernilai kurang dari 100%, hal ini
berarti bahwa ada sebagian utang lancar yang tidak dapat dilunasi sekalipun
semua aset lancar perusahaan sudah dicairkan menjadi kas. quick ratio
merupakan rasio yang digunakan untuk melihat seberapa besar kemampuan quick
asset perusahaan bisa digunakan untuk membayar current liabilities perusahaan.
Inventori menjadi faktor pengurang karena dianggap sebagai aset yang kurang
likuid untuk membayar current liabilities perusahaan.
Current Ratio =
Quick ratio

......................................................(3)
....................................................(4)

3. Menghitung rasio Solvabilitas atau Leverage yang terbagi atas dua rasio yaitu
DAR dan DER. Menurut Sawir (2008) debt ratio merupakan rasio yang
memperlihatkan proporsi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan

8
yang dimiliki. DER menggambarkan tingkat perbandingan hutang terhadap
ekuitas dalam struktur modal perusahaan. sedangkan DAR mengukur tingkat
pemakaian dari hutang untuk pembiayaan operasional perusahaan. Semakin besar
nilai DAR maupun DER menunjukan sebagian besar aktiva perusahaan masih
dibiayai dengan hutang.

DAR =

..............................................................................(5)

DER =

.............................................................................(6)

4. Menghitung rasio aktivitas yang terbagi atas rasio total assets turnover (TATO)
dan Inventory turnover (ITO). Menurut Syamsudin (2009) total assets turnover
merupakan rasio yang menunjukan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan
aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan.
TATO =

.....................................................................................(7)

ITO

.....................................................................................(8)

=

Analisis Model Z-Score Altman
Model Z-Score dapat digunakan perusahaan untuk menilai tingkat kesehatan
keuangan perusahaan dengan cara menghitung tingkat risiko kebangkrutan saat ini,
hasilnya dapat digunakan untuk menentukan strategi keuangan. Model Z-Score
Altman ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Prihadi 2011) :
Z-Score = 6.56 X1 + 3.26 X2 + 6.72 X3 +1.05 X4 .................................(9)
Keterangan :
XI
= Rasio modal kerja terhadap total aset
X2
= Rasio laba yang ditahan terhadap total aset
X3
= Rasio laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aset
X4
= Rasio Nilai pasar sendiri terhadap nilai buku dari hutang
Asumsi pada model Z-Score Altman yaitu perusahaan dari negara
berkembang, perusahaan publik maupun non publik, pada semua jenis ukuran
perusahaan dan untuk semua perusahaan dalam industri yang berbeda - beda.
Kriteria yang digunakan dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan
model ini adalah jika skor Z > 2.60 maka perusahaan diklasifikasikan sehat, yaitu
jauh dari potensi kebangkrutan. Sedangkan jika Z < 1.1 maka perusahaan
diklasifikasikan berpotensi bangkrut. Jika skor Z antara 1.1 – 2.60 maka
perusahaan diklasifikasikan sebagai perusahaan daerah kelabu. Rasio keuangan
yang dianalisis adalah rasio – rasio keuangan yang terdapat dalam model altman
yaitu :

9
X1

= Aset Lancar – Kewajiban Lancar .......................................................(10)
Total Aset

X2

= Laba ditahan ......................................................................................(11)
Total Aset

X3

= EBIT
...........................................................................................(12)
Total Aset

X4

= Total Ekuitas .....................................................................................(13)
Total Kewajiban

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Perusahaan
PT Central Proteina Prima Tbk (CPRO) merupakan salah satu produsen
dan pengolah udang yang berlokasi di Jakarta. Perusahaan ini juga merupakan
pemimpin pasar Indonesia dalam produksi benur, pakan udang dan pakan ikan.
Produk yang dihasilkan perusahaan ini meliputi udang beku, pakan udang, benur
dan probiotik. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1980. Perusahaan ini terdaftar
di BEI pada tanggal 28 November 2006.
PT. Dharma Samudera Fishing Industries Tbk (DSFI) merupakan
perusahaan multinasional yang bergerak di dalam bidang makanan laut dengan
kantor pusat di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1985, dan
menerima hasil tangkapan dari perairan Indonesia atau luar negeri untuk
keperluan ekspor dan reekspor. DSFI terdaftar di BEI pada tanggal 24 Maret 2000.
PT. Inti Kapuas Arowana Tbk (IIKP) merupakan perusahaan multinasional
yang bergerak di dalam bidang penangkaran ikan hias, khususnya ikan Arwana.
Berkantor pusat di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini merupakan satu-satunya
perusahaan penangkaran dan perdagangan ikan arowana yang tercatat di Bursa
Efek Jakarta. PT. Inti Kapuas Arowana Tbk didirikan pada tanggal 16 Maret 1999
dengan nama PT Inti Indah Karya Plasindo. IIKP terdaftar di BEI pada tanggal 20
Oktober 2002.

Tren Rasio Keuangan
Dalam penelitian ini dianalisis beberapa rasio keuangan, yang meliputi rasio
profitabilitas, likuiditas, solvabilitas dan aktivitas. rasio profitabilitas perusahaan
subsektor perikanan seperti pada Tabel 3. Analisis profitabilitas pada penelitian
ini melihat dari Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE) pada ketiga
perusahaan subsektor perikanan yang tercatat di BEI.

10
Tabel 3 Kinerja Profitabilitas Perusahaan Subsektor Perikanan (%)
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
2014

CPRO
-2.34
-7.54
-28.83
-6.12
16.69
-1.50

ROA
DSFI
-71
3.45
4.39
4.08
4.60
1.66

IIKP
-2.87
-0.98
-6.09
-3.94
-5.04
-2.07

CPRO
-6.35
-24.69
-372.99
-397.85
91.62
-8.95

ROE
DSFI
-603
23.59
19.46
10.72
11.26
3.93

IIKP
-2.91
-0.98
-6.11
-4.18
-5,31
-2.17

Sumber : Laporan Keuangan perusahaan subsektor perikanan, data diolah (2015)
Nilai ROA dan ROE pada DSFI cenderung bernilai positif dari tahun ke
tahun. Sedangkan dua perusahaan subsektor perikanan lainnya yaitu CPRO dan
IIKP cenderung bernilai negatif. Laba yang negatif pada perusahaan CPRO dan
IIKP menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan secara
keseluruhan belum mampu menghasilkan laba. Sedangkan, perusahaan DSFI
dapat mengelola total aktiva dan penggunaan modalnya sehingga mampu
menghasilkan laba. Namun, DSFI pernah mengalami nilai ROA yang negatif
yaitu pada tahun 2009 yang mencapai -71. Hal ini disebabkan perusahaan kurang
optimal dalam mengelola total asset baik lancar maupun tetap dalam rangka
mencapai laba yang maksimal. Nilai ROA yang cenderung negatif pada
perusahaan CPRO dan IIKP menandakan perusahaan masih belum dapat
mengoptimalkan pengelolaan aktiva dalam menghasilkan laba. Tahun 2013 nilai
ROA pada CPRO mengalami peningkatan yang cukup besar hingga bernilai 16.69.
Hal ini dikarenakan produksi udang dunia menurun sehingga perusahaan CPRO
yang merupakan salah satu produsen dan pengelolaan udang di dunia memiliki
peluang ekspor yang tinggi.
Nilai ROE pada CPRO tahun 2011-2012 sangat rendah dibanding tahun –
tahun lainnya yang mencapai -372.99 dan -397.85 dipengaruhi pengelolaan modal
yang kurang optimal, yang lebih mengejar target produksi dan kurangnya
perhatian terhadap kualitas produk sehingga mewabahnya Virus Infectious
Myonecrosis Virus (IMNV) ke tambak udang. Salah satunya perlu dilakukan
untuk peningkatan kualitas produk adalah dengan memperbaiki pola budi daya
dengan tidak mengejar target. Hal ini menyebabkan modal yang dialokasikan
untuk perbaikan kualitas lebih besar dibandingkan hasil produk yang dihasilkan
sehingga menghasilkan laba negatif yang cukup besar. Setelah terperosok cukup
lama akibat mewabahnya Virus Infectious Myonecrosis Virus (IMNV) ke tambak
udang CPRO, CPRO berhasil memperbaiki kualitas produknya pada tahun 2013
sehingga berhasil memenuhi semua kriteria yang diminta oleh pembeli dari China
dan melakukan ekspor perdana ke China yang sebelumnya hanya mengekspor ke
Jepang, Amerika dan Eropa. Semua ini merupakan buah dari mulai di produksinya
anti virus IMNV. Sedangkan DSFI yang memiliki nilai ROE cenderung positif,
mengalami nilai ROE negatif besar pada tahun 2009 yang dipengaruhi penurunan
laba sebelum pajak dan aset.
Kemudian dilakukan analisis likuiditas yang merupakan salah satu analisis
rasio keuangan lainnya. Analisis likuiditas perusahaan subsektor perikanan seperti
pada Tabel 4. Analisis likuiditas ini dilihat dari Current Ratio (CR) dan Quick
Ratio (QR) dari ketiga perusahaan subsektor perikanan yang tercatat di BEI.

11
Current Ratio (CR) merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan
kewajiban lancar yang digunakan untuk mengetahui kesanggupan perusahaan
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Semakin besar nilai rasio ini maka
semakin lancar perusahaan dalam memenuhi kewajibannya.
Tabel 4 Kinerja Likuiditas Perusahaan Subsektor Perikanan (%)
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
2014

CPRO
190,04
72,63
56,16
57,78
120,85
123,77

CR
DSFI
332
141,46
332
370,85
109,37
116,55

IIKP
885,54
2613,52
1671,97
63,97
373,15
320,9

CPRO
122
46,94
37,98
40,03
81,67
81,49

QR
DSFI
22,93
72,85
130,74
150,87
52,91
57,42

IIKP
549
180,3
768,5
22,01
99,09
80,64

Sumber : Laporan Keuangan perusahaan subsektor perikanan, data diolah (2015)
Current Ratio (CR) perusahaan subsektor perikanan tahun 2009-2014
menunjukan bahwa CR pada DSFI selama 6 tahun terakhir berada diatas 100%
berfluktuatif. Nilai CR berada di atas 100% yang berarti perusahaan mampu
menjamin hutang lancar dengan aktiva lancarnya. Perusahaan IIKP memiliki nilai
CR yang cukup tinggi dibandingkan dua perusahaan lainnya terutama pada tahun
2010. Hal ini disebabkan tidak adanya aset perusahaan yang dijaminkan untuk
memenuhi kewajiban atau hutang jangka panjang perusahaan. Namun, pada tahun
2012 terjadi penurunan CR yang cukup besar dikarenakan current asset
perusahaan turun lebih 50% dari Rp35 436 307 156 menjadi Rp15 923 677 028
dan peningkatan current liabillities tahun 2010 Rp1 355 884 840 menjadi Rp20
953 151 745 pada tahun 2012. Sedangkan nilai CR pada perusahaan CPRO terjadi
peningkatan pada tahun 2013-2014. Namun, tahun 2010-2012 nilai CR tidak
mencapai 100% yang berarti perusahaan kurang mampu menjamin hutang
lancarnya dengan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan.
Nilai Quick Ratio (QR) pada perusahaan subsektor perikanan dari tahun
2009-2014 menunjukan bahwa tahun 2010-2011 IIKP memiliki nilai QR >100%
yang berarti perusahaan mampu memenuhi hutang lancarnya dengan aktiva yang
lebih likuid. Namun, pada tahun 2012-2014 IIKP kurang mampu memenuhi
hutang lancarnya dikarenakan peningkatan hutang yang besar. Kemampuan
perusahaan subsektor perikanan lainnya dalam memenuhi 100% hutang lancarnya
dengan aktiva lancar yang lebih likuid terjadi pada tahun 2011-2012 untuk
perusahaan DSFI dan pada tahun 2009-2011 untuk perusahaan IIKP.
Analisis rasio lainnya yaitu analisis solvabilitas, dimana analisis
Solvabilitas adalah analisis rasio hutang atas modal. Rasio yang diukur adalah
Debt to Equity Ratio (DER) dan Debt to Asset Ratio (DAR). Analisis solvabilitas
perusahaan subsektor perikanan seperti pada Tabel 5. Debt to Equity Ratio (DER)
merupakan rasio yang menunjukan presentase penyediaan dana oleh pemegang
saham terhadap pemberi pinjaman. Rasio ini menunjukkan besarnya hutang yang
digunakan perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasionalnya. Semakin
besar nilai DER maka semakin besar hutang perusahaan dalam menjalankan
aktivitas operasionalnya.

12

Tabel 5 Kinerja Solvabilitas Perusahaan Subsektor Perikanan (%)
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013

CPRO
63
69
92
98
82

2014

83

DAR
DSFI
0
85
77
62
59
58

IIKP
1
0
0
6
5

CPRO
171
227
119,4
640,5
449

5

495

DER
DSFI
0
583
344
163
145
136

IIKP
1
0
0
6
5
5

Sumber : Laporan Keuangan perusahaan subsektor perikanan, data diolah (2015)
Debt to Asset Ratio (DAR) maupun Debt to Equity Ratio (DER)
perusahaan subsektor perikanan tahun 2009-2014 menunjukan bahwa DAR
maupun DER perusahaan CPRO dan DSFI > 50% yang berarti perusahaannya
lebih banyak didanai oleh hutang. Sedangkan Nilai DAR dan DER pada IIKP
cukup kecil dibanding dua perusahaan subsektor perikanan lainnya. Hal ini terjadi
karena adanya kenaikan total ekuitas yang lebih besar sehingga berdampak pada
menurunnya kewajiban yang harus dipenuhi oleh perusahaan kepada kreditor.
Perusahaan telah mampu membiayai aktivanya dengan modal sendiri.
Analisis rasio keuangan lainnya yaitu Analisis aktivitas. Analisis aktivitas
perusahaan subsektor perikanan seperti pada Tabel 6.Rasio yang diukur dalam
analisis aktivitas ini adalah Total Asset Turnover (TATO) dan Inventory Turn
Over (ITO). TATO menggambarkan perputaran aktiva yang diukur dari volume
penjualan. Semakin besar rasio ini maka semakin baik. Hal ini berarti aktiva dapat
lebih cepat berputar dan meraih laba serta menunjukan semakin efisien
penggunaan seluruh aktiva perusahaan dalam menghasilkan penjualan.
Mengetahui nilai TATO penting bagi manajemen perusahaan karena dapat
menunjukan efisien atau tidaknya penggunaan seluruh aktiva perusahaan atau
berapa kali aktiva berputar dalam periode tertentu.
Tabel 6 Kinerja Aktivitas Perusahaan Subsektor Perikanan
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
2014

CPRO
0.78x
0.74x
1.07x
0.96x
1.07x
1.32x

TATO
DSFI
1.20x
0.82x
1.06x
1.36x
1.76x
1.36x

IIKP
0.07x
0.09x
0.45x
0.77x
0.95x
1.26x

CPRO
4.16x
3.98x
6.17x
5.04x
5.36x
6.22x

ITO
DSFI
6.45x
2.99x
2.78x
4.21x
4.56x
6.08x

IIKP
1.58x
2.41x
16.67x
28.85x
27.88x
39.77x

Sumber : Laporan Keuangan perusahaan subsektor perikanan, data diolah (2015)
Total Asset Turnover (TATO) perusahaan subsektor perikanan tahun 20092014 menunjukan bahwa TATO IIKP dari tahun ke tahun terus meningkat yang
berarti perputaran aktiva perusahaan, semakin efisien perusahaan di dalam
mengelola total asetnya dalam menghasilkan penjualan. Nilai TATO CPRO
cenderung meningkat kecuali tahun 2012. Penurunan nilai TATO pada tahun 2012

13
disebabkan karena adanya peningkatan komponen total aktiva yang lebih besar
dibandingkan peningkatan penjualan. Hal ini menandakan bahwa tingkat
perputaran penggunaan aktiva dalam menghasilkan volume penjualan masih
belum maksimal sehingga perusahaan perlu meningkatkan efektivitas aset dalam
meningkatkan penjualan. Sedangkan DSFI cenderung berfluktuatif, namun
perputaran aktivanya lebih tinggi dibandingkan kedua perusahaan subsektor
perikanan lainnya. ITO perusahaan subsektor perikanan tahun 2009-2014
menunjukan bahwa ITO pada IIKP dari tahun ke tahun terus meningkat yang
berarti perputaran persediaan perusahaan semakin tinggi, semakin efisien
perusahaan di dalam melaksanakan operasinya.

Analisis Z-Score Altman
Model Z-Score Altman digunakan untuk memprediksi kemungkinan
terjadinya kebangkrutan. Hasil perhitungan nilai Z-Score Altman pada perusahaan
subsektor perikanan yang tercatat di BEI periode 2009-2014 dapat dilihat pada
Tabel 7.
Tabel 7 Hasil Analisis kebangkrutan dengan Model Z-Score Altman
CPRO
DSFI
IIKP

2009
1.9
-9.7
81

2010
-1.2
2.5
238

2011
-2.0
3.1
271

2012
-3.0
3.8
17

Sumber : Laporan Keuangan, data diolah (2015)
Keterangan
S = Sehat
K = Kelabu
P = Potensi Bangkrut

2013
2.0
1.5
19

2014
1.8
8.9
16

Keterangan
K,P,P,P,K,K
P,K,S,S,K,S
S,S,S,S,S,S

:

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa pada tahun 2010-2012
perusahaan CPRO berada pada kondisi potensi bangkrut. Hal ini dikarenakan
tambak udang terjangkit virus IMNV dari akhir tahun 2009-2012 yang mencapai
30 persen, sehingga produk perusahaan CPRO tidak memenuhi kriteria mutu yang
diminta oleh pasar dan mengakibatkan penjualan menurun. CPRO
mengalokasikan modalnya untuk memperbaiki kualitas mutu produk walaupun
produk yang dihasilkan belum mencapai target, sehingga CPRO memperoleh laba
negatif. Sedangkan pada perusahaan DSFI hanya pada tahun 2009 mengalami
kondisi berpotensi bangkrut dikarenakan kerugian yang cukup yang dialami DSFI
dan menimbulkan hutan yang besar. Hal ini diakibatkan pengelolaan modan dan
aktiva yang belum optimal dalam menghasilkan laba. Namun pada tahun
selanjutnya DSFI merestrukturisasi utang bank dari semula senilai Rp75.93 miliar
menjadi 40 miliar yang akan jatuh tempo pada November 2015. Untuk
mengurangi utang, DSFI menjual aset non produktifnya berupa pabrik es balok,
bengkel kapal, tempat penyimpanan ikan berkapasitas 8 000 ton dan tiga kapal
pengangkut hasil produksi sehingga kondisi perusahaan DSFI mulai
membaik.Perusahaan IIKP yang merupakan perusahaan subsektor perikanan ini,
perusahaannya tergolong kondisi sehat. Padahal berdasarkan analisis profitabilitas,

14
perusahaan IIKP rugi. Namun, perusahaan dalam menghasilkan laba
mengoptimalkan modal sendiri dibandingkan dengan hutang. Sehingga kewajiban
yang harus dibayarkan perusahaan kecil.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian ini, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Kinerja perusahaan melalui analisis rasio, dilihat dari rasio profitabilitas
perusahaan masih kurang baik karena nilai ROA dan ROE dua dari tiga
perusahaan yaitu perusahaan CPRO dan IIKP bernilai negatif. Hal ini berarti
perusahaan masih belum dapat mengoptimalkan penggunaan aset maupun
ekuitas untuk menghasilkan laba. Berdasarkan likuiditasnya, kinerja
perusahaan cukup baik. Dilihat dari solvabilitas, perusahaan CPRO dan DSFI
masih kurang baik karena perusahaan lebih banyak didanai dari hutang
dibandingkan modal sendiri namun menghasilkan laba negatif atau rugi.
Sedangkan analisis rasio aktivitasnya, ketiga perusahaan cukup baik karena
terjadi perputaran total aset dan juga perputaran persedian untuk menghasilkan
laba.
2. Berdasarkan analisis kebangkrutan pada perusahaan subsektor perikanan yang
tercatat di BEI, perusahaan CPRO berada pada kondisi potensi bangkrut pada
tahun 2009-2012. Hal ini dikarenakan tambak udang terjangkit virus IMNV
dari akhir tahun 2009-2012 yang mencapai 30 persen, sehingga produk
perusahaan CPRO tidak memenuhi kriteria mutu yang diminta oleh pasar dan
mengakibatkan penjualan menurun. Sedangkan pada perusahaan DSFI hanya
pada tahun 2009 mengalami kondisi berpotensi bangkrut dikarenakan kerugian
yang cukup yang dialami DSFI dan menimbulkan hutang yang besar.
Perusahaan IIKP yang tergolong dalam kondisi sehat. Padahal berdasarkan
analisis profitabilitas, perusahaan IIKP rugi. Namun, perusahaan dalam
menghasilkan laba mengoptimalkan modal sendiri dibandingkan dengan
hutang. Sehingga kewajiban yang harus dibayarkan kecil.
Saran
Berdasarkan kesimpulan mengenai kinerja keuangan perusahaan subsektor
perikanan melalui analisis rasio keuangan dananalisis kebangkrutan ada beberapa
saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk perusahaan subsektor
perikanan, yaitu :
1. Meningkatkan nilai profitabilitas perusahaan dengan meningkatkan pendapatan
serta melakukan efisiensi dan efektivitas dalam penggunaan aset dan ekuitas.
2. Meningkatkan nilai likuiditas perusahaan dengan meningkatkan aset lancar
atau mengurangi kewajiban jangka pendek perusahaan.

15
3. Meningkatkan nilai aktivitas, perusahaan harus mampu mengefisiensikan
pengelolaan total aset untuk menghasilkan penjualan serta meningkatkan
perputaran persediaan.
4. Meningkatkan solvabilitas adalah dengan mengoptimalkan pendanaan yang
berasal dari modal sendiri atau dari pemegang saham dibandingkan
menggunakan hutang.
5. Meningkatkan solvabilitas adalah dengan mengoptimalkan pendanaan yang
berasal dari modal sendiri taua dari pemegang saham dibandingkan
menggunakan hutang.
6. Penelitian ini hanya menggunakan satu metode analisis kebangkrutan yaitu
Altman Z-Score, penelitian selanjutnya bisa membandingkan kemungkinan
kebangkrutan antara model altman, model springgate dan juga model
zmijewski untuk mengetahui analisis kebangkrutan mana yang tepat bagi
perusahaan subsektor perikanan yang tercatat di BEI.

16

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi Perikanan Menurut Subsektor (ribu
ton)
[internet].
[diunduh
2015
Mei
2].
Tersedia
pada
http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1711
Dhamayanti A dan Moerdiyanto. 2012. Analisis Perbandingan Prediksi
Kebangkrutan Perusahaan dengan Metode Z Score (Altman) dan Logit
(Zavgren) pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia [internet]. [diunduh 2015
juni
27];
1(2);
5.
Tersedia
pada
http://journal.student.uny.ac.id/jurnal/artikel/1333/50/205.
Fahmi, Irham. 2014. Manajemen Keuangan Perusahaan dan Pasar Modal.
Jakarta(ID) : Mitra Wacana Media
Jumingan. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta (ID): Bumi Aksara
Kamaludin dan Indriani R. 2012. Manajemen Keuangan Konsep Dasar dan
Penerapannya. Bandung (ID) : Mandar Maju
Kasmir. 2010. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta (ID) : Kencana.
Keown, AJ , David FS dan J.William Petty. 2001. Dasar – dasar Manajemen
Keuangan. Jakarta (ID) : Salemba Empat
Mastuti F, Muhammad S dan Devi Farah A. 2013. Altman Zscore sebagai salah
satu Metode dalam menganalisis Estimasi Kebangkrutan Perusahaan (Studi
pada perusahaan Plastik dan kemasan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode tahun 2010 sampai dengan 2012). Jurnal Administrasi
Bisnis Universitas Brawijaya [internet]. [diunduh 2015 juni 20]; 6(1); 9-10.
Tersedia
pada
http://administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jab/article/viewFi
le/268/461
Moeljadi. 2006. Manajemen Keuangan pendekatan kuantitatif dan Kualitatif Jilid
1. Jakarta(ID) : Bayumedia Publishing
Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Jakarta (ID) : Ghalia
Prihadi T. 2011. Analisis Laporan Keuangan Teori Aplikasi. Jakarta(ID) : PPM
Rhomadhona MN. 2014. Analisis Perbandingan Kebangkrutan Model Altman,
Model Springate, dan Model Zmijewski pada perusahaan yang tergabung
dalam Grup Bakrie yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 20102012. Jurnal Akutansi UNESA [internet]. [diunduh 2015 juni 21]; 2(2); 22.
Tersedia
pada
http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnalakuntansi/article/view/6810/baca-artikel.
Saunders A dan Cornett Marcia M. 2011. Financial Institution Management. Ed
ke-7. Singapore (SG) : McGraw-Hill
Sawir A. 2008. Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan
Perusahaan. Jakarta(ID) : PT Gramedia Pustaka Utama
Sinurat, Hanna Septiania. 2013. Analisis Kinerja Keuangan Pada PT X Tbk
Periode 2007-2011 [skripsi]. Bogor(ID) : Institut Pertanian Bogor.
Syafri H, Sofyan. 2008. Analisa Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta(ID) : PT
Raja Grafindo Persada
Syamsuddin L. 2009. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta(ID) : PT Raja
Grafindo Persada

17
Viandita TO, Suhadak dan Achmad Husaini. 2013. Pengaruh Debt Ratio (DR),
Earning Per Share (EPS), Price To Earning Ratio (PER) DAN Size terhadap
harga saham studi pada Perusahaan Industri yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia . Jurnal Administrasi Bisnis Universitas Brawijaya [internet].
[diunduh
2015
juni
27];
1(2);
2.
Tersedia
pada
http://administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jab/article/view/47
Widoatmadjo S. 2004. Cara Cepat Memulai Investasi Saham Panduan Bagi
Pemula. Jakarta(ID) : PT Alex Media Komputindo

18

LAMPIRAN

Lampiran 1 Data keuangan CPRO untuk perhitungan Z-Score ( jutaan rupiah)

Total
Ekuitas
EBIT
-203
3 994 309 2 101 798
8 702 005
6 601
3 210 551
779
2010
-731
3 962 595 5 456 023
8 433 444
13 374
2 574 630
385
2011
-2 234
3 442 950 6 095 011
7 062 598
17 617
545 914
387
2012
-353
3 797 663 6 572 424
7 128 870
-435 894
109 585
184
2013
1 200
956
3 450 428 3 111 016
7 179 387
1 307 622
315
963
2014
-372
3 403 663 1 004 126
7 086 117
-389907
917 715
216
Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan Subsektor perikanan 2009-2014
Tahun
2009

Aset
Lancar

Kewajiban
Lancar

Total Aset

Laba
ditahan

Total
Kewajiban
5 481 815
5 849 307
6 516 684
7 019 285
5 871 765
6 168 402

19
Lampiran 2 Data keuangan DSFI untuk perhitungan Z-Score ( jutaan rupiah)
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
2014

Aset
Lancar
624
22
68
876
85
763

Kewajiban
Lancar

Total Aset

Laba
ditahan

Total
Ekuitas

Total
Kewajiban

120 683

138 808

-99 422

16 341

122 311

16 520

146 168

5 052

-3 246

21 534

124 625

25 681

161 729

7 092

6 737

36 444

125 284

101 636

27 406

222 357

48 105

12 100

84 550

137 807

125 965

115 175

255 085

19 582

11 014

104 132

150 952

137786

90 410

270 782

15 724

15 596

119 856

150 925

EBIT
-98
552

Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan Subsektor perikanan 2009-2014

20
Lampiran 3 Data keuangan IIKP untuk perhitungan Z-Score ( jutaan rupiah)
Aset
Lancar

Kewajiban
Lancar

Total Aset

Laba
ditahan

EBIT

Total
Ekuitas

Total
Kewajiban

40 888

4 617

413 129

83

-10 071

413 129

5 334

35 436

1 355

405 623

79

-4 206

405 623

1 790

15 923

952

382 378

-23 275

-28 060

380 898

1 479

13 403

20 953

387 240

-15 275

-20 090

365 622

21 617

14 485

3 881

365 956

-18 426

-24 348

347 196

18 760

11 752
3 515
350 911
-11 856
-14 819 350 911
Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan Subsektor perikanan 2009-2014

15 571

Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
2014

21

RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Indah Nur Mawani dilahirkan di Bekasi pada
tanggal 3 September 1993. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan
Patulloh dan Nur Janah.
Penulis mulai bersekolah di SD Mekar Mukti 06 pada tahun 1999. Pada
tahun 2005 penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 4 Cikarang Utara, lalu
melanjutkan sekolah di SMA Negeri 1 Cikarang Utara dan lulus pada tahun 2011.
Penulis melanjutkan pendidikan sarjana di Institut Pertanian Bogor pada program
studi Manajemen melalui jalur SNMPTN Undangan.
Selama menjalankan studi di Institut Pertanian Bogor (IPB), penulis aktif
mengikuti organisasi. Organisasi yang pernah diikuti penulis adalah Badan
Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada September 2012
hingga Desember 2014. Selain aktif organisasi, penulis juga aktif mengikuti
kepanitiaan di luar organisasi, aktif dalam kepengurusan Paguyuban Beasiswa
Karya Salemba Empat Institut Pertanian Bogor, serta mengikuti pelatihan
Leadership dan kegiatan sosial di luar kampus. Penulis juga merupakan penerima
Beasiswa Karya Salemba Empat periode 2012-2015.