Pengaruh Vitamin C dalam Bentuk L Ascorbyl 2 Phosphate Magnesium Dalam Pakan Terhadap Kualitas Telur lkan Patin Pangasius hypohthalmus
PENGARUH KADAR VITAMIN C DALAM BENTUK
L-ASCORBYL-2-PHOSPHATE MAGNESIUM DALAM
PAKAN TEHADAP KUALITAS TELUR IKAN PATlN
Pangasius hypophthalmus
Oleh :
Khaidir Ahmady Us
IImu Perairan
99466
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2001
RINGKASAN
Khaidir Ahmady Us. Pengaruh Kadar Vitamin C Dalam Bentuk LAscorbyl-2-Phosphate Magnesium Dalam Pakan Terhadap Kualitas
Telur lkan Patin Pangasius hypophthalmus, dibawah bimbingan Dr. Ir. Ing
Mokoginta, MS. (sebagai ketua komisi) dan Dr. Ir. Dedi Jusadi, MSc. (sebagai
anggota komisi).
Tujuan percobaan ini adalah untuk
mengetahui pengaruh kadar
vitamin C bentuk L-Ascorbyl Phosphate Magnesium (L-APMg) yang optimum
dalam pakan induk untuk meningkatkan kualitas telur ikan patin Pangasius
hypophthalmus. Empat macam pakan dengan kadar vitamin C yang berbeda
digunakan sebagai pakan perlakuan, dan sebagai sumber vitamin C
digunakan L-Ascorbyl-2-Phosphate Magnesium. Kandungan vitamin C tiap
perlakuan adalah 14.41, 46.97, 64.14, dan 107.04 mg Asam askorbat
(AAs)/kg pakan. Sedangkan kadar protein, energi dapat dicerna, dan rasio
energilprotein yang digunakan sama yaitu protein 37.16-38.09 %, energi
dapat dicerna 3036.00-3084.70 kkallkg pakan atau rasio energilprotein
sebesar 8.06-8.20 kkallg protein, dan rasio asam lemak n6ln3 sebesar 0.55.
Wadah yang digunakan dalam percobaan adalah jaring apung yang
berukuran 4 x 4 ~ 2m sebanyak 4 buah. Setiap jaring diisi dengan 5 ekor betina
dan 1 ekor jantan. Jaring ditempatkan secara acak dalam kolam beton
berukuran 10x20~2m. lnduk ikan patin Pangasius hypophthalmus, berukuran
2.0-3.5 kglekor digunakan sebagai ikan uji. lnduk ikan yang akan digunakan
diadaptasikan terlebih dahulu terhadap kondisi lingkungan dan diberi pakan
kontrol (pakan A) secara at satiation dengan frekuensi pemberian pakan 3
kalilhari. Setelah masa adaptasi selama 1 bulan selesai induk ikan diberi
pakan perlakuan dengan jumlah ransum 4% dari biomas ikanlhari. Pakan
diberikan 3 kalilhari yaitu pagi hari pada pukul 7 pagi, siang pada pukul 12
siang, dan sore hari pada pukul 5 sore. Pada setiap kali pemberian pakan,
pakan tersebut diletakkan pada anco yang ditenggelamkan sedalam k 50 cm
dari permukaan air.
lnduk ikan betina yang telah matang telur dipijahkan melalui kawin
suntik dengan menggunakan hipofisis ikan mas ditambah dengan human
chorionic gonadotropin (HCG) sebagai pemicu ovulasi. Kadar untuk hipofisis
ialah 1:3 (untuk 1 kg bobot induk ikan patin digunakan 3 kg ikan donor) dan
HCG 1000 IUIekor induk betina. Penyur~tikan dilakukan 2 kali yaitu
penyuntikan pertama sebanyak 30% dari kadar hipofisis dan penyuntikan
kedua sisanya (70% dari kadar hipofisis) ditambah dengan HCG. Interval
waktu penyuntikan pertania dengan kedua ialah 12 jam, dan 8 jam setelah
penyuntikan kedua dilakukan stripping untuk pembuahan telur. Telur yang
telah dibuahi ditebar di atas 5 potong kaca (Ctkuran 10x20 mlpotong) dan
dipindahkan ke dalam akuarium (ukuran 60x50~40cm) untuk inkubasi telur.
Air di akuarium diberi methylene blue, untuk mencegah timbulnya jamur pada
telur dan diberi aerasi.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak
lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Dimana yang menjadi ulangan
ialah induk ikan dalam jaring apung. Untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh perlakuan terhadap nilai indeks somatik gonad, fekunditas,
diameter telur, derajat tetas telur, dan abnormalitas larva dilakukan analisis
varians, dan dilanjutkan dengan uji BNT.
Dalam percobaan ini dilakukan evaluasi terhadap kandungan vitamin
C, lemak, dan rasio hidroksiprolinl prolin di telur dan di larva ikan. Evaluasi
terhadap kandungan vitamin C, lemak, dan rasio hidroksiprolinl prolin di telur
dan larva ikan antar perlakuan dilakukan secara deskriptif.
Hasil percobaan memperlihatkan adanya hubl-rngan antara kandungan
vitamin C yang diberikan kepada induk dengan kandungan vitamin C, lemak
dan rasio HPIP di dalam telur yang dihasilkan. Akumulasi vitamin C dan
lemak di telur tertinggi dihasilkan oleh induk yang menerima perlakuan
107.04 mg AAslkg pakan (215.42k0.43 pglg dan 44.18kO.00 %) dan
perlakuan 64.14 mg AAsIkg pakan (207.96k0.81 pglg dan 43.68k0.51 %)
yang tidak berbeda nyata (P>0.05), diikuti oleh perlakuan 46.97 mg AAslkg
pakan, masing-masing 109.8211.25 pglg dan 40.69k1.10 % (P
L-ASCORBYL-2-PHOSPHATE MAGNESIUM DALAM
PAKAN TEHADAP KUALITAS TELUR IKAN PATlN
Pangasius hypophthalmus
Oleh :
Khaidir Ahmady Us
IImu Perairan
99466
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2001
RINGKASAN
Khaidir Ahmady Us. Pengaruh Kadar Vitamin C Dalam Bentuk LAscorbyl-2-Phosphate Magnesium Dalam Pakan Terhadap Kualitas
Telur lkan Patin Pangasius hypophthalmus, dibawah bimbingan Dr. Ir. Ing
Mokoginta, MS. (sebagai ketua komisi) dan Dr. Ir. Dedi Jusadi, MSc. (sebagai
anggota komisi).
Tujuan percobaan ini adalah untuk
mengetahui pengaruh kadar
vitamin C bentuk L-Ascorbyl Phosphate Magnesium (L-APMg) yang optimum
dalam pakan induk untuk meningkatkan kualitas telur ikan patin Pangasius
hypophthalmus. Empat macam pakan dengan kadar vitamin C yang berbeda
digunakan sebagai pakan perlakuan, dan sebagai sumber vitamin C
digunakan L-Ascorbyl-2-Phosphate Magnesium. Kandungan vitamin C tiap
perlakuan adalah 14.41, 46.97, 64.14, dan 107.04 mg Asam askorbat
(AAs)/kg pakan. Sedangkan kadar protein, energi dapat dicerna, dan rasio
energilprotein yang digunakan sama yaitu protein 37.16-38.09 %, energi
dapat dicerna 3036.00-3084.70 kkallkg pakan atau rasio energilprotein
sebesar 8.06-8.20 kkallg protein, dan rasio asam lemak n6ln3 sebesar 0.55.
Wadah yang digunakan dalam percobaan adalah jaring apung yang
berukuran 4 x 4 ~ 2m sebanyak 4 buah. Setiap jaring diisi dengan 5 ekor betina
dan 1 ekor jantan. Jaring ditempatkan secara acak dalam kolam beton
berukuran 10x20~2m. lnduk ikan patin Pangasius hypophthalmus, berukuran
2.0-3.5 kglekor digunakan sebagai ikan uji. lnduk ikan yang akan digunakan
diadaptasikan terlebih dahulu terhadap kondisi lingkungan dan diberi pakan
kontrol (pakan A) secara at satiation dengan frekuensi pemberian pakan 3
kalilhari. Setelah masa adaptasi selama 1 bulan selesai induk ikan diberi
pakan perlakuan dengan jumlah ransum 4% dari biomas ikanlhari. Pakan
diberikan 3 kalilhari yaitu pagi hari pada pukul 7 pagi, siang pada pukul 12
siang, dan sore hari pada pukul 5 sore. Pada setiap kali pemberian pakan,
pakan tersebut diletakkan pada anco yang ditenggelamkan sedalam k 50 cm
dari permukaan air.
lnduk ikan betina yang telah matang telur dipijahkan melalui kawin
suntik dengan menggunakan hipofisis ikan mas ditambah dengan human
chorionic gonadotropin (HCG) sebagai pemicu ovulasi. Kadar untuk hipofisis
ialah 1:3 (untuk 1 kg bobot induk ikan patin digunakan 3 kg ikan donor) dan
HCG 1000 IUIekor induk betina. Penyur~tikan dilakukan 2 kali yaitu
penyuntikan pertama sebanyak 30% dari kadar hipofisis dan penyuntikan
kedua sisanya (70% dari kadar hipofisis) ditambah dengan HCG. Interval
waktu penyuntikan pertania dengan kedua ialah 12 jam, dan 8 jam setelah
penyuntikan kedua dilakukan stripping untuk pembuahan telur. Telur yang
telah dibuahi ditebar di atas 5 potong kaca (Ctkuran 10x20 mlpotong) dan
dipindahkan ke dalam akuarium (ukuran 60x50~40cm) untuk inkubasi telur.
Air di akuarium diberi methylene blue, untuk mencegah timbulnya jamur pada
telur dan diberi aerasi.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak
lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Dimana yang menjadi ulangan
ialah induk ikan dalam jaring apung. Untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh perlakuan terhadap nilai indeks somatik gonad, fekunditas,
diameter telur, derajat tetas telur, dan abnormalitas larva dilakukan analisis
varians, dan dilanjutkan dengan uji BNT.
Dalam percobaan ini dilakukan evaluasi terhadap kandungan vitamin
C, lemak, dan rasio hidroksiprolinl prolin di telur dan di larva ikan. Evaluasi
terhadap kandungan vitamin C, lemak, dan rasio hidroksiprolinl prolin di telur
dan larva ikan antar perlakuan dilakukan secara deskriptif.
Hasil percobaan memperlihatkan adanya hubl-rngan antara kandungan
vitamin C yang diberikan kepada induk dengan kandungan vitamin C, lemak
dan rasio HPIP di dalam telur yang dihasilkan. Akumulasi vitamin C dan
lemak di telur tertinggi dihasilkan oleh induk yang menerima perlakuan
107.04 mg AAslkg pakan (215.42k0.43 pglg dan 44.18kO.00 %) dan
perlakuan 64.14 mg AAsIkg pakan (207.96k0.81 pglg dan 43.68k0.51 %)
yang tidak berbeda nyata (P>0.05), diikuti oleh perlakuan 46.97 mg AAslkg
pakan, masing-masing 109.8211.25 pglg dan 40.69k1.10 % (P