Analisis Dampak Krisis Global 2008 Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Subsektor Makanan Dan Minuman Di Bei

ANALISIS DAMPAK KRISIS GLOBAL 2008 TERHADAP
KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN SUBSEKTOR
MAKANAN DAN MINUMAN DI BEI

FATKHI NARPATI BOGOWONTO

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Dampak Krisis
Global 2008 terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Subsektor Makanan dan
Minuman di BEI adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor
Bogor, Juni 2015

Fatkhi Narpati Bogowonto
NIM H24110082

ABSTRAK
FATKHI NARPATI BOGOWONTO. Analisis Dampak Krisis Global 2008
terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Subsektor Makanan dan Minuman di BEI.
Dibawah bimbingan ABDUL KOHAR IRWANTO.
Dampak krisis global dirasakan perekonomian indonesia, tercatat laju
pertumbuhan ekonomi menurun sebesar 1.38% pada 2009. Tujuan penelitian ini
adalah (1) Menganalisis kinerja keuangan perusahaan subsektor makanan dan
minuman di BEI sebelum dan setelah Krisis Global 2008. (2) Menguji adanya
perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan perusahaan subsektor makanan
dan minuman di BEI sebelum dan setelah Krisis Global 2008. Alat analisis yang
digunakan adalah Rasio Keuangan, Independent Samples t-Test dan Mann Whitney
u-Test. Hasil penelitian mununjukkan solvabilitas MLBI dan likuiditas ULTJ lebih
baik ketika sebelum krisis. Perbedaan signifikan kinerja keuangan pada MLBI

terletak pada margin laba dan return on asset sedangkan ULTJ terletak pada total
asset turnover.
Kata kunci: krisis global 2008, rasio keuangan, independent samples t-test,
mann whitney u-test

ABSTRACT
FATKHI NARPATI BOGOWONTO. Analysis of The 2008 Global Crisis
Impact on Financial Performace of Companies in Food and Beverage Subsector at
BEI. Supervised by ABDUL KOHAR IRWANTO.
The global crisis effect influenced Indonesian economy, the economic growth
rate decreased by 1.38% in 2009. The purposes of this study are to (1) Analyze
financial performance before and after The 2008 Global Crisis of companies in food
and beverage subsector at BEI. (2) Test a financial ratio difference level of
companies in food and beverage subsector at BEI before and after The 2008 Global
Crisis. The analysis tools in this study are Financial Ratio, Independent Samples tTest and Mann Whitney u-Test. The result of this study shows that MLBI
Solvability and ULTJ liquidity are better before the crisis. Significant difference of
MLBI financial performance is on their profit margin and return on asset while
ULTJ on their total asset turnover.
Keywords: the 2008 global crisis, financial ratio, independent samples t-test,
mann whitney u-test


ANALISIS DAMPAK KRISIS GLOBAL 2008 TERHADAP
KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN SUBSEKTOR
MAKANAN DAN MINUMAN DI BEI

FATKHI NARPATI BOGOWONTO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi : Analisis Dampak Krisis Global 2008 terhadap Kinerja Keuangan

Perusahaan Subsektor Makanan dan Minuman di BEI
Nama
: Fatkhi Narpati Bogowonto
NIM
: H24110082

Disetujui oleh

Dr Ir Abdul Kohar Irwanto, MSc
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Mukhamad Najib, STP, MM
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Segala puji hanya milik Allah Subhanahu wa Ta’ala atas izin-Nya karya

ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang
dilaksanakan sejak bulan Januari sampai Maret 2015 ini adalah kinerja keuangan,
dengan judul Analisis Dampak Krisis Global 2008 terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan Subsektor Makanan dan Minuman di BEI.
Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada Bapak Dr. Ir. Abdul Kohar
Irwanto, MSc selaku pembimbing serta kepada PT Multi Bintang Indonesia Tbk
dan PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk yang telah memberikan
informasi yang digunakan sebagai data penelitian berupa annual report dan laporan
keuangan tahunan. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh
pihak yang terlibat dan mendukung dalam terlaksananya penelitian ini.
Bogor, Juni 2015
Fatkhi Narpati Bogowonto

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR


viii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

1
1
3
4
4
4


TINJAUAN PUSTAKA
Krisis Finansial
Laporan Keuangan
Neraca dan Laporan Laba Rugi
Analisis Laporan Keuangan
Penelitian Terdahulu

5
5
5
5
6
7

METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran Penelitian
Waktu dan Objek Penelitian
Pengumpulan Data
Metode Pengambilan Sampel
Pengolahan dan Analisis Data

Uji Normalitas
Independent Samples t-Test
Mann Whitney u-Test

8
8
9
9
9
9
10
11
11

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Perusahaan
Analisis Kinerja Keuangan
Uji Normalitas Data
Independent Samples t-Test dan Mann Whitney u-Test
Implikasi Manajerial


12
12
13
21
22
23

SIMPULAN DAN SARAN

24

DAFTAR PUSTAKA

25

LAMPIRAN

27


RIWAYAT HIDUP

36

DAFTAR TABEL
1 Kontribusi industri pengolahan nonmigas terhadap PDB tahun
2007-2011 (%)
2 Sampel berdasarkan kriteria
3 Rasio lancar MLBI periode 2004-2013
4 Rasio utang atas aktiva MLBI periode 2004-2013
5 Total asset turnover MLBI periode 2004-2013
6 Margin laba MLBI periode 2004-2013
7 Return on total asset MLBI periode 2004-2013
8 Rasio lancar ULTJ periode 2004-2013
9 Rasio utang atas aktiva ULTJ periode 2004-2013
10 Total asset turnover ULTJ periode 2004-2013
11 Margin Laba ULTJ periode 2004-2013
12 Return on total asset ULTJ periode 2004-2013
13 Hasil uji normalitas data rasio keuangan MLBI
14 Hasil uji normalitas data rasio keuangan ULTJ

15 Hasil uji beda kinerja keuangan MLBI dan ULTJ

3
9
14
14
15
16
17
18
18
19
20
20
21
22
22

DAFTAR GAMBAR
1 Laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto atas dasar harga konstan
tahun 2000
2 Kerangka pemikiran penelitian

2
8

DAFTAR LAMPIRAN
1 Perusahaan-perusahaan subsektor makanan dan minuman di BEI
2 Subsektor pada sektor industri barang konsumsi berdasarkan
klasifikasi BEI
3 Output uji normalitas MLBI
4 Output uji normalitas ULTJ
5 Output independent samples t-test MLBI
6 Output independent samples t-test ULTJ
7 Output mann whitney u-test MLBI
8 Output mann whitney u-test ULTJ

27
27
27
29
30
32
33
34

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Krisis Global 2008 berawal dari krisis finansial di Amerika Serikat (AS) yang
terindikasi sejak awal 2007 akibat dari banyaknya debitur subprime Kredit
Pemilikan Rumah (KPR) yang gagal bayar. Debitur subprime adalah debitur yang
kurang layak untuk diberikan fasilitas kredit atau dikategorikan sebagai debitur
berisiko tinggi (BI 2007).
Kebijakan Pemerintah AS menurunkan tingkat suku bunga menjadi di kisaran
1% pada akhir 2001 ditujukan untuk membangkitkan kegiatan ekonomi AS di
sektor riil (FR 2001). Rendahnya suku bunga mendorong investor mencari aset
yang memiliki imbal hasil lebih tinggi untuk menempatkan modalnya. Salah satu
investasi yang dipilih adalah membeli rumah dengan kredit karena rendahnya
tingkat suku bunga dan diharapkan kenaikan nilai rumah lebih besar dari tingkat
suku bunganya (BI 2008).
Meningkatnya permintaan terhadap rumah menyebabkan kenaikan harga
rumah, hal ini semakin mendorong minat masyarakat AS berspekulasi dengan
membeli rumah melalui kredit yang diharapkan nilainya meningkat dengan cepat
atau dikenal dengan istilah “leveraging”. Faktanya selama tahun 2005 dan 2006
40% dari jumlah rumah yang dibeli (1.65 juta unit) ditujukan sebagai alternatif
investasi. Artinya 40% dari pembelian rumah tersebut bukan ditujukan sebagai
rumah tinggal. Maraknya praktek leveraging sangat berperan dalam terbentuknya
bubble effect (BI 2008). Bubble effect adalah keadaan dimana produk atau aset
diperdagangkan dengan harga yang sangat berbeda atau lebih tinggi dari nilai
intrinsiknya (Williams 2008).
Lembaga-lembaga keuangan pemberi kredit memanfaatkan situasi dengan
menawarkan KPR sebanyak-banyaknya dan menerima debitur subprime dengan
credit rating yang rendah untuk mendapatkan fasilitas KPR. Mereka menerima
debitur subprime karena lembaga-lembaga tersebut memiliki jaminan rumah
dengan asumsi pasar properti bergerak terus ke arah positif dengan cepat (BI 2008).
Tingginya pertumbuhan ekonomi secara alami menimbulkan inflasi yang
tinggi. Untuk mengendalikan hal tersebut, maka pemerintah AS perlahan
menaikkan suku bunga pada akhir 2004 (FR 2004). Tren suku bunga yang
meningkat menyebabkan beban angsuran nasabah subprime semakin berat. Hal ini
menyebabkan mereka tidak mampu membayar sehingga menimbulkan banyaknya
kredit macet. Banyak rumah yang disita dan dilelang mengakibatkan harga properti
jatuh. Dampaknya, lembaga keuangan penyalur KPR banyak yang merugi dan
kehilangan likuiditasnya bahkan beberapa di antaranya gulung tikar (BI 2007).
Dampak krisis KPR di AS dirasakan secara global karena adanya
perdagangan sekuritas antar negara berbasis KPR atau KPR sebagai underlying.
Proses ini memungkinkan tiap rantai pelaku transaksi KPR untuk mendapatkan
profit sementara risiko dialihkan pada rantai pelaku transaksi berikutnya (BI 2008).
Krisis yang berawal dari salah satu bagian kecil dari sistem keuangan pada
2007 berkembang menjadi gejolak ekonomi dunia pada akhir 2008 dan awal 2009.
Hal ini terjadi karena sistem keuangan global jauh lebih saling berhubungan dari
masa sebelumnya dan pengambilan risiko yang berlebihan mengancam runtuhnya

2

sistem keuangan dunia jauh lebih dalam dari yang orang banyak sadari (Mishkin
2011).
Awalnya negara berkembang cukup resisten dibandingkan dengan negara
maju karena relatif sedikit memiliki exposure pada aset bermasalah di AS. Namun
demikian, contagion effect dalam bentuk penarikan modal asing, jatuhnya ekspor
dan depresiasi nilai tukar menjadi ancaman serius terhadap perekonomian negara
berkembang. Bergejolaknya pasar keuangan global akibat efek lanjutan krisis
subprime mortgage menyebabkan investor global serentak melakukan penilaian
ulang terhadap profil risiko investasinya. Penarikan dana dari investasi di negara
berkembang yang berisiko pun meningkat sehingga memberikan tekanan terhadap
nilai mata uang di sebagian besar negara tersebut termasuk Indonesia. Penarikan
dana asing oleh investor global di Indonesia merupakan upaya untuk menutup
kerugian dari investasinya di pasar keuangan negara maju yang jatuh tajam. (BI
2008).
Akibat dari penarikan dana asing yang besar oleh investor global, IHSG
anjlok sebesar 48.41% dari 2,627.25 poin pada Januari 2008 menjadi 1,355.41 poin
pada Desember 2008. Nilai tukar rupiah juga melemah hingga mencapai titik
terendah dalam tiga tahun terakhir menjadi Rp12 338/USD pada 24 November
2008.
Laju Pertumbuhan (%)

12,00
10,00
Produk Domestik
Bruto

8,00
6,00

Sektor Industri
Pengolahan nonMigas
sub-Sektor Makanan,
Minuman dan
Tembakau

4,00
2,00
0,00

Tahun

Gambar 1 Laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga
konstan tahun 2000 (BPS 2014)
Dampak lain dari krisis global 2008 di Indonesia adalah perlambatan ekonomi
Indonesia yang direfleksikan oleh penurunan laju pertumbuhan ekonomi nasional
termasuk industri pengolahan nonmigas dapat dilihat pada Gambar 1. Tercatat laju
pertumbuhan PDB menurun sebesar 1.38% pada 2009. Laju pertumbuhan industri
pengolahan nonmigas menurun sejak tahun 2005 hingga berada di titik terendah
yaitu 2.56% pada tahun 2009 periode 2000-2013 namun laju pertumbuhan
subsektor makanan, minuman dan tembakau justru mengalami laju pertumbuhan
tertinggi pada periode 2000-2013 sebesar 11.22%.

3

Tabel 1 Kontribusi industri pengolahan nonmigas terhadap PDB tahun 2007-2011
(%)
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Lapangan Usaha
Makanan, Minuman dan
Tembakau
Tekstil, Brg. Kulit & Alas Kaki
Brg. Kayu & Hasil Hutan
Lainnya
Kertas dan Barang Cetakan
Pupuk, Kimia & Barang dari
Karet
Semen & Brg. Galian Bukan
Logam
Logam Dasar Besi & Baja
Alat Angkat, Mesin &
Peralatannya
Barang Lainnya

2007
6.68

2008
6.99

2009
7.50

2010
7.23

2011
7.37

2.37
1.39

2.12
1.48

2.08
1.43

1.93
1.25

1.93
1.14

1.15
2.80

1.05
3.11

1.09
2.91

1.02
2.74

0.93
2.55

0.83

0.81

0.78

0.71

0.68

0.58
6.44

0.59
6.67

0.48
6.18

0.42
6.05

0.42
5.75

0.19

0.18

0.18

0.16

0.15

Total Industri Pengolahan nonMigas

22.43

23.01

22.61

21.51

20.92

Diolah dari: Kementrian Perindustrian Republik Indonesia (2014)

Dalam industri pengolahan nonmigas kontribusi subsektor makanan,
minuman dan tembakau terhadap PDB berdasarkan Tabel 1 paling besar
proporsinya dibandingkan dengan subsektor lainnya dengan rata-rata 7.15% untuk
periode 2007-2011. Hal ini menandakan bahwa subsektor makanan, minuman dan
tembakau berperan besar dalam industri pengolahan nonmigas. Di saat kontribusi
subsektor lain mengalami kecenderungan menurun, kontribusi subsektor makanan,
minuman dan tembakau justru cenderung mengalami kenaikan. Dalam penelitian
ini diharapkan dapat mengungkap ketahanan perusahaan-perusahaan pada
subsektor tersebut.
Berdasarkan klasifikasi Kementrian Perindustrian Republik Indonesia, salah
satu subsektor pada sektor industri pengolahan nonmigas adalah makanan,
minuman dan tembakau. Namun Bursa Efek Indonesia (BEI) membagi subsektor
makanan dan minuman yang terdiri atas 16 perusahaan berdiri sendiri tanpa
subsektor tembakau (BEI 2014). Pada penelitian ini, peneliti mengacu pada
klasifikasi yang dilakukan oleh BEI. Meskipun Krisis Global 2008 terjadi sudah
cukup lampau, penelitian tentang dampak Krisis Global 2008 pada sektor industri
pengolahan non-migas masih sangat sedikit. Penelitian ini juga perlu dilakukan
untuk mengetahui langkah apa saja yang harus dilakukan dalam menghadapi krisis
oleh perusahaan-perusahaan khususnya di subsektor makanan dan minuman jika di
masa depan terulang kembali krisis yang serupa dengan Krisis Global 2008.

Perumusan Masalah
Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu aspek yang dapat
digunakan untuk mengetahui kondisi terkini kesehatan perusahaan. Analisis kinerja
keuangan perusahaan dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan

4

perusahaan tersebut. Informasi pada laporan keuangan diolah menjadi informasi
yang lebih berguna sebagai dasar pengambilan keputusan.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi kinerja keuangan perusahaan subsektor makanan dan
minuman di BEI sebelum dan setelah Krisis Global 2008?
2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan perusahaan
subsektor makanan dan minuman di BEI sebelum dan setelah Krisis Global
2008?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan,
maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis kinerja keuangan perusahaan subsektor makanan dan minuman di
BEI sebelum dan setelah Krisis Global 2008.
2. Menguji adanya perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan perusahaan
subsektor makanan dan minuman di BEI sebelum dan setelah Krisis Global
2008.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi manajemen perusahaan, penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu
acuan dalam pengambilan keputusan manajerial.
2. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi
dalam mengambil kebijakan terhadap sektor usaha khususnya industri makanan
dan minuman dalam menghadapi krisis ekonomi atau finansial di masa yang
akan datang.
3. Bagi pemegang saham, penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu
referensi terkait dengan keputusan investasi pada subsektor makanan dan
minuman apabila terjadi krisis ekonomi atau finansial di masa yang akan datang.

Ruang Lingkup Penelitian
Fokus penelitian ini adalah menganalisis data yang terdapat pada neraca dan
laporan laba-rugi yang dipublikasikan perusahaan subsektor makanan dan
minuman di BEI periode 2004-2013. Neraca dan laporan laba-rugi dianalisis
menggunakan rasio keuangan yang terdiri atas rasio likuiditas, solvabilitas,
aktivitas dan profitabilitas. Uji beda dilakukan menggunakan independent samples
t-test dan mann whitney u-test untuk mengetahui adanya perbedaan kinerja
keuangan yang signifikan sebelum dan setelah Krisis Global 2008. Batasan krisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pelemahan ekspor dan pelemahan nilai
tukar rupiah terhadap mata uang asing.

5

TINJAUAN PUSTAKA
Krisis Finansial
“Krisis Global 2008” merupakan istilah yang disederhanakan dari “Krisis
Finansial Global tahun 2008”. Menurut Laeven and Valencia (2008) krisis finansial
dapat dibagi menjadi tiga kategori:
1. Banking Crises
Disebut systemic banking crisis adalah saat sektor korporasi dan keuangan suatu
negara mengalami sejumlah besar kelalaian dan lembaga keuangan serta
perusahaan menghadapi kesulitan besar membayar kontrak tepat waktu.
Akibatnya, gagal bayar kredit meningkat tajam dan semua atau sebagian dari
agregat modal sistem perbankan habis. Situasi ini bisa disertai dengan harga aset
yang terdepresiasi (seperti ekuitas dan harga real estate), peningkatan suku
bunga riil, dan perlambatan atau pembalikan arus modal.
2. Currency Crises
Depresiasi nominal kurs minimal 30% atau minimal terjadi peningkatan tingkat
depresiasi sebesar 10% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
3. Sovereign Debt Crises
Secara umum didefinisikan sebagai masalah ekonomi dan keuangan yang
disebabkan oleh ketidakmampuan negara untuk membayar utang publik. Hal ini
biasanya terjadi ketika negara memiliki tingkat hutang yang tinggi dan
mengalami pertumbuhan ekonomi yang rendah.

Laporan Keuangan
Laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil refleksi dari sekian banyak
transaksi yang terjadi dalam suatu perusahaan. Transaksi yang bersifat finansial
dicatat, digolongkan, dan diringkaskan dengan cara setepat-tepatnya dalam satuan
uang kemudian diadakan penafsiran untuk berbagai tujuan. Laporan keuangan
digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi dengan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan data keuangan perusahaan. Pihak-pihak yang
berkepentingan tersebut adalah manajemen, pemilik, kreditur, investor, penyalur,
karyawan, lembaga pemerintah, dan masyarakat umum. Secara umum laporan
keuangan terdiri atas Neraca, Laporan Laba-rugi, Laporan Bagian Laba yang
Ditahan atau Laporan Modal Sendiri, dan Laporan Perubahan Posisi Keuangan atau
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana (Jumingan 2008).

Neraca dan Laporan Laba-rugi
Neraca
Mardiyanto (2009) menjelaskan neraca adalah laporan yang mengungkapkan
posisi keuangan (kekayaan) dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu mencakup
aktiva (asset), utang (liability), dan ekuitas (equity). Hubungan ketiganya disebut
sebagai persamaan akuntansi, yakni aktiva sama dengan utang ditambah ekuitas.

6

Aktiva dicatat di sebelah kiri atau bagian atas neraca, yang terdiri atas aktiva lancar
(misalnya kas, surat berharga jangka pendek, piutang usaha, persediaan, biaya
dibayar di muka, perlengkapan); investasi pada sekuritas jangka panjang (misalnya
saham dan obligasi); aktiva tetap berwujud (misalnya tanah, bangunan, mesin,
kendaraan, dan peralatan); aktiva tetap tak berwujud (misalnya hak paten). Utang
dan ekuitas dicatat di sebelah kanan atau bagian bawah neraca. Utang meliputi
utang lancar (misalnya utang usaha, utang gaji dan utang pajak) serta utang jangka
panjang (misalnya hipotik dan obligasi) Sementara itu, ekuitas untuk perusahaan
berbentuk perseroan terbatas mencakup saham preferen, saham biasa, tambahan
modal disetor, dan laba tertahan.
Laporan Laba-rugi
Menurut Mardiyanto (2009) laporan laba-rugi adalah laporan yang
menunjukkan kegiatan operasi perusahaan pada periode tertentu terbagi dalam dua
bagian utama. Pertama pendapatan, meliputi pendapatan operasi (berasal dari
aktivitas penjualan) dan pendapatan nonoperasi (misalnya hasil penjualan aktiva
tetap). Pendapatan operasi (penjualan) biasanya dinyatakan dalam istilah penjualan
bersih, yakni penjualan mula-mula dikurangi oleh potongan penjualan dan retur
penjualan. Kedua beban-beban, mencakup harga pokok penjualan, beban operasi
(beban penjualan dan beban administrasi), beban bunga, dan pajak.

Analisis Laporan Keuangan
Tujuan utama dari analisis laporan keuangan bagi pihak pemilik dan
manajemen adalah mengetahui posisi keuangan saat ini. Dengan mengetahui posisi
keuangan setelah dilakukan analisis laporan keuangan secara mendalam, maka akan
terlihat apakah perusahaan dapat mencapai target yang telah direncanakan
sebelumnya (Kasmir 2010).
Ada beberapa tujuan dan manfaat bagi berbagai pihak dengan adanya analisis
laporan keuangan. Secara umum tujuan dan manfaat dari analisis laporan keuangan
adalah:
1. Mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik harta,
kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa
periode.
2. Mengetahui kelemahan apa saja yang menjadi kelemahan perusahaan.
3. Mengetahui kekuatan yang dimiliki.
4. Mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke depan
berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini.
5. Melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau
tidak karena sedah dianggap berhasil atau gagal.
6. Digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang
mereka capai (Kasmir 2010).

7

Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Marpaung (2011) tentang perbedaan kinerja
keuangan perbankan syariah sebelum dan sesudah krisis keuangan global bertujuan
untuk melihat perbedaan kinerja keuangan perbankan syariah sebelum dan sesudah
krisis keuangan global dengan menggunakan rasio keuangan yang terdiri dari CAR,
NPL, ROA, ROE, BOPO dan LDR. Berdasarkan populasi (34 bank syariah) dan
kriteria sampel yang telah ditentukan dengan metode purposive sampling diperoleh
tiga bank sebagai sampel penelitian. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada
perbedaan kinerja keuangan perbankan syariah sebelum dan sesudah krisis
keuangan global. CAR, NPL, ROE dan LDR mengalami peningkatan sesudah
krisis, sedangkan ROA dan BOPO mengalami penurunan.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Iqbal (2012) terhadap kinerja keuangan
pada bank umum syariah dan bank umum konvensional sebelum dan sesudah krisis
keuangan tahun 2008 bertujuan untuk membandingkan kinerja keuangan bank
umum syariah dengan bank umum konvensional sebelum dan sesudah krisis tahun
2008 menggunakan rasio keuangan yang terdiri atas CAR, NPL/NPF, ROA, ROE
dan LDR/FDR. Diperoleh sampel penelitian sejumlah tiga bank umum syariah dan
tiga bank umum konvensional. Alat analisis yang digunakan untuk membuktikan
hipotesis dalam penelitian ini adalah uji paired samples test. Dari lima rasio
keuangan yang terdapat pada bank umum syariah, hanya ROA dan FDR yang
menunjukkan adanya perbedaan. Sedangkan dari lima rasio keuangan yang terdapat
pada bank umum konvensional, rasio CAR, LDR dan NPL sebelum dan sesudah
krisis menunjukkan adanya perbedaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Kinasih (2011) terhadap kinerja keuangan
sebelum dan sesudah krisis global pada bank umum swasta nasional yang terdaftar
di BEI Periode 2007-2009 menggunakan sampel sebanyak 17 perusahaan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa adanya perbedaan signifikan pada rasio earning
yang diukur menggunakan ROA dan BOPO sebelum dan sesudah krisis global
tahun 2008, namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio capital yang
diukur menggunakan CAR, rasio asset yang diukur menggunakan NPL, rasio
management yang diukur menggunakan NIM, serta rasio liquidity yang diukur
menggunakan LDR sebelum dan sesudah terjadinya krisis global 2008.
Penelitian oleh Sugema (2012) tentang krisis keuangan global 2008-2009 dan
implikasinya pada perekonomian Indonesia mengungkapkan bahwa dampak dari
resesi global yang dialami Indonesia tidak sebesar dampak yang dirasakan negara
emerging economies yang lain, seperti yang dijelaskan berikut ini. Pertama,
Indonesia tidak terlalu bergantung pada ekspor dikarenakan pangsa ekspor
Indonesia tidak mencapai setengah dari GDP Indonesia. Berbeda dengan negara
China dan Malaysia yang memiliki porsi ekspor yang lebih besar. Kedua, sektor
perbankan dan sektor finansial negara kita tidak mengalami dampak seberat negara
lain karena tingkat kebergantungannya tidak sedalam negara-negara lain. Ketiga, di
samping terkena dampak yang relatif lebih kecil, penurunan bursa juga tidak akan
terlalu memberikan pengaruh yang nyata pada gejolak ekonomi dalam negeri
karena pelaku pasar saham hanyalah 0.5% dari penduduk Indonesia. Terakhir,
Indonesia dapat dikatakan sebagai self sustaining economy karena potensi pasar
domestik yang sangat besar sehingga walaupun pasar luar negeri sedang lesu, pasar
domestiknya sudah sangat besar.

8

METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran Penelitian
Terjadinya Krisis Global 2008 berpengaruh terhadap perekonomian
Indonesia. Sektor industri pengolahan pun mendapatkan imbasnya dengan
menurunnya laju pertumbuhan di mana terdapat subsektor makanan dan minuman
di dalamnya.
Kondisi Ekonomi
Domestik

Krisis Global 2008
Sektor Industri
Pengolahan

Subsektor Makanan dan
Minuman

Perusahaanperusahaan di BEI

Pemegang Saham

Laporan Laba-rugi

Neraca

Analisis Rasio Sebelum Krisis:
1. Likuiditas
2. Solvabilitas
3. Aktivitas
4. Profitabilitas

Analisis Rasio Setelah Krisis:
5. Likuiditas
6. Solvabilitas
7. Aktivitas
8. Profitabilitas

Independent samples t-test
dan mann whitney u-test

Rekomendasi Strategis

Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian
Analisis laporan keuangan dilakukan terhadap perusahaan subsektor
makanan dan minuman. Analisis yang digunakan adalah analisis rasio keuangan.
Uji beda dilakukan menggunakan independent samples t-test dan mann whitney utest untuk membuktikan bahwa ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan yang
signifikan sebelum dan setelah Krisis Global 2008. Hasil dari analisis tersebut dapat
dijadikan salah satu referensi pengambilan keputusan bagi pihak yang
membutuhkan yaitu pemegang saham dan manajer perusahaan.

9

Waktu dan Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Januari 2015 sampai Maret 2015. Objek yang
diteliti pada penelitian ini adalah perusahaan subsektor makanan dan minuman di
BEI.

Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kategori yaitu data kuantitatif dan
data kualitatif. Data yang digunakan berupa laporan keuangan perusahaan yang
terdiri atas neraca dan laporan laba-rugi periode 2004-2013, annual report
perusahaan, buku pustaka, internet, karya ilmiah dan jurnal. Data diperoleh melalui
penelusuran literatur dan penelusuran data melalui internet.

Metode Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Nonprobability Sampling dengan menggunakan teknik penentuan sampel
menggunakan Purpossive Sampling. Purpossive Sampling adalah teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu (Sugiyono 2010).
Perusahaan yang diambil sebagai sampel adalah yang memenuhi semua kriteria
yang ditentukan oleh peneliti. Pemilihan sampel dijelaskan pada Tabel 2.
Tabel 2 Sampel berdasarkan kriteria
No.
1.
2.
3.

Kriteria
Terdaftar pada subsektor makanan dan minuman di BEI
sampai Januari 2015.
Melakukan Initial Public Offering (IPO) selambatlambatnya 31 Desember 2003.
Memiliki laporan keuangan lengkap dan dipublikasikan
periode 2004-2013 serta telah diaudit.

Jumlah Perusahaan
16
12
2

Berdasarkan Tabel 2 sampel yang memenuhi kriteria pertama terdapat 16
perusahaan, kemudian sampel yang memenuhi kriteria pertama dan kedua terdapat
12 perusahaan. Terakhir, sampel yang memenuhi seluruh kriteria hanya terdapat 2
perusahaan. Perusahaan yang terpilih sebagai sampel adalah PT Multi Bintang
Indonesia Tbk (MLBI) dan PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk
(ULTJ).

Pengolahan dan Analisis Data
Analisis Rasio Keuangan
Batasan pembahasan yang ditentukan peneliti dalam analisis rasio keuangan
terdiri atas empat aspek rasio yaitu rasio likuiditas (rasio lancar), solvabilitas (rasio

10

utang atas aktiva), aktivitas (total asset turnover) dan profitabilitas (margin laba;
return on total asset) (Harahap 2008).
1. Rasio Likuiditas
Menggambarkan kemampuan perusahaan menyelesaikan kewajiban jangka
pendeknya, rasio yang digunakan adalah rasio lancar. Rasio ini menunjukkan
sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar.










=

..........................................................(2)

��

2. Rasio Solvabilitas
Menggambarkan kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka
panjangnya atau kewajiban-kewajiban apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio
yang digunakan adalah rasio utang atas aktiva.
� �



=

.......................................(3)

3. Rasio Aktivitas
Menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan
operasinya baik kegiatan penjualan, pembelian, dan kegiatan lain. Rasio yang
digunakan adalah total asset turnover. Total asset turnover menunjukkan
perputaran total aktiva diukur dari volume penjualan, dengan kata lain seberapa
jauh kemampuan seluruh aktiva menciptakan penjualan.


=



.................................................(4)

4. Rasio Profitabilitas
Menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui seluruh
sumber daya yang dimiliki yang terdiri atas:
a. Margin Laba
Menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari
setiap penjualan.








=







.....................(5)

b. Return on Total Aset
Menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur
dalam nilai aktiva.




=









..................................(6)

Uji Normalitas
Statistika inferensial memerlukan adanya model distribusi untuk menaksir
parameter populasi. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dalam statistika

11

parametrik perlu dilakukan pengujian model distribusi normal. Uji normalitas
dilakukan untuk memastikan apakah sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal (Susetyo 2012).
Pada penelitian ini menggunakan Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov dan
bantuan perangkat lunak SPSS 19. Sampel berdistribusi normal jika asymtotic
significance > taraf signifikan dan berlaku pula sebaliknya. Taraf signifikan pada
penelitian ini adalah 95% atau � = 0.05.
Independent Samples t-Test
Independent samples t-test atau dapat disebut pengujian perbedaan rata-rata
sampel tidak berhubungan adalah metode uji yang digunakan untuk menentukan
apakah terdapat perbedaan signifikan rata-rata antar dua populasi yang berbeda.
Kedua kelompok yang diteliti tidak memiliki hubungan satu dengan yang lainnya
(Susetyo 2012).
Pengujian dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan yang signifikan
antara kinerja keuangan perusahaan sebelum dan setelah Krisis Global 2008.
Sehingga dapat diketahui seberapa besar dampak krisis terhadap kinerja keuangan
perusahaan.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
� : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan sebelum
dan setelah Krisis Global 2008.
� : Terdapat perbedaan yang signifikan antar kinerja keuangan sebelum dan
setelah Krisis Global 2008.
Dari hasil pengujian yang dilakukan, maka tolak � apabila (1) p-value < �
dan (2) t hitung > t tabel atau –t hitung < -t tabel. Pada software Microsoft Excel
2013 yang digunakan dalam penelitian ini, p-value disebut “P(T