Dampak Merger terhadap Profitabilitas, Skala Usaha dan Efisiensi Operasi PT Bank CIMB Niaga, Tbk

DAMPAK MERGER TERHADAP PROFITABILITAS,
SKALA USAHA DAN EFISIENSI OPERASI
PT BANK CIMB NIAGA TBK

SONNY YOGA PRASETYO

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak Merger
terhadap Profitabilitas, Skala Usaha dan Efisiensi Operasi PT Bank CIMB Niaga,
Tbk adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2014

Sonny Yoga Prasetyo
NIM H24090068

ABSTRAK
SONNY YOGA PRASETYO. Dampak Merger terhadap Profitabilitas,
Skala Usaha dan Efisiensi Operasi PT Bank CIMB Niaga, Tbk. Dibimbing oleh
BUDI PURWANTO.
Merger terjadi manakala dua organisasi yang berukuran kurang lebih sama
bersatu untuk membangun satu unit usaha. Tujuan penelitian ini adalah (1)
Mengkaji tingkat profitabilitas, skala usaha, dan tingkat efisiensi operasi PT Bank
CIMB Niaga, Tbk sebelum dan sesudah merger, (2) Mengkaji proyeksi trend
profitabilitas, skala usaha dan efisiensi operasi PT Bank CIMB Niaga, Tbk, (3)
Mengkaji perbedaan tingkat profitabilitas, skala usaha dan efisiensi operasi PT
Bank CIMB Niaga, Tbk sebelum dan sesudah merger. Berdasarkan hasil analisis
laporan keuangan Bank CIMB Niaga diketahui bahwa setelah dilaksanakannya
proses merger tingkat profitabilitas yang diwakili oleh return on assets (ROA)

dan return on equity (ROE), tingkat skala usaha yang diwakili oleh oleh market
share, serta tingkat efisiensi yang diwakili oleh BOPO ketiganya menunjukkan
perbaikan. Sedangkan berdasarkan hasil uji paired sample t test untuk
membandingkan kinerja keuangan 5 tahun sebelum dan 5 tahun sesudah merger
diperoleh hasil berdasarkan hasil pengujian hipotesis diketahui bahwa merger
Bank CIMB Niaga meskipun tidak berpengaruh buruk, tetapi belum memberikan
pengaruh bagi tingkat profitabilitas, skala usaha dan tingkat efisiensi.
Kata kunci: merger, profitabilitas, skala usaha, efisiensi, kinerja keuangan

ABSTRACT
SONNY YOGA PRASETYO. Merger Impact on Profitability, Business Scale and
Efficiency Level Of CIMB Niaga Tbk Bank’s. Supervised by BUDI
PURWANTO.
Merger occurs when two organizations that have similar size unite to build
a single business unit. The purpose of this study was to (1) Assessing the level of
profitability, business scale and efficiency opersai PT Bank CIMB Niaga Tbk
before and after implementing the merger. (2) Assessing the profitability trend
projections, business scale and operating efficiency of PT Bank CIMB Niaga Tbk.
(3) Assessing differences in the level of profitability, business scale and operating
efficiency levels of PT Bank CIMB Niaga Tbk before and after the merger. Based

on the analysis of financial statements of Bank CIMB Niaga is known that after
the implementation of the merger, the level of profitability that is represented by
the return on assets (ROA) and return on equity (ROE), the level of business
which is represented by market share, as well as the level of efficiency that is
represented by BOPO showed improvement.While based on the results of paired
samples t test comparing the financial performance of the 5 years before and 5
years after the merger is obtained results that based on the analysis of hypothesis
testing known that the merger of Bank CIMB Niaga made no ill effects but not
significant effect for the profitability, business scale and efficiency level.
Keywords: efficiency, financial performance, mergers, profitability, business scale

DAMPAK MERGER TERHADAP PROFITABILITAS,
SKALA USAHA DAN EFISIENSI OPERASI
PT BANK CIMB NIAGA TBK

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen


DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Dampak Merger terhadap Profitabilitas, Skala Usaha dan Efisiensi
Operasi PT Bank CIMB Niaga, Tbk
Nama
: Sonny Yoga Prasetyo
NIM
: H24090068

Disetujui oleh

Ir. Budi Purwanto, ME
Pembimbing

Diketahui oleh


Dr. Mukhamad Najib, STP, MM
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Judul Skripsi: Oampak Merger terhadap Profitabilitas, Skala Usaha dan Efisiensi
Operasi PT Bank elMB Niaga, Tbk
Nama
: Sonny Yoga Prasetyo
: H24090068
NlM

Disetujui oleh

/

I

,q k

'

Ir. Budi Purwanto, ME
Pembimbing

Tanggal Lulus:

2 4 JAN 2014

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya, sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Penelitian ini
dilaksanakan sejak bulan Juli sampai dengan Agustus 2013. Tema yang dipilih
dalam penelitian ini adalah merger, dengan judul penelitian Dampak Merger
terhadap Profitabilitas, Skala Usaha dan Efisiensi Operasi PT Bank CIMB Niaga,
Tbk.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Ir. Budi Purwanto, ME selaku
pembimbing yang telah membimbing penulis dalam menyusun karya ilmiah ini
serta Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc dan Dra. Siti Rahmawati, M.Pd yang
telah memberikan saran dalam penyusunan karya ilmiah ini. Ungkapan terima

kasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tercinta Bapak Djuriman dan
Ibu Sri Purbaningsih yang selalu memberikan dukungan moral dan spiritual,
saudaraku Sondy Bagus Pradipto, S.Pd dan Annisa Ayu yang selalu memberikan
semangat dan doa, teman satu bimbingan yang bersama-sama menjalani suka
duka menyelesaikan karya ilmiah, Dila dan Fatih yang selalu menghibur dan
memberikan dorongan semangat kepada penulis, dan juga pihak-pihak lainnya
yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas segala doa dan dukungannya.
Penulis berharap karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca. Penulis juga memohon maaf apabila masih terdapat kekurangan dalam
penulisan karya ilmiah ini.
Bogor, Januari 2014
Sonny Yoga Prasetyo

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR


viii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian


3

Manfaat Penelitian

3

Ruang Lingkup Penelitian

3

TINJAUAN PUSTAKA

3

Bank

3

Kebijakan Kepemilikan Tunggal (Single Present Policy)


5

Merger dan Akuisisi

6

Analisisi Kinerja Keuangan

8

Analisis laporan keuangan

8

Penelitian Terdahulu
METODE PENELITIAN

10
10


Kerangka Penelitian

10

Pengumpulan Data

12

Pengolahan Data

12

Metode Analisis Data

14

Uji-t Dua Sample

14

HASIL DAN PEMBAHASAN

15

Gambaran Umum Perusahaan

15

Kondisi Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger

18

Hasil Forecasting Profitabilitas, Skala Usaha dan Efisiensi Operasi

25

Uji Normalitas

26

Uji Paired Sample T Test

26

Implikasi Manajerial

29

SIMPULAN DAN SARAN

30

DAFTAR PUSTAKA

31

LAMPIRAN

33

RIWAYAT HIDUP

44

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.

Laporan keuangan Bank CIMB Niaga
Sejarah perusahaan
Hasil penguji normalitas data
Hasil Paired Sample T Test sebelum dan sesudah merger

2
17
26
27

DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka Pemikiran
2. Kondisi perkembangan ROA sebelum dan sesudah dilaksanakan

merger
3. Kondisi perkembangan ROE sebelum dan sesudah merger
4. Kondisi perkembangan market share Bank CIMB Niaga sebelum

dan sesudah merger
5. Kondisi perkembangan BOPO Bank CIMB Niaga sebelum dan
sesudah merger
6. Perkembangan ROA, ROE, Market Share dan BOPO 2008-2014

12
18
20
21
23
25

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Hasil Perhitungan ROA
Hasil perhitungan ROE
Hasil perhitungan Market share
Hasil perhitungan Bopo
Hasil uji normalitas dan paired sample t test ROA
Hasil uiji normalitas dan paired sample t test ROE
Hasil uji normalitas dan paired sample t test market share
Hasil uji normalitas dan paired sample t test Bopo
Analisis trend
Glosarium

34
35
36
37
38
39
40
41
42
43

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada tahun 2012 kondisi perbankan di Indonesia berada dalam kondisi
baik. Hal tersebut mengacu pada kondisi perekonomian dunia yang saat ini masih
dalam tahap proses perbaikan akibat krisis ekonomi yang melanda sejumlah
negara pada 2008 silam. Berdasarkan laporan statistik perbankan yang diterbitkan
oleh Bank Indonesia per Desember 2012, sejauh ini kondisi perekonomian
Indonesia baik dengan nilai ROA sebesar 3.11 persen, NIM sebesar 5.49 persen,
BOPO sebesar 74.10 persen, LDR sebesar 83.58 persen, dan Rasio Aset Likuid
sebesar 18,45 persen.
Melihat kondisi perbankan yang tumbuh secara signifikan berdampak pada
semakin meningkatnya persaingan diantara bank-bank di Indonesia. Sebagai
lembaga keuangan, baik bank pemerintah maupun bank swasta sama-sama
bersaing untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kinerjanya untuk menarik
investor dan nasabah baru agar mau berinvestasi. Salah satu cara yang digunakan
oleh perbankan untuk menghadapi persaingan tersebut adalah dengan melakukan
merger dan akuisisi. Melalui merger dan akuisisi diharapkan perbankan dapat
meningkatkan pangsa pasar, meningkatkan keuntungan yang diperoleh, atau
meningkatkan aktivitas operasional sehingga berimbas pada peningkatan daya
saing perusahaan .
Pada kurun waktu antara tahun 2000 hingga tahun 2010 tercatat kurang
lebih ada 15 kasus merger dan akuisisi yang melibatkan 35 bank di Indonesia.
Salah satu tujuan dilaksanakannya proses merger dan akuisisi oleh bank-bank
tersebut adalah untuk meningkatkan kinerja keuangan perbankan yang tercermin
dalam peningkatan profitabilitas, peningkatkan efisiensi perusahaan, dan
meningkatkan skala usaha sehingga dapat meningkatkan daya saing.
Salah satu bank di Indonesia yang melakukan merger adalah PT Bank
Niaga. Pada November 2008 PT Bank Niaga melakukan merger dengan PT Bank
Lippo, dua entitas bank terkemuka di Indonesia tersebut kemudian bergabung
menjadi PT Bank CIMB Niaga Tbk. Penggabungan kedua bank tersebut
merupakan opsi terbaik bagi seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) yang
diambil oleh pemegang saham dalam rangka memenuhi kebijakan Bank Indonesia
(BI) khususnya mengenai Kebijakan Kepemilikan Tunggal atau Single Present
Policy (SPP)
Sebelum Bank Niaga melakukan proses merger dengan Bank Lippo,
kepemilikan aset bank tersebut per Juni 2008 mencapai Rp 6.42 milyar dan berada
pada posisi ke delapan bank terbesar di Indonesia berdasarkan tingkat
kepemilikan aset. Namun Sejak Bank Niaga melakukan merger dengan Bank
Lippo menjadi Bank CIMB Niaga, kepemilikan aset bank tersebut meningkat dan
berhasil meraih posisi ke lima bank terbesar di Indonesia berdasarkan tingkat
kepemilikan aset. Pada Januari 2012 PT Bank CIMB Niaga, Tbk. memiliki total
aset sebesar Rp 169.321 milyar.
Pada tahun 2008 setelah dilaksanakannya proses merger aspek
profitabilitas Bank CIMB Niaga yang diwakili oleh ROA dan ROE cenderung
mengalami penurunan masing-masing sebesar 1.05 persen dan 7.08 persen. Hal

2

tersebut mengindikasikan bahwa terjadi penurunan keuntungan yang diperoleh
oleh bank sesudah dilaksanakannya merger. Pada aspek skala usaha yang diwakili
oleh market share mengalami peningkatan sebesar 5.12 persen sesudah
dilaksanakannya merger. Sedangkan setelah dilaksanakannya merger justru bank
tidak efisien dalam menjalankan kegiatan operasi yang dibuktikan dengan
meningkatanya BOPO sebesar 88.47 persen. Tabel 1 menunjukkan kinerja
keuangan Bank CIMB Niaga setahun sebelum dilaksanakannya merger yakni
tahun 2007 dan setahun sesudah dilaksanakannya merger yakni tahun 2008.
Tabel 1 Laporan keuangan Bank CIMB Niaga
2007

2008

Tahun
Niaga

Lippo

CIMB Niaga

2.22

2.39

1.05

ROE (%)

19.18

22.26

7.08

Market Share (%)

3.41

1.93

5.12

77.66

76.00

88.47

ROA (%)

BOPO (%)

Sumber: Bank Indonesia dan laporan tahunan PT Bank CIMB Niaga, Tbk periode 2007-2008

Rasio ROA dan ROE memperlihatkan seberapa besar keuntungan yang
diperoleh oleh bank. Rasio market share mengambarkan skala usaha, sedangkan
rasio BOPO memperlihatkan seberapa efisiensi bank dalam menjalankan kegiatan
operasinya. Penurunan kinerja bank sesudah merger pada rasio ROA, ROE dan
BOPO menjadi dasar dilakukannya penelitian. Maka penelitian ini dilakukan
untuk mengkaji kinerja keuangan PT Bank CIMB Niaga, Tbk sebelum dan
sesudah dilaksanakannya proses merger. Hal ini dilakukan untuk melihat proses
pencapaian keberhasilan merger yang dilakukan oleh PT Bank CIMB Niaga, Tbk.
Keberhasilan proses merger dapat dilihat dari perubahan kondisi profitabilitas,
skala usaha dan tingkat efisiensi yang tercermin dalam laporan keuangan Bank
CIMB Niaga. Perubahan tersebut dapat menjadi gambaran bagi para pemangku
kepentingan dalam proses pengambilan keputusan serta dapat meningkatkan daya
saing bagi perusahaan.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana perkembangan tingkat profitabilitas, skala usaha dan efisiensi
operasi PT Bank CIMB Niaga, Tbk sebelum dan sesudah merger?
2. Bagaimana trend profitabilitas, skala usaha, dan efisiensi operasi PT Bank
CIMB Niaga, Tbk?
3. Apakah terdapat perbedaan kondisi tingkat profitabilitas, skala usaha dan
efisiensi operasi PT Bank CIMB Niaga, Tbk sebelum dan sesudah
dilaksanakannya proses merger?

3

Tujuan Penelitian
Sejalan dengan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan
dari penelitian ini adalah:
1. Mengkaji tingkat profitabilitas, skala usaha dan efisiensi operasi PT Bank
CIMB Niaga, Tbk sebelum dan sesudah melaksanakan merger.
2. Mengkaji proyeksi trend profitabilitas, skala usaha dan efisiensi operasi
PT Bank CIMB Niaga, Tbk.
3. Mengkaji perbedaan tingkat profitabilitas, skala usaha dan tingkat efisiensi
operasi PT Bank CIMB Niaga, Tbk sebelum dan sesudah melakukan
merger.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai
keberhasilan proses merger yang dilakukan oleh perusahaan dilihat dari tiga aspek
yaitu tingkat profitabilitas, skala usaha dan efisiensi perusahaan sehingga nantinya
dapat dijadikan sebagai acuan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam proses
pengambilan keputusan strategis di dalam perusahaan.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini berfokus pada data laporan keuangan
tahunan PT Bank CIMB Niaga, Tbk dan PT Bank Lippo, Tbk lima tahun sebelum
merger yaitu dari tahun 2003 hingga tahun 2007 dan lima tahun sesudah
dilaksanakannya merger yaitu dari tahun 2008 hingga tahun 2012. Laporan
keuangan ini kemudian dianalisis berdasarkan tiga aspek, pertama aspek
profitabilitas dengan menggunakan Return On Total Asset (ROA) dan Return On
Equity (ROE). Kedua aspek skala usaha dengan menggunakan rasio Market Share.
Ketiga aspek efisiensi operasi dengan menggunakan BOPO. Selanjutnya akan
dilakukan uji beda dengan paired sample t test untuk melihat adanya perbedaan
kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah dilaksanakannya proses
merger.

TINJAUAN PUSTAKA
Bank
Pengertian
Bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang
kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan
kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa Bank lainnya (Kasmir,
2000). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998
perbankan di Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional
dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas
nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat. Usaha perbankan sediri

4

meliputi tiga kegiatan yaitu, menghimpun dana, menyalurkan dana, dan
memberikan jasa-jasa bank lainnya.
Jenis-Jenis Bank
1. Dilihat dari segi fungsinya
Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 14 tahun 1967 jenis
perbankan menurut fungsinya terdiri dari:
a. Bank Umum
b. Bank Pembangunan
c. Bank Tabungan
d. Bank Pasar
e. Bank Desa
f. Lumbung Desa
g. Bank Pegawai
h. Dan bank jenis lainnya.
2. Dilihat dari Segi Kepemilikannya
a. Bank Milik Pemerintah
Dimana baik akta pendirian maupun modalnya dimiliki oleh
pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh
pemerintah pula. Contoh bank tersebut antara lain; BRI, BNI 46, BTN,
Bank Mandiri.
b. Bank milik swasta nasional
Merupakan bank yang seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh
swasta nasional serta akta pendiriannya pun dimiliki oleh swasta, begitu
pula pembagian keuntungannya diambil oleh swata pula. Contoh bank
tersebut adalah; Bank Bukopin, Bank Central Asia, Bank Danamon, dan
bank swasta lainnya.
c. Bank milik asing
Bank milik asing merupakan cabang dari bank yang ada di luar
negeri, baik milik swata asing maupun pemerintah asing suatu negara.
Contoh bank tersebut antara lain; ABN AMRO Bank, Bank of America,
City Bank, dan bank asing lainnya.
d. Bank milik campuran
Bank milik campuran merupakan bank yang kepemilikannya
sahamnya dimiliki oleh pisak asing dan pihak swasta nasional. Dimana
kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga negara
Indonesia.
3. Dilihat dari Segi Status
Dalam praktiknya jenis bank dilihat dari statusnya dibagi ke dalam dua macam,
yaitu:
a. Bank devisa
Bank devisa merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar
negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan.
b. Bank non devisa
Bank dengan status non devisa merupakan bank yang belum mempunyai
izinuntuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa sehingga tidak bisa
melakukan transaksi seperti halnya bank devisa.
4. Dilihat dari segi penetapan harga

5

Ditinjau dari segi menentukan harga dapat pulan diartiakn sebagai cara
penentuan keuntungan yang diperoleh. Jenis bank jika dilihat dari segi atau
caranya dalam menentukan harga baik harga jual maupun harga beli terbagi
dalam dua kelompok yaitu:
a. Bank yang Berdasarkan Prinsip Konvensional
b. Bank yang Berdasarkan Prinsip Syariah
Bank dan Merger
Di Indonesia sendiri sudah ada peraturan pemerintah yang mengatur merger
dan konsilidasi akuisisi bank. Peraturan tersebut tercantum dalam Peraturan
Pemerintah No. 28 Tahun 1999. Menurut peraturan tersebut yang dimaksud
dengan merger adalah penggabungan dari 2 (dua) Bank atau lebih, dengan cara
tetap mempertahankan berdirinya salah satu Bank dan membubarkan bank-bank
lainnya tanpa melikuidasi terlebih dahulu.
Proses merger dan akuisisi dilakukan untuk mencapai sasaran strategis
tertentu. Menurut Dery Maradona (2010) alasan pelaku usaha untuk melakukan
upaya merger dan akuisisi adalah untuk menciptakan bank yang lebih baik dengan
merevitalisasi secara sadar sehingga terbentuk sinergi yang kuat dan akhirnya
memberikan dampak pada sistem perbankan yang sehat, efisiensi, tangguh, dan
mampu bersaing di kancah perekonomian global dan pasar bebas yang semakin
ketat.
Merger yang dilakukan bank di Indonesia tidak sepenuhnya didasarkan
pada asumsi untuk menghasilkan kekuatan baru atau lebih efisien. Menurut
penelitian Kusmargiani (2006) baik bank pemerintah yang diwakili oleh merger
Bank Mandiri dan bank swasta yang diwakili oleh merger Bank Artha Graha,
Bank Permata, dan Bank Danamon menemukan bahwa efisiensi operasional dan
efisiensi profitabilitas tidak mempengaruhi kinerja bank baik sebelum dan sesudah
merger meskipun bank-bank tersebut memperoleh peningkatan laba sesudah
merger dilaksanakan
Kebijakan Kepemilikan Tunggal (Single Present Policy)
Bagi Pemegang saham pengendali yang memiliki saham pengendali lebih
dari satu bank, berdasarkan peraturan BI No. 8/16/PBI tentang Kebijakan
Kepemilikan Tunggal
perbankan wajib melakukan penyesuaian struktur
kepemilikan dengan tiga opsi:
1. Mengalihkan sebagian atau seluruh kepemilikan sahamnya pada salah satu
atau lebih banyak yang dikendalikan kepada pihak lain sehingga yang
bersangkutan hanya menjadi pemegang saham pengendali pada satu bank.
2. Melakukan merger atau konsolidasi atas bank-bank yang dikendalikan.
3. Membentuk perusahaan induk (Bank Holding Company).
Tujuan dari penerapan kebijakan kepemilikan tunggal yaitu
mengkonsolidasikan bank-bank yang pemegang saham pengendalinya memiliki
saham pengendali lebih dari satu bank serta terciptanya sistem pengaturan dan
pengawasan bank yang efektif dan mengacu pada standar internasional.

6

Merger dan Akuisisi
Pengertian
David (2009) menyatakan bahwa merger dan akuisisi merupakan dua cara
yang lazim dipakai untuk menjalankan strategi. Merger terjadi manakala dua
organisasi yang berukuran kurang lebih sama bersatu untuk membangun satu unit
usaha. Akuisisi (acquisition) terjadi ketika sebuah organisasi yang besar membeli
(mengakuisisi) suatu perusahaan yang lebih kecil, atau sebaliknya. Ketika merger
atau akuisisi tidak diinginkan oleh kedua belah pihak, maka dapat disebut
pengambilalihan (takeover) atau pengambilalihan secara paksa/sepihak.
Sebaliknya, jika diinginkan oleh kedua belah pihak, akuisis diistilahkan sebagai
merger yang bersahabat (friendly merger).
Gaughan dan Weston dalam Rindhatmono (2005) menyatakan bahwa teori
merger dan akuisisi berlandaskan atas pertimbangan teori efisiensi dan struktur
pasar. Teori efisiensi menekankan pada sinergi operasi dimana sumber sinergi
operasi adalah penurunan biaya yang terjadi akibat economic of scale yaitu
turunya biaya per unit akibat peningkatan skala usaha operasi perusahaan.
Tingginya tingkat output menyebabkan biaya per unit turun karena kapasitas
produksi dan sumber daya manusia dapat digunakan secara maksimal, tetapi
setelah skala ekonomi terlewati perusahaan perusahaan menjadi terlalu besar,
sehingga terjadi kesulitan koordinasi, hal ini mengakibatkan biaya rata-rata per
unit output kembali meningkat. Peningkatan konsentrasi juga dapat membawa
pada monopoli sehingga meningkatkan kolusi dalam penetapan harga, output,
produk.
Alasan Merger dan Akuisisi
Hanafi (2004) membahas alasan yang masuk akal menjadi sumber sinergi
dan alasan yang kurang masuk akal yang sering disebutkan sebagai sumber sinergi
dalam merger
Alasan yang Masuk Akal (Benar)
1. Skala Ekonomi
Skala ekonomi berangkat dari filosofi “lebih besar lebih baik”. Meskipun
skala ekonomi bisa menjadi alasan merger, tetapi skala ekonomi bisa dicapai
tidak harus melalui merger. Bahkan dalam beberapa situasi, cara terbaik untuk
mencapai skala ekonomi justru bukan melalui merger. Dalam merger, jika
penggabungan (pengintegrasian) tidak bisa dilakukan dengan baik, maka unit
usaha yang bergabung tersebut barangkali akan berjalan sendiri, dan tidak bisa
memanfaatkan skala ekonomi.
2. Pengendalian
Beberapa perusahaan melakukan merger untuk memperoleh pengendalian
yang lebih baik terhadap jalur produksi/distribusi.
3. Pajak
Merger bisa dilakukan dengan tujuan memanfaatkan penghematan pajak.
Misalkan perusahaan yang membeli atau yang dibeli mengalami akumulasi
kerugian yang cukup besar, Akumulasi kerugian tersebut, jika tidak
dimanfaatkan tidak bisa dipakai untuk mengurangi pajak. Misalkan

7

perusahaan partner mempunyai keuntungan yang cukup tinggi. Kedua
perusahaan tersebut bisa bergabung, kemudian kerugian bisa ditransfer ke
perusahaan gabungan. Pajak yang dibayarkan perusahaan gabungan (termasuk
partner) akan berkurang dibandingkan jika tidak bergabung.
4. Menghilangkan ketidakefisienan
Jika manajer yang tidak berkompeten menjalankan perusahaannya, perusahaan
menjadi tidak efisien. Merger atau akuisisi menjadi alternatif untuk
menghilangkan manajer yang tidak berkompeten. Setelah merger, manajer
yang tidak kompeten bisa diberhentikan, kemudian digantikan oleh manajer
yang lebih berkompeten.
5. Memaksa Pendistribusian Kas
Merger dan akuisisi merupakan salah satu cara untuk memaksa manajer
membayar uang kas ke pemegang saham atau investor lainnya (misalnya
pemegang utang). Perusahaan dengan karakteristik sudah dewasa terkadang
memiliki manajer yang tidak mau membagikan kas. Perusahaan dengan
karakteristik tersebut cenderung mempunyai nilai yang rendah dari yang
seharusnya (undervalued), dan karenanya menjadi sasaran merger dan akuisis.
Kemudian manajer perusahaan tersebut diganti. Perusahaan menjadi semakin
efisien, dan bisa mendistribusikan kas kembali ke pasar keuangan.
Alasan yang Tidak Masuk Akal
1. Diversifikasi
Diversifikasi bisa mengurangi resiko. Jika perusahaan melakukan merger,
perusahaan bisa mengurangi resiko. Pengurangan resiko tersebut tentunya
mendatangkan nilai. Sekilas argumen tersebut masuk akal. Tetapi dari sisi
investor, diversifikasi yang dilakukan oleh perusahaan tidak bernilai karena
investor bisa melakukannya secara langsung (level personal) dengan relatif
mudah.
2. Meningkatkan Pertumbuhan
Meningkatkan pertumbuhan tanpa diikuti peningkatan sinergi, bukan
merupakan alasan yang tepat untuk merger. Pertumbuhan akan memperbesar
perusahaan. Tetapi tanpa peningkatan efisiensi atau sinergi, maka tidak ada
pengaruh positif terhadap pemegang saham. Pertumbuhan semacam itu hanya
menguntungkan manajer, karena mengelola perusahaan besar akan nampak
prestisius dibandingkan dengan mengelola perusahaan kecil.
3. Meningkatkan EPS
Tujuan meningkatkan EPS merupakan tujuan yang tidak masuk akal, karena
peningkatan EPS belum tentu memberikan nilai tambah bagi pemegang saham.
Peningkatan EPS tanpa melalui peningkatan efisiensi/sinergi hanya akan
menciptakan perangkap bagi perusahaan, karena untuk meningkatkan EPS,
hanya bisa dilakukan melalui merger. Hal tersebut berarti perusahaan harus
terus meakukan merger. Tentu saja sampai titik tertentu akan ada batasnya.
Perusahaan tidak mungkin melakukan merger terus-menerus.

8

Analisisi Kinerja Keuangan
Pengertian
Kinerja bank merupakan bagian dari kinerja bank secara keseluruhan.
Kinerja (performance) bank secara keseluruhan merupakan gambaran prestasi
yang dicapai bank dalam operasionalnya, baik menyangkut aspek keuangan,
pemasaran, penghimpunan dan penyaluran dana, teknologi maupun sumber daya
manusia. Berdasarkan pernyataan tersebut, kinerja keuangan bank merupakan
gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu baik menyangkut
aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dan yang biasanya diukur dengan
indicator kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas bank (Jumingan, 2009).
Berkaitan dengan analisis kinerja keuangan bank mengandung beberapa
tujuan:
1. untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan keuangan bank terutama kondisi
likuiditas, kecukupan modal dan profitabilitas yang dicapai dalam tahun
berjalan maupun tahun sebelumnya.
2. Untuk mengetahui kemampuan bank dalam mendayagunakan semua aset yang
dimiliki dalam menghasilkan profit yang efisien.
Analisis laporan keuangan
Pengertian
Kasmir (2008) mengemukan bahwa laporan keuangan secara sederhana
dapat didefinisikan sebagai laporan yang menunjukan kondisi keuangan
perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Maksud dari kondisi
perusahaan saat ini adalah keadaan keuangan perusahaan pada tanggal tertentu
(untuk neraca) dan periode tertentu (untuk laporan laba rugi). Biasanya laporan
keuangan dibuat per periode, misalnya tiga bulan, atau enam bulan untuk
kepentingan internal perusahaan. Sementara itu, untuk laporan lebih luas
dilakukan satu tahun sekali.
Jenis laporan keuangan
Harahap (2004) mengemukan jenis laporan keuangan utama dan pendukung
sebagai berikut:
1. Daftar neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu
tanggal tertentu.
2. Perhitungan laba/rugi yang menggambarkan jumlah hasil, biaya dan laba/rugi
perusahaan pada suatu periode tertentu .
3. Laporan sumber dan penggunaan dana. Disini dimuat sumber dan pengeluaran
perusahaan selama satu periode.
4. Laporan arus kas. Disini digambarkan sumber dan penggunaan kas dalam
suatu periode.
5. Laporan harga pokok produksi yang menggambarkan berapa dan unsur apa
yang diperhitungkan dalam harga pokok produksi suatu barang.
6. Laporan laba ditahan, menjelaskan posisi laba ditahan yang tidak dibagikan
kepada pemilik saham.

9

7. Laporan perubahan modal, menjelaskan perubahan posisi modal baik saham
dalam PT atau modal dalam perusahaan perseroan.
8. Dalam suatu kajian dikenal laporan kegiatan keuangan. Laporan ini
menggambarkan transaksi laporan keuangan perusahaan yang memengaruhi
kas atau ekuivalen kas.
Profitabilitas
Rasio profitabilitas adalah rasio yang menggambarkan keberhasilan
perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan (Fahmi, 2012). Analisis rasio
profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return On Assets (ROA)
dan Return On Equity (ROE).
ROA merupakan kemampuan dari modal yang diinvestasikan ke dalam
seluruh aktiva perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. ROA menunjukkan
efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan mengoptimalkan
aset yang dimiliki. Semakin tinggi ROA maka menunjukkan semakin efektif
perusahaan tersebut, karena besarnya ROA dipengaruhi oleh besarnya laba yang
dihasilkan perusahaan (Prasnanugraha, 2007).
Menurut Brigham dan Houston (2010), ROE adalah laba bersih dibagi
dengan ekuitas. Atau dengan kata lain ROE merupakan laba bersih bagi
pemegang saham dibagi dengan total ekuitas pemegang saham. Rasio ini
menunjukkan seberapa besar tingkat pengembalian atas modal yang
diinvestasikan.
Skala Usaha
Menurut Mulyono dalam Suryadi (2011) skala usaha pada perbankan
menunjukkan kapasitas produksi yang dimiliki oleh bank. Skala usaha pada
perbankan bisa diukur dari total nilai asset yang dimiliki. Peningkatan dalam skala
usaha perbankan menunjukkan peningkatan dalam kapasitas menghasilkan asetaset produktif. Sedangkan menurut Nicholls, D and Holmes, S dalam Rohaya
(2008) skala usaha merupakan kemampuan perusahaan dalam mengelola
usahanya dengan melihat berapa jumlah karyawan yang diperkerjakan dan berapa
pendapatan yang diperoleh perusahaan dalam satu periode akuntansi. Tingkat
kompleksitas perusahaan dalam skala usaha perusahaan dalam skala usahanya
dipengaruhi oleh jumlah pendapatan atau penjualan, perputara aset atau modal dan
jumlah karyawan.
Efisiensi Operasi
BOPO merupakan rasio antara biaya operasi terhadap pendapatan operasi.
Biaya operasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka
menjalankan aktivitas usaha utamanya seperti biaya bunga, biaya pemasaran,
biaya tenaga kerja dan biaya operasi lainnya. Pendapatan operasi merupakan
pendapatan utama bank yaitu pendapatan yang diperoleh dari penempatan dana
dalam bentuk kredit dan pendapatan operasi lainnya. Semakin kecil BOPO
menunjukkan semakin efisien bank dalam menjalankan aktivitas usahanya.

10

Penelitian Terdahulu
Rindhatmono (2005) meneliti pengaruh efisiensi usaha (BOPO), risiko
kredit (NPL), risiko pasar (NIM), Likuiditas (LDR), market share (TA) dan modal
(CAR) terhadap profitabilitas (ROA) bank pasca merger di Indonesia. Penelitian
dilakukan terhadap bank yang telah melakukan M & A dengan pooling data dari
tahun 1999-2004 dan dianalisis dengan metode regresi berganda. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa BOPO, NPL, NIM, CAR dan market share mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas (ROA) bank pasca merger di
Indonesia, sedangkan LDR tidak signifikan.
Syarifudi (2011) melakuan penelitian yang bertujuan mengidentifikasi
keuangan Bank Permata sebelum dan setelah merger melalui kinerja keuangan
serta untuk menganalisis kinerja keuangan konsolidasi Bank Permata setelah
merger. Objek penelitian penulis adalah Bank Umum Swasta Nasional yang
merger menjadi Bank Permata yang ada di Indonesia. Bank tersebut adalah Bank
Artamedia, Bank Bali, Bank Patriot, Bank Prima Express, dan Bank Universal.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu laporan
keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi tahun 1996 sampai 2005 yang yang
terdaftar di direktori Bank Indonesia (BI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kinerja keuangan konsolidasi Bank Permata setelah merger adalah bank dalam
kondisi keuangan yang baik.
Maradona (2011) meneliti kinerja perbankan di Indonesia terhadap bankbank sebelum dan sesudah merger dengan menggunakan variabel-variabel
indikator utama kinerja perbankan yaitu Return on Asset (ROA), Return on Equity
(ROE), Net Interest Margin (NIM), dan Loan to Deposit Ratio (LDR). Jenis
penelitian ini adalah studi kasus yang terjadi (data empiris) pada bank-bank yang
melakukan merger dengan mengambil sampel lima bank umum nasional yaitu
Bank Mandiri, Bank Permata, Bank Danamon, Bank Century, dan Bank IFI. Dari
hasil analisis yang dilakukan diperoleh kesimpulan setelah melakukan merger
rasio rata-rata ROA yang dimiliki oleh ke-5 bank diatas mengalami peningkatan,
tetapi belum terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil dari merger
tersebut, Rasio rata-rata ROE yang dihasilkan ke-5 bank diatas justru mengalami
penurunan, gambaran ini menunjukkan bahwa sebagian dari bank-bank tersebut
belum dapat meningkatkan kemampuannya dalam menghasilkan pendapatan dari
setiap rupiah modal yang ditanamkannya, rasio rata-rata NIM yang dimiliki ke-5
bank diatas menunjukkan meningkatnya efisiensi kegiatan operasional bank-bank
tersebut, sedangkan rasio rata-rata LDR yang dimiliki ke-5 bank diatas justru
menurun.

METODE PENELITIAN
Kerangka Penelitian
Proses merger dan akuisisi dilakukan oleh perusahaan untuk menjalankan
sebuah strategi. Strategi yang dimaksud adalah strategi perusahaan dalam
mencapai sebuah kondisi sinergi dimana proses merger dan akuisisi tersebut dapat

11

meningkatkan nilai dari perusahaan yang bergabung. Kesuksesan sebuah
perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dapat terlihat dari kinerja
perusahaan tersebut. Salah satu kinerja perusahaan yang dapat menunjukan
keberhasilan proses merger dan akuisisi adalah dengan menilai kinerja keuangan
yang tercermin dalam bentuk laporan keuangan perusahaan.
Penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaan yang melakukan merger
dan akuisisi adalah hal yang penting. Hal ini dikarenakan kinerja keuangan
perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan perusahaan dapat
memberikan gambaran keberhasilan proses merger dan akuisisi. Hasil dari
penilaian kondisi keuangan perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi ini
nantinya dapat dijadikan sebagai informasi yang dapat digunakan oleh pihakpihak yang berkepentingan dalam proses pengambilan keputusan strategis di
dalam perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis
kinerja keuangan PT Bank CIMB Niaga Tbk. pada periode lima tahun sebelum
dilakukannya merger dan lima tahun setelah dilaksanakannya merger. Analisis
kinerja keuangan yang dilakukan dalam penelitian ini dilihat dari tiga aspek yaitu:
1. Aspek Profitabilitas
Pada penelitian ini indikator yang digunakan untuk menilai tingkat
profitabilitas Bank CIMB Niaga Tbk yaitu Return On Total Assets (ROA) dan
Return On Equity (ROE). ROA digunakan untuk mengukur efektifitas
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktivitas
yang dimiliki. ROE merupakan laba bersih bagi pemegang saham dibagi
dengan total ekuitas pemegang saham. Rasio ini menunjukkan seberapa besar
tingkat pengembalian atas modal yang diinvestasikan.
2. Aspek Skala usaha
Menurut Purwanti (2010) pangsa pasar digunakan untuk mengukur
posisi perusahaan dalam persaingan industri. Semakin tinggi pangsa pasar
mencerminkan semakin tinggi kekuatan perusahaan. Indikator yang digunakan
untuk mengukur skala usaha yang dimiliki oleh Bank Cimb Niaga yaitu
Market share yang digambarkan oleh total kredit dan total dana pihak ketiga.
Hal tersebut dikarenakan berdasarkan laporan merger Bank CIMB Niaga
penguasahaan pasar yang ingin diraih setelah merger adalah penguasaan pasar
disegmen kredit dan simpanan nasabah .
3. Aspek Efisiensi
Indikator yang digunakan untuk menilai efisieinsi Bank CIMB Niaga
yaitu BOPO. Menurut ketentuan Bank Indonesia efisiensi operasi diukur
dengan BOPO. Efisiensi operasi juga mempengaruhi kinerja bank, yakni
untuk menunjukkan apakah bank telah menggunakan semua faktor
produksinya dengan tepat guna dan berhasil guna (Wisnu Mawardi, 2005).
Secara lengkap kerangka penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

12

PT Bank CIMB Niaga Tbk

Merger dan Akuisisi

Sinergi

Profitabilitas

ROA, ROE

Skala Usaha

Efisiensi

Market Share

BOPO

Kinerja PT Bank CIMB Niaga
Tbk

Gambar 1 Kerangka Pemikiran
Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder. Data
sekunder terdiri dari laporan keuangan PT Bank Lippo, Tbk pada periode 20032007 dan laporan keuangan PT Bank CMB Niaga, Tbk periode 2003-2012, jurnal,
buku pustaka atau kajian literatur dan internet. Sumber data penelitian diperoleh
dari publikasi oleh Bank Indonesia dan Bank CIMB Niaga. Data laporan
keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca dan laporan laba rugi
perusahaan.
Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan
software microsoft exel, minitab dan SPSS. Data laporan keuangan yang diperoleh
digunakan untuk menilai kinerja perusahaan dengan menggunakan analisis rasio
keuangan. Adapun teknik analisis rasio keuangan yang digunakan dalam
penelitian ini dilihat dari tiga aspek yaitu profitabilitas, skala usaha dan tingkat
efisiensi perusahaan. Rasio keuangan yang digunakan untuk menilai profitabilitas
yaitu Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE). Rasio yang

13

digunakan untuk menilai skala usaha usaha Bank CIMB Niaga yaitu Market
Share. Sedangkan rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur efisiensi
operasi adalah BOPO. Hasilnya kemudian diinterpretasikan secara deskriptif.
Analisis trend terhadap rasio keuangan dilakukan untuk melihat proyeksi kinerja
perusahaan di masa depan. Selanjutnya dilakukan uji beda untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan antara data keuangan sebelum dan sesudah dilakukan
merger.
Analisis Trend
Analisis trend dihitung dengan menentukan tahun dasar sebagai
pembanding, kemudian dicari angka indeksnya. Rumus untuk mencari angka
indeks (Kasmir, 2008) adalah:
Angka Indeks =

.......................................................... (1)

Pengolahan analisis trend menggunakan software Minitab 14. Pemilihan
model pada analisis trend (Linear, Quadratic, Exponential Growth dan S-Curve)
didasarkan pada nilai error MSD, MAD dan MAPE terkecil. Semakin kecil nilai
MSD, MAD dan MAPE, memperlihatkan tingkat error yang semakin rendah
(Santoso, 2009).
Return On Assets (ROA)
ROA merupakan kemampuan dari modal yang diinvestasikan ke dalam
seluruh aktiva perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Menurut Mudrajat
Kuncoro dalam Rindhatmono (2005) Digunakannya ROA karena selain
merupakan ukuran profitabilitas bank, rasio ini sekaligus merupakan indikator
efisiensi manajerial bank yang mengindikasikan kemampuan manajeman dalam
mengelola aset untuk memperoleh keuntungan. Menurut surat edaran Bank
Indonesia nomor 3/30/DPNP formula untuk mencari ROA:
ROA =

............................................................. (2)

Return On Equity (ROE)
ROE adalah adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran deviden.
Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang
bersangkutan. Menurut surat edaran Bank Indonesia nomor 3/30/DPNP formula
untuk mencari ROE:
ROE =

x 100% ...................................................................... (3)

Market Share
Yang dimaksud dengan market share (pangsa pasar) dalam penelitian ini
adalah perbandingan antara total kredit dan total dana pihak ketiga suatu bank
terhadap total kredit dan dana pihak ketiga seluruh bank di Indonesia. Adapun
formula untuk menghitung market share:

14

Market Share

=

..(4)

BOPO
Efisiensi bank diukur dengan menggunakan rasio biaya operasi dibanding
dengan pendapatan operasi (BOPO). Menurut surat edaran Bank Indonesia nomor
3/30/DPNP formula untuk mencari BOPO:
................................................ (5)

BOPO =

Metode Analisis Data
Pengujian Normalitas Data
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data
berdistribusi normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan untuk mengukur data
berskala ordinal, interval ataupun rasio. Jika analisis menggunakan parametrik,
maka persyaratan normalitas harus terpenuhi, yaitu data berasal dari distribusi
normal. Jika data tidak berdistribusi normal, atau jumlah sampel sedikit dan jenis
data nominal atau ordinal maka metode yang digunakan adalah statistika
nonparametric (Priyatno, 2008).
Pengujian normalitas ini dilakukan dengan uji statistic non parametric
Kolmogorof-Sminov. Sample berdistribusi normal atau terima H0 apabila
Asymtotic sig > taraf signifikan yang digunakan dalam pengujian, dalam hal ini
adalah 95% atau α = 0.05. sebaliknya dikatakan tidak normal atau tolak H0 apabila
asymptotic sig < taraf signifikan.
Adapun hipotesis dalam uji normalitas adalah sebagai berikut:
1. Data rasio keuangan sebelum merger
H0 = Data rasio keuangan sebelum merger menyebar normal
H1 = Data rasio keuangan sebelum merger tidak menyebar normal
2. Data rasio keuangan sesudah merger
H0 = Data rasio keuangan sesudah merger menyebar normal
H1 = Data rasio keuangan sesudah merger tidak menyebar normal

Uji-t Dua Sample
Uji paired sample t test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
perbedaan rata-rata antara dua kelompok sample yang berpasangan (berhubungan).
Maksudnya di sini adalah sebuah sample tetapi mengalami dua perlakuan yang
berbeda. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio (Priyatno,
2008).
Rumus uji t dua sampel:
t hitung =

r



̅

(

̅



.............................................................. (6)
) (



)

: nilai korelasi x1 dengan x2

: varians sampel ke-2

15

n1 dan n2 : jumlah sampel
̅
: Rata-rata sampel ke-1
̅
: Rata-rata sampel ke-2
S1
: standar deviasi sampel ke-1
S2
: standar deviasi sampel ke-2
: varians sampel ke-1
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Variabel Return On Assets:
H0 = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata Return On Assets
sebelum dan sesudah merger.
H1 = Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata Return On Assets
sebelum dan sesudah merger.
Variabel Return On Equity:
H0 = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata Return On
Equity sebelum dan sesudah merger.
H1 = Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata Return On Equity
sebelum dan sesudah merger.
Variabel market share:
H0 = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata market share
sebelum dan sesudah merger.
H1 = Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata market share sebelum
dan sesudah merger.
Variabel BOPO:
H0 = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata BOPO sebelum
dan sesudah merger.
H1 = Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata BOPO sebelum dan
sesudah merger.
Dari hasil uji paired sample t test dengan menggunakan SPSS 17, variabel
dikatakan tidak memiliki perbedaan yang signifikan atau terima H0 apabila
asymptotic sig > taraf signifikan yang digunakan dalam pengujian, dalam
pengujian ini menggunakan taraf signifikan 95% atau α=0.05. Sebaliknya variabel
dikatakan memiliki perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah merger
dan akuisisi atau tolak H0 apabila asymptotic sig < taraf signifikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Perusahaan
Sejarah Perusahaan
CIMB Niaga berdiri pada 26 September 1955 dengan nama PT Bank
Niaga (Tabel 2). Pada dekade awal pendiriannya, CIMB Niaga berfokus pada
pembangunan nilai-nilai utama dan profesionalisme di bidang perbankan.
Hasilnya, CIMB Niaga dikenal luas sebagai penyedia produk dan layanan

16

berkualitas yang terpercaya. Di tahun 1987, CIMB Niaga menjadi bank lokal
pertama yang memiliki layanan perbankan melalui automatic teller machine
(ATM) di Indonesia. Pencapaian ini dikenal luas sebagai titik awal masuknya
Indonesia ke dalam dunia perbankan modern. Kepemimpinan dan inovasi CIMB
Niaga dalam penerapan teknologi terkini semakin dikenal di tahun 1991 dengan
menjadi bank pertama yang memberikan layanan perbankan online bagi para
nasabahnya.
Sebagai akibat dari krisis keuangan Asia di tahun 1998, Pemerintah
Republik Indonesia melalui Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN)
selama beberapa waktu menjadi pemegang saham mayoritas CIMB Niaga. Pada
bulan November 2002, Commerce Asset-Holding Berhad, kini dikenal sebagai
CIMB Group Holdings Berhard (CIMB Group), mengakuisisi saham mayoritas
CIMB Niaga dari BPPN (Tabel 2). Di Bulan Agustus 2007 seluruh kepemilikan
saham berpindah tangan ke CIMB Group sebagai bagian dari reorganisasi internal
untuk mengkonsoilidasi kegiatan seluruh anak perusahaan CIMB Group dengan
platform universal banking.
Dalam transaksi terpisah, Khazanah yang merupakan pemilik saham
mayoritas CIMB Group mengakuisisi kepemilikan mayoritas LippoBank pada
tanggal 30 September 2005. Seluruh kepemilikan saham ini berpindah tangan
menjadi milik CIMB Grup pada tanggal 28 Oktober 2008, yang juga merupakan
bagian dari reorganisasi internal CIMB Group untuk mengkonsolidasi kegiatan
seluruh anak perusahaannya.
Sebagai pemilik saham pengendali dari CIMB Niaga (melalui CIMB
Group) dan Lippo Bank, Khazanah menempuh langkah penggabungan (merger)
untuk mematuhi kebijakan Single Presence Policy (SPP) yang telah ditetapkan
oleh Bank Indonesia. Merger ini merupakan yang pertama di Indonesia terkait
dengan kebijakan SPP.
Perubahan nama dari Bank Niaga menjadi CIMB Niaga dilakukan pada
Mei 2008. Setelah diperoleh persetujuan dari Bank Indonesia mengenai rencana
merger dan diterimanya surat Menteri Hukum dan Hak Azazi Manusia Republik
Indonesia, LippoBank secara resmi bergabung ke dalam CIMB Niaga pada
tanggal 1 November 2008. Hal ini diikuti dengan pengenalan logo baru CIMB
Niaga kepada publik (Tabel 2).
Merger ini merupakan sebuah lompatan besar di sektor perbankan Asia
Tenggara, dan menjadikan CIMB Niaga bank terbesar ke-5 di Indonesia dalam hal
aset, kredit, dana nasabah dan jumlah jaringan cabang. Per 31 Desember 2012,
Kapitalisasi Pasar PT CIMB Niaga Tbk tercatat sebesar Rp 27 triliun.

17

Tabel 2 Sejarah perusahaan
Waktu

Aktivitas

26 September 1955

CIMB Niaga berdiri dengan nama PT Bank
Niaga.

Tahun 1991

CIMB Niaga menjadi bank pertama yang
memberikan layanan perbankan online bagi
para nasabahnya.

November 2002

Commerce Asset-Holding Berhad, kini
dikenal sebagai CIMB Group Holdings
Berhard (CIMB Group), mengakuisisi saham
mayoritas CIMB Niaga dari BPPN.

30 September 2005

Khazanah yang merupakan pemilik saham
mayoritas CIMB Group mengakuisis
kepemilikan mayoritas LippoBank.

Agustus 2007

Seluruh kepemilikan saham Bank Niaga
berpindah tangan ke CIMB Group.

Mei 2008

Bank Niaga merubah namanya menjadi
CIMB Niaga

1 November 2008

LippoBank secara resmi bergabung ke dalam
CIMB Niaga

Sumber: Laporan keuangan Bank CIMB Niaga (2012)

Visi dan Nilai
Visi “Menjadi bank Terpercaya di Indonesia, bagian dari jaringan
universal banking terkemuka di Asia Tenggara, yang memahami kebutuhan
nasabah, menyediakan solusi keuangan yang tepat dan komprehensif serta
menjalin hubungan yang berkelanjutan.”
Penjelasan visi:
Untuk dapat menjadi Bank yang terpercaya di Indonesia diperlukan
beberapa aspek yang seluruhnya berfokus pada kepuasan Nasabah terhadap
layanann CIMB Niaga, dengan tiga hal utama, yaitu:
1. Memahami kebutuhan nasabah;
2. Menyediakan solusi keuangan yang tepat dan komprehensif; dan
3. Menjalin hubungan yang berkelanjutan
Bank CIMB Niaga menganut tiga nilai utama dalam menjalankan
bisnisnya yaitu “Integrity is Everyting, Always Put Customers First, and Passion
for Excellence.” CIMB Niaga senantiasa mengedepankan kepuasan nasabah
melalui sumber daya manusia yang memiliki integritas tinggi dan keinginan untuk
selalu menjadi yang terbaik dalam bekerja.
Perilaku utama dari nilai-nilai utama:
“Integrity is Everything”
1. Berbicara dan bertindak secara jujur dan tulus.
2. Dapat diandalkan dalam membuat keputusan berlandaskan profesionalisme.
“Always Put Customers First”
1. Membantu dan melayani guna memenuhi dan mengantisipasi kebutuhan
stakeholder.

18

2. Menciptakan nilai tambah dan solusi yang melampaui harapan nasabah.
3. Memberdayakan sumber daya manusia dan mendukung mereka
mengeluarkan potensi unggul.
“Passion for Excellence”
1. Memberikan kualitas terbaik dari setiap produk, layanan, dan proses kerja.
2. Menerapkan kepemimpinan terbuka, mendelegasikan wewenang dan
bertanggung jawab atas keputusan yang dibuat.

Kondisi Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger
Aspek Profitabilitas
Return On Assets (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Semakin
besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank
tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset.
Gambar 2 memperlihatkan ROA PT Bank CIMB Niaga,Tbk sebelum merger
periode 2003-2004 serta sesudah merger periode 2008-2009.
4.00
Sesudah

Sebelum

3.00
2.00
1.00
0.00
-1.00

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

-2.00
Bank Niaga

Bank Lippo

Bank CIMB Niaga

Gambar 2 Kondisi perkembangan ROA sebelum dan sesudah dilaksanakan merger

Rasio Profitabilitas Bank Niaga periode sebelum merger yang diwakili
oleh ROA mengalami fluktuasi. Pada tahun 2005 ROA menempati posisi terendah
dengan nilai 1.79 persen. Menurunnya ROA ini disebabkan oleh tingginya inflasi
hingga mencapai 18.38 persen. Tingginya tingkat inflasi berdampak pada
menurunnya perolehan laba sebelum pajak. Tingkat laba sebelum pajak yang
diperoleh Bank CIMB Niaga pada tahun 2005 mengalami penurunan sebesar Rp
746 milyar dari tahun 2004 sebesar Rp 754 milyar. Pada tahun berikutnya kondisi
ROA Bank CIMB Niaga mulai membaik dan mengalami peningkatan, di tahun
2006 tercatat perolehan ROA Bank CIMB Niaga sebesar 1.89 persen dan di tahun
2007 perolehan ROA sebesar 2.22 persen. Peningkatan ROA ditahun 2006 dan
2007 disebabkan peningkatan laba sebelum pajak yang disebabkan pertumbuhan
kredit yang positif. Rata-rata ROA Bank Niaga sebelum merger sebesar 2.05
persen. Perhitungan ROA dapat dilihat pada Lampiran 1.

19

Sedangkan rasio profitabilitas Bank Lippo periode sebelum merger yang
diwakili oleh ROA mengalami fluktuasi. Pada tahun 2003 ROA Bank Lippo
berada pada level terendah yakni mencapai –1.24 persen. Penurunan R