PELAKSANAAN PENGGABUNGAN PT BANK NIAGA TBK DAN PT BANK LIPPO TBK MENJADI PT BANK CIMB NIAGA TBK

ABSTRAK
PELAKSANAAN PENGGABUNGAN PT BANK NIAGA TBK DAN PT
BANK LIPPO TBK MENJADI PT BANK CIMB NIAGA TBK

Oleh
KELVIN ANTONIUS TANIA

Penggabungan bank merupakan penggabungan dari dua bank atau lebih, dengan
tetap mempertahankan berdirinya salah satu bank dan membubarkan bank-bank
lainnya dengan atau tanpa melikuidasi. Penggabungan bank harus dilaksanakan
berdasarkan UU No. 40 Tahun 2007 dan PP No. 28 Tahun 1999. Penggabungan
PT. Bank Niaga Tbk dan PT. Bank Lippo Tbk terjadi karena adanya inisiatif dari
Bank Indonesia sebagai akibat Kebijakan Kepemilikan Tunggal Perbankan oleh
Bank Indonesia yang mengharuskan Khazanah Berhad sebagai pemegang saham
pengendali di ke-dua bank tersebut untuk melakukan penggabungan. Penelitian ini
akan mengkaji pelaksanaan penggabungan PT Bank Niaga Tbk dan PT Bank
Lippo Tbk menjadi PT Bank CIMB Niaga Tbk. Adapun yang menjadi pokok
bahasan dalam penelitian ini adalah tata cara penggabungan bank, pelaksanaan
penggabungan Bank Niaga dan Bank Lippo, dan akibat hukum penggabungan
Bank Niaga dan Bank Lippo.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum

normatif dengan tipe penelitian deskriptif. Pendekatan masalah yang digunakan
adalah pendekatan normatif terapan. Data yang digunakan adalah data sekunder
yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum
tersier. Pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka dan studi dokumen.
Pengolahan data dilakukan dengan pemeriksaan data, klasifikasi data, dan
sistematika data. Analisis data dilakukan secara kualitatif.
Hasil penelitian dan pembahasan menjelaskan bahwa UU No. 40 Tahun 2007 dan
PP No. 28 Tahun 1999 mengatur tentang tata cara penggabungan yang meliputi
syarat dan prosedur penggabungan. Syarat untuk melakukan penggabungan harus
memperhatikan kepentingan para pemegang saham minoritas, karyawan, dan
kreditur. Prosedur di dalam penggabungan dimulai dengan pembuatan rancangan
penggabungan oleh masing-masing direksi bank, disetujui RUPS, dan
mengajukan permohonan izin penggabungan kepada Bank Indonesia, dengan
tembusan kepada Menteri Hukum dan HAM. Pelaksanaan penggabungan antara

PT Bank Niaga Tbk dan PT Bank Lippo Tbk dimulai dengan transaksi jual beli
saham PT Bank Lippo Tbk sebesar 93,6% milik Santubong, oleh CIMB Group
dan Santubong Ventures, dengan tanggal efektif penggabungan PT Bank Niaga
Tbk dan PT Bank Lippo Tbk yaitu 1 November 2008. Tanggal efektif
penggabungan tersebut menjadi penegas bahwa penggabungan telah dilaksanakan

sesuai dengan UU No. 40 Tahun 2007 dan PP No. 28 Tahun 1999. Akibat
penggabungan ke-dua bank tersebut Bank CIMB Niaga tetap berdiri, dan Bank
Lippo bubar karena hukum. Sedangkan aktiva dan pasiva Bank Lippo, yang
termasuk di dalamnya hak dan kewajiban Bank Lippo dengan pihak kreditur
beralih kepada Bank CIMB Niaga. Selanjutnya pemegang saham minoritas dan
para karyawan Bank Lippo juga beralih menjadi pemegang saham minoritas dan
karyawan Bank CIMB Niaga.
Kata Kunci: Penggabungan Bank, Kebijakan Kepemilikan Tunggal
Perbankan, Akibat Hukum

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap penulis adalah Kelvin Antonius Tania, penulis
dilahirkan pada tanggal 27 Januari 1992 di Kota Bandar
Lampung. Penulis adalah anak ke-dua dari dua bersaudara, dari
pasangan Bpk. Wendy Tania dan Alm. Ibu. Maria Florensia.
Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Xaverius I Bandar
Lampung pada tahun 1998, Sekolah Dasar di SD Xaverius I Bandar Lampung pada
tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama di SMP Xaverius I Bandar Lampung pada
tahun 2007, dan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 10 Bandar Lampung pada

tahun 2010.
Penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung melalui
jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB) pada tahun 2010.
Penulis pada tahun 2013 mengikuti Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa
Gunung Sangkaran, Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan, Provinsi
Lampung. Selama masa kuliah penulis juga aktif dalam Himpunan Mahasiswa
Perdata (HIMA Perdata).

MOTO

“Investasi harus rasional, jika anda tidak memahaminya jangan lakukan”
(Warren Buffett)
“Resiko datang dari ketidaktahuan akan apa yang anda lakukan.”
(Warren Buffett)
“It’s better to try and fail than fail to try.”
(Samih Toukan)

PERSEMBAHAN

Puji dan Syukur atas berkat dan kasih yang diberikan Tuhan Yesus Kristus, dan

dengan penuh kerendahan hati, skripsi ini saya persembahkan kepada:
Kedua orang tua saya tercinta Bpk. Wendy Tania dan Alm. Ibu. Maria Florensia,
yang telah membesarkan, melindungi, dan mendidik saya dengan penuh rasa kasih
sayang, selalu menyertai saya dalam doa agar setiap langkah hidup saya
dipermudah oleh Tuhan, serta mengajarkan saya untuk kuat dalam menjalani
hidup agar lebih baik kedepannya.

SANWACANA

Salam sejahtera dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas
berkat dan kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
yang berjudul “Pelaksanaan Penggabungan PT Bank Niaga Tbk dan PT Bank
Lippo Tbk Menjadi PT Bank CIMB Niaga Tbk” sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas
Lampung dengan tepat waktu.
Penyelesaian penelitian ini tidak lepas dari bantuan, partisipasi secara langsung
maupun tidak langsung dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1.


Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S., Dekan Fakultas Hukum Universitas
Lampung.

2.

Bapak Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum., Ketua Bagian Hukum
Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah banyak
membantu penulis di dalam menempuh pendidikan sarjana di Fakultas
Hukum Universitas Lampung.

3.

Ibu Aprilianti, S.H., M.H., Sekretaris Bagian Hukum Perdata.

4.

Rilda Murniati, S.H., M.Hum., Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan banyak waktu, ilmu, pemikiran, dan tenaga kepada penulis, serta

memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi.
5.

Ibu Siti Nurhasanah, S.H., M.H., Dosen Pembimbing II yang telah bersedia
untuk meluangkan waktunya, memberikan perhatian serta mencurahkan
segenap pemikirannya untuk membimbing penulis dengan penuh kesabaran
dalam menyelesaikan skripsi ini.

6.

Ibu Nilla Nargis S.H., M.Hum., Dosen Pembahas I yang telah banyak
memberikan kritik, saran, dan masukan yang sangat membangun terhadap
skripsi ini.

7.

Bapak Ahmad Zazili, S.H., M.H., Dosen Pembahas II yang telah memberikan
kritik, saran, dan masukan yang sangat membangun terhadap penulisan dalam
skripsi ini.


8.

Bapak Eko Raharjo, S.H., M.H., Pembimbing Akademik, yang telah
memberikan perhatian, bimbingan serta arahan bagi penulis selama menjadi
mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

9.

Seluruh Dosen serta karyawan/i Fakultas Hukum Universitas Lampung yang
tidak bisa disebutkan satu persatu namanya, terima kasih atas bantuan tenaga,
ilmu dan pemikiran yang telah diberikan dengan penuh dedikasi.

10. Kakak tercinta Nicholas Martinus Tania, dan tunangannya Angela Merici
Febri.
11. Keluarga tercinta yang ada di Palembang, dan Lubuk Linggau yang tidak
dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu dan mendukung
penulis dalam menyelesaikan pendidikan sarjana ini baik secara moril
maupun materiil.

12. Sahabat terbaik Wana Sentosa, yang sudah banyak berkorban dan membantu

penulis selama kuliah dan penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas
dukungan moril, tenaga, maupun materiil selama ini.
13. Teman-teman terbaik: I ketut Wisnu Permana, Tri Arta Gemilang, Richard
Cuhairy, Frederica, Ardiansyah Jimbo. Terima kasih atas dukungan dan
pengorbanannya selama ini, semoga kita sukses setelah menjadi sarjana ini.
14. Lano Maharia, yang selalu mendukung dan mendoakan penulis agar
penulisan skripsi ini dapat selesai tepat waktu.
15. Teman-teman seperjuangan saat bimbingan skripsi: Saut Maruli, Meutia
Kumala Sari, Romadoni, dan Andi Asmoro. Terima kasih atas bantuan dan
kebersamaannya selama kita bimbingan bersama.
16. Teman-teman Hukum Keperdataan ’10: Bella Mutia Mia, Bismar, Rama,
Ricko, Yuri, Jonathan Adi, Harsa, Itqoh, Dimas, Abram, JT, Rio, Harsa serta
teman-teman perdata lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Terima kasih atas kenangan yang tak terlupakan selama kuliah.
17. Teman-teman seangkatan selama kuliah di Fakultas Hukum: Bernadetha,
Ana, Aldi Jamet, Fadil, Jusuf Purba, Rizal, dan teman-teman lainnya yang
tidak dapat disebutkan penulis satu persatu. Sukses selalu untuk kita.
18. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam penyelesaian skripsi ini, terimakasih atas semua bantuan dan
dukungannya.

Semoga Tuhan selalu menyertai kita di dalam hidup kita. Akhir kata, penulis
menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini dan masih jauh

dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi yang membacanya.
Bandar Lampung, 11 Agustus 2014
Penulis,

Kelvin Antonius Tania

DAFTAR ISI

ABSTRAK .......................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAAN ....................................................................... iv
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... v
MOTO ............................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii
SANWACANA ...............................................................................................viii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix
I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup ................................................ 7
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 7
D. Kegunaan Penelitian ............................................................................. 8

II.

TINJAUAN PUSTAKA
A. Bentuk Hukum Perseroan Terbatas ...................................................... 9
1.

Pengertian Perseroan Terbatas .................................................... 9

2.

Dasar Hukum Perseroan Terbatas ............................................. 10


3.

Syarat Pendirian Perseroan Terbatas dan Struktur Permodalan 11

4.

Organ Perseroan Terbatas.......................................................... 13

B. Bank dan Bentuk Hukum Bank .......................................................... 16
1.

Pengertian Bank......................................................................... 16

2.

Bentuk Hukum Bank ................................................................. 17

3.

Jenis Bank .................................................................................. 18

4.

Asas, Fungsi, dan Tujuan Bank ................................................. 22

C. Penggabungan Perusahaan Perbankan ................................................ 25
1.

Pengertian Penggabungan Bank ................................................ 25

2.

Dasar Hukum Penggabungan Bank ........................................... 27

3.

Klasifikasi Penggabungan Bank.. .............................................. 32

4.

Alasan Adanya Penggabungan.. ................................................ 35

5.

Tata Cara Penggabungan. .......................................................... 37

D. Akibat Hukum Penggabungan ............................................................ 41

E.

1.

Pengertian Akibat Hukum ......................................................... 41

2.

Akibat Hukum Penggabungan.. ................................................. 41

Kerangka Pikir ................................................................................... 43

III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian.................................................................................... 45
B. Tipe Penelitian. ................................................................................... 46
C. Pendekatan Masalah............................................................................ 46
D. Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 47
E. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 48
F. Metode Pengolahan Data. ................................................................... 48
G. Analisis Data ....................................................................................... 49
IV.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Bank ......................................................................................... 50

B.

1.

Profil PT Bank Niaga Tbk (Bank Niaga) .................................. 50

2.

Profil PT Bank Lippo Tbk (Bank Lippo) .................................. 50

Tata Cara Penggabungan ................................................................... 51
1.

Syarat Untuk Melakukan Penggabungan. ................................. 52

2.

Prosedur Penggabungan Bank. .................................................. 54

C. Pelaksanaan Penggabungan antara PT Bank Niaga Tbk dan PT
Bank Lippo Tbk Menjadi PT Bank CIMB Niaga Tbk ....................... 60
D. Akibat Hukum Penggabungan Dari Penggabungan antara PT
Bank Niaga Tbk dan PT Bank Lippo Tbk.. ........................................ 74
1.

Pemegang Saham (Minoritas). .................................................. 75

V.

2.

Pihak Karyawan......................................................................... 78

3.

Pihak Kreditur. .......................................................................... 83

Kesimpulan
Kesimpulan .............................................................................................. 87

DAFTAR PUSTAKA

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan bank di Indonesia mengalami proses pasang surut, dimulai pada
tahun 1983 dimana berbagai derelugasi (penghapusan atau pembatalan suatu
peraturan) mulai dilakukan oleh pemerintah.1 Berlanjut pada jangka waktu tahun
1988-1996 pertumbuhan perbankan berkembangan dengan pesat di Indonesia,
sebagai akibat dari diterbitkannya Paket Kebijakan Oktober (Pakto) tahun 1988
dimana pemerintah saat itu mempromosikan konsep liberalisasi perbankan,
akibatnya banyak berdiri bank-bank baru dengan hanya modal awal sebesar Rp.
10.000.000.000,- (sepuluh miliar rupiah).2
Pertumbuhan jumlah bank baru yang tak terkendali membuat pemerintah pada
tahun 1992 mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 1992 yang
bertujuan untuk menekan jumlah pertumbuhan bank baru dengan menaikkan
modal minimum pendirian bank menjadi Rp. 50.000.000.000,- (lima puluh miliar
rupiah). Pertengahan tahun 1997 dunia perbankan di Indonesia mengalami

1

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/10/paket-deregulasi-perbankan-Indonesiatahun-1983-1997/ diakses tanggal 11 April 2014 pukul 21.40
2
http://tempo.co.id/ang/min/02/36/utama3.htm diakses tanggal 10 April 2014 pukul
20.32

2

keterpurukan sebagai akibat dari terjadinya krisis ekonomi dan krisis moneter
yang melanda perekonomian Indonesia.3
Konsep pertumbuhan dunia perbankan nasional secara signifikan tanpa kesiapan
di dalam menghadapi resiko bank yang besar mengakibatkan dunia perbankan di
Indonesia mengalami kesulitan yang sangat parah saat terjadi krisis perekonomian
di Indonesia tahun 1997.4 Banyak bank yang harus dilikuidasi atau penghentian
kegiatan usaha, dan banyak pula bank yang harus dilakukan penggabungan
dengan bank lainnya karena kekurangan modal (Capital Adequacy Ratio / CAR).
Penggabungan bank yang muncul sebagai akibat kekurangan modal terjadi pada
tahun 2002. Pemerintah melalui Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN)
melakukan penggabungan terhadap Bank Bali, Bank Universal, Bank Prima
Express, Bank Artamedia, dan Bank Patriot, yang setelah penggabungan menjadi
Bank Permata.
Pengalaman dunia perbankan nasional terkait dengan kurang kuatnya struktur
permodalan saat menghadapi krisis, mendorong Pemerintah dan Bank Indonesia
mulai tahun 2004 mulai memperkenalkan suatu cetak biru (blue print) dunia
perbankan yang dikenal dengan Arsitektur Perbankan Indonesia (API), yang salah
satu

programnya

adalah

konsolidasi

perbankan.

Konsolidasi

perbankan

dimaksudkan untuk mewujudkan struktur perbankan Indonesia yang sehat dan
kuat. Selain itu konsolidasi perbankan ini juga dilakukan untuk meningkatkan
efektivitas pengawasan bank. Untuk mendukung terjadinya konsolidasi perbankan

3

Agus Budianto, Merger Bank di Indonesia Beserta Akibat-Akibat Hukumnya, (Jakarta:
PT. Penerbit Ghalia Indonesia, 2004), hlm. 4
4
Johannes Ibrahim, Penerapan Single Presence Policy dan Dampaknya Bagi Perbankan
Nasional, (Jurnal Hukum Bisnis: volume 27-No-2 Tahun 2008), hlm 5

3

tersebut, maka pada tanggal 5 Oktober 2006 Bank Indonesia mengeluarkan
Kebijakan Kepemilikan Tunggal Perbankan (Single Presence Policy). Kebijakan
kepemilikan tunggal perbankan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia ini
dimaksudkan agar setiap pihak, perorangan atau korporasi hanya boleh menjadi
pemegang saham pengendali pada suatu bank.
Pemegang saham pengendali berdasarkan Pasal 1 Ayat (3) Peraturan Bank
Indonesia Nomor 8/16/PBI/2006 tentang Kepemilikan Tunggal pada Perbankan
Indonesia tanggal 5 Oktober 2006 adalah badan hukum dan/atau perorangan
dan/atau kelompok usaha yang memiliki saham bank sebesar 25%, atau lebih dari
jumlah saham yang dikeluarkan bank dan mempunya hak suara, atau badan
hukum yang memiliki saham bank kurang dari 25% jumlah saham yang
dikeluarkan bank dan mempunyai hak suara namun dapat dibuktikan telah
melakukan pengendalian bank baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kebijakan kepemilikan tunggal perbankan ini mewajibkan kepada semua pemilik
bank khususnya pemegang saham pengendali untuk mengkonsolidasikan
kepemilikannya di bank-bank yang dalam satu grup usahanya dengan batas waktu
hingga tahun 2010. Bagi pihak-pihak yang menjadi pemegang saham pengendali
di 2(dua) bank atau lebih bank, mereka diberikan 3(tiga) pilihan agar
kepemilikannya pada bank sejalan dengan ketentuan kepemilikan tunggal
perbankan.
Pilihan yang diberikan oleh Bank Indonesia, yaitu yang pertama adalah melepas
kepemilikannya sehingga hanya menjadi pemegang saham pengendali pada satu
bank, yang kedua adalah menggabungkan (merger) bank yang dimiliki, dan yang

4

ketiga adalah membentuk atau mendirikan Bank Holding Company (BHC) dan
mengalihkan kepemilikan bank kepada BHC. Kebijakan tentang kepemilikan
tunggal perbankan ini dikecualikan bagi kantor cabang bank asing dan bank
campuran. Pengecualian ini juga berlaku terhadap pemegang saham pengendali
yang mengendalikan 2(dua) bank yang masing-masing melakukan kegiatan usaha
dengan prinsip berbeda yakni secara konvensional dan berdasarkan prinsip
syariah.
Penggabungan bank di dalam Pasal 1 Angka (2) Peraturan Pemerintah RI Nomor
28 Tahun 1999 memiliki pengertian penggabungan dari dua bank atau lebih,
dengan tetap mempertahankan berdirinya salah satu bank dan membubarkan
bank-bank lainnya tanpa melikuidasi terlebih dahulu. Tata cara penggabungan
bank diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, dan Peraturan
Pemerintah Nomor 28 Tahun 1999 tentang Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi
Bank. Penggabungan bank menurut Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 28
Tahun 1999 dapat dilakukan atas dasar adanya inisiatif dari bank yang
bersangkutan, atau adanya permintaan dari Bank Indonesia, atau inisiatif dari
badan khusus yang bersifat sementara dalam rangka penyehatan perbankan.

Penggabungan bank yang dilakukan atas dasar adanya permintaan dari Bank
Indonesia terjadi pada PT Bank Niaga Tbk dan PT Bank Lippo Tbk sebagai akibat
dari adanya kebijakan kepemilikan tunggal perbankan yang dikeluarkan oleh
Bank Indonesia. Khazanah Berhad yang pada saat itu secara efektif, secara
langsung maupun tidak langsung memiliki 93,60% saham PT Bank Lippo Tbk

5

dan 14,36% saham PT Bank Niaga Tbk memilih melakukan proses penggabungan
keduanya dan memilih tetap menggunakan nama Bank Niaga yang nantinya akan
berubah menjadi PT Bank CIMB Niaga Tbk, yang mana penggabungan ini secara
efektif berlaku per 1 November 2008.
Tata cara pelaksanaan penggabungan pada bank yang berbentuk Perseroan
Terbatas secara umum dilaksanakan berdasar Undang-Undang No. 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas, namun secara khusus tata cara pelaksanaan
penggabungan bank merujuk pada Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1999
tentang Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi. Tata cara pelaksanaan penggabungan
bank, khususnya bank yang berbentuk Perseroan Terbatas memiliki kesamaan di
dalam pelaksanaan penggabungannya dengan perusahaan lainnya yang berbentuk
Perseroan Terbatas. Hanya saja di dalam tata cara penggabungan yang dilakukan
oleh bank, di tahap akhir pelaksanaan penggabungan, bank yang melakukan
penggabungan harus mengajukan permohonan izin penggabungan bank kepada
Bank Indonesia, dengan tembusan kepada Menteri Hukum dan HAM. Selebihnya
dari tahap awal penggabungan, masing-masing direksi bank yang akan melakukan
penggabungan menyusun rencana penggabungan dengan persetujuan komisaris
masing-masing bank, dan tahap akhir rencana penggabungan ini nantinya dibawa
di dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk disetujui memiliki
kesamaan tahapan tata cara penggabungan dengan Perseroan Terbatas lainnya.
Penggabungan yang dilakukan oleh PT Bank Niaga Tbk dan PT Bank Lippo Tbk
nantinya akan membawa dampak yang cukup besar, adanya penggabungan kedua
bank ini menjadikan mereka menjadi bank urutan ke-5(lima) terbesar di Indonesia

6

dilihat dari jumlah aset, pendanaan, dan jaringan.5 Selain dampak dari
bertambahnya jumlah aset, pendanaan, dan jaringan yang dimiliki oleh Bank
CIMB Niaga ini, secara umum masyarakat hanya melihat dari aspek terjadi
perubahan kedudukan para pemegang saham mayoritas kedua bank tersebut
nantinya. Padahal akibat yang timbul dari adanya penggabungan bank tersebut
sangatlah kompleks dan beragam. Contoh yang mungkin bisa dijadikan dasar dari
adanya pernyataan di atas adalah mengenai kelanjutan status dari para karyawan
yang bank tempatnya bekerja dilakukan penggabungan, dan kedudukan para
pemegang saham minoritas diantara kedua bank yang dilakukan penggabungan
tersebut.
Berdasarkan uraian di atas penulis akan melakukan penelitian tentang tata cara
dan proses pelaksanaan penggabungan PT Bank Niaga Tbk dan PT Bank Lippo
Tbk menjadi PT Bank CIMB Niaga Tbk berdasarkan pada Undang-Undang No.
40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dan Peraturan Pemerintah Nomor 28
Tahun 1999 tentang Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi Bank, serta akibat hukum
hukum yang terjadi dari penggabungan PT Bank Niaga dan PT Bank Lippo Tbk
tersebut, dan menuangkannya ke dalam bentuk skripsi yang berjudul
“Pelaksanaan Penggabungan PT Bank Niaga Tbk dan PT Bank Lippo Tbk
Menjadi PT Bank CIMB Niaga Tbk.

5

Rancangan Penggabungan PT Bank Niaga Tbk dan PT Bank Lippo Tbk, disusun oleh
direksi masing-masing bank, diterbitkan pada tanggal 3 Juni 2008 dan diterbitkan kembali pada
tanggal 3 Juli 2008

7

B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup
1.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah
yang akan dibahas dalam penelitian ini, antara lain:
a.

Bagaimana tata cara penggabungan bank berdasarkan Undang-Undang No.
40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dan Peraturan Pemerintah No. 28
Tahun 1999 tentang Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi?

b.

Bagaimana pelaksanaan penggabungan antara PT Bank Niaga Tbk dan PT
Bank Lippo Tbk menjadi PT Bank CIMB Niaga?

c.

Apa akibat hukum dari penggabungan antara PT Bank Niaga Tbk dan PT
Bank Lippo Tbk?

2.

Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini meliputi lingkup pembahasan dan lingkup bidang
ilmu. Lingkup pembahasan adalah deskripsi tentang pelaksanaan penggabungan
bank antara PT Bank Niaga Tbk dan PT Bank Lippo Tbk. Lingkup bidang ilmu
adalah hukum keperdataan (ekonomi), khususnya hukum perbankan.
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.

Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian adalah untuk memperoleh penjelasan secara
lengkap, rinci, jelas, dan sistematis mengenai:

8

a.

Tata cara penggabungan bank berdasarkan Undang-Undang No. 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas, dan Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun
1999 tentang Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi.

b.

Proses pelaksanaan penggabungan atara PT Bank Niaga Tbk dan PT Bank
Lippo Tbk.

c.

Akibat hukum dari penggabungan antara PT Bank Niaga Tbk dan PT Bank
Lippo Tbk.

2.

Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini mencakup kegunaan teoritis dan kegunaan praktis, yaitu:
a.

Kegunaan Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menunjang pengembangan
secara teoritis disiplin ilmu, khususnya hukum ekonomi yang berkaitan
dengan penggabungan bank.

b.

Secara Praktis

(1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Mahasiswa Fakultas
Hukum Universitas lampung
(2) Sebagai bahan literatur bagi mahasiswa selanjutnya yang akan melakukan
penelitian

mengenai

hukum

perdata

ekonomi,

khususnya

tentang

penggabungan bank.
(3) Sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana di Fakultas Hukum
Universitas Lampung.

9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Bentuk Hukum Perseroan Terbatas
1.

Pengertian Perseroan Terbatas

Perseroan Terbatas berdasarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 memiliki
definisi sebagai badan hukum yang merupakan persekutan modal, didirikan
berdasar perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang
seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan
dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya. Perseroan Terbatas
tidak terbatas pada jenis usaha dari perusahaan tersebut, bentuk hukum
Perseroan Terbatas dapat dipakai pada perusahaan yang bergerak di bidang jasa,
bank, pertambangan, dan lainnya, yang mana ini semua tergantung daripada
orientasi dari perusahaan tersebut, apakah dia ingin go public atau tidak.
Perseroan terbatas memiliki beberapa istilah dalam bahasa asing, antara lain:
a.

Dalam bahasa Inggris disebut dengan Limited (Ltd) Company atau Limited
Liability Company; ataupun Limited (Ltd) Corporation.

b.

Dalam bahasa Belanda disebut dengan Naamlooze Vennotschap atau yang
sering disingkat dengan NV saja.

c.

Dalam bahasa Jerman perseroan terbatas ini disebut dengan Gesellschaft mit
Beschrankter Haftung.

10

d.

Dalam bahasa Spanyol disebut dengan Sociedad De Responsabilidad
Limitada.6

Penggunaan istilah Limited Company atau Limited Liability Company dalam
bahasa Inggris untuk Perseroan Terbatas memberikan pengertian bahwa Company
menunjuk pada lembaga usaha yang dijalankan, atau diselenggarakan tersebut
tidak seorang diri, tetapi terdiri atas beberapa orang yang bergabung dalam satu
badan. Sedangkan mengenai Limited memberikan penegasan akan terbatasnya
tanggung jawab pemegang saham di perseroan tersebut, atau dengan definisi lain
bahwa pemegang saham tidak dapat dimintakan tanggung jawabnya melebihi
jumlah nominal saham yang ia miliki di dalam perseroan. Sehingga hukum
Inggris lebih menonjolkan segi tanggung jawabnya.7
2.

Dasar Hukum Pendirian Perseroan Terbatas

Dalam hukum Indonesia, pengaturan mengenai Perseroan Terbatas di atur dalam
beberapa peraturan perundang-undangan berikut ini:
a.

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

b.

Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

c.

Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1998 tentang Pemakaian Nama
Perseroan Terbatas.

d.

Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1998 tentang Penggabungan, Peleburan,
dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas.

6

Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,
2003), hlm. 3
7
R.T. Sutantya R. Hadhikusuma dan Sumantoro, Pengertian Pokok Hukum Perusahaan,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 40

11

e.

Keputusan Direktur Jendral Administrasi Hukum Umum Departemen Hukum
dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. C.01 HT.01.01 Tahun 2003
tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan dan Pengesahan Akta Pendirian
dan Persetujuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas tanggal
22 Januari 2003.

3.

Syarat Pendirian Perseroan Terbatas dan Struktur Permodalan

Pendirian Perseroan Terbatas, harus memenuhi syarat-syarat yang secara formal
diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Adapun syarat-syarat pendirian perseroan terbatas yaitu:
a.

Pendiri minimal 2 orang atau lebih;

b.

Akta Notaris yang berbahasa Indonesia;

c.

Setiap pendiri harus mengambil bagian atas saham, kecuali dalam rangka
peleburan;

d.

Akta pendirian harus disahkan oleh Menteri kehakiman dan diumumkan
dalam Berita Negara Republik Indonesia;

e.

Modal dasar minimal Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) dan modal
disetor minimal 25% dari modal dasar;

f.

Minimal terdapat kepengurusan perusahaan 1(satu) orang direktur dan 1(satu)
orang komisaris;

g. Pemegang saham harus Warga Negara Indonesia atau badan hukum yang
didirikan menurut hukum Indonesia, kecuali Perseroan Terbatas Penanaman
Modal Asing (PT. PMA).

12

Modal dalam Perseroan Terbatas terbagi atas beberapa saham. Saham dapat
didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha)
dalam suatu perusahaan atau Perseroan Terbatas. Dengan menyertakan modal
tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim
atas aset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS).8
Struktur permodalan dalam Perseroan Terbatas secara umum dapat dibedakan
menjadi 3(tiga) jenis, yaitu:
a.

Modal dasar, yakni jumlah modal yang disebutkan dalam Anggaran Dasar
Perseroan Terbatas (PT). Dalam Pasal 32 Ayat (1) Undang-Undang No. 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, disebutkan modal dasar minimal Rp
50.000.000,-.

b.

Modal ditempatkan, yakni sebagian dari modal dasar perseroan yang telah
disetujui untuk diambil oleh para pendiri. Dalam Pasal 33 Ayat (1) UndangUndang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas disebutkan minimal
25% dari modal dasar harus disetujui oleh para pendiri.

c.

Modal disetor, yakni modal yang benar-benar ada dan disetor penuh dan
dapat dibuktikan dengan bukti penyetoran yang sah, seperti yang terdapat
dalam Pasal 33 Ayat (2) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas.9

Penyetoran atas modal saham dapat dilakukan dalam bentuk uang dan/atau dalam
bentuk lainnya. Jika penyetoran modal saham dilakukan dalam bentuk lainnya,
8

http://www.idx.co.id/id-id/beranda/produkdanlayanan/saham.aspx diakses tanggal 14
Mei 2014 pukul. 21.15
9
Arif Djohan T, Aspek Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta: Harvarindo, 2008), hlm. 38

13

maka penilaian setoran modal saham tersebut ditentukan berdasarkan nilai wajar
yang ditetapkan sesuai dengan harga pasar atau oleh ahli. Apabila penyetoran
saham itu dilakukan dalam bentuk benda tak bergerak, misalnya tanah, maka
penyetoran itu harus diumumkan dalam minimal 1(satu) surat kabar dalam jangka
waktu 14(empat belas) hari setelah akta pendirian ditandatangani.10
4.

Organ Perseroan Terbatas

Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian.
Perseroan Terbatas sebagai badan hukum bukanlah makhluk hidup sebagaimana
manusia, ia adalah makhluk artificial. Badan hukum tidak memiliki daya pikir,
kehendak, dan kesadaran sendiri, oleh karena itu ia tidak dapat melakukan
perbuatan sendiri, ia harus bertindak dengan perantaraan orang alamiah (manusia),
tetapi orang tersebut tidak bertindak atas nama dirinya, tetapi atas nama dan
tanggung jawab badan hukum.11
Ketentuan ini yang memuat persyaratan kontutif badan hukum dapat dilihat dalam
anggaran dasar dan/atau peraturan perundang-undangan yang menunjukkan
orang-orang yang dapat bertindak dan atas pertanggungjawab badan hukum.
Orang-orang tersebut sebagai badan hukum, orang-orang tersebut disebut sebagai
organ badan-badan yang merupakan suatu esensialia organisasi itu.12

10

http://www.legalakses.com/modal-perseroan-terbatas/ diakses tanggal 14 Mei 2014

pukul 23.30
11

Ali Ridho, Badan Hukum dan Kedudukan Hukum Perseroan dan Perkumpulan
Koperasi, (Bandung: Yayasan, Wakaf, Alumni Bandung, 1986), hlm. 17
12
Ibid

14

Organ Perseroan Terbatas berdasar pada ketentuan Undang-Undang No. 40 Tahun
2007 adalah:
a.

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

RUPS adalah organ perseroan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam
Perseroan dan memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada direksi
atau komisaris. Pada prinsipnya yang merupakan organ perseroan adalah bukan
pemegang sahamnya, melainkan Rapat Umum Pemegang Saham tersebut.13
RUPS merupakan organ perusahaan dengan keuasaan tertinggi, tetapi bukan
kekuasaan mutlak, dikarenakan negara kita didalam Undang-Undang Perseroan
Terbatas (UUPT) menganut prinsip distribution of power, artinya kewenangan di
dalam Perseroan Terbatas dialokasikan kepada komisaris, direksi, dan RUPS.
Dengan demikian apabila suatu kewenangan telah dialokasikan kepada direktur
atau komisaris maka RUPS tidak berwenang lagi terhadap hal yang
bersangkutan.14 Secara umum RUPS terdiri atas 2(dua) jenis, yaitu:
(1) RUPS tahunan
(2) RUPS luar biasa.15
RUPS tahunan dilaksanakan setiap tahun, dengan agenda perihal pertanggung
jawaban direksi dan komisaris perseroan dalam menjalankan tugas dan fungsinya
selama 1(satu) tahun, program kerja untuk tahun ke depan, penunjukan akuntan
publik, dan lainnya. RUPS tahunan harus dilaksanakan maksimal 6(enam) bulan

13

Munir Fuady, Hukum Perusahaan: dalam paradigma hukum bisnis, (Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti, 2008), hlm. 44
14
___________, Hukum Bisnis: dalam teori dan praktek: buku ketiga, (Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti, 2002), hlm. 25
15
http://irmadevita.com/2007/rapat-umum-pemegang-saham-perseroan/ diakses tanggal
12 April 2014 pukul. 17.20

15

setelah tahun buku berakhir, yaitu selambat-lambatnya pada akhir bulan Juni
tahun berikutnya.16
RUPS luar biasa berbeda dengan RUPS tahunan, karena RUPS luar biasa dapat
dilaksanakan sewaktu-waktu atas permintaan dari direksi ataupun pemegang
saham dengan hak suara minimal 10% dari total hak suara yang telah dikeluarkan
oleh perseroan.17 Agenda rapat RUPS dapat bermacam-macam tergantung
daripada urgensi kepentingan perseroan pada saat itu, misalnya pergantian
susunan direksi dan komisaris perseroan.
b.

Direksi

Direksi adalah organ perseroan yang bertanggung jawab penuh pengurusan
perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik
di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar.
Direksi berdasarkan ketentuan Pasal 99 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas tidak berwenang mewakili perseroan di dalam maupun
di luar pengadilan, apabila terjadi perkara di pengadilan antara perseroan dengan
anggota direksi yang bersangkutan, atau anggota direksi yang bersangkutan
mempunyai benturan kepentingan dengan perseroan.
Direksi menurut Pasal 94 Ayat (1) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas diangkat oleh RUPS. Jangka waktu jabatan seorang anggota
direksi perseroan berpedoman pada Anggaran Dasar masing-masing perseroan.

16
17

Ibid
Ibid

16

c.

Dewan Komisaris

Dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan
secara umum dan/atau khusus sesuai dengan Anggaran Dasar serta memberi
nasihat kepada direksi. Tugas / fungsi Dewan Komisaris diatur pada Pasal 108
Ayat (1) dan Ayat (2) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas, yaitu: melakukan pengawasan terhadap kebijaksanaan pengurusan
perseroan yang dilakukan direksi, dan jalannya pengurusan pada umumnya.
B. Bank dan Bentuk Hukum Bank
1.

Pengertian Bank

Pengertian bank berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Berdasarkan
pengertian tersebut menjadi jelas, bahwa usaha perbankan haruslah didirikan
dalam bentuk badan hukum atau tidak boleh berbentuk usaha perseorangan.
Penegasan seperti itu dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 21 Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998, yang menentukan bentuk hukum bank, yaitu Perseroan
Terbatas, Koperasi, atau Perusahaan Daerah.
Pengertian bank secara lebih luas memiliki definisi sebagai sebuah lembaga
intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima
simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau yang dikenal

17

sebagai banknote.18 Selain dikenal sebagai badan usaha yang kegiatan utamanya
menerima simpanan giro, tabungan, dan deposito, kemudian juga bank dikenal
sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang
membutuhkannya, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukar uang,
memindahkan uang atau menerima segala macam bentuk pembayaran dan setoran
seperti pembayaran listrik, telepon, air, pajak, uang kuliah, dan pembayaran
lainnya.19
2.

Bentuk Hukum Bank

Ketentuan mengenai bentuk hukum bank diatur pada Pasal 21 Ayat (1) UndangUndang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Bentuk hukum suatu bank
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Perseroan terbatas
b. Koperasi
c. Perusahaan Daerah.
Bentuk hukum dari kantor perwakilan dan kantor cabang bank yang
berkedudukan di luar negeri mengikuti bentuk hukum kantor pusatnya. Selain
bentuk hukum yang ditentukan dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1998
tentang Perbankan, bentuk hukum yang lainnya tidak diperkenankan beroperasi
dalam kegiatan perbankan. Konsekuensi bagi bank yang belum berbentuk hukum
Perseroan Terbatas, Koperasi, atau Perusahaan Daerah yaitu harus menyesuaikan
dengan ketentuan yang ada, misalnya bentuk hukum perusahaan negara seperti

18

http://id.wikipedia.org/wiki/Bank diakses 21 Agustus 2013 pukul 00:52
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya: Edisi Revisi, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2004), Hlm. 23
19

18

bank milik pemerintah harus berubah menyesuaikan diri menjadi perusahaan
Perseroan. 20
3.

Jenis Bank

Jenis bank menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
ada 2(dua) jenis, yaitu:
a.

Bank Umum

Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran.
b.

Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Bila dilihat secara lebih luas lagi, jenis-jenis bank dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
a. Dilihat dari segi fungsinya
Jenis perbankan dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1998 tentang Perbankan,
terdiri dari:

20

Neni Sri Imaniyati, Pengantar Hukum Perbankan Indonesia:
(Bandung: PT. Refika Aditama, 2010), hlm. 84

Cetakan Pertama,

19

(1) Bank Umum, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara
konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
(2) Bank Perkreditan Rakyat (BPR), yaitu bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
b.

Dilihat dari segi kepemilikannya

Jenis bank dilihat dari segi kepemilikannya terdiri dari:
(1) Bank Pemerintah, yaitu bank yang di mana pendirian maupun modal dimiliki
oleh pemerintah, sehingga keuangan bank ini dimiliki oleh pemerintah juga.
Contoh bank milik pemerintah, antara lain:
a.

Bank Negara Indonesia (BNI)

b.

Bank Pembangunan Daerah (BPD)

c.

Bank Rakyat Indonesia (BRI)

(2) Bank Milik Swasta Nasional, yaitu bank yang di mana sebagian besar
sahamnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendirianpun didirikan
oleh swasta, pembagian keuntungan juga untuk pihak swasta nasional.
Contoh bank jenis ini antara lain:
a.

Bank Central Asia (BCA)

b.

Bank Danamon

c.

Bank Internasional Indonesia

d.

Bank Bumi Putra

e.

Bank Muamalat

20

(3) Bank Milik Koperasi, yaitu bank di mana kepemilikan saham-sahamnya
dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi. Contohnya adalah
Bank Umum Koperasi Indonesia.
(4) Bank Milik Asing, merupakan bank cabang dari bank yang ada di luar negeri
yang kepemilikannya dimiliki oleh pihak luar negeri.
Contoh bank milik asing yaitu:
a.

ABN AMRO Bank

b.

Deutsche Bank

c.

American Express Bank

(5) Bank milik Campuran, merupakan bank yang dimiliki oleh pihak asing dan
pihak swasta nasional. Kepemilikan saham mayoritas dipegang oleh warga
negara Indonesia.
Contoh bank campuran ini yaitu:

c.

a.

Sumitomo Niaga Bank

b.

Bank Merincorp

c.

Bank Sakura Swadarma

d.

Mitsubishi Buana Bank

Dilihat dari segi statusnya

Dilihat dari segi kemampuannya dalam melayani masyarakat, maka bank umum
dapat dibagi ke dalam 2(dua) jenis. Pembagian jenis ini disebut juga pembagian
berdasarkan kedudukan atau status bank tersebut. Kedudukan atau status ini
menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat baik dari segi
jumlah produk, modal maupun kualitas pelayanannya, oleh karena itu untuk

21

memperoleh status tersebut diperlukan penilaian-penilaian dengan kriteria
tertentu. Dilihat dari segi statusnya, bank terdiri dari:
(1) Bank Devisa
Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi keluar negeri atau yang
berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan. Pernyataan untuk
menjadi bank devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia.
(2) Bank Non Devisa
Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi
sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya
bank devisa.
d.

Dilihat dari cara menentukan harga

Jenis bank dilihat dari segi atau caranya dalam menentukan harga jual maupun
harga beli terbagi dalam 2(dua) kelompok yaitu:
(1) Bank yang berdasarkan Prinsip Konvensional
Bank jenis ini dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada
nasabahnya menggunakan metode menetapkan bunga sebagai produk simpanan
dan produk pinjamannya. Penentuan harga seperti itu disebut spread based,
sedangkan untuk jasa bank lainnya menerapkan biaya dalam nominal atau
persentase tertentu. Sistem pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah fee based.

22

(2) Bank yang berdasarkan Prinsip Syariah
Bank yang berdasarkan prinsip syariah dalam mencari keuntungan dan
menerapkan harga berdasarkan prinsip syariah, yaitu pembiayaan berdasarkan
prinsip bagi hasil, pembiayaan berdasar pada prinsip penyertaan modal, prinsip
jual beli barang dengan memperoleh keuntungan, dan pembiayaan barang modal
berdasarkan sewa murni tanpa pilihan, sedangkan penentuan biaya jasa bank
lainnya juga sesuai dengan Syariah Islam.21
4.

Asas, Fungsi, dan Tujuan Bank

Mengenai asas, fungsi, dan tujuan bank semua ini dapat kita lihat pada Pasal 2, 3,
dan 4 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yang dijelaskan
sebagai berikut, Pada Pasal 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan, dijelaskan bahwa perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya
berdasarkan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Lalu
dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan,
disebutkan bahwa fungsi perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan
penyalur dana masyarakat. Hal ini berarti bahwa kehadiran bank sebagai salah
satu badan usaha tidak semata-mata bertujuan bisnis, namun juga untuk
menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Selanjutnya Pasal 4 Undang-Undang Nomor 10 Tahun tahun 1998 tentang
Perbankan yaitu bahwa perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan

21

Kasmir, Op. Cit, hlm. 32-39

23

pembangunan nasional dalam rangka peningkatan pemerataan, pertumbuhan
ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Menurut Ismail fungsi utama bank ada 3(tiga) yaitu:
1.

Penghimpunan Dana

Bank menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan. Masyarakat
mempercayai bank sebagai tempat untuk menyimpan bank. Bank akan membayar
sejumlah tertentu atas penghimpunan dana masyarakat yang besarnya tergantung
pada jenis simpanan. Jenis simpanan masyarakat antara lain, simpanan giro,
tabungan, dan deposito.
2.

Penyaluran Dana

Fungsi bank yang kedua adalah menyalurkan dana kepada masyarakat yang
membutuhkan dana. Penyaluran dana yang dilakukan oleh bank sebagian besar
dalam bentuk kredit atau pinjaman.
3.

Pelayanan Jasa

Pelayanan jasa bank merupakan aktivitas pendukung yang dapat diberikan oleh
bank. Pelayanan jasa bank dapat dibagi menjadi 2(dua) jenis, yaitu jasa bank
dalam negeri dan jasa bank luar negeri. Jasa bank dalam negeri adalah merupakan
jenis pelayanan jasa yang diberikan oleh bank terkait dengan transaksi-transaksi
antar bank dalam negeri, sedangkan jasa bank luar negeri adalah jenis pelayanan
jasa yang diberikan oleh bank terkait dengan transaksi dengan bank koresponden

24

(bank asing yang berlokasi di luar negeri yang memiliki hubungan kerja sama
dengan bank yang terdapat di Indonesia).22
Menurut Ade Arthesa, bank mempunyai fungsi yaitu:
a.

Fungsi Pembangungan (Development)

Tugas bank sebagai penghimpun dan penyalur dana sangat menunjang
pertumbuhan ekonomi negara. Jika sistem dan kelembagaan industri perbankan
baik, perbankan akan sangat bermanfaat bagi pembangunan Indonesia.
Pemerintah dan masyarakat membutuhkan dana yang disediakan bank sebagai
perantara untuk menggerakkan sektor riil.
b.

Fungsi Pelayanan (Services)

Perbankan adalah jenis perusahaan dengan kegiatan utama berupa pemberian
semua jasa yang dibutuhkan nasabahnya, baik nasabah penyimpan dana maupun
nasabah peminjam dana. Pelayanan ini pada dasarnya adalah memberikan semua
kegiatan keuangan yang dibutuhkan dan diinginkan oleh nasabah, sehingga
nasabah

memperoleh

kemudahan

dalam

melakukan

kegiatan

transaksi

keuangannya.
c.

Fungsi Transmisi

Fungsi transmisi merupakan kegiatan perbankan yang berkaitan dengan lalu lintas
pembayaran dan peredaran uang dengan menciptaka instrumen keuangan yang
disebut dengan uang giral. Maksud uang giral adalah jenis simpanan dana di bank

22

Ismail, Akuntansi Bank: Teori dan Aplikasi Dalam Rupiah, Edisi Pertama, (Jakarta:
Predana Media, 2010), hlm. 12-14

25

yang dapat ditarik setiap saat dengan menggunakan cek dan jenis simpanan uang
tersebut umumnya dikenal dengan tabungan/simpanan giro.23
C. Penggabungan Perusahaan Perbankan
1.

Pengertian Penggabungan Bank

Penggabungan bank atau yang lebih sering dikenal dengan istilah merger di dalam
Pasal 1 Angka (25) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
adalah

penggabungan

dari

dua

bank

atau

lebih,

dengan

cara

tetap

mempertahankan berdirinya salah satu bank dan membubarkan bank-bank lainnya
dengan atau tanpa melikuidasi. Menurut definisi yang diberikan oleh
Encyclopedia of Banking and Finance, “merger is a combination of more two
corporation, where dominant unit absorbs the passive unit, the former continuing
operations, usually under the same name.” (Penggabungan adalah gabungan dua
atau lebih perusahaan yang mana perusahaan yang dominan mengabsorpsi yang
lainnya dalam bentuk yang berkelanjutan, biasanya masih menggunakan nama
yang sama), dari pengertian yang diberikan pada rumusan diatas, jelas bahwa
penggabungan merupakan suatu bentuk penggabungan dua badan usaha, badan
usaha yang satu tetap ada, dan satunya atau lainnya bubar secara hukum dan nama
perusahaan yang digunakan adalah perusahaaan yang eksis / ada.24
Berdasarkan kamus hukum, pengertian penggabungan yaitu The fusion or
absoption of one thing or rightinto another; generally spoken of a case where one

23

Ade Arthesa & Edia Handiman, Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank, (Jakarta:
IKAPI, 2006), hlm. 11-12
24
Adrian Sutedi, Hukum Perbankan, (Jakarta: Sinar Grafika, 1998), hlm. 85

26

of the subjects is of less dignitas or importance than the other. Here the less
important ceases to have an independent existence.25
Penggabungan adalah suatu strategi untuk mengambil alih kepemilikan
perusahaan lain sehingga perusahaan (sebagai bidder atau acquiring company)
dapat memiliki dan mengendalikan perusahaan yang diambil alih tersebut (target
company).26 Penggabungan dalam dunia perbankan tidak hanya bagi bank yang
dinilai tidak sehat saja, akan tetapi bank yang sehatpun dapat pula bergabung
dengan bank lainnya sesuai tujuan bank tersebut, sebagai contoh bank dapat
bergabung dengan tujuan untuk menguasai pasar, namun biasanya penggabungan
antar bank yang tidak sehat lebih diutamakan.27 Alasan bank untuk melakukan
penggabungan adalah sama saja dengan alasan penggabungan pada perusahaan
lainnya, yaitu untuk memperbaiki kinerja perusahaan, karena untuk penggabungan
ini berlaku rumus 2 + 2 = 5, yang berarti ada kelebihan satu poin disebabkan
adanya

tambahan

sinergi

dari

perusahaan-perusahaan

yang

melakukan

penggabungan tersebut.28
Di dalam kegiatan usaha perusahaan, penggabungan merupakan suatu cara
pengembangan dan pertumbuhan perusahaan. Melalui penggabungan, perusahaanperusahaan mengabungkan dan membagi sumber daya yang mereka miliki untuk
mencapai tujuan bersama. Para pemegang saham dari perusahaan-perusahaan
yang bergabung tersebut sering kali tetap dalam posisi sebagai pemilik bersama
entitas yang digabungkan. Dalam pelaksanaan penggabungan, seluruh aset, hak
Henry Campbell Black, Black’s Law Dictionary, (St. Paul Minnesota, 1991), hlm. 988
Taswan, Manajemen Perb