Analisis Penilaian Kinerja Sebelum dan Sesudah Merger pada PT Bank CIMB Niaga Tbk dan PT Bank Rabobank International Indonesia.

(1)

viii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

Based on a new policy in middle of 2006 about Single Presence Policy (SPP), several banks in Indonesia are required to perform some of the options granted, one of which is doing a merger. Therefore, The purpose of this research is to analyze how financial indicators before and after the merger of banking companies in terms of bank health. Research object is done at PT Bank CIMB Niaga Tbk and Bank PT Bank Rabobank International Indonesia, which had merged in 2008. This research based on their financial statement in 2006 until 2009. The variables that used include five aspects of the CAMEL method and stock price. The indicators that used is Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Risk Assets (RORA), Net Profit Margin (NPM), Return On Assets (ROA), Operating Costs to Operating Income (BOPO), Loan to Deposit (LDR), and Earning per Share (EPS). The result showed a significant decrease in the first year after the merger, but began to increase very significantly in the second year after merger. this is explained that in the second year started to show synergy. Thus, the merger might be a decent choice made in connection with the policy of Single Presence Policy (SPP).


(2)

ix Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Berdasarkan kebijakan baru Bank Indonesia pada pertengahan tahun 2006 lalu mengenai Single Presence Policy (SPP) atau Kebijakan Kepemilikian Tunggal pada Perbankan Indonesia, beberapa bank di Indonesia diharuskan untuk melakukan beberapa opsi yang diberikan, salah satunya adalah melakukan merger. Berkenaan dengan hal tersebut, maka penelitian ini betujuan untuk menganalisis bagaimana kinerja keuangan sebelum dan sesudah dilakukan merger pada perusahaan perbankan dilihat dari aspek kesehatan bank. Objek dalam penelitian ini adalah PT Bank CIMB Niaga Tbk dan Bank PT Bank Rabobank International Indonesia yang telah melakukan merger pada tahun 2008. Penelitian ini dilakukan berdasarkan laporan keuangan tahun 2006 sampai dengan tahun 2009. Variabel yang digunakan meliputi lima aspek pada metode CAMEL serta harga saham. Indikator-indikator yang digunakan adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Risk Assets (RORA), Net Profit Margin (NPM), Return On Assets (ROA), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to Deposit (LDR), serta Earning per Share (EPS). Hasil penelitian menunjukkan terjadi penurunan yang sangat signifikan pada tahun pertama setelah merger, namun mulai mengalami kenaikan yang sangat sifnifikan pada tahun kedua setelah merger. Hal ini menjelaskan bahwa di tahun kedua sinergisitas mulai terlihat. Oleh karena itu, merger dapat menjadi pilhan yang layak dilakukan sehubungan dengan adanya aturan Single Presence Policy (SPP). Kata kunci: Kebijakan kepemilikian tunggal, merger, CAMEL.


(3)

x Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI ... iii

SURAT PERNYATAAN PENELITIAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRACT ... viii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Kerangka Pemikiran ... 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Merger ... 12

2.1.1 Jenis-jenis Merger ... 12

2.1.2 Motif Melakukan Merger ... 13

2.1.3 Manfaat Merger ... 18

2.1.4 Kelemahan Merger ... 18

2.2 Kinerja Bank ... 19

2.2.1 Penilaian Kesehatan Bank dengan Model CAMEL ... 20

2.2.2 Penilaian Saham dengan menggunakan Earning Per Share (EPS) 25 BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 27

3.1.1 PT Bank Niaga Tbk ... 27

3.1.2 PT Bank Lippo Tbk ... 28

3.1.3 PT Bank CIMB Niaga Tbk ... 28

3.1.4 PT Bank Haga ... 29

3.1.5 PT Bank Hagakita ... 30

3.1.6 PT Bank Rabobank International Indonesia ... 31

3.2 Metode Penelitian ... 32

3.2.1 Jenis Penelitian ... 32

3.2.2 Jenis dan Sumber Data ... 33

3.2.3 Teknik Pengumpulan Data ... 33

3.3 Definisi Operasional Variabel ... 34

3.3.1 Kinerja Bank ... 34

3.3.2 Penilaian Kesehatan Bank dengan Model CAMEL ... 35


(4)

xi Universitas Kristen Maranatha

3.4 Desain Variabel ... 40

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kinerja Keuangan PT Bank CIMB Niaga Tbk Sebelum Merger ... 43

4.1.1 Kinerja Keuangan PT Bank Niaga Tbk ... 43

4.1.2 Kinerja Keuangan PT Bank Lippo Tbk ... 45

4.2 Kinerja Keuangan PT Bank CIMB Niaga Tbk Sesudah Merger ... 48

4.3 Kinerja Keuangan PT Bank Rabobank International Indonesia Sebelum Merger ... 53

4.3.1 Kinerja Keuangan PT Bank Rabobank International Indonesia .... 53

4.3.2 Kinerja Keuangan PT Bank Haga ... 55

4.3.3 Kinerja Keuangan PT Bank Hagakita ... 58

4.4 Kinerja Keuangan PT Bank Rabobank International Indonesia Sesudah Merger ... 61

4.5 Perbandingan Kinerja PT Bank CIMB Niaga Tbk dengan PT Bank Rabobank International Indonesia ... 66

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 68

5.2 Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 74 LAMPIRAN


(5)

xii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR


(6)

xiii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Desain Variabel ... 41 Tabel 4.1 Rasio CAMEL dan EPS PT Bank Niaga Tbk Tahun 2006 dan 2007 43 Tabel 4.2 Rasio CAMEL dan EPS PT Bank Lippo Tbk Tahun 2006 dan 2007 46 Tabel 4.3 Rasio CAMEL dan EPS PT Bank CIMB Niaga Tbk Tahun 2007,

2008 dan 2009 ... 49 Tabel 4.4 Rasio CAMEL dan EPS PT Bank Rabobank International

Indonesia Tahun 2006 dan 2007 ... 53 Tabel 4.5 Rasio CAMEL dan EPS PT Bank Haga Tahun 2006 dan 2007 .... 56 Tabel 4.6 Rasio CAMEL dan EPS PT Bank Hagakita Tahun 2006 dan 2007 59 Tabel 4.7 Rasio CAMEL dan EPS PT Bank Rabobank International

Indonesia Tahun 2007, 2008 dan 2009 ... 62 Tabel 4.8 Uji Hipotesis Perbandingan Kinerja Keuangan antara Bank CIMB

Niaga dengan Bank Rabobank International Indonesia Sesudah


(7)

xiv Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Perhitungan Rasio CAMEL PT Bank Niaga Tbk Tahun 2006 dan 2007

Lampiran B Perhitungan Rasio CAMEL PT Bank Lippo Tbk Tahun 2006 dan 2007

Lampiran C Perhitungan Rasio CAMEL PT Bank CIMB Niaga Tbk Tahun 2008 dan 2009

Lampiran D Perhitungan Rasio CAMEL PT Bank Rabobank International Indonesia Tahun 2006 dan 2007

Lampiran E Perhitungan Rasio CAMEL PT Bank Haga Tahun 2006 dan 2007

Lampiran F Perhitungan Rasio CAMEL PT Bank Hagakita Tahun 2006 dan 2007

Lampiran G Perhitungan Rasio CAMEL PT Bank Rabobank International Indonesia Tahun 2008 dan 2009


(8)

B A B I P E N D A H U L U A N

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Perusahaan pada saat era globalisasi dan persaingan bebas seperti sekarang ini dituntut untuk selalu mengembangkan strateginya agar dapat bertahan hidup, berkembang dan berdaya saing. Untuk itu perusahaan perlu mengembangkan suatu strategi yang tepat agar perusahaan bisa mempertahankan eksistensinya. Strategi bersaing yang berusaha mengembangkan perusahaan sesuai dengan ukuran yang diharapkan disebut strategi pertumbuhan. Strategi pertumbuhan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu pertumbuhan dari dalam perusahaan (internal growth), atau pertumbuhan dari luar perusahaan (external growth) (Hadiningsih, 2007:1).

Strategi pertumbuhan internal dilakukan dengan cara memperluas kegiatan perusahaan yang sudah ada, misalnya dengan cara menambah kapasitas pabrik, menambah variasi produk, atau mencari pangsa pasar baru (Hadiningsih, 2007:1). Sedangkan strategi pertumbuhan eksternal dilakukan dengan membeli atau mengambil alih perusahaan yang sudah ada (www.skripsi-tesis.com). Salah satu caranya adalah dengan melakukan merger. Merger adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan dimana salah satu nama perusahaan yang bergabung tetap digunakan sedangkan yang lain dihilangkan eksistensinya sebagai satu kesatuan, sehingga perusahaan yang bertahan mengambil alih aktiva dan utang perusahaan yang digabungkan.


(9)

B A B I P E N D A H U L U A N 2

Universitas Kristen Maranatha Alasan perusahaan lebih tertarik memilih merger sebagai strategi pertumbuhan adalah karena merger dianggap jalan cepat untuk mewujudkan tujuan perusahaan tanpa perlu memulai dari awal suatu bisnis baru (Hadiningsih, 2007:2). Alasan umum lainnya adalah bahwa merger dapat menciptakan sinergi atau nilai tambah bagi perusahaan. Merger dilakukan bukan sekedar menjadikan dua ditambah dua menjadi empat, namun dengan merger harus menjadikan dua ditambah dua menjadi lima. Namun sinergi yang terjadi akibat merger tidak bisa dilihat atau dirasakan langsung setelah merger dilakukan, tetapi sinergi memerlukan waktu yang relatif panjang. Sinergi yang terjadi akibat penggabungan usaha bisa berupa turunnya biaya rata-rata per unit karena naiknya skala ekonomis maupun sinergi keuangan yang berupa kenaikan modal (Rindhatmono, 2005:3).

Menurut Ferdi Rindhatmono dalam tesisnya yang berjudul “Analisis

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Pasca Merger di Indonesia” (2005), menyatakan bahwa teori merger berlandaskan atas pertimbangan teori efisiensi dan struktur pasar. Teori efisiensi menekankan pada sinergi operasi dimana sumber sinergi operasi adalah penurunan biaya yang terjadi akibat economics of scale yaitu turunnya biaya per unit akibat peningkatan ukuran atau skala usaha operasi perusahaan. Tingginya tingkat output menyebabkan biaya per unit turun karena kapasitas produksi dan sumber daya manusia dapat digunakan secara maksimal, tetapi setelah skala ekonomi terlewati perusahaan menjadi terlalu besar, sehingga terjadi kesulitan koordinasi, hal ini mengakibatkan biaya rata-rata per unit output kembali meningkat. Peningkatan konsentrasi juga dapat membawa pada monopoli sehingga meningkatkan kolusi dalam penetapan harga, output, maupun produk. Dari


(10)

B A B I P E N D A H U L U A N 3

Universitas Kristen Maranatha konsep tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa semakin besar skala usaha, akan semakin efisien karena berbagai upaya dan metode produksi atau sebaliknya.

Merger sendiri sudah ada sejak lama, walaupun memang tidak mudah untuk mengidentifikasi gelombang-gelombang merger yang terjadi. Misalnya di Uni Eropa, data time series gelombang merger mulai pada akhir tahun 80-an ketika terbentuknya pengawasan bersama terhadap merger. Untuk Jerman Barat data-data tentang merger sudah ada sejak pertengahan tahun 60-an. Dan untuk di Amerika Serikat, time series tentang gelombang merger sudah ada sejak tahun 1905 (Institut Liberal Friedrich-Naumann-Stiftung, 2003:13). Sedangkan di Indonesia sendiri, merger mulai marak dilakukan seiring dengan majunya pasar modal di Indonesia (Hadiningsih, 2007:1).

Akhir-akhir ini, merger di Indonesia sering dilakukan dan semakin sulit dibendung, karena pemerintah sebagai regulator dan fasilitator mendorong perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia, baik perusahaan swasta maupun BUMN, untuk memperkuat perusahaannya. Tujuannya adalah untuk memperkuat ekonomi nasional lewat daya saing yang tinggi dalam menghadapi tantangan globalisasi ekonomi dunia seperti sekarang ini (Iman Setiadi, www.investordaily.com). Hal ini pun terjadi dalam industri perbankan.

Semenjak krisis ekonomi melanda Indonesia pada tahun 1997, banyak bank-bank yang melakukan merger, misalnya Bank Mandiri yang merupakan penggabungan dari Bank Ekspor Impor (Bank Exim), Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo), Bank Bumi Daya (BBD), dan Bank Dagang Negara (BDN). Selain itu ada pula Bank Danamon dengan sembilan bank swasta lainnya, Bank Permata dengan lima bank swasta lainnya dan Bank Century yang merupakan hasil merger dari tiga bank (Rindhatmono, 2005:5). Kebanyakan merger yang dilakukan oleh bank-bank


(11)

B A B I P E N D A H U L U A N 4

Universitas Kristen Maranatha tersebut adalah bank yang tidak sehat atau bank-bank yang akan di likuidasi. Oleh karena itu, tujuan merger yang dilakukan oleh bank-bank tersebut adalah untuk memenuhi peraturan Bank Indonesia dalam memenuhi nilai Capital Adequacy Ratio (CAR) minimal 8%, nilai Non Performing Loan (Credit Risk) yang rendah, serta Net Income Margin (NIM) yang tinggi.

Peraturan Bank Indonesia tersebut tercermin dalam Arsitektur Perbankan Indonesia (API) yang merupakan policy direction dan policy recommendations untuk industri perbankan nasional dalam jangka panjang, yaitu untuk jangka waktu sepuluh tahun ke depan. Keberadaan Arsitektur Perbankan Indonesia (API) tersebut memiliki tujuan yang sangat fundamental, yaitu terciptanya industri perbankan nasional yang sehat, kuat dan efisien untuk menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Perkembangan dunia perbankan saat ini menjadi topik krusial yang dibicarakan oleh banyak masyarakat. Karena untuk negara berkembang seperti Indonesia hampir 90% dunia usaha nasional tergantung dari pembiayaan Perbankan. Oleh sebab itu, perlu terwujudnya sistem perbankan nasional yang sehat dan stabil, sehingga memungkinkan dunia perbankan mampu memainkan peranan penting dalam menunjang pembangunan nasional yang berorientasi kepada peningkatan kesejahteraan rakyat (Erwan Suherwana, www.erwan29680.wordpress.com). Untuk meningkatkan peran perbankan dalam pembiayaan pembangunan dan mendorong upaya penguatan industri perbankan melalui konsolidasi sesuai arah Arsitektur Perbankan Indonesia (API) tersebut, pada pertengahan tahun 2006 lalu Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan baru yang tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) (www.bi.go.id).


(12)

B A B I P E N D A H U L U A N 5

Universitas Kristen Maranatha Wacana yang sering diperbincangkan sejak pertengahan tahun 2006 lalu hingga sekarang terkait dengan adanya salah satu kebijakan baru dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) adalah adanya peraturan Single Presence Policy (SPP) atau Kebijakan Kepemilikian Tunggal pada Perbankan Indonesia yang tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 8/16/2006 tentang Kepemilikan Tunggal pada Perbankan Nasional. Single Presence Policy (SPP) adalah aturan yang diberlakukan bagi bank yang memiliki pemegang saham pengendali (PSP) yang sama untuk menggabungkan bank atau melepas kepemilikan saham mayoritas di salah satu bank yang dimilikinya. Dengan aturan ini, satu pemegang saham tidak bisa menjadi pemegang saham pengendali (PSP) pada dua bank yang berbeda (Herdaru Purnomo, www.detik.com). Dalam Single Presence Policy (SPP) ini, Bank Indonesia memberikan tiga opsi kepada para pemegang saham pengendali (PSP) yang mengendalikan lebih dari satu bank, yaitu: (1) mengurangi kepemilikan di bank lain sehingga menjadi satu pemegang saham pengendali (PSP) pada satu bank saja, (2) melakukan merger atau konsolidasi dari bank-bank yang dikendalikan, atau (3) membentuk perusahaan induk di bidang perbankan (bank holding company) di Indonesia (Makmun, www.fiskal.depkeu.go.id).

Merger menjadi salah satu opsi yang ditawarkan dalam Single Presence Policy (SPP) ini. Oleh karena itu, merger kembali marak dilakukan oleh bank-bank di Indonesia. Namun, ada perbedaan tujuan merger yang dilakukan sekarang dengan merger yang dilakukan saat krisis ekonomi tahun 1997 lalu.

Bank-bank yang diharuskan merger akibat adanya Single Presence Policy (SPP) merupakan bank-bank sehat dan sedang mengembangkan usahanya. Beberapa contoh bank yang terkena aturan Single Presence Policy (SPP), yaitu: Bank Niaga


(13)

B A B I P E N D A H U L U A N 6

Universitas Kristen Maranatha dengan Bank Lippo, Rabobank dengan Bank Haga dan Bank Hagakita, Bank Artha Niaga dengan Bank Commonwealth, serta Bank Multicor dengan Bank Windu Kentjana. Hingga saat ini baru beberapa bank yang sudah mentaati peraturan Single Presence Policy (SPP), antara lain Khazanah National Berhad melalui Bank Niaga dan Bank Lippo dengan memilih opsi melakukan merger pada tahun 2008 dan berubah nama menjadi Bank CIMB Niaga, serta bank asing Rabobank yang melakukan merger dengan Bank Haga dan Bank Hagakita pada tahun 2008.

Dalam pencatatan akuntansi, pelaksanaan merger dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu (1) metode penyatuan kepentingan (pooling of interest) dan (2) metode pembelian (by purchase) (Mangoting, 1999:132). Sering kali merger dilakukan dengan cara membeli perusahaan yang akan diambil alih dengan membeli sahamnya. Hal ini akan berpengaruh pada harga per lembar saham, jumlah lembar saham yang beredar dan Earning per Share (EPS). Oleh karena itu, perlu dilihat bagaimana pengaruhnya merger terhadap EPS sebelum dan sesudah merger.

Untuk menilai apakah dengan adanya peraturan Single Presence Policy (SPP) tersebut dapat menciptakan industri perbankan nasional yang stabil, perlu dilakukan suatu analisis kesehatan bank yang melakukan merger. Untuk mengetahui kondisi kesehatan perbankan umumnya digunakan lima aspek penilaian dari CAMEL. CAMEL adalah suatu indikator untuk menilai kesehatan suatu bank yang terdiri dari variabel-variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Risk Assets (RORA), Net Profit Margin (NPM), Return On Assets (ROA), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), dan Loan to Deposit (LDR).


(14)

B A B I P E N D A H U L U A N 7

Universitas Kristen Maranatha Atas dasar latar belakang masalah tersebut, maka perlu dilakukan suatu analisis terhadap kondisi kesehatan dan kinerja keuangan pada bank yang melakukan merger dengan dilatar belakangi dengan adanya peraturan Single Presence Policy (SPP). Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menelitinya lebih lanjut dalam penyusunan skripsi dengan judul ”Analisis Penilaian Kinerja Sebelum dan Sesudah Merger pada PT Bank CIMB Niaga Tbk dan PT Bank Rabobank International Indonesia”.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, penulis mengidentifikasikan beberapa masalah, yaitu:

1. Bagaimana kondisi kesehatan dan kinerja keuangan Bank Niaga dan Bank Lippo sebelum merger?

2. Bagaimana kondisi kesehatan dan kinerja keuangan Bank CIMB Niaga sebagai bank hasil merger Bank Niaga dan Bank Lippo?

3. Bagaimana kondisi kesehatan dan kinerja keuangan Rabobank, Bank Haga dan Bank Hagakita sebelum merger?

4. Bagaimana kondisi kesehatan dan kinerja keuangan Bank Rabobank sebagai bank hasil merger Rabobank, Bank Haga dan Bank Hagakita?

5. Bagaimana kondisi kesehatan dan kinerja keuangan Bank CIMB Niaga jika dibandingkan dengan Bank Rabobank sebagai bank hasil merger?

6. Apakah dengan keputusan merger dalam peraturan Single Presence Policy (SPP) tahun 2006 merupakan keputusan yang layak untuk dilakukan?


(15)

B A B I P E N D A H U L U A N 8

Universitas Kristen Maranatha

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, tujuan penulis adalah:

1. Menganalisis kondisi kesehatan dan kinerja keuangan Bank Niaga dan Bank Lippo sebelum merger.

2. Menganalisis kondisi kesehatan dan kinerja keuangan Bank CIMB Niaga sebagai bank hasil merger Bank Niaga dan Bank Lippo.

3. Menganalisis kondisi kesehatan dan kinerja keuangan Rabobank, Bank Haga dan Bank Hagakita sebelum merger.

4. Menganalisis kondisi kesehatan dan kinerja keuangan Rabobank sebagai bank hasil merger Rabobank, Bank Haga dan Bank Hagakita.

5. Menganalisis perbandingan kondisi kesehatan dan kinerja keuangan antara Bank CIMB Niaga dengan Bank Rabobank.

6. Menganalisis bahwa merger merupakan keputusan yang layak dilakukan karena adanya peraturan Single Presence Policy (SPP).

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak, yaitu: 1. Bagi Penulis

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai perkembangan merger pada bidang perbankan di Indonesia, dan dapat diterapkan pada praktik yang sebenarnya. Serta penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Kristen Maranatha.


(16)

B A B I P E N D A H U L U A N 9

Universitas Kristen Maranatha Penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan kepada para praktisi di bidang perbankan dalam memutuskan merger sebagai strategi perusahaan. 3. Bagi Akademisi

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi, pembanding, serta tambahan pengetahuan mengenai perkembangan merger pada bidang perbankan di Indonesia.

1.5Kerangka Pemikiran

Dengan adanya peraturan Single Presence Policy (SPP) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia pada tahun 2006 lalu, mengharuskan beberapa bank melakukan tindakan, antara lain: (1) mengurangi kepemilikan di bank lain sehingga menjadi satu pemegang saham pengendali (PSP) pada satu bank saja, (2) melakukan merger atau konsolidasi dari bank-bank yang dikendalikan, atau (3) membentuk perusahaan induk di bidang perbankan (bank holding company) di Indonesia. Pada kurun waktu 2006 sampai 2009, opsi dengan melakukan merger menjadi pilihan keputusan yang sering dilakukan oleh para pemegang saham pengendali (PSP) yang memiliki saham di beberapa bank di Indonesia. Bank-bank yang telah melakukan merger adalah Bank Niaga dengan Bank Lippo dan berubah nama menjadi Bank CIMB Niaga, serta bank asing Rabobank dengan Bank Haga dan Bank Hagakita menyatu dengan nama Rabobank. Kedua bank ini sama-sama telah beroperasi kembali sejak tahun 2008.

Merger sebagai pilihan yang banyak dilakukan oleh bank-bank di Indonesia karena adanya peraturan Single Presence Policy (SPP) ini, perlu dilakukan suatu analisis penilaian kinerjanya. Hal ini dilakukan dengan melihat bagaimana kondisi kesehatan bank dengan menggunakan metode CAMEL sebelum dan sesudah merger,


(17)

B A B I P E N D A H U L U A N 10

Universitas Kristen Maranatha serta melihat bagaimana kondisi harga saham sebelum sesudah merger dengan menggunakan Rasio Earning per Share (EPS). Sehingga pada akhirnya diharapkan bahwa dengan adanya peraturan Single Presence Policy (SPP) ini, bank-bank yang terkena aturan tersebut dapat memilih opsi merger sebagai keputusan strategi bisnisnya.

Dari uraian di atas, dapat disusun kerangka pemikiran dalam penelitian ini yang diperlihatkan pada gambar berikut:


(18)

B A B I P E N D A H U L U A N 11

Universitas Kristen Maranatha Gambar 1.1

Kerangka Pemikiran

Sumber: Penulis, untuk kepentingan penelitian ini. Analisis Penilaian Kinerja Sebelum dan Sesudah Merger

Merger Dapat Menjadi Keputusan yang Baik dalam Peraturan Single

Presence Policy (SPP)

Sebelum Merger Sesudah Merger

Model Camel Earning per Share (EPS)

Model Camel Earning per Share (EPS) Peraturan Single Presence

Policy (SPP) oleh Bank Indonesia tahun 2006

Opsi Melakukan Merger

Penilaian Kinerja Bank CIMB Niaga


(19)

B A B V S I M P U L A N D A N S A R A N

68 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

Berdasarkan hasil analisis terhadap kondisi kesehatan dan kinerja Bank CIMB Niaga dan Bank Rabobank sebelum dan sesudah merger, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

1. Kondisi kesehatan dan kinerja terakhir Bank Niaga sebelum melakukan merger (tahun 2007) adalah sehat dan berkinerja baik. Bank Niaga memiliki modal dan aktiva yang cukup besar untuk menyerap kerugian yang mungkin timbul dari adanya pemberian kredit dan penempatan pada surat berharga. Selain itu, perolehan laba yang didapat cukup besar, serta pengelolaan permodalan, asset, dan labanya juga baik dan efisien. Karena perolehan laba yang besar, maka besarnya laba per saham (EPS) Bank Niaga juga terus meningkat dari tahun ke tahun. Namun, Bank Niaga belum bisa untuk mengelola likuiditas perbankannya karena pendistribusian sumber dana yang ada lebih banyak tersalurkan pada kredit yang diberikan. Sedangkan kondisi kesehatan dan kinerja terakhir Bank Lippo sebelum melakukan merger (tahun 2007) adalah sehat dan berkinerja baik. Bank Lippo sangat baik dalam pengelolaan aspek likuiditasnya. Kemudian Bank Lippo memiliki modal dan aktiva yang cukup besar untuk menyerap kerugian yang mungkin timbul dari adanya pemberian kredit dan penempatan pada surat berharga. Selain itu, perolehan laba yang didapat cukup besar, serta pengelolaan permodalan, aset,


(20)

B A B V S I M P U L A N D A N S A R A N 69

Universitas Kristen Maranatha dan labanya juga baik dan efisien. Namun pengelolaan besarnya laba yang dibagikan kepada investor cenderung menurun, karena pada tahun 2007 jumlah saham yang beredar terlalu banyak.

2. Kondisi kesehatan dan kinerja Bank CIMB Niaga setelah melakukan merger (tahun 2008), pada satu tahun pertama terjadi penurunan yang signifikan. Terlihat pada kondisi kesehatan aspek permodalan, aspek kualitas aktiva, aspek manajemen, aspek rentabilitas, dan earning per share (EPS) yang menurun, sehingga kondisi dan kinerja Bank CIMB Niaga buruk dan kurang sehat. Namun pada tahun kedua setelah merger, kondisi kesehatan dan kinerja Bank CIMB Niaga kembali meningkat dan Bank CIMB Niaga pun kembali berkinerja baik dan tergolong bank yang sehat.

3. Kondisi kesehatan dan kinerja terakhir Bank Rabobank sebelum melakukan merger (tahun 2007) adalah kurang sehat. Bank Rabobank hanya baik dalam pengelolaan modal yang dimilikinya sehubungan dengan adanya risiko yang timbul dari pemberian kredit dan penempatan pada surat berharga. Sedangkan pada pengelolaan aktiva, manajemen, dan likuiditas perbankan Bank Rabobank masih tergolong kurang sehat. Hal ini dikarenakan Bank Rabobank hanya fokus pada pemberian kredit saja, namun tidak diimbangi dengan besarnya jumlah aset yang dimiliki dan besarnya dana yang diperoleh. Kemudian, kondisi kesehatan dan kinerja terakhir Bank Haga sebelum melakukan merger (tahun 2007) adalah cukup sehat. Bank Haga sangat baik dalam pengelolaan likuiditas perbankannya dan pengelolaan labanya. Namun, modal yang dimiliki tidak sepadan dengan jumlah kredit yang diberikan, sehingga risiko yang timbul dari pemberian kredit tersebut tidak dapat diserap


(21)

B A B V S I M P U L A N D A N S A R A N 70

Universitas Kristen Maranatha dengan modalnya. Kemudian manajemen perbankan dan pengelolaan aktivanya tidak dilakukan dengan baik. Sedangkan kondisi kesehatan dan kinerja terakhir Bank Hagakita sebelum melakukan merger (tahun 2007) adalah cukup sehat. Bank Hagakita melakukan perubahan yang sangat signifikan di tahun 2007. Pengelolaan aktiva, manajemen perbankan, dan pengelolaan laba yang diperoleh Bank Haga dilakukan secara efisien, sehingga terjadi kenaikan yang signifikan dari perolehan labanya, yaitu dari Rp773.352.430,- pada tahun 2006 menjadi Rp8.793.127.070,- pada tahun 2007. Namun, pada tahun 2007 besarnya kredit yang diberikan naik cukup besar, sedangkan modal dan total deposit yang dimiliki Bank Hagakita kenaikannya terlalu kecil. Sehingga pengelolaan permodalan dan pengelolaan likuiditas Bank Hagakita tidak terlihat baik.

4. Kondisi kesehatan dan kinerja Bank Rabobank setelah melakukan merger (tahun 2008), pada satu tahun pertama terjadi penurunan yang signifikan. Terlihat pada kondisi kesehatan aspek permodalan, aspek kualitas aktiva, aspek manajemen, dan aspek rentabilitas yang menurun, sehingga kondisi dan kinerja Bank Rabobank buruk dan kurang sehat. Namun pada tahun kedua setelah merger, kondisi kesehatan dan kinerja Bank Rabobank kembali meningkat dan Bank Rabobank pun kembali berkinerja baik dan tergolong bank yang sehat.

5. Berdasarkan analisis perbandingan kinerja keuangan antara Bank CIMB Niaga dengan Bank Rabobank sesudah melakukan merger, tidak ada perbedaan diantara kedua bank tersebut. Hal ini dikarenakan kedua bank mengalami hal yang sama setelah proses merger selesai, yaitu terjadi penurunan kinerja pada


(22)

B A B V S I M P U L A N D A N S A R A N 71

Universitas Kristen Maranatha satu tahun pertama setelah merger, dan terjadi kenaikan kinerja yang signifikan pada tahun kedua setelah merger. Namun, dari penelitian yang telah dilakukan ini, ada beberapa hal yang perlu dicermati. Pertama adalah dari segi waktu penelitian yang hanya dilakukan 2 tahun sesudah merger, karena proses merger bank-bank tersebut baru dilakukan pada tahun 2008. Hasil merger tidak dapat dirasakan atau dilihat dalam kurun waktu 2 tahun saja, namun butuh waktu yang lama untuk menilai bank manakah yang lebih baik kinerja keuangannya sesudah meakukan merger. Sehingga dalam analisis perbandingan kinerja keuangan antara Bank CIMB Niaga dengan Bank Rabobank sesudah melakukan merger, tidak dapat dilihat bank manakah yang lebih baik dilihat dari proses mergernya. Kedua dilihat dari jumlah aset yang dimiliki, terdapat perbedaan antara besarnya aset pada bank-bank yang terlibat dalam merger Bank CIMB Niaga dan Bank Rabobank. Bank-bank yang terlibat dalam merger Bank CIMB Niaga (yaitu Bank Niaga dan Bank Lippo), merupakan bank dengan jumlah aset yang besar dan tergolong dalam 10 besar bank berdasarkan asetnya. Sehingga tidak ada perbedaan kondisi kesehatan bank sebelum dan sesudah merger pada Bank CIMB Niaga. Namun, tidak sama halnya dengan bank-bank yang terlibat dalam merger Bank Rabobank (yaitu Bank Rabobank, Bank Haga, dan Bank Hagakita), ketiga bank tersebut merupakan bank berskala kecil dan beroperasi dengan jumlah aset yang kecil serta merupakan bank yang masih dalam tahap perkembangan, sehingga dalam proses mergernya Bank Rabobank sangat bekerja keras untuk memperbaiki kondisi kesehatannya setela melakukan merger.


(23)

B A B V S I M P U L A N D A N S A R A N 72

Universitas Kristen Maranatha 6. Secara keseluruhan dengan dilakukannya opsi merger terkait dengan adanya

peraturan Single Presence Policy (SPP), maka merger merupakan keputusan yang layak dilakukan oleh para pemegang saham pengendali (PSP) yang memiliki kepemilikan saham di lebih dari satu bank, terutama pada bank-bank yang beroperasi dengan jumlah asset atau modal yang kecil. Hal ini dikarenakan Single Presence Policy (SPP) berlaku untuk seluruh bank yang ada di Indonesia, sehingga opsi merger pada SPP ini bukanlah untuk bank-bank yang memiliki masalah keuangan, seperti proses merger yang dilakukan beberapa bank akibat krisis ekonomi tahun 1997. Selain itu, Single Presence Policy (SPP) merupakan langkah Bank Indonesia dalam mengimplementasikan program Arsitektur Perbankan Indonesia (API) yaitu memperkuat industri perbankan nasional, serta merupakan langkah Bank Indonesia dalam menjalankan fungsi mengawasi dan mengatur bank-bank di Indonesia agar tercipta industri perbankan yang sehat.

5.2Saran

Berdasarkan hasil simpulan, maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:

1. Merger merupakan suatu keputusan yang layak dilakukan pada bank-bank yang terkena peraturan Single Presence Policy (SPP), khususnya pada bank-bank swasta dan bank-bank-bank-bank yang memiliki jumlah asset atau modal yang sedikit. Dengan merger ini, akan ada sinergi yang timbul pada keuangan bank tersebut, serta merger dapat menjadi strategi pertumbuhan yang baik untuk meningkatkan pangsa pasar dan mengurangi persaingan. Namun, perlu


(24)

B A B V S I M P U L A N D A N S A R A N 73

Universitas Kristen Maranatha dicermati dalam proses merger yang sedang dilakukan, diperlukan rencana dan strategi yang matang agar hasil merger dapat berdampak positif di masa yang akan datang.

2. Dalam waktu proses merger, perlu dilakukan manajemen rentabilitas yang harus dijaga agar laba yang diperoleh tidak mengalami penurunan yang drastis. Karena proses penggabungan dalam merger cukup rumit dan membutuhkan waktu yang cukup lama.

3. Bagi penelitian selanjutnya yang akan meneliti mengenai analisis penilaian kinerja sebelum dan sesudah merger, diharapkan penelitian ini dapat digunakan untuk memperdalam penelitian yang akan dilakukan. Jika peneliti ingin melakukan penelitian lebih lanjut, maka dapat menggunakan rasio-rasio yang lebih spesifik sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia dalam menentukan tingkat kesehatan perbankan. Selain itu, kurun waktu yang digunakan sebaiknya lebih lama, mengingat bahwa merger dilakukan dalam waktu yang cukup lama serta keberhasilan dari merger tersebut tidak dapat dilihat dalam jangka waktu yang cepat. Serta perlu diperhatikan pula manajemen sumber daya manusia dari objek penelitian, karena mempengaruhi kinerja objek penelitian sesudah merger.


(25)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Arsitektur Perbankan Indonesia, 2004. Bank Indonesia.

Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. (2001). Manajemen Keuangan. Buku 2. Edisi Kedelapan. Diterjemahkan oleh : Dodo Suharto dan Herman Wibowo. Erlangga, Jakarta.

Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhruddin. (2001). Pasar Modal di Indonesia. Salemba Empat, Jakarta.

Fabozzi, J. Frank. (1999). Manajemen Investasi. Buku Satu. Salemba Empat, Jakarta.

Hadiningsih, Murni. (2007). Analisis Dampak Jangka Panjang Merger dan Akuisisi Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi dan Perusahaan Diakuisisi di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Fakultas Ekonomi. Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Husnan, Suad. (1998). Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi Ketiga. UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Kuncoro, Mudrajad dan Suhardjono. (2002). Manajemen Perbankan: Teori dan Aplikasi. Edisi Pertama. BPFE, Yogyakarta.

Madichah. (2005). Pengaruh Earning per Share (EPS), Dividen per Share (DPS) dan Financial Leverage (FL) Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur Bursa Efek Jakarta. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang, Semarang.

Mangoting, Yenni. (1999). Penggunaan Metode By Purchase dan Pooling of Interest Dalam Rangka Penggabungan Usaha (Business Combination) dan Efeknya Terhadap Pajak Penghasilan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 1 (2), hal. 132-143.


(26)

Universitas Kristen Maranatha Merkusiwati, Ni Ketut Lely Aryani. (2007). Evaluasi Pengaruh CAMEL Terhadap

Kinerja Perusahaan. Buletin Studi Ekonomi, 12 (1), hal. 100-108.

Mulyono, Teguh Pudjo. (1999). Aplikasi Akuntansi Manajemen Dalam Praktek Perbankan. Edisi Ketiga. BPFE, Yogyakarta.

Nazir, Moh. (1983). Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Rindhatmono, Ferdi. (2005). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Pasca Merger di Indonesia. Program Studi Magister Manajemen. Universitas Diponegoro, Semarang.

Samosir, Agunan P. (2003). Analisis Kinerja Bank Mandiri Setelah Merger dan Sebagai Bank Rekapitulasi. Kajian ekonomi dan Keuangan, 7 (1), hal. 1-38.

Suliyanto. (2006). Metode Riset Bisnis. Andi, Yogyakarta.

Suwardi. (2008). Analisis Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Merger pada PD BPR BKK Purwodadi. Program Studi Magister Manajemen. Universitas Diponegoro, Semarang.

Weston, J. Fred dan Thomas E. Copeland. (1997) . Manajemen Keuangan. Jilid 2. Edisi Kesembilan. Diterjemahkan oleh : drs. A. Jaka Wasana MSM dan Ir. Kibrandoko MSM. Binarupa Aksara, Jakarta.

www.bi.go.id www.detik.com www.docstoc.com

www.erwan29680.wordpress.com www.fiskal.depkeu.go.id

www.investordaily.com www.skripsi-tesis.com


(1)

dengan modalnya. Kemudian manajemen perbankan dan pengelolaan

aktivanya tidak dilakukan dengan baik. Sedangkan kondisi kesehatan dan

kinerja terakhir Bank Hagakita sebelum melakukan merger (tahun 2007)

adalah cukup sehat. Bank Hagakita melakukan perubahan yang sangat

signifikan di tahun 2007. Pengelolaan aktiva, manajemen perbankan, dan

pengelolaan laba yang diperoleh Bank Haga dilakukan secara efisien, sehingga

terjadi kenaikan yang signifikan dari perolehan labanya, yaitu dari

Rp773.352.430,- pada tahun 2006 menjadi Rp8.793.127.070,- pada tahun

2007. Namun, pada tahun 2007 besarnya kredit yang diberikan naik cukup

besar, sedangkan modal dan total deposit yang dimiliki Bank Hagakita

kenaikannya terlalu kecil. Sehingga pengelolaan permodalan dan pengelolaan

likuiditas Bank Hagakita tidak terlihat baik.

4. Kondisi kesehatan dan kinerja Bank Rabobank setelah melakukan merger

(tahun 2008), pada satu tahun pertama terjadi penurunan yang signifikan.

Terlihat pada kondisi kesehatan aspek permodalan, aspek kualitas aktiva,

aspek manajemen, dan aspek rentabilitas yang menurun, sehingga kondisi dan

kinerja Bank Rabobank buruk dan kurang sehat. Namun pada tahun kedua

setelah merger, kondisi kesehatan dan kinerja Bank Rabobank kembali

meningkat dan Bank Rabobank pun kembali berkinerja baik dan tergolong

bank yang sehat.

5. Berdasarkan analisis perbandingan kinerja keuangan antara Bank CIMB Niaga

dengan Bank Rabobank sesudah melakukan merger, tidak ada perbedaan


(2)

B A B V S I M P U L A N D A N S A R A N 71

Universitas Kristen Maranatha

satu tahun pertama setelah merger, dan terjadi kenaikan kinerja yang

signifikan pada tahun kedua setelah merger. Namun, dari penelitian yang telah

dilakukan ini, ada beberapa hal yang perlu dicermati. Pertama adalah dari segi

waktu penelitian yang hanya dilakukan 2 tahun sesudah merger, karena proses

merger bank-bank tersebut baru dilakukan pada tahun 2008. Hasil merger

tidak dapat dirasakan atau dilihat dalam kurun waktu 2 tahun saja, namun

butuh waktu yang lama untuk menilai bank manakah yang lebih baik kinerja

keuangannya sesudah meakukan merger. Sehingga dalam analisis

perbandingan kinerja keuangan antara Bank CIMB Niaga dengan Bank

Rabobank sesudah melakukan merger, tidak dapat dilihat bank manakah yang

lebih baik dilihat dari proses mergernya. Kedua dilihat dari jumlah aset yang

dimiliki, terdapat perbedaan antara besarnya aset pada bank-bank yang terlibat

dalam merger Bank CIMB Niaga dan Bank Rabobank. Bank-bank yang

terlibat dalam merger Bank CIMB Niaga (yaitu Bank Niaga dan Bank Lippo),

merupakan bank dengan jumlah aset yang besar dan tergolong dalam 10 besar

bank berdasarkan asetnya. Sehingga tidak ada perbedaan kondisi kesehatan

bank sebelum dan sesudah merger pada Bank CIMB Niaga. Namun, tidak

sama halnya dengan bank-bank yang terlibat dalam merger Bank Rabobank

(yaitu Bank Rabobank, Bank Haga, dan Bank Hagakita), ketiga bank tersebut

merupakan bank berskala kecil dan beroperasi dengan jumlah aset yang kecil

serta merupakan bank yang masih dalam tahap perkembangan, sehingga dalam

proses mergernya Bank Rabobank sangat bekerja keras untuk memperbaiki


(3)

6. Secara keseluruhan dengan dilakukannya opsi merger terkait dengan adanya

peraturan Single Presence Policy (SPP), maka merger merupakan keputusan

yang layak dilakukan oleh para pemegang saham pengendali (PSP) yang

memiliki kepemilikan saham di lebih dari satu bank, terutama pada bank-bank

yang beroperasi dengan jumlah asset atau modal yang kecil. Hal ini

dikarenakan Single Presence Policy (SPP) berlaku untuk seluruh bank yang

ada di Indonesia, sehingga opsi merger pada SPP ini bukanlah untuk

bank-bank yang memiliki masalah keuangan, seperti proses merger yang dilakukan

beberapa bank akibat krisis ekonomi tahun 1997. Selain itu, Single Presence

Policy (SPP) merupakan langkah Bank Indonesia dalam mengimplementasikan program Arsitektur Perbankan Indonesia (API) yaitu

memperkuat industri perbankan nasional, serta merupakan langkah Bank

Indonesia dalam menjalankan fungsi mengawasi dan mengatur bank-bank di

Indonesia agar tercipta industri perbankan yang sehat.

5.2Saran

Berdasarkan hasil simpulan, maka penulis dapat memberikan saran sebagai

berikut:

1. Merger merupakan suatu keputusan yang layak dilakukan pada bank-bank

yang terkena peraturan Single Presence Policy (SPP), khususnya pada

bank-bank swasta dan bank-bank-bank-bank yang memiliki jumlah asset atau modal yang

sedikit. Dengan merger ini, akan ada sinergi yang timbul pada keuangan bank


(4)

B A B V S I M P U L A N D A N S A R A N 73

Universitas Kristen Maranatha

dicermati dalam proses merger yang sedang dilakukan, diperlukan rencana dan

strategi yang matang agar hasil merger dapat berdampak positif di masa yang

akan datang.

2. Dalam waktu proses merger, perlu dilakukan manajemen rentabilitas yang

harus dijaga agar laba yang diperoleh tidak mengalami penurunan yang

drastis. Karena proses penggabungan dalam merger cukup rumit dan

membutuhkan waktu yang cukup lama.

3. Bagi penelitian selanjutnya yang akan meneliti mengenai analisis penilaian

kinerja sebelum dan sesudah merger, diharapkan penelitian ini dapat

digunakan untuk memperdalam penelitian yang akan dilakukan. Jika peneliti

ingin melakukan penelitian lebih lanjut, maka dapat menggunakan rasio-rasio

yang lebih spesifik sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia dalam

menentukan tingkat kesehatan perbankan. Selain itu, kurun waktu yang

digunakan sebaiknya lebih lama, mengingat bahwa merger dilakukan dalam

waktu yang cukup lama serta keberhasilan dari merger tersebut tidak dapat

dilihat dalam jangka waktu yang cepat. Serta perlu diperhatikan pula

manajemen sumber daya manusia dari objek penelitian, karena mempengaruhi


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arsitektur Perbankan Indonesia, 2004. Bank Indonesia.

Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. (2001). Manajemen Keuangan. Buku 2. Edisi Kedelapan. Diterjemahkan oleh : Dodo Suharto dan Herman Wibowo. Erlangga, Jakarta.

Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhruddin. (2001). Pasar Modal di Indonesia. Salemba Empat, Jakarta.

Fabozzi, J. Frank. (1999). Manajemen Investasi. Buku Satu. Salemba Empat, Jakarta.

Hadiningsih, Murni. (2007). Analisis Dampak Jangka Panjang Merger dan Akuisisi Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi dan Perusahaan Diakuisisi di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Fakultas Ekonomi. Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Husnan, Suad. (1998). Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi Ketiga. UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Kuncoro, Mudrajad dan Suhardjono. (2002). Manajemen Perbankan: Teori dan Aplikasi. Edisi Pertama. BPFE, Yogyakarta.

Madichah. (2005). Pengaruh Earning per Share (EPS), Dividen per Share (DPS) dan Financial Leverage (FL) Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur Bursa Efek Jakarta. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang, Semarang.

Mangoting, Yenni. (1999). Penggunaan Metode By Purchase dan Pooling of Interest Dalam Rangka Penggabungan Usaha (Business Combination) dan Efeknya Terhadap Pajak Penghasilan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 1 (2), hal. 132-143.


(6)

Universitas Kristen Maranatha

Merkusiwati, Ni Ketut Lely Aryani. (2007). Evaluasi Pengaruh CAMEL Terhadap Kinerja Perusahaan. Buletin Studi Ekonomi, 12 (1), hal. 100-108.

Mulyono, Teguh Pudjo. (1999). Aplikasi Akuntansi Manajemen Dalam Praktek Perbankan. Edisi Ketiga. BPFE, Yogyakarta.

Nazir, Moh. (1983). Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Rindhatmono, Ferdi. (2005). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Pasca Merger di Indonesia. Program Studi Magister Manajemen. Universitas Diponegoro, Semarang.

Samosir, Agunan P. (2003). Analisis Kinerja Bank Mandiri Setelah Merger dan Sebagai Bank Rekapitulasi. Kajian ekonomi dan Keuangan, 7 (1), hal. 1-38.

Suliyanto. (2006). Metode Riset Bisnis. Andi, Yogyakarta.

Suwardi. (2008). Analisis Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Merger pada PD BPR BKK Purwodadi. Program Studi Magister Manajemen. Universitas Diponegoro, Semarang.

Weston, J. Fred dan Thomas E. Copeland. (1997) . Manajemen Keuangan. Jilid 2. Edisi Kesembilan. Diterjemahkan oleh : drs. A. Jaka Wasana MSM dan Ir. Kibrandoko MSM. Binarupa Aksara, Jakarta.

www.bi.go.id www.detik.com www.docstoc.com

www.erwan29680.wordpress.com www.fiskal.depkeu.go.id

www.investordaily.com www.skripsi-tesis.com


Dokumen yang terkait

ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK SEBELUM DAN SESUDAH MERGER ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK SEBELUM DAN SESUDAH MERGER (Studi Kasus Pada Bank Niaga dan Bank Lippo yang Merger menjadi Bank CIMB Niaga).

0 2 12

PENDAHULUAN ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK SEBELUM DAN SESUDAH MERGER (Studi Kasus Pada Bank Niaga dan Bank Lippo yang Merger menjadi Bank CIMB Niaga).

0 2 10

ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA DAN KINERJA KEUANGAN ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK SEBELUM DAN SESUDAH MERGER (Studi Kasus Pada Bank Niaga dan Bank Lippo yang Merger menjadi Bank CIMB Niaga).

1 25 38

PENUTUP ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK SEBELUM DAN SESUDAH MERGER (Studi Kasus Pada Bank Niaga dan Bank Lippo yang Merger menjadi Bank CIMB Niaga).

0 4 7

ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK SEBELUM DAN SESUDAH MERGER Analisis Kinerja Keuangan Bank Sebelum Dan Sesudah Merger (Studi Kasus Pada PT Bank CIMB Niaga Tbk).

0 2 14

PENDAHULUAN Analisis Kinerja Keuangan Bank Sebelum Dan Sesudah Merger (Studi Kasus Pada PT Bank CIMB Niaga Tbk).

0 2 5

ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK SEBELUM DAN SESUDAH MERGER Analisis Kinerja Keuangan Bank Sebelum Dan Sesudah Merger (Studi Kasus Pada PT Bank CIMB Niaga Tbk).

0 4 15

Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank CIMB Niaga Sebelum dan Setelah Merger.

0 3 18

Analisis Perbandingan Kinerja Perusahaan Pt. Bank Cimb Niaga Tbk Sebelum Dan Setelah Melakukan Tindakan Merger.

0 1 2

Pengaruh Kinerja keuangan Terhadap Profitabilitas Pt Bank Cimb Niaga Tbk Sebelum Dan Sesudah Merger Periode 2006-2014 COVER 1

0 0 15