Ekstraksi Komponen Bioaktif dan Aktivitas Antioksidan Daun Lindur (Bruguiera gymnorrhiza)

EKSTRAKSI KOMPONEN BIOKATIF DAN AKTIVITAS
ANTIOKSIDAN DAUN LINDUR (Bruguiera gymnorrhiza)

SITI HAZAR

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

i

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Ekstraksi Komponen
Bioaktif dan Aktivitas Antioksidan Daun Lindur (Bruguiera gymnorrhiza) adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2014

Siti Hazar
NIM C34100051

ii

iiii

ABSTRAK
SITI HAZAR. Ekstraksi Komponen Bioaktif dan Aktivitas Antioksidan Daun
Lindur (Bruguiera gymnorrhiza). Dibimbing oleh NURJANAH dan AGOES
MARDIONO JACOEB.
Lindur merupakan tanaman mangrove yang telah banyak dimanfaatkan
sebagai obat, namun informasi mengenai senyawa obat dan potensi antioksidan
yang terkandung didalamnya masih sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk
menentukan komponen bioaktif dan aktivitas antioksidan daun lindur. Daun lindur

segar memiliki kadar air sebesar 54,91%, abu 4,49%, lemak 1,87%, protein
4,45%, dan serat kasar 8,67% sedangkan daun lindur kering memiliki kadar air
sebesar 9,78%, abu 8,19%, lemak 3,90%, protein 9,78%, dan serat kasar 18,05%.
Rendemen tertinggi yaitu pada ekstrak metanol (15,79%), diikuti ekstrak etil
asetat (2,85%), dan n-heksana (1,53%). Komponen bioaktif pada ekstrak daun
lindur yaitu flavonoid, fenol hidrokuinon, tanin, saponin, dan streoid. Aktivitas
antioksidan tertinggi yaitu pada ekstrak metanol dengan nilai IC50 sebesar
81,11 ppm, sedangkan aktivitas terendah pada ekstrak n-heksana dengan nilai IC50
815,67 ppm. Kadar total fenolik ekstrak n-heksana sebesar 12,41 mg GAE/g
ekstrak; ekstrak etil asetat 97,57 mg GAE/g ekstrak; dan ekstrak metanol sebesar
30,07 mg GAE/g ekstrak.
Kata kunci : antioksidan, bioaktif, Bruguierra gymnorrhiza, daun.

ABSTRACT
SITI HAZAR. Extraction Bioactive Compound and Antioxidant Activity of
Lindur Leave (Bruguiera gymnorrhiza). Supervised by NURJANAH and AGOES
MOERDIONO JACOEB.
Lindur are mangrove plants that has been widely used as drug, yet
informations on potential drug compounds and antioxidants contained in lindur
were still limited. This study aimed to determine of bioactive compound and

antioxidant activity of lindur leave. The result showed that lindur fresh leaves had
a moisture content 54.91%, ash 4.49%, fat 1.87%, protein 4.45%, and crude fiber
8.67%. Lindur dried leaves had moisture content 9.78%, ash 8.19%, fat 3.90%,
protein 9.78%, and crude fiber content 18.05%. The methanol extract had the
highest yield (15.79%) compared to the ethyl acetate extract (2.85%), and
n-hexane (1.53%). Bioactive compound found in lindur lindur leave extract was
flavonoid, phenol hidroquinon, tannin, saponin, dan streoid. Methanol extract
showed the highest antioxidant activity with IC50 values of 81.11 ppm, while the
n-hexane extract showed the lowest activity with IC50 values of 815.67 ppm. Total
phenolic extracts of n-hexane 12.41 mg GAE/g extract, ethyl acetate 97.57 mg
GAE/g extract, and methanol 30.07 mg GAE/g extract.
Keywords : antioxidant, bioactive, Bruguierra gymnorrhiza, leave.

iv

iiii

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa

mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk
kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,
penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak
merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

vi

iiii

EKSTRAKSI KOMPONEN BIOKATIF DAN AKTIVITAS
ANTIOKSIDAN DAUN LINDUR (Bruguiera gymnorrhiza)

SITI HAZAR

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Departemen Teknologi Hasil Perairan


DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

viii

iiii

Judul Skripsi : Ekstraksi Komponen Bioaktif dan Aktivitas Antioksidan Daun
Lindur (Bruguiera gymnorrhiza)
Nama
: Siti Hazar
NIM
: C34100051
Program Studi : Teknologi Hasil Perairan

Disetujui oleh


Prof Dr Ir Nurjanah, MS
Pembimbing I

Dr Ir Agoes Mardiono Jacoeb, Dipl.-Biol.
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Joko Santoso, M.Si
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

x

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat
dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan September 2013 hingga Januari 2014 dengan judul

Ekstraksi Komponen Bioaktif dan Aktivitas Antioksidan Daun Lindur (Bruguiera
gymnorrhiza). Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan skripsi, terutama kepada :
1. Prof Dr Ir Nurjanah, MS dan Dr Ir Agoes Mardiono Jacoeb, Dipl.-Biol.
selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahannya.
2. Dra. Ela Salamah, M.Si selaku dosen penguji atas arahannya.
3. Dr Ir Iriani Setyaningsih, M.Si selaku Ketua Program Studi Teknologi Hasil
Perairan.
4. Dr Ir Joko Santoso M.Si selaku Ketua Departemen Teknologi Hasil Perairan.
5. Ayah Sutrisno dan Ibu Lie Kui Lian serta kakak dan adik Maria Ulfa, Arief
Rahman dan Annisa Rahman atas segala doa, dukungan, dan kasih sayangnya
kepada penulis.
6. Staf dosen dan administrasi Departemen Teknologi Hasil Perairan.
7. Staf Laboratorium Departemen Teknologi Hasil Perairan
8. Staf Laboratorium Pusat Studi LPPM Biofarmaka IPB
9. Staf Laboratorium Kimia Analitik, FMIPA, IPB
10. Staf Laboratorium Pusat Antar Universitas (PAU) IPB.
11. Keluarga besar THP 47, terima kasih atas hari-hari menyenangkannya.
12. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penulisan skripsi ini
yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan dapat dijadikan acuan para pembaca
dalam melakukan penelitian lanjutan mengenai daun lindur dimasa yang akan
datang.

Bogor, April 2014
Siti Hazar

i

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ..............................................................................................
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................
PENDAHULUAN .............................................................................................
Latar Belakang .................................................................................................
Perumusan Masalah .........................................................................................
Tujuan Penelitian .............................................................................................
Manfaat Penelitian ...........................................................................................
Ruang Lingkup Penelitian ...............................................................................
METODE PENELITIAN ...................................................................................

Waktu dan Tempat ...........................................................................................
Bahan dan Alat ................................................................................................
Tahapan Penelitian ...........................................................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN ..........................................................................
Kandungan Gizi Daun Lindur (B. gymnorrhiza) .............................................
Rendemen Ekstrak Kasar Daun Lindur ...........................................................
Komponen Bioaktif Ekstrak Kasar Daun Lindur ............................................
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kasar Daun Lindur .........................................
Kadar Total Fenol Ekstrak Kasar Daun Lindur ...............................................
KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................................
Kesimpulan ......................................................................................................
Saran ................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................
LAMPIRAN .....................................................................................................

ii
ii
ii
1
1

2
2
2
2
3
3
3
3
9
9
11
12
14
17
19
19
19
19
23


ii

DAFTAR TABEL
1 Komposisi kimia daun lindur ........................................................................ 9
2 Komponen bioaktif ekstrak kasar daun lindur ............................................... 12
3 Kadar total fenol ekstrak daun lindur ............................................................ 17

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5

Diagram alir tahapan penelitian .....................................................................
Rendemen ekstrak kasar daun lindur .............................................................
Hubungan konsentrasi vitamin C dengan persen inhibisinya ........................
Hubungan konsentrasi ekstrak dengan persen inhibisinya ............................
Nilai IC50 rata-rata ekstrak kasar daun lindur dan vitamin C ........................

4
11
14
15
16

DAFTAR LAMPIRAN
1 Daun lindur (Bruguiera gymnorrhiza) .........................................................
2 Contoh perhitungan analisis proksimat daun lindur .....................................
3 Contoh perhitungan rendemen ekstrak .........................................................
4 Hasil uji ANOVA rendemen ekstrak ............................................................
5 Hasil uji Duncan rendemen ekstrak ..............................................................
6 Contoh perhitungan % inhibisi dan IC50 .......................................................
7 Hasil uji ANOVA aktivitas antioksidan ekstrak ..........................................
8 Hasil uji Duncan aktivitas antioksidan ekstrak ...............................................
9 Contoh perhitungan total fenol dan kurva standar ..........................................

24
24
25
25
26
26
27
27
27

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masyarakat modern cenderung memiliki gaya hidup yang serba cepat dan
instan, termasuk dalam hal pola makan. Pola makan yang tidak tepat akan
menyebabkan akumulasi radikal bebas jangka panjang di dalam tubuh. Radikal
bebas dapat disebabkan oleh hasil metabolisme tubuh dan luar tubuh misalnya
asap rokok, polusi lingkungan, obat-obatan, pestisida, serta radiasi sinar
ultraviolet.
Metabolisme yang terjadi di dalam tubuh melibatkan proses oksidasi dan
reduksi. Proses oksidasi dapat menyebabkan terbentuknya suatu oksidan atau
radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh (Halliwel dan Gutteridge 2007). Radikal
bebas merupakan molekul yang tidak stabil karena memiliki elektron yang tidak
berpasangan pada orbital luarnya sehingga molekul ini dapat menyerang
makromolekul sel. Makromolekul yang terserang oleh radikal bebas dapat
mengalami oksidasi yang menyebabkan terjadinya kerusakan protein, DNA,
penuaan dini, kanker, serangan jantung, dan penyakit degeneratif lainnya
(Middleton et al. 2000). Radikal bebas dapat dihambat dengan antioksidan.
Antioksidan merupakan senyawa kimia yang dapat menyumbangkan
elektron yang dikandungnya kepada radikal bebas untuk menghambat atau
mencegah terjadinya oksidasi pada substrat yang mudah teroksidasi
(Middleton et al. 2000). Tubuh manusia secara alami memproduksi antioksidan
endogen yang mampu mengatasi efek radikal bebas, namun saat jumlah radikal
bebas meningkat dibutuhkan pasokan antioksidan dari luar (eksogen)
(Halliwel dan Gutteridge 2007). Antioksidan eksogen dapat diperoleh dalam
bentuk sintetik (buatan) atau secara alami. Antioksidan buatan misalnya asam
benzoat, BHA (Butylated Hydroxy Anisol), dan BHT (Butylated Hydroxy Toluene)
dapat menimbulkan efek samping pada kesehatan tubuh. Hasil penelitian
Andarwulan et al. (1996) menunjukkan bahwa BHA dan BHT dapat
menyebabkan tumor dan kerusakan hati dalam penggunaan jangka panjang.
Kekhawatiran terhadap efek samping tersebut yang menyebabkan sumber
antioksidan alami sangat potensial untuk dikembangkan.
Antioksidan alami dapat diperoleh dari buah-buahan atau tumbuhtumbuhan. Tumbuh-tumbuhan mengandung senyawa metabolit sekunder berupa
fenolik yang memiliki kemampuan menghambat kerja radikal bebas
(Duenas et al. 2009). Salah satu tumbuhan yang potensial untuk dikembangkan
sebagai sumber antioksidan alami berasal dari ekosistem mangrove yaitu lindur
(Bruguiera gymnorrhiza).
Tanaman lindur ditemukan di wilayah tropis Pasifik dari Asia Tenggara,
Kepulauan Ryukyu, Mikronesia, dan Polinesia (Samoa) hingga wilayah subtropis
Australia. Tanaman lindur di Indonesia tersebar di daerah Jawa, Sumatera,
Kalimantan, Maluku, dan Bali (Duke dan James 2006). Buah lindur telah banyak
digunakan oleh masyarakat Tual di Kabupaten Sulawesi sebagai sumber
karbohidrat pengganti nasi ketika terjadi paceklik serta untuk mengobati penyakit
mata dan herpes (Haq et al. 2011). Kulitnya digunakan sebagai obat diare dan
malaria di Kepulauan Solomon (Allen dan Duke 2006), sedangkan daunnya

2

digunakan untuk mengobati luka bakar (Haq et al. 2011). Daun lindur diduga
mengandung komponen bioaktif yang sangat berguna bagi tubuh dan potensial
dijadikan sumber antioksidan alami karena telah banyak dimanfaatkan sebagai
obat tradisional di kalangan masyarakat, namun masih belum cukup informasi
untuk menjelaskan hal-hal tersebut secara ilmiah. Oleh karena itu, diperlukan
pengujian mengenai kandungan gizi, senyawa bioaktif, aktivitas antioksidan, dan
total fenol dari ekstrak daun lindur (B. gymnorrhiza) sebagai sumber antioksidan
alami.

Perumusan Masalah
Akhir-akhir ini penggunaan senyawa antioksidan berkembang dengan pesat
baik untuk makanan maupun pengobatan. Antioksidan yang banyak beredar di
masyarakat menimbulkan efek samping yang berbahaya bagi kesehatan dalam
penggunaan jangka waktu yang lama. Hal tersebut yang mendorong pencarian
sumber antioksidan alami guna menggantikan peran antioksidan sintetik. Salah
satu bahan alami hasil perairan yang diduga memiliki kandungan antioksidan
adalah daun lindur (B. gymnorrhiza).
Hasil penelitian Khrueayu dan Pilantanapak (2012) menunjukkan adanya
aktivitas anti jamur pada ekstrak daun B. gymnorrhiza. Namun, pemanfaatan daun
lindur hingga saat ini belum optimal karena riset dan informasi ilmiah mengenai
daun lindur masih terbatas. Penelitian ini perlu dilakukan untuk mengkaji lebih
banyak mengenai komponen bioaktif dan aktivitas antioksidan ekstrak daun lindur
berdasarkan pelarut yang digunakan pada ekstraksi bertingkat untuk
dikembangkan sebagai bahan baku pangan, nutraceutical, dan pharmaceutical.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk menentukan komponen bioaktif dan aktivitas
antioksidan daun lindur (B. gymnorrhiza).

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai potensi
daun lindur sebagai komoditi hasil perairan yang memiliki aktivitas antioksidan.
Penelitian ini juga diharapkan mampu memperkaya nilai tambah terhadap potensi
lain dari tanaman mangrove.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah pengambilan sampel, preparasi sampel,
analisis proksimat, analisis senyawa bioaktif (fitokimia), analisis aktivitas
antioksidan, analisis total fenol, analisis data dan penulisan laporan.

3

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2013 hingga Januari
2014. Proses preparasi dan ekstraksi sampel dilakukan di Laboratorium
Karakteristik Bahan Baku Hasil Perairan. Analisis proksimat (kadar air, abu,
protein, dan lemak) dilakukan di Biokimia Hasil Perairan, Departemen Teknologi
Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Analisis serat kasar
dilakukan di Laboratorium Pusat Antar Universitas (PAU) IPB. Proses evaporasi
ekstrak dan analisis total fenol dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik,
Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Analisis
fitokimia dan aktivitas antioksidan ekstrak dilakukan di Laboratorium Pusat Studi
Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun lindur
(B. gymnorrhiza) tua (Lampiran 1) yang didapat dari Kawasan Konservasi
Mangrove di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Bahan lainnya yang digunakan
yaitu bahan untuk analisis proksimat, bahan untuk uji fitokimia, bahan untuk uji
aktivitas antioksidan dengan metode DPPH, dan bahan untuk uji kadar total fenol.
Bahan untuk analisis aktivitas antioksidan yaitu kristal 1,1-diphenyl-2-pycril
hydrazil (DPPH), etanol, dan vitamin C. Bahan untuk analisis total fenol yaitu
etanol 95%, akuades, reagen Folin Ciocelteau 50%, Na2CO3 5%, dan larutan
standar (asam galat).
Alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi alat untuk preparasi,
wadah, timbangan digital, alumunium foil, blender, kertas saring Whatman 42,
kompor listrik, tanur pengabuan, labu Kjeldahl, tabung soxhlet, spektrofotometer
(Spectro UV Vis 2500), desikator, vortex, pipet, dan alat gelas lainnya misalnya
tabung reaksi, beaker glass, sentrifuge, botol kaca, corong kaca, labu takar, dan
labu Erlenmeyer.

Tahapan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu pengambilan dan
preparasi sampel; analisis komposisi kimia, ekstraksi bertingkat; fitokimia;
analisis aktivitas antioksidan; dan analisis total fenol. Diagram alir tahapan
penelitian disajikan pada Gambar 1.

4

Daun lindur
Preparasi

Pengeringan

Daun segar

Daun kering

Analisis proksimat

Maserasi n-heksana
(t: 48 jam; T: 27 ºC; 170 rpm)
Penyaringan

Residu

Filtrat

Maserasi etil asetat
(t: 48 jam; T: 27 ºC; 170 rpm)

Evaporasi (T:40 ºC)
Ekstrak n-heksana

Penyaringan

Residu

Filtrat

Maserasi metanol
(t: 48 jam; T: 27 ºC; 170 rpm)

Evaporasi (T:40 ºC)
Ekstrak etil asetat

Penyaringan

Residu

Filtrat

Analisis
fitokimia

Analisis
aktivitas
antioksidan
Analisis total
fenol

Evaporasi (T:40 ºC)
Ekstrak metanol

Gambar 1 Diagram alir tahapan penelitian
Preparasi Sampel
Sampel daun lindur utuh ditimbang terlebih dahulu kemudian dipisahkan
dari kotoran dan dicuci hingga bersih. Sampel selanjutnya dijemur di bawah sinar
matahari hingga kering lalu dicacah. Ukuran sampel diperkecil dengan blender
hingga menjadi serbuk.

5

Analisis Proksimat (SNI 01-2891-1992)
Analisis komposisi kimia daun lindur ditentukan dengan analisis proksimat
meliputi kadar air, abu, lemak, protein, dan serat kasar.
a.
Kadar air (SNI 01-2891-1992)
Cawan porselen mula-mula dipanaskan dalam oven pada suhu 105 oC
selama 1 jam, kemudian didinginkan dalam desikator selama 15 menit lalu
ditimbang hingga beratnya konstan. Sampel sebanyak 5 gram dimasukkan ke
dalam cawan, kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 105 oC selama 5 jam
atau hingga beratnya konstan. Cawan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam
desikator dan ditimbang kembali. Perhitungan kadar air adalah sebagai berikut:
% Kadar air = B - C x 100%
B-A
Keterangan :
A = Berat cawan kosong (gram)
B = Berat cawan yang diisi dengan sampel (gram)
C = Berat cawan dengan sampel yang sudah dikeringkan (gram)
b.

Kadar abu (SNI 01-2891-1992)
Cawan pengabuan dikeringkan di dalam oven selama 1 jam pada suhu
105 oC, kemudian didinginkan selama 15 menit di dalam desikator dan ditimbang
hingga didapatkan berat yang konstan. Sampel sebanyak 5 gram dimasukkan ke
dalam cawan pengabuan dan dipijarkan di atas kompor listrik hingga tidak
berasap lagi. Cawan beserta isinya dimasukkan ke dalam tanur pengabuan pada
suhu 600 oC selama 1 jam, kemudian didinginkan dalam desikator, lalu ditimbang.
Kadar abu ditentukan dengan rumus:
% Kadar abu = C - A x 100%
B-A
Keterangan :
A = Berat cawan porselen kosong (gram)
B = Berat cawan dengan sampel (gram)
C = Berat cawan dengan sampel setelah dikeringkan (gram)
c.

Kadar protein (SNI 01-2891-1992)
Analisis protein terdiri dari tiga tahap yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi.
Pengukuran kadar protein dilakukan dengan metode Kjeldahl. Sampel ditimbang
sebanyak 1 gram kemudian dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl 100 mL lalu
ditambah 0,25 gram selenium dan 3 mL H2SO4 pekat. Sampel didestruksi pada
suhu 410 oC selama kurang lebih 1 jam sampai larutan jernih lalu didinginkan.
Sebanyak 50 mL akuades dan 20 mL NaOH 40% ditambahkan ke dalam labu
Kjeldahl (setelah dingin), kemudian dilakukan proses destilasi dengan suhu
destilator 100 oC. Hasil destilasi ditampung dalam labu Erlenmeyer 125 mL yang
berisi campuran 10 mL asam borat (H3BO3) 2% dan 2 tetes indikator
bromcherosol green-methyl red yang berwarna merah muda. Setelah volume
destilat mencapai 40 mL dan berwarna hijau kebiruan, maka proses destilasi
dihentikan. Destilat selanjutnya dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai terjadi
perubahan warna merah muda. Volume titran dibaca dan dicatat. Larutan blanko
dianalisis seperti sampel. Kadar protein dihitung dengan rumus:

6

% N = (mL HCl sampel – mL blanko) x N HCl x 14,007 x 100%
mg contoh
% Kadar protein = % N x faktor konversi *
Keterangan:
Faktor Konversi = 6,25
d.

Kadar lemak (SNI 01-2891-1992)
Sampel sebanyak 5 gram dimasukkan ke dalam kertas saring dan pada
kedua ujung bungkus ditutup dengan kapas bebas lemak dan selanjutnya
dimasukkan ke dalam selongsong lemak. Selongsong lemak kemudian
dihubungkan dengan labu lemak dan ruang ekstraktor dan disiram dengan pelarut
lemak (n-heksana), kemudian direfluks selama 6 jam. Pelarut dalam labu lemak
lalu didestilasi hingga semuanya menguap. Pelarut yang menguap pada saat
didestilasi akan tertampung di ruang ekstraktor, kemudian dikeluarkan sehingga
tidak kembali ke dalam labu lemak. Labu lemak selanjutnya dikeringkan dalam
oven pada suhu 105 oC, lalu didinginkan dalam desikator hingga beratnya
konstan. Kadar lemak dapat dihitung berdasarkan rumus:
% Kadar lemak = (W3- W2) x 100%
W1
Keterangan :
W1 = Berat sampel (gram)
W2 = Berat labu lemak kosong (gram)
W3 = Berat labu lemak dengan lemak (gram)
e.

Kadar serat kasar (SNI 01-2891-1992)
Sampel sebanyak 1 gram dilarutkan dengan 100 mL H2SO4 1,25%, lalu
dipanaskan hingga mendidih dan dilanjutkan dengan destruksi selama 30 menit.
Filtrat kemudian disaring dengan bantuan corong Buchner. Residu hasil saringan
dibilas dengan 20-30 mL air mendidih dan 25 mL air dingin sebanyak 3 kali.
Residu kemudian destruksi kembali dengan NaOH 1,25% selama 30 menit,
selanjutnya disaring kembali dan dibilas berturut-turut dengan 25 mL H2SO4,
25 mL air dingin sebanyak 3 kali, dan 25 mL alkohol. Residu dan kertas saring
dipindahkan ke cawan porselen dan dikeringkan dalam oven 130 ºC selama 2 jam
lalu ditimbang (W) dan dimasukkan dalam tanur 600 ºC selama 30 menit
kemudian didinginkan dan ditimbang kembali (W0). Kadar serat kasar dapat
dihitung berdasarkan rumus:
Bobot serat kasar = W – W0
% Kadar serat kasar = Bobot serat kasar x 100%
Bobot sampel
Keterangan:
W = bobot residu sebelum dibakar dalam tanur
W0 = bobot residu setelah dibakar dalam tanur

7

Ekstraksi Bertingkat (Darusman et al. 1995)
Metode ekstraksi bertingkat menggunakan tiga macam pelarut berdasarkan
tingkat kepolarannya, yaitu n-heksana p.a. (non polar), etil asetat p.a (semi polar)
dan metanol p.a (polar). Sampel sebanyak 100 gram dimaserasi dengan pelarut
n-heksana sebanyak 400 mL selama 48 jam dengan diberi goyangan
menggunakan orbital shaker dengan kecepatan 170 rpm. Hasil maserasi yang
berupa larutan kemudian disaring dengan kertas saring Whatman 42 sehingga
diperoleh filtrat dan residu. Ekstraksi dengan pelarut n-heksana dilakukan
berulang-ulang hingga warna filtrat bening. Residu hasil ekstraksi dengan
n-heksana selanjutnya dilarutkan dengan etil asetat sebanyak 400 mL selama
48 jam dan diberi goyangan yang sama dengan maserasi sebelumnya, sedangkan
filtrat yang diperoleh dievaporasi menggunakan rotary vacuum evaporator pada
suhu 40 oC.
Hasil proses maserasi dengan etil asetat disaring dengan kertas saring
Whatman 42. Ekstraksi dengan pelarut etil asetat dilakukan berulang-ulang hingga
warna filtrat bening. Residu hasil ekstraksi dengan etil asetat selanjutnya
dilarutkan dengan metanol sebanyak 400 mL selama 48 jam dan diberi goyangan
yang sama dengan maserasi sebelumnya. Ekstraksi dengan pelarut metanol
dilakukan berulang-ulang hingga warna filtrat bening. Filtrat kemudian
dievaporasi menggunakan rotary vacuum evaporator pada suhu 40 oC. Hasil
maserasi dengan pelarut metanol kemudian disaring dengan kertas saring
Whatman 42. Filtrat ekstrak metanol yang diperoleh dievaporasi menggunakan
rotary vacuum evaporator pada suhu 40 oC, sedangkan residu yang tersisa
dibuang. Berdasarkan proses ini, diperoleh ekstrak dengan pelarut n-heksana, etil
asetat dan metanol. Hasil ekstrak yang diperoleh kemudian digunakan untuk
pengujian fitokimia kualitatif dan kuantitatif, pengujian aktivitas antioksidan dan
kadar total fenol ekstrak daun lindur.
Analisis Fitokimia (Harborne 1987)
Analisis fitokimia dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya senyawa
bioaktif yang terdapat pada sampel. Sampel yang diuji dalam bentuk ekstrak
kasar. Uji fitokimia yang dilakukan meliputi uji alkaloid, uji steroid, flavonoid,
saponin, fenol hidrokuinon, dan tanin.
a.

Alkaloid
Sampel sebanyak 0,05 g dilarutkan dalam beberapa tetes asam sulfat 2 N
kemudian diuji dengan tiga pereaksi alkaloid yaitu, pereaksi Dragendorff, pereaksi
Meyer, dan pereaksi Wagner. Hasil uji dinyatakan positif bila dengan pereaksi
Meyer terbentuk endapan putih kekuningan, endapan coklat dengan pereaksi
Wagner dan endapan merah hingga jingga dengan pereaksi Dragendorff.
b.

Steroid
Sampel sebanyak 0,05 g dilarutkan dengan 2 mL kloroform dalam tabung
reaksi yang kering, kemudian ditambahkan 10 tetes anhidra asetat dan 3 tetes
H2S04 pekat. Terbentuknya larutan berwarna merah untuk pertama kali kemudian
berubah menjadi biru dan hijau menunjukkan adanya steroid.
c.

Flavonoid
Sampel sebanyak 0,05 g ditambah dengan serbuk magnesium 0,1 mg dan
0,4 mL amil alkohol (campuran asam klorida 37% dan etanol 95% dengan volume

8

yang sama) dan 4 mL alkohol kemudian campuran dikocok. Terbentuknya warna
merah, kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol menunjukkan adanya
flavonoid.
d.

Saponin
Sebanyak 0,05 g sampel dilarutkan dengan 2 mL air dan dimasukkan dalam
beaker glass lalu dipanaskan hingga mendidih. Busa yang stabil selama 30 menit
dan tidak hilang pada penambahan 1 tetes HCl 2N menunjukkan adanya saponin.
e.

Fenol hidrokuinon
Sebanyak 0,05 g sampel ditambah dengan 2 mL etanol 70%. Larutan yang
dihasilkan kemudian diambil sebanyak 1 mL dan ditambah tetes larutan
FeCl3 5%. Terbentuknya warna hijau atau hijau biru menunjukkan adanya
senyawa fenol.
f.

Tanin
Sampel sebanyak 0,05 g ditambah dengan beberapa tetes FeCl3 kemudian
campuran dihomogenkan. Terbentuknya warna merah kehitaman menunjukkan
adanya senyawa tanin.

Analisis Aktivitas Antioksidan Metode DPPH (Aranda et al. 2009)
Uji aktivitas antioksidan dilakukan berdasarkan kemampuan sampel yang
digunakan dalam mereduksi radikal bebas stabil DPPH. Ekstrak sebanyak 10 mg
ditambah DMSO 1 mL sebagai larutan stock dan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi. Larutan kemudian diencerkan dengan etanol dan dibuat dalam beberapa
konsentrasi (75, 100, 125, 150, dan 175 ppm). Larutan DPPH dibuat dengan
penambahan 100 mL etanol ke dalam tabung reaksi berisi 10 mg kristal DPPH.
Masing-masing sebanyak 100 µL larutan sampel dan larutan DPPH dimasukkan
ke dalam microplate. Campuran kemudian dihomogenkan dan diinkubasi pada
ruangan gelap selama 30 menit. Vitamin C (asam askorbat) dilarutkan dengan
etanol dan dibuat dengan konsentrasi 3, 5, 8, dan 10 ppm sebagai kontrol positif
dan pembanding. Serapan yang dihasilkan diukur dengan microplate reader.
Persentase penghambatan efektivitas radikal bebas diperoleh dari nilai absorbansi
sampel. Persamaan regresi diperoleh dari hubungan antara konsentrasi sampel dan
presentase penghambatan aktivitas radikal bebas. Nilai konsentrasi penghambatan
aktivitas radikal bebas sebanyak 50% (IC50) dihitung dengan menggunakan
persamaan regresi. Nilai IC50 diperoleh dengan memasukkan y = 50 serta nilai a
dan b yang telah diketahui. Nilai x sebagai IC50 dapat dihitung dengan persamaan:
y = a+bx
Keterangan:
y
= persen inhibisi
x
= konsentrasi sampel (ppm)
a
= slope
b
= intercept
Analisis Total Fenol (Ukieyanna 2012)
Sampel sebanyak 2 mg ditambah 2 mL etanol 95%, kemudian divortex.
Tabung berisi campuran lalu ditambah 5 mL akuades dan divortex kembali hingga
homogen. Sebanyak 0,5 mL reagen Folin Ciocelteau 50% ditambahkan ke dalam

9

tabung berisi campuran. Campuran didiamkan selama 5 menit, lalu ditambah
dengan 1 mL Na2CO3 5%, kemudian divortex. Tabung reaksi berisi campuran
tersebut disimpan dalam ruang gelap selama 1 jam, lalu diukur nilai
absorbansinya (λ=725 nm) dengan spektrofotometer UV-Vis. Larutan blanko
dibuat seperti larutan uji, namun tanpa ekstrak sampel. Selanjutnya dibuat kurva
strandar asam galat dan ditentukan kadar total fenol.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Komposisi Kimia Daun Lindur (B. gymnorrhiza)
Daun lindur secara empiris telah banyak digunakan oleh masyarakat Tual di
Kepulauan Sulawesi, namun komposisi kimia daun lindur tersebut belum
diketahui. Komposisi kimia daun lindur ditentukan melalui analisis proksimat.
Analisis proksimat merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk memprediksi
komposisi kimia suatu bahan, termasuk di dalamnya kandungan air, lemak,
protein, abu, dan serat kasar. Sampel yang digunakan untuk analisis proksimat
yaitu daun lindur segar dan kering. Komposisi kimia daun lindur segar dan kering
disajikan pada Tabel 1. Contoh perhitungan analisis proksimat daun lindur
disajikan pada Lampiran 2.
Tabel 1 Komposisi kimia daun lindur
Bruguiera
Avicenia
Bruguiera Rhizopora
Komponen
marina
gymnorrhiza
parviflora mucronata
(b/b)
segar
kering segar*) kering*)
segar**) kering**)
Air
54,91
9,78
68,16
7,29
51,75
46,63
Abu
4,49
8,19
4,45
11,23
1,38
1,25
Lemak
1,87
3,90
0,72
3,89
2,08
1,96
Protein
4,45
9,78
3,67
16,19
0,12
0,41
Serat kasar
8,76
18,05
Keterangan: *)
**)

: Hardiningtyas (2012)
: Bunyapraphatsara et al. (2002)

Tabel 1 menunjukkan kadar air daun lindur menurun sebesar 45,13% setelah
proses pengeringan selama 2 hari. Hasil ini sesuai dengan Hardiningtyas (2012)
yang melakukan penelitian pada daun api-api yang mengalami penurunan kadar
air sebesar 60,87% setelah proses pengeringan selama 4 hari. Penurunan kadar air
disebabkan proses pengeringan yang menguapkan sebagian air pada bahan. Hal
ini sejalan dengan pernyataan Kusnandar (2010) bahwa perubahan kadar air dapat
disebabkan oleh mudahnya air menguap ketika mengalami proses pemanasan.
Kadar air dalam bahan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal yang mempengaruhi kadar air pada daun, antara lain umur,
genetik, jumlah dan volume sel-sel, ketebalan dinding sel, jumlah dan bentuk
stomata, jumlah dan susunan jaringan spons, jumlah dan susunan pektin pada
dinding sel serta adanya penebalan sekunder pada dinding sel daun.

10

Kadar air pada daun lindur segar lebih tinggi dibandingkan daun B.
parviflora dan R. mucronata segar, namun masih lebih rendah dibandingkan daun
A. marina segar. Menurut (Hardiningtyas 2012), perbedaan kadar air tersebut
diduga dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang
diduga menjadi penyebab perbedaan ini adalah morfologi daun dan sifat genetik.
Faktor eksternal yang diduga berpengaruh adalah nutrisi dan kondisi lingkungan
yang berbeda.
Analisis kadar abu dilakukan untuk mengetahui kandungan mineral yang
terdapat pada suatu bahan. Hasil perhitungan kadar abu daun lindur kering
menunjukkan selisih sebesar 3,7% dengan kadar abu pada daun lindur segar.
Penelitian Hardiningtyas (2012) juga menunjukkan peningkatan kadar abu pada
sampel daun A. marina kering sebesar 6,78% dibandingkan dengan kadar abu
pada daun A.marina segar.
Kadar abu daun lindur segar lebih tinggi dibandingkan dengan daun
mangove lainnya. Hasil penelitian Wibowo et al. (2009), daun mangrove api-api
putih segar mengandung mineral, diantaranya kalsium, fosfor, magnesium, besi,
sodium dan kalium. Tinggi rendahnya kadar abu dapat disebabkan oleh perbedaan
habitat atau lingkungan hidup yang berbeda. Selain itu, masing-masing organisme
juga memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam meregulasi dan
mengabsorbsi mineral sehingga hal ini nantinya juga akan berpengaruh terhadap
nilai kadar abu pada masing-masing bahan (Winarno 2008).
Daun lindur kering mengalami perubahan nilai kadar lemak sebesar 2,03%
dibandingkan dengan daun lindur segar. Hasil penelitian Hardiningtyas (2012)
juga menunjukkan peningkatan kadar lemak pada daun A. marina kering sebesar
3,17% dibandingkan daun A. marina segar. Kadar lemak daun lindur segar lebih
rendah dibandingkan dengan daun B. parviflora dan R. mucronata segar, namun
masih lebih tinggi dibandingkan daun A. marina segar. Kadar lemak yang rendah
dapat disebabkan oleh kandungan air yang cukup tinggi sehingga kadar lemak
secara proporsional menurun. Menurut Yunizal et al. (1998), kadar air umumnya
berbanding terbalik dengan kadar lemak. Hubungan tersebut mengakibatkan
semakin rendahnya kadar lemak jika kadar air yang terkandung dalam bahan
memiliki jumlah yang tinggi.
Protein merupakan makromolekul yang dibentuk dari asam amino yang
berikatan peptida (Winarno 2008). Kadar protein daun lindur kering lebih tinggi
sebesar 6,33% dibandingkan dengan daun lindur segar, mengingat proses
pengeringan yang menyebabkan protein terdenaturasi. Menurut Gaman dan
Sherrington (1992), perlakuan pemanasan pada suatu bahan pangan,
menyebabkan protein terdenaturasi secara sempurna. Daun lindur segar
mengandung protein dalam jumlah yang terbilang kecil, lebih tinggi dibandingkan
kadar protein daun mangrove segar lainnya.
Bahan pangan nabati umumnya memiliki protein yang lebih rendah
dibandingkan bahan pangan hewani. Protein hewani mengandung asam amino
yang lebih lengkap dan susunan mendekati nilai protein tubuh. Asam amino pada
protein nabati lebih rendah dibandingkan protein hewani (Muchtadi dan Fitriyono
2010). Asam amino yang biasanya terdapat dalam bahan makanan dalam jumlah
yang sangat sedikit disebut asam amino pembatas. Asam amino pembatas pada
tumbuhan serelia adalah lisin, sedangkan pada kacang-kacangan umumnya
metionin. Protein yang kekurangan satu atau lebih asam amino esensial

11

mempunyai mutu yang rendah. Kadar protein pada tumbuhan secara umum
memiliki mutu yang lebih rendah daripada kadar protein hewani. Protein hewani
lebih banyak menyediakan asam amino-asam amino esensial dan karenanya
disebut protein bermutu tinggi (Winarno 2008).
Serat kasar merupakan residu dari bahan pangan yang telah diperlakukan
dengan kondisi asam dan alkali mendidih. Serat pada tumbuhan umumnya terdiri
dari selulosa, hemiselulosa dan lignin. Serat pada tumbuhan yang sebagian besar
berupa selulosa akan terhidrolisis menjadi senyawa-senyawa yang lebih
sederhana. Serat yang berupa selulosa, hemiselulosa, dan lignin ini merupakan
polisakarida yang banyak terdapat pada dinding sel tumbuhan. Selulosa yang
terhidrolisis akan menjadi senyawa yang lebih sederhana, diantaranya selodekstrin
yang terdiri dari satuan glukosa atau lebih sedikit, kemudian selobiosa dan
akhirnya glukosa (Robinson 1995).
Daun lindur kering memiliki kadar abu, lemak, protein, dan serat kasar yang
lebih tinggi dibandingkan pada daun lindur segar. Hal ini akibat adanya proses
pengeringan pada sampel daun lindur kering tersebut. Menurut Muchtadi dan
Fitriyono (2010), proses pengeringan akan mengurangi kadar airnya dan
mengakibatkan bahan mengandung senyawa protein, karbohidrat, dan mineral
memiliki proporsi yang lebih tinggi.

Rendemen Ekstrak Kasar Daun Lindur
Ekstraksi dengan jenis pelarut yang berbeda menghasilkan rendemen
ekstrak yang berbeda. Menurut Sultana et al. (2009), jenis pelarut yang digunakan
merupakan faktor utama yang menentukan hasil ekstraksi atau rendemen ekstrak.
Rendemen ekstrak merupakan perbandingan antara bobot ekstrak yang dihasilkan
dengan bobot awal yang digunakan dan dinyatakan dalam persen (%). Rendemen
ekstrak daun lindur dengan masing-masing pelarut disajikan pada Gambar 1.
Perhitungan rendemen dapat dilihat pada Lampiran 3.
18

15,79 ± 0,69a

16

% Rendemen

14
12
10

8
6
4
2

1,53 ±

0,02c

2,85 ± 0,01b

0

N- heksana

Etil asetat
Metanol
Ekstrak
Gambar 2 Rendemen ekstrak kasar daun lindur
Gambar 2 menunjukkan bahwa rendemen terendah yaitu ekstrak n-heksana
sebesar 1,53%, sedangkan rendemen tertinggi yaitu ekstrak metanol sebesar
15,79%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kandungan senyawa bioaktif yang

12

paling banyak pada ekstrak kasar daun lindur bersifat polar. Hasil uji ANOVA
(Lampiran 4) menunjukkan bahwa jenis pelarut berpengaruh terhadap rendemen
ekstrak daun lindur yang dihasilkan (p200 ppm). Hasil penelitian Juniarti et al. (2009) juga menunjukkan
adanya steroid pada ekstrak daun saga (Arbus precatorius L.), namun
menunjukkan aktivitas antioksidan yang lemah, sedangkan steroid pada hasil
penelitian Silvia et al. (2002), menunjukkan aktivitas anti-inflamasi pada steroid
yang diekstrak dari daun Agave attenuate.
Ketiga ekstrak daun lindur juga menunjukkan adanya senyawa fenol
hidrokuinon. Senyawa fenol cenderung mudah larut dalam air dan beberapa
senyawa non polar karena umumnya berikatan dengan gula sebagai glikosida dan
biasanya terdapat dalam vakuola sel. Fenol meliputi berbagai senyawa yang
berasal dari tumbuhan dan mempunyai ciri yang sama, yaitu cincin aromatik yang
mengandung satu atau dua gugus hidroksil, beberapa mungkin digantikan dengan
gugus metil atau glikosil. Flavonoid merupakan kelompok yang terbesar di antara
komponen fenolat alami yang strukturnya telah diketahui, tetapi fenol monosiklik
sederhana, fenilpropanoid dan fenolat quinon terdapat dalam jumlah sedikit.
Beberapa golongan bahan polimer penting dalam tumbuhan seperti lignin,
melanin, dan tanin merupakan senyawa polifenol (Harborne 1987). Senyawa fenol
pada ketiga ekstrak juga ditentukan dengan analisis kadar total fenolik. Hasil
analisis menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat menunjukkan nilai total fenolik
tertinggi dibandingkan ekstrak lainnya.
Flavonoid umumnya terdapat pada tumbuhan terikat pada gula sebagai
glikosida dan aglikon flavonoid (Harborne 1987). Senyawa flavonoid hanya
terdapat pada ekstrak metanol dan ekstrak etil asetat. Hal ini karena dipengaruhi
oleh kepolaran pelarut dalam mengekstrak flavonoid. Menurut Middleton et al.
(2000), flavonoid merupakan senyawa aktif yang termasuk dalam jenis
intermediet antioksidan, yang berperan sebagai antioksidan hidrofilik dan
lipofilik. Flavonoid sebagai derivat benzo-γ-piren mempunyai banyak kegunaan
disamping fungsinya yang utama sebagai bahan tambahan untuk meningkatkan
resistensi dan menurunkan permeabilitas kapiler darah. Efek lain flavonoid sangat
banyak macamnya terhadap berbagai organisme dan efek ini dapat menjelaskan
alasan tumbuhan yang mengandung flavonoid dapat digunakan dalam pengobatan.
Flavonoid dapat berfungsi sebagai antivirus, antialergi, antimikroorganisme, dan
antioksidan untuk mengendalikan radikal bebas yang dapat menyebabkan tumor.
Lotito dan Fraga (2000) menambahkan, flavonoid merupakan antioksidan yang
berperan dalam melindungi antioksidan lipofilik sehingga dapat menguatkan
antioksidan seluler.
Ekstrak metanol juga mengandung senyawa tanin. Tanin dikenal dengan
rasanya yang pahit karena berfungsi untuk pelindung dari hewan pemakan
tanaman. Tanin banyak digunakan sebagai bahan penyamak kulit serta antiseptik
untuk mencegah hama serangga dan kapang. Kandungan tanin menurun sejalan
dengan bertambahnya usia tanaman (Harborne 1987). Ekstrak tanin terdiri dari
campuran senyawa polifenol yang sangat kompleks dan biasanya tergabung
dengan karbohidrat rendah. Tanin diharapkan mampu mensubstitusi gugus fenol
dan resin fenol formaldehid untuk mengurangi pemakaian fenol sebagai

14

sumberdaya alam tak terbaharukan. Tanin, polifenol dan flavonoid merupakan
senyawa yang berfungsi sebagai antioksidan karena ketiga senyawa tersebut
merupakan senyawa-senyawa fenol, yaitu senyawa dengan gugus –OH yang
terikat pada cincin aromatik. Senyawa-senyawa tersebut tidak reaktif
dibandingkan dengan kebanyakan radikal bebas yang lain (Jati 2008).
Hasil analisis fitokimia menunjukkan adanya senyawa saponin pada ekstrak
etil asetat dan metanol. Menurut Robinson (1995), terdapat dua jenis saponin,
yaitu glikosida triterpenoid alkohol dan glikosida steroid. Kedua jenis ini larut
dalam air dan etanol. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat
seperti sabun. Saponin dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk
busa dan menghemolisis sel darah. Hasil penelitian Homhual et al. (2006)
menunjukkan bahwa komponen bioaktif yang terdapat pada B. gymnorrhiza
terdiri dari senyawa fenol, flavonoid, steroid, kandungan sulfur, dan komponen
terpenoid.
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Lindur
Analisis aktivitas antioksidan ekstrak daun lindur yang dilakukan pada
penelitian ini menggunakan metode DPPH. Aktivitas antioksidan dengan metode
DPPH dinyatakan dalam presentase inhibisinya terhadap radikal bebas DPPH
(Ukieyanna 2012). Persen inhibisi merupakan kemampuan suatu bahan untuk
menghambat aktivitas radikal bebas yang berhubungan dengan konsentrasi bahan.
Nilai IC50 didefinisikan sebagai besarnya konsentrasi yang dapat menghambat
aktivitas radikal bebas DPPH sebanyak 50%. Semakin rendah nilai IC50
menunjukkan aktivitas antioksidan yang semakin tinggi (Molyneux 2004).
Hubungan antara konsentrasi ekstrak vitamin C terhadap persen inhibisinya
disajikan pada Gambar 3.
80

y = 7,2377x + 5,3614
R² = 0,9903

70

Inhibisi (%)

60

50
40
30
20
10
0
0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

Konsentrasi
Gambar 3 Hubungan konsentrasi
vitamin (ppm)
C dengan persen inhibisinya

Gambar 3 menunjukkan hubungan antara konsentrasi vitamin C dengan
persen inhibisinya. Persen inhibisi vitamin C tertinggi diperoleh pada konsentrasi
10 ppm yaitu sebesar 78,08%, sedangkan persen inhibisi terendah sebesar 25,40%
dihasilkan pada konsentrasi 1 ppm. Nilai IC50 larutan kontrol (vitamin C) yang
dihasilkan sebesar 6,17 ppm. Vitamin C merupakan senyawa murni sehingga
penghambatan radikal DPPH lebih efektif dengan konsentrasi yang rendah.
Hubungan antara konsentrasi ekstrak daun lindur dengan persen inhibisinya
disajikan pada Gambar 4.

15

70
y = 0,0882x + 42,846
R² = 0,9713

60

Inhibisi (%)

50
y = 0,0709x + 41,905
R² = 0,9505

40

n-heksana

30

etil asetat

y = 0,0487x + 10,277
R² = 0,8193

20

metanol

10
0
0

50

100

150

200

Konsentrasi (ppm)

Gambar 4 Hubungan konsentrasi ekstrak dengan persen inhibisinya
Persen inhibisi merupakan kemampuan suatu bahan untuk menghambat
aktivitas radikal bebas, yang berhubungan dengan konsentrasi suatu bahan
(Jacoeb et al. 2013). Gambar 4 menunjukkan peningkatan persentase
penghambatan terhadap radikal bebas seiring dengan meningkatnya konsentrasi
ekstrak. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Hanani et al. (2005) bahwa persentase
penghambatan terhadap aktivitas radikal bebas akan meningkat seiring dengan
meningkatnya konsentrasi ekstrak karena semakin banyaknya senyawa
antioksidan yang mendonorkan elektron terhadap radikal bebas.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persen inhibisi tertinggi diperoleh
dari ekstrak metanol sebesar 58,47%, sedangkan persen inhibisi terendah
diperoleh dari ekstrak n-heksana yaitu sebesar 14,73%. Hal ini berbeda dengan
hasil penelitian Haq et al. (2011) yang menunjukkan bahwa nilai persen inhibisi
tertinggi diperoleh pada ekstrak etanol, diikuti ekstrak metanol, dan ekstrak
kloroform pada konsentrasi ekstrak yang sama (2000 ppm). Menurut Blois (2005),
suatu senyawa digolongkan sebagai antioksidan sangat kuat apabila nilai IC50
kurang dari 50 ppm, kuat apabila nilai IC50 berkisar 50-100 ppm, sedang apabila
nilai IC50 berkisar 100-150 ppm, dan lemah apabila nilai IC50 berkisar (150-200
ppm). Perhitungan persen inhibisi dan nilai IC50 dapat dilihat pada Lampiran 6.
Nilai IC50 rata-rata masing-masing ekstrak disajikan pada Gambar 5.

16

815,67 1,48c
800

700

IC 50

600
500
400
300
200

114,18 2,29ab

100

81,11 1,63a

6,17 0,75

0

n-heksana

etil asetat

metanol
Vitamin C
Ekstrak
Gambar 5 Nilai IC50 rata-rata ekstrak kasar daun lindur dan vitamin C

Hasil uji ANOVA (Lampiran 7) menunjukkan bahwa perbedaan jenis
pelarut yang digunakan pada proses ekstraksi berpengaruh terhadap aktivitas
antioksidan pada masing-masing ekstrak (p