Potensi Lindur (Bruguiera Gymnorrhiza) Dari Mangrove Sebagai Antioksidan Dan Inhibitor Α Glukosidase

POTENSI LINDUR (Bruguiera gymnorrhiza) DARI MANGROVE
SEBAGAI ANTIOKSIDAN DAN INHIBITOR α-GLUKOSIDASE

SILUH PUTU SRI DIA UTARI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Potensi Lindur
(Bruguiera gymnorrhiza) dari Mangrove sebagai Antioksidan dan Inhibitor αglukosidase adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2016

Siluh Putu Sri Dia Utari
NIM C351130141

RINGKASAN
SILUH PUTU SRI DIA UTARI. Potensi Lindur (Bruguiera gymnorrhiza) dari
Mangrove sebagai Antioksidan dan Inhibitor α-glukosidase. Dibimbing oleh
NURJANAH dan AGOES MARDIONO JACOEB.
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat atau mencegah
terjadinya oksidasi pada substrat yang mudah teroksidasi. Inhibitor α-glukosidase
merupakan penghambat enzim α-glukosidase yang berperan dalam pencernaan
karbohidrat yang bekerja di dalam usus. Tanaman lindur (B. gymnorrhiza)
menjadi salah satu tanaman mangrove yang berpotensi sebagai sumber senyawa
bioaktif untuk antioksidan dan inhibitor α-glukosidase. Penelitian ini bertujuan
untuk menentukan bagian dari tanaman lindur (daun, kulit batang dan akar) yang
paling baik dalam menghasilkan senyawa bioaktif yang berfungsi sebagai
antioksidan dengan metode 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH) serta
aktivitasnya sebagai inhibitor enzim α-glukosidase secara in vitro.
Penelitian ini diawali dengan pengambilan dan preparasi sampel, uji
proksimat, ekstraksi bertingkat, uji fitokimia, dan uji aktivitas antioksidan dengan
metode DPPH, pengujian inhibitor α-glukosidase dari ekstrak kasar tanaman

lindur, fraksinasi dari ekstrak aktif tanaman lindur menggunakan Kromatografi
Lapis Tipis (KLT) & Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLTP), pengujian
hasil fraksinasi terhadap aktivitas inhibitor α-glukosidase, dan mengidentifikasi
struktur senyawa bioaktif dari fraksi aktif.
Nilai rendemen tertinggi dihasilkan dari ekstrak etanol daun yaitu 12.85%
dan yang terendah dihasilkan dari ekstrak n-heksana akar yaitu 0.18%. Daun
mengandung protein (2.16%), lemak (1.12%), dan air (74.72%) yang paling tinggi
dibandingkan dengan kulit batang dan akar. Kulit batang mengandung kadar abu
(4.12%) dan kadar karbohidrat (46.02%) yang paling tinggi dibandingkan dengan
daun dan akar. Ekstrak etanol kulit batang, etil asetat kulit batang dan etanol akar
memiliki komponen bioaktif flavonoid, tanin, fenol, saponin, dan triterpenoid,
sedangkan ekstrak etil asetat akar hanya memiliki komponen bioaktif flavonoid,
fenol, saponin, dan triterpenoid. Ekstrak etanol kulit batang mengandung
flavonoid dan tanin yaitu 0.42% dan 4.10%. Ekstrak etil asetat daun mengandung
fenol yaitu 3.48%. Ekstrak etanol akar mengandung saponin dan triterpenoid
0.32% dan 0.10%. Aktivitas antioksidan yang potensial adalah ekstrak etil asetat
kulit batang lindur dengan nilai IC50 14.21 ppm. Metode kromatografi dengan
KLT menghasilkan eluen terbaik, yaitu metanol:DCM:n-heksana (2:3:1) dan
menghasilkan 5 fraksi. Fraksi 1 dari ekstrak etanol akar memiliki potensi sebagai
inhibitor α-glukosidase dengan nilai IC50 yaitu 161.05 ppm. Senyawa yang

terdapat pada fraksi 1 dengan kemiripan >90% adalah hexadecanoic acid dan
fenol, 2,2 methylenebis.
Kata kunci: akar, antioksidan, Bruguiera gymnorrhiza, mangrove, inhibitor αglukosidase,

SUMMARY
SILUH PUTU SRI DIA UTARI. The potency of lindur (Bruguiera gymnorrhiza)
from mangrove as an antioxidant and α-glucosidase inhibitor. Supervised by
NURJANAH AND AGOES MARDIONO JACOEB.
Antioxidants are compounds that can inhibit or prevent the oxidation of the
easily oxidized substrate. Component α-glucosidase inhibitors can restrict action
of α-glucosidase that digests carbohydrates in the gut. Lindur (Bruguiera
gymnorrhiza) is one of the mangrove plants that have potential activity as a source
of bioactive compounds such as antioxidant and α-glucosidase inhibitor. This
study aims to determine the parts of lindur plant (leaves, barks, and roots) that
provide the best activity of antioxidant by DPPH method and α-glucosidase
inhibitor by in vitro.
This study began with following steps, sample preparation, proximate
analysis, extraction, phytochemical analysis, DPPH and α-glucosidase inhibitor
analysis from crude extracts of lindur plants, fractionation of the active extract by
TLC & P-TLC, and analysis of fraction to activity of α-glucosidase inhibitor.

Furthermore, structures of bioactive compounds that show the best α-glucosidase
inhibitor activity were identified using GC-MS.
Ethanol extract of leaves indicated the highest yield (12.85%) and n-hexane
extract of roots showed the lowest yield (0.18%). Proximate analysis showed that
leaves contained protein (2.16%), fat (1.12%), and water (74.72%). The results
demonstrated that extract from leaves was highest proximate value compared with
barks, and roots. The highest ash and carbohydrate content were attributed to bark
extract, with value of 4.12% and 46.02%, respectively. Ethanol and ethyl acetate
extract of barks, ethanol extract of roots had bioactive compounds, consisting of
flavonoids, tannins, phenols, saponins, and tritepenoid. Ethyl acetate extract of
roots only had bioactive compounds flavonoids, phenols, saponins, and
triterpenoids. Ethanol extract of barks contained flavonoids (0.42%) and tannins
(4.10%), while ethyl acetate extract of leaves contained phenols (3.48%). Ethanol
extract of roots contained saponins (0.32%) and triterpenoid (0.10%). The highest
antioxidant activity was ethyl acetate extracts from bark, with IC50 value of 14.21
ppm. Chromatographic analysis by TLC produced the best eluent, namely
methanol:DCM:n-hexane (2:3:1) and showed 5 fractions. Fraction 1 from ethanol
extract of roots demonstrated desirable activity as α-glucosidase inhibitor with
IC50 values of 161.05 ppm. Compounds in fraction 1 that exhibits similarity ˃λ0%
were hexadecanoic acid and phenol, 2,2 methylenebis.

Keywords: antioxidant , α-glucosidase inhibitors, Bruguiera gymnorrhiza,
mangrove, roots

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

POTENSI LINDUR (Bruguiera gymnorrhiza) DARI MANGROVE
SEBAGAI ANTIOKSIDAN DAN INHIBITOR α-GLUKOSIDASE

SILUH PUTU SRI DIA UTARI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains
pada
Program Studi Teknologi Hasil Perairan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Penguji Luar Komisi Pada Ujian Tesis : Dr Asadatun Abdullah, S.Pi, MSM, M.Si

Judul Tesis : Potensi lindur (Bruguiera gymnorrhiza) dari mangrove sebagai
antioksidan dan inhibitor α-glukosidase
Nama
: Siluh Putu Sri Dia Utari
NIM
: C351130141

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa,

karena berkat wara nugraha-NYA penyusunan tesis ini dapat terselesaikan. Tema
yang dipilih dalam penelitian tesis ini adalah Potensi Lindur (Bruguiera
gymnorrhiza) dari Mangrove sebagai Antioksidan dan Inhibitor α-glukosidase.
Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains
di Program Studi Teknologi Hasil Perairan, Sekolah Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor. Sebagian hasil dari penelitian ini telah dievaluasi oleh reviewer
di jurnal Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Nurjanah, MS dan Dr Ir
Agoes M Jacoeb, Dipl-Biol sebagai komisi pembimbing atas bimbingan,
petunjuk, arahan, dan masukan sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Asadatun Abdullah, S.Pi, MSM, M.Si
sebagai penguji. Terima kasih kepada Dr Ir Iriani Setyaningsih, MS selaku GKM.
Terima kasih kepada Dr Ir Wini Trilaksani, MSc sebagai Ketua Program Studi
Pascasarjana Teknologi Hasil Perairan dan Prof Dr Ir Joko Santoso, MSi sebagai
Ketua Departemen Teknologi Hasil Perairan. Terima kasih penulis ucapkan
kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Ditjen Dikti yang telah
memberikan Beasiswa Pendidikan Pascasarjana Dalam Negeri (BPP-DN) kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di THP IPB. Terima kasih
penulis ucapkan kepada Dinas Kelautan dan Pertanian Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta serta pengelola kawasan ekowisata mangrove Tol Sedyatmo Penjaringan,

Jakarta Utara yang telah memberikan izin dan membantu penulis untuk
pengambilan sampel. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua
orang tua, adik, dan keluarga yang lain serta staf administrasi, laboran dan temanteman S2 THP 2012, 2013, 2014 atas segala doa dan dukungannya.
Kesempurnaan penelitian ini tidak terlepas dari segala kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi
seluruh civitas IPB khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya.

Bogor,

April 2016

Siluh Putu Sri Dia Utari

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

v

DAFTAR GAMBAR


v

DAFTAR LAMPIRAN

v

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

1
1
2
3
3
3


2 METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Bahan dan Alat Penelitian
Metode Penelitian
Pengambilan dan preparasi bahan baku
Ekstraksi senyawa bioaktif (Modifikasi Rahman et al. 2011)
Uji proksimat (AOAC 2005)
Uji fitokimia kualitatif (Harborne 1987)
Uji fitokimia kuantitatif (Desmiaty et al. 2014)
Uji aktivitas antioksidan (Salazar-Aranda et al. 2009)
Uji aktivitas inhibitor α-Glukosidase (Sancheti et al. 2009)
Pemisahan senyawa aktif
Fraksinasi menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Fraksinasi dengan KLTP (Gritter et al. 1991)
Identifikasi senyawa aktif menggunakan GC-MS

4
4
4
4

6
6
7
10
11
12
12
13
13
13
14

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi dan Karakterisasi Sampel
Komposisi Kimia Daun, Kulit Batang dan Akar Tanaman Lindur
Komponen Bioaktif Kualitatif Ekstrak Kasar Tanaman Lindur
Komponen Bioaktif Kuantitatif Ekstrak Kasar Tanaman Lindur
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kasar Tanaman Lindur
Aktivitas Inhibitor Enzim α-Glukosidase Ekstrak Kasar Tanaman Lindur
Fraksinasi dengan KLT dan KLTP
Aktivitas Inhibitor Enzim α-Glukosidase Fraksi Ekstrak Etanol Akar
Identifikasi Senyawa Hasil Fraksinasi

15
15
17
19
22
23
25
28
31
33

4 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

36
36
36

DAFTAR PUSTAKA

37

LAMPIRAN

45

RIWAYAT HIDUP

67

DAFTAR TABEL
1 Rendemen ekstrak daun, kulit batang, dan akar lindur (B. gymnorrhiza)
2 Komposisi kimia daun, kulit batang dan akar tanaman lindur
3 Komponen bioaktif ekstrak kasar daun, kulit batang dan akar tanaman
lindur (B. gymnorrhiza)
4 Komponen bioaktif secara kuantitatif ekstrak kasar daun, kulit batang
dan akar lindur (B. gymnorrhiza)
5 Hasil pengujian aktivitas antioksidan tanaman lindur dan Vit. C
6 Hasil pengujian inhibitor enzim α-glukosidase
7 Nilai Rf fraksi dengan eluen metanol: DCM: n-heksana (2:3:1)
8 Hasil pengujian inhibitor enzim α-glukosidase fraksi ekstrak etanol akar
9 Senyawa pada fraksi 1 akar lindur dari hasil GC-MS

16
18
20
22
24
26
30
32
33

DAFTAR GAMBAR
1 Diagram alir penelitian ekstrak tanaman lindur sebagai inhibitor
α-glukosidase
2 Diagram alir proses ekstraksi bahan aktif tanaman lindur
3 Diagram alir fraksinasi dengan metode KLT
4 Profil spot pencarian eluen terbaik dengan pelarut tunggal
5 Profil spot pencarian eluen terbaik dengan perbandingan metanol :
DCM
6 Profil spot pencarian eluen terbaik dari metanol:DCM: hexan
7 Hasil fraksinasi dengan KLT; (A) kromatografi KLT preparatif, (B)
hasil pengecekan dengan kromatografi lapis tipis

5
7
14
28
29
29
30

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil identifikasi sampel
2 Proksimat daun, kulit batang dan akar tanaman lindur
3 Hasil spektrum luas area bercak ekstrak tanaman lindur dan standar
pembanding
4 Penentuan total fenol dengan spektrofotometer
5 Hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak kasar tanaman lindur
6 Hasil uji aktivitas inhibitor α-glukosidase ekstrak kasar tanaman lindur
7 Data Rf fraksi dan contoh perhitungannya
8 Hasil uji aktivitas inhibitor enzim α-glukosidase ekstrak fraksi 1
9 Kromatogram senyawa pada fraksi 1 ekstrak etanol akar dengan GCMS

46
47
48
55
56
60
62
63
64

10 Pembandingan grafik pembacaan hasil identifikasi GC-MS
hexadecanoic acid
11 Pembandingan grafik pembacaan hasil identifikasi GC-MS phenol

65
66

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dewasa ini telah terjadi perubahan gaya hidup pada masyarakat. Salah satu
diantaranya adalah pergeseran pola makan. Masyarakat cenderung untuk
mengkonsumsi makanan cepat saji (fast food) dan makanan/minuman manis yang
berkadar gula tinggi. Pola konsumsi dan gaya hidup yang tidak sehat dapat
menimbulkan berbagai penyakit degeneratif salah satunya penyakit diabetes.
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan
hiperglikemia, yaitu meningkatnya kadar gula darah yang melebihi kadar normal
(80-120 mg/dl), umumnya disebabkan oleh kerja insulin yang tidak memadai
(Lee 2007). DM telah dikategorikan sebagai penyakit global oleh World Health
Organization (WHO) dengan jumlah penderita di dunia mencapai 347 juta jiwa
pada tahun 2012. Penderita DM di Indonesia menempati urutan ketujuh setelah
Cina, India, dan Amerika Serikat, Brazil, Rusia dan Mexico. Indonesia menempati
peringkat pertama di Asia Tenggara, dengan prevalensi penderita sebanyak 8.4
juta jiwa di tahun 2000 dan diproyeksi meningkat 2.5 kali lipat menjadi 21.3 juta
jiwa pada tahun 2030 (WHO 2013).
Diabetes mellitus dapat dibedakan menjadi dua tipe utama, yaitu DM tipe 1
dan DM tipe 2. Penyakit DM tipe 1 terjadi karena sel beta pankreas yang kerja
utamanya memproduksi insulin tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan insulin
tubuh bahkan produksinya dapat terhenti sama sekali, sedangkan DM tipe 2
terjadi karena kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel usus
(Pulungan dan Herqutanto 2009). Penanganan dan cara pengobatan yang efektif
sangat diperlukan serta diharapkan agar tidak menimbulkan efek samping yang
besar. Salah satu alternatif pendekatan yang dapat dilakukan adalah mencegah
hidrolisis karbohidrat menjadi gula sederhana (glukosa) pada usus dengan cara
menghambat kinerja enzim α-glukosidase, sehingga menghambat peningkatan
gula darah pascamakan (postprandial). Flavonoid dilaporkan memiliki aktivitas
inhibitor terhadap enzim α-glukosidase (Suarsana et al. 2008). Aktivitas inhibitor
enzim α-glukosidase dan antioksidan adalah dua hal yang berpengaruh terhadap
penyakit diabetes mellitus. Kebanyakan tumbuhan yang mengandung senyawa
bioaktif misalnya glikosida, alkaloid, terpenoid, dan flavonoid. Senyawa tersebut
memiliki aktivitas sebagai antioksidan dan inhibitor enzim α-glukosidase
(Suarsana et al. 2008).
Senyawa fitokimia yang terdapat pada tanaman, yaitu golongan alkaloid,
flavonoid, kuinon, tanin, polifenol, saponin, steroid, dan triterpenoid (Juniarti et
al. 2009). Tanaman mangrove menjadi alternatif baru sebagai sumber komponen
bioaktif untuk pengembangan obat-obatan dan pangan fungsional. Wilayah pesisir
Indonesia menyimpan potensi yang sangat besar akan pemanfaatan tanaman
mangrove. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa pemanfaatan tanaman
mangrove sebagai sumber senyawa bioaktif sangat efektif dan potensial dalam
menghambat enzim α-glukosidase (Singh et al. 2010; Karimulla dan Kumar 2011;
Lawag et al. 2012; Wang et al. 2013; Srivastava et al. 2014; Hardoko et al. 2015;
Chan et al. 2015). Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai sumber senyawa

2
bioaktif untuk inhibitor enzim α-glukosidase yang berasal dari sumber daya
perairan adalah tanaman lindur (B. gymnorrhiza).
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Sudirman et al. (2014)
menunjukkan adanya kandungan flavonol, flavon, dan glikosilflavon pada buah
lindur. Hasil penelitian Rahman et al. (2011) menunjukkan bahwa ekstrak
metanol akar tanaman ini memiliki senyawa bioaktif berupa diterpen, triterpen,
steroid, flavonoid, glikosida, saponin dan tannin. Buah tanaman lindur juga
memiliki aktivitas antivirus dan dapat melawan tumor Sarcoma 180 dan Lewis
lung carcinoma serta mengandung karbohidrat yang tinggi sehingga memiliki
potensi sebagai alternatif sumber pangan (Allen dan Duke 2006). Kulit kayunya
digunakan untuk mengobati luka bakar secara empiris (Kepulauan Solomon), obat
diare, dan malaria (Indonesia dan Kamboja) (Rahman et al. 2011). Menurut hasil
penelitian yang dilakukan oleh Karimulla dan Kumar (2011) bahwa ekstrak etanol
kulit batang dan akar tanaman lindur dapat menurunkan total kolesterol, Low
Density Lipoprotein (LDL) dan trigliserida. Singh et al. (2010) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa dengan penambahan 250 mg/kg ekstrak etanol
akar tanaman lindur mampu menurunkan kadar glukosa dalam darah menjadi
85.81 mg/dl selama 90 menit pada tikus yang diujikan. Hardoko et al. (2015)
menyebutkan bahwa fraksi agaropektin dari ekstrak Gracilaria gigas dapat
menghambat enzim α-glukosidase dengan nilai IC50 158.34 ppm. Cahyani et al.
(2015) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ekstrak metanol gatropoda
mangrove jenis Cerithidea obtuse memiliki aktivitas antidibates dengan nilai IC50
36 400 ppm. Penelitian terhadap pemanfaatan tanaman mangrove di Indonesia
sebagai sumber senyawa bioaktif dalam menghambat enzim α-glukosidase masih
belum banyak dilakukan. Senyawa yang berperan sebagai inhibitor enzim αglukosidase dari tanaman lindur belum dikaji secara komprehensif. Informasi
mengenai senyawa bioaktif yang dapat berfungsi sebagai antioksidan dan inhibitor
enzim α-glukosidase masih kurang sehingga diperlukan penelitian dan
pembuktian secara ilmiah.

Perumusan Masalah
Adanya peningkatan jumah penderita diabetes mendorong berkembangnya
berbagai riset etnobotani di bidang tersebut. Pemanfaatan sumber daya alami
terutama dari tanaman lindur sebagai antioksidan dan antidiabetik hanya sebatas
pengalaman empiris. Infomasi ilmiah mengenai aktivitas antioksidan dan inhibitor
enzim α-glukosidase di Indonesia masih sangat kurang, sehingga dibutuhkan
penelitian yang komprehensif tentang komponen bioaktif yang dapat berfungsi
sebagai antioksidan dan inhibitor enzim α-glukosidase. Adanya riset
pengembangan bahan dari hasil perairan dapat meningkatkan nilai guna atau
ekonomis tanaman, diharapkan dapat memberikan alternatif pengobatan yang
lebih murah dan efektif serta banyak manfaat lainnya bagi kehidupan manusia dan
ekosistem. Penelitian spesies ini telah dilakukan oleh beberapa peneliti di luar
negeri namun belum pernah dilakukan penelitian di Indonesia dan belum banyak
diketahui oleh masyarakat Indonesia tentang manfaat tersebut.

3
Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah memilih bagian dari tanaman lindur
(daun, kulit batang dan akar) yang paling baik dalam menghasilkan senyawa
bioaktif yang berfungsi sebagai antioksidan dengan metode 1,1-diphenyl-2picrylhydrazyl (DPPH) serta aktivitasnya sebagai inhibitor enzim α-glukosidase
secara in vitro.
Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain adalah:
1) Menentukan rendemen, fitokimia kualitatif dan kuantitatif, serta aktivitas
antioksidan dari ekstrak kasar tanaman lindur (Bruguiera gymnorrhiza).
2) Menentukan dan memilih aktivitas inhibitor enzim α-glukosidase dari ekstrak
kasar tanaman lindur.
3) Menentukan aktivitas inhibitor α-glukosidase fraksi menggunakan
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan Kromatografi Lapis Tipis Preparatif
(KLTP).
4) Menentukan senyawa bioaktif fraksi yang berpotensi sebagai inhibitor enzim αglukosidase menggunakan GC-MS.
.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah dan
menjadi dasar bagi penelitian lanjutan tentang pemanfaatan daun, kulit batang dan
akar lindur (B. gymnorrhiza) yang memiliki aktivitas antioksidan dan antidiabetik
melalui sediaan potensi inhibitor enzim α-glukosidase yang dapat digunakan
sebagai salah satu alternatif pengembangan pengobatan DM tipe 2.

Ruang Lingkup Penelitian
1) Persiapan dan pengambilan contoh, pengujian proksimat daun, kulit batang
dan akar tanaman lindur (B. gymnorrhiza).
2) Ekstraksi, penghitungan rendemen ekstrak, uji fitokimia kualitatif dan
kuantitatif, aktivitas antioksidan dan pengujian inhibitor enzim α-glukosidase
dari ekstrak kasar tanaman lindur.
3) Fraksinasi ekstrak lindur aktif menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
dan Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLTP) serta pengujian hasil
fraksinasi terhadap inhibisi enzim α-glukosidase.
4) Identifikasi senyawa bioaktif dari fraksi yang memiliki aktivitas inhibitor
enzim α-glukosidase terbaik menggunakan Gas Chromatography - Mass
Spectrometry (GC-MS).

4

2 METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Nopember 2014 - Juli 2015. Daun,
kulit batang dan akar tanaman lindur (B. gymnorrhiza) yang digunakan berasal
dari Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Sampel telah diidentifikasi di
laboratorium Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong. Proses
preparasi, uji proksimat, ekstraksi, uji aktivitas antioksidan, dan uji fitokimia
sampel dilakukan di Laboratorium Karakterisasi Bahan Baku Hasil Perairan,
Laboratorium Bioteknologi Hasil Perairan II, Departemen Teknologi Hasil
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Proses fraksinasi dan identifikasi
senyawa aktif antioksidan dan inhibitor enzim α-glukosidase tanaman lindur
dilakukan di Laboratorium Karakteristik Hasil Perairan, Departemen Teknologi
Hasil Perairan, Laboratorium Kimia Analitik, Departemen Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, Laboratorium
Pusat Studi Biofarmaka, Laboratorium Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia dan Laboratorium PUSLABFOR
BARESKRIM POLRI Jakarta.
.
Alat
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian adalah daun, kulit batang,
akar tanaman lindur, akuades, n-heksana p.a. (pro analysis) (Merck Germany), etil
asetat p.a. (Merck Germany), etanol p.a. (Merck Germany), enzim α-glukosidase
(Sigma-Aldrich), p-nitrofenil-α-D-glukopiranosida (p-NPG) (Sigma-Aldrich),
larutan bufer fosfat pH 7, bovine serum albumine (BSA), akarbosa, HCl 2N,
Na2CO3, kloroform (Merck Germany), amoniak, larutan H2SO4 2M, etanol 30%,
asam asetat anhidrat, H2SO4 pekat (Merck Germany), FeCl3 1%, dan etanol 30%,
tablet akarbosa/glukobay (Bayer Indonesia), folin ciocalteu, asam galat (Merck
Germany), pelat kaca silica gel PF254 20x20 cm (Merck Germany), dan kertas
Whatman 42.
Alat-alat yang digunakan, yaitu orbital shaker (WiseShake Japan), rotary
evaporator (Buchi Rot. R-205 Singapore), spektrofotometer UV-Vis (Hitachi U2800 Japan), elisa reader (Epoch USA), kromatografi lapis tipis (gel silica 60
F254 Germany), GC-MS (Agilent Technologies USA), dan alat-alat gelas lainnya.

Metode Penelitian
Penelitian ini meliputi empat tahap. Tahap pertama diawali dengan
persiapan dan pengambilan contoh, pengujian proksimat, pengeringan daun, kulit
batang dan akar (B. gymnorrhiza). Tahap kedua adalah ekstraksi menggunakan
pelarut n-heksana, etil asetat dan metanol, penghitungan rendemen ekstrak, uji
fitokimia, antioksidan dan pengujian inhibitor enzim α-glukosidase dari ekstrak
kasar tanaman lindur. Tahap ketiga dilakukan fraksinasi dari ekstrak aktif tanaman
lindur menggunakan KLT & KLTP, dan pengujian hasil fraksinasi terbaik

5
terhadap enzim α-glukosidase. Tahap keempat dilakukan dengan mengidentifikasi
senyawa bioaktif dari fraksi yang memiliki aktivitas inhibitor enzim α-glukosidase
terbaik menggunakan GC-MS. Diagram alir proses alur penelitian dapat dilihat
pada Gambar 1.
Daun, kulit batang dan akar lindur

Sampel basah

Pengeringan
Sampel kering

Analisis proksimat

Ekstraksi dengan berbagai pelarut
Ekstrak kasar

Uji fitokimia kualitatif & kuantitatif
Pengukuran rendemen
Uji aktivitas antioksidan
Uji inhibitor α-glukosidase

Ekstrak terpilih
Fraksinasi dengan KLT dan KLTP
Fraksi 1,2,3 dst.

Uji aktivitas inhibitor α-glukosidase
Fraksi teraktif

Identifikasi fraksi teraktif
dengan GC-MS
Senyawa teridentifikasi

Gambar 1 Diagram alir penelitian ekstrak daun, kulit batang dan akar tanaman
lindur sebagai antioksidan dan inhibitor enzim α-glukosidase

6
Pengambilan dan Preparasi bahan baku
Sampel daun, kulit batang dan akar yang digunakan diperoleh dari kawasan
ekowisata mangrove Tol Sedyatmo Angke Kapuk, Pantai Indah Kapuk,
Penjaringan, Jakarta Utara pada lokasi kordinat -6° 7' 17.69'' LS dan 106° 45'
21.61" BT. Daun (lamina) diambil dari ruas pertama cabang hingga sebelum ruas
termuda cabang tanaman. Kulit batang diambil dari bagian setelah ruas pertama
cabang hingga ranting. Bagian akar diambil dari permukaan hingga di bawah
tanah, dan digunakan secara keseluruhan. Proses preparasi meliputi pembersihan
dengan sikat kering dan pengeringan dengan sinar matahari baik pada daun, kulit
batang dan akar tanaman lindur. Tanaman lindur yang telah bersih dikecilkan
ukurannya dan dikeringkan dengan sinar matahari selama ±12 jam. Tanaman
lindur kering dihaluskan menggunakan blender sehingga diperoleh serbuk daun,
kulit batang dan akar lindur kering dengan ukuran 100 mesh dan disimpan dalam
plastik pada suhu beku (freeze) untuk proses penelitian selanjutnya.
Perhitungan Proporsi Kulit Batang
Perhitungan proporsi dilakukan pada kulit batang yang telah dipisahkan
dari percabangan batang pohon lindur yang diambil menggunakan rumus:
Proporsi (%) =

bobot kulit batang
bobot batang utuh

X 100%

Ekstraksi Senyawa Bioaktif (Modifikasi Rahman et al. 2011)
Serbuk daun, kulit batang dan akar tanaman lindur kering diekstraksi
menggunakan tiga jenis pelarut p.a. (pro analysis) berdasarkan tingkat
kepolarannya, yaitu n-heksana (non polar), etil asetat (semi polar), dan etanol
(polar). Tahapan proses ekstraksi daun, kulit batang dan akar tanaman lindur
meliputi penghancuran sampel dengan blender, maserasi, partisi, dan evaporasi.
Sampel ditimbang sebanyak 75 gram, kemudian dimaserasi dengan pelarut nheksana sebanyak 225 mL, perbandingan 1:3 pada suhu ruang dan digoyang
dengan bantuan shaker selama 3x24 jam. Sampel dalam larutan n-heksana
disaring setiap 1x24 jam, kemudian filtrat yang dihasilkan digabungkan dan
dipekatkan menggunakan rotary evaporator dengan suhu 40 C. Ekstrak pekat
kemudian dipindahkan ke dalam botol vial dan dihitung rendemennya. Proses
ekstraksi terhadap residu hasil ekstraksi n-Heksana diulang menggunakan pelarut
etil asetat p.a dan etanol p.a. Diagram alir proses ekstraksi tanaman lindur dapat
dilihat pada Gambar 2.
Rendemen Ekstrak
Daun, kulit batang dan akar tanaman lindur yang telah dihaluskan
diekstraksi dengan masing-masing pelarut. Filtrat yang dihasilkan kemudian
dievaporasi dan bobot hasil ekstraksi ditimbang. Rendemen merupakan presentase
perbandingan antara berat ekstrak yang dihasilkan dengan berat awal tanaman
lindur (daun, kulit batang dan akar) yang digunakan.

7
Perhitungan rendemen ekstrak kasar menggunakan rumus :
C-B

Rendemen ekstrak (b/b) =

A

X 100%

Keterangan :
A = berat awal sampel (g)
B = berat botol kosong (g)
C = berat sampel+botol setelah ekstraksi (g)
Sampel 75 g
Maserasi n-Heksana 1:3, 1x24 jam 180 rpm
3X

Penyaringan

Residu

Filtrat

Maserasi dengan etil asetat 1:3, 1x24 jam, 180 rpm
3X

Evaporasi
Ekstrak n-heksana

Residu

Filtrat

Maserasi dengan etanol 1:3,
1x24 jam, 180 rpm

Evaporasi
Ekstrak Etil Asetat

3X
Residu

Filtrat
Evaporasi
Ekstrak Etanol

Gambar 2 Diagram alir proses ekstraksi bahan aktif tanaman lindur
(Modifikasi Rahman et al. 2011)
Uji Proksimat (AOAC 2005)
Kandungan gizi daun, kulit batang, dan akar lindur ditentukan menggunakan
uji proksimat. Uji proksimat dilakukan sesuai dengan metode AOAC (2005).
Analisis yang dilakukan meliputi uji kandungan air, lemak, protein, dan abu.
Kadar karbohidrat diperoleh secara by difference.

8
Analisis kadar air (AOAC 2005 Metode 3.003)
Cawan porselen dikeringkan di dalam oven pada suhu 105 oC selama 1 jam.
Cawan tersebut diletakkan ke dalam desikator (kurang lebih 15 menit) dan
dibiarkan sampai suhu ruang kemudian ditimbang. Cawan tersebut ditimbang
kembali hingga beratnya menjadi konstan. Sebanyak 5 gram contoh dimasukkan
ke dalam cawan tersebut, kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 105 oC
selama 5 jam atau hingga beratnya konstan. Setelah selesai, cawan tersebut
kemudian dimasukkan ke dalam desikator lalu dibiarkan sampai suhu ruang dan
selanjutnya ditimbang kembali.
Perhitungan kadar air:
Kadar air (%) =

B-C
B -A

X 100%

Keterangan :
A = Berat cawan kosong (g)
B = Berat cawan yang diisi dengan sampel (g)
C = Berat cawan dengan sampel yang sudah dikeringkan (g)
Analisis kadar lemak (AOAC 2005 Metode 43.275)
Sampel seberat 5 g (W1) dimasukkan ke dalam kertas saring pada kedua
ujung bungkus ditutup dengan kapas bebas lemak dan selanjutnya dimasukkan ke
dalam selongsong lemak, kemudian sampel yang telah dibungkus dimasukkan ke
dalam labu lemak yang sudah ditimbang berat tetapnya (W2) dan disambungkan
dengan tabung soxhlet. Selongsong lemak dimasukkan ke dalam ruang ekstraktor
tabung soxhlet dan disiram dengan pelarut lemak, kemudian dilakukan refluks
selama 6 jam. Pelarut lemak yang ada dalam labu lemak didestilasi hingga semua
pelarut lemak menguap. Pada saat destilasi pelarut akan tertampung di ruang
ekstraktor, pelarut dikeluarkan sehingga tidak kembali ke dalam labu lemak,
selanjutnya labu lemak dikeringkan dalam oven pada suhu 105 ºC, setelah itu
suhu labu disesuaikan hingga suhu ruang dalam desikator sampai beratnya
konstan (W3). Perhitungan kadar lemak tanaman lindur adalah sebagai berikut:
Kadar lemak (%) =
Keterangan : W1
W2
W3

W3 – W2
W1

X 100%

= Berat sampel (g)
= Berat labu lemak kosong (g)
= Berat labu lemak dengan lemak (g)

Analisis kadar protein (AOAC 2005 Metode 3.124)
Analisis protein terdiri atas tiga tahap yaitu destruksi, destilasi dan titrasi.
Pengukuran kadar protein dilakukan dengan metode mikro Kjeldahl. Sampel
ditimbang sebanyak 0,25 gram, kemudian dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl
100 mL, lalu ditambah 0,25 gram selenium dan 3 mL H 2SO4 p.a. pekat. Sampel
didestruksi pada suhu 410 oC selama kurang lebih 1 jam sampai larutan jernih lalu
dibiarkan hingga suhu ruang. Sampel dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl
ditambah 50 mL akuades dan 20 mL NaOH 40%, kemudian dilakukan proses

9
destilasi dengan suhu destilator 100 oC. Hasil destilasi ditampung dalam labu
Erlenmeyer 125 mL yang berisi campuran 10 mL asam borat (H 3BO3) 2% dan 2
tetes indikator bromcherosol green-methyl red yang berwarna merah muda (1:2).
Volume destilat mencapai 40 mL dan berwarna hijau kebiruan, maka proses
destilasi dihentikan. Destilat dititrasi dengan HCl 0,10 N sampai terjadi perubahan
warna merah muda. Volume titran dibaca dan dicatat. Larutan blanko dianalisis
seperti contoh. Kadar protein dihitung dengan rumus sebagai berikut :
N=

mL HCl-mL blanko x N HCl x 14,007
mg contoh x faktor koreksi alat *

x 100%

*) Faktor koreksi alat = 2,5
Kadar protein (%)
= % N x faktor konversi
*) Faktor Konversi = 6,25
Analisis kadar abu (AOAC 2005 Metode 3.004)
Cawan pengabuan dikeringkan di dalam oven selama 1 jam pada suhu 105
o
C, kemudian dibiarkan hingga suhu ruang selama 15 menit di dalam desikator
dan ditimbang hingga didapatkan berat yang konstan. Sampel sebanyak 5 gram
dimasukkan ke dalam cawan pengabuan dan dipijarkan di atas nyala api hingga
tidak berasap lagi. Sampel yang sudah diabukan, dimasukkan ke dalam tanur
pengabuan dengan suhu 600 oC selama 1 jam, kemudian ditimbang hingga
didapatkan berat yang konstan. Kadar abu ditentukan dengan rumus:
Kadar abu (%) =

C–A

B−A

X 100%

Keterangan :
A = Berat cawan porselen kosong (g)
B = Berat cawan dengan sampel (g)
C = Berat cawan dengan sampel setelah dikeringkan (g)
Analisis kadar karbohidrat
Penentuan karbohidrat (KH) dilakukan secara by difference, yaitu hasil
pengurangan dari 100% dengan kadar air, kadar abu, kadar protein dan kadar
lemak, sehingga kadar karbohidrat tergantung pada faktor pengurangannya. Hal
ini karena karbohidrat sangat berpengaruh terhadap zat gizi lainnya. Kadar
karbohidrat dapat dihitung dengan persamaan berikut:
Karbohidrat (%) = 100% - (kadar air + abu + lemak + protein)
Pengujian kadar serat kasar (SNI 01-2891-1992 butir 11)
Pengujian ini dilakukan untuk menentukan kadar serat kasar yang terdapat
pada tanaman lindur. Sampel sebanyak 1 gram dilarutkan dengan 100 mL H2SO4
1.25%, dipanaskan hingga mendidih dan dilanjutkan dengan destruksi selama 30
menit. Filtrat kemudian disaring dengan bantuan corong Buchner. Residu hasil
saringan dibilas dengan 20-30 mL air mendidih dan 25 mL air dingin sebanyak 3
kali. Residu kemudian didestruksi kembali dengan NaOH 1.25% selama 30 menit,
selanjutnya disaring kembali dan dibilas berturut-turut dengan 25 mL H2SO4, 25

10
mL air dingin sebanyak 3 kali, dan 25 mL alkohol. Residu dan kertas saring
dipindahkan ke cawan porselen dan dikeringkan dalam oven 130 ºC selama 2 jam
lalu ditimbang (W) dan dimasukkan dalam tanur 600 ºC selama 30 menit
kemudian didinginkan dan ditimbang kembali (W’). Perhitungan kadar serat kasar
kulit batang adalah sebagai berikut:
Kadar serat kasar (%) =

Bobot serat kasar
Bobot serat sampel

X 100%

Keterangan:
W = bobot residu sebelum dibakar dalam tanur (g)
W’ = bobot residu setelah dibakar dalam tanur (g)
Bobot serat kasar = W-W’
Uji Fitokimia Kualitatif (Harborne 1987)
Pengujian fitokimia dilakukan untuk menentukan komponen-komponen
bioaktif yang terdapat pada ekstrak kasar tanaman lindur. Uji fitokimia meliputi
uji alkaloid, uji steroid/triterpenoid, flavonoid, dan fenol hidrokuinon. Uji tersebut
dilakukan sesuai dengan metode Harborne (1987).
Uji flavonoid. Sebanyak 0.1 mg serbuk daun, kulit batang dan akar tanaman
lindur ditambah dengan 10 mL air panas kemudian dididihkan selama 5 menit dan
disaring. Sebanyak 10 mL filtrat ditambah 0.5 g serbuk mg, 1 mL HCl pekat, dan
1 mL amil alkohol. Campuran dikocok kuat-kuat. Uji positif ditandai dengan
munculnya warna merah, kuning, atau jingga pada lapisan amil alkohol.
Uji triterpenoid dan steroid. Uji ini menggunakan pereaksi LiebermanBuchard. Sebanyak 0.1 mg serbuk akar, daun, dan batang tanaman lindur
dilarutkan dengan 25 mL etanol (50 ºC), disaring dan residu ditambah eter. Filtrat
ditambah 3 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat secara
berurutan. Larutan dikocok perlahan dan dibiarkan beberapa menit. Uji positif
ditandai dengan terbentuknya warna merah atau ungu untuk triterpenoid serta
hijau atau biru untuk steroid.
Uji alkaloid. Sebanyak 0.1 mg serbuk daun, kulit batang dan akar tanaman
lindur dilarutkan dengan 10 mL kloroform dan beberapa tetes NH 4OH dan
disaring ke dalam tabung reaksi tertutup. Ekstrak kloroform dalam tabung reaksi
dikocok dengan penambahan 10 tetes H2SO4 2 M kemudian lapisan asamnya
dipindahkan ke dalam tabung reaksi yang lain. Lapisan asam ini diteteskan pada
pelat tetes dan ditambah pereaksi Meyer, Wagner, dan Dragendorf yang akan
menimbulkan endapan warna berturut-turut putih, cokelat, dan merah jingga.
Uji saponin. Sebanyak 0.1 mg serbuk daun, kulit batang dan akar tanaman
lindur ditambah ke dalam 10 mL air panas dan dididihkan selama 5 menit lalu
disaring. Filtrat dikocok dalam tabung reaksi tertutup selama 10 detik, kemudian
dibiarkan selama 10 menit. Adanya saponin ditunjukkan dengan terbentuknya
buih stabil.
Uji fenol hidrokuinon. Sampel sebanyak 0,1 mg dilarutkan dengan 20 mL
etanol 70%. Larutan yang dihasilkan kemudian diambil sebanyak 1 mL kemudian
ditambah 2 tetes larutan FeCl3 5%. Terbentuknya warna hijau atau hijau biru
menunjukkan adanya senyawa fenol.

11
Uji tanin. Sebanyak 0.1 mg serbuk daun, kulit batang dan akar tanaman
lindur ditambah ke dalam 10 mL air panas dan dididihkan selama 5 menit lalu
disaring. Filtrat ditambah dengan 10 mL FeCl3 1%. Uji positif ditandai munculnya
warna hijau kehitaman.
Uji Penentuan Kadar Kuantitatif Fitokimia (Modifikasi Desmiaty et al. 2014)
Penetapan kadar ekstrak dilakukan dengan metode KLT-Densitometer
mengacu pada Desmiaty et al. (2014) yang dimodifikasi dan dibandingkan dengan
standar yang digunakan. Standar yang digunakan terdiri atas rutin (standar
flavanoid); asam galat (standar tannin); diosgenin (standar steroid); digoxine
(standar saponin); dan -sitosterol (standar triterpenoid).
Larutan Baku Standar
Standar yang digunakan, masing-masing ditimbang sebanyak 5 mg
dilarutkan dalam metanol p.a sebanyak 10 mL sehingga diperoleh larutan standar
500 ppm. Sebanyak 10 µL larutan standar pembanding ditotolkan pada lempeng
KLT silika gel GF254.
Larutan Uji
Sampel ditimbang sebanyak 100 mg dan dilarutkan dalam etanol (10000
ppm). Cairan sampel yang diperoleh kemudian dianalisis dengan kromatografi
lapis tipis. Setiap cairan sampel ditotolkan sebanyak 5-10 µL dengan konsentrasi
10000 ppm pada lempeng silika gel GF254, diikuti dengan penotolan masingmasing standar misalnya rutin dan seterusnya. Masing-masing sampel dielusi
dengan eluen yang sesuai. Penentuan kadar flavonoid menggunakan eluen etil
asetat : metanol (7:3), kadar tanin menggunakan eluen etil asetat : metanol : asam
asesetat (2:17:1), saponin menggunakan eluen kloroform : metanol (3.5:1.5),
steroid menggunakan eluen etil asetat : metanol (8.5:1.5) dan triterpenoid
menggunakan eluen etil asetat : metanol (8.5:1.5). Bercak diamati di bawah lampu
UV dengan panjang gelombang 254 dan 366 nm. Bila bercak yang diharapkan tidak
terdeteksi dengan UV, maka bercak ditandai pada tepi plat sesuai dengan KLT sampel
yang telah dilakukan sebelumnya dan dideteksi dengan pereaksi berdasarkan standar yang
digunakan. Pareaksi yang digunakan misalnya mendeteksi flavonoid disemprot

dengan AlCl3, tanin disemprot dengan FeCl3, saponin disemprot dengan larutan
Leiberman Buchard, steroid disemprot dengan larutan Leiberman Buchard,
sedangkan triterpenoid disemprot dengan H2SO4 dan dipanaskan di atas hot plate
hingga timbul bercak spot yang jelas. Sampel pada plat KLT yang telah dielusi
kemudian dianalisis dengan densitometer pada panjang gelombang 254 dan 366
nm. Kadar ekstrak dihitung dengan metode perbandingan luas area uji terhadap luas area
pembanding dalam %.

Analisis Total Fenol (Andarwulan et al. 1999)
Sampel sebanyak 6.4 mg ditambah dengan 2 mL etanol 95%, kemudian
divortex. Tabung berisi campuran lalu ditambah 5 mL akuades dan divorteks
kembali hingga homogen. Sebanyak 0.5 mL reagen Folin Ciocelteau 50% (v/v).
ditambah ke dalam tabung berisi campuran. Campuran didiamkan selama 5 menit,
lalu ditambah dengan 1 mL Na2CO3 5% (b/v), kemudian divortex. Tabung reaksi
berisi campuran tersebut disimpan dalam ruang gelap selama 1 jam, lalu diukur

12
nilai absorbansinya ( =725 nm) dengan spektrofotometer UV-Vis. Larutan blanko
dibuat seperti larutan uji, namun tanpa ekstrak sampel. Selanjutnya dibuat kurva
standar asam galat dan ditentukan kadar total fenolnya.
Uji Aktivitas Antioksidan (Salazar-Aranda et al. 2009)
Uji aktivitas antioksidan dilakukan menggunakan metode DPPH. Metode
tersebut didasarkan pada kemampuan sampel yang digunakan dalam mereduksi
radikal bebas stabil DPPH. Ekstrak kasar dilarutkan dalam etanol dengan
konsentrasi 15.625; 31.25; 62.5; 125; 250; 500 ppm. Larutan DPPH dibuat dengan
cara melarutkan DPPH sebanyak 1,3 g dengan etanol pro analis hingga 25 mL.
Campuran sebanyak 1 mL yang terdiri dari sampel sebanyak 500 L dipindahkan
ke dalam microplate menggunakan pipet mikro dan ditambahkan 500 L DPPH.
Blanko berisi 500 L etanol pro analis dan 500 L DPPH. Campuran tersebut
diinkubasi pada ruang gelap suhu ruang selama 30 menit, kemudian
absorbansinya diukur menggunakan Elisa Reader pada panjang gelombang 517
nm. Vitamin C (asam askorbat) digunakan sebagai kontrol positif dibuat dengan
konsentrasi 0.625; 1.25; 2.5; 5; 10 ppm. Perhitungan persentase aktivitas
antioksidan menggunakan rumus :

Aktivitas antioksidan (%) =

Absorbansi kontrol -Absorbansi sampel
Absorbansi kontrol

X 100%

Persentase penghambatan aktivitas radikal bebas diperoleh dari nilai
absorbansi sampel. Persamaan regresi diperoleh dari hubungan antara konsentrasi
sampel dan presentase penghambatan aktivitas radikal bebas. Nilai konsentrasi
penghambatan aktivitas radikal bebas sebanyak 50% (IC50) dihitung
menggunakan persamaan regresi. Nilai IC50 diperoleh dengan memasukkan y = 50
serta nilai A dan B yang telah diketahui. Nilai x sebagai IC 50 dapat dihitung
dengan persamaan :
y = A + B Ln (x)
Keterangan:
y = persen inhibisi
x = konsentrasi sampel (ppm atau µg/mL)
A = slope
B = intercept
Uji Aktivitas Inhibitor Enzim α-Glukosidase (Sancheti et al. 2009)
Pengujian aktivitas inhibitor enzim α-glukosidase dilakukan secara in vitro
menggunakan metode inhibisi α-glukosidase. Sampel yang diuji dilarutkan dalam
pelarut dimetil sulfoksida (DMSO) dengan konsentrasi 50, 100, 250, 500, 1000
ppm. Enzim α-glukosidase sebanyak 1 mg dilarutkan dalam 100 mL buffer fosfat
pH 7.0 kemudian tambahkan 200 mg bovine serum albumine (BSA) yang telah
dilarutkan dalam bufer fosfat 100 mM (pH 7.0). Larutan enzim 1 mL tersebut
sebelumnya telah diencerkan 25 kali dengan bufer fosfat 100 mM (pH 7.0).
Campuran pereaksi yang digunakan dalam uji ini mengandung 50 L buffer fosfat
0.1M (pH 7.0), 25 L 4-nitrophenyl α-D-glukopyranoside 0.5 mM (dilarutkan

13
dalam 0.1 M buffer fosfat pH 7.0), 10 L sampel uji dengan berbagai konsentrasi
(50, 100, 250, 500, 1000 ppm) dan 25 L larutan α-glukosidase (0.04 unit mL-1).
Reaksi dimulai dengan penambahan 25 L larutan enzim dan 25 L bufer fosfat
dilanjutkan dengan inkubasi selama 30 menit pada 37ºC. Reaksi dihentikan
dengan penambahan 100 µL Na2CO3 (0.2M). Akarbosa digunakan sebagai kontrol
positif dengan konsentrasi 0.1;0.5;1;5;10 ppm. Serapan larutan diukur
menggunakan elisa reader pada panjang gelombang 410 nm. Persentase inhibisi
α-glukosidase ditentukan menggunakan persamaan:
Inhibisi (%) =

K-S
K

x 100%

Keterangan:
K = absorbansi tanpa adanya sampel (kontrol blanko/ kontrol negatif)
S = S1-S0 (S1 adalah absorbansi sampel dengan penambaha enzim S0 adalah
absorbansi sampel tanpa penambahan enzim)
Nilai IC50 menunjukkan konsentrasi sampel yang diperlukan untuk
menghambat aktivitas α-glukosidase sebesar 50% dan nilainya ditentukan dengan
persamaan regresi.
Pemisahan Senyawa Aktif
Proses pemisahan senyawa aktif ekstrak tanaman lindur terpilih (yang
menunjukkan aktivitas inhibitor α-glukosidase paling tinggi) meliputi dua tahap.
Tahap pertama adalah pencarian eluen terbaik menggunakan kombinasi eluen
dengan tingkat kepolaran yang berbeda menggunakan metode kromatografi lapis
tipis (KLT). KLT bertujuan untuk memisahkan senyawa aktif pada ekstrak kasar
dengan baik menggunakan eluen yang sesuai. Eluen ini berfungsi sebagai fase
gerak pada pemisahan KLTP. Tahap kedua adalah pemisahan menggunakan
KLTP untuk memperoleh, mengisolasi atau mengumpulkan fraksi-fraksi yang
telah dipisahkan.
Fraksinasi Menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) (Modifikasi
Gritter et al. 1991)
Ekstrak kasar etanol tanaman lindur dilarutkan dalam pelarut asal yang
sesuai dan sebanyak 0,5 mg ekstrak ditotolkan pada pelat KLT. Setelah kering
langsung dielusi dalam bejana yang telah dijenuhkan oleh uap eluen pengembang.
Elusi pengembang dimulai menggunakan pelarut tunggal (n-heksana, etilasetat,
kloroform, asam asetat, etanol, metanol), dilanjutkan dengan pencarian eluen
dengan kombinasi beberapa eluen tunggal terbaik menggunakan eluen metanol :
DCM dengan perbandingan 1:1; 1:2; 1:3,1:4; 2:1; 2:2; 2:3; 2:4; 3:1; 3:2; 3:3; 3:4.
Noda atau bercak hasil elusi diamati di bawah lampu UV pada panjang
gelombang 254 dan 366 nm (Gritter et al. 1991). Plat KLT dengan eluen terpilih
menghasilkan bercak yang kemudian diamati dan dihitung nilai Rfnya
(Kusumaningtyas et al. 2010).

14
Fraksinasi Menggunakan Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLTP)
(Gritter et al. 1991)
Kromatografi lapis tipis preparatif (KLTP) menggunakan pelat kaca
berukuran 20 x 20 cm2 dengan fase diam silika gel GF254. Ekstrak aktif diteteskan
memanjang membentuk pita pada pelat kaca dan dielusi dengan eluen terpilih dari
hasil KLT sebelumnya. Pelat kaca dikeringkan dan diamati dengan sinar UV
dengan panjang gelombang 254 nm dan 366 nm. Pengambilan senyawa hasil KLT
preparatif dengan cara dikerik secara hati-hati dan hasilnya dilarutkan dengan
pelarut awal ekstrak yaitu etanol, kemudian fraksi yang diperoleh dievaporasi.
Senyawa yang dikerik pada KLTP diuji kembali aktivitas inhibitor α-glukosidase,
tahapan ini dapat dilihat pada Gambar 3.

Ekstrak kasar terbaik
Fraksinasi dengan KLT
Perbandingan eluen terbaik
Eluen terpilih
Fraksinasi dengan KLTP
Fraksi - fraksi
Uji aktivitas inhibitor α-glukosidase
Gambar 3 Diagram alir proses fraksinasi
Identifikasi Senyawa Aktif Menggunakan Gas Chromatography Mass
Spectrometry (GC-MS)
Proses identifikasi senyawa aktif tanaman lindur dilakukan pada sampel
dengan nilai aktivitas terbaik terhadap inhibitor α-glukosidase (IC50 terendah).
Sampel yang memiliki aktivitas inhibitor enzim α-glukosidase terbaik digunakan
pada uji GC-MS untuk menentukan senyawa aktif yang terkandung di dalamnya.
Sebanyak 300 mg sampel dilarutkan dengan 3 mL etanol 99.9% dan diinjeksikan
sebanyak 1 µL. Kondisi GC-MS menggunakan kolom kapiler HP-5 (Agilent
19091J-433: 0.25 mm x 30 m x 0.25 µm mengandung 5% difenil 95%
dimetilpolisilosan), laju aliran yang digunakan adalah 1.0 mL/menit dengan suhu
injeksi 270 ⁰C mode splitless, dan tekanan 18,21 psi. Gas pembawa yang
digunakan adalah He (helium). Parameter MS yang digunakan adalah mendeteksi
senyawa dengan massa 40-800. Kondisi MS adalah suhu MS quad 150-200 ⁰C
dan suhu MS source 250-300 ⁰C. Hasil kromatogram dianalisis dengan database,
untuk menentukan komponen senyawa yang terdapat di dalam ekstrak.

15

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi dan karakterisasi sampel
Hasil identifikasi yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Biologi LIPI, Bogor,
menunjukkan sampel daun kulit batang dan akar tanaman yang digunakan dalam
penelitian ini termasuk dalam jenis Bruguiera gymnorrhiza (Lampiran 1).
Klasifikasi tanaman lindur adalah Kingdom Plantae, Divisi Magnoliophyta, Kelas
Magnoliopsida, Ordo Myrtales, Family Rhizophoraceae, Genus Bruguiera, dan
Species Bruguiera gymnorrhiza. Tanaman ini tersebar di daerah tropis mulai dari
Afrika Selatan, Timur, Madagaskar, Asia Selatan dan Asia Tenggara (termasuk
Indonesia dan negara di kawasan Malaysia), sampai timur laut Australia,
Mikronesia, Polinesia dan kepulauan Ryukyu (Allen dan Duke 2006). Sampel
diambil dari tanaman yang berusia 5 tahun. Daun lindur yang digunakan rata-rata
memiliki panjang 17.51±1.74 cm dan lebar 5.0±1.03 cm. Kulit batang lindur yang
digunakan rata-rata memiliki diameter 3.51±0.47 cm dan akar memiliki rata-rata
diameter 3.28±0.60 cm.
Hasil analisis karakteristik daun lindur yang digunakan berwarna hijau tua
pada saat segar, setelah dikeringkan dan dihaluskan menjadi bubuk berwarna hijau.
Batang lindur segar berwarna cokelat pucat keabuan, setelah dikeringkan dan
dihaluskan menjadi bubuk berwarna cokelat kehijauan. Akar yang digunakan
memiliki warna cokelat tua saat segar setelah dikeringkan dan dihaluskan menjadi
bubuk berwarna cokelat. Proporsi kulit batang yang didapatkan adalah 48.07%.
Nilai ini dihitung berdasarkan persentase perbandingan bobot kulit batang
terhadap cabang batang lindur utuh yang diambil. Nilai proporsi digunakan untuk
mengetahui keefektivan suatu bahan. Jaringan yang terdapat pada batang lindur
adalah epidermis, parenkim, korteks dan empulur. Allen dan Duke (2006)
melaporkan bahwa bagian terluar dari batang tumbuhan dikotil adalah kulit kayu
yang terdiri atas jaringan epidermis, kambium gabus, korteks, dan floem.
Proses ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada metode
Rahman et al. (2011) dan Haq et al. (2011) yang dimodifikasi. Ekstraksi dengan
metode maserasi bertujuan untuk menghindari rusaknya bahan dan senyawa
karena suhu panas serta untuk memperoleh hasil ekstrak yang maksimal. Proses
ekstraksi dilakukan secara bertingkat mulai dari pelarut nonpolar hingga pelarut
polar yaitu n-heksana, etil asetat dan etanol. Proses ekstraksi dibantu dengan
goncangan menggunakan orbital shaker pada kecepatan 180 rpm pada suhu ruang.
Proses filtrasi dilakukan setelah maserasi untuk memisahkan residu dengan hasil
ekstrak (filtrat). Filtrat tersebut disimpan dalam wadah gelap tertutup pada suhu
kulkas (±4-5 ⁰C) sebelum dievaporasi. Proses evaporasi dilakukan menggunakan
rotary vacuum evaporator pada suhu 40 ⁰C yang bertujuan untuk mencegah
rusaknya senyawa yang diekstrak oleh suhu tinggi dan diharapkan mampu
menguapkan pelarut pada kondisi vakum. Komponen aktif memiliki sifat yang
peka terhadap cahaya, oksidasi, dan suhu sehingga ekstrak hasil evaporasi
disimpan dalam wadah gelap, tertutup dan kedap udara. Hasil evaporasi
merupakan ekstrak kasar yang berbentuk pasta/gel. Rendemen ekstrak kasar hasil
ekstraksi sampel, masing-masing yang dapat dilihat pada Tabel 1.

16
Tabel 1 Rendemen ekstrak daun, kulit batang, dan akar lindur (B. gymnorrhiza)

Sampel
Daun
Kulit batang
Akar

Pelarut
n-Heksana
Etil Asetat
Etanol
n-Heksana
Etil Asetat
Etanol
n-Heksana
Etil Asetat
Etanol

Rendemen (%)
2.85±0.02
5.97±0.05
12.85±0.68
0.80±0.01
5.23±0.57
4.05±0.12
0.18±0.01
0.35±0.01
4.68±0.01

Warna ekstrak
Hijau kekuningan
Hijau pekat
Hijau pekat
Hijau kekuningan
Hijau pekat
Cokelat kemerahan
Kuning
Cokelat muda
Cokelat

Pelarut etanol menghasilkan nilai rendemen ekstrak yang