Ekstrak Daun Tanaman Lindur (Bruguiera gymnorrhiza) sebagai Antidiare

EKSTRAK DAUN TANAMAN LINDUR
(Bruguiera gymnorrhiza) SEBAGAI ANTIDIARE

RAHMAWATI

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Ekstrak Daun Tanaman
Lindur (Bruguiera gymnorrhiza) sebagai Antidiare adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014
Rahmawati
NIM C34100008

*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

ABSTRAK
RAHMAWATI. Ekstrak Daun Tanaman Lindur (Bruguiera gymnorrhiza) sebagai
Antidiare. Dibimbing oleh TATI NURHAYATI dan NURJANAH.
Bruguiera gymnorrhiza yang dikenal dengan nama lindur merupakan salah
satu vegetasi mangrove yang dapat digunakan untuk mengobati diare. Tujuan
penelitian ini adalah menentukan rendemen ekstrak kasar, mengidentifikasi
komponen aktif dan mengevaluasi aktivitas antibakteri terhadap bakteri penyebab
diare pada ekstrak daun lindur hasil ekstraksi tunggal dan ekstraksi bertingkat,
serta menentukan kandungan total fenol ekstrak daun lindur hasil ekstraksi
tunggal. Rendemen ekstrak etanol daun lindur hasil ekstraksi tunggal sebesar
14,68%. Rendemen ekstrak n-heksana, ekstrak etil asetat dan ekstrak etanol hasil

ekstraksi bertingkat masing-masing sebesar 3,56%, 1,93% dan 7,36%. Komponen
aktif yang terdapat pada seluruh ekstrak kasar daun lindur adalah steroid dan
flavonoid. Ekstrak etanol daun lindur hasil ekstraksi tunggal dan ekstrak etil asetat
hasil ekstraksi bertingkat memiliki aktivitas antibakteri yang tertinggi terhadap
bakteri Staphylococcus aureus ATCC 6538. Kandungan total fenol ekstrak etanol
daun lindur hasil ekstraksi tunggal sebesar 16,59 mgGAE/g ekstrak.
Kata kunci: antibakteri, B.gymnorrhiza, daun, diare, zona bening

ABSTRACT
RAHMAWATI. Leaf Extracts of Bruguiera gymnorrhiza as Antidiarrhea.
Supervised by TATI NURHAYATI and NURJANAH.
Bruguiera gymnorrhiza known as lindur in Indonesia is one of mangrove
vegetation that can use for diarrheal treatment. The objectives of this research are
to determine yield of crude extracts, to identify active compounds and to evaluate
antibacterial activity toward diarrheal-causing bacteria from the leaf extracts of
lindur that acquired from singular and multilevel extraction, and to determine the
phenolic contents of lindur leaf extract from singular extraction. Yield of
ethanolic extract from singular extraction was 14.68%. Yield of n-hexane extract,
ethyl acetate extract and ethanolic extract from multilevel extraction were 3.56%,
1.93% and 7.36% respectively. Active compounds that contained in all of crude

extracts are steroid and flavonoid. Ethanolic extract from singular extraction and
ethyl acetate extract from multilevel extration possess the highest antibacterial
activity towards Staphylococcus aureus ATCC 6538. Total phenolic content of
ethanolic extract from singular extraction was 16.59 mgGAE/g of extract.
Keywords: antibacterial, B.gymnorhhiza, clear zone, diarrheal, leaf

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

EKSTRAK DAUN TANAMAN LINDUR
(Bruguiera gymnorrhiza) SEBAGAI ANTIDIARE

RAHMAWATI


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Departemen Teknologi Hasil Perairan

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi
Nama
NIM
Program Studi

: Ekstrak Daun Tanaman Lindur (Bruguiera gymnorrhiza)
sebagai Antidiare
: Rahmawati

: C34100008
: Teknologi Hasil Perairan

Disetujui oleh

Dr Tati Nurhayati, SPi MSi
Pembimbing I

Prof Dr Ir Nurjanah, MS
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Joko Santoso, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala karunia dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Ekstrak
Daun Tanaman Lindur (Bruguiera gymnorrhiza) sebagai Antidiare”. Skripsi ini
merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjanan Perikanan pada Departemen
Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Insitut Pertanian
Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Tati Nurhayati, SPi MSi dan
Prof Dr Ir Nurjanah MS selaku dosen pembimbing atas seluruh arahan, bimbingan
dan semangat yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
Dr Desniar, SPi MSi selaku dosen penguji atas kritik dan saran yang sangat
membangun kepada penulis. Penghargaan penulis sampaikan kepada Dosen dan
staf administrasi Departemen Teknologi Hasil Perairan, Bapak Saeful Bahri dari
Laboratorium Karakterisasi Bahan Baku Hasil Perairan, Ibu Ema Masruroh dari
Laboratorium Mikrobiologi Hasil Perairan dan Ibu Dini Indriani dari
Laboratorium Biokimia Hasil Perairan (Departemen Teknologi Hasil Perairan),
Ibu Nunung Nuryanti dari Laboratorium Kimia Analitik (Departemen Kimia) dan
Pusat Studi Biofarmaka IPB. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada
ayah, ibu, adik serta seluruh keluarga besar THP 47, atas segala doa dan kasih
sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak.


Bogor, September 2014
Rahmawati

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... vii
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
Latar Belakang .............................................................................................. 1
Perumusan Masalah ...................................................................................... 2
Tujuan Penelitian .......................................................................................... 2
Manfaat Penelitian ........................................................................................ 2
Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................. 2
METODE PENELITIAN ..................................................................................... 2
Bahan............................................................................................................ 3
Alat ............................................................................................................... 3
Prosedur Penelitian ....................................................................................... 3
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 6
Rendemen Ekstrak Kasar Daun Lindur .......................................................... 6
Komponen Aktif Ekstrak Daun Lindur .......................................................... 7

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Lindur ................................................... 9
Kandungan Total Fenol Ekstrak Etanol Daun Lindur .................................. 12
KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 13
Kesimpulan ................................................................................................. 13
Saran........................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 13
LAMPIRAN ...................................................................................................... 16
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... 18

DAFTAR TABEL
1 Hasil uji fitokimia ekstrak etanol daun lindur hasil ekstraksi tunggal ................. 8
2 Hasil uji fitokimia ekstrak daun lindur hasil ekstraksi bertingkat ....................... 9

DAFTAR GAMBAR
1 Aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun lindur hasil ekstraksi tunggal
terhadap S. aureus ATCC 6538 pada konsentrasi (
) 0,5 mg, (
)
1,0 mg, (
) 1,5 mg dan (

) 2,0 mg .......................................................... .10
2 Aktivitas antibakteri ekstrak etil asetat daun lindur terhadap bakteri
S. aureus ATCC 6538 pada konsentrasi (
) 0,5 mg, (
) 1,0 mg,
(
) 1,5 mg dan (
) 2,0 mg ........................................................................ 11
3 Aktivitas antibakteri ekstrak etil asetat daun lindur terhadap bakteri
E. coli ATCC 8739 pada konsentrasi (
) 0,5 mg, (
) 1,0 mg, (
)
1,5 mg dan (
) 2,0 mg ............................................................................ ….12

DAFTAR LAMPIRAN
1 Diagram alir prosedur kerja penelitian ............................................................. 16
2 Kenampakan filtrat dan ekstrak kasar daun lindur ........................................... 17


1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Ekosistem mangrove berada di sekitar wilayah pesisir perairan Indonesia.
Ekosistem ini memiliki vegetasi yang mampu beradaptasi pada lingkungan
perairan yang ekstrim. Salah satu spesies ekosistem ini adalah tanaman
Bruguiera gymnorrhiza. Wilayah penyebaran spesies B. gymnorrhiza di Indonesia
meliputi pulau Jawa, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Papua
(Helmy 2012). Masyarakat Jawa dan Bali menyebut spesies tersebut dengan nama
lindur (Sulistyawati et al. 2012). Tanaman lindur banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat Indonesia untuk mengobati diare dan demam (Allen dan Duke 2006).
Eksplorasi potensi biologis daun tanaman lindur masih terus dilakukan.
Hasil penelitian Soonthornchareonnon et al. (2012) menunjukkan bahwa ekstrak
etanol daun lindur memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus
ATCC 25923 dan Bacillus cereus ATCC 14579. Haq et al. (2011) menyatakan
bahwa ekstrak etanol dan ekstrak metanol daun lindur memiliki aktivitas
antibakteri terhadap Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, Escherichia coli dan
Pseudomonas aeruginosa.

Diare merupakan salah satu penyakit yang sering diderita oleh masyarakat
Indonesia. Diare merupakan suatu penyakit infeksi yang menyebabkan frekuensi
defekasi melebihi frekuensi normal dengan konsentrasi feses encer bahkan
bercampur lendir dan darah (Sari et al. 2010). Kejadian Luar Biasa (KLB) diare
juga masih sering terjadi, dengan CFR (Case Fatality Rate) yang tinggi. Tahun
2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian
239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan
jumlah kasus 5756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan
tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4.204
dengan kematian 73 orang dengan nilai CFR sebesar 1,74% (KEMENKES 2011).
Penyebab diare secara klinis dapat digolongkan menjadi enam bagian, yaitu
infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau infestasi parasit), malabsorpsi, alergi,
keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya. Salah satu penyebab yang
sering ditemukan adalah diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri (KEMENKES
2011). Spesies bakteri yang sering menjadi penyebab timbulnya diare adalah
Staphylococcus aureus, Vibrio cholerae, Escherichia coli, Yersinia enterocolitica,
Shigella flexneri dan Campylobacter jejuni (Farthing 2000; Omwenga et al. 2011).
Bakteri-bakteri ini akan menginvasi saluran pencernaan sehingga menimbulkan
gejala yang akut (Winarno 2007).
Pengobatan diare biasanya dilakukan menggunakan berbagai obat-obat
modern, contohnya antibiotik sintetik. Antibiotik ini berfungsi sebagai senyawa
yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri atau membunuh sel bakteri.
Eksplorasi komponen aktif yang berfungsi sebagai antibakteri perlu dilakukan.
Hal ini didasari adanya penggunaan antibiotik sintetik yang telah meluas dan
irasional yang dapat menyebabkan timbulnya resistensi. Penggunaan antibiotik
sintetik juga tergolong mahal dan berdampak bagi lingkungan karena
meninggalkan residu yang sulit terurai dalam lingkungan perairan (Utami 2012;

2
Rahmawati 2008). Hal ini memicu perlunya dilakukan penelitian untuk
mempelajari senyawa antibakteri yang berasal dari alam, khususnya dari tanaman.
Salah satu tanaman yang berpotensi untuk pengembangan senyawa antibakteri
adalah tanaman lindur.
Perumusan Masalah
Diare merupakan salah satu penyakit yang sering diderita oleh masyarakat
Indonesia. Penyakit ini sering menjadi salah satu penyebab kematian pada
masyarakat Indonesia, terutama balita. Indeks rasio (IR) penyakit diare di
Indonesia mengalami peningkatan setiap tahun dan KLB diare juga masih sering
terjadi dengan CFR yang tinggi. Salah satu penyebab diare adalah infeksi bakteri.
Tanaman lindur sering dijadikan obat tradisional oleh masyarakat pesisir dalam
mengobati diare, namun belum ada penelitian mengenai efektivitas daun tanaman
lindur terhadap bakteri penyebab diare.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah menentukan rendemen ekstrak kasar,
mengidentifikasi komponen aktif dan mengevaluasi aktivitas antibakteri terhadap
bakteri penyebab diare pada ekstrak daun lindur hasil ekstraksi tunggal dan
ekstraksi bertingkat, serta menentukan kandungan total fenol ekstrak daun lindur
hasil ekstraksi tunggal.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai
potensi daun lindur sebagai komoditas hasil perairan yang memiliki aktivitas
antibakteri terhadap bakteri penyebab diare.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah pengambilan dan preparasi sampel daun
tanaman lindur, ekstraksi tunggal dan bertingkat pada sampel, pengujian
komponen aktif (fitokimia), pengujian aktivitas antibakteri terhadap bakteri
penyebab diare pada ekstrak hasilekstraksi tunggal dan bertingkat, serta pengujian
kandungan total fenol pada ekstrak daun lindur hasil ekstraksi tunggal.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2013 sampai Juni 2014.
Proses pengambilan sampel dilakukan di Kawasan Ekowisata Mangrove, Pantai
Indah Kapuk, Jakarta Utara, preparasi dan ekstraksi sampel dilakukan di

3
Laboratorium Karakterisasi Bahan Baku Hasil Perairan. Proses evaporasi sampel
dilakukan di Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor. Uji fitokimia dan
total fenol dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam. Uji aktivitas antibakteri dilakukan di Laboratorium
Mikrobiologi Hasil Perairan Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Bahan
Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah daun tanaman
lindur (B. gymnorrhiza). Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk ekstraksi daun
lindur adalah n-heksana, etil asetat dan etanol pro analisis. Bahan yang digunakan
untuk uji komponen aktif adalah pereaksi Meyer, pereaksi Wagner, pereaksi
Dragendorff (uji alkaloid), kloroform, anhidra asetat, asam sulfat pekat (uji
steroid/triterpenoid), serbuk magnesium, amil alkohol (uji flavonoid), air panas,
larutan HCl 2 N (uji saponin) dan etanol 70%, larutan FeCl3 5% (uji fenol
hidrokuinon), FeCl3 10% (uji tanin). Bahan yang digunakan untuk analisis
aktivitas antibakteri adalah bakteri uji berupa Staphylococcus aureus ATCC 6538
dan bakteri Escherichia coli ATCC 8739, akuades, kloramfenikol, media Nutrient
Agar (NA), media Nutrient Broth (NB), media Mueller Hinton Agar (MHA).
Bahan yang digunakan untuk uji total fenol adalah etanol 95%, akuades, Na2CO3
5%, reagen Folin-Ciocalteau dan asam galat sebagai standar.

Alat
Peralatan yang digunakan adalah oven pengering (Yamato DV 41),
timbangan digital (Quattro), orbital shaker (WiseShake®), kertas saring
(Whatman No.42), rotary vacuum evaporator, oven pensteril (Yamato SH 62),
vorteks (Geniez ™), inkubator (Yamato IS 900), autoklaf (Yamato SM 52),
refrigerator, spektrofotometer (UV Vis RS 2500) dan jangka sorong.

Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri atas lima tahap. Tahap pertama adalah pengambilan dan
preparasi daun lindur. Tahap kedua adalah ekstraksi daun lindur menggunakan
metode ekstraksi tunggal dan ekstraksi bertingkat (modifikasi dari Sari 2008).
Penelitian tahap ketiga yaitu pengujian fitokimia berdasarkan Harborne (1987).
Tahap keempat adalah pengujian aktivitas antibakteri yang terdiri atas persiapan
media (modifikasi dari Renhoran 2013) dan proses pengujian aktivitas antibakteri
(modifikasi dari Praptiwi dan Harapini 2004). Tahap kelima adalah pengujian
kandungan total fenol menggunakan prosedur Folin-Ciocalteau yang dimodifikasi
dari Pambayun et al. (2007).

4
Penelitian Tahap I
Pengambilan dan preparasi daun lindur
Pengambilan daun lindur dilakukan di Kawasan Ekowisata Mangrove,
Pantai Indah Kapuk, Jakarta. Daun diambil secara mekanik dengan memotong
bagian tangkai daun, lalu dibersihkan dari komponen pengotor. Daun lindur yang
sudah bersih kemudian dipreparasi. Daun lindur dicacah halus dan
dikeringanginkan menggunakan sinar matahari selama 12 jam. Cacahan halus
daun lindur yang telah kering kemudian diukur kadar airnya. Sampel kemudian
dibagi dua, bagian pertama yang berbentuk cacahan halus digunakan untuk proses
ekstraksi tunggal. Sampel bagian kedua diblender hingga berbentuk serbuk halus
untuk proses ekstraksi bertingkat.
Penelitian Tahap II
Ekstraksi daun lindur menggunakan metode ekstraksi tunggal dan ekstraksi
bertingkat (modifikasi dari Sari 2008)
Kedua sampel daun lindur diekstraksi dengan cara maserasi. Sampel
pertama dimaserasi menggunakan satu jenis pelarut (ekstraksi tunggal). Sampel
kedua dimaserasi menggunakan tiga jenis pelarut dengan kepolaran yang berbeda,
yaitu n-heksana, etil asetat, dan etanol pro analisis.
Ekstraksi tunggal
Sampel bagian pertama ditimbang sebanyak 50 gram untuk setiap ulangan
dan ditambahkan pelarut etanol p.a. sebanyak 250 mL untuk setiap ulangan, lalu
dimaserasi selama 24 jam menggunakan orbital shaker dengan kecepatan 180 rpm.
Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan kertas saring Whatman No. 42.
Proses maserasi dilakukan hingga filtrat yang diperoleh menjadi bening. Filtrat
yang terkumpul kemudian dievaporasi dengan rotary vacuum evaporator pada
suhu 40 ○C, sehingga diperoleh ekstrak etanol hasil maserasi tunggal.
Ekstraksi bertingkat
Sampel bagian kedua ditimbang sebanyak 35,95 gram untuk setiap ulangan
dan ditambahkan pelarut n-heksana p.a. sebanyak 62,5 mL untuk setiap ulangan.
Sampel kemudian dimaserasi selama 72 jam dengan kecepatan 180 rpm. Hasil
maserasi kemudian disaring menggunakan kertas saring Whatman No. 42,
sehingga diperoleh filtrat dan residu. Residu ini kemudian dimaserasi lagi dengan
cara yang sama hingga filtrat yang diperoleh menjadi bening. Filtrat yang
terkumpul kemudian dievaporasi menggunakan rotary vacuum evaporator pada
suhu 40 ○C. Residu ekstraksi dengan pelarut n-heksana kemudian dilarutkan
kembali ke dalam pelarut etil asetat p.a. dan diekstraksi seperti proses sebelumnya.
Filtrat yang terkumpul kemudian dievaporasi dan residu yang diperoleh dilarutkan
dalam pelarut etanol p.a. serta diekstraksi seperti proses sebelumnya. Filtrat yang
terkumpul kemudian dievaporasi dengan rotary vacuum evaporator pada suhu
40 ○C, sehingga diperoleh ekstrak n-heksana, ekstrak etil asetat dan ekstrak etanol
hasil ekstraksi bertingkat.
Penelitian Tahap III
Pengujian fitokimia (Harborne 1987)
Pengujian fitokimia dilakukan terhadap seluruh ekstrak daun tanaman lindur
(B.gymnorrhiza) yang diperoleh dari kedua metode ekstraksi. Uji fitokimia ini

5
meliputi uji alkaloid, uji steroid/triterpenoid, uji flavonoid, uji saponin, uji fenol
hidrokuinon, dan uji tanin.
Penelitian Tahap IV
Pengujian aktivitas antibakteri
Uji aktivitas antibakteri dilakukan terhadap seluruh ekstrak daun lindur yang
diperoleh dari kedua metode ekstraksi. Uji ini terdiri atas tahapan persiapan dan
tahapan pengujian. Tahapan persiapan merupakan modifikasi dari Renhoran
(2013) yang meliputi pembuatan media padat Nutrient Agar (NA), pembuatan
media cair Nutrient Broth (NB), penyegaran suspensi bakteri, dan persiapan
media padat Mueller Hinton Agar (MHA). Tahapan pengujian aktivitas
antibakteri dilakukan dengan metode difusi sumur agar yang merupakan
modifikasi dari Praptiwi dan Harapini (2004).
a) Pembuatan media padat Nutrient Agar (NA)
Media NA dibuat dengan cara melarutkan sebanyak 1,4 gram bubuk media
NA dalam akuades hingga volumenya 50 mL, lalu dipanaskan sambil diaduk
hingga mendidih. Sebanyak 5 mL media NA (Nutrient Agar) dimasukkan ke
dalam tabung reaksi, lalu di sterilisasi. Media kemudian dimiringkan, lalu
dibiarkan memadat dan disimpan di dalam refrigerator.
b) Pembuatan media cair Nutrient Broth (NB)
Media NB dibuat dengan cara melarutkan sebanyak 0,702 gram bubuk
media NB dalam akuades hingga volumenya 54 mL, lalu dipanaskan sambil
diaduk hingga mendidih. Sebanyak 9 mL media NB (Nutrient Broth) dimasukkan
ke dalam tabung reaksi, lalu disterilisasi. Media kemudian didinginkan dan
disimpan pada tempat yang steril.
c) Penyegaran suspensi bakteri
Sebanyak satu ose bakteri uji digoreskan pada media padat NA dengan pola
zigzag secara aseptik, lalu diinkubasi pada suhu 37 ○C selama 24 jam. Sebanyak
satu sampai tiga ose bakteri uji dari media NA dimasukkan ke dalam media NB
yang telah dingin secara aseptik. Sampel diinkubasi pada suhu 37 ○C selama 24
jam, lalu diukur nilai optical density (OD) untuk setiap bakteri uji pada panjang
gelombang 600 nm.
d) Pembuatan media padat Mueller Hinton Agar (MHA)
Media padat MHA dibuat dengan cara melarutkan sebanyak 4,56 gram
bubuk media MHA dalam akuades hingga volumenya 120 mL, lalu dipanaskan
sambil diaduk hingga mendidih. Sebanyak 20 mL media MHA dimasukkan ke
dalam tabung reaksi, lalu disterilisasi. Media kemudian dibiarkan memadat dan
disimpan di dalam refrigerator.
e) Uji aktivitas antibakteri
Media MHA cair sebanyak 20 mL ditambahkan 20 µL bakteri uji (S. aureus
ATCC 6538 dan E. coli ATCC 8739) yang telah diukur nilai OD-nya, lalu
dihomogenkan dengan vorteks dan dimasukkan ke dalam cawan petri steril.
Cawan petri kemudian digoyangkan membentuk angka delapan agar menyebar
secara merata. Media agar didiamkan sampai agar membeku. Media MHA yang
telah membeku kemudian dilakukan pembuatan sumur dan diberi ekstrak dengan
konsentrasi 0,5 mg/sumur, 1,0 mg/sumur, 1,5 mg/sumur dan 2,0 mg/sumur.
Sumur juga diberi kloramfenikol sebagai kontrol positif dengan konsentrasi
30 µg/sumur dan pelarut masing-masing ekstrak sebagai kontrol negatif sebanyak

6
20 µL. Cawan petri yang telah mengandung bakteri tersebut dilapisi plastik
wrapping untuk menghindari kontaminasi dan disimpan di dalam refrigerator
selama 3 jam agar ekstrak berdifusi terlebih dahulu. Cawan petri kemudian
diletakkan di dalam inkubator pada suhu 37 ○C selama 24 jam. Aktivitas
antibakteri diukur dengan mengamati zona bening yang terbentuk menggunakan
jangka sorong setiap dua jam selama 24 jam.
Penelitian Tahap V
Pengujian kandungan total fenol (modifikasi dari Pambayun et al. 2007)
Kandungan total fenol dilakukan hanya pada ekstrak etanol hasil ekstraksi
tunggal. Penentuan kandungan total fenol pada ekstrak menggunakan prosedur
Folin-Ciocalteau. Ekstrak kasar dengan berat sekitar 2 mg ditimbang, lalu
dilarutkan dengan 2 mL etanol 95% dan divorteks. Sampel kemudian dilarutkan
dalam 5 mL akuades dan 0,5 mL reagen Folin-Ciocalteau, lalu di vorteks.
Campuran kemudian didiamkan selama lima menit dan ditambahkan 1 mL
Na2CO3 5% dan divorteks. Campuran dihomogenkan dan diinkubasi dalam
kondisi gelap selama satu jam. Serapan yang dihasilkan diukur pada panjang
gelombang 725 nm. Asam galat digunakan sebagai standar dengan konsentrasi
0 ppm, 10 ppm, 20 ppm, 30 ppm dan 40 ppm. Kandungan total fenol
diinterpretasikan sebagai milligram ekivalen asam galat (GAE = Galic Acid
Equivalent) per gram ekstrak (mg GAE/g ekstrak). Diagram alir prosedur kerja
penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Rendemen Ekstrak Kasar Daun Lindur
Ekstraksi merupakan proses penarikan komponen zat aktif dari suatu bahan
dengan menggunakan pelarut tertentu (Harborne 1987). Metode ekstraksi yang
digunakan adalah maserasi. Maserasi merupakan metode ekstraksi dengan cara
perendaman tanpa menggunakan panas (Astuti 2012). Proses evaporasi filtrat
menggunakan suhu 40 °C untuk mencegah terjadinya kerusakan komponen aktif
(Harborne 1987).
Ekstrak Kasar Hasil Ekstraksi Tunggal
Hasil evaporasi filtrat yang diperoleh dari ekstraksi tunggal menggunakan
pelarut etanol adalah ekstrak etanol. Ekstrak etanol ini berupa ekstrak kasar dan
ditimbang untuk mengetahui persentase rendemen yang dihasilkan. Rendemen
merupakan perbandingan berat ekstrak yang diperoleh dengan berat awal sampel
yang digunakan (Sari 2008). Rendemen ekstrak etanol yang diperoleh dari proses
ekstraksi tunggal adalah 14,68%. Rendemen tersebut cenderung bersifat polar.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Yasni (2013) yang menyebutkan bahwa pelarut
etanol tergolong pelarut polar, sehingga dapat melarutkan senyawa polar pula.
Rendemen ekstrak yang diperoleh dipengaruhi oleh kondisi alamiah senyawa aktif
pada bahan, metode ekstraksi, waktu ekstraksi, ukuran partikel sampel, serta
pelarut sampel (Harborne 1987). Ekstraksi dengan suatu jenis pelarut akan
menghasilkan ekstrak yang mengandung senyawa sesuai dengan tingkat kepolaran

7
pelarut yang digunakan. Ekstrak etanol daun lindur hasil ekstraksi tunggal
berwarna hijau kehitaman berbentuk pasta. Warna hijau ini diduga sebagai akibat
tertariknya klorofil pada saat proses ekstraksi berlangsung. Harborne (1987)
menyatakan bahwa klorofil dapat terekstrak bersama karotenoid saat proses
ekstraksi berlangsung.
Ekstrak Kasar Hasil Ekstraksi Bertingkat
Ekstrak kasar yang diperoleh dari ekstraksi bertingkat terdiri atas ekstrak nheksana, ekstrak etil asetat dan ekstrak etanol. Hasil dari ekstraksi bertingkat
menunjukkan bahwa rendemen ekstrak tertinggi yaitu ekstrak etanol sebesar
7,36%, diikuti oleh ekstrak n-heksana sebesar 3,56% dan ekstrak etil asetat
sebesar 1,93%. Hal ini mengindikasikan bahwa komponen aktif pada daun lindur
cenderung larut pada pelarut polar. Hasil serupa diperoleh dari penelitian
Fitrial et al. (2008) yang mengekstrak biji teratai (Nymphaea pubescens)
menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat dan etanol dan rendemen tertinggi
terdapat pada ekstrak etanol. Ekstrak n-heksana berwarna kuning kehitaman
dengan tekstur lengket. Hal ini disebabkan adanya lipid yang terekstrak oleh
pelarut n-heksana. Komponen yang dapat diekstrak oleh pelarut n-heksana adalah
lilin, lipid dan minyak atsiri (Houghton dan Raman 1998). Ekstrak etil asetat dan
ekstrak etanol hasil ekstraksi bertingkat berwarna hijau kehitaman. Kenampakan
ekstrak tersebut dapat dilihat pada Lampiran 2.
Komponen Aktif Ekstrak Daun Lindur
Tanaman lindur memiliki komponen aktif yang penyebarannya berbeda
pada setiap bagian dari tanaman tersebut. Penyebaran komponen aktif ini bersifat
terbatas dan sering disebut sebagai metabolit sekunder (Sirait 2007). Fitokimia
mempunyai peran penting dalam penelitian obat yang dihasilkan dari tanaman. Uji
fitokimia yang dilakukan pada ekstrak daun lindur hasil ekstraksi tunggal dan
bertingkat meliputi uji alkaloid, steroid/triterpenoid, flavonoid, saponin, fenol
hidrokuinon dan tanin.
Komponen Aktif pada Ekstrak Kasar Hasil Ekstraksi Tunggal
Hasil uji fitokimia pada ekstrak etanol hasil ekstraksi tunggal dapat dilihat
pada Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan bahwa ekstrak tersebut mengandung alkaloid,
steroid, triterpenoid, flavonoid, saponin dan fenol hidrokuinon. Hal serupa juga
ditemukan pada hasil penelitian Soonthornchareonnon et al. (2012) yang
menyebutkan bahwa ekstrak etanol daun B. gymnorrhiza mengandung komponen
flavonoid. Flavonoid tergolong senyawa fenol yang memiliki gugus hidroksil dan
dapat berfungsi sebagai antibiotik (Bandaranayake 2002). Komponen alkaloid
yang terdeteksi pada ekstrak etanol daun lindur hasil ekstraksi tunggal merupakan
komponen yang bersifat basa, mengandung satu atau lebih atom nitrogen dan
bersifat heterosiklik. Alkaloid juga merupakan komponen yang bersifat racun
sehingga sering digunakan dalam bidang pengobatan (Harborne 1987).
Komponen steroid dan triterpenoid juga terkandung pada ekstrak etanol
daun lindur hasil ekstraksi tunggal. Steroid yang paling banyak ditemukan adalah
sterol, yang merupakan steroid alkohol. Sterol yang ditemukan pada sel tumbuhan

8
disebut fitosterol. Jenis fitosterol yang paling banyak terkandung di dalam
membran sel tumbuhan adalah stigmasterol (Lehninger 1982). Triterpenoid
merupakan bagian dari senyawa terpenoid yang bersifat tidak menguap. Senyawa
ini memiliki kerangka karbon yang berasal dari enam satuan isoprena dan secara
biosintesis diturunkan dari hidrokarbon asiklik (Sirait 2007).
Saponin juga terkandung pada ekstrak etanol daun lindur hasil ekstraksi
tunggal. Hal ini sesuai dengan Harborne (1987) yang menyatakan bahwa saponin
merupakan senyawa polar sehingga akan terkestrak oleh pelarut polar pula.
Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun, serta
memiliki kemampuan membentuk busa dan melisiskan sel darah (hemolisis).
Komponen fenol hidrokuinon juga terdeteksi ekstrak tersebut. Senyawa ini
tergolong ke dalam senyawa fenolik yang memiliki cincin aromatik dan
mengandung gugus hidroksil. Senyawa fenol cenderung mudah larut dalam air,
sering terdapat dalam bentuk glikosida serta biasanya terdapat di dalam vakuola
sel tumbuhan (Harborne 1987).
Komponen tanin tidak terdeteksi pada ekstrak etanol daun lindur hasil
ekstraksi tunggal. Hal ini diduga adanya sifat komponen tanin yang sulit
terekstrak. Hal ini didukung oleh Harborne (1987) yang menyebutkan bahwa
sangat sulit mengekstraksi seluruh tanin yang terdapat di dalam tanaman, terutama
tanin terkondensasi.
Tabel 1 Hasil uji fitokimia ekstrak etanol daun lindur hasil ekstraksi tunggal
Komponen aktif
Alkaloid
-Dragendorff
-Meyer
-Wagner
Steroid
Triterpenoid
Flavonoid
Saponin
Fenol hidrokuinon
Tanin
Keterangan

:+

Hasil uji
+
+
+
+
+
+
+
+
-

Parameter
Terbentuk endapan jingga
Terbentuk endapan putih
Terbentuk endapan coklat

Terdapat warna hijau muda
Terdapat warna merah pudar
Warna kuning

Busa stabil
Warna hijau biru
Tidak terbentuk warna hijau kehitaman

= tidak terdeteksi
= terdeteksi

Komponen Aktif pada Ekstrak Kasar Hasil Ekstraksi Bertingkat
Hasil uji fitokimia pada ekstrak daun lindur hasil ekstraksi bertingkat dapat
dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 menunjukkan bahwa ketiga jenis ekstrak
mengandung steroid dan flavonoid. Steroid merupakan molekul kompleks yang
larut di dalam lemak dengan empat cincin yang saling bergabung. Steroid yang
paling banyak ditemukan adalah sterol, yang merupakan steroid alkohol. Salah
satu turunan dari sterol yaitu glikosida jantung yang dapat melindungi tanaman
tersebut dari predator (Roswiem et al. 2011). Senyawa flavonoid merupakan
turunan dari senyawa induk flavon. Flavonoid mengandung cincin aromatik yang
terkonjugasi. Senyawa flavonoid yang terdapat pada tumbuhan umumnya terikat
pada gula sebagai glikosida dan aglikon flavonoid (Harborne 1987).
Hasil pada Tabel 2 menunjukkan bahwa ketiga ekstrak tidak mengandung
komponen alkaloid. Hal ini diduga karena adanya perbedaan kompleksitas

9
komponen alkaloid yang terdapat pada sampel. Golongan komponen alkaloid
secara kimia bersifat heterogen. Senyawa ini bisa terdapat dalam struktur yang
sederhana, contohnya koniina hingga terdapat dalam struktur yang lebih kompleks,
contohnya strikhnina. Alkaloid juga merupakan senyawa yang bersifat racun
sehingga sering digunakan dalam bidang pengobatan (Harborne 1987).
Tabel 2 Hasil uji fitokimia ekstrak daun lindur hasil ekstraksi bertingkat
Komponen aktif
Alkaloid
-Dragendorff
-Meyer
-Wagner
Steroid
Triterpenoid
Flavonoid
Saponin
Fenol hidrokuinon
Tanin
Keterangan

:+

N-heksana
+
+
+
-

Ekstrak
Etil asetat

Etanol

-

-

+
+

+
-

+

+

+

+
+

-

+

= tidak terdeteksi
= terdeteksi

Hasil uji fitokimia pada Tabel 2 menunjukkan bahwa ekstrak n-heksana dan
ekstrak etil asetat hasil ekstraksi bertingkat mengandung senyawa triterpenoid.
Triterpenoid memiliki struktur siklik yang relatif kompleks dan kebanyakan
merepakan suatu alkohol, aldehid atau asam karboksilat. Komponen triterpenoid
dan turunannya terdapat pada lapisan lilin daun tanaman (Sirait 2007).
Saponin terdapat pada ekstrak etanol daun lindur hasil ekstraksi bertingkat.
Hal ini sesuai dengan Harborne (1987) yang menyatakan bahwa saponin
merupakan senyawa polar sehingga akan terekstrak oleh pelarut polar pula.
Saponin yang terdapat dalama tumbuhan meupakan prekursor kortison. Senyawa
ini dapat meningkatkan resorpsi berbagai zat dan membuat partikel yang bersifat
tidak larut menjadi larut (Sirait 2007). Hasil uji fitokimia juga menunjukkan
bahwa ekstrak etil asetat dan ekstrak etanol mengandung senyawa fenol
hidrokuinon. Senyawa ini cenderung bersifat polar karena mengandung gugus
hidroksil (Harborne 1987). Hal ini didukung oleh penelitian Soonthornchareonnon
et al. (2012) yang menyebutkan bahwa ekstrak etanol daun B. gymnorrhiza
mengandung senyawa fenolik.
Senyawa tanin hanya ditemukan pada ekstrak etanol hasil ekstraksi
bertingkat. Tanin tergolong senyawa fenolik yang memiliki kemampuan untuk
mempresipitasi protein (Bandaranayake 2002). Senyawa ini tersebar secara tidak
merata dalam tumbuhan. Tanin terdiri dari dua jenis, yatiu tanin terkondensasi dan
tanin terhidrolisis (Harborne 1987).
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Lindur
Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak daun lindur hasil ekstraksi tunggal
dan ekstraksi bertingkat menggunakan metode difusi sumur agar. Bakteri uji yang
digunakan adalah S. aureus ATCC 6538 dan E. coli ATCC 8739. Pengujian

10
aktivitas antibakteri ekstrak daun lindur menggunakan kontrol positif dan negatif.
Kontrol positif yang digunakan yaitu kloramfenikol dan kontrol negatif yang
digunakan yaitu masing-masing pelarut dari ekstrak yang digunakan.
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Lindur Hasil Ekstraksi Tunggal
Hasil pengujian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun lindur hasil
ekstraksi tunggal menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun lindur memiliki
aktivitas antibakteri terhadap bakteri S. aureus ATCC 6538 dan E. coli ATCC
8739. Aktivitas antibakteri ekstrak daun lindur hasil ekstraksi tunggal terhadap
bakteri E. coli ATCC 8739 hanya terdapat pada konsentrasi ekstrak sebesar
2,0 mg dengan diameter zona bening kurang dari 2 mm. Zona bening tersebut
terlihat setelah jam ke-12 hingga jam ke-16. Aktivitas antibakteri ekstrak etanol
daun lindur memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri S. aureus ATCC 6538
dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.
Diameter zona bening (mm)

10
8
6
4
2
0
2

4

6

8

10 12 14 16
Jam pengamatan

18

20

22

24

Gambar 1 Aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun lindur hasil ekstraksi
tunggal terhadap S. aureus ATCC 6538 pada konsentrasi
(
) 0,5 mg, (
) 1,0 mg, (
) 1,5 mg dan (
) 2,0 mg
Gambar 1 juga menunjukkan bahwa zona bening yang terbentuk oleh
ekstrak etanol daun lindur hasil ekstraksi tunggal dengan konsentrasi 2,0 mg
berkisar 1-5 mm. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Haq et al. (2011) yang
menyebutkan bahwa aktivitas ekstrak etanol daun lindur terhadap bakteri uji
S. aureus menghasilkan zona bening sebesar 18,95 mm dengan konsentrasi
ekstrak sebesar 10 mg/mL. Perbedaan ini dapat disebabkan adanya perbedaan
habitat sampel, konsentrasi ekstrak, dan strain bakteri uji yang digunakan.
Aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun lindur hasil ekstraksi tunggal
terhadap bakteri S. aureus ATCC 6538 lebih besar daripada aktivitas terhadap
bakteri E. coli ATCC 8739. Hasil serupa juga ditemukan dalam penelitian
Haq et al. (2011) yang menyebutkan bahwa aktivitas ekstrak etanol daun lindur
terhadap bakteri uji S. aureus dan E. coli menghasilkan zona bening masingmasing sebesar 18,95 mm dan 9,91 mm.

11

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Lindur Hasil Ekstraksi Bertingkat
Pengujian aktivitas antibakteri juga dilakukan pada ekstrak daun lindur hasil
ekstraksi bertingkat, yaitu ekstrak n-heksana, ekstrak etil asetat dan ekstrak etanol.
Aktivitas antibakteri hanya ditemukan pada ekstrak etil asetat. Hasil serupa juga
ditemukan pada penelitian Fitrial et al. (2008) yang menyebutkan bahwa ekstrak
etil asetat biji teratai (N. pubescens) memiliki aktivitas antibakteri yang tertinggi.
Hasil pengujian aktivitas antibakteri ekstrak etil asetat daun lindur hasil ekstraksi
bertingkat dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3.
Diameter Zona Bening (mm)

10
8
6
4
2
0
2

4

6

8

10 12 14 16
Jam pengamatan

18

20

22

24

Gambar 2 Aktivitas antibakteri ekstrak etil asetat daun lindur terhadap
S. aureus ATCC 6538 pada konsentrasi (
) 0,5 mg, (
)
1,0 mg, (
) 1,5 mg dan (
) 2,0 mg
Gambar 2 menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat daun lindur memiliki
aktivitas antibakteri yang tertinggi terhadap bakteri S. aureus ATCC 6538 terdapat
pada konsentrasi ekstrak 2,0 mg. Konsentrasi ekstrak sebesar 2,0 mg mampu
menghasilkan zona bening setelah jam ke-10 hingga jam ke-20. Aktivitas
antibakteri yang terendah terhadap bakteri S. aureus ATCC 6538 terdapat pada
konsentrasi ekstrak sebesar 1,0 mg. Konsentrasi ekstrak sebesar 1,0 mg hanya
mampu menghasilkan zona bening setelah jam ke-10 hingga jam ke-16.
Gambar 3 menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat daun lindur memiliki
aktivitas antibakteri yang tertinggi terhadap isolat E. coli ATCC 8739 terdapat
pada konsentrasi ekstrak 2,0 mg. Aktivitas antibakteri yang terendah terhadap
isolat E. coli ATCC 8739 terdapat pada konsentrasi ekstrak 1,0 mg. Seluruh
konsentrasi ekstrak etil asetat daun lindur yang digunakan mampu menghasilkan
zona bening setelah jam ke-6 hingga jam ke-14.
Aktivitas ekstrak etil asetat pada kedua isolat bakteri uji cenderung bersifat
bakteriostatik karena ekstrak cenderung tidak stabil dan kemampuannya terus
mengalami penurunan hingga akhir waktu pengamatan. Sifat bakteriostatik
mengindikasikan bahwa suatu senyawa hanya mampu menghambat pertumbuhan
bakteri (Madigan et al. 2006).

12

Diameter Zona Bening (mm)

10
8

6
4
2

0
2

4

6

8

10 12 14 16
Jam pengamatan

18

20

22

24

Gambar 3 Aktivitas antibakteri ekstrak etil asetat daun lindur terhadap
E. coli ATCC 8739 pada konsentrasi (
) 0,5 mg, (
)
1,0 mg, (
) 1,5 mg dan (
) 2,0 mg
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa S. aureus ATCC 6538 yang
merupakan bakteri Gram positif, lebih sensitif terhadap senyawa antibakteri
daripada E. coli ATCC 8739 yang tergolong bakteri Gram negatif. Hal ini
disebabkan oleh adanya perbedaan struktur dinding sel dari kedua bakteri tersebut.
Dinding sel bakteri Gram postif hanya mengandung lapisan peptidoglikan.
Lapisan ini tidak cukup efektif sebagai penghalang terhadap komponen obat.
Dinding sel bakteri Gram negatif memiliki struktur tambahan berupa lapisan
lipopolisakarida yang terdapat di membran bagian luar. Lapisan ini membuat sel
bakteri Gram negatif bersifat lebih impermeabel terhadap komponen obat
(Ravikumar et al. 2010).
Diameter zona bening yang dibentuk kloramfenikol lebih besar daripada
seluruh jenis ekstrak. Hal ini disebabkan kloramfenikol merupakan senyawa
antibakteri murni sedangkan ekstrak daun lindur masih berupa ekstrak kasar yang
mengandung bahan organik lain selain antibakteri, misalnya klorofil. Senyawa
organik lain dapat menurunkan aktivitas zat antibakteri dengan cara
menginaktivasi dan mengganggu kontak antara zat antibakteri dengan sel bakteri
sehingga dapat melindungi bakteri dari zat antibakteri tersebut (Pelczar dan Chan
2008). Kloramfenikol bekerja dengan cara menghambat sintesis protein sel bakteri
yang berlangsung di ribosom (Madigan et al. 2006).
Kandungan Total Fenol Ekstrak Etanol Daun Lindur
Senyawa fenolik merupakan salah satu metabolit sekunder yang tersebar
dalam tumbuhan. Senyawa fenolik dalam tumbuhan dapat berupa asam fenolat,
fenilpropanoid, flavonoid, antosianin, lignin, tanin, dan kuinon (Harborne 1987).
Kandungan total fenol daun tanaman lindur hasil ekstraksi tunggal adalah
16,59 mgGAE/g ekstrak. Nilai tersebut berbeda dari hasil penelitian
Haq et al. (2011) yang menyebutkan bahwa kandungan total fenol ekstrak etanol
daun lindur sebesar 189,4 mgGAE/g berat kering sampel. Perbedaan ini

13
disebabkan oleh habitat tanaman lindur, metode preparasi dan metode ekstraksi
sampel. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Sultana et al. (2009) yang
menyebutkan bahwa daun Aloe barbadensis yang diekstrak menggunakan pelarut
etanol 80% dan etanol absolut sebesar 7,93 gGAE/100 g berat kering sampel dan
6,53 gGAE/100 g berat kering sampel. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa
senyawa fenol lebih mudah terekstrak pada pelarut yang lebih polar, seperti etanol
80%, dibandingkan dengan etanol absolut.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Perbedaan metode ekstraksi berpengaruh terhadap hasil rendemen ekstrak
daun lindur. Komponen aktif yang terdapat pada ekstrak hasil ekstraksi tunggal
dan bertingkat secara keseluruhan adalah steroid dan flavonoid. Ekstrak etanol
daun lindur hasil ekstraksi tunggal memiliki aktivitas antibakteri yang tertinggi
terhadap bakteri S. aureus ATCC 6538 pada konsentrasi ekstrak 2,0 mg. Ekstrak
etanol daun lindur hasil ekstraksi tunggal memiliki aktivitas antibakteri terhadap
bakteri E. coli ATCC 8739 hanya terdapat pada konsentrasi ekstrak 2,0 mg.
Aktivitas antibakteri ekstrak daun lindur hasil maserasi bertingkat hanya
ditemukan pada ekstrak etil asetat. Ekstrak etil asetat daun lindur memiliki
aktivitas antibakteri yang tertinggi terhadap bakteri S. aureus ATCC 6538 dan
bakteri E. coli ATCC 8739 pada konsentrasi ekstrak 2,0 mg. Kandungan total
fenol ekstrak etanol daun lindur hasil ekstraksi tunggal sebesar 16,59 mgGAE/g
ekstrak.

Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah perlunya dilakukan pengujian
tingkat toksisitas ekstrak daun lindur dan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)
dari ekstrak yang potensial. Pengujian toksisitas dan pemurnian ekstrak perlu
dilakukan. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan pengujian total
flavonoid pada ekstrak yang diperoleh.

DAFTAR PUSTAKA
Allen JA, Duke NC. 2006. Bruguiera gymnorrhiza (larged-leafed mangrove).
www.traditionaltree.org [20 Juni 2014].
Astuti KW. 2012. Pengaruh metode ekstraksi terhadap perolehan kembali
cannabinoid dari daun ganja. Indonesian Journal of Legal and Forensic
Sciences. 2(1):21-23.
Bandaranayake WM. 2002. Bioactivities, bioactive compounds and chemical
constituents of mangrove plants. Wetland Ecology and Management.
10:421-452.

14
Farthing MJG. 2000. Diarrhoea: a significant worldwide problem. International
Journal of Microbial Agents. 14:65-69.
Fitrial Y, Astawan M, Soekarto SS, Wiryawan KG, Wresdiyati T, Khairina R.
2008. Aktivitas antibakteri ekstrak biji teratai (Nymphaea pubescens Willd.)
terhadap bakteri patogen penyebab diare. Jurnal Teknologi dan Industri
Pangan. 9(2):158-164.
Haq M, Wirakarnain S, Hossain BMS, Taha RM, Monneruzzaman KM. 2011.
Total phenolic contents, antioxidant and antimicrobial activities of
Bruguiera gymnorrhiza. Journal of Medicinal Plants Research. 5(17):41124119.
Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia. Padmawinata K, Soediro I, penerjemah;
Miksolihin S, editor. Bandung (ID): ITB. Terjemahan dari: Phytochemical
Methods.
Helmy. 2012. Analisis jaringan tanaman lindur (Bruguiera gymnorrhiza) dan
pemanfaatannya sebagai bahan baku pembuatan etanol. [skripsi]. Bogor
(ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Houghton PJ, Raman A. 1998. Laboratory Handbook for The Fractionation of
Natural Extracts. London (GB): Chapman and Hall.
[KEMENKES] Kementerian Kesehatan. 2011. Situasi diare di Indonesia. Buletin
Jendela Data dan Informasi Kesehatan. Triwulan I. Jakarta (ID):
Kementerian Kesehatan Indonesia.
Lehninger AL. 1982. Dasar-dasar Biokimia. Thenawidjaja M, penerjemah.
Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Principles of Biochemistry.
Madigan MT, Martinko JM, Dunlap PV, Clarck DP. 2006. Brock Biology of
Microrganisms. San Fransisco (US): Pearson Benjamin Cummings.
Omwenga OE, Mariita RM, Alaro L, Okemo PO. 2011. Evaluation of methanolic
extracts of six medicinal plants used by herbal practitioners in Central
Province-Kenya. International Journal of Pharmaceutical Sciences and
Research. 2(4):867-874.
Pambayun R, Gardjito M, Sudarmadji S, Kuswanto KR. 2007. Kandungan fenol
dan sifat antibakteri dari berbagai jenis ekstrak produk gambir (Uncaria
gambir Roxb.). Majalah Farmasi Indonesia. 18(3):141-146.
Pelczar MJ, Chan ECS. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi 2. Hadioetomo RS,
Imas T, Tjitrosomo SS, Angka SL, penerjemah. Jakarta (ID): UI Press.
Terjemahan dari: Elements of Microbiology.
Praptiwi, Harapini M. 2004. Antibacterial and antioxidative activity tests on xtract
of siuri (Koordersiodendron pinnatum (Blanco) Merr.) cortex. Majalah
Farmasi Indonesia. 15(3):151-157.
Rahmawati F. 2008. Isolasi dan karakterisasi senyawa antibakteri ekstrak daun
miana (Coleus scutellariodes [L] Benth.). [tesis]. Bogor (ID): Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

15
Ravikumar S, Gnanadesigan M,
Suganthi P,
Ramalakshmi A. 2010.
Antibacterial potential of chosen mangrove plants against isolated urinary
tract infectious bacterial pathogens. International Journal of Medicine and
Medical Sciences. 2(3):94-99.
Renhoran M. 2013. Aktivitas antioksidan dan atimikroba ekstrak Sargassum
polycystum. [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor.
Roswiem AP, Bintang M, Kustaman E, Ambarsari L, Kurniatin PA, Suryani.
2011. Biokimia Umum Jilid I. Bogor (ID): Departemen Biokimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Sari DK. 2008. Penapisan antibakteri dan inhibitor topoisomerase I dari
Xylocarpus granatum. [tesis]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor.
Sari YD, Djannah SN, Nurani LH. 2010. Uji aktivitas antibakteri infusa daun
sirsak (Annona muricata L.) secara in vitro terhadap Staphylococcus aureus
ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC 35218 serta profil kromatografi
lapis tipisnya. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 4(3):144-239.
Sirait M. 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Bandung (ID): Penerbit ITB.
Soonthornchareonnon N, Wiwat C, Chuakul W. 2012. Biological Activities of
Medicinal Plants from Mangrove and Beach Forests. Mahidol University
Journal of Pharmaceutical Science. 39(1):9-18.
Sulistyawati, Wignyanto, Kumalaningsih S. 2012. Produksi tepung buah lindur
(Bruguiera gymnorrhiza Lamk.) rendah tanin dan HCN sebagai bahan
pangan alternatif. Jurnal Teknologi Pertanian. 13(3):187-198.
Sultana B, Anwar F, Ashraf M. 2009. Effect of extraction solvent/technique on
the antioxidant activity of selected medicinal plant extracts. Molecules.
14:2167-2180.
Utami ER. 2012. Antibiotika, resistensi dan rasionalitas terapi. Saintis. 1(1):124138.
Winarno FG. 2007. Analisis Laboratorium (Gastroenteritis dan Keracunan
Pangan). Bogor (ID): M-BRIO Press.
Yasni S. 2013. Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Produk Ekstraktif
Rempah. Bogor (ID): IPB Press.

16

LAMPIRAN
Lampiran 1 Diagram alir prosedur kerja penelitian
Daun lindur

Preparasi daun lindur

Cacahan halus daun
lindur

Serbuk halus daun
lindur

Ekstraksi tunggal
(24 jam, 180 rpm)

Ekstraksi bertingkat
(72 jam, 180 rpm)

Evaporasi pada suhu 40○C

Evaporasi pada suhu 40○C

Ekstrak
etanol






Perhitungan rendemen
Uji fitokimia
Uji aktivitas antibakteri
Uji kandungan total fenol

Ekstrak
n-heksana

Ekstrak
etil asetat

 Perhitungan rendemen
 Uji fitokimia
 Uji aktivitas antibakteri

Ekstrak
etanol

17

Lampiran 2 Kenampakan filtrat dan ekstrak kasar daun lindur

(a)

(b)

(c)
Filtrat hasil ekstraksi bertingkat (a) filtrat n-heksana, (b) filtrat etil asetat dan
(c) filtrat etanol

Ekstrak
Etanol
(a) Ekstraksi tunggal

Ekstrak
n-heksana

Ekstrak
etil asetat
(b) Ekstraksi bertingkat

Ekstrak
etanol

18

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pekanbaru, tanggal 26 Maret 1992 dari ayah Mardias
dan ibu Mafilda Herawati. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.
Penulis lulus dari TK Islam Yayasan Masjid Gunung Merah (YMGM) Pekanbaru
pada tahun 1998, lalu SD Negeri 021 Bukit Raya pada tahun 2004, kemudian
melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 4 Pekanbaru dan lulus tahun 2007.
Selanjutnya penulis diterima melalui jalur Penerimaan Siswa Unggulan di SMA
Negeri 8 Pekanbaru dan lulus pada tahun 2010. Penulis diterima sebagai
mahasiswa Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI). Selama kegiatan perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan organisasi
sebagai Sekretaris Umum II BEM TPB IPB (periode 2010-2011), sebagai
Sekretaris Umum II HIMASILKAN (Himpunan Mahasiswa Teknologi Hasil
Perikanan) periode 2011-2012, sebagai anggota Departemen Internal Human
Resource Development BEM FPIK IPB (periode 2012-2013), sebagai Kepala
Divisi Acara Pelatihan Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP)
2012 yang diselenggarakan oleh HIMASILKAN, serta berbagai kepanitiaan
lainnya. Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Biokimia Hasil
Perairan dan Pengujian Bahan Baku Hasil Perairan (periode 2013) serta Fisiologi,
Formasi dan Degradasi Metabolit Hasil Perairan (periode