Kompetensi Profesional, Motivasi dan Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu, Riau

KOMPETENSI PROFESIONAL, MOTIVASI DAN KINERJA
GURU SDN DI KECAMATAN KEPENUHAN
KABUPATEN ROKAN HULU, RIAU

MULTI SUKRAPI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kompetensi Profesional,
Motivasi dan Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan
Kabupaten Rokan Hulu, Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014
Multi Sukrapi
NIM I351110061

RINGKASAN
MULTI SUKRAPI. Kompetensi Profesional, Motivasi dan Kinerja Guru Sekolah
Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu, Riau. Dibimbing
oleh PUDJI MULJONO dan NINUK PURNANINGSIH.
Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha dewasa manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan, proses, cara dan perbuatan mendidik (Departemen Pendidikan Nasional
2008). Guru sebagai salah satu unsur dalam pendidikan lapangan harus berperan
aktif dan menempatkan posisinya sebagai profesional sesuai dengan tuntutan
masyarakat yang semakin berkembang.
Sebagai salah satu upaya untuk menciptakan guru yang profesional,
pemerintah telah membuat aturan persyaratan untuk menjadi seorang guru. UU
No.14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, Pasal 8 menyatakan bahwa guru wajib
memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Namun dalam kenyataannya masih sedikit guru yang memenuhi syarat. Selain
meningkatkan kompetensi profesional guru, upaya untuk meningkatkan kinerja
guru juga bisa melalui peningkatan motivasi kerja guru. Guru mengajar karena
ada sesuatu yang memotivasi dia untuk bekerja.
Motivasi kerja ini menyebabkan guru akan bersemangat dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pendidik karena kebutuhan mereka telah
terpenuhi. Pemenuhan kebutuhan ini terkait dengan kepuasan kerja, di mana
harapan guru terpenuhi oleh fakta yang diberikan organisasi.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis kinerja guru Sekolah Dasar
Negeri di Kecamatan Kepenuhan, (2) menganalisis hubungan antara kompetensi
profesional guru dengan kinerja guru, (2) menganalisis hubungan antara motivasi
kerja guru dengan kinerja guru.
Penelitian ini menggunakan metode survei. Populasi dalam penelitian ini
adalah setiap guru sekolah dasar negeri yang berada di Kecamatan Kepenuhan
Kabupaten Rokan Hulu, dengan jumlah responden 71 orang. Hasil penelitian
menunjukkan (1) Kinerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan
sudah cukup baik, (2) terdapat hubungan positif yang signifikan antara
kompetensi profesional dengan kinerja guru, (3) terdapat hubungan positif yang
signifikan antara motivasi dengan kinerja guru.
Kata kunci : kompetensi profesional, motivasi, dan kinerja guru


SUMMARY
MULTI SUKRAPI. Professional Competence, Motivation and Performance State
Primary School Teachers in sub district Kepenuhan Rokan Hulu, Riau. Supervised
by PUDJI MULJONO and NINUK PURNANINGSIH.
Education is the process of changing attitudes and behavior of a person or
group people in human mature effort through the efforts of teaching and training,
processes, ways and deeds educate (Department of Education National 2008). The
teacher is one element in the educational field should play an active role and put
the his position as professional in accordance with the demands of increasingly a
growing community.
As one of the efforts to create a professional teacher, the government has
made a rule requirements to become a teacher. Law No.14 of 2005 on teachers
and lecturers, Article 8 states that the teacher must have academic qualifications,
competence, teaching certificate, physical and spiritual health, as well as having
the ability to achieve national education goals. But in reality still a few teachers
who are qualified. In addition to enhancing the professional competence of
teachers, efforts to improve teacher's performance can also be through increased
work motivation of teachers. teachers teach because there is something that
motivates him to work.

The motivation of this work cause a teacher to be excited in performing
their duties as educators because their needs have been met. The fulfillment of
these needs related to job satisfaction, where between the teacher's expectations
are met by the fact which given organization.
This study aims to (1) analyze the performance of public elementary school
teachers in the District of kepenuhan, (2) analyzing the relationship between the
professional competence of teachers with teacher performance, (3) analyzing the
relationship between work motivation of teachers with teacher performance.
This research uses the survey method. The population of this study is any
teacher who residing in the sub-districts Kepenuhan of Rokan Hulu districts.
respondents are 71 people. Results showed (1) Performance of public elementary
school teachers in the subDistrict kepenuhan already is good enough, (2) there is a
significant positive relationship between the professional competence with of the
teacher's performance, (3) there is a significant positive relationship between
motivation with performance of teachers.
Keywords : professional competence, motivation, and teacher performance

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

KOMPETENSI PROFESIONAL, MOTIVASI DAN KINERJA
GURU SDN DI KECAMATAN KEPENUHAN
KABUPATEN ROKAN HULU, RIAU

MULTI SUKRAPI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Dwi Sadono, MSi

Penguji Program Studi: Dr Ir Anna Fatchiya, MSi

Judul Tesis : Kompetensi Profesional, Motivasi dan Kinerja Guru Sekolah Dasar
Negeri di Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu, Riau
Nama
: Multi Sukrapi
NIM
: I351110061

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Pudji Muljono, MSi
Ketua


Dr Ir Ninuk Purnaningsih, MSi
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir Sumardjo, MS

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 26 Juni 2014

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah (tesis) yang
berjudul: Kompetensi Profesional, Motivasi dan Kinerja Guru Sekolah Dasar
Negeri di Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu, Riau. Tesis ini disusun
berdasarkan hasil penelitian pada bulan November 2013 sampai Pebruari 2014.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Dr Ir Pudji Muljono, MSi dan Ibu Dr Ir Ninuk Purnaningsih, MSi
selaku pembimbing.
2. Dekan Fakultas Ekologi Manusia, Ketua Program Studi Ilmu Penyuluhan
Pembangunan (PPN) IPB, para staf pengajar serta staf sekretariat (Ibu Desi)
Program Studi PPN IPB yang telah memberikan ilmu, dukungan dan fasilitas
selama penulis mengikuti pendidikan.
3. Kepala Dinas Pendidikan Propinsi Riau yang telah memberikan kesempatan
bagi penulis untuk mengikuti pendidikan S2 PPN IPB.
4. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Rokan Hulu, Kepala UPTD (Unit
Pengelola Tehnik Dinas) Pendidikan Kecamatan Kepenuhan, Kepala Sekolah
Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan, serta guru-guru Sekolah Dasar
Negeri di Kecamatan Kepenuhan, yang telah memberikan ijin dan fasilitasi
dalam melaksanakan penelitian.

5. Rekan-rekan mahasiswa Pascasarjana Ilmu Penyuluhan Pembangunan atas
dukungan dan diskusi-diskusi selama ini.
6. Istri (Ismar Liza) atas dukungan dan doa yang diberikan selama ini.
7. Ibu Rosmaniar orang tua tercinta, atas doa tulus yang tiada henti. Kakak dan
adik atas dukungan hingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di IPB.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Zulkifli Nasution
atas dorongan yang diberikan hingga penulis jadi lebih bersemangat untuk
melanjutkan pendidikan S2 di IPB.
Demikian, semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2014

Multi Sukrapi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang

Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
2 TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Kinerja
Pengertian Kinerja Guru
Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Penilaian Kinerja Guru
Manfaat Penilaian Kinerja Guru
Kompetensi Guru
Kompetensi Profesional Guru
Pengertian Motivasi Kerja
Teori Motivasi Kerja
Pandangan tentang Motivasi Kerja Guru
Tujuan Pemberian Motivasi
Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja
Kerangka Berpikir dan Hipotesis
3 METODE
Lokasi dan Waktu
Rancangan Penelitian

Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
Teknik Pengumpulan Data
Definisi Operasional
Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Analisis Data
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Guru
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Karakteristik Guru di Kecamatan Kepenuhan
Karakteristik Pendidikan Formal Guru
Karakteristik Pengalaman Mengajar Guru
Pemanfaatan Waktu untuk Kegiatan Pembelajaran
Deskripsi Hasil Penelitian
Kompetensi Profesional Guru
Menguasai Substansi Keilmuan
Menguasai Struktur dan Metode Keilmuan
Motivasi Kerja Guru
Dorongan (Motif)
Harapan (Ekspektasi)
Imbalan (Insentif)

vi
vi
vi
1
1
5
5
5
6
6
7
8
9
10
11
12
14
15
18
19
19
20
23
23
23
23
25
25
28
29
31
31
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
40
41
42

Kinerja Guru
Perencanaan Pembelajaran
Pelaksanaan Pembelajaran
Evaluasi Pembelajaran
Kinerja Guru Secara Total

43
43
44
45
46

Hubungan antara Kompetensi Profesional dan Motivasi
dengan Kinerja Guru

47

Hubungan Penguasaan Substansi Keilmuan dengan Kinerja Guru
Hubungan Menguasai Struktur dan Metode Keilmuan
dengan Kinerja Guru

47

Hubungan Motif dengan Kinerja Guru
Hubungan Ekspektasi dengan Kinerja Guru
Hubungan Insentif dengan Kinerja Guru
Jenis Perbaikan Kompetensi Profesional serta Motivasi yang dibutuhkan
untuk Meningkatkan Kinerja Guru
5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

49
52
52

48

54
57
57
58
59
62
68

DAFTAR TABEL

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Operasionalisasi variabel penelitian
Kondisi jalan di Kecamatan Kepenuhan
Jumlah penduduk Kecamatan Kepenuhan
Karakteristik guru sekolah dasar negeri di Kecamatan Kepenuhan
Karakteristik guru berdasarkan pendidikan formal
Karakteristik guru berdasarkan pengalaman mengajar
Jadwal kegiatan belajar mengajar Sekolah Dasar Negeri
Deskripsi data umum variabel penelitian
Distribusi frekuensi variabel penguasaan substansi keilmuan
Distribusi frekuensi variabel menguasai struktur dan metode keilmuan
Distribusi variabel motif atau dorongan
Distribusi frekuensi variabel ekspektasi atau harapan
Distribusi frekuensi variabel insentif atau imbalan
Distribusi frekuensi variabel perencanaan pembelajaran
Distribusi frekuensi variabel pelaksanaan pembelajaran
Distribusi frekuensi variabel evaluasi pembelajaran
Distribusi frekuensi variabel kinerja guru secara total
Hubungan antara kompetensi profesional dan motivasi dengan kinerja
guru

27
32
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
46

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka operasional penelitian
2 Peta lokasi penelitian

22
67

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner
2 Kegiatan belajar mengajar Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan
Kepenuhan

62

65

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan pendidikan merupakan suatu usaha untuk mewujudkan visi
masyarakat atau bangsa mengenai masa depannya, dalam rangka mewujudkan
sekelompok masyarakat yang adil dan makmur. Pendidikan pada hakekatnya
merupakan suatu proses pemberdayaan untuk mengungkapkan potensi yang ada
pada manusia sebagai individu, yang dapat memberikan sumbangan kepada
masyarakat lokal sampai kepada masyarakat global. Fungsi pendidikan bukan
hanya menggali potensi pendidikan yang ada di dalam diri manusia yang dapat
mengontrol potensi yang telah dikembangkannya agar dapat bermanfaat bagi
peningkatan kualitas hidup manusia itu sendiri.
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan, proses, cara dan perbuatan mendidik (Departemen Pendidikan
Nasional 2008). Melalui tujuan pendidikan nasional yang terdapat dalam undangundang sistem pendidikan nasional, pemerintah berupaya untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia yang seutuhnya, yaitu
manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi
luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
berkepribadian yang mandiri, bertanggung jawab kepada masyarakat dan bangsa.
Untuk mencapai tujuan tersebut, banyak hal yang saling berkaitan selain
komponen-komponen yang memang terdapat dalam sistem pendidikan itu sendiri.
Guru merupakan salah satu unsur di dalam bidang kependidikan yang harus
berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional
sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam hal ini guru
tidak semata-mata sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu pengetahuan,
tetapi juga sebagai pendidik yang melakukan transfer nilai-nilai sekaligus sebagai
pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar.
Kelengkapan dari jumlah tenaga pengajar dan kualitas dari guru tersebut akan
mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar yang berujung pada peningkatan
mutu pendidikan. Untuk itu guru dituntut profesional dalam menjalankan
tugasnya.
Sebagai salah satu usaha untuk menciptakan guru yang profesional,
pemerintah telah membuat aturan persyaratan untuk menjadi guru. Dalam pasal 8
Undang Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menyebutkan
bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik,
sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 28 Ayat 3 menjelaskan
bahwa kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah, serta pendidikan usia dini meliputi:
1. Kompetensi pedagogik
2. Kompetensi kepribadian

2
3.
4.

Kompetensi profesional
Kompetensi sosial.
Keempat kompetensi guru yang telah disebutkan sebelumnya tentunya
memengaruhi kinerja guru. Namun, ada satu kompetensi yang sangat
mempengaruhi kinerja guru yaitu kompetensi profesional. Sebagaimana yang
dinyatakan oleh Permadi dan Arifin (2010) bahwa kompetensi profesional sangat
penting, karena langsung berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan.
Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing
peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan (Peraturan
Pemerintah nomor 19 tahun 2005). Kompetensi profesional yang dimaksud
merupakan kemampuan guru dalam penguasaan materi pelajaran secara luas dan
mendalam, dalam hal ini termasuk penguasaan kemampuan akademik lainnya
yang berperan sebagai pendukung profesionalisme guru.
Kemampuan akademik tersebut antara lain, memiliki kemampuan dalam
menguasai ilmu, jenjang dan jenis pendidikan yang sesuai. Guru mempunyai
tugas untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran, untuk itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran.
Guru harus selalu meng-update, dan menguasai materi pelajaran yang disajikan.
Persiapan diri tentang materi diusahakan dengan jalan mencari informasi melalui
berbagai sumber seperti membaca buku-buku terbaru, mengakses dari internet,
selalu mengikuti perkembangan dan kemajuan terakhir tentang materi yang
disajikan.
Selanjutnya Mulyasa (2009) menyatakan kompetensi profesional secara
lebih khusus yaitu sebagai berikut.
1. Memahami Standar Nasional Pendidikan.
2. Mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
3. Menguasai materi standar.
4. Mengelola program pembelajaran.
5. Mengelola kelas.
6. Menggunakan media dan sumber pembelajaran.
7. Menguasai landasan-landasan kependidikan.
8. Memahami dan melaksanakan pengembangan peserta didik.
9. Memahami dan menyelenggarakan administrasi sekolah.
10. Memahami penelitian dalam pembelajaran.
11. Menampilkan keteladanan dan kepemimpinan dalam pembelajaran.
12. Mengembangkan teori dan konsep dasar kependidikan.
13. Memahami dan melaksanakan konsep pembelajaran individual.
Arikunto (1998) menjelaskan bahwa kompetensi profesional berarti “Guru
harus memiliki pengetahuan yang luas serta dalam tentang bidang studi yang akan
diajarkan, serta penguasaan metodologi dalam arti memiliki pengetahuan konsep
teoritik, mampu memilih metode yang tepat, serta mampu menggunakan dalam
proses belajar mengajar”. Oleh karena itu dalam penelitian ini yang dimaksud
dengan kompetensi profesional yaitu kemampuan guru dalam penguasaan
terhadap materi pelajaran dan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran.
Pengelolaan pembelajaran yang dimaksud adalah perencanaan pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.

3
Guru berada pada titik sentral dari setiap usaha reformasi pendidikan yang
diarahkan pada perubahan-perubahan kualitas. Setiap usaha pendidikan seperti
penggantian kurikulum, pengembangan metode mengajar, penyediaan sarana dan
prasarana hanya akan berarti jika melibatkan guru. Selain itu guru diposisikan
sebagai garda terdepan di dalam pelaksanaan proses belajar mengajar karena guru
memegang posisi yang sangat strategis dalam upaya menciptakan lulusan yang
kompeten dan berkualitas untuk memenuhi kebutuhan SDM yang profesional.
Oleh karena itu, maka kualitas dan kuantitas guru perlu ditingkatkan dan
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan sekarang dan yang akan datang.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Bab IV pasal 20 (a) tentang guru
dan dosen menyatakan bahwa standar prestasi kerja guru dalam melaksanakan
tugas keprofesionalannya, guru berkewajiban merencanakan pembelajaran,
melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu serta menilai dan mengevaluasi
hasil pembelajaran. Tugas pokok guru tersebut yang diwujudkan dalam kegiatan
belajar mengajar merupakan bentuk kinerja guru.
Peningkatan kinerja guru akan berpengaruh pada peningkatan kualitas
output SDM yang dihasilkan dalam proses pendidikan dan pembelajaran. Kualitas
pendidikan dan lulusan seringkali dipandang tergantung kepada peran guru dalam
pengelolaan komponen-komponen pengajaran yang digunakan dalam proses
belajar mengajar yang menjadi tanggung jawabnya. Untuk dapat mencapai hasil
belajar yang optimal tentunya guru harus memiliki dan menampilkan kinerja yang
maksimal selama proses belajar mengajar dengan menyesuaikan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Selain dengan meningkatkan kompetensi profesional guru, usaha untuk
meningkatkan kinerja guru juga dapat melalui peningkatan motivasi kerja para
guru. Guru mengajar karena ada sesuatu yang memotivasi dirinya untuk bekerja.
Motivasi kerja ini yang menyebabkan seorang guru untuk bersemangat dalam
menjalankan tugas sebagai pendidik karena telah terpenuhi kebutuhannya.
Pemenuhan kebutuhan tersebut berkaitan dengan kepuasan kerja, dimana antara
harapan guru terpenuhi oleh kenyataan yang diberikan organisasi.
Istilah motivasi berasal dari kata Latin “movere” yang berarti dorongan atau
menggerakkan. Motivasi mempersoalkan bagaimana cara mengarahkan daya dan
potensi agar bekerja mencapai tujuan yang ditentukan (Hasibuan 2006). Motivasi
kerja merupakan motivasi yang terjadi pada situasi dan lingkungan kerja yang
terdapat pada suatu organisasi atau lembaga. Keberhasilan dan kegagalan
pendidikan memang sering dikaitkan dengan motivasi kerja guru.
Fakta membuktikan, dari sekitar 2.8 juta guru dari berbagai jenjang
pendidikan, banyak yang sebenarnya tidak layak jadi guru profesional.
Ketidaklayakan ini antara lain karena tingkat pendidikan guru yang tidak
memenuhi syarat dan belum memiliki syarat sertifikat pendidik (Permadi dan
Arifin, 2010).
Mulyasa (2009) menyatakan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan
rendahnya profesionalisme guru adalah kurangnya motivasi guru dalam
meningkatkan kualitas diri. Dalam diri seorang guru yang diharapkan adalah
perlunya mempunyai motivasi untuk mengaktualisasikan dirinya sebagai pendidik
yang dapat dijadikan panutan bagi peserta didiknya (Permadi dan Arifin, 2010).
Jadi motivasi, terutama motivasi untuk bekerja dari guru sangat diperlukan dalam
meningkatkan kualitas pendidikan.

4
Guru yang profesional perlu memiliki kemampuan untuk menggali
informasi kependidikan dan bidang studi dari berbagai sumber, termasuk dari
sumber elektronik dan pertemuan ilmiah, serta melakukan kajian atau penelitian
untuk menunjang pembelajaran yang mendidik. Jika mengacu pada empat
kompetensi yang harus dikuasai guru menurut kebijakan pemerintah, maka salah
satu kompetensi yang spesifik dan terkait langsung dengan tugas guru adalah
kompetensi profesional.
Program sertifikasi guru bertujuan untuk meningkatkan kinerja guru dengan
ditopang oleh tunjangan profesi yang diperoleh guru bersertifikasi. Dalam
kenyataan peningkatan kinerja guru yang sudah lolos sertifikasi masih belum
memuaskan. Motivasi kerja yang tinggi justru ditunjukkan oleh guru- guru yang
belum mengikuti sertifikasi dengan harapan segera dapat disertifikasi. Fakta
tersebut merupakan temuan sementara dari hasil survei yang dilakukan Persatuan
Guru Republik Indonesia (PGRI) mengenai dampak sertifikasi profesi guru
terhadap kinerja guru. Hasilnya sudah menunjukkan jika kinerja guru yang sudah
disertifikasi belum meningkat secara signifikan.
Berdasarkan hasil dari pembicaraan yang pernah kami lakukan dengan
beberapa orang guru dan kepala sekolah, menyimpulkan bahwa kinerja dari para
guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan diduga masih belum
optimal. Hal ini muncul karena ada indikasi-indikasi yang bisa menurunkan
kinerja guru, diantaranya masih ada guru yang belum merasa membutuhkan dalam
menyusun program semester maupun program tahunan, sebagian besar masih
sekadar menyusun program untuk memenuhi kewajiban administrasi dan birokrasi
serta tidak sedikit yang cenderung kurang mengerti fungsi dari program yang
dibuat.
Apabila diperhatikan lebih jauh akan minimnya guru yang membuat
persiapan pembelajaran, tentunya hal ini akan terkait juga dengan kelemahan guru
dalam penguasaan peralatan IT, terutama dalam pemakaian laptop/komputer
sebab dalam pembuatan persiapan pembelajaran minimal seorang guru harus bisa
menggunakan Microsoft Word maupun Microsoft Excel. Selain itu masih
minimnya guru yang dapat merealisasikan program tahunan maupun program
semester pada kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan data pengawas untuk kelompok Sekolah Dasar pada UPT
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kecamatan Kepenuhan juga baru
sebagian guru yang menyusun program dan terealisasi pada kegiatan belajar
mengajar, sedangkan sisanya masih sekadar menyusun program dan belum
sepenuhnya merealisasikannya dalam kegiatan belajar mengajar. Kemudian
ditemukan adanya kecenderungan copy paste program tahunan dari guru lain yang
tentunya kondisi dan situasi belajar dari masing-masing peserta didik yang
diampu guru tersebut berbeda, sehingga perlu penyesuaian dalam penyusunan
program semester maupun tahunan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar.
Dalam pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar juga ditemukan bahwa
kebanyakan guru belum kreatif dan masih konvensional dalam penyampaian
sebuah materi pelajaran sehingga siswa merasa bosan dan kurang memperhatikan.
Dalam kegiatan belajar mengajar hanya terpaku pada metode ceramah.
Pembelajaran masih berorientasi pada guru (TLC). Masih belum optimalnya
penggunaan multimedia dalam proses pembelajaran. Guru merupakan satusatunya sumber belajar dikarenakan belum berbasis Information Technology (IT)

5
untuk perluasan materi. Sehingga dirasa perlu untuk dilakukan penelitian ini guna
untuk mengetahui bagaimana kinerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan
Kepenuhan dan sejauh mana hubungan antara kompetensi profesional dan
motivasi kerja dengan kinerja guru di Kecamatan Kepenuhan serta perbaikan
dalam hal apa saja yang sangat di perlukan untuk meningkatkan kinerja guru-guru
tersebut.

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas yang menjadi perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana kinerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan?
2. Bagaimana hubungan antara kompetensi profesional guru dengan kinerja
guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan?
3. Bagaimana hubungan antara motivasi kerja dengan kinerja guru Sekolah
Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan pemaparan rumusan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis kinerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kepenuhan
2. Menganalisis hubungan antara kompetensi profesional guru dengan kinerja
guru
3. Menganalisis hubungan antara motivasi kerja guru dengan kinerja guru.

Manfaat Penelitian

1.

2.

3.

Memberikan informasi bagi pengembangan strategi peningkatan kinerja
guru sejalan dengan semangat otonomi pendidikan dan manajemen
berbasis sekolah yang menjadi landasan dalam pengelolaan pendidikan di
tingkat satuan pendidikan.
Secara praktis diharapkan menjadi masukan yang sangat berarti bagi
pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota, dan pihak sekolah dalam merumuskan
strategi peningkatan kompetensi dan motivasi kerja guru dalam rangka
peningkatan kinerja guru untuk meningkatkan kualitas dan mutu
pendidikan.
Sebagai informasi yang dapat digunakan untuk kegiatan lebih lanjut bagi
para peneliti terhadap permasalahan yang sama di masa yang akan datang.

6

2 TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Kinerja

Kinerja adalah tingkat keberhasilan seseorang atau kelompok orang dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya serta kemampuan untuk mencapai
tujuan dan standar yang telah ditetapkan (Sulistyorini 2001). Kinerja merupakan
hasil dari fungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu yang di dalamnya terdiri dari
tiga aspek yaitu: kejelasan tugas atau pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya;
kejelasan hasil yang diharapkan dari suatu pekerjaan atau fungsi; kejelasan waktu
yang diperlukan untuk menyelesikan suatu pekerjaan agar hasil yang diharapkan
dapat terwujud (Tempe 1992). Pendapat lainnya dikemukakan Fatah (1996),
kinerja diartikan sebagai ungkapan kemajuan yang didasari oleh pengetahuan,
sikap dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu pekerjaan. Pendapat yang sama
juga disampaikan oleh Udiyono (2011) bahwa kinerja adalah tingkat pencapaian
hasil atas pelaksanaan tugas tertentu.
Kinerja dikatakan baik dan memuaskan apabila tujuan yang dicapai sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan. Kinerja merupakan suatu konsep yang
bersifat universal yang merupakan efektifitas operasional suatu organisasi, bagian
organisasi, dan karyawannya berdasarkan standar dan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya. Organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia, maka
kinerja sesungguhnya merupakan perilaku manusia dalam menjalankan perannya
dalam suatu organisasi untuk memenuhi standar perilaku yang telah ditetapkan
agar membuahkan tindakan serta hasil yang diinginkan.
Menurut Prawirosentono (1999):
"Performance adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang
atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya
mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak
melanggar hukum dan sesuai dengan moral ataupun etika".
Dessler (1997) menyatakan pengertian kinerja hampir sama dengan prestasi kerja
ialah perbandingan antara hasil kerja aktual dengan standar kerja yang ditetapkan.
Dalam hal ini kinerja lebih memfokuskan pada hasil kerja.
Dari beberapa pengertian tentang kinerja tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa kinerja adalah tingkat kemampuan kerja yang telah diraih oleh seseorang.
Kinerja atau prestasi kerja merupakan hasil akhir dari suatu aktifitas yang telah
dilakukan seseorang untuk meraih suatu tujuan. Pencapaian hasil kerja ini juga
sebagai bentuk perbandingan hasil kerja seseorang dengan standar yang telah
ditetapkan. Apabila hasil kerja yang dilakukan oleh seseorang sesuai dengan
standar kerja atau bahkan melebihi standar maka dapat dikatakan kinerja itu
mencapai prestasi yang baik. Kinerja yang dimaksudkan diharapkan memiliki
atau menghasilkan mutu yang baik dan tetap melihat jumlah yang akan diraihnya.
Suatu pekerjaan harus dapat dilihat secara mutu terpenuhi maupun dari segi
jumlah yang akan diraih dapat sesuai dengan yang direncanakan.

7
Pengertian Kinerja Guru

Kinerja guru mempunyai spesifikasi tertentu sebab guru selain menjadi
pengajar ia juga berperan sebagai pendidik serta sebagai pelaksana tugas
administrasi sekolah oleh karena itu sering juga dikatakan guru sebagai
programmer, administrator, fasilitator, dan evaluator dalam lingkungan sekolah.
Kinerja guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi atau kriteria
kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru. Berkaitan dengan kinerja guru,
wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran.
Dalam dunia pendidikan, maka kinerja guru dapat dilihat dari berbagai tugas
yang telah diamanahkan dalam Undang-undang. Pada hakikatnya, kinerja guru
bukan hanya sebatas melaksanakan kurikulum sebagai beban kerja, tetapi justeru
banyak tugas lain yang harus dilaksanakan dan itu terwujud dalam bentuk kinerja
seorang guru. Inilah hakikatnya tuntutan profesionalitas yang telah disematkan
kepada beban dan tanggung jawab mereka. Secara implisit, di dalam UndangUndang Nomor 20 tahun 2003 dan Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 telah
memberikan gambaran bahwa kinerja guru berada dalam rumusan melaksanakan
tugas utama dan menunaikan beban kerja, serta mewujudkan kompetensi dalam
mengemban amanah pendidikan yang ada di pundaknya.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas pasal 39 ayat (2), menyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga
profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik
pada perguruan tinggi.
Keterangan lain menjelaskan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
Bab IV Pasal 20 (a) tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa standar prestasi
kerja guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya, guru berkewajiban
merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu
serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Tugas pokok guru tersebut
yang diwujudkan dalam kegiatan belajar mengajar merupakan bentuk kinerja
guru.
Berdasarkan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses
untuk satuan pendidikan dasar dan menengah dijabarkan beban kerja guru
mencakup kegiatan pokok: (1) merencanakan pembelajaran; (2) melaksanakan
pembelajaran; (3) menilai hasil pembelajaran; (4) membimbing dan melatih
peserta didik; dan (5) melaksanakan tugas tambahan.
Proses belajar mengajar tidak sesederhana seperti yang terlihat pada saat
guru menyampaikan materi pelajaran di kelas, tetapi dalam melaksanakan
pembelajaran yang baik seorang guru harus mengadakan persiapan yang baik agar
pada saat melaksanakan pembelajaran dapat terarah sesuai tujuan pembelajaran
yang terdapat pada indikator keberhasilan pembelajaran. Proses pembelajaran
adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru mulai dari persiapan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran sampai pada tahap akhir pembelajaran
yaitu pelaksanaan evaluasi dan perbaikan untuk siswa yang belum berhasil pada
saat dilakukan evaluasi.

8
Menurut Dellan et al. (2013), kinerja guru merupakan hasil yang dicapai
oleh guru dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang
didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta penggunaan
waktu, sedangkan Udiyono (2011) mengatakan bahwa kinerja guru adalah hasil
kerja guru dalam menjalankan tugas dan kewajiban dengan kemampuan yang
dimilikinya.
Karweti (2010) juga mengatakan bahwa kinerja guru dapat diartikan sebagai
tampilan prestasi kerja guru yang ditunjukan atau hasil yang dicapai oleh guru
atas pelaksanaan tugas profesional dan fungsionalnya dalam pembelajaran yang
telah ditentukan pada kurun waktu tertentu.
Dari berbagai pengertian di atas maka dapat didefinisikan konsep kinerja
guru merupakan hasil pekerjaan atau prestasi kerja yang dilakukan oleh seorang
guru berdasarkan kemampuan mengelola kegiatan belajar mengajar, yang
meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi
pembelajaran.
Kinerja guru akan baik jika guru telah melaksanakan unsur-unsur yang
terdiri atas kesetiaan dan komitmen yang tinggi pada tugas mengajar, menguasai
dan mengembangkan bahan pelajaran, kedisiplinan dalam mengajar dan tugas
lainnya, kreatifitas dalam pelaksanaan pengajaran, kerjasama dengan semua
warga di sekolah, kepemimpinan yang menjadi panutan siswa, serta tanggung
jawab terhadap tugasnya.

Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Guru merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan dan dianggap
sebagai orang yang berperanan penting dalam pencapaian tujuan pendidikan yang
merupakan percerminan mutu pendidikan. Keberadaan guru dalam melaksanakan
tugas dan kewajibannya tidak lepas dari pengaruh faktor internal maupun faktor
eksternal yang membawa dampak pada perubahan kinerja guru. Mahmudi (2007)
mengatakan bahwa kinerja merupakan suatu konstruk multidemensional yang
mencakup banyak faktor yang mempengaruhinya, yaitu :
1. Faktor personal/individual, meliputi pengetahuan, ketrampilan (skill),
kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh
setiap individu.
2. Faktor kepemimpinan, meliputi : kualitas dalam memberikan dorongan,
semangat, arahan dan dukungan yang diberikan manajer dan team leader
3. Faktor tim, meliputi : kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh
oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim,
kekompakan dan keeratan anggota tim.
4. Faktor sistem, meliputi : sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang
diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota
tim, kekompakan dan keeratan anggota tim.
5. Faktor konstektual (situasional), meliputi : tekanan dan perubahan lingkungan
eksternal dan internal”.

9
Penjelasan lain mengenai faktor yang berpengaruh terhadap kinerja
dijelaskan oleh Mathis dan Jackson (2001) antara lain:
(1) Kemampuan mereka,
(2) Motivasi,
(3) Dukungan yang diterima,
(4) Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, dan
(5) Hubungan mereka dengan organisasi
Pendapat lain juga dikemukakan oleh Simanjuntak (2005) menyebutkan
bahwa kinerja setiap orang dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya sebagai
berikut:
a) Kompetensi Individu.
Kompetensi individu merupakan kompetensi kemampuan serta keterampilan
individu untuk melakukan kerja.
b) Dukungan organisasi
Kinerja setiap orang juga tergantung pada dukungan organisasi dalam bentuk
pengorganisasian seperti terciptanya budaya organisasi yang sehat, dan adanya
iklim organisasi yang kondusif seperti penyediaan sarana dan prasarana kerja,
pemilihan teknologi, kenyamanan lingkungan kerja, serta kondisi dan syarat
kerja, dll.
c) Dukungan manajemen.
Kinerja setiap orang sangat tergantung pada kemampuan manajerial para
manajemen atau pimpinan, baik dengan membangun sistem kerja dan
hubungan industrial yang aman dan harmonis, maupun dengan
mengembangkan kompetensi pekerja, demikian juga dengan menumbuhkan
motivasi dan memobilisasi pegawai untuk bekerja secara optimal.
Menurut Mulyasa (2007) sedikitnya terdapat sepuluh faktor yang dapat
meningkatkan kinerja guru, baik faktor internal maupun eksternal:
"Kesepuluh faktor tersebut adalah: (1) dorongan untuk bekerja, (2) tanggung
jawab terhadap tugas, (3) minat terhadap tugas, (4) penghargaan terhadap
tugas, (5) peluang untuk berkembang, (6) perhatian dari kepala sekolah, (7)
hubungan interpersonal dengan sesama guru, (8) MGMP dan KKG, (9)
kelompok diskusi terbimbing serta (10) layanan perpustakaan".

Penilaian Kinerja Guru

Penilaian kinerja guru merupakan penilaian prestasi kerja profesi guru yang
dirancang untuk mengidentifikasi kemampuan guru dalam melaksanakan
tugasnya melalui pengukuran penguasaan kompetensi yang ditunjukkan ketika ia
melaksankan tugasnya.
Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi nomor 16 Tahun 2009, Penilaian Kinerja guru adalah dari
tiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karir, kepangkatan,
dan jabatannya. Pelaksanaan tugas utama guru tidak dapat dipisahkan dari
kemampuan seorang guru dalam penguasaan pengetahuan, penerapan

10
pengetahuan dan keterampilan, sebagai kompetensi yang dibutuhkan sesuai
amanat Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
Handoko (1994) menjelaskan bahwa, "penilaian prestai kerja (performance
appraisal) adalah proses melalui mana organisasi-organisasi mengevaluasi atau
menilai prestasi kerja karyawan" Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan
faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien,
karena adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia
yang ada dalam organisasi.
Penguasaan kompetensi dan penerapan pengetahuan serta keterampilan
guru, sangat menentukan tercapainya kualitas proses pembelajaran atau
pembimbingan peserta didik, dan pelaksanaan tugas tambahan yang relevan bagi
sekolah/madrasah, khususnya bagi guru dengan tugas tambahan tersebut. Sistem
PK Guru adalah sistem penilaian yang dirancang untuk mengidentifikasi
kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya melalui pengukuran penguasaan
kompetensi yang ditunjukkan dalam unjuk kerjanya.
Dalam melaksanakan penilaian kinerja guru ada bermacam-macam cara
yang bisa digunakan, namun demikian, ada dua model yang paling sesuai dan
dapat digunakan sebagai instrumen utama, yaitu skala penilaian dan lembar
observasi atau penilaian. Skala penilaian mengukur penampilan atau perilaku
orang lain melalui pernyataan perilaku dalam suatu kontinum atau kategori yang
memiliki makna atau nilai. Observasi merupakan cara mengumpulkan data yang
biasa digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya
suatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi yang alami sebenarnya
maupun situasi buatan. Tingkah laku guru dalam mengajar, merupakan hal yang
paling cocok dinilai dengan observasi.
Menilai kinerja guru adalah suatu proses menentukan tingkat keberhasilan
guru dalam melaksanakan tugas-tugas pokok mengajar dengan menggunakan
patokan-patokan tertentu. Bagi para guru, penilaian kinerja berperan sebagai
umpan balik tentang berbagai hal seperti kemampuan, kelebihan, kekurangan dan
potensinya. Bagi sekolah hasil penilaian para guru sangat penting arti dan
perannya dalam pengambilan keputusan.

Manfaat Penilaian Kinerja Guru

Penilaian kinerja guru memiliki banyak manfaat baik itu bagi sebuah
sekolah karena dengan penilaian ini akan memberikan tingkat pencapaian dari
standar, ukuran atau kriteria yang telah ditetapkan sekolah sedangkan bagi tenaga
pendidik atau guru dapat dijadikan sebagai sarana untuk pengembangan karir,
sehingga kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam seorang guru dapat diatasi
serta akan memberikan umpan balik kepada guru tersebut.
Menurut Mangkuprawira (2001), manfaat dari penilaian kinerja karyawan
adalah: (1) perbaikan kinerja; (2) penyesuaian kompensasi; (3) keputusan
penetapan; (4) kebutuhan pelatihan dan pengembangan; (5) perencanaan dan
pengembangan karir; (6) efisiensi proses penempatan staf; (7) ketidakakuratan

11
informasi; (8) kesalahan rancangan pekerjaan; (9) kesempatan kerja yang sama;
(10) tantangan-tantangan eksternal; (11) umpan balik pada SDM.
Depdiknas (2000) menyebutkan beberapa manfaat dari adanya penilaian
antara lain: a). Pengembangan staf melalui in-service training, b). Pengembangan
karier melalui in-service training, c). Hubungan yang semakin baik antara staf dan
pemimpin, d). Pengetahuan lebih mendalam tentang sekolah dan pribadi, e).
Hubungan produktif antara penilaian dengan perencanaan dengan pengembangan
sekolah, f). Kesempatan belajar yang lebih baik bagi siswa, g). Peningkatan moral
dan efisiensi sekolah.
Mulyasa (2007) menjelaskan tentang manfaat penilaian tenaga pendidikan:
"Penilaian tenaga pendidikan biasanya difokuskan pada prestasi individu,
dan peran sertanya dalam kegiatan sekolah. Penilaian ini tidak hanya
penting bagi sekolah, tetapi juga penting bagi tenaga kependidikan yang
bersangkutan. Bagi para tenaga kependidikan, penilaian berguna sebagai
umpan balik terhadap berbagai hal, kemampuan, ketelitian, kekurangan
dan potensi yang pada gilirannya bermanfaat untuk menentukan tujuan,
jalur, rencana, dan pengembangan karir. Bagi sekolah, hasil penilaian
prestasi tenaga kependidikan sangat penting dalam mengambil keputusan
berbagai hal, seperti identifikasi kebutuhan program sekolah, penerimaan,
pemilihan, pengenalan, penempatan, promosi, sistem imbalan dan aspek
lain dari keseluruhan proses pengembangan sumber daya manusia secara
keseluruhan".
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan bahwa penilaian kinerja guru
penting dilakukan oleh suatu sekolah untuk perbaikan kinerja guru itu sendiri
maupun untuk sekolah dalam hal menyusun kembali rencana atau strategi baru
untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Penilaian yang dilakukan dapat
menjadi masukan bagi guru dalam memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya.
Selain itu penilaian kinerja guru membantu guru dalam mengenal tugas-tugasnya
secara lebih baik sehingga guru dapat menjalankan pembelajaran seefektif
mungkin untuk kemajuan peserta didik dan kemajuan guru sendiri menuju guru
yang profesional.
Penilaian kinerja guru tidak dimaksudkan untuk mengkritik dan mencari
kesalahan, melainkan sebagai dorongan bagi guru dalam pengertian konstruktif
guna mengembangkan diri menjadi lebih profesional dan pada akhirnya nanti
akan meningkatkan kualitas pendidikan peserta didik. Hal ini menuntut perubahan
pola pikir serta perilaku dan kesediaan guru untuk merefleksikan diri secara
berkelanjutan.

Kompetensi Guru

Isilah kompetensi menunjuk pada suatu kemampuan sebab "competence
means fitness or ability" yang berarti kemampuan atau kecakapan. Oleh sebab itu
adanya kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru tentunya mempunyai
maksud dan tujuan tertentu yang berimbas pada berbagai aspek kependidikan.
Pentingnya kompetensi guru bagi dunia pendidikan menurut Hamalik (2003)

12
antara lain: (1) kompetensi guru sebagai alat seleksi penerimaan guru, (2)
kompetensi guru penting dalam rangka pembinaan guru, (3) kompetensi guru
penting dalam rangka penyusunan kurikulum, (4) kompetensi guru penting dalam
hubungannya dengan kegiatan dan hasil belajar siswa.
Kunandar ( 2007 ) mengemukakan bahwa : Kompetensi guru bertolak dari
analisis tugas-tugas guru baik sebagai pengajar, pembimbing, maupun
administrator di dalam kelas. Kompetensi guru terdiri dari : (1) menguasai bahan
pelajaran, (2) mengelola program belajar mengajar, (3) mengelola kelas, (4)
menggunakan media atau sumber belajar, (5) menguasai landasan kependidikan,
(6) mengelola interaksi belajar mengajar, (7) menilai prestasi belajar, (8)
mengenal fungsi dan layanan bimbingan penyuluhan, (9) mengenal dan
menyelenggarakan administrasi sekolah, dan (10) memahami dan menafsirkan
hasil penelitian guna keperluan pengajaran.
Kompetensi merupakan kemampuan seseorang baik kualitatif maupun
kuantitatif, Menurut UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
"kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang
harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan
tugas keprofesionalan" , sedangkan Triyanto (2006) mengatakan kompetensi
merupakan kemampuan, kecakapan, dan keterampilan yang dimiliki seseorang
berkenaaan dengan tugas, jabatan maupun profesinya. Kompetensi yang dimiliki
oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru dalam mengajar dan akan
terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam
menjalankan fungsinya sebagai guru.
Kompetensi guru adalah kecakapan, kemampuan dan keterampilan yang
dimiliki oleh seorang yang bertugas mendidik peserta didiknya agar mempunyai
kepribadian yang luhur dan keterampilan sebagaimana tujuan dari pendidikan.
Oleh karena itu kompetensi guru menjadi tuntutan dasar bagi seorang guru.
Menurut Malawi (2011) mengatakan bahwa unsur kompetensi berupa
potensi, pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai belum dapat mewujudkan
kompetensi tetapi masih perlu dilengkapi dengan kemampuan mengkoordinasikan
unsur-unsur tersebut agar dapat diwujudkan dalam bentuk tindakan atau kinerja.
Jabatan guru adalah suatu jabatan profesi, dimana harus bekerja secara
profesional. Guru profesional adalah guru yang memiliki kompetensi-kompetensi
yang dituntut agar mampu melaksanakan tugasnya secara baik dalam
melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah. Agar kualifikasi guru terpenuhi sebagai
tenaga pendidik yang profesional maka pemerintah membuat peraturan terkait hal
tersebut.

Kompetensi Profesional Guru

Menurut Syah (2000) kompetensi adalah kemampuan, kecakapan, keadaan
berwenang, atau memenuhi syarat menurut ketentuan hukum. Selanjutnya
dikemukakan bahwa kompetensi guru adalah kemampuan seorang guru dalam
melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggungjawab dan layak. Jadi
kompetensi profesional guru dapar diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan

13
guru dalam menjalankan profesi keguruannya. Guru yang kompeten dan
profesional adalah guru yang piawai dalam melaksanakan profesinya.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan
dosen, kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran
secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik
agar memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional
Pendidikan. Pendapat yang sama juga dikatakan Wahyudi (2010) bahwa
kompetensi profesional merupakan kemampuan yang berkenaan dengan
penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan mendalam yang
mencakup penguasaan substansi isi kurikulum mata pelajaran disekolah dan
substansi keilmuan yang menaungi materi kurikulum tersebut, serta menambah
wawasan keilmuan sebagai guru.
Dalam melaksanakan tugasnya guru dituntut untuk memiliki penguasaan
kemampuan akademik dan keterampilan lainnya yang berperan sebagai
pendukung profesionalisme guru. Kemampuan akademik tersebut antara lain,
memiliki kemampuan dalam menguasai ilmu, memiliki kemampuan untuk
melakukan penelitian ilmiah yang dapat mendukung profesinya, menguasai
wawasan dan landasan pendidikan. Kemampuan keterampilan adalah kemampuan
untuk mengembangkan kompetensi untuk mendukung profesinya.
Berdasarkan pengertian di atas tentang kompetensi profesional guru maka
dapat disimpulkan bahwa kompetensi profesional merupakan kemampuan
penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam, sehingga memungkinkan
guru untuk membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi sesuai
dengan Standar Nasional Pendidikan.
Ditjen PMTK (2008) menguraikan tentang kemampuan yang harus dimiliki
guru untuk menunjang kompetensi profesional guru sehingga mampu
membimbing peserta didiknya dalam proses pembelajaran untuk mencapai
standar kompetensi yang ditetapkan.
"Kemampuan yang harus dimiliki guru dalam proses membimbing
peserta didiknya yaitu: (a) menguasai materi, struktur, konsep, dan
pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu; (b)
mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif melalui penelitian ilmiah dan membuat
karya ilmiah; (c) mengembangkan materi pelajaran yang diampu
secara kreatif; (d) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
untuk berkomunikasi dan mengembangkan profesinya sebagai guru;
(e) menguasai landasan pendidikan berupa Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar mata pelajaran atau bidang pengembangan yang
diampu".
Depdiknas (2003) mengemukakan kompetensi profesional guru meliputi
penguasaan bahan kajian akademik, melakukan penelitian dan menyusun karya
ilmiah, pengembangan profesi, dan pemahaman wawasan pendidikan.
"Penguasaan bahan kajian akademik meliputi: (1) memahami struktur
pengetahuan, (2) menguasai substansi materi, (3) menguasai substansi kekuasaan
sesuai dengan jenis pelayanan yang dibutuhkan siswa.
Melakuan penelitian ilmiah dan penyusunan karya ilmiah meliputi: (1)
melakukan penelitian ilmiah (action research), (2) menulis makalah, (3) menulis
atau menyusun diktat pelajaran, Pengembangan profesi meliputi, (1) mengikuti

14
informasi perkembangan IPTEK yang mendukung profesi melalui berbagai
kegiatan ilmiah, (2) mengembangkan berbagai model pembelajaran, (3) membuat
alat peraga atau media, (4) mengikuti pelatihan terakreditasi.
Pemahaman wawasan pendidikan meliputi: (1) memahami visi dan misi, (2)
memahami hubungan pendidikan dengan pengajaran; (3) mengidentifikasi
permasalahan umum pendidikan dalam hal proses dan hasil belajar, (4)
membangun sistem yang menunjukkan keterkaitan pendidikan dan luar sekolah".
Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007 dijelaskan tentang standar
kualifikasi akademik dan kompetensi guru guna menunjang kompetensi
profesional guru. "Kompetensi