Kompetensi Pedagogik dan Profesional Guru Matematika SMA Negeri di Kabupaten Kuantan Singingi Riau

KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU
MATEMATIKA SMA NEGERI DI KABUPATEN
KUANTAN SINGINGI RIAU

NOPRI YANTO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kompetensi Pedagogik
dan Profesional Guru Matematika SMA Negeri di Kabupaten Kuantan Singingi
Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015

Nopri Yanto
NIM I1351130101

RINGKASAN
NOPRI YANTO. Kompetensi Pedagogik dan Profesional Guru Matematika SMA
Negeri di Kabupaten Kuantan Singingi Riau. Dibimbing oleh ANNA FATCHIYA
dan OOS M ANWAS.
Hasil Uji kompetensi guru matematika SMA secara nasional memiliki nilai
rendah yaitu dengan rata-rata 44.55. Begitu juga guru matematika di Kabupaten
Kuantan Singingi (Kuansing) memiliki nilai yang lebih rendah yaitu dengan ratarata 43.11. Nilai kompotensi pedagogik dan profesional guru dikategorikan baik,
jika memiliki nilai rata-rata ≥75 (Depdiknas 2012).
Tujuan penelitian ini, menganalisis tingkat kompetensi pedagogik dan
profesional guru matematika SMA Negeri di Kabupaten Kuansing Riau dan
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kompetensi pedagogik dan
profesional. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri Kabupaten Kuansing.
Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara purposive dengan pertimbangan
bahwa nilai UN tahun 2014 Kabupaten Kuansing menempati peringkat ke 11 dari

12 Kabupaten kota di Provinsi Riau. Populasi dalam penelitian ini adalah guru
matematika SMA Negeri di Kabupaten Kuansing yang berjumlah 58 guru
matematika dari 20 SMA Negeri. Sampel dalam penelitian ini menggunakan
sampel jenuh atau sensus. Penelitian dilakukan pada bulan Maret–April 2015.
Analisis data dilakukan secara deskriptif dan inferensial. Analisis deskriptif
menggunakan distribusi frekuensi dan analisis inferensial menggunakan analisis
regresi linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi pedagogik guru
matematika SMA Negeri termasuk kategori baik. Hal ini terlihat dari dua
indikator termasuk kategori cukup, yaitu: (1) Kemampuan melakukan
perencanaan pembelajaran; (2) Kemampuan dalam melakukan penilaian dan
evaluasi proses pembelajaran. Sedangkan dua indikator lainnya termasuk kategori
baik yaitu: (1) Kemampuan dalam proses pembelajaran; (2) Kemampuan dalam
melakukan tindak lanjut pembelajaran. Kompetensi profesional guru matematika
SMA Negeri termasuk pada kategori baik. Hal ini dapat dilihat dari lima indikator,
dimana satu indikator termasuk kategori cukup yaitu kemampuan guru dalam
mengembangkan diri/keprofesionalan. Sedangkan empat indikator lainnya
termasuk kategori baik, yaitu: (1) Kemampuan guru dalam penguasaan materi
pelajaran matematika SMA; (2) Kemampuan guru menguasai standar kompetensi
dan kompetensi dasar mata pelajaran matematika; (3) Kemampuan guru dalam

mengembangkan materi pembelajaran matematika; (4) Kemampuan guru dalam
memanfaatkan teknologi informasi.
Faktor–faktor yang mempengaruhi kompetensi pedagogik guru matematika
SMA Negeri di Kabupaten Kuansing adalah intensitas mengikuti pelatihan, peran
kepemimpinan kepala sekolah yang baik, ketersedian sarana prasarana yang
mendukung proses pembelajaran, umur guru, dan beban mengajar yang dimiliki
guru. Sedangkan faktor –faktor yang mempengaruhi kompetensi profesional guru
adalah pengalaman mengajar guru, peran kepemimpinan kepala sekolah yang baik
dan intensitas mengikuti pelatihan yang relevan dengan bidang matematika.
Kata kunci : guru matematika, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional.

SUMMARY
NOPRI YANTO. Pedagogy Competence and High School Professional
Mathematics teacher in Kuantan Singingi Riau. Supervized by ANNA
FATCHIYA and OOS M ANWAS
The competence test value of teacher in the High School nationally includes
the low category has an average value of 44.55. Also a MTK teacher the High
School in Kuantan Singingi (Kuansing) including low category has an average
value of 43.11. The value of pedagogical and professional competency of teachers
considered good, if it has an average value ≥75 (Depdiknas 2012).

The purpose of this study was: Analyzed the pedagogical competence and
professional competence of MTK teachers of Kuansing high schools in the
District of Riau; analyzed the factors that influence the pedagogical competence
and professional competence of MTK teachers. This research was conducted in
State Senior High School Kuansing. The location of the research was determined
by purposive with consideration that the UN value year 2014 in Kuansing was
ranked 11 out of 12 districts city in province of Riau. The population of this study
was MTK high schools teachers in District Kuansing totaled 58 MTK teachers
from 20 high school. Sample in this study used saturated sample or census, so that
all members of the population was sampled. The study was conducted in MarchApril 2015. Data analysis was performed by descriptive and inferential.
Descriptive analysis using frequency distribution and inferential analysis using
multiple linear regression analysis.
The results showed that the pedagogical competence of Senior High School
MTK teachers was good category. This could been seen from two indicators
included enough categories, namely: (1) The ability to plan and learning; (2) The
ability to conduct an assessment and evaluation of the learning process.
Meanwhile, two other indicators are categorized as either: (1) The ability of the
learning process; (2) The ability to conduct a follow-up study. Professional
competence of MTK teachers of Senior High School included in either category.
It could be seen from five indicators, where in the indicators are categorized

enough that the ability of teachers to develop self/professionalism. Meanwhile,
four other indicators included both categories, namely: (1) The ability of teachers
in the mastery of the subject MTK in Senior High School; (2) The ability of
teachers to master standard of competence and basic competences of MTK
subjects; (3) The ability of teachers to develop learning materials MTK; (4) The
ability of teachers to use information technology.
Factors that affected pedagogical competence of MTK state high schools
teachers in the Kuansing were training, leadership of school principal,
infrastructure, age, and teaching load. While the factors that influence the
professional competence of teachers were teaching experience, the role of school
leadership and training.
Keywords: mathematics teacher, pedagogical, professional competence.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU
MATEMATIKA SMA NEGERI DI KABUPATEN
KUANTAN SINGINGI RIAU

NOPRI YANTO

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
Pada
Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015


Penguji Luar Komisi pada ujian Tesis: Dr Ir Pudji Muljono, MSi

Judul Tesis
Nama
NIM

: Kompetensi Pedagogik dan Profesional Guru Matematika
SMA Negeri di Kabupaten Kuantan Singingi Riau
: Nopri Yanto
: I351130101

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Anna Fatchiya, MSi
Ketua

Dr Oos M Anwas, MSi
Anggota


Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir Sumardjo, MS

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian : 31 Agustus 2015

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul
“Kompetensi Pedagogik dan Profesional Guru Matematika SMA Negeri di
Kabupaten Kuantan Singingi Riau”. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Penyuluhan
Pembangunan, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Ungkapan terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Anna Fatchiya, MSi
dan Bapak Dr Oos M Anwas, MSi selaku komisi pembimbing yang telah banyak
memberikan arahan, bimbingan, saran, serta senantiasa memberikan motivasi
kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Terima kasih kepada Bapak Dr Ir
Pudji Muljono, MSi selaku dosen penguji luar komisi dan Prof Dr Ir Sumardjo,
MS selaku moderator dalam ujian tesis yang telah memberikan beragam masukan
dan saran konstruktif dalam penyempurnaan tesis ini.
Ucapan terima kasih kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Kuantan
Singingi, Kepalah Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kabupaten Kuantan
Singingi serta semua guru matematika SMA Negeri yang telah memberikan data
dan informasi selama penelitian.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada orang tua tercinta Ayahanda
Arsil dan Ibunda Sumarni yang telah mengantarkan penulis hingga ke jenjang
Magister dengan segala kasih sayang, doa, dan motivasi yang diberikan, serta
kepada kakakku tersayang (Armai Susanto, Arida, Arina dan Ronal Regen) dan
tidak lupa pada sahabat terbaikku (Besti Verawati) atas keceriaan dan motivasi
yang diberikan.
Ucapan terima kasih kepada teman-teman seangkatan (Pahruri, Bapak Erix,

Bang Darma, Uda Delky, Ibu Minas, Bapak Herry, Nila, Ibu Tintin, Ibu Nia, Cici,
Kessa, Dede, Tiara, Aira, Riana, Siti, Shinta, Ike ) atas bantuan dan motivasi yang
diberikan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2015

Nopri Yanto

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xi

DAFTAR GAMBAR

xi

DAFTAR LAMPIRAN

xi


1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

1
1
2
2
3

2 TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Kompetensi Guru
Kompetensi Pedagogik
Kompetensi Profesional
Faktor yang Mempengaruhi Kompetensi Guru
Kerangka Berpikir
Hipotesis Penelitian

3
3
5
6
9
17
18

3 METODE
Pendekatan Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Populasi dan Sampel
Jenis dan Pengumpulan Data
Definisi Operasional
Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Analisis Data Penelitian

18
18
18
18
19
19
22
23

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Kabupaten Kuantan Singingi
Karakteristik Guru SMA Negeri Kabupaten Kuantan Singingi
Kondisi Sarana Prasarana, Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Peran
Pengawas Sekolah
Kompetensi Pedagogik dan Profesional Guru
Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kompetensi Pedagogik
Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kompetensi Profesional

24
24
26

5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

45
45
45

DAFTAR PUSTAKA

46

RIWAYAT HIDUP

59

LAMPIRAN

51

29
34
40
42

RIWAYAT HIDUP

59

DAFTAR TABEL
1 Sub variabel faktor internal guru, definisi operasional, indikator dan
parameter
2 Sub variabel faktor eksternal guru, definisi operasional, indikator, dan
parameter
3 Sub variabel kompetensi guru, definisi operasional, indikator, dan
parameter
4 Jumlah sekolah, murid, guru, rasio murid sekolah dan rasio murid guru di
Kabupaten Kuansing
5 Sebaran guru berdasarkan karakteristik internal
6 Sebaran guru berdasarkan persepsi tentang sarana prasarana
7 Sebaran guru berdasarkan indikator sarana prasarana
8 Sebaran guru berdasarkan persepsi guru tentang kepemimpinan kepala
sekolah
9 Sebaran guru berdasarkan persepsi guru tentang peran pengawas sekolah
10 Sebaran guru tentang kompetensi pedagogik
11 Sebaran guru tentang indikator kompetensi pedagogik guru matematika
12 Sebaran guru tentang kompetensi profesional
13 Sebaran guru tentang indikator kompetensi profesional
14 Nilai koefisien pengaruh dan signifikansi berdasarkan variabel yang
mempengaruhi kompetensi pedagogik
15 Nilai koefisien pengaruh dan signifikansi berdasarkan variabel yang
mempengaruhi kompetensi profesional

19
21
21
25
27
30
30
31
32
34
35
37
38
41
43

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka berpikir kompetensi pedagogik dan profesional guru
matematika SMA Negeri di Kabupaten Kuansing Riau

18

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil output uji regresi metode stepwise (untuk pedagogik)
2 Hasil output uji regresi (untuk profesional)
3 Dokumentasi penelitian

52
55
58

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendidikan Indonesia masih menghasilkan lulusan yang berkualitas rendah
yaitu dari segi pengetahuan (dalam bidang matematika, membaca dan sains) dan
keterampilan (Bank Dunia 2013). Hasil survei internasional Programme for
International Student Assessmen (PISA) tahun 2012 menempatkan peserta didik
Indonesia usia 16 tahun dari 65 negara yaitu posisi ke-64 untuk matematika, 62
untuk membaca, dan 64 untuk sains dari 65 negara. Rendahnya kualitas
pendidikan Indonesia juga dapat dilihat dari data Trends in International
Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2011, Indonesia masih tertinggal
jauh dari negara tetangga Singapura, Malaysia, dan Thailand. Pada tahun 2011,
Singapura menempati ranking 2, Malaysia 26, Thailand 28, sedangkan Indonesia
rangking 42.
Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia salah satunya dipengaruhi oleh
kompetensi guru. Kompetensi guru merupakan seperangkat pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru
dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 16 Tahun 2007 tentang guru,
kompetensi guru terdiri atas kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan
profesional. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam
pengelolaan pembelajaran peserta didik. Kompetensi kepribadian guru adalah
kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta
menjadi teladan bagi peserta didik. Kompetensi sosial merupakan kemampuan
guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat
sekitar. Kompetensi profesional guru adalah kemampuan penguasaan materi
pelajaran yang diampunya secara luas dan mendalam.
Menurut Depdiknas (2012) kompetensi guru yang hanya diukur adalah
kompetensi profesional dan kompetensi Pedagogik. Kompetensi profesional guru
dengan kinerja guru mempunyai hubungan yang positif yang signifikan dengan
sumbangan efektif 23 % (Mulyanto 2008). Kompetensi guru secara singnifikan
berpengaruh terhadap perilaku profesional guru Sekolah Menengah Atas (SMA)
di Kabupaten Demak (Qosim 2008). Kompetensi profesional memiliki pengaruh
lebih besar (75.8%) terhadap motivasi belajar peserta didik dibandingkan
kompetensi pedagogik/keterampilan mengajar 68.3%, (Widoyoko dan Rinawati
2012). Kompetensi profesional guru memiliki pengaruh lebih besar terhadap
kinerja guru dibandingkan motivasi guru (Hidayat 2009). Kompetensi profesional
guru berpengaruh nyata terhadap hasil belajar peserta didik (Auliah 2011).
Kompetensi profesional guru memiliki pengaruh lebih besar 30.5% terhadap hasil
belajar peserta didik dibandingkan kompetensi pedagogik 25.6% (Widiarsa 2013).
Kepemimpinan kepala sekolah dapat meningkatkan kompetensi pedagogik guru
dalam melakukan proses pembelajaran (Efendi et al. 2014). Kompetensi guru
mempengaruhi prestasi belajar siswa sebesar 61.6% (Zulfikar 2012).
Nilai Kompotensi padegogik dan profesional guru dikategorikan baik, jika
memiliki nilai ≥ 75. Jika dilihat dari skala Nasional kompetensi guru SMA,

2
khususnya guru matematika (MTK) dari kompetensi pedagogik dan profesional
memiliki nilai rata-rata 44.55, hal ini termasuk kategori rendah. Begitu juga nilai
kompetensi guru SMA, khususnya guru MTK di Kabupaten Kuantan Singingi
(Kuansing) memiliki nilai rata-rata sebesar 43.11 juga tergolong rendah
(Depdiknas 2012). Penelitian Joprison (2009) tentang kompetensi pedagogik dan
profesional guru SMA Negeri 1 Gunung Toar, Kabupaten Kuansing masih relatif
rendah yaitu memiliki nilai rata-rata < 50.
Rendahnya kompetensi guru di Kabupaten Kuansing berimplikasi terhadap
nilai Ujian Nasional (UN) tahun 2014 tingkat SMA yaitu Kabupaten Kuansing
berada pada peringkat 11 dari 12 Kabupaten/Kota di Provinsi Riau, dengan
rincian bidang studi Ilmu Pengatahuan Alam (IPA) peringkat 6, MTK peringkat
10 dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) peringkat 8 (Dinas Pendidikana Provinsi
Riau 2014). Kompetensi guru bisa dideteksi dari tingginya proporsi guru yang
tidak layak mengajar, berkualifikasi pendidikan rendah, dan mengajar mata
pelajaran yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Ketidaklayakan
ini disebabkan oleh tingkat pendidikan guru yang tidak memenuhi syarat dan
belum memiliki syarat sertifikat pendidik (Permadi dan Arifin 2010). Persentase
guru menurut kelayakan mengajar tahun 2010-2011 untuk SMA Negeri 65,29%
dan SMA Swasta 64,73%. Tingkat pendidikan guru SMA yaitu dari 337.503 guru
hanya sebesar 57,8% memiliki pendidikan S1 (Depdiknas 2011). Data tersebut
menggambarkan bahwa sebagian besar guru SMA di Indonesia dinilai belum
memiliki kelayakan untuk mengajar.
Kelayakan mengajar untuk guru SMA di Kabupaten Kuansing sebagian
besar masih kurang layak. Ketidaklayakan mengajar guru disebabkan oleh masih
banyak guru mengajar mata pelajaran yang tidak sesuai dengan kualifikasi
pendidikan dan latar belakang pendidikan yang dimilikinya, tidak memiliki
kompetensi yang diperlukan sesuai bidang tugas. Dalam konteks ini relevan untuk
dikaji sejauh mana kompetensi pedagogik dan profesional guru MTK SMA
Negeri di Kabupaten Kuansing.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas yang menjadi perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana tingkat kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional
guru MTK SMA Negeri di Kabupaten Kuansing?
2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kompetensi pedagogik dan
kompetensi profesional guru MTK SMA Negeri di Kabupaten Kuansing ?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan pemaparan rumusan di atas, penelitian ini bertujuan sebagai
berikut :
1. Menganalisis tingkat kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional
guru MTK SMA Negeri di Kabupaten Kuansing.
2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi pedagogik
dan kompetensi profesional guru MTK SMA Negeri di Kabupaten
Kaunsing.

3
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bidang keilmuan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi pemikiran yang terkait dengan kompetensi pedagogik dan
kompetensi profesional guru SMA Negeri dan dapat digunakan sebagai
bahan keilmuan dibidang pendidikan maupun penyuluhan.
2. Bidang praktisi, sebagai bahan pertimbangan dan masukan mengenai
kompetensi pedagogik dan profesional guru SMA Negeri dalam
meningkatkan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru
MTK. Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk dapat mengetahui
faktor-faktor mana yang dapat meningkatkan kompetensi pedagogik dan
kompetensi profesional guru MTK khusunya di Kabupaten Kuansing.

2 TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Kompetensi Guru
Kompetensi berasal dari kata competency yang berarti kemampuan atau
kecakapan. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, kompetensi dapat diartikan
(kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan suatu hal. Menurut
Undang-Undang Republik Indonesia No 14 tahun 2005, tentang guru dan dosen
kompetensi guru adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan. Menurut Janawi (2011) kompetensi
diartikan sebagai “ kemampuan, keahlian, dan atau keterampilan yang mutlak
dimiliki oleh seseorang (dalam hal ini guru”).
Kompetensi adalah himpunan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, atau
posisi nilai profesional yang dimiliki dan diyakini sesuai dengan keberhasilan
praktek mengajar. Kompetensi (competency) berkaitan dengan hal-hal khusus
yang diketahui, dilakukan, atau diyakini guru, tetapi tidak untuk mempengaruhi
atribut-atribut ini terhadap atribut lain (Jacob 2002). Kompetensi menunjukkan
keterampilan atau pengetahuan yang dicirikan oleh profesionalisme dalam suatu
bidang tertentu sebagai sesuatu yang terpenting, sebagai unggulan bidang tersebut
(Widodo 2009). Secara psikologis, kompetensi merupakan suatu variabel
psikologis yang mengindentifikasi adanya perilaku yang menjadi bagian dari
kompetensi.
Kompetensi guru adalah pengetahuan, kemampuan dan keyakinan yang
dimiliki seorang individu atau guru dan ditampilkan untuk situasi mengajar.
Kompetensi guru merupakan sekumpulan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan
nilai sebagai kinerja yang berpengaruh terhadap peran, peruntukan, prestasi serta
pekerjaan seseorang (Yulaelawati 2004). Rasto (2010) menjelaskan kompetensi
yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukan kualitas guru dalam mengajar,
kompetensi itu akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan
profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. Diyakini bahwa,
kompetensi yang diperlukan oleh seseorang guru tersebut dapat diperoleh baik
melalui pendidikan formal maupun pengalaman mengajar. Kompetensi guru

4
merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial,
dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru,
yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik,
pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme
(Mulyasa 2008).
Kompetensi guru yang telah dirumuskan dalam peraturan pemerintah No.
16 tahun 2007 merupakan kompetensi dasar yang harus dikuasai pendidik.
Keempat kompetensi tersebut menjadi standar dan indikator penilaian penguasaan
kompetensi guru. Menurut Saud (2010) menyatakan karakteristik indikator
kompetensi guru mencakup :
a. Mampu melakukan suatu perkerjaan tertentu secara rasional. Guru harus
memiliki visi dan misi yang jelas dalam melakukan sesuatu berdasarkan
analisis kritis dan pertimbangan logis dalam membuat pilihan dan mengambil
keputusan tentang apa yang dikerjakan.
b. Menguasai perangkat pengetahuan (teori dan konsep, prinsip dan kaidah,
hipotesis dan generalisasi, data dan informasi, dan sebagainya) tentang seluk
beluk apa yang menjadi bidang tugas pekerjaannya.
c. Menguasai perangkat keterampilan (strategi dan teknik, metode dan teknik,
prosedur dan mekanisme, sarana dan instrument, dan sebagianya) tentang cara
dan bagaimana dan dengan apa harus melakukan tugas.
d. Memahamai perangkat persyaratan ambang (basic standard) tentang
ketentuan kelayakan normatif minimal kondisi dari proses yang dapat
ditolerensikan dari kreteria keberhasilan yang dapat diterima dari apa yang
dapat dilakukan.
e. Memiliki daya motivasi dan citra (aspirasi) unggulan dalam melakukan tugas
pekerjaan. Guru bukan sekedar puas dengan memadai persyaratan minimal,
melainkan berusaha mencapai yang sebaik mungkin.
f. Memiliki kewenangan yang memancar atas perangkat kompetensinya yang
dalam batas tertentu dapat didemontrasikan dan teruji sehingga
memungkinkan memperoleh pengakuan pihak berwenang.
Dari indikator-indikator kompetensi yang telah dikemukakan oleh Saud,
dapat disimpulkan bahwa seorang guru berkompetensi adalah sesorang yang
mempunyai visi dan misi yang jelas, kritis, logis, menguasai teori dan praktek
mengajar, dan bermotivasi tinggi untuk memberikan yang terbaik. Selain itu, guru
tersebut juga mempunyai kewenangan yang teruji oleh pihak yang memberi
wewenang. Seorang guru selain berkompetensi dalam bidang pengajaran, guru
juga harus mempunyai derajat kualifikasi akademik yang telah ditempuhnya dari
lembaga berwenang.
Berdasarkan literatur dan pendapat beberapa ahli dapat simpulkan bahwa
kompetensi merupakan kemampuan yang terdapat dalam diri individu dalam
pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk melakukan sesuatu dalam menunjang
keberhasilan proses pembelajaran. Guru sebagai seorang individu yang
keseharianya berkerja di dunia pendidikan harus memiliki kompetensi dalam
menjalankan tugasnya.

5
Kompetensi Pedagogik
Kompentensi pedagogik berasal dari dua kata, yakni kompetensi dan
pedagogik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kompetensi berarti
kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan sesuatu). Kata
pedagogik, berasal dari pedagogi atau pedagogis yang berarti ilmu pendidikan;
ilmu pengajaran, atau bersifat mendidik.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007
tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, bahwa kompetensi
pedagogik guru meliputi: (1) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek
fisik, moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual; (2) Menguasai teori
belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik; (3) Mengembangkan
kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran/bidang pengembangan yang
diampu; (4) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik; (5) Memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran; (6)
Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimiliki; (7) Berkomunikasi secara efektif, empatik dan
santun dengan peserta didik; (8) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses
dan hasil belajar; (9) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk
kepentingan pembelajaran dan (10) Melakukan tindakan reflektif untuk
peningkatan kualitas pembelajaran.
Seorang guru yang memiliki kompetensi pedagogik akan semakin nampak
ketika mengelola pembelajaran di kelas. Memilih atau menentukan bahan ajar
yang sesuai dengan kemampuan dan karakter peserta didik. Pemilihan metode
mengajar juga merupakan indikasi dari guru yang memiliki kompetensi pedagogik,
dan pemilihan model evaluasi yang cocok dengan kemampuan peserta didiknya.
Menurut Sagala (2011) kompetensi pedagogik merupakan kemampuan dalam
mengelola peserta didik yang meliputi: (1) Pemahaman wawasan guru akan
landasan dan filsafat pendidikan; (2) Guru memahami potensi dan keberagaman
peserta didik, sehingga dapat didesain strategi pelayanan belajar sesuai keunikan
peserta didik; (3) Guru mampu mengembangkan kurikulum/silabus baik dalam
bentuk dokumen maupun implementasi dalam bentuk pengalaman belajar; (4)
Guru mampu menyusun rencana dan strategi pembelajaran berdasarkan standar
kompetensi dan kompetensi dasar; (5) Mampu melaksanakan pembelajaran yang
mendidik dengan suasana dialogis dan interaktif, sehingga pembelajaran menjadi
aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan; (6) Mampu melaksanakan
evaluasi hasil belajar dengan memenuhi prosedur dan standar yang
dipersyaratkan; dan (7) Mampu mengembangkan bakat dan minat peserta didik
melalui kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya.
Kompetensi Pedagogik pada dasarnya adalah kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran peserta didik. Menurut Nanang dan Cucu (2012)
kompetensi pedagogik adalah pemahaman guru terhadap anak didik, perencanaan,
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan anak didik
untuk mengaktualisasikan sebagai potensi yang dimilikinya dan untuk mencapai
hasil belajar siswa yang baik. Menurut Wahyudi (2012) kompetensi pedagogik
yaitu “kemampuan seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran peserta
didik”. Kompetensi pedagogik berkaitan langsung dengan penguasaan disiplin

6
pendidikan dan ilmu lain yang berkaitan dengan tugasnya sebagai guru. Oleh
karena itu seorang guru harus memiliki latar belakang pendidikan keguruan yang
relevan dengan bidang keilmuannya.
Menurut Sudrajat (2012) “Kompetensi pedagogik pada dasarnya adalah
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik”. Kompetensi
pedagogik merupakan kompetensi khas yang membedakan guru dengan profesi
lainnya dan menentukan tingkat keberhasilan proses dan hasil pembelajaran
peserta didiknya. Kompetensi pedagogik menurut Mulyasa (2012) sekurangkurangnya meliputi hal-hal sebagai berkut: (1) Pemahaman wawasan atau
landasan pendidikan, (2) Pemahaman terhadap peserta didik, (3) Pengembangan
kurikulum/silabus, (4) Perencanaan pembelajaran, (5) Pelaksanaan pembelajaran
yang mendidik dan dialogis, (6) Pemanfaatan teknologi pembelajaran, (7)
Evaluasi hasil belajar dan, (8) Pengembangan peserta didik.
Berdasarkan literatur dan pendapat beberapa ahli tersebut dapat
disimpulkan kompetensi pedagogik adalah kemampuan atau keterampilan yang
harus dimiliki oleh guru dan bersifat pengetahuan tentang ilmu mendidik tentang
strategi pembelajaran yang diperoleh melalui pendidikan yang diaplikasikan
dalam pelaksanaan pembelajaran atau melaksanakan tugas seorang guru.
Kompetensi pedagogik sangat diperlukan oleh setiap individu guru untuk
melaksanakan proses pembelajaran yang berprofesional dalam mencapai
tujuannya. Guru sebagai seorang individu yang keseharianya berkerja di dunia
pendidikan harus memiliki kompetensi pedagogik, misalnya memahami potensi
peserta didik serta proses pembelajaran. Keterbatasan kompetensi pedagogik yang
dimiliki seorang guru akan berpengaruh terhadap proses pembelajaran.
Keterbatasan kemampuan ini disebabkan guru tidak memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang memadai dalam proses pembelajaran. Sementara indikatorindikator yang telah disebutkan dapat disimpulkan juga bahwa cakupan
kompetensi pedagogik adalah; (1) Kemampuan dalam melakukan perencanaa
pembelajaran, (2) Kemampuan dalam proses pembelajaran, (3) Kemampuan
dalam melakukan penilaian dan evaluasi proses pembelajaran; dan (4) Melakukan
tidak lanjut pembelajaran.
Kompetensi Profesional
Aspek-aspek yang berkaitan dengan kompetensi profesional menurut
Permendiknas No 16 Tahun 2007 yang meliputi : (1) Menguasai materi, struktur,
konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu; (2)
Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang
diampu; (3) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif; (4)
Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan
tindakan reflektif dan (5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
untuk mengembangkan diri. Menurut Wahidmurni (2010) kompetensi profesional
berkaitan dengan kemampuan guru akan penguasaan materi pelajaran secara luas
dan mendalam. Kemampuan ini diperoleh melalui jalur pendidikan sesuai dengan
program studi yang ditempuh.
Kompetensi profesional menurut Yanim (2006) meliputi : (1) Penguasaan
materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan yang harus diajarkan, dan
konsep-konsep dasar keilmuan dari bahan yang diajarkannya; (2) Penguasaan dan

7
penghayatan atas landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan; (3)
Penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan dan pembelajaran siswa.
Kompetensi profesional merupakan kemampuan dasar tenaga pendidik (Janawi
2011). Muhlisin (2008) mempertegas tentang pengertian kompetensi profesional
sebagai ”Kemampuan guru dalam menguasai materi pelajaran secara luas dan
mendalam yang memungkinkan mereka membimbing peserta didik dalam
menguasai materi yang diajarkan sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar
yang baik”. Sementara menurut, Kunandar (2011) “Kompetensi profesional
adalah kemampuan dalam penguasaan akademik (mata pelajaran/bidang studi)
yang diajarkan dan terpadu dengan kemampuan mengajarnya sekaligus, sehingga
guru itu memiliki wibawa akademis”. Menurut Nanang dan Cucu (2012)
kompetensi profesional adalah menguasai keilmuan bidang studi dan langkah
kajian kritis pendalaman isi bidang studi.
Kompetensi profesional menurut Usman (2001) meliputi; (1) Penguasaan
terhadap landasan kependidikan; (2) Menguasai bahan pengajaran; (3)
Kemampuan menyusun program pengajaran dan (4) Kemampuan menyusun
perangkat penilaian hasil belajar dan proses pembelajaran. Kompetensi
profesional mengacu pada peruntukan yang bersifat rasional dan memenuhi
spesifikasi tertentu dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan. Mengenai
perangkat kompetensi profesional biasanya dibedakan profil kompetensi yaitu
mengacu kepada berbagai aspek kompetensi yang dimiliki seseorang tenaga
profesional pendidikan atau guru dan spektrum kompetensi yaitu mengacu kepada
variasi kualitatif dan kuantitatif. Perangkat kompetensi yang dimiliki oleh guru
yang dibutuhkan untuk mengoperasikan dan mengembangkan sistem pendidikan.
Kunandar (2011) menyatakan bahwa kompetensi profesional merupakan
kemampuan dasar tenaga pendidik, bila guru disebut profesional guru harus
mampu menguasai keahlian dan keterampilan teoritik dan praktek dalam proses
pembelajaran. Kompetensi profesional cenderung mengacu kepada kemampuan
teoritik dan praktik lapangan. Kompetensi profesional merupakan kemampuan
yang berkenaan dengan penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas
dan mendalam yang mencakup penguasaan substansi isi, materi, kurikulum mata
pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materi kurikulum
tersebut, serta menambah wawasan keilmuan bagi guru. Secara rinci masingmasing elemen kompetensi tersebut memiliki subkompetensi dan indikator
esensial sebagai berikut.
(1) Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi.
Subkompetensi ini memiliki indikatornya: memahami materi ajar yang ada
dalam kurikulum sekolah, memahami strukstur, konsep dan metode keilmuan
yang menaungi menerapkan dalam kehidupan sehari hari-hari.
(2) Mengausai metode pengembangan ilmu, telaah kritis, kreaktif, dan inovatif
terhadap bidang studi.
Aryan (2007) menyatakan bahwa secara profesional guru matematika
memiliki kemampuan dan keterampilan sebagai berikut: (1) Dapat
mengembangkan pemikiran yang kreatif dan inovatif dalam pembelajaran
matematika; (2) Dapat memahami perkembangan psikologis peserta didik; (3)
Dapat mengembangkan kemampuan berkomunikasi secara umum dan komunikasi
dalam matematika; (3) Memiliki wawasan pengetahuan, pemahaman, dan sikap
profesional untuk memecahkan masalah; (4) Mampu mengembangkan profesi

8
pendidikan sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Secara akademik,
seorang guru matematika diharapkan memiliki kemampuan dan keterapilan
sebagai berikut: (1) Dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan:
pemahaman dan penghayatan terhadap prinsip dan nilai matematika; daya nalar,
berpikir logis, kritis, sistematik, kreatif, cerdas, rasa keindahan, sikap terbuka, dan
rasa ingin tahu; melaksanakan proses matematika; rasa menyenangkan belajar
matematika; (2) Tepat dalam memilih pendekatan, metode, dan teknik yang
relevan dengan perkembangan fisik dan psikis peserta didik; (3) Mampu membuat
perencanaan yang baik dan melaksanakannya dalam pembelajaran matematika;
(4) Mahir dalam pengelolaan kelas sesuai dengan pendekatan pembelajaran yang
diterapkannya; (5) Tepat dalam membuat asesmen pembelajaran sekaligus bisa
menerima hasil refleksi pembelajaran yang dilakukannya untuk melaksanakan
program tindak lanjut; (6) Memilih kemampuan berkomunikasi dalam ruang
lingkup akademik, baik secara lisan maupun tulisan.
Lebih lanjut Aryan (2007) mengemukakan bahwa sebagai guru matematika
yang senantiasa terkait dengan kekhasan matematika diharapkan memiliki
kemampuan dan keterampilan khusus guru matematika, di antaranya sebagai
berikut; (1) Mampu berpikir logis, sistematik, kreatif, objektif, terbuka, abstrak,
cermat, jujur, dan efisien; (2) Dapat menyederhanakan keabstrakan matematika;
(3) Mendorong peserta didik untuk percaya diri dan berdaya juang yang tinggi,
terutama ketika menemukan/ memecahkan persoalan matematika; (4) Menerapkan
konsep matematika; (5) Menggunakan bahasa simbol matematika yang tepat; (6)
Meningkatkan daya abstraksi peserta didik dan; (7) Mendorong peserta didik
senang (enjoy) dalam melakukan doing math.
Mulyasa (2009) mengatakan bahwa kompetensi professional guru
mencakup: (1) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik
filosofi, psikologis, sosiologis, dan sebagainya; (2) Mengerti dan dapat
menerapkan teori belajar sesuai taraf peserta didik; (3) Mampu menangani dan
mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya; (4) Mengerti dan
dapat menerapkan metode pembelajaran yang berpariasi; (5) Mampu
mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media dan sumber belajar yang
relevan; (6) Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program
pemebelajaran; (7) Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik dan;
(8) Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.
Indikator kompetensi profesional guru berdasarkan peran guru dalam
mengelola proses pembelajaran sebagaimana menurut Uno (2011) di antaranya
adalah : (1) Merencanakan sistem pembelajaran yang meliputi; merumuskan
tujuan, memilih prioritas materi yang akan diajarkan, memilih dan menggunakan
metode, memilih dan menggunakan sumber belajar yang ada, dan memilih dan
menggunakan media pembelajaran; (2) Melaksanakan sitem pembelajaran,
memilih bentuk kegiatan pembelajaran yang tepat, menyajikan urutan
pembelajaran secara tepat; (3) Mengevaluasi sistem pembelajaran, memilih dan
menyusun jenis evaluasi, melaksanakan evaluasi sepanjang proses, dan
mengadministrasikan hasil evaluasi; dan (4) Mengembangkan sistem
pembelajaran, mengoptimalkan potensi peserta didik, meningkatkan wawasan
kemampuan diri sendiri, dan mengembangkan program pembelajaran lebih lanjut.
Berdasarkan literatur dan pendapat tentang kompetensi profesional guru di
atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi profesional guru merupakan

9
kemampuan yang dimiliki di dalam setiap individu guru dalam menguasai materi
pembelajaran sesuai tuntutan pembelajaran serta kejelasan dalam penyajian materi.
Kompetensi profesional sangat diperlukan oleh setiap guru untuk menjalankan
proses pembelajaran dalam mencapai tujaun pendidikan. Keterbatasan kompetensi
profesional yang dimiliki oleh seorang guru akan berpengaruh dalam kemampuan
proses pembelajaran. Sementara indikator-indikator yang telah disebutkan dapat
disimpulkan juga bahwa cakupan kompetensi profesional adalah; (1) Menguasai
standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran; (2) Mampu menguasai
materi pembelajaran matematika; (3) kemampuan dalam mengembangkan materi
pembelajaran secara kreaktif yang relavan; (4) kemampuan dalam
mengembangkan diri dan; (5) Mampu dalam memanfaatkan teknologi informasi.
Faktor yang Mempengaruhi Kompetensi Guru
Faktor-faktor yang mempengarui rendahnya kompetensi guru. Mulyasa
(2007) mengatakan bahwa rendahnya kompetensi guru itu disebabkan oleh ; (1)
Masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara utuh; (2) Guru belum
semuanya memiliki standar profesional sebagaimana yang dipersyaratkan; (3)
Kemungkinan disebabkan oleh adanya perguruan tinggi swasta yang mencetak
guru asal jadi, atau setengah jadi, tanpa memperhitungkan outputnya kelak
dilapangan, sehingga menyebabkan banyak guru yang belum memenuhi etika
profesinya; (4) Kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan kualitas diri karena
guru tidak dituntut untuk meneliti sebagaimana yang diperlakukan pada dosen di
perguruan tinggi.
Putro (2005) mengatakan bahwa kompetensi guru dipengaruhi oleh faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri
individu guru yang meliputi: latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar,
penataran dan pelatihan dan sebagianya. Sedangkan faktor eksternal meliputi:
iklim dan kebijakan organisasi, lingkungan kerja, sarana dan prasarana, gaji,
lingkungan sosial dan sebagianya. Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh
Yuhetty (2010) bahwa faktor internal yang mempengaruhi kompetensi guru
meliputi: tingkat pendidikan, keikutsertaan di dalam berbagai pelatihan dan
kegiatan ilmiah, masa kerja dan pengalaman kerja, tingkat kesejahteraan serta
kesadaran akan kewajiban dan panggilan hati nurani. Sedangkan faktor
eksternalnya meliputi: besar gaji dan tunjangan yang diterima, ketersediaan sarana
dan media pembelajaran, kepemimpinan kepala sekolah, kegiatan pembinaan
yang dilakukan dan peran serta masyarakat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi guru dalam penelitian ini,
terdiri dari faktor internal (umur, latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar,
status kepegawaian guru, intensitas pelatihan yang diikuti, dan jam
mengajar/beban mengajar) sedangkan faktor eksternal (sarana prasarana, peran
kepemimpinan kepala sekolah dan peran pengawas sekolah).
1. Umur
Mulyasa (2002) mengatakan bahwa perkembangan kemampuan berpikir
terjadi seiring dengan bertambahnya umur. Padmowihardjo (1994)
mengemukakan bahwa kemampuan umum untuk belajar berkembang secara
gradual semenjak dilahirkan sampai saat kedewasaan. Asumsi ini dapat diketahui

10
bahwa pada umur dewasa, orang akan belajar lebih cepat dan berhasil
mempertahankan retensi dalam jumlah besar dari pada usia lebih muda, akan
tetapi setelah mencapai umur tertentu, maka kemampuan belajar akan berkurang
secara gradual dan terasa nyata setelah mencapai 55 atau 60 tahun, dan setelah itu
penurunan akan lebih cepat lagi.
Secara umum umur akan mempengaruhi seseorang dalam menjalankan
aktivitasnya karena berkaitan dengan tingkat kematangan yang dimilikinya.
Salkind (2009) berpendapat bahwa perbedaan umur pada seseorang dapat
membedakan juga tingkat kematangan. Perbedaan tersebut disebabkan oleh
pengaruh lingkungan dan interaksi dengan individu sebagai diri yang
bersangkutan. Berdasarkan taraf perkembangan, umur dikelompokkan menjadi
muda, dewasa dan tua. Umur dalam penelitian ini adalah masa hidup guru sejak
lahir sampai dengan penelitian ini dilakukan yang dihitung dalam satuan tahun
dan dikelompokkan menjadi empat kategori yaitu muda, dewasa, dewasa lanjut
dan tua.
2. Latar Belakang Pendidikan
Latar belakang pendidikan seorang guru akan mempengaruhi bagaimana
guru akan berperilaku dalam melaksanakan proses pembelajaran. Guru yang
memiliki latar belakang pendidikan keguruan telah mendapatkan bekal
pengetahuan tentang pengelolaan kelas, proses belajar mengajar dan lain
sebagianya. Guru yang belum mengambil pendidikan keguruan, dia akan merasa
kesulitan untuk dapat meningkatkan kualitas keguruannya.
Latar belakang pendidikan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu kesesuaian
antara bidang ilmu yang ditempuh dengan bidang tugas dan jenjang pendidikan.
Untuk profesi guru sebaiknya juga berasal dari lembaga pendidikan keguruan.
Guru pemula dengan latar belakang pendidikan keguruan lebih mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah. Karena dia sudah dibekali dengan
seperangkat teori sebagai pendukung pengabdiannya. sedangkan guru yang bukan
berlatar belakang pendidikan keguruan akan banyak menemukan masalah di
kelas. Terjun menjadi guru mungkin dengan tidak membawa bekal berupa teoriteori pendidikan dan keguruan (Djamarah 1994).
Segala (2010) memberi definisi kualifikasi akademik guru adalah
persayaratan minimal mengenai tingkat pendidikan formal dan keahlian/keilmuan,
pangkat/golongan, jabatan, pengalaman kerja, dan usia yang harus dipenuhui.
Kualifikasi akademik penting untuk menyadang jabatan fungsional yang
profesional dan berkualitas. Definisi kualifikasi akademik adalah ijazah atau
jenjang pendidikan akademik yang harus dimiliki oleh guru atau dosen sesuai
dengan jenis, jenjang, dan satuan pendidikan formal di tempat penugasan.
Berdasarkan definisi yang telah dinyatakan di atas maka kaitan kualifikasi
akademik dengan kompetensi seorang guru merupakan suatu yang penting untuk
disebut sebagai guru professional. Ditambahkan juga bahwa kaulifikasi akademik
ini menyangkut keahlian/keilmuan, pangkat/golongan, jabatan, pengalaman kerja,
dan usia yang harus dipenuhui. Menurut Surya (2010) bahwa syarat kualifikasi
akademik seorang guru yang di angkat dari undang-undang guru dan dosen yaitu
minimal lulusan S-1 atau diploma IV. Adanya aturan kualifikasi akademik
tersebut untuk mendukung profesional guru. Berdasarkan hasil penelitian Alim

11
(2010) terdapat pengaruh yang signifikan dari kualifikasi pendidikan terhadap
kompetensi guru PAI di Kabupaten Pekalongan.
Latar belakang pendidikan dalam penelitian ini adalah kualifikasi akademik
yang yang telah diperoleh oleh guru. Latar belakang pendidikan seorang guru
akan mempengaruhi bagaimana guru akan berperilaku dalam melaksanakan
proses pembelajaran. Latar belakang pendidikan yang memadai merupakan
sebuah prasyarat mutlak bagi seorang guru agar dapat melaksanakan tugasnya
dengan baik. Guru dengan kesesuaian latar belakang pendidikan keguruan lebih
mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah. Karena dia sudah dibekali
dengan seperangkat teori sebagai pendukung pengabdiannya.
3. Pengalaman Mengajar
Walker (1997) mengatakan pengalaman adalah hasil dari proses mengalami
oleh seseorang yang mempengaruhi terhadap informasi yang diterima.
Pengalaman akan menjadi dasar terhadap pembentukan pandangan individu untuk
memberikan tanggapan dan penghayatan. Middlebrook (1974) menambahkan
bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali terhadap suatu objek secara
psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut. Bagi
orang yang telah lama menggeluti suatu pekerjaan akan lebih terampil dan
cenderung menghasilkan suatu hasil yang lebih baik daripada orang yang baru.
Pengalaman mengajar guru juga bisa mempengaruhi kompetensi profesional
guru. Menurut Supriadi (1999) bahwa profesionalisme guru merupakan hasil dari
profesionalisasi yang dijalaninya secara terus menerus. Artinya semakin lama
seseorang menekuni profesi sebagai seorang guru akan samakin tinggi juga
tingkat profesionalismenya,begitu juga sebaliknya.Pengalaman mengajar disini
adalah masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik tertentu
sesuai dengan surat tugas dari lembaga yang berwenang dapat dari pemerintah
atau kelompok masyarakat penyelenggara pendidikan. Pengalaman mengajar
merupakan suatu hal yang akan dijadikan perhatian yang tidak kalah pentingnya
dalam menentukan kompetensi seorang guru. Guru yang berpengalaman akan
merasa lebih muda menghadapi masalah masalah di sekolah.
Pengalaman mengajar dalam penelitian ini adalah masa kerja guru dalam
melaksanakan tugas sebagai pendidik dalam hal-hal yang dialami dalam mengajar
dan berkaitan dengan nilai-nilai kompetensi guru. Semakin berpengalaman guru
mengajar maka kompetensi guru dalam mengajar juga baik. Pengalaman mengajar
dalam penelitian ini diukur berdasarkan lamanya (jumlah tahun) mengajar sebagai
guru di SMA yang dimulai setelah selesai kuliah.
4. Status Kepegawaian Guru
Dalam kamus bahasa Indonesia Status adalah keadaan atau kedudukan
(orang, badan, dan sebagainya) dalam hubungan dengan masyarakat di
sekelilingnya. Pegawai adalah orang yang bekerja pada pemerintah (perusahaan);
sekelompok orang yang bekerja sama membantu seorang direktur, ketua,
mengelola sesuatu. Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

12
Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999 tentang pokok-pokok kepegawaian
menyatakan bahwa Pegawai Negeri Sipil adalah setiap warga negara Republik
Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat
yang berwenang dan diserahi tugas yang lainnya, digaji berdasarkan peraturan
perundang-undang yang berlaku. Hasil dari penelitian Sholihah (2014),
membuktikan bahwa secara umum status kepegawaian (PNS-Non PNS ataupun
Sertifikasi-Non Sertifikasi) tidak berhubungan dengan kinerja guru. Meskipun ada
satu pola ditemukan bahwa ketika kinerja guru dinilai oleh diri guru sendiri
hasilnya signifikan. Artinya bahwa guru tersertifikasi kinerjanya lebih baik dari
guru yang belum sertifikasi.
Dalam penelitian ini status kepegawain guru digolongkan menjadi dua yakni
guru PNS dan Guru honorer. Guru PNS adalah guru tetap yang diangkat sebagai
Pegawai Negeri Sipil oleh Pemerintah dan / atau Pemerintah daerah berdasarkan
Peraturan perundang - undangan yang berlaku. Guru honorer adalah pegawai yang
tidak (atau belum) diangkat sebagai pegawai tetap atau setiap bulannya menerima
honor.
5. Pelatihan
Pelatihan merupakan mekanisme dalam mengembangkan kecakapan
seseorang untuk meningkatkan sumber daya manusia. Pelatihan menurut
Sukmadinata, (2001) adalah: ”Proses pendidikan jangka pendek yang
menggunakan prosedur yang sistematis dan terorganisasi. Pelatihan menurut
Walker (1997), Pelatihan merupakan praktek pengembangan sumber daya
manusia yang difokuskan kepada hasil identifikasi, asesmen, dan melalui proses
pembelajaran yang terencana untuk membantu mengembangkan kompetensi
seperti pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dibutuhkan individu atau
kelompok dalam melaksanakan pekerjaan tertentu.
Menurut Hamalik (2000) pengertian pelatihan adalah suatu proses yang
meliputi serangkaian tindak dan upaya yang dilaksanakan dengan sengaja dalam
bentuk pemberian bantuan kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga
profesional kepelatihan dalam satuan waktu yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan kerja peserta dalam bidang tertentu guna meningkatkan efektivitas
dan produktivitas dalam suatu organisasi.
Peningkatan kompetensi guru dapat dilakukan melalui program pelatihan.
Pelatihan secara umum diartikan sebagai kegiatan untuk memperbaiki
penguasaaan berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu dalam
waktu yang sangat singkat. Mengingat tugas guru begitu berat maka perlunya
guru untuk selalu diperbaharui pengetahuan, wawasan, keterampilannya menuju
kepada pengembangan profesi yang diharapkan. Hasil penelitian Joprison (2009)
di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Kecamatan Gunung Toar Kabupaten
Kuantan Singingi, menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
pelatihan dengan kompetensi, sedangkan antara pelatihan dengan indikatorindikator kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional terdapat hubungan
yang signifikan. Dalam penelitian Jawing (2010) di Sekolah Menengah Atas