Kajian Sistem Antrian Angkutan dan Pembongkaran Tebu di PT Gunung Madu Plantations, Lampung

KAJIAN SISTEM ANTRIAN ANGKUTAN DAN
PEMBONGKARAN TEBU DI PT GUNUNG
MADU PLANTATIONS, LAMPUNG

GUNTUR ARIEF WICAKSONO

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi berjudul Kajian Terhadap
Sistem Antrian Angkutan dan Pembongkaran Tebu di PT Gunung Madu
Plantations, Lampung adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014
Guntur Arief Wicaksono
NIM H24100146

ABSTRAK
GUNTUR ARIEF WICAKSONO. Kajian terhadap Sistem Antrian Angkutan dan
Pembongkaran Tebu di PT Gunung Madu Plantations, Lampung. Di bawah
bimbingan H. MUSA HUBEIS
Tebu merupakan tanaman yang bersifat perishable atau tanaman yang
mudah rusak (rendemen mudah turun), yaitu rendemen tebu terus turun apabila
tidak segera diproses, walaupun telah ditebang. Kesegaran merupakan salah satu
faktor yang dapat memengaruhi penurunan rendemen tebu. Antrian pada pos
pembongkaran angkutan tebu menjadi permasalahan, karena menunda waktu
penggilingan tebu. Antrian timbul akibat pola kedatangan angkutan yang acak
(random). Tujuan penelitian ini : (1) Mengidentifikasi sistem pembongkaran
angkutan tebu di PT Gunung Madu Plantations (GMP), (2) Mengidentifikasi
model antrian yang diterapkan di PT GMP, dan (3) Menganalisis model antrian
yang seharusnya pada proses pembongkaran angkutan tebu di PT GMP agar

terlaksana secara optimal. Metode yang digunakan adalah simulasi antrian
berdasarkan waktu kedatangan angkutan dan waktu bongkar tiap angkutan. Data
yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data populasi angkutan tebu selama
satu hari. Hasil penelitian pada sistem antrian pembongkaran angkutan tebu di PT
GMP menunjukkan bahwa nilai total waktu tunggu, total waktu dalam sistem,
total idle time, ( ), (L), (Lq), (W), (Wq), dan probability server idle (Po) pada
hasil simulasi lebih baik daripada pada kondisi realisasi. Hal tersebut
menunjukkan bahwa sistem antrian pada pos pembongkaran angkutan tebu di PT
GMP masih dapat dioptimalkan sehingga menurunkan potensi penurunan
rendemen tebu 5%-25%.
Kata kunci: angkutan, pembongkaran, sistem antrian, tebu.

ABSTRACT
GUNTUR ARIEF WICAKSONO. Study on Transport and Offloading System
Queue Cane PT Gunung Madu Plantations, Lampung, Under the guidance of H.
MUSA Hubeis
Sugarcane is a perishable crops (yield easily down). The yield of sugarcane can
be kept down if not immediately in the process although it has been cut down.
Freshness is one of the factors that can affect a decrease in the yield of sugarcane.
Queue at the post demolition transport sugar cane to the problem, because the

delay time of grinding sugar cane. Queue transport arising from random arrival.
The purpose of this study : (1) Identify the demolition system in PT Gunung Madu
Plantations (GMP) transport cane, (2) Identify the queuing model implemented in
PT GMP, and (3) to analyze the queuing model that should be in the process of
dismantling transport cane to PT GMP order to ensure an optimum. The method
used is based on the time of arrival queuing simulation transport and unloading
time for each transport. The data used are secondary data, that is data transport
sugarcane population for one day. The results of research on the sugarcane
transport disassembly queuing system in PT GMP indicates that the value of the
total waiting time, total time in the system, the total idle time, ( ), (L), (Lq), (W),
(Wq), and the probability the server idle (Po) on the simulation results better than
the actual condition. It shows that the queuing system on dismantling the postal
transport cane to PT GMP still can be optimized so that the lower the potential
decrease in the yield of sugarcane 5% -25% .
Keywords :demolition,queueing system, sugar cane, transportation

KAJIAN SISTEM ANTRIAN ANGKUTAN DAN
PEMBONGKARAN TEBU DI PT GUNUNG
MADU PLANTATIONS, LAMPUNG


GUNTUR ARIEF WICAKSONO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Kajian Sistem Antrian Angkutan dan Pembongkaran Tebu di PT
Gunung Madu Plantations, Lampung
Nama
: Guntur Arief Wicaksono
NIM
: H24100146


Disetujui oleh

Prof Dr Ir H Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing, DEA
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Mukhamad Najib, S.TP, MM
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat diselesaikan
Skripsi berjudul Kajian terhadap Sistem Antrian Angkutan dan Pembongkaran
Tebu di PT Gunung Madu Plantations, Lampung. Skripsi ini disusun sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen
Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Prof.Dr.Ir.H. Musa Hubeis,
MS, Dipl.Ing, DEA selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan,
motivasi dan saran, sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan dengan baik. Ucapan
terima kasih penulis haturkan kepada kedua orang tua tercinta (Bagyo dan
Darminiatun), kakak dan adik tersayang (Ika Yuliastuti dan Rizky Pratiwi), serta
seluruh keluarga atas dukungan, doa dan kasih sayang yang telah diberikan
kepada penulis. Terima kasih kepada Departemen Manajemen, termasuk kepada
Dosen-dosen, Tata Usaha dan lain lain atas bantuannya selama tiga tahun penulis
menuntut ilmu, serta tidak lupa terimakasih teman-teman Manajemen IPB 47 atas
semangat dan dukungan selama ini. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat dan
penulis memohon maaf apabila masih terdapat kekurangan dalam penulisan
skripsi ini.

Bogor, Juni 2014
Guntur Arief Wicaksono

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii


DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2


Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

Ruang Lingkup Penelitian

3

TINJAUAN PUSTAKA

3

Tebu

3


Penebangan dan Pengangkutan Tebu

3

Teori Antrian

4

Konsep Dasar Antrian

4

Sistem dan Parameter

4

Penelitian Terdahulu yang Relevan

5


METODE

6

Kerangka PemikiranPenelitian

6

Lokasi dan Waktu Penelitian

7

Pengumpulan Data

7

Pengolahan dan Analisis Data

8


HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Sistem Pembongkaran Angkutan Tebu di PT GMP

9
9

Pengolahan Data

10

Hasil Simulasi

14

Pembahasan

17

Implikasi Manajerial

20

SIMPULAN DAN SARAN

20

DAFTAR PUSTAKA

21

LAMPIRAN

23

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Data produksi tebu di PT GMP tahun 2011-2013
Hasil uji distribusi poisson truk bak terbuka
Hasil uji distribusi eksponensial truk bak terbuka
Hasil uji distribusi poisson truk bak tertutup
Hasil uji distribusi eksponensial truk bak tertutup
Hasil uji distribusi poisson traktor
Hasil uji distribusi eksponensial traktor
Hasil pengolahan data antrian pembongkaran ngkutan

1
12
12
13
13
13
14
16

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Sistem dasar antrian
Distribusi kedatangan pelanggan dan interval waktu tetap
Kerangka pemikiran
Hasil uji keseragaman data truk bak terbuka
Hasil uji keseragaman data truk bak tertutup
Hasil uji keseragaman data traktor
Data jumlah tebu di Pabrik
Diagram Ishikawa

5
5
7
10
11
11
17
19

DAFTAR LAMPIRAN
1. Data realisasi 18 April 2013
2. Daftar pertanyaan wawancara

23
43

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman Tebu (Saccharum Officanarum L) merupakan tanaman
perkebunan semusim yang didalam batangnya terdapat zat gula. Oleh karena itu
tebu menjadi bahan baku untuk menghasilkan gula. Menurut Weekes (2004), tebu
merupakan tanaman dengan kepadatan yang rendah (low density) dan bersifat
perishable, yaitu tanaman yang mudah rusak (rendemen mudah turun). Rendemen
gula adalah kadar gula yang terkandung dalam tebu. Jumlah rendemen tebu adalah
sekitar 10% dari seluruh komponen tebu. Rendemen tersebut dapat turun ketika
tebu sudah mencapai rendemen gula tertinggi dan akan terus menurun walaupun
tebu telah ditebang.
Dalam proses produksi gula terdapat tiga aktivitas penting yang dilakukan,
yaitu penanaman tebu, penebangan dan pengangkutan tebu, serta pengolahan tebu.
Ketiga tahapan tersebut saling berkaitan satu sama lain sehingga jika ada tahapan
yang bermasalah akan mengakibatkan terhambatnya tahapan yang lain. Tebang
dan angkut tebu menjadi kunci perusahaan dalam menjaga tingkat kesegaran tebu.
Kesegaran tebu merupakan salah satu faktor yang memengaruhi mutu rendemen
gula selain varietas tebu, tanah dan penyemprotan Zulphur, Phosphat & Kalium
(ZPK), sehingga apabila setelah tebu ditebang dan tidak segera diproses di pabrik,
rendemen gula dalam tebu dapat terus menurun 5%-25%. Batas maksimal waktu
tunggu tebu untuk diproses 2x24 jam.
PT Gunung Madu Plantations (PT GMP) merupakan salah satu produsen
gula di Indonesia yang didirikan pada tahun 1975. PT GMP merupakan pelopor
usaha perkebunan dan pabrik gula di luar Jawa, khususnya Lampung. PT GMP
memiliki luas lahan 40.000 ha dengan luas kebun produksi 27.000 ha. PT GMP
membagi lahannya menjadi tujuh divisi perkebunan, dimana masing masing divisi
diberi target produksi tebu sesuai dengan kematangan tebu di kebun, medan, dan
jarak tempuh, agar target produksi harian dapat terpenuhi. Tabel 1 merupakan data
produksi tebu di PT GMP selama tiga tahun terakhir.
Tabel 1 Data produksi tebu di PT GMP tahun 2011 - 2013
Tahun

2011
2012
2013

Luas lahan PT
GMP (ha)

Jumlah tebu
(ton)

Luas
Lahan
Mitra (ha)
27.382,32
2.068.045,36 3.150,59
26.385,73
2.071.026,75 3.336,06
26.821,44
2.190.597,33 4.391,38
Rataan Jumlah Tebu per Hari

Jumlah
Tebu Mitra
(ton)
267.800,2
283.565,1
373.267,3

Total (ton)

2.335.845,51
2.354.591,85
2.563.864,63
15.019,26

Sumber : PT Gunung Madu Plantations 2014
Alat angkutan tebu di PT GMP dibedakan menjadi tiga macam sesuai
dengan tempat pembongkarannya, yaitu traktor, truk bak terbuka dan truk bak
tertutup. Waktu kedatangan angkutan bersifat acak (random) mengakibatkan
timbul antrian pada proses pembongkaran. Menurut Siagian (1987), antrian adalah
garis tunggu nasabah yang menunggu untuk dilayani oleh satu atau lebih
pelayanan (fasilitas). Antrian yang terlalu panjang dapat menurunkan produktifitas

2

perusahaan, karena memungkinkan tidak tercapainya target produksi karena
angkutan tidak dapat mengantar seluruh tebu yang telah di panen menuju pabrik
karena lama menunggu. Selain itu, waktu tunggu yang terlalu lama dapat
menyebabkan tebu yang telah di panen menurun kadar rendemen gulanya.
Menurut Prawirosentono (2005), Teori antrian atau queueing theory adalah
teori yang membahas tentang seluk beluk antrian yang dilakukan oleh orang atau
benda atas kehendak manusia. Antrian timbul akibat adanya kesenjangan antara
kebutuhan pelayanan yang lebih besar dibandingkan fasilitas pelayanan yang
tersedia. Model teori antrian dapat diterapkan untuk mengukur kinerja pelayanan
pembongkaran angkutan di PT GMP. Ukuran yang digunakan dalam perhitungan
model teori antrian adalah waktu kedatangan dan waktu pembongkaran angkutan.
Waktu kedatangan terdistribusi Poisson dan lama pelayanan terdistribusi
eksponensial (M/M/S) (Utami 2009). Distribusi tersebut dibutuhkan untuk
mengukur kinerja sistem (Schwarz 2006). Hasil perhitungan model teori antrian
dapat dijadikan solusi pada masalah pola kedatangan dan waktu pembongkaran
angkutan pada PT GMP sehingga perusahaan dapat mengoptimalkan sistem
transportasi tebu.
Perumusan Masalah
PT GMP dipilih sebagai lokasi penelitian, karena memiliki areal sangat
luas dan melakukan pembagian areal menjadi divisi-divisi yang diberi target
produksi tebu berbeda berdasarkan kematangan tebu, medan dan jarak tempuh
kebun ke pabrik. Selain itu PT GMP memiliki tiga jenis angkutan tebu, yaitu
traktor, truk bak terbuka dan truk bak tertutup sesuai dengan pos
pembongkarannya.
PT GMP memiliki sistem produksi harian sesuai dengan kapasitas giling
pabrik. Kegiatan tebang dan angkut tebu menuju pabrik tidak sesuai dengan
penjadwalan akibat pola kedatangan angkutan yang acak, sehingga terjadi
keterlambatan dalam pembongkaran tebu. Keterlambatan dalam pelayanan dapat
menimbulkan antrian (Triadmodjo 2007). Permasalahan dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana sistem pembongkaran angkutan tebu di PT GMP ?
2. Bagaimana model antrian yang terjadi pada PT GMP ?
3. Bagaimana model antrian optimal seharusnya pada saat pelayanan
pembongkaran angkutan tebu di PT GMP ?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini :
1. Mengidentifikasi sistem pembongkaran angkutan tebu di PT GMP.
2. Mengidentifikasi model antrian yang diterapkan di PT GMP.
3. Menganalisis model antrian yang seharusnya pada proses pembongkaran
angkutan tebu di PT GMP agar terlaksana secara optimal.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan informasi bagi
perusahaan dalam mengoptimalkan pelayanan pembongkaran angkutan tebu,

3

sehingga perusahaan dapat menjaga mutu rendemen tebu untuk meningkatkan
produktivitas produksi gula. Selain itu, penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak
lain sebagai sumber referensi dalam melakukan penelitian lebih lanjut.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini difokuskan untuk menganalisis kinerja model antrian proses
pembongkaran angkutan tebu di PT GMP, terutama terkait gambaran proses
pembongkaran angkutan yang menimbulkan antrian akibat pola kedatangan acak
dan pelayanan yang terlambat.

TINJAUAN PUSTAKA
Tebu
Tanaman tebu merupakan tanaman setahun yang termasuk family
Graminae dan tumbuh optimal di khatulistiwa pada 39o LU – 35o LS dengan suhu
rataan 21oC. Tebu umumnya dibudayakan sebagai bahan baku utama pembuatan
gula pasir, karena batangnya dapat mengandung sekitar 10% gula sukrosa,
tergantung dari jenis tebu, keadaan tanaman, cara pemeliharaan, dan tingkat
kemasakan tebu. Tanaman tebu yang masak akan menunjukkan indikasi berupa
daun yang mengering dan berhentinya pertumbuhan tinggi. Hal ini dapat terjadi
karena meningkatnya kadar gula dalam tebu, sementara kadar air (KA) semakin
berkurang (Mochtar 1982).
Menurut Weekes (2004), tebu merupakan tanaman dengan kepadatan yang
rendah (low density) dan bersifat perishable, yaitu tanaman yang mudah rusak
(rendemen mudah turun). Oleh karena itu, tebu harus segera diangkut dari kebun
menuju pabrik untuk diolah tanpa harus mengakibatkan kerusakan pada struktur
tanah dan tebu. Pengiriman tebu harus memenuhi kapasitas produksi pabrik
selama 24 jam/hari tanpa menyebabkan kelebihan stok.
Menurut Mochtar (1982), jumlah kehilangan gula sejak dipanen sampai
produk jadi mencapai 5%–35%. Besarnya kehilangan tersebut tergantung pada
kriteria geografis (jarak kebun ke pabrik, topografi jalan dan kepadatan jalan) dan
teknologi yang digunakan (pengangkutan, pengolahan dan penebangan).
Kehilangan gula yang terjadi selama panen sampai giling pada kegiatan
transportasi mencapai 5%–25 % dan dapat menjadi lebih tinggi lagi.
Penebangan dan Pengangkutan Tebu
Penebangan adalah suatu kegiatan penyiapan tebu untuk diangkut ke
pabrik, dimana kegiatannya terdiri dari penebangan, pembersihan dari segala
kotoran dan penyiapan tebu ke tempat pengangkutan. Penebangan pada waktu
yang tepat dan pengangkutan dilakukan secepat mungkin untuk digiling
merupakan suatu usaha mencapai hasil perasan sirup yang tinggi, proses
pengolahan yang lancar dan kristal gula dengan mutu tinggi (Notojoewono 1984).
Pengangkutan diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari
tempat asal ke tempat tujuan. Dalam hubungan itu terlihat tiga hal, yakni ada
muatan yang diangkut, tersedia kendaraan sebagai alat angkutannya dan ada jalan

4

yang dapat dilalui. Proses pengangkutan merupakan gerakan dari tempat asal, dari
mana kegiatan angkutan dimulai ke tempat tujuan dan kegiatan pengangkutan
diakhiri (Siregar 1999).
Transportasi merupakan suatu kegiatan kompleks, karena banyak faktor
yang memengaruhi kegiatan ini, sehingga pemecahannya membutuhkan perhatian
yang lebih lanjut guna didapatkannya efisiensi kerja optimum dan jaringan kerja
lebih efektif. Penentuan jumlah armada transportasi yang tepat akan mengurangi
waktu yang hilang. Kehilangan waktu operasi menyebabkan terjadinya penundaan
waktu penggilingan, sehingga akan menurunkan mutu tebu dan kuantitas nira
yang dihasilkan (Mochtar 1982).
Teori Antrian
Konsep Dasar Antrian
Teori antrian atau queueing theory adalah teori yang membahas tentang
seluk beluk antri yang dilakukan oleh orang atau benda atas kehendak manusia.
Antrian timbul akibat adanya kesenjangan antara kebutuhan pelayanan yang leih
besar dibandingkan fasilitas pelayanan yang tersedia. Dalam hal ini disiplin yang
harus ditaati oleh para peserta antrian adalah bahwa yang datang lebih dulu akan
memperoleh pelayanan lebih dulu. Maka dalam teori antrian berlaku suatu disiplin,
yaitu First Come First Serve (FCFS). Antrian akan berjalan baik, apabila disiplin
tersebut dilakasanakan oleh seluruh peserta antrian (Prawirosentono 2005).
Tujuan dari model antrian adalah peminimuman, sekaligus dua jenis biaya,
yaitu biaya langsung untuk menyediakan pelayanan dan biaya individu yang
menunggu untuk memperoleh pelayanan. Perbedaan antara jumlah permintaan
terhadap fasilitas pelayanan dan kemampuan fasilitas untuk melayani
menimbulkan dua konsekuensi logis, yaitu timbulnya antrian dan timbulnya
pengangguran kapasitas. Antrian panjang karena fasilitas pelayanan lebih rendah
daripada jumlah pemakainya, sehingga memunculkan Garis Tunggu sehingga
yang antri berada dalam garis tunggu dan akan menanggung opportunity cost
(negatif). Di sisi lain, penyediaan kapasitas pelayanan yang terlalu berlebihan,
sehingga penggunaan fasilitas rendah, akan menaikkan biaya tetap rataan. Oleh
karena itu, kedua jenis biaya tersebut perlu diminimumkan (Siswanto 2007).
Sistem dan Parameter
Siswanto (2007) memberikan gambaran mengenai terbentuknya antrian
atau garis tunggu seperti yang terdapat pada Gambar 1. Ketika fasilitas pelayanan
sedang sibuk untuk melayani pelanggan, maka setiap pelanggan yang baru datang
harus menunggu untuk memperoleh giliran untuk dilayani. Sekali pelanggan
selesai dilayani, maka pelanggan tersebut akan keluar dari sistem, dimana fasilitas
yang kosong akan segera diisi oleh pelanggan yang sudah menunggu di dalam
garis tunggu.

5

Populasi
Pelangan

Tingkat
Kedatangan,
Pelayanan
dan(Siswanto
Proses Poisson
Gambar
1. Sistem
antrian dasar
2007)
Dengan demikian, ada dua peubah yang memengaruhi pembentukan garis
tunggu. Pertama, Tingkat kedatangan pelanggan dengan notasi umum , kedua
tingkat pelayanan pelanggan dengan notasi umum . Semakin besar , maka
kemungkinann pembentukan garis tunggu akan semakin besar. Oleh karena itu,
secara rasional asumsi > perlu dibuat, agar ada jaminan proses tidak berhenti
karena ada kelebihan permintaan (Siswanto 2007).
Pola kedatangan adalah penggambaran cara individu-individu dari suatu
populasi memasuki sistem. Individu-individu mungkin datang dengan laju
kedatangan konstan atau juga secara acak. Tingkat kedatangan pelanggan pada
suatu antrian biasanya terbagi menjadi beberapa interval. Interval merupakan
pembagian waktu pada suatu antrian yang biasa digunakan untuk mengetahui
distribusi kedatangan pelanggan dalam waktu tertentu dan sama. Dalam hal ini,
kedatangan pelanggan secara acak pada masing-masing interval waktu tetap
dalam kurun waktu yang tidak terputus disebut sebagai distribusi atau proses
Poisson. Gambar 2 menunjukkan ilustrasi dari distribusi kedatangan pelanggan
dalam interval waktu tetap dalam suatu kurun waktu tertentu (Siswanto 2007).
I1
t0

I2

I3

I4

I5

t1
t2
t3
t4
Gambar 2. Distribusi kedatangan pelanggan dan interval waktu tetap
(Siswanto, 2007)

t5

Tingkat pelayanan ( ) adalah jumlah unit yang dapat dilayani per satuan
waktu. Tingkat pelayanan dapat berpola konstan dan acak. Mengingat pola
kedatangan mengikuti distribusi Poisson, namun distribusi pola pelayanan tidak
jelas sehingga untuk menyederhanakan pemecahan masalahnya dianggap sebagai
pola pelayanan mengikuti distribusi eksponensial (Prawirosentono 2005).
Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Fathonny (2013) dengan judul penelitian Analisis Penerapan Teori Antrian
Pada Sistem Penambatan Kapal Pelabuhan PT Pelindo II Cabang Tanjung Priok
membahas pehitungan kinerja pelayanan pelabuhan untuk mendukung proses
pengambilan keputusan guna meningkatkan mutu pelayanan dan memenuhi
permintaan di masa mendatang dengan menentukan sistem antrian pelayanan yang
seharusnya diterapkan pada pelabuhan Tanjung Priok dengan metode simulasi

6

antrian. Tujuan penelitian secara umum adalah meningkatkan mutu pelayanan
sistem penambatan kapal pelabuhan PT Pelindo II cabang Tanjung Priok.
Simulasi dilakukan berdasarkan waktu kedatangan dan lama pelayanan yang
sebenarnya. Berdasarkan hasil simulasi diperoleh waktu tunggu dalam sistem
(Ws), waktu tunggu dalam antrian (Wq) dan total waktu tunggu (Wt) yang jauh
lebih baik daripada kondisi realisasi. Selain itu, diperoleh juga utilitas sistem dari
setiap dramaga di bawah angka 89%. Hal tersebut didukung juga dengan nilai Po
yang lebih rendah daripada kondisi realisasi.
Ghazali (2011) dengan judul penelitian Kajian Pelayanan Ticketing di The
Jungle Waterpark Bogor membahas mengenai kinerja mutu pelayanan ticketing di
The Jungle Waterpark untuk meningkatkan kepuasan pengunjung. Tujuan dalam
penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi model antrian yang digunakan The
Jungle Waterpark selama ini dan untuk (2) menganalisis sistem antrian di bagian
ticketing untuk menghasilkan solusi optimal selama jam sibuk. Pada kondisi yang
sudah ada, rataan kecepatan kedatangan pengunjung ( ) oleh server 135
pengunjung per jam dan rataan kecepatan pelayanan ( ) oleh server adalah
sebesar 76 pengunjung per jam. Tingkat penggunaan sistem adalah 0,89 persen
dari waktu kerja karyawan tersebut. Pengunjung yang mengantri di loket The
Jungle Waterpark rataan mendapatkan waktu tunggu selama176,94 detik atau
2,95 menit dan terdapat 7 (tujuh) orang pengunjung yang menunggu dalam antrian.
Waktu yang dihabiskan pengunjung dalam sistem adalah 224,31 detik atau sekitar
3,74 menit. Rataan waktu pelayanan yang diberikan oleh The Jungle Waterpark
adalah 47,50 detik.

METODE
Kerangka Pemikiran Penelitian
Penanganan tebu paska panen menjadi faktor penting dalam menentukan
mutu rendemen tebu. Penurunan rendemen tebu paling banyak terjadi pada proses
tebang hingga penggilingan tebu. Penurunan rendemen tersebut diakibatkan oleh
keterlambatan tebu untuk digiling yang mengakibatkan tebu rusak (Kuspratomo et
al. 2012). Rendemen tebu dapat turun hingga 35% dari saat tebang hingga akhir
pengolahan gula.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja proses pembongkaran
angkutan tebu di PT GMP. Analisis yang dilakukan menggunakan metode
simulasi model antrian berdasarkan waktu kedatangan angkutan dan waktu
pembongkaran angkutan. Hasil dari simulasi tersebut kemudian dibandingkan
dengan kondisi model antrian yang sebenarnya terjadi di PT GMP. Penelitian ini
diharapkan dapat menjadi masukan bagi perusahaan untuk mengoptimalkan
proses pembongkaran tebu, sehingga dapat meminimalisir lamanya waktu tunggu
angkutan untuk menunggu dibongkar. Kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat
pada Gambar 3.

7

PT Gunung
Madu Plantation
Kondisi aktual pada pos
pelayanan pembongkaran
angkutan tebu

Masih ada waktu tunggu yang
menandakan adanya antrian

Identifikasi model antrian yang
diterapkan

Menghitung kinerja sistem antrian
dengan metode simulasi antrian

Bandingkan kinerja realisasi
dengan hasil perhitungan simulasi

Rekomendasikan untuk perbaikan
sistem pembongkaran angkutan
Peningkatan mutu pelayanan
pembongkaran angkutan tebu

Gambar 3 Kerangka pemikiran penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di areal perkebunan PT GMP, Lampung
Tengah, Lampung. Waktu penelitian akan dilaksanakan di PT GMP selama lima
bulan mulai bulan Agustus sampai bulan Desember 2013. Pemilihan waktu
tersebut didasarkan pada masa giling/produksi yang hanya dilaksanakan pada
bulan April hingga bulan September.
Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dengan cara pengamatan
langsung pada obyek penelitian di PT GMP. Data primer yang dikumpulkan
adalah mengenai kegiatan operasional proses pasca panen tebu mulai dari
penebangan tebu hingga tebu masuk ke pabrik. Data sekunder adalah data yang
diperoleh dari dokumen yang dibuat PT GMP dan literatur yang terkait dengan
penelititan. Dokumen perusahaan yang diambil dan digunakan sebagai acuan dan
referensi dalam penelitian adalah program tebang angkut tebu, pedoman prosedur
dan pelaksanaan program tebang angkut tebu, data kapasitas produksi pabrik,
serta data operasional rekaman pelayanan pembongkaran angkutan tebu.
Teknik pengambilan data adalah dengan mengambil semua data populasi
angkutan tebu selama satu hari. Data yang diambil berupa rekaman waktu
kedatangan angkutan tebu di pabrik dan waktu pelayanan masing masing
angkutan. Alasan menggunakan data populasi agar hasil penelitian dapat

8

menggambarkan keadaan kinerja sistem pelayanan pembongkaran angkutan yang
sebenarnya dan menentukan apakah masih bisa dilakukan perbaikan atau tidak.
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh akan diukur kinerjanya dengan metode simulasi
antrian, kemudian hasilnya dibandingkan dengan kondisi realisasi. Pengolahan
data dengan metode simulasi antrian dilakukan secara manual dengan bantuan
program Microsoft Excell 2007. Menurut Russel dan Taylor (2006) dalam
mengukur kinerja model antrian terdapat sembilan aspek yang dibandingan,
yaitu :
1. Total waktu tunggu (waiting time)
2. Total waktu dalam sistem
3. Total waktu idle (Pos pelayanan pembongkaran kosong)
4. Tingkat kemungkinan semua server kosong (Po)
Po = 1 5. Tingkat utilitas sistem ( )
= /n
6. Rataan jumlah angkutan dalam sistem (L)
L = /( - )
7. Rataan jumlah angkutan dalam antrian (Lq)
Lq = n/( *( - ))
8. Rataan waktu yang dihabiskan dalam sistem (W)
W = 1/( - )
9. Rataan waktu yang dihabiskan dalam antrian (Wq)
Wq = /( *( - ))
Keterangan :
= Tingkat kedatangan angkutan per detik
= Tingkat pelayanan angkutan per detik
n = Jumlah server/fasilitas pelayanan
Hal yang diukur tersebut tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
dalam memperbaiki sistem antrian hanya mencari model antrian yang sesuai
untuk kasus yang diteliti (Sugito 2009). Sebelum data tersebut disimulasikan,
dilakukan pengujian data terlebih dahulu untuk mengetahui apakah data yang
digunakan sesuai dengan asumsi model baku atau tidak. Pengujian yang dilakukan
adalah uji keseragaman data pada waktu pelayanan pembongkaran dengan
bantuan program Minitab versi 16 dan Uji distribusi data wakt kedatangan dan
waktu pelayanan dengan bantuan program Statistical Package for Social Science
(SPSS). Setelah data yang diuji memenuhi model asumsi baku, data disimulasikan
untuk mengetahui apakah kinerja sistem model antrian di PT GMP masih dapat
dioptimalkan atau tidak.

9

HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Sistem Pembongkaran Angkutan Tebu di PT GMP
PT GMP memiliki lahan produksi seluas 27.000 hektar. Lahan tersebut
dibagi menjadi tujuh wilayah, yaitu Divisi I, Divisi II, Divisi III, Divisi IV, Divisi
V, Divisi Vi dan Divisi VII. Untuk mengangkut tebu dari setiap lahan tersebut
digunakan tiga jenis alat angkutan, yaitu Truk bak Terbuka, Truk Bak Tertutup
dan Traktor. Selain itu, tebu yang diolah oleh PT GMP juga berasal dari mitra
yang semuanya diangkut menuju pabrik menggunakan Truk Bak Tertutup (kecil).
Sistem produksi PT GMP disesuaikan dengan kapasitas giling pabrik dan
jumlah tebu yang tersedia. Setiap harinya masing-masing divisi diberikan target
untuk mengantarkan tebu menuju pabrik untuk diolah sesuai dengan jarak tempuh
kebun menuju pabrik. PT GMP terus meningkatkan kemampuan produksinya
secara bertahap dan saat ini pabrik mempunyai kapasitas giling 11.000-15.000
ton/hari. Waktu kedatangan angkutan yang tidak dapat dipastikan mengakibatkan
timbulnya antrian pada saat proses pembongkaran angkutan tebu. Hal tersebut
mengakibatkan meningkatnya waktu tunggu tebu untuk segera diolah di pabrik
mengingat sifat tebu yang perishable, kadar rendemen tebu mudah turun,
sehingga mampu mengurangi produktifitas perusahaan.
Parameter yang digunakan dalam mengukur kinerja pada proses
pembongkaran tebu adalah waktu tunggu yang dialami angkutan untuk dibongkar.
Faktor-faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah ketidakpastian waktu
kedatangan angkutan dan lama pembongkaran angkutan. Dengan jarak tempuh
yang berbeda-beda dan medan yang sulit, maka waktu kedatangan angkutan
sering tidak beraturan. Angkutan bisa datang secara bersamaan, sehingga
menimbulkan antrian untuk di bongkar. Selain itu waktu pelayanan
pembongkaran juga menjadi peubah, karena tergantung pada kesiapan alat dan
jumlah muatan pada angkutan.
Pada PT GMP terdapat dua jenis model antrian pada proses pembongkaran
tergantung pada jenis angkutannya, yaitu Single Channel Single Phase (SCSP)
dan Multi Channel Single Phase (MCSP). SCSP untuk angkutan truk bak terbuka,
sedangkan MCSP untuk truk bak tertutup dan traktor. MCSP terbagi menjadi dua,
yaitu dua channel untuk truk bak tertutup dan terdapat tiga channel untuk traktor.
Sebelum dibongkar setiap angkutan akan melakukan proses pengambilan tiket dan
penimbangan berat kotor, setelah itu menuju tempat pembongkaran masing
masing. Lama bongkar setiap angkutan berbeda-beda namun hampir sama karena
muatan pada setiap angkutan yang sejenis hampir sama.
Pada dasarnya tidak ada aturan yang jelas dalam pelaksanaan proses
pembongkaran, karena angkutan yang sudah masuk area pabrik hanya diatur oleh
petugas lapang. Petugas tersebut yang memerintahkan angkutan mana yang masuk
terlebih dahulu untuk dibongkar, walapun dasarnya adalah yang dilayani adalah
yang datang terlebih dahulu first in first out (FIFO). Dalam hal ini bergantung
pada kemampuan kapasitas giling pabrik dan target per divisi, maka jumlah
populasi yang menjadi input dalam sistem antrian pembongkaran angkutan tebu
ini bersifat terbatas setiap harinya. Jadi apabila sudah mencapai kapasitas
maksimal giling pabrik, maka angkutan tidak dipersilahkan masuk untuk antri
dibongkar.

10

Pengolahan Data
1. Uji Keseragaman data
Uji keseragaman data dengan control chart dimaksudkan untuk menguji
tingkat kewajaran kedatangan yang dimiliki atau dapat dikatakan keseragaman
data. Uji keseragaman data dilakukan pada waktu pelayanan pembongkaran
pada tiap jenis angkutan tebu.
a. Truk Bak Terbuka
Hasil uji keseragaman data pada angkutan truk bak terbuka dapat dilihat
pada Gambar 4.

Gambar 4 Hasil uji keseragaman data pada truk bak terbuka

Berdasarkan control chart pada Gambar 4 terlihat bahwa data waktu
pelayanan pembongkaran angkutan truk bak terbuka masih berada diantara
batas atas (Upper Control Limit atau UCL = 64,80), batas bawah (Low
Control Limit atau LCL = 55,60) dan nilai tengah (mean = 60,20) yang
menandakan bahwa data tersebut layak atau seragam, karena data sesuai
dengan asumsi model baku.
b. Truk Bak Tertutup
Hasil uji keseragaman data pada angkutan truk bak terbuka dapat dilihat
pada Gambar 5

11

Gambar 5 Hasil uji keseragaman data pada truk bak tertutup
Berdasarkan diagram control chart pada Gambar 5 terlihat bahwa data
waktu pelayanan pembongkaran angkutan truk bak tertutup masih berada
diantara batas atas (UCL = 95,11), batas bawah (LCL = 81,31) dan nilai
tengah (mean = 88,21) yang menandakan bahwa data tersebut layak atau
seragam, karena data sesuai dengan asumsi model baku.
c. Traktor
Hasil uji keseragaman data pada angkutan traktor dapat dilihat pada
Gambar 6.

Gambar 6 Hasil uji keseragaman data pada traktor
Berdasarkan diagram control chart pada Gambar 6 terlihat bahwa data
waktu pelayanan pembongkaran angkutan traktor mayoritas masih berada
diantara batas atas (UCL = 391,5), batas bawah (LCL = -31,0) dan nilai
tengah (mean = 180,2), namun terdapat satu data yang melewati batas
UCL. Hal tersebut disebabkan oleh banyaknya traktor bermuatan besar
yang membutuhkan waktu pelayanan lebih lama datang secara bersamaan

12

di akhir periode. Jadi data tersebut masih dianggap layak, karena
mayoritas data sesuai dengan asumsi model baku.
2. Uji Distribusi Data
Uji distribusi data dilakukan untuk mengetahui apakah tingkat kedatangan
angkutan mengikuti distribusi Poisson dan waktu pelayanan mengikuti
distribusi eksponensial atau acak. Pengujian distribusi data dilakukan pada
masing-masing jenis angkutan tebu.
a. Truk Bak terbuka
Hasil perhitungan data waktu kedatangan angkutan terdistribusi Poisson
dapat dilihat pada Tabel 2 dan perhitungan data waktu pelayanan
pembongkaran dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 2 Hasil uji distribusi Poisson (One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test)
Tingkat kedatangan angkutan truk bak terbuka
N
9
Poisson Parametera..b
Mean
29,66667
Most Extreme Differences
Absolute
0,404
Positive
0,404
Negative
-0,365
Kolmogorof-Smirnov Z
1,213
Asymp. Sig. (2-tailed)
0,105

Test distribution is Poisson.
Tabel 3 Hasil uji distribusi eksponensial (One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test)
Waktu pelayanan pembongkaran truk bak terbuka
N
267
Poisson Parametera..b
Mean
60,20
Most Extreme Differences
Absolute
0,612
Positive
0,345
Negative
-0,612
Kolmogorof-Smirnov Z
10,001
Asymp. Sig. (2-tailed)
0,000

Test distribution Exponential.
Berdasarkan hasil uji pada Tabel 2, waktu kedatangan angkutan truk bak
terbuka terdistribusi Poisson dengan nilai nyata > 0,05, yaitu 0,105.
Sedangkan hasil uji pada Tabel 3 terlihat bahwa waklu pelayanan
pembongkaran truk bak terbuka tidak terdistribusi eksponensial, karena
nilai nyata < 0,05. Sesuai literatur yang telah disebutkan, waktu pelayanan
terdistribusi acak dan untuk mempermudah perhitungan dianggap
menyebar atau terdistribusi eksponensial.
b. Truk Bak Tertutup
Hasil perhitungan data waktu kedatangan angkutan terdistribusi Poisson
dapat dilihat pada Tabel 4 dan perhitungan data waktu pelayanan
pembongkaran dapat dilihat pada Tabel 5.

13

Tabel 4 Hasil uji distribusi Poisson (One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test)
Tingkat kedatangan angkutan truk bak tertutup
N
9
Poisson Parametera..b
Mean
13,2222
Most Extreme Differences
Absolute
0,188
Positive
0,132
Negative
-0,188
Kolmogorof-Smirnov Z
0,564
Asymp. Sig. (2-tailed)
0,908

Test distribution is Poisson.
Tabel 5 Hasil uji distribusi eksponensial (One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test)
Waktu pelayanan pembongkaran truk bak tertutup
N
119
Poisson Parametera..b
Mean
88,2101
Most Extreme Differences
Absolute
0,610
Positive
0,348
Negative
-0,610
Kolmogorof-Smirnov Z
6,651
Asymp. Sig. (2-tailed)
0,000

Test distribution Exponential.
Berdasarkan hasil uji pada Tabel 4, waktu kedatangan angkutan truk bak
tertutup terdistribusi Poisson dengan nilai nyata > 0,05, yaitu 0,908. Pada
Tabel 5 terlihat bahwa waklu pelayanan pembongkaran truk bak terbuka
tidak terdistribusi eksponensial, karena nilai nyata < 0,05. Sesuai literatur
yang telah disebutkan sebelumnya, waktu pelayanan terdistribusi acak dan
untuk mempermudah perhitungan dianggap menyebar atau terdistribusi
eksponensial.
c. Traktor
Hasil perhitungan data waktu kedatangan angkutan terdistribusi Poisson
dapat dilihat pada Tabel 6 dan perhitungan data waktu pelayanan
pembongkaran dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 6 Hasil uji distribusi Poisson (One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test)
Tingkat kedatangan angkutan traktor
N
9
Poisson Parametera..b
Mean
50,0000
Most Extreme Differences
Absolute
0,438
Positive
0,332
Negative
-0,438
Kolmogorof-Smirnov Z
1,315
Asymp. Sig. (2-tailed)
0,063

Test distribution is Poisson.

14

Tabel 7 Hasil uji distribusi eksponensial (One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test)
Waktu pelayanan pembongkaran traktor
N
424
Poisson Parametera..b
Mean
180,2467
Most Extreme Differences
Absolute
0,527
Positive
0,364
Negative
-0,527
Kolmogorof-Smirnov Z
10,855
Asymp. Sig. (2-tailed)
0,000

Test distribution Exponential.
Berdasarkan hasil uji pada Tabel 6, waktu kedatangan angkutan traktor
terdistribusi Poisson dengan nilai nyata > 0,05 yaitu 0,063. Pada Tabel 7
terlihat bahwa waklu pelayanan pembongkaran truk bak terbuka tidak
terdistribusi eksponensial, karena nilai nyata < 0,05. Sesuai literatur yang
telah disebutkan sebelumnya, waktu pelayanan terdistribusi acak dan
untuk mempermudah perhitungan dianggap menyebar atau terdistribusi
eksponensial.
Hasil Simulasi
Simulasi pada proses pembongkaran angkutan tebu didasarkan pada waktu
kedatangan angkutan di pabrik dan lama bongkar tiap angkutan. Pertama,
dilakukan pengelompokan data sesuai dengan jenis angkutan dan tempat
pembongkarannya, yaitu truk bak terbuka, truk bak tetutup dan traktor. Kemudian
diurutkan sesuai dengan waktu kedatangannya di tempat pembongkaran, lalu
dilakukan simulasikan berdasarkan waktu kedatangan dan lama bongkar tiap
angkutannya.
Simuasi menghasilkan informasi berupa waktu awal bongkar, akhir
bongkar, waktu tunggu (waiting time), waktu dalam sistem dan waktu tunggu alat
pembongkaran untuk melayani angkutan (idle time). Waktu awal bongkar
diperoleh dari waktu kedatangan angkutan tersebut apabila tidak terjadi antrian,
sedangkan apabila terjadi antrian maka waktu akhir bongkar angkutan sebelumnya
menjadi waktu awal bongkar. Waktu akhir bongkar diperoleh dengan
menambahkan waktu awal bongkar dengan lama bongkar angkutan tersebut.
Waktu tunggu diperoleh dengan cara mengurangi waktu akhir bongkar angkutan
sebelumnya dengan waktu awal bongkar angkutan selanjutnya, apabila terjadi
antrian, maka waktu tunggu sama dengan nol. Waktu dalam sistem diperoleh
dengan cara menambahkan waktu tunggu dengan lama bongkar tiap angkutan.
Sedangkan idle time diperoleh, apabila tidak terjadi antrian dengan mengurangi
waktu awal bongkar angkutan dengan waktu akhir bongkar angkutan sebelumnya.
Namun, apabila terjadi antrian, maka idle time sama dengan nol.
Perhitungan simulasi antrian yang dilakukan secara manual dengan
bantuan program Microsoft Excell 2007. Data yang dipergunakan adalah waktu
kedatangan angkutan dan lama pelayanan pembongkaran angkutan. Dilakukan
perhitungan kinerja sistem antrian pada kondisi realisasi dan pada kondisi
simulasi. Kinerja yang dihitung adalah total waktu tunggu, total waktu dalam
sistem, total waktu idle, rataan jumlah angkutan dalam sistem (L), rataan jumlah

15

angkutan dalam antrian (Lq), rataan waktu yang dihabiskan dalam sistem (W),
rataan waktu yang dihabiskan dalam antrian (Wq), utilitas sistem ( ), dan
probability idle time (Po). Kemudian dibandingkan antara kinerja realisasi dengan
simulasi. Hasil perhitungan simulasi antrian dapat dilihat pada Tabel 8.

16
16

Tabel 8 Hasil pengolahan data antrian pembongkaran angkutan di PT GMP
Hasil
Perhitungan
Tingkat kedatangan
angkutan per detik ( )
Tingkat pelayanan
pembongkaran angkutan
( )
Total waktu tunggu
(waiting time)
Total waktu dalam sistem
Total idle time
Utilisas sistem
Rataan jumlah angkutan
dalam sistem (L)
Rataan jumlah angkutan
dalam antrian (Lq)
Rataan waktu yang
dihabiskan angkutan dalam
sistem (W)
Rataan waktu yang
dihabiskan angkutan dalam
antrian (Wq)
Probability server idle
(Po)

Truk bak terbuka
Realisasi
Simulasi

Truk bak tertutup
Realisasi
Simulasi

Traktor
Realisasi

Simulasi

0,005109461

0,005051078

0,00215783

0,002153456

0,00807973

0,007949006

0,016610676

0,016610676

0,01133657

0,011336572

0,005547923

0,005547923

431.906

57.292

269.523

48.690

591.222

168.860

447.980

73.366

280.020

59.187

667.647

245.285

42.186

88.080

100.743

150.254

79.836

131.286

0,308

0,152

0,095

0,063

0,485

0,358

0,444

0,311

0,192

0,190

1,665

1,469

0,137

0,007

0,0017

0,0001

0,209

0,036

86,947

61,626

89,016

88,241

206,109

184,796

26,745

1,424

0,806

0,032

25,861

4,549

0,692

0,736

0,826

0,827

0,221

0,237

17

Pembahasan
Alat angkut tebu di PT GMP dibedakan menjadi tiga menurut tempat
pembongkarannya, yaitu truk bak terbuka yang dibongkar oleh shovel, truk bak
terbuka yang dibongkar dengan truck epetter, dan traktor yang dibongkar dengan
cane liester. Terdapat satu pos tempat pembongkaran angkutan truk bak terbuka,
dua pos untuk truk bak tertutup, dan tiga pos untuk tempat pembongkaran traktor.
Tebu yang dibongkar dari truk bak terbuka dan truk bak tertutup langsung dibawa
oleh elevator menuju pabrik untuk segera digiling, sedangkan tebu yang
dibongkar dari traktor satu pos langsung dibawa elevator menuju pabrik dan dua
pos pembongkaran tebu ditampung pada cane yard. Tebu yang diletakkan pada
cane yard digunakan untuk memenuhi kebutuhan giling pada malam hari dan saat
terjadi kekurangan tebu apabila angkutan lain terlambat datang di pabrik. Tebu
pada cane yard diangkut dengan menggunakan cane unloader yang bekerja
seperti pancing untuk mengambil tebu dan dibawa menuju elevator untuk dibawa
menuju pabrik.

Data Jumlah Tebu Tiba di Pabrik
1,000,000
800,000
600,000
400,000
200,000
0
5.00-6.00
6.00-7.00
7.00-8.00
8.00-9.00
9.00-10.00
10.00-11.00
11.00-12.00
12.00-13.00
13.00-14.00
14.00-15.00
15.00-16.00
16.00-17.00
17.00-18.00
18.00-19.00
19.00-20.00
20.00-21.00
21.00-22.00
22.00-23.00

Jumlah Tebu (kg)

Gambar 7 Data jumlah tebu di pabrik
Berdasarkan Gambar 7 dapat terlihat pada beberapa waktu menunjukkan
bahwa jumlah tebu yang tersedia di pabrik melebihi kapasitas giling pabrik yaitu
583,33 ton/jam. Dari 18 jam angkutan beroperasi mengantarkan tebu dari kebun
menuju pabrik, terdapat 10 jam diantaranya melebihi jumlah kebutuhan pabrik.
Hal tersebut menjadi penyebab timbulnya antrian dan bertambahnya waktu tunggu
tebu untuk digiling di pabrik. Sementara enam jam diantaranya mengalami
kekurangan jumlah tebu sehingga pabrik menurunkan kapasitas gilingnya sesuai
dengan jumlah tebu yang tersedia atau menggunakan cadangan tebu yang tersedia
di cane yard untuk memenuhi kebutuhan giling pabrik dan dua jam pada kondisi
sesuai dengan kebutuhan giling pabrik.
Berdasarkan hasil perhitungan simulasi antrian menunjukkan bahwa
sistem antrian pada pembongkaran angkutan tebu di PT GMP masih dapat
dioptimalkan. Dari sembilan indikator yang dibandingkan, semuanya menunjukan
kinerja simulasi lebih baik daripada kondisi realisasi, baik pada angkutan truk bak
terbuka, truk bak tertutup dan traktor. Total waktu tunggu, total waktu dalam
sistem, rataan yang dihabiskan dalam sistem dan rataan yang dihabiskan dalam
antrian di ketiga jenis angkutan menunjukkan bahwa hasil dari simulasi lebih

18

singkat dari pada kondisi realisasi. Rataan jumlah angkutan dalam sistem dan
rataan jumlah angkutan dalam antrian pada hasil simulasi lebih sedikit
dibandingkan dengan kondisi realisasi di semua jenis angkutan.
Pada angkutan truk bak terbuka hasil simulasi jauh lebih baik daripada
kondisi realisasi. Dapat dilihat utilitas sistem pada kondisi realisasi adalah 0,308
atau 30,8%, sedangkan untuk simulasi hanya 0,152 atau 15,2%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa sistem pembongkaran pada angkutan truk bak terbuka masih
bisa dioptimalkan, sehingga dapat menambah jumlah armada angkutan jenis truk
bak terbuka mengingat jenis angkutan ini adalah angkutan yang utama di PT
GMP, karena sejalan dengan misi perusahaan, yaitu padat karya atau
menggunakan banyak tenaga manusia guna menambah lapangan pekerjaan.
Pada angkutan truk bak terbuka hasil simulasi lebih baik daripada kondisi
realisasi, walaupun tidak terlalu jauh. Hal tersebut disebabkan acaknya waktu
kedatangan antar angkutan yang mengakibatkan tempat pembongkaran hanya
ramai atau padat diwaktu tertentu. Utilitas sistem pada kondisi realisasi 0,095 atau
9,5% dan pada simulasi adalah 0,63 atau 6,3%. Namun total waktu tunggu
angkutan pada saat kondisi realisasi dan simulasi sangat jauh berbeda, yaitu
269.523 dan 48.690. Oleh karena itu, pada dasarnya sistem pembongkaran
angkutan truk bak tertutup sudah baik, tetapi perlu ada perbaikan pada proses
penjadwalan tebang angkut tebu yang baik dengan memperhitungkan jarak dan
medan tempuh angkutan, agar tidak datang secara bersamaan di tempat
pembongkaran, sehingga menimbulkan antrian di waktu-waktu tertentu.
Untuk traktor menunjukkan hasil simulasi lebih baik daripada kondisi
realisasi, walaupun tidak nyata. Hasil perhitungan utilitas sistem pada kondisi
realisasi 0,485 atau 48,5% dan pada simulasi 0,358 atau 35,8%. Waktu
kedatangan acak dan sering bersamaan menjadi faktor utama yang menyebabkan
timbulnya antrian pada sistem pembongkaran angkutan jenis ini, namun
beragamnya jumlah muatan yang dibawa berpengaruh terhadap waktu
pembongkaran, sehingga jumlah muatan yang lebih banyak menghabiskan waktu
yang lebih lama. Hal tersebut akan menambah waktu tunggu bagi angkutan
selanjutnya untuk dilayani.
Faktor yang menyebabkan timbulnya antrian angkutan dan lamanya waktu
tunggu tebu untuk dibongkar dapat dilihat melalui diagram Ishikawa pada Gambar
7.

19

Adanya
angkutan
yang rusak (mogok)
Mesin
Kurang jumlah
alat angkut

Metode

Kurang jumlah alat
pembongkaran

Kondisi infrastruktur
jalan yang rusak

Orang

Lingkungan
Kekurangan
tenaga
tebang dan angkut
tebu di kebun

Penjadwalan
yang
buruk menyebabkan
pola kedatangan acak

Timbul antrian
angkutan dan
bertambahnya
waktu tunggu tebu
Cuaca
(hujan)
mengganggu
proses
pengangkutan tebu ke
angkutan

Gambar 7 Diagram Ishikawa timbul antrian angkutan dan bertambahnya
waktu tunggu tebu di PT GMP
Berdasarkan diagram Ishikawa pada Gambar 7 faktor faktor yang
mengakibatkan timbulnya antrian panjang dan bertambahnya waktu tunggu tebu
untuk dibongkar dibagi menjadi empat aspek yaitu faktor metode, orang, mesin
dan lingkungan. Metode yang digunakan pada model penjadwalan proses tebang
dan angkut tebu menjadi faktor utama karena menyebabkan pola kedatangan
angkutan yang acak, sehingga pada waktu tertentu angkutan datang secara
bersamaan pada waktu sehingga terjadi kesenjangan antara jumlah fasilitas
pelayanan pembongkaran dengan jumlah angkutan yang akan dibongkar.
Kedatangan angkutan yang acak tersebut karena sulit diperkirakannya waktu
kedatangan angkutan dari kebun menuju pabrik akibat adanya faktor lingkungan
yaitu kondisi infrastruksur jalan yang jelek apalagi ketika turun hujan. Faktor
selanjutnya yang menyebabkan timbulnya antrian pada pos pembongkaran tebu
adalah mesin, yaitu kurangnya jumlah fasilitas pelayanan pembongkaran yang
tidak sebanding dengan jumlah kebutuhan pelayanan atau jumlah angkutan yang
akan dibongkar. Faktor mesin juga yang menyebabkan bertambahnya waktu
tunggu tebu untuk di bongkar, yaitu kurangnya jumlah alat angkutan sehingga
ketika tebu telah dipanen di kebun, tetapi angkutan masih harus mengantri di
pabrik untuk menunggu dibongkar. Adanya angkutan yang mogok juga
menambah waktu tunggu tebu yang telah diangkut untuk dibongkar karena
mayoritas angkutan yang digunakan utamanya truk bak terbuka dan truk bak
tertutup adalah angkutan yang sudah tua sehingga mudah rusak karena harus
menempuh jarak dan medan yang jelek serta membawa muatan yang berat. Faktor
terakhir adalah orang dimana seringkali PT GMP mengalami kekurangan tenaga
kerja untuk memanen tebu utamanya pada hari libur.
Dengan produktifitas kebun 15.000 ton tebu per hari seharusnya PT GMP
dapat memaksimalkan kemampuan kapasitas giling pabriknya untuk
meningkatkan produktifitas perusahaan. Hal tersebut dapat membantu kelancaran
pada proses pembongkaran angkutan karena sekali waktu proses pembongkaran
dihentikan karena jumlah tebu yang tersedia untuk digiling melimpah sehingga
dapat menimbulkan antrian. Hal tersebut harus didukung dengan perbaikan model

20

penjadwalan yang baik dimana perusahaan harus dapat mengatur proses tebang
dan angkut tebu sehingga dapat tersedia 583,333 ton tebu per jam di pabrik.
Implikasi Manajerial
Berdasarkan hasil observasi dan perhitungan dengan metode simulasi
antrian di PT GMP yang difokuskan pada perbaikan mutu sistem antrian pos
pembongkaran angkutan tebu, maka implikasi manajerial sebagai berikut :
1. Memperbaiki sistem penjadwalan tebang dan angkut tebu dengan
mempertimbangkan kematangan tebu, jarak dan medan tempuh angkutan dari
kebun menuju pabrik, sehingga angkutan tidak tiba di pabrik secara acak atau
bersamaan.
2. Perbaikan infrastruktur jalan perkebunan, agar angkutan dapat berjalan dengan
baik dan cepat menuju pabrik.
3. Melakukan penambahan peralatan pembongkaran angkutan tebu agar
mempercerpat proses pembongkaran.
4. Perusahaan meningkatkan kapasitas giling pabrik untuk mempercepat proses
penggilingan tebu agar dapat meningkatkan produktivitas.
5. Menambah jumlah angkutan tebu utamanya pada jenis angkutan yang
menggunakan banyak tenaga kerja.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Angkutan tebu di PT GMP dibedakan atas jenis angkutan dan tempat
pembongkarannya, yaitu truk bak terbuka yang dibongkar dengan shovel, truk
bak tertutup yang dibongkar dengan truck eiptter dan traktor yang dibongkar
dengan cane liester. Tempat penampungan tebu sementara untuk menjaga
keseimbangan produksi adalah cane yard.
2. Pola sistem antrian pada truk bak terbuka adalah single channel single phase
sedangkan pada truk bak tertutup dan traktor adalah multi channel single
phase. Pola kedatangan angkutan terdistribusi Poisson dan waktu bongkar
angkutan terdistribusi eksponensial, dimana karakteristik antrian PT GMP
dengan populasi dan panjang antriannya terbatas dengan disiplin antrian FIFO.
3. Hasil simulasi antrian menunjukkan bahwa kinerja sistem antrian pada pos
pembongkaran angkutan saat ini masih dapat dioptimalkan. Dari sembilan
indikator penilaian, yaitu total waktu tunggu, total waktu dalam sistem, total
idle time, utilitas sistem ( ), rataan jumlah angkutan dalam sistem (L), rataan
jumlah angkutan dalam antrian (Lq), rataan waktu yang dihabiskan dalam
sistem (W), rataan waktu yang dihabiskan dalam antrian (Wq) dan probability
idle time (Po) menunju