digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
data sekunder guna memperoleh sinkronasi antara tema dengan kenyataan dalam kehidupan sosial beserta teori-teorinya.
3. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara menelaah literatur-literatur dan mengumpulkan semua data yang berkaitan dengan
topik pengentasan kemiskinan. 4.
Teknik Analisis Data Data yang terkumpul baik data primer maupun sekunder dianalisis
berdasarkan sub bahasan masing-masing. Setelah itu dilakukan telaah mendalam terkait ayat-ayat yang telah dihimpun dalam suatu tema
kemiskinan dengan menggunakan prosedur dalam metode tafsir mawdu’i.
Metode tafsir tematik adalah suatu metode yang mengarahkan pandangan kepada satu tema tertentu yang dalam hal ini adalah tentang pengentasan
kemisknan. Lalu mencari pandangan al- Qur’an tentang tema tersebut
dengan jalan menghimpun semua ayat yang membicarakan tantang pengentasan kemiskinan, menganalisis, dan memahaminya ayat demi ayat,
lalu menghimpunnya dalam benak ayat yang bersifat umum dikaitkan dengan yang khusus, yang muthlaq digandengkan dengan yang muqayyad
dan lain-lain.
16
16
M. Quraish Shihab,
Kaidah Tafsir,
Tangerang: Lentera Hati, 2013, 385.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
H. Sistematika Pembahasan
Penelitian ini akan disusun dalam beberapa bab dan sub bab sesuai dengan keperluan kajian yang akan dilakukan. Bab pertama adalah pendahuluan yang
mana membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka teoretik, kajian pustaka, metode penelitian serta
sistematika pembahasan. Bab kedua membahas tentang pengertian kemiskinan, faktor-faktor yang
melatarbelakangi munculnya kemiskinan, dampak-dampak adanya kemiskinan, teori-teori tentang pengentasan kemiskinan sebagai wujud dari landasan teori
yang merupakan asas dalam penelitian ini. Bab ketiga mengandung penafsiran oleh para mufassir terhadap ayat-ayat
tentang pengentasan kemiskinan beserta analisis penulis terkait penafsiran dari mufassir-mufassir yang ada. Sub-sub bab yang dibahas dalam bab ketiga ini
antara lain pemungutan dan pemeratan pajak. Hidup hemat dan bersahaja, bekerja dan memaksimalkan sumber daya serta larangan perlakuan ekonomi ilegal.
Bab keempat berisi tentang kesimpulan dari keseluruhan pembahasan serta saran untuk penelitian selanjutnya demi kesempurnaan karya-karya selanjutnya.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
BAB II KEMISKINAN
A. Pengertian Kemiskinan
Secara harfiah, kemiskinan berasal dari kata dasar miskin yang artinya tidak berharta-benda.
1
Kemiskinan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai persamaan arti dengan kata kefakiran. Dua kata ini biasanya
disebutkan secara bersamaan yakni fakir miskin yang berarti orang yang sangat kekurangan.
2
Di dalam kamus lisanu al-
‘Arabi, pengertian kata miskin dibedakan dengan kata faqir. Di sana dijelaskan bahwa kondisi miskin masih lebih baik bila
dibandingkan dengan kondisi faqir. Faqir berarti tidak memiliki apapun sedangkan miskin masih memiliki sebagian harta.
3
Dalam bahasa Arab, kata miskin berasal dari kata sakana yang terdiri atas tiga huruf
sin, kaf dan nun yang bermakna dasar diam atau tenang, sebagai lawan dari berguncang dan bergerak.
4
Al- Qur’an menggunakan beberapa kata untuk menggambarkan
kemiskinan, antara lain dengan kata faqir, miskin, al-
sa’il, dan al-mahrum. tetapi, kata
faqir dan miskin lebih sering dijumpai di dalam al-Qur’an. di dalam al- Qur’an kata faqir dijumpai 12 kali dan kata miskin dijumpai 25 kali, yang
1
Lukman Ali dkk,
Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Edisi kedua, cetakan ketujuh, Jakarta: Balai Pustaka, 196, 660.
2
Ibid., 220.
3
Muhammad bin Mukarram bin ‘ali,
Lisan al- ‘Arabi,
Vol. 5, Beirut: Dar S{adir, 1414 H, 60.
4
Departemen Agama RI,
al- Qur’an dan Pemberdayaan Kaum Duafa,
Jakarta: Aku Bisa, 48.