REVIEW JURNAL 030

REVIEW JURNAL

Judul Jurnal

:

Atribusi Kekerasan dalam Rumah Tangga,
Kesadaran Terhadap Kesetaraan Gender, dan
Strategi Menghadapi Masalah Pada Perempuan
Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga

Penulis

:

Siti Rohmah Nurhayati

Jurnal

:


Jurnal Psikologi

Penerbit

:

Fakultas Psikologi UGM

Volume

:

32, No. 1, Juni, hal. 34-46

Tahun

:

2005


Reviewer

:

Rachmawati

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNSRI
2014
1

1. Latar Belakang Masalah, Teori dan Tujuan Penelitian
Penulis artikel ini melihat adanya fenomena kekerasan terhadap perempuan
yang semakin memprihatinkan karena pelaku kekerasan justru berasal dari orangorang yang dipercaya, disayangi dan dicintai, yaitu keluarga. Ironisnya, kekerasan
terhadap perempuan yang dilakukan oleh pasangan intimnya justru menduduki
peringkat tertinggi diantara berbagai macam bentuk kekerasan terhadap
perempuan (Department of Public Information, United Nations, 1995). Oleh
karena itu, penulis memfokuskan penelitiannya pada perempuan yang mengalami
kekerasan yang dilakukan oleh pasangan intimnya, atau yang lebih dikenal dengan
istilah kekerasan dalam rumah tangga (Jhonson & Sacco dalam Hakimi, dkk,

2001).
Hasil studi literatur dan temuan data yang dikumpulkan oleh penulis juga
melihat meskipun kekerasan terhadap istri terbukti secara tidak langsung maupun
langsung menimbulkan akibat yang buruk, baik bagi korban maupun anakanaknya, namun kebanyakan istri yang menjadi korban kekerasan cenderung
memilih untuk bertahan dalam situasi tersebut. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Puslitkes Atmajaya dengan Rifka Annisa ( Hayati, 1999), tampak
bahwa 76% dari 125 korban yang berkonsultasi ke RAWCC memilih kembali
kepada suami.
Penulis menyatakan bahwa kekerasan yang menimpa perempuan secara
berulang-ulang merupakan suatu situasi yang menekan dan menyakitkan. Oleh
karena itu, setiap perempuan memiliki cara masing-masing untuk menghadapi dan
mengurangi tekanan berupa kekerasan yang dilakukan oleh suaminya. Cara
tersebut dalam ilmu Psikologi disebut dengan coping atau strategi memecahkan
masalah (SMM)
Menurut Folkman (1984), SMM adalah kecenderungan bentuk tingkah laku
individu untuk melindungi diri dari tekanan-tekanan psikologis yang ditimbulkan
oleh problematika sosial. Lebih lanjut Lazararus dan Folkman (Folkman, 1984)
menjelaskan SMM terdiri dari dua macam yaitu SMM berfokus pada masalah
(SMM-M) dan SMM yang berfokus pada emosi (SMM-E):


2

(1) SMM-M merupakan usaha individu untuk mengurangi atau menghilangkan

stress yang dirasakannya dengan cara menghadapi masalah yang menjadi
penyebab timbulnya stress secara langsung. Usaha yang dilakukan individu
lebih banyak diarahkan kepada bentuk-bentuk usaha untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi.
(2) SMM-E merupakan usaha yang dilakukan oleh individu untuk mengurangi

atau menghilangkan stress yang dirasakannya tidak dengan menghadapi
masalahnya secara langsung, tetapi lebih diarahkan untuk menghadapi
tekanan emosi dan untuk mempertahankan keseimbangan afeksinya.
Penulis memaparkan bahwa penelitian tentang SMM pada umumnya
menemukan bahwa SMM-M berhubungan dengan penyesuaian yang lebih baik
dan SMM-E berkaitan dengan penyesuaian yang lebih buruk (Aldwin dalam Park,
dkk, 2001) serta distress dan gangguan (Stanton, dkk, 1994). Secara khusus,
Causey dan Dubow (dalam Lengua & Stormshak, 2000) menemukan bahwa
SMM seperti pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dihubungkan
dengan tingkat simptom yang lebih rendah, sedangkan strategi avoidant

dihubungkan dengan tingkat simptom yang lebih tinggi.
Namun dalam kenyataannya, para perempuan korban kekerasan justru
cenderung menggunakan SMM-E dalam menghadapi kekerasan dari suaminya.
Sebagaimana yang ditunjukkan dalam penelitian Fawcett, dkk (1999), bahwa para
perempuan korban kekerasan melakukan beberapa strategi antara lain dengan
bersikap sabar, bertoleransi, diam, berhubungan seks dengan pasangan atau
melakukan apapun perintah pasangan.
Pemilihan strategi menghadapi masalah dipengaruhi beberapa faktor.
Diantara faktor-faktor tersebut penulis mengambil faktor penilaian kognitif dari
Folkman (1984), dimana penilaian yang hampir setiap waktu digunakan oleh
individu adalah penilaian sebab akibat atau yang disebut dengan atribusi.
Atribusi merupakan suatu proses penilaian tentang penyebab, yang
dilakukan individu setiap hari terhadap berbagai peristiwa, dengan atau tanpa
disadari (Sears, dkk, 1994). Demikian pula jika seseorang dihadapkan pada situasi
yang menekan, ia akan spontan mencari atribusi terhadap situasi tersebut (Taylor,

3

dkk, 1984). Teori atribusi menyatakan bahwa setelah mengalami peristiwa negatif
atau menyakitkan, seseorang akan membuat atribusi untuk memudahkan

penyesuain, karena atribusi membantu mereka merasa bahwa mereka dapat
mengontrol lingkungan (Kelley, dalam Tennen, 1986).
Disisi lain penulis juga melihat bahwa kekerasan dalam rumah tangga
merupakan masalah yang berkaitan erat dengan bias gender yang biasa terjadi di
masyarakat patriarkal, dimana distribusi kekuasan antara laki-laki dan perempuan
timpang, sehingga kaum laki-laki mendominasi institusi sosial dan tubuh sosial
(Arivia, 1996). Dominasi kekuasan laki-laki (suami) atas perempuan (istri) ini
mencakup pula dorongan untuk mengontrol istrinya, termasuk mengontrol
tubuhnya dengan melakukan kekerasan (Skrobanek, 1991).
Menurut Djojonegoro (1995), jika seseorang memiliki kesadaran gender, ia
akan mengetahui, menghayati, dan memiliki keterikatan terhadap potensi,
kebutuhan, peluang, hak dan kewajibannya, sehingga dapat merencanakan
kegiatan yang tepat dalam rangka pengembangan potensinya. Selain itu dengan
kesadaran akan kesetaraan gender, seseorang tidak lagi memegang pandangan
yang menilai peran laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan serta
mempunyai kontrol dan dominasi terhadap perempuan. Oleh karena itu
perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga yang telah memiliki kesadaran
terhadap kesetaraan gender akan menghadapi masalah kekerasan yang dialaminya
secara aktif karena menyadari bahwa kekerasan yang dialaminya merupakan
persoalan ketidakadilan yang harus dihentikan

2. Metode


Subjek penelitian yang diambil oleh penulis artikel adalah perempuan
korban kekerasan dalam rumah tangga berjumlah 45 orang.



Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan snowball



Subjek juga diperoleh melalui Pengadilan Agama Kabupaten Bantul



Metode pengumpulan data menggunakan skala, meliputi:
1. Skala strategi menghadapi masalah (SMM), yang merupakan
gabungan antara skala SMM-M dan SMM-E. Skala SMM-M terdiri
4


dari 5 aspek. Sementara skala SMM-E terdiri dari 8 aspek. Skala ini
terdiri dari 26 aitem.
2. Skala atribusi kekerasan dalam rumah tangga. Skala ini terdiri dari 24
aitem yang meliputi 3 dimensi yaitu lokasi penyebab, stabilitas, dan
pengendalian.
3. Skala kesadaran terhadap kesetaraan gender. Skala ini terdiri dari 20
aitem yang meliputi 4 dimensi.
Reliabilitas ke-3 skala tersebut bergerak dari 0,827 sampai dengan 0,897.
Data yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan
analisis regresi dengan menggunakan metode stepwise.


Analisis data menggunakan analisis regresi dengan metode stepwise

3. Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa adanya hubungan yang kuat
antara lokasi penyebab, stabilitas, pengendalian, dan kesadaran terhadap
kesataraan gender dengan strategi menghadapi masalah yang berorientasi pada
masalah (SMM-M). Dari penelitian ini diketahui bahwa 84% SMM-M perempuan

korban kekerasan dalam rumah tangga dapat dijelasakan dari atribusi mereka
terhadap kekerasan dalam ruumah tangga, yang meliputi lokasi penyebab,
stabilitas, dan pengendalian, serta kesadaran mereka terhadap kesataraan gender.
Dari hasil diatas juga dapat dikatakan bahwa lokasi penyebab, stabilitas, dan
pengendalian, serta kesadaran mereka terhadap kesataraan gender, secara
bersama-sama dapat memprediksi SMM-M. Semakin eksternal lokasi penyebab,
semakin tidak stabil, semakin dapat dikendalikan, serta semakin tinggi kesadaran
terhadap kesataraan gender, maka akan semakin tinggi SMM-M.
Berdasarkan hasil analisis regresi diketahui bahwa tidak ada hubungan
signifikan antara lokasi penyebab, stabilitas, dan pengendalian, serta kesadaran
mereka terhadap kesataraan gender secara bersama-sama dengan strategi
mengahadapi masalah yang berosrientasi pada emosi (SMM-E). Namun disini
ditemukan bahwa kesadaran terhadap kesataraan gender secara signifikan mampu

5

memprediksi SMM-E. Semakian tinggi kesadaran terhadap kesataraan gender
akan semakin rendah SMM-E.
4. Komentar Reviewer
Kekurangan artikel:

1. Judul kepanjangan (aturan APA, maksimal jumlah kata untuk judul artikel
adalah 12 kata)
2. Tujuan penelitian tidak dijelaskan dalam artikel
3. Tidak menjelaskan metode penelitian yang digunakan apakah menggunakan
pendekatan kuantitatif, kualitatif atau eksperimen, meskipun dari penyajian
data terlihat pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan kuantitatif
4. Tidak ada penjelasan variabel apa saja yang akan diteliti dalam penelitian,
meskipun dari judul variabel yang diungkap dapat terlihat.
5. Tidak membedakan hasil antara subjek yang didapat melalui Pengadilan
Agama Kab. Bantul yang sedang dalam proses perceraian dengan subjek
yang tidak sedang proses perceraian.
6. Tidak menjelaskan validitas skala yang digunakan sebagai alat ukur, karena
tidak ada penjelasan dari penulis apakah skala tersebut telah diuji
kevalidannya atau belum. Padahal uji validitas adalah hal mutlak dalam
sebuah penelitian ilmiah.
7. Tidak menjelaskan secara detil masing-masing nilai reliabilitas alat ukur.
8. Hasil penelitian tidak memaparkan berapa jumlah subjek yang memilih
SMM dengan SMM-M dan yang memilih SMM-E, namun pembahasan
hasil membedakan hal tersebut.
9. Hasil olah data yang disajikan tidak ada penjelasan secara deskriptif

mengenai angka-angka pada Tabel 2 (mungkin yang dimaksud tabel 1,
hal.6) maupun tabel 2 halaman 7, sehingga bagi pembaca yang awam dalam
membaca data statistik akan sangat kebingungan membaca artikel ini.
10. Tidak terbuktinya hipotesis ke-2 (
Kelebihan artikel
1. Tema yang diambil menarik dan…. Silahkan cari sendiri…. 

6

.

7