3
untuk Institusi Pemerintahan Studi Kasus BAPPENAS menjelaskan penerapan tata kelola pemerintahan dan percepatan penerapan teknologi informasi pada
pemerintahan membuat institusi-institusi pemerintah harus meningkatkan fungsi teknologi informasinya. Meningkatnya peran teknologi informasi maka investasi
di bidang teknologi informasi semakin besar dan semakin kompleks dalam pengelolaannya. Oleh karena itu dibutuhkan suatu tata kelola teknologi informasi
yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing organisasinya. BAPPENAS sebagai institusi perencanaan pemerintah merasa perlu untuk memiliki suatu tata
kelola teknologi informasi yang baik agar investasi teknologi informasinya dapat berjalan dengan baik. Teknologi informasi untuk BAPPENAS dengan
menggunakan gabungan model tata kelola teknologi informasi diantaranya model Peterson, model Weill Ross, model ITGI focus area, model AS 8015 standar
Australia, dan kontrol objektif dari COBIT. Dari keseluruhan model tersebut dapat dilihat seberapa jauh tingkat kematangan tata kelola TI pada BAPPENAS
yang kemudian akan ditentukan solusi untuk mencapainya [3].
Yuliani, dengan skripsi yang berjudul judul Analisis pengelolaan pengendalian TI Studi Kasus pada PT.PLN Persero P3B Region Jawa Tengah
dan DIY di Ungaran. Penelitian tersebut menggunakan Framework COBIT domain Deliver and Support, dalam penelitian menemukan bahwa pengelolahan
pengendalian TI di PT.PLN Persero P3B region Jawa Tengah dan DIY domain Deliver and Support untuk DS1 Define and Manage Service levels, DS3
Manage Performance and Capacity , DS4 Ensure Continuous Service, DS6 Identify and Allocate Costs, DS7 Educate and Train User ,DS8 Manage
Service Desk and Incidents, DS9 Manage the Configuration ,DS11Manage data, DS12Manage the Physical Environment berada pada level 4 manage,
sedangkan pada DS2Manage Third-party Services, DS5Ensure Systems Security, DS10 Manage Problem dan DSManage Operations berada pada
level 5Optimized [4].
Melihat penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, pengauditan yang dilakukan dalam perusahaninstansi pemerintah dengan menggunakan COBIT 4.1
dapat dijadikan sebagai kerangka kerja yang dapat menjelaskan bagaimana langkah yang seharusnya dilakukan dalam mengatur tata kelola teknologi
informasi. berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi kinerja SIKDA Kota Tomohon menggunakan framework COBIT
4.1 berfokuskan pada domain Deliver and Support.
COBIT
CobIT Control Objective for Information and Related Technology merupakan sebuah kerangka kerja framework yang terdiri dari sekumpulan
dokumentasi best practices untuk tata kelola IT yang dapat membantu auditor, manajemen dan pengguna user untuk menjembatani gap antara resiko bisnis,
kebutuhan pengendalian dan permasalahan-permasalahan teknis serta dapat memberikan arahan guidelines yang berorientasi pada bisnis [5].Konsep dasar
kerangka kerja COBIT menurut ITGI [6] adalah penentuan kendali TI berdasarkan informasi yang dibutuhkan untuk mendukung tujuan bisnis dan
informasi yang dihasilkan dari gabungan penerapan proses TI dan sumber daya
4
terkait. Dalam penerapan pengelolaan TI terdapat dua jenis model kendali, yaitu model kendali bisnis business controls model dan model kendali TI IT focused
control model, COBIT mencoba untuk menjembatani kesenjangan dari kedua jenis kendali tersebut.
Domain Cobit
Berdasarkan standar yang dikeluarkan oleh ITGI [6], COBIT memiliki 4 cakupan domain:
Perencanaan dan Organisasi Plan and organise
Domain ini mencakup strategi dan taktik yang menyangkut identifikasi tentang bagaimana TI dapat memberikan kontribusi terbaik dalam pencapaian tujuan
bisnis organisasi sehingga terbentuk sebuah organisasi yang baik dengan infrastruktur teknologi yang baik pula.
Pengadaan dan implementasi
Acquire and implement
Untuk mewujudkan strategi TI, solusi TI perlu diidentifikasi, dibangun atau diperoleh dan kemudian diimplementasikan dan diintegrasikan dalam proses
bisnis. Pengantaran dan dukungan
Deliver and Support
Domain ini berhubungan dengan penyampaian layanan yang diinginkan, yang terdiri dari operasi pada security dan aspek kesinambungan bisnis sampai dengan
pengadaan training. Pengawasan dan evaluasi
Monitor and Evaluate
Semua proses TI perlu dinilai secara teratur dan berkala bagaimana kualitas dan kesesuaiannya dengan kebutuhan kontrol.
Maturity Model
Maturity Level dirancang sebagai profil dari proses TI yang akan diakui oleh pihak perusahaan sebagai penjelasan yang memungkinkan dari kondisi sekarang
dan kondisi dimasa yang akan datang [6].Maturity model mempunyai skala dari 0 sampai dengan 5 sebagai parameter penilaian. COBIT mempunyai model
kematangan maturity models untuk mengontrol proses-proses TI dengan menggunakan metode penilaian scoring sehingga suatu organisasi dapat menilai
proses-proses TI yang dimilikinya yaitu 0- Non Existen, 1-Initial, 2-Repetable, 3- Defined, 4- Managed, 5- Optimized.Pendekatan ini berasal dari Maturity Model
yang dibuat oleh Software Engineering Institute SEI.
Gambar 1 Maturity Model [6]
Sumber : Cobit 4.1 governance Institute.ITGI, 2007
5
Maturity model adalah alat yang digunakan dalam COBIT untuk mengukur tingkat kematangan penerapan tata kelola IT dalam organisasi. Maturity model
didesain untuk masing-masing 34 proses IT yang ada berdasarkan kepada perkembangan dari generic Maturity Model. Dengan demikian organisasi dapat
mengetahui level kematangan penerapan dari tata kelola IT pada saat ini menggunakan perbandingan dengan level pada industri secara umum dan target
perkembangan organisasi ke depannya.
Sedangkan untuk pengukuran level
kematangan berdasarkan standar Cobit 4.1. Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks Maturity Level yaitu:
Angka indeks yang diperoleh dibulatkan ke bilangan bulat terdekat untuk menentukan Maturity Level. Dalam menguji apakah instrumen yang digunakan,
dalam hal ini angket memenuhi persyaratan validitas, pada dasarnya digunakan korelasi Pearson. Cara analisisnya dengan cara menghitung koefisien korelasi
antara masing-masing nilai pada nomor pertanyaan dengan nilai total dari nomor pertanyaan tersebut [7]. Ketentuan yang digunakan dalam penilaian validitas ini
adalah r
tabel
r
hitung
dimanar
tabel
= 0,3.
3. Metode Penelitian