22
2.4 Solusi Penanganan Keberadaan Geng Motor
Menurut pengamatan di lapangan, ada sebagian remaja yang beranggapan bahwa geng motor memiliki citra positif yang dalam
pergaulannya disebut cool, keren, eksis, disegani, terkenal dan bisa menyediakan perlindungan bagi mereka di dalam pergaulan sehari-hari.
Seperti yang diutarakan mantan anggota salah satu geng motor di Kota Bandung, menurutnya dulu dirinya masuk geng motor karena
beranggapan geng motor itu sesuatu yang keren, di sekolahnya setiap siswa anggota geng motor disegani oleh siswa lain dan disenangi
gadis-gadis selain itu juga mereka beranggapan bahwa dengan menjadi anggota geng motor akan dilindungi dari orang-orang yang
akan berbuat jahat padanya.
Dalam kenyataannya remaja ingin terlihat berbeda untuk menarik perhatian orang lain. Dengan masuknya seorang remaja menjadi
anggota geng motor yang perilakunya berbeda dan nakal, remaja akan merasa diperhatikan oleh orang lain. Semakin jahat citra geng tersebut,
semakin banyak remaja yang bergabung ke dalamnya karena mereka juga akan merasa terlindungi oleh citra tersebut.
Dengan adanya alasan pemikiran remaja yang harus diluruskan tentang keberadaan geng motor dan emosi yang masih labil, maka
kampanye ini menggunakan pola yang mengarah kepada tindakan persuasif untuk mempengaruhi rasional dan emosional remaja. Adapun
23
porsi dari kampanye ini dibanding dengan kampanye sebelumnya adalah untuk tindakan pencegahan sejak dini karena cara pencegahan
lebih halus daripada tindakan memerangi yang dapat membuat remaja merasa tersudutkan.
2.5 Target Audiens
Target audiens merupakan salah satu bagian terpenting dalam proses
sebuah perencanaan kampanye. Dalam hal ini penulis menetapkan target audiens yang dapat dipengaruhi oleh kampanye baik anggota
geng motor maupun non anggota guna mencegah maupun menghentikan tindakan negatif dalam taraf masih bisa diperbaiki yang
dilakukan geng motor. - Demografis
Jenis kelamin: Pria dan wanita. Kelompok umur: Remaja, yaitu remaja awal 12-15 tahun
Kelompok umur remaja dipilih karena geng motor muncul dalam lingkungan remaja. Dalam usia remaja awal biasanya tindakan-
tindakan yang mereka lakukan dalam lingkungan geng motor belum masuk kedalam tindakan kriminal dan masih bisa
dikendalikan karena masih memiliki sifat anak-anak. Kelompok pendidikan: SMP dan awal SMA
Status ekonomi sosial: kelas menengah bawah, menengah atas dan kelas atas. Dipilihnya status ekonomi sosial tersebut karena
remaja yang cenderung menjadi anggota geng motor adalah
24
remaja yang memiliki sepeda motor dan ketiga status ekonomi sosial tersebut memungkinkan remajanya memiliki sepeda motor.
- Geografis Perancangan kampanye ini dikhususkan untuk remaja di Kota
Bandung dengan alasan di kota ini terdapat empat geng motor yang besar dan memiliki anggota sampai ke pelosok daerah sekitar Kota
Bandung, selain itu empat geng motor ini sering sekali melakukan aksi yang dianggap merusak hingga aksi kriminal yang meresahkan
masyarakat di Kota Bandung.
- Psikografis Kepribadian remaja yang memiliki kecenderungan besar menjadi
anggota geng motor adalah remaja yang memiliki kontrol diri yang lemah dan tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah
laku sesuai dengan pengetahuannya, remaja yang memiliki masalah hubungan dengan orang tua, remaja yang berada dalam lingkungan
yang kurang baik, remaja yang kurang memiliki kesadaran diri dan keinginan untuk dimengerti, serta remaja yang tidak merasa aman
untuk mengungkapkan siapa diri mereka sehingga mencari tempat yang menurutnya tepat untuk dijadikan pelarian.
25
Opini remaja yang cenderung menjadi anggota geng motor biasanya menganggap sesuatu yang berbeda, misterius, dan pemberontak
merupakan hal yang bagus, sebuah geng motor dapat mewadahi seluruh anggapan dan menjadi tempat perlindungan bagi mereka.
26
BAB III KAMPANYE WASPADA PENGARUH NEGATIF GENG MOTOR
PADA REMAJA KOTA BANDUNG
3.1. Strategi Perancangan
Untuk mempengaruhi dan mengubah perilaku remaja yang memiliki kecenderungan menjadi anggota geng motor agar terhindar dari aksi
negatif geng tersebut dibutuhkan suatu bentuk komunikasi yang mampu menyampaikan suatu informasi atau pesan yang dapat dengan
mudah dimengerti
oleh mereka. Komunikasi tersebut dapat
menggunakan bahasa verbal atau bahasa visual. Dalam hal ini penulis memberikan solusi berupa kampanye sosial bagi remaja yang
berpeluang besar menjadi anggota geng motor.
Keberadaan geng motor merupakan masalah sosial yang berada di lingkungan remaja. Hal ini terjadi karena ada penyimpangan perilaku
remaja akibat peralihan sikap yang disertai dengan kenakalan yang biasa dilakukan oleh remaja. Keberadaan geng motor dianggap
meresahkan saat remaja anggota geng tersebut melakukan tindakan yang melampaui batas kenakalan remaja hingga melakukan aksi
kriminal. Aksi tersebut bukan saja merugikan masyarakat tetapi juga dapat merugikan dirinya dan masa depannya nanti. Untuk mencegah
kenakalan remaja menjadi aksi kriminal dalam perkumpulan geng motor, perlu adanya suatu tindakan persuasif yang diberikan terhadap