Bahan presentasi

BAHAN PRESENTASI

Internet saat ini sudah menjadi bagian dari kehidupan kita. Aktivitas kita sering kali
berhubungan dengan internet. Sekarang kita dapat melakukan segala sesuatu secara online,
seperti contohnya untuk komunikasi, jual beli, bahkan untuk perbankan. Harapannya,
dengan hadirnya internet ini, mampu mempermudah dan mempercepat proses bisnis. Salah
satunya yang kita butuhkan yaitu akses akun bank dimanapun kita berada dan kapan pun
waktunya. E banking menjawab tantangan ini, ebanking menawarkan kenyamanan layanan
secara mobilitas dan fleksibilitas. Kita dapat akses ebanking dimanapun baik menggunakan
pc, smartphone, ataupun tablet selama 24 jam secara realtime. Disisi lain, hadirnya ebanking
ini ternyata membawa banyak kerawanan. Karena ebanking menyimpan informasi nasabah
yang sangat sensitif. Maka dari itu, keamanan terhadap informasi finansial nasabah ini
sangatlah penting. Institusi finansial harus membuat sistem keamanan yang mampu
mengurangi resiko terjadinya akses informasi oleh pihak yang tidak berkepentingan.
Saat ini sistem keamanan pada layanan ebanking masih menerapkan sistem primitif
single factor authentication yang hanya berdasarkan pada kerahasiaan user ID dan PIN
password. Penambahan kekuatan yang dilakukan oleh bank yaitu dengan membangkitkan
suatu nilai acak yang disebut token. Sebenarnya teknik otentikasi ini sudah sangat rawan
digunakan. Serangan pada ebanking yang digunakan saat ini menggunakan teknik untuk
mendapatkan data nasabah seperti user ID dan password serta token nasabah.
Teknik yang cukup terkenal yaitu phising attack, skema serangan yang digunakan

yaitu dengan membuat suatu halaman web palsu akun resmi perbankan. Tampilan
halamannya dibuat semirip mungkin dengan aslinya. Sehingga jika nasabah tidak cermat dan
berhati-hati, bisa saja nasabah salah memasukkan user ID dan password pada akun bank
palsu. Data user login akan masuk ke database penyerang.
Skema serangan berikutnya yaitu man-in-the-middle attack ( MITM ). Serangan ini
dilakukan ketika nasabah mengakses layanan ebanking dengan menggunakan akses internet
publik seperti pada hotel, bandara, ataupun tempat makan seperti cafe yang tanpa diketahui
keamanannya terjamin atau tidak. Penyerang bisa saja menyusuri alamat IP target dan
mengambil informasi mengenai user data login ketika proses tranmisi data dilakukan.
Dan yang terakhir, serangan terbaru yang berhasil dilakukan yaitu menggunakan
teknik phising dan malware. Serangan ini dilakukan untuk mendapatkan nilai token nasabah.
Virus malware disisipkan pada perangkat milik nasabah sehingga penyerang dapat mencuri
informasi rahasia milik nasabah tanpa disadarinya. Virus malware ini dapat terinstall di
perangkat milik nasabah karena bisa jadi nasabah mengunduh program bajakan yang bukan
dari bank bersangkutan. Melalui skema phising, penyerang akan berpura-pura meminta
nasabah menginputkan nilai respon yang dihasilkan oleh token untuk menebak
kemungkinan nilai pembangkitan yang dilakukan selanjutnya. Skema serangan ini sering

diseut dengan sinkronisasi token. Pada kasus yang telah terjadi, melalui serangan ini,
penyerang berhasil membobol dana nasabah pada 3 bank besar di Indonesia.

Solusi yang kami ajukan untuk mengurangi resiko serangan tersebut yaitu dengan
metode two channel authentication yang menerapkan prinsip two factor authentication.
Skema ini melibatkan penggunaan dynamic password One Time Password ( OTP ). OTP
merupakan sistem password dimana password tersebut hanya bisa digunakan satu kali
untuk satu sesi transaksi.