Pemikiran Politik Tunku Abdul Rahman dalam konteks perjuangan kemerdekaan Malaysia

PEMIKIRAN POLITIK TUNKU ABDUL RAHMAN DALAM KONTEKS
PERJUANGAN KEMERDEKAAN MALAYSIA

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

OLEH

ROZILAWATI BINTI ISMAIL
NIM: 109045200016

K O N S E N T R A S I S I Y A S A H S Y A R ’I Y Y A H
PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1432 H/2011 M

LEMBAR PERNYATAAN


Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.

Jakarta: 26 Februari
2011 M
22 Rabiul Awal 1432 H

Rozilawati binti Ismail

KATA PENGANTAR


i

2. Prof. Dr. H Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, sebagai Dekan Fakultas
Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta;
3. Dr. Asmawi, M.Ag dan Pak Afwan Faizin, MA, sebagai Ketua dan Sekretaris
Jurusan Jinayah Siyasah, yang telah memberikan kemudahan administratif
bimbingan akademik sejak awal perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini;
4. Prof. Dr. Hj. Amany B. Lubis, Lc, MA, sebagai dosen pembimbing yang
dengan tulus ikhlas banyak memberikan petunjuk dan panduan bagi
penyelesaian skripsi ini;
5. Kepada segenap dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis
selama menjalani perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;
6. Kepada para pimpinan, staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas
Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
memberikan fasilitas berupa kemudahan bagi penulis dalam memanfaatkan
buku-buku referensi;
7. Kepada para staf Perpustakaan Awam Negeri Kelantan dan Perpustakaan
Awam Kuala Krai, yang telah menyediakan buku-buku referensi yang
bermanfaat dalam penelitian penulis.

8. Teristimewa buat Ayahanda Ismail bin Awang Kechik dan Ibunda tercinta
Hasmah binti Jaafar yang senantiasa mendoakan kejayaan penulis, dan terima
kasih karena telah membesarkan, mendidik dan sentiasa memberikan motivasi
dan dorongan kepada penulis. Terima kasih juga buat Kak Long(Roziana),

ii

Abang

Long(W.Aziz),

Acik(M.Aziman),

Zai(Rozainah),

Ina(Salina),

Abang(M.Khairul), Adik(M.Azahari), Husna dan saudara-saudaraku yang
tidak dapat disebutkan satu-persatu;
9. Pemerintah Malaysia dan Indonesia, Kedutaan Besar Malaysia di Indonesia,

Dato’ Duta Malaysia di Indonesia, Tuan Pengarah JPMI, Atase Agama serta
seluruh staf Kedutaan Besar Malaysia dan kebajikan yang telah diberikan;
10. Kepada para pimpinan dan staf Internasional Office yang banyak memberi
informasi dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan studi di sini. Juga
buat teman-teman dari pelbagai negara di Internasional Office.
11. Dato’ Tuan Guru Haji Harun Taib selaku pengerusi Ahli Majlis Mesyuarat
KUDQI dan seluruh Ahli Majlis Mesyuarat KUDQI. Pihak Kolej Universitas
Darul Quran Islamiyyah yang telah memberi kesempatan untuk menuntut
ilmu yang bermanfaat dari asatizah2 KUDQI. Juga buat adik-adik yang masih
di Kudqi dan ex-Kudqi. Serta buat asatizah dan teman-teman di Madrasah
Muhammadiah Pondok Sungai Durian, Kuala Krai, Kelantan;
12. Teman-teman seperjuangan angkatan 2009; Yati, K.Aisyah, Suha, Yam,
Fizah, Marina, Zainab, Ummu Aiman, Suhaida, Aisyah. Teman-teman
seperjuangan angkatan 2010; Ain, Faizah, Alfiah, Hajar, Ijah, K.azi, Ann,
Saedah, Yah, Aminah, Su, Sya, juga buat adik-adik angkatan 2011 serte
teman-teman dikalangan muslimin KUDQI dan IPA. Tidak lupa juga buat
teman-teman Indonesia, Qamariah, Umi Farhah, Via, Dina, April dan yang

iii


mengenali penulis. Terima kasih juga atas kebersamaan kalian dalam
menemani dan membantu penulis selama kuliah di sini.
13. Kepada teman-teman ketika mencari pengalaman bekerja, khususnya di AsSyabab Quran Centre, k.tie, k.na, k.long, k.zana, k.syikin, k.ni, k.moh, k.huda,
k.ma dan k.aini. Terima Kasih karena turut mendoakan penulis dan banyak
memberi semangat dan motivasi supaya sukses dalam perkulihan dan
penulisan skripsi ini. Tidak lupa juga buat anak-anak didik di As-Syabab
Quran Centre, MRSM Kuala Krai, dan Madrasah Muhammadiah Pondok
Sungai Durian.
14. Kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun
tidak langsung yang tidak dapat penulis nyatakan satu persatu dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih,
semoga segala bantuan tersebut diterima sebagai amal shaleh di sisi Allah
SWT dan memperoleh balasan pahala yang berganda. Amin.
Akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis serahkan semua ini.
Semoga apa yang penulis usahakan ini kiranya dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin.
Jakarta: 26 Februari 2011 M
22 Rabiul Awal 1432 H

Penulis


iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................v
BAB I

PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah........................................................................1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah....................................................5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.............................................................6
D. Studi Terdahulu.....................................................................................7
E. Metode Penelitian................................................................................10
F. Sistematika Penulisan..........................................................................12

BAB II

GAMBARAN UMUM TENTANG MALAYSIA...............................13

A. Sejarah Awal Penjajahan Inggris di Malaysia...................................14
B. Perkembangan Politik dan Sistem Pemerintahan Malaysia...............16
1. Masa Penjajahan Inggris........................................................17
2. Masa Menuju Kemerdekaan..................................................20
3. Masa Kini..............................................................................23

BAB III

BIOGRAFI TUNKU ABDUL RAHMAN..........................................27
A. Riwayat Hidup Tunku Abdul Rahman................................................28
B. Latar Belakang Pendidikan Tunku Abdul Rahman.............................30
C. Perjalanan Karir dan Keterlibatan Politik Tunku Abdul Rahman.......34

v

BAB IV

TUNK U ABDUL RAHMAN DAN K EMERDEK AAN
MALAYSIA……………………………………………………………40
A. Hubungan Politik Tunku Abdul Rahman dengan Pihak Inggris......41

B. Pemikiran Politik Tunku Abdul Rahman.........................................43
C. Perundingan Kemerdekaan yang Diikuti Tunku Abdul Rahman.....54
D. Kritik Perjuangan Kemerdekaan Tunku Abdul Rahman..................60

BAB V

PENUTUP..............................................................................................63
A. Kesimpulan.........................................................................................63
B. Saran-saran..........................................................................................65

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................66
LAMPIRAN.............................................................................................................70
A. Hasil Wawancara...............................................................................70
B. Perlembagaan 1957...........................................................................73
C. Pemasyhuran Kemerdekaan..............................................................75
D. Foto Tunku Abdul Rahman................................................................77

vi

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Malaya adalah sebuah penempatan yang terletak di pertengahan Asia
Tenggara. Sejak awal abad keenam belas masehi, Malaya pernah dijajah oleh tiga
penguasa besar yang terdiri dari Belanda, Portugis, dan Inggris. Di antara tiga
penguasa besar itu, Inggris telah menjajah Malaya dalam kurun waktu yang lebih
lama, yaitu mulai akhir abad kedelapan belas hingga pertengahan abad ke dua
puluh Masehi. Setelah berkurun lama dijajah Inggris, muncul semangat
nasionalisme dikalangan masyarakat dan pada tahun 1957 Malaya berhasil
mencapai kemerdekaan dari pihak Inggris.1 Pencapaian ini tidak terlepas dari
keterlibatan dan strategi perjuangan para tokoh politik Malaya.
Ketika Malaya sedang menghadapi zaman penjajahan, beberapa orang
tokoh politik telah bangkit memperjuangkan kemerdekaan Malaya, di antara tokoh
yang terkenal di Malaya adalah seorang pangeran yang dilahirkan di Istana Negeri
Kedah. Tokoh yang dimaksudkan adalah Tunku Abdul Rahman, beliau adalah
anak Sultan Abdul Hamid Halim Shah, yaitu Sultan ke-25 Negeri Kedah. Setelah
Tunku menyelesaikan studi di Inggris dan dengan dukungan dari teman-teman,
beliau akhirnya pulang memperjuangkan kemerdekaan Malaya.2 Tunku terkenal
sebagai negarawan berjiwa kerakyatan dan sebagai seorang pangeran beliau
1


Times Book International, Malaysia, (Singapore dan Kuala Lumpur, 2002), cet. 1, h. 5.
Siti Mariam Daud dan Sulaiman Zakaria, Tunku Abdul Rahman Putera Al-Haj, (Kuala
Lumpur: Jade Green Publications, 1996), cet. 1, h. 1.
2

1

2

mempunyai kharisma yang sangat unik, di antaranya Tunku suka hidup
sebagaimana rakyat biasa dan suka bersosialisasi dengan semua orang.3
Pada awal penglibatan Tunku dalam politik di Malaya, beliau telah
dilantik sebagai Ketua Partai Pertubuhan Kebangsaan Melayu Bersatu/United
Malay National Organization (UMNO) bagian Kedah, adapun setelah Dato’ Onn
Jaafar mundur dari jabatannya sebagai Presiden UMNO, Tunku

dilantik pula

sebagai pengganti beliau pada tahun 1952. Di antara kebijakan politik Tunku di

awal pemerintahannya, adalah Tunku banyak memberi nasihat kepada masyarakat
supaya bersatu, walaupun pada waktu itu hubungan kemasyarakatan antara etnis
sedikit tegang akibat penjajahan Jepang. Tunku juga berhasil membentuk Partai
Gabungan yang terdiri dari UMNO, Partai Persatuan Cina Malaya/Malayan
Chines Asosaity(MCA), dan Pertubuhan Kongres India Malaya/Malayan Indian
Congres(MIC).

4

Dengan kesepakatan ini, partai gabungan telah berhasil

memenangi pemilihan umum pada tahun 1955.
Setelah mencapai kemenangan, Tunku dan Partai Gabungan mulai
langkahnya dalam mengatur strategi untuk menuntut kemerdekaan Malaya. Di
antaranya, langkah Tunku dalam meredakan pemberontakan Partai Komunis
Malaya(PKM) melalui Perundingan Baling. Tunku juga telah melakukan beberapa
pertemuan tidak resmi dengan Pesuruhjaya Tinggi Inggris di Malaya, bagi

3

Syarif Ahmad, Tunku Abdul Rahman, Memoir Patriotik, (Kuala Lumpur: Pustaka Antara,
1991), cet. 1, h. 53.
4
Zarina Syukor, Sejarah Penubuhan Malaysia, (Pulau Pinang: Penerbit Pinang Sdn.Bhd.,
1985), cet. 1, h. 36

3

membincangkan rencana melakukan perundingan dengan pihak penjajah di
Inggris.5 Dengan usaha Tunku dan kesepakatan Partai Gabungan, mereka berjaya
memujuk pihak Inggris untuk mengadakan satu perundingan yang dinamakan
Perundingan Kemerdekaan.
Perundingan itu telah diadakan di Inggris pada 18 Januari 1956,
perundingan ini diketuai oleh Tunku dan diikuti oleh pimpinan Partai Gabungan
serta wakil Raja-raja Melayu. Perundingan ini telah menghasilkan beberapa
persetujuan dari pihak Inggris, di antaranya pihak Inggris bersetuju untuk memberi
kemerdekaan Malaya pada tanggal 31 Agustus 1957, dengan syarat Malaya harus
ikut serta dalam negara “Commonwealth”6, mengekalkan angkatan militer Inggris
di Malaya, menubuhkan satu komisi yang beranggotakan wakil-wakil dari luar
negara untuk membentuk konstitusi baru, dan pensyaratan lain adalah Tanah
Melayu harus menjalankan pemerintahan secara demokrasi.7
Pengalaman Tunku belajar di Inggris telah membuatkan Tunku dekat
dengan pihak Inggris sehingga beliau tidak mampu menolak beberapa keputusan
pihak Inggris ketika berlakunya Perundingan Kemerdekaan. Hasil perundingan itu
terlepas dari mendapat kritikan dan tantangan dari lawan politik beliau terutama
Dato’ Onn Jaafar. Namun Tunku tetap sabar dan mencoba memberikan nasihat
kepada masyarakat supaya bertenang dan menerima syarat yang telah ditetapkan
5

Yusof Harun, Tunku, Idealisme dalam Kenangan. (Pulau Pinang: Yayasan Bumiputra,
1991), cet.1, h. 186.
6
Negara-Negara Komanwel merupakan satu persatuan secara sukarela yang melibatkan
negara-negara berdaulat yang ditubuhkan atau pernah dijajah oleh pihak Inggris.
7
International Law Book Services, Malaysia Kita, (Kuala Lumpur: Direct Art Company,
2005), cet. 6, h. 115.

4

oleh pihak Inggris demi kemerdekaan negara.8 Setelah mencapai kemerdekaan,
Malaya membentuk suatu kesepakatan dengan Sabah dan Serawak dalam
membentuk sebuah negara yang akan dinamakan Malaysia.9 Karena jasa dan
pengorbanan Tunku Abdul Rahman, beliau diberi gelar sebagai Bapak
Kemerdekaan dan dilantik sebagai Perdana Menteri Malaysia yang pertama.
Kemerdekaan negara bukanlah suatu hal yang mudah dicapai oleh sebuah
negara. Di Malaysia peran dan kebijakan politik Tunku Abdul Rahman telah
banyak membantu Malaysia mencapai kemerdekaan dengan aman dan secara
diplomasi. Tunku bukan saja sanggup mengesampingkan kedudukannya sebagai
pangeran dan senantiasa mengutamakan kepentingan masyarakat, akan tetapi
beliau juga tidak pernah merasa takut dan menerima apa jua kritikan dalam
memperjuangan bangsa dan tanahair tercinta.10
Untuk mengetahui pemikiran politik Tunku Abdul Rahman dan proses
perjuangan beliau dalam merealisasikan kemerdekaaan Malaysia dengan lebih
terperinci dan mendalam, penulis mencoba melakukan penelitian lebih lanjut dan
terdorong untuk menganalisis lebih mendalam melalui penelitian skripsi yang
berjudul Pemikiran Politik Tunku Abdul Rahman dalam Konteks Perjuangan
Kemerdekaan Malaysia.

8

Ramlah Adam, Biografi Politik Tunku Abdul Rahman, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan
Pustaka, 2005) cet. 1, h. 268.
9
Ahmad Athori Hussain, Dimensi Politik Melayu 1980-1990, Antara Kepentingan dan
Wawasan Bangsa, (Selangor: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1993), cet. 1, h. 4.
10
Yusof Harun, Tunku, Idealisme dalam Kenangan, (Pualu Pinang: Yayasan Bumiputra,
1991), cet. 1, h. 183.

5

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan skripsi ini menjadi lebih praktis dan terfokus
sehingga para pembaca mendapat manfaat dari penelitian ini, penulis membuat
batasan hanya tentang seorang tokoh politik Malaysia yang bernama Tunku
Abdul Rahman, penelitian ini bertumpu pada pemikiran politik beliau dan
perjuangan beliau ketika melakukan perundingan-perundingan menuntut
kemerdekaan Malaysia dari pihak Inggris.

2. Perumusan Masalah :
Berdasarkan uraian dalam latar belakang dan pembatasan masalah di
atas dan supaya tidak menjadi kajian yang melebar, penulis merumuskan
permasalahan dengan rincian dalam bentuk persoalan sebagaimana berikut:
a) Bagaimana keterlibatan politik Tunku Abdul Rahman?
b) Apa ide-ide Tunku Abdul Rahman dalam memperjuangkan kemerdekaan
Malaysia?
c) Apa perundingan-perundingan yang diikuti oleh Tunku Abdul Rahman
dalam mewujudkan kemerdekaan Malaysia?

6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini memiliki beberapa tujuan sebagai
berikut:
1. Untuk mengkaji dengan lebih mendalam tentang keterlibatan tokoh besar
politik Malaysia, yaitu Tunku Abdul Rahman.
2. Untuk mengetahui ide-ide Tunku Abdul Rahman dalam memperjuangkan
kemerdekaan Malaysia.
3. Untuk mengetahui perundingan-perundingan yang disertai Tunku Abdul
Rahman dalam mewujudkan kemerdekaan Malaysia.

Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:
1. Secara akademis untuk mendapat jawaban terhadap berbagai persoalan yang
terkait

dengan kebijakan Tunku

dan

langkah

yang

diambil

ketika

memperjuangkan kemerdekaan Malaysia.
2. Sebagai sumbangan kepada ahli-ahli politik khususnya UMNO dalam
menghayati sejarah pembentukan UMNO dan peran UMNO dalam menuntut
kemerdekaan Malaysia.
3. Sebagai sumbangan kepada etnis-etnis di Malaysia supaya sentiasa bersatu
dalam menjamin keamanan dan kemajuan Malaysia.
4. Sebagai sumbangan pemikiran dan pengembangan khazanah keilmuan
khususnya di bidang sejarah dan ketatanegaraan Islam di Malaysia.

7

D. Studi Terdahulu
Sejumlah penelitian dengan bahasan tentang pemikiran politik telah
dilakukan, baik mengkaji secara spesifik maupun mengkaji secara umum yang
sejalan dengan bahasan penelitian ini. Berikut ini merupakan paparan tinjauan
umum atas sebagian karya-karya penelitian tersebut baik yang berupa buku
maupun skripsi, di antaranya:
Skripsi yang ditulis oleh Robby Chairil, yang berjudul Soekarno dan
Perjuangan dalam Mewujudkan Kemerdekaan Indonesia (1942-1945).11 Skripsi
ini menjelaskan tentang tokoh besar Indonesia yaitu Soekarno, yang mencakup
tentang latar belakang kehidupan beliau, keterlibatan beliau dalam politik, dan
perjuangan beliau dalam merealisasikan kemerdekaan Indonesia.
Skripsi yang ditulis oleh Ahmad Baha bin Mohammad, yang berjudul
Analisis Pemikiran Politik Anwar Ibrahim di Malaysia 1982-1998.12 Skripsi ini
menjelaskan tentang pemikiran Anwar Ibrahim dalam konteks reformasi Islam di
Malaysia, serta peran Anwar Ibrahim dalam proses demokratisasi di Malaysia.
Skripsi yang ditulis oleh Hasfa Bakhry Hasan, yang berjudul Islam
Hadhari, Suatu Pemikiran Abdullah Ahmad Badawi dalam Rencana Sebuah

11

Robby Chairil, Soekarno dan Perjuangan dalam Mewujudkan Kemerdekaan Indonesia
(1942-1945), (Jakarta: Skripsi Fakultas Adab Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2010)
12
Ahmad Baha bin Mohammad, Analisis Pemikiran Politik Anwar Ibrahim di Malaysia
1982-1998, (Jakarta: Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2009)

8

Pemerintahan Islam di Malaysia.13 Skripsi ini memberi penjelasan tentang Islam
Hadhari bahwa menurut pemikiran Abdullah Ahmad Badawi, melalui sebuah
konsep pemerintahan yang melaksanakan sistem berdasarkan Islam, serta
menjadikan agama Islam sebagai tatacara hidup bernegara.
Di samping itu terdapat beberapa sumber-sumber yang penulis rasakan
relevan untuk dijadikan rujukan penulis, di antaranya adalah:
Buku Pertama, Political Awakening . Buku ini adalah hasil karya Tunku
Abdul Rahman.14 Di dalam buku ini Tunku Abdul Rahman membicarakan tentang
pengalaman

beliau

ketika

memperjuangkan

kemerdekaan

Malaysia

dan

keterlibatan beliau dalam politik Malalysia.
Buku Kedua, Biografi Politik Tunku Abdul Rahman. Buku ini adalah
hasil karya Ramlah Adam.15 Buku ini secara lengkap memberi maklumat tentang
Tunku Abdul Rahman, dimulai dari sejarah kehidupan beliau, karir beliau,
keterlibatan beliau dalam bidang politik, serta jasa beliau dalam memperjuangkan
kemerdekaan Malaysia.
Buku Ketiga, Malaysia Kita. Buku ini adalah hasil karya International
Law Book Services.16 Buku ini secara ringkas memberi penjelasan tentang

13

Hasfa Bakhry Hasan, Islam Hadhari: Suatu Pemikiran Abdullah A. Badawi dalam
Rencana sebuah Pemerintahan Islam di Malaysia, (Jakarta: Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006)
14
Tunku Abdul Rahman, Political Awakening, (Selangor: Pelanduk Publication, 1986), cet.
1.
15
Ramlah Adam, Biografi Politik Tunku Abdul Rahman. (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa
dan Pustaka, 2005), cet. 1.
16
International Law Book Services, Malaysia Kita, (Selangor: Golden Books Centre Sdn
Bhd, 2010), cet. 10.

9

Malaysia, yaitu dimulai dari sejarah Malaya, sejarah pembentukan Malaysia,
sistem pemerintahan dan administrasi Malaysia, juga tentang posisi kekuasaan
eksekutif, legislatif, dan yudikatif dalam pemerintahan Malaysia saat ini.
Buku Keempat, Sejarah Malaysia, buku ini adalah hasil karya
Muhammad Ismail Ahmad.17 Karya ini memberi penjelasan tentang sejarah
Malaysia yang mencakup sejarah Melayu Melaka, sejarah Malaya, sejarah di
zaman penjajahan , serta sejarah kemerdekaan Malaysia.
Buku Kelima, Dasar-dasar Ilmu Politik. Buku ini adalah hasil karya
Miriam Budiardjo.18 Karya ini banyak memperkatakan tentang asas-asas ilmu
politik, di antaranya tentang bentuk negara, konsep kekuasaan, dan pembuatan
keputusan. Terdapat juga tentang pembentukan undang-undang dasar sebuah
negara, kelompok-kelompok politik, serta sistem pemerintahan sebuah negara
pada umumnya.
Buku Keenam, Fiqh Siyasah. Buku ini adalah hasil karya Mujar Ibnu
Syarif dan Khamami Zada.19 Buku ini membicarakankan tentang pemikiran
politik Islam yang dibagi kepada zaman klasik, pertengahan dan, kontemporer.
Buku ini juga memperjelaskan tentang konsep politik Islam secara rinci dengan
mendatangkan beberapa pandangan tokoh politik Islam.

17

Muhammad Ismail Ahmad, Sejarah Malaysia, (Selagor: Pustaka Mawar, 2004), cet. 1.
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik.( Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2008), cet. 3.
19
Ibnu Syarif, Mujar. Fiqh Siyasah, Doktrin dan Pemikiran Politik Islam. (Jakarta: PT
Gelora Aksara Pratama,2008), cet. 1.
18

10

E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Untuk melakukan penelitian data dalam penulisan skripsi ini, penulis
menggunakan pendekatan empiris dan menggunakan metode penelitian
kepustakaan(library research). Penulis mencoba mengumpulkan data-data yang
berasal dari sumber-sumber kepustakaan, baik berupa buku-buku, jurnal,
ensiklopedi, maupun internet yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji
dalam skripsi ini. Penulis juga melakukan wawancara untuk mendapatkan
maklumat tambahan bagi melengkapi penulisan skripsi ini.
2. Obyek Penelitian
Yang menjadi obyek penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah
pemikiran politik Tunku Abdul Rahman, khususnya kebijakan beliau ketika
melakukan perundingan dengan pihak Inggris dalam menuntut kemerdekaan
Malaysia.
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang lebih akurat dan faktual, teknik
pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah melalui studi dokumentasi
dari bahan-bahan tertulis yakni dengan mencari bahan-bahan yang terkait serta
mempunyai relevansinya dengan obyek penelitian. Pengumpulan data juga
dilakukan dengan melakukan wawancara untuk dijadikan sebagai data
tambahan.

11

4. Sumber Data
Sumber-sumber datanya adalah sebagai berikut:
a) Data Primer: Yang termasuk ke dalam sumber data primer adalah data yang
langsung diperoleh dari sumber yang asli dari obyek penelitian, yaitu bukubuku yang ditulis sendiri oleh Tunku Abdul Rahman dan wawancara dengan
seorang wartawan yaitu Tuan Haji Subky Latif bin Abdullah.
b) Data Sekunder: Adalah data yang diperolehi dari sumber kedua, yaitu dari
buku-buku lain yang berkaitan dengan objek penelitian seperti buku-buku
yang berkaitan dengan sejarah Malaysia dan politik Malaysia.
c) Data Tertier: Data tertier merupakan data pelengkap yang terdiri dari kamus
bahasa Indonesia, ensiklopedi, artikel dari halaman web dan lain-lain.
5. Teknik Analisis Data
Dalam melakukan analisis data, penulis menggunakan teknik analisis
data yang telah terhimpun(kualitatif), dengan cara mengumpulkan data-data dan
mencoba untuk menganalisis pemikiran seorang tokoh politik, yaitu Tunku
Abdul Rahman.
6. Teknik Penulisan Skripsi
Penulisan skripsi ini berpedoman pada buku Pedoman Penulisan
Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2007, buku ini diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.

12

F. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran menyeluruh, ditulis sistematika sebagai berikut:
Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang didahului dengan
persoalan yang melatarbelakangi penelitian dan pengangkatan tema ini, kemudian
dilanjutkan dengan pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, studi terdahulu, metodologi penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab kedua memberi uraian tentang sejarah awal penjajahan Inggris di
Malaysia, juga tentang perkembangan politik dan sistem pemerintahan Malaysia,
yang dibagi kepada tiga periode, yaitu masa penjajahan Inggris, masa menuju
kemerdekaan, dan Malaysia masa kini. Bertujuan untuk memberi gambaran secara
ringkas tentang perpolitikan di Malaysia.
Bab ketiga memberi uraian secara khusus tentang riwayat hidup, latar
belakang pendidikan, perjalanan karir, serta penglibatan politik Tunku Abdul
Rahman. Bab ini bertujuan untuk memberi pengenalan lebih dalam tentang tokoh
kemerdekaan Malaysia.
Bab keempat menguraikan tentang inti penelitian, yaitu tentang hubungan
politik Tunku Abdul Rahman dengan pihak Inggris, pemikiran politik Tunku, dan
perundingan kemerdekan yang diikuti Tunku. Penelitian ini bertujuan untuk
mendalami pemikiran politik Tunku Abdul Rahman.
Bab kelima merupakan penutup yang terdiri dari kesimpulan dan
merupakan jawaban dari persoalan dalam pembatasan dan perumusan masalah,
juga tedapat beberapa saran dari peneliti.

BAB II
GAMBARAN UMUM TENTANG MALAYSIA
Sejarah Malaya bermula di zaman kesultanan Melayu Malaka sekitar tahun
1400 Masihi. Pada masa kegemilangannya, wilayah kesultanan ini meliputi sebagian
besar Semenanjung dan Pantai Timur Sumatera. Malaka muncul sebagai sebuah
kerajaan yang gemilang kerana kedudukannya yang strategis yaitu titik pertemuan
antara Asia Timur dengan Asia Barat. Keadaan ini membuatkan Malaka muncul
sebagai pusat perdagangan utama khususnya perdagangan rempah di Asia Tenggara.1
Islam pula muncul sebagai agama utama yang tersebar dan menjadi anutan utama
penduduk Malaka dan raja-raja.
Malaya terkenal dengan kekayaan hasil bumi dan karena mempunyai kondisi
tanah yang subur. Kondisi ini telah menjadi penarik penguasa asing untuk menjajah
Malaya, tujuan utama mereka adalah untuk mencari lokasi perdagangan baru dan
menyebarkan agama kristen.2 Malaya pernah dijajah oleh tiga penguasa besar yang
berbeda, yaitu Portugis pada tahun 1511, Belanda pada tahun 1641, dan Inggris pada
tahun 1824.3 Di antara tiga penguasa besar itu, Inggris paling lama menjajah Malaya,
yaitu mulai tahun 1824 hingga Malaya mencapai kemerdekaan pada 31 Agustus
1957.

1

Amir F. Hidayat dan Abdurrasyid, Ensiklopedi Negara-negara di Dunia. (Bandung:
Pustaka Setia, 2006), cet. 1, h. 310.
2
Zarina Syukor, Sejarah Penubuhan Malaysia, (Pulau Pinang : Penerbit Pinang Sdn.Bhd.,
1985), cet. 1, h. 5.
3
Times Book International, Malaysia, (Singapore dan Kuala Lumpur, 2002), cet. 1, h. 5.

13

14

Setelah mencapai kemerdekaan, Malaya telah membentuk kesepakatan
dengan Sabah dan Sarawak untuk mendirikan sebuah negara yang dinamakan
Malaysia. Malaysia merupakan sebuah Negara Federasi yang mempunyai tiga belas
negara bagian dan tiga wilayah persekutuan. Malaysia terletak di Asia Tenggara
dengan luas 329.847km persegi, dan terletak di khatulistiwa yang beriklim tropis.
Ibukota Malaysia adalah Kuala Lumpur, dan Putrajaya merupakan pusat
pemerintahan. Malaysia terpisah kepada dua bagian, yaitu Malaysia Barat dan
Malaysia Timur. Malaysia berbatasan dengan Thailand, Indonesia, Singapura, Brunei
Darussalam, dan Filipina, dan jumlah penduduk Malaysia melebih 27 juta jiwa 4
A. Sejarah Awal Penjajahan Inggris di Malaysia.
Sejarah dan perkembangan politik merupakan pengalaman yang dicatat
dari waktu ke waktu, supaya ia menjadi panduan dan pengajaran kepada
masyarakat masa kini dan masa akan datang. “Mengkaji yang terdahulu untuk
memahami yang akan datang” merupakan salah satu falsafah dalam pendekatan
sejarah. Melalui pendekatan sejarah dalam mengembangkan ilmu politik
kebiasaannya tertumpu kepada beberapa persoalan seperti kapan, siapa, kenapa,
bagaimana dan di mana.5 Dengan berpedoman pada persoalan-persoalan di atas,
maka sejarah dapat menghidupkan kembali masa lalu, dan membuat kesimpulan
untuk mencapai kesepakatan di masa depan.

4

Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), cet.

1, h. 337.
5

Katni Kamsono Kibat, Asas ilmu politik, (Selangor: Biroteks Institusi Teknolgi Mara,
1986) cet. 1, h. 8.

15

Pada awal abad ke-17 Masehi adalah masa mulanya perkembangan
perdagangan Inggris di Malaya, yaitu dengan perkembangan cara perdagangan di
Asia Tenggara. Inggris semakin mempergiat usahanya untuk menguasai
perdagangan bijih timah di Malaya, karena motif dan kepentingan yang sama
antara Inggris dan Belanda, telah berlaku persaingan di antara mereka. Akan
tetapi, pada tanggal 17 Maret 1824 meja perundingan telah menjadi suatu alternatif
bagi mereka sebagai pemecah secara aman. Melalui perundingan itu, Inggris telah
memperoleh tiga wilayah di Malaya yang mencakup Pulau Pinang, Malaka, dan
Singapura. Ketiga negara bagian ini menjadi tanah jajahan Inggris dan dinamakan
Negeri-negeri Selat.6
Inggris

telah

menerapkan

sistem

administrasinya

sendiri

dan

mempergiatkan usaha dalam mengeluarkan hasil pertanian dan pertambangan bijih
timah dari Malaya. Pada saat ini juga, golongan China dan India mulai masuk ke
Malaya. Setelah beberapa tahun berlalu, Inggris mula mencari jalan untuk
memperluas tanah jajahannya. Pada awalnya Negeri-negeri Melayu Bersekutu
yang terdiri dari Perak, Selangor, Negeri Sembilan, dan Pahang berada dibawah
pemerintahan Raja-raja Melayu. Disebabkan berlakunya pertikaian politik di
antara raja-raja, Inggris telah berusaha menjinakkan Raja-raja Melayu dan
akhirnya Inggris berhasil menguasainya pada tahun 1874 melalui satu perjanjian

6

Mohd Salleh Abbas, Prinsip Perlembagaan dan Pemerintahan di Malaysia. (Kuala
Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 2006), cet. 3, hal. 11.

16

politik di antara raja-raja dengan penguasa Inggris yang dinamakan Perjanjian
Pangkor.7
Adapun Negeri-negeri Melayu Tidak Bersekutu yang terdiri dari Kedah,
Kelantan, Perlis dan Terengganu, propinsi-propinsi ini pada awalnya berada di
bawah kekuasaan Siam. Pada tahun 1909, propinsi-propinsi ini diserahkan kepada
Inggris atas permintaan raja-raja supaya dapat membebaskan kawasan mereka dari
kekuasaan Siam. Penyerahan itu terjadi setelah Inggris dan Siam menandatangani
suatu perjanjian yang dinamakan Perjanjian Bangkok.8 Pada dasarnya, Inggris
tidak merencana untuk ikut campur dalam politik Malaya, karena tujuan awal
Inggris hanya untuk menguasai hasil ekonomi dan perdagangan di Malaya. Akan
tetapi karena berlaku konflik internal beberapa kesultanan telah mengundang
Inggris untuk terlibat secara aktif guna memperluas pengaruhnya di Malaya.
Akibat konflik ini, Inggris mencapai keberhasilan menakluki beberapa kawasan
yang diikuti dengan beberapa perjanjian.
B. Perkembangan Politik dan Sistem Pemerintahan Malaysia
Kata politik berasal dari bahasa Yunani politikus, yaitu dari kata polis
yang berarti negara kota, ia juga dari bahasa Latin yaitu politica. Kata politik telah
digunakan pada abad ke-5 SM dan masih digunakan sampai saat ini.9 Para sarjana
politik telah membuat kesimpulan bahwa, politik dalam suatu yang berkaitan
7

Alfitra Salamm dan Achmad Syahid, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam (Asia Tenggara),
(Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve), h. 413.
8
Hasnah Hussin, Pengajian Malaysia, (Selangor: Oxford Fajar Sdn.Bhd, 2007), cet . I, h.
43.
9
Mustafa Haji Daud, Pengantar Politik Islam, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka,
Kementerian Pendidikan Malaysia, 1994), cet. I, h. 1.

17

dengan masalah kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan publik, dan alokasi
atau kontribusi dalam negara.10 Di Malaysia perkataan politik mulai mendapat
perhatian ketika munculnya gerakan nasionalisme Melayu dalam memperjuangkan
kemerdekaan Malaya.
Dalam perkembangan politik dan sistem pemerintahan Malaysia, penulis
membagi dalam tiga periode. Pertama, Masa Penjajahan Inggris. Kedua, Masa
Menuju Kemerdekaan. Ketiga, Malaysia Masa Kini. Berikut penjelasan bagi setiap
periode :
1. Masa Penjajahan Inggris
Ketiaka penjajahan Inggris, Malaya dijajah oleh Inggris secara berasingan
yaitu Negeri-negeri Selat(NNS), Negeri-negeri Melayu Bersekutu(NNMB),
Negeri-negeri Melayu Tidak Bersekutu(NNMTB). Bentuk pemerintahan di tiga
negara berasingan itu diketuai oleh seorang Pejabat Tinggi Inggris. Dalam
menjalankan pemerintahan di Malaya, Inggris telah memperkenalkan berbagai
sistem politik. Pada awalnya, Inggris

memperkenalkan suatu sistem yang

dinamakan Sistem Residen, sistem ini mula diperkenal setelah berlakunya
Perjanjian Pengkor. Sistem ini berbentuk birokrasi dan dijalankan oleh seorang
Residen Inggris, sistem ini Residen mempunyai kekuasaan tertinggi yang
mencakup urusan pemerintahan, ekonomi, dan undang-undang di Malaya.11

10

Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik. (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 2008), cet.

3, h. 14.
11

International Law Book Services, Malaysia Kita, (Kuala Lumpur: Direct Art Company,
2005), cet. 6, h. 197.

18

Pembentukan sistem ini telah menyebabkan berlakunya pemberontakan dari
beberapa pihak, namun usaha mereka gagal karena pemberontakan mereka
berbentuk perseorangan dan tidak mendapat dukungan dari masyarakat umum.
Perkembangan gerakan politik Malaya bermula pada akhir tahun 1930-an
dengan

lahirnya semangat nasionalisme dikalangan kaum elit Melayu yang

berpendidikan tinggi dan dipengaruhi gerakan nasionalis Indonesia. Organisasi
pertama

yang

didirikan berdasarkan

nasionalis

Melayu

dan

mempunyai

kepentingan politik adalah Kesatuan Melayu Muda(KMM), KMM membawa
konsep anti-penjajah untuk memperjuangkan kemerdekaan negara dan ingin
mewujudkan penyatuan dengan Indonesia melalui Indonesia Raya. Inggris telah
mengkhawatiri gerakan KMM, sehingga pada tahun 1941 sejumlah besar
pimpinan KMM telah ditangkap dan dipenjara. Ketika penjajahan Jepang
pimpinan KMM telah dibebaskan, akan tetapi Jepang tetap menghalang dan
membubarkan organisasi ini. Setelah pembubaran KMM, lahir pula beberapa
organisasi lain yang bertujuan menjatuhkan penjajah Jepang, yaitu Malaya
People’s Anti Japan Army (MPAJA) dan Parti Komunis Malaya (PKM).12
Penjajahan Jepang telah berakhir, apabila Nagasaki dan Hirosyima
dimusnahkan oleh tentara sekutu pada tanggal 6 Agustus 1945. Setelah ditimpa
kekalahan, Jepang telah menyerahkan kembali Malaya kepada Inggris pada 15
Agustus 1945. Kekalahan Jepang telah memberi ruang kepada Parti Komunis
Malaya(PKM) untuk menguasai Malaya. PKM telah bertindak kejam terhadap
12

International Law Book Services, op.cit., h. 97.

19

penduduk Malaya dengan membunuh dan memusnahkan harta benda mereka.
Pada waktu ini, Inggris kembali menjajah Malaya dan mengumumkan keadaan
darurat di Malaya sekitar tahun 1948 hingga 1960.13 Sekembalinya Inggris di
Malaya, Inggris telah memperkenalkan sistem pemerintahan baru yang dinamakan
Kesatuan Malaya atau Malayan Union.
Walaupun Inggris mendapat dukungan dari Raja-raja Malayu, namun
keabsahan Kesatuan Malaya bernilai rendah karena disertai bersama tantangan dan
ancaman dari masyarakat. Menjelang abad ke-20, gerakan kesadaran dan semangat
nasionalisme dikalangan masyarakat Melayu semakin membara. Masyarakat
Melayu mula menentang Kesatuan Malaya dengan mendirikan suatu organisasi
politik melalui Kongres Melayu Semalaya pada 11 Mei 1946 di Johor, organisasi
itu dinamakan United Malay National Organization(UMNO), dan diketuai oleh
Dato’ Onn Ja’far. Organisasi ini menentang keras Kesatuan Malaya, karena dalam
Kesatuan Malaya status kewarganegaraan akan diberikan sama rata kepada semua
warga asing yang lahir di Malaya. Penguasa Inggris juga ingin menghapuskan
kekuasaan sultan dan sultan hanya akan diberi otoritas dalam hal keagamaan dan
adat istiadat Melayu. Motif penentangan lain adalah karena muncul kekhawatiran
dikalangan orang Melayu terhadap para imigran, terutama golongan Cina yang
ingin menguasai perekonomian Malaya.14

13
14

Amir F. Hidayat dan Abdurrasyid. op. cit., h. 311.
Alfitra Salamm dan Achmad Syahid. op.cit., h. 415.

20

Hal ini menunjukkan bahwa sepanjang penjajahan Inggris, struktur
pemerintahan dikuasai penuh oleh penguasa Inggris. Beberapa kebijakan politik
juga telah dilakukan oleh penguasa Inggris dalam rangka merampas dan
menguasai Malaya. Akan tetapi semangat nasionalisme dalam diri masyarakat
Melayu dan keberhasilan UMNO memikat hati masyarakat Melayu, Kesatuan
Malaya akhirnya dibubarkan pada tahun 1948.
2. Masa Menuju Kemerdekaan.
Akibat tantangan dari masyarakat Melayu, Kesatuan Malaya telah
dibubarkan pada 21 Januari 1948, dan penguasa Inggris bersetuju untuk
melakukan perundingan bersama pimpinan UMNO dalam rangka membuat draf
bagi membentuk perlembagaan baru dan sistem pemerintahan baru di Malaya.
Hasilnya, penguasa Inggris bersetuju untuk mendirikan Persekutuan Malaya dan
membentuk perlembagaan baru yang dinamakan Perjanjian Persekutuan Malaya
1948. Perjanjian ini menetapkan bahwa dalam pemerintah Persekutuan Malaya
harus terdapat seorang Pejabat Tinggi Inggris, satu Dewan Perundangan
Persekutuan yang beranggotakan 75 anggota, satu Dewan Masyuarat Pemerintah,
dan satu Dewan Raja-raja untuk menasihati Pejabat Tinggi Inggris.15 Di dalam
Perjanjian itu juga menjelaskan bahwa penguasa Inggris mempunyai niat untuk
menjadikan Malaya ke arah pemerintahan sendiri dan memperkenalkan sistem
pemilihan umum di masa akan datang.

15

h. 12.

Muhammad Ismail Ahmad, Sejarah Malaysia, (Selangor: Pustaka Mawar, 2004), cet. 1,

21

Partai politik Malaya semakin berkembang dengan terbentuknya Partai
Gabungan yang mewakili etnis-etnis di Malaya, partai ini diketuai oleh Tunku
Abdul Rahman yang juga menjabat sebagai ketua UMNO. Partai Gabungan
didirikan pada bulan Januari 1952 dan disertai oleh tiga partai besar, yaitu Partai
Pertubuhan Kebangsaan Melayu Bersatu (UMNO), Partai Persatuan Cina Malaya
(MCA), dan Pertubuhan Kongres India Malaya (MIC). Pada tanggal 27 Juli 1955,
Partai ini telah memenangi pemilihan umum pertama dengan memenangi 51 kursi
dari 52 kursi yang dipertandingkan.16 Pada waktu inilah bermula sistem demokrasi
di Malaya, sistem ini diwujudkan sebagai persiapan ke arah pembentukan kerajaan
berparlemen. Sistem ini juga diperkenalkan untuk memberi latihan kepada rakyat
dan memberi pengalaman pemilihan umum di Malaya.
Dengan kemenangan yang telah dicapai, pada bulan Januari 1956 Tunku
bersama wakil Partai Gabungan dan wakil raja-raja berangkat ke London untuk
melakukan perundingan kemerdekaan dengan penguasa Inggris. Hasil perundingan
itu, tanggal kemerdekaan Malaya telah ditetapkan pada tanggal 31 Agustus 1957.
Setelah

selesai

perundingan,

suatu

komisi

dibentuk

dan

dinamakan

Komisi/Suruhanjaya Reid. Komisi itu bertujuan untuk membentuk perlembagaan
baru bagi Malaya.

17

Komisi Reid telah membuat draf untuk membentuk

perlembagaan baru, dan perlembagaan ini akan menyatakan tentang hak istimewa
bagi orang Melayu dan agama Islam sebagai agama negara.
16

Times Book International, op. cit., h. 13.
Yusof Harun, Tunku, Idealisme dalam Kenangan. (Pulau Pinang: Yayasan Bumiputra,
1991), cet. 1, h. 193.
17

22

Politik Malaya terus berkembang, dalam rangka membentuk sebuah
negara yang dinamakan Malaysia, Tunku berencana untuk menggabungkan
Malaya, Singapura, Sabah, Serawak, dan Brunei dalam sebuah negara. Dalam
pembentukan ini, berlaku perbincangan panjang di antara Komisi Cobbold,
Anggota

Perundingan

Persekutuan,

Anggota

Pemerintah,

dan

Anggota

Referendum Singapura. Setelah berlaku beberapa perbincangan, Persekutuan
Malaysia didirikan hanya meliputi Malaya, Sabah, Serawak, dan Singapura. Dua
tahun kemudian, pada tanggal 16 September 1963 berlaku pengunduran Singapura
dari Malaysia.18 Pada saat ini, Malaysia hanya terdiri dari Sabah, Serawak dalam
Semenanjung Malaysia.
Dalam

membentuk

pemerintahan,

beberapa

pendekatan

telah

dikemukakan oleh pemikir politik Islam. Di antaranya, pemikiran politik alGhazali tentang tujuan membina negara/pemerintahan adalah untuk menjadi alat
melaksanakan Syari’at, untuk mewujudkan kemaslahatan rakyat, dan untuk
menjamin ketertiban urusan dunia juga urusan agama. Ia juga berfungsi sebagai
lambang kesatuan umat Islam demi kelangsungan sejarah umat Islam.19
Walaupun penjajahan Inggris di Malaysia tidak bersifat kekerasan, tetapi
kemerdekaan sebuah negara mempunyai arti yang sangat besar dan perlu
diperjuangkan. Di sini kita dapat lihat walaupun sulit memperjuangkan

18

Ahmad Athori Hussain, Dimensi Politik Melayu 1980-1990, Antara Kepentingan dan
Wawasan Bangsa, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1993), cet. 1, h. 4.
19
J. Suyuthi Pulungan, Fiqh Siyasah, Ajaran, Sejarah dan Pemikiran, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2002), cet. 5, h. 261.

23

kemerdekaan negara, Malaysia tetap berjaya mencapai kemerdekaan hasil
perjuangan tokoh-tokoh politik Malaysia dan kesepakatan komunitas etnis di
Malaysia. Pemerintah baru yang dikuasai oleh Partai Gabungan telah berusaha
menghapuskan Partai Komunis Malaya, meningkatkan taraf hidup masyarakat
pedesaan, memajukan ekonomi Malaysia, dan memperkenalkan Malaysia di
tingkat Internasional.
3. Masa kini
Penjajahan Inggris telah memberi kesan dan perubahan yang jelas dalam
sistem politik dan pemerintahan Malaysia. Pada saat ini, Malaysia menggunakan
sistem pemisahan kekuasaan dan sistem federalisme yaitu memisahkan antara
pemerintahan propinsi dan pemerintah persekutuan. Majelis Raja-raja merupakan
lembaga tertinggi negara yang terdiri dari sembilan orang raja dan empat orang
gubernur, lembaga ini mempunyai kekuasaan dalam melantik Yang di-Pertuan
Agong. Konstitusi Malaysia menetapkan bahwa Yang di-Pertuan Agong adalah
Kepala Negara, dan ia dipilih dari kalangan raja-raja dalam jangka waktu lima
tahun secara bergantian. Yang di-Pertuan Agong berwenang dalam pelantikan
Perdana Menteri, merupakan ketua dari tiga cabang pemerintahan, dan merupakan
ketua pasukan militer. Yang di-Pertuan Agong juga mempunyai kekuasaan dalam
mempersetujui rancangan undang-undang.20 Akan tetapi Yang di-Pertuan Agong
tidak terlibat dalam membentuk dasar negara.

20

Ajid Thohir, op. cit., h. 343.

24

Sistem pemisahan kekuasaan dalam sistem pemerintahan Malaysia
berkedudukan dibawah Majelis Raja-Raja dan Yang di-Pertuan Agong. Dalam
klasifikasi badan eksekutif, Malaysia menggunakan sistem Parlementer, yaitu
partai politik yang memperoleh mayoritas kursi di Parlemen akan diangkat sebagai
Perdana Menteri dengan persetujuan Yang di-Pertuan Agong. Perdana Menteri
berfungsi sebagai ketua pemerintahan, juga sebagai kepanjangan tangan dari
parlemen untuk menjalankan kebijakan dan keputusan politik di parlemen.21
Legislatif

nasional

atau

parlemen

dalam

pemerintahan

Federal

menggunakan sistem dua majlis/departemen, yaitu dewan negara(Senat) dan
dewan rakyat(Departemen Kerakyatan). Kedua dewan ini berwenang dalam
membuat dan membatalkan undang-undang, berwenang dalam menetapkan cukai
baru, dan bewenang dalam meluluskan penggunaan dana negara. Adapun Badan
Yudikatif

di

Malaysia

dibagi

kepada

tiga

bagian,

yaitu

Mahkamah

Atasan(Mahkamah Agong, Mahkamah Rayuan, Mahkamah Tinggi), Mahkamah
Rendah(Mahkamah Sesyen, Mahkamah Juvana, Mahkamah Magistret, Mahkamah
Penghulu), dan Mahkamah Khas(Mahkamah Tentera,

Mahkamah Buruh,

Mahkamah Khas Raja-raja). Peradilan ini dikuasai oleh kerajaan persekutuan,
adapun kerajaan negeri hanya berwenang dalam Mahkamah Syariah dan
Mahkamah Adat.22

21
22

Hasnah Hussin, op. cit., h. 92.
Ibid, h. 104.

25

Walaupun Malaysia menggunakan sistem pemisahan kekuasaan, pada
hakikatnya pemisahan ini sulit dilaksanakan secara menyeluruh karena ketiga
lembaga itu mempunyai keterkaitan antara satu sama lain. Henry B.Mayo
mendefinisikan sistem politik yang demokrasi adalah di mana kebijaksanaan
umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara
efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas
prinsip kesamaan dan diselenggara dalam suasana yang terjamin kebebasan
politik. Adapun Syarat dasar terselenggaranya pemerintahan yang demokrasi
adalah perlindungan konstitusi, badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak,
kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan untuk berserikat, berorganisasi atau
beroposisi, dan mendapat pendidikan.23
Malaysia telah menggunakan bentuk pemerintahan demokrasi sejak
mencapai kemerdekaan, konsep demokrasi adalah konsep yang menggunakan
suara rakyat dalam menentukan pimpinan negara. Demokrasi yang diterapkan di
Malaysia bercorak Demokrasi Berparlemen, dimana wakil-wakil yang dipilih oleh
rakyat akan menduduki Parlemen dan menjalankan pemerintahan melalui
peruntukan Perlembagaan Malaysia.24 Perlembagaan juga masih mengedepankan
hal-hal penting dalam perlembagaan seperti hak asasi kewarganegaraan, hak
istimewa orang Melayu, kedudukan agama Islam dan bahasa Melayu.25

23

Miriam Budiarjo, op.cit., h. 116.
Ghazali Mayudin, Politik Malaysia: Perspektif, Teori, dan Praktik. (Bangi: Universiti
Kebangsaan Malaysia, 2002), cet. 1, h. 25.
25
Times Book International, op. cit., h. 16
24

26

Semenjak mencapai kemerdekaan pada tahun 1957, Malaysia tetap
menggunakan sistem kepartaian berbentuk multi partai hingga saat ini. Jika satu
partai memperoleh mayoritas kursi di Parlemen atau Dewan Rakyat, maka partai
itu dapat menguasai tampuk pemerintahan Malaysia. Sistem pemilihan umum
yang digunakan di Malaysia adalah berasaskan ”First-Past-The-Post-System” atau
sistem distrik, yaitu calon-calon yang memperoleh mayoritas suara di suatu
kawasan pemilihan umum, maka calon itu akan berkuasa di kawasan itu.
Pelaksanaan Pemilihan umum di Malaysia diadakan 5 tahun sekali, yang diawasi
oleh suatu komisi yang dinamakan Komisi/Suruhanjaya Pilihan Raya (SPR).26
Selain sistem pemerintahan khilafah dan imamah, terdapat sistem
pemerintahan lain yang dipraktikkan oleh umat Islam dalam konteks negarabangsa(nation-state). Di zaman sekarang, beberapa negara yang mayoritas
penduduknya

Muslim

menganut

sistem

demokrasi

dalam

menjalankan

pemerintahan. Walaupun menggunakan sistem demokrasi, pengaruh Islam masih
begitu nampak dengan banyaknya perundang-undangan yang berbasis pada syariat
Islam.27 Adapun di Malaysia, sistem demokrasi yang dijalankan merupakan satu
langkah untuk merialisasikan cita-cita dalam rangka mewujudkan sebuah negara
yang mempunyai suasana politik yang damai dan stabil.

26

International Law Book Services, op. cit., h. 181.
Mujar Ibnu Syarif dan Khamami Zada, Fiqh Siyasah, Doktrin dan Pemikiran Politik
Islam. (Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama,2008), cet. 1, h. 215.
27

BAB III
BIOGRAFI TUNKU ABDUL RAHMAN
Tunku Abdul Rahman Putra Al-Haj, merupakan satu nama yang tidak
asing dalam sejarah politik Malaysia. Tunku adalah seorang putra raja yang
dilahirkan di Istana, dan Tunku terkenal sebagai negarawan yang berjiwa rakyat.
Sebagai seorang pangeran beliau mempunyai kharisma yang sangat unik, dan
sepanjang keterlibatan beliau dalam bidang politik beliau banyak memberi
sumbangan kepada bangsa dan negara. Tunku juga terkenal sebagai pemersatu bangsa
karena keberhasilan beliau menyatukan komunitas etnis dalam menentang penjajahan
Inggris dan menuntut kemerdekaan Malaysia.1
Tunku adalah seorang pemimpin negara yang telah berhasil menyampaikan
cita-cita rakyat untuk mencapai kemerdekaan Malaysia. Untuk merialisasikan citacita rakyat Tunku telah berjuang dengan tabah dan menghadapi segala kesulitan
dengan sabar. Ahli sejarah pada masa akan datang akan mencantumkan pristiwapristiwa bersejarah bersama nama-nama pejuang kemerdekaan negara masingmasing. Tunku sebagai seorang tokoh pejuang kemerdekaan Malaysia, beliau diberi
gelar sebagai bapak keamanan dan bapak kemerdekan.2 Hasil perjuangan beliau,
Malaysia pada saat ini menjadi sebuah negara yang maju dan dihormati di seluruh
dunia.

1

Syarif Ahmad, Tunku Abdul Rahman, Memoir Patriotik, (Kuala Lumpur: Pustaka Antara,
1991), cet. 1, h. 39.
2
Zakiah Hanum, Maka Merdekalah Negara Kita, (Kuala Lumpur: Ahli Cipta (M) Sdn. Bhd.
1997), cet. I , h. 23.

27

28

A. Riwayat Hidup Tunku Abdul Rahman
Tunku Abdul Rahman adalah salah seorang putra Sultan Negeri Kedah,
yaitu Sultan Abdul Hamid Halim Shah. Beliau dilahirkan pada 8 Februari 1903 di
Istana Tiga Tingkat Alor Setar, Kedah. Tunku merupakan anak ke-20 dari 45orang
anak Sultan Abdul Hamid, hasil dari pernikahan dengan delapan orang istri.
Adapun hasil pernikahan ayahanda dan bundanya, beliau merupakan anak ke-7,
dan beliau mempunyai tiga saudara dan tiga saudari. Bunda Tunku bernama
Makche Menjelara, anak perempuan Luang Nara Biroraks, dan rakyat Siam yang
berasal dari Pegu, Burma.3 Karena percampuran darah Melayu, India, Siam dan
Burma, kulit Tunku berbeda dengan kulit orang Melayu. Adapun pada waktu
kecil, Tunku lebih menggunakan bahasa Siam sebagai bahasa pengantar di istana,
dan beliau mewarisi keberanian dan kepintaran bundanya.
Sebagaimana pangeran-pangeran yang lain, pada waktu kecil pergaulan
Tunku agak terbatas dan terkendali. Tunku dibenarkan berteman hanya
dikalangam keluarga

DiRaja dan beliau

jarang sekali bertemu

dengan

ayahandanya. Setelah beranjak dewasa, barulah Tunku diperboleh berteman
dengan orang-orang Melayu yang sebaya dengan beliau di luar istana, beliau
sangat senang dan gembira dapat berteman dengan mereka.4 Secara tidak

3

Yusof Harun,Tunku, Idealisme dalam Kenangan. (Pulau Pinang: Yayasan Bumiputra,
1991), cet. 1, h. 15.
4
Siti Mariam Daud dan Sulaiman Zakaria,Tunku Abdul Rahman Putera al-Haj, (Kuala
Lumpur: Jade Green Publications, 1996), cet. 1, h.3

29

langsung, hal ini memperlihatkan kepribadian Tunku yang mementingkan
kebebasan untuk hidup dan beliau tidak suka bersikap sombong.
Setelah beranjak dewasa, pada tahun 1933 Tunku telah menikah dengan
istri pertama beliau yang bernama Chik Mariam. Chik Mariam adalah anak gadis
dari seorang peniaga timah di Alor Star. Hasil pernikahan Tunku dengan Chik
Mariam, mereka telah dikarunia dua orang anak, anak pertama mereka bernama
Tunku Khadijah dan anak kedua Tunku Ahmad Nerang. Pada tahun 1935, Chik
Mariam telah