Pemikiran Tunku Abdul Rahman Putra Al-Haj tentang nasionalisme melayu

(1)

PEMIKIRAN TUNKU ABDUL RAHMAN PUTRA AL-HAJ TENTANG NASIONALISME MELAYU

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Pensyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

OLEH :

MOHAMAD NASRULLAH BIN MOHAMAD ZAINUDIN NIM: 109045200025

KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1432 H / 2011 M


(2)

(3)

(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperloleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 23 April 2011 19 Jumadil Awal1432 H

Penulis,


(5)

KATA PENGANTAR ِمْيِحَّْلا ِنمْحَّْلا ِهْا ِمْسِب

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadrat Allah Swt, Tuhan segenap alam karena dengan limpahan rahmat, nikmat, hidayah dan mahabbah-Nya ke seluruh alam sehingga penulis dapat menyelesaikan kewajiban penyusunan skripsi ini.

Shalawat dan salam buat Khatimul Anbiya’, junjungan besar Nabi Muhammad Saw, ahli keluarga baginda, para sahabat, tabi’tabi’in serta seluruh pengikut baginda yang menyeru pada yang ma’ruf dan mencegah pada yang mungkar demi mengharap

keredhaan-Nya sampai akhir zaman, semoga mendapat kejayaan dan ganjaran di akhirat sana.

Alhamdulillah berkat rahmat dan karunia-Nya, akhirnya penulisan skripsi ini telah dapat diselesaikan dengan baik walaupun masih banyak kekurangannya. Penulis menyadari bahwa selesainya penulisan skripsi ini karena adanya pertolongan dan dukungan dari semua pihak. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Pihak pemimpin Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta yang telah mengizinkan penulis untuk menuntut ilmu di sini;

2. Kepada Negara Republik Indonesia yang telah memberi kebenaran dan izin kepada penulis untuk tinggal, mencari serta memperoleh ilmu yang sangat bermanfaat dan bernilai;


(6)

4. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM. sebagai Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta;

5. Dr. Asmawi, M.Ag. dan Afwan Faizin, MA., sebagai Ketua dan Sekretaris Jurusan Jinayah Siyasah, dan juga kepada Ibu Sri Hidayati yang banyak memberikan bantuan, kemudahan administratif, bimbingan akademik sejak awal perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini;

6. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Lubis, MA, sebagai dosen pembimbing yang senantiasa memberikan petunjuk dan nasehat kepada penulis ke arah perfeksi penulisan, meluangkan waktu dan banyak memberi masukan hingga selesai skripsi ini;

7. Dr. Asmawi, M.Ag. dan Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Lubis, MA., sebagai dosen penguji seminar proposal dan juga banyak memberi bimbingan kepada penulis sepanjang proses perbaikan proposal;

8. Seluruh dosen Kolej Universiti Darul Quran Islamiyyah (KUDQI) dan Institut Pengajian Al-Azhar (IPA) terutama Bapak Rektor Al-Fadhil Ustaz Mohd Zain bin Abd. Rahman, Ustaz Muhayyat bin H. Husin, H. Wan Ahmadul Badawi bin Wan Ibrahim dan Ustazah Hasanah Halin yang banyak memberikan sokongan dan dukungan moral sehingga penulis dapat meneruskan pengajian di bumi Indonesia; 9. Segenap dosen-dosen Syariah dan Hukum yang telah memberi petunjuk dan

memberikan ilmu yang bermanfaat kepada diri penulis dan teman-teman seperjuangan selama menjalani perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta; 10.Para pemimpin dan staf Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Syari’ah


(7)

11.Kedutaan Besar Malaysia di Indonesia atas pengawasan dan kebajikan yang mengambil alih peran dalam menjaga seluruh mahasiswa Malaysia di bumi Indonesia;

12.Keluarga tersayang Ayahanda Mohamad Zainudin bin Aspan dan Ibunda Nurhana binti Syarif yang sentiasa mendoakan kejayaan, merawat, mangasuh, mendidik serta memberikan dukungan moral dalam setiap langkah penulis;

13.Saudara/ri Nur Adila, Siti Mu’minah, Mohamad Khairullah, dan adik-adik Siti Nabihah, Mohamad Salahuddin, dan Siti solehah serta kerabat-kerabat dari pihak ayahanda dan bondaku;

14.Insan tersayang Alfiyah binti Mohd Ruslan yang banyak membantu dari segi bantuan dan dukungan peribadi;

15.Teman-teman serumah Riduan, Farid, Syamil, Khalil, Ustaz Azhari, Ramadhan, Hanzalah, Amir, Razman, dan teman-teman yang sama-sama menuntut ilmu di Indonesia Ridzuan, Sabri, Muaz, Zailani, Ukasyah serta teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan;

16.Saudara Muhsin yang sudi meluangkan waktu untuk membantu penulis menterjemahkan skripsi ini;

17.Persatuan Kebangsaan Pelajar Malaysia di Indonesia (PKPMI), Malaysian Club UIN Jakarta (MCUJ) dan Kelab UMNO Jakarta Indonesia;

18.Pemerintah Malaysia dan Pemerintah Republik Indonesia;

19.Semua pihak yang telah menghulur bantuan secara langsung maupun tidak langsung sepanjang penyusunan skripsi ini, semoga segala bantuan dan niat baik diterima sebagai amal shaleh di sisi Allah SWT. Amin.


(8)

Akhirnya penulis menginsafi bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu kritikan dan saran yang konstruktif sangat diperlukan untuk perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat sebagai karya ilmiah khususnya bagi penulis dan sekalian pembaca umumnya.

Jakarta, 14 April 2011 M

10 Jumadil Awal 1432 H


(9)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah...4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...5

D. Review Studi Terdahulu...6

E. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan...10

F. Sistematika Penulisan...11

BAB II KONSEP NASIONALISME A. Pengertian Nasionalime...12

B. Sejarah Munculnya Nasionalisme...15

C. Nasionalisme Menurut Tokoh-Tokoh Kontemporer...20

D. Nasionalisme di Malaysia...23

BAB III BIOGRAFI TUNKU ABDUL RAHMAN A. Riwayat Hidup Tunku Abdul Rahman... 31

B. Latar Belakang Pendidikan Tunku Abdul Rahman...34


(10)

BAB IV NASIONALISME YANG DITERAPKAN TUNKU ABDUL RAHMAN

A. Pandangan Tunku Abdul Rahman terhadap Nasionalisme Berbagai

Aliran...46

B. Perjuangan Tunku Abdul Rahman Sebelum dan Sesudah Kemerdakan... 52

1. Memperjuangkan Bangsa Melayu...54

2. Penyatuan antara Etnis...56

3. Memperjuangkan Agama Islam...58

C. Rumusan Penulis...62

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...66

B. Saran...68

DAFTAR PUSTAKA...70


(11)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kata nasionalisme selalu dikaitkan dengan suatu perang atau revolusi, kata ini mengacu pada negara-negara di Afrika, Asia, Amerika Latin, atau Timur Tengah. Selain itu, “nasionalisme” sering digunakan untuk etnis minoritas di berbagai negara, secara historis nasionalisme yang merupakan kesadaran bernegara atau semangat kebangsaan berasal pertama kali dari Eropa. Rasa kebersamaan pada bangsa dan upaya untuk mempertahankan budaya bangsa merupakan ciri khusus bangsa, dan hal ini merupakan segi-segi esensial nasionalisme.1

Permasalah pemikiran Tunku Abdul Rahman terhadap nasionalisme Melayu adalah mengfokuskan beberapa aliran pemikiran yaitu, nasionalisme Melayu terbagi menjadi dua bentuk, yaitu berdasarkan terhadap pemerintahan kolonial dan sikap terhadap pemerintah feudal. Di Tanah Melayu khususnya, mereka yang bersikap pro-kolonial dan pro-feudalisme dianggap berpegang kepada paman nasionalisme konservatif, sedangkan mereka yang bersikap anti penjajah dan anti pro-feudalisme berpegang kepada nasionalisme radikal. 2

Menurut Firdaus Haji Abdullah di dalam kajiannya tentang politik Melayu radikal, nasionalis konservatif diwakili oleh para birokrat tradisional yang berpendidikan Barat, sedangkan nasionalis radikal pula diwakili oleh mereka yang

1

Muhammad Azhar, Filsafat Politik: Perbandingan antara Islam dan Barat (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), Cet. Pertama, hlm.64.

2

Roslan Saadon, Gagasan Nasionalisme Melayu Raya: Organisasi dan Perkembangan (Selangor: Karisma Publications, 2009), Cet. Pertama, hlm.18.


(12)

berpendidikan Islam dan vernacular Melayu. Beliau juga menjelaskan bahwa nasionalis konservatif sering mendapat dukungan dan layanan rakyat baik dari pihak penjajah, sedangkan nasionalis radikal sentiasa ditekan dan diberikan layanan buruk oleh Inggeris.3

Nama Tunku Abdul Rahman Putra al-Haj bukanlah nama asing bagi negara masyarakat Malaysia, lebih-lebih lagi dalam sejarah lipatan politik tanah air. Beliau yang memiliki darah keturunan raja adalah seorang Ketua Menteri Persekutuan Tanah Melayu pada zamannya. Selain itu, beliau juga memegang jabatan sebagai Perdana Menteri Malaysia yang pertama. Kepemimpinan beliau amat terserlah baik dalam bidang politik yaitu sebagai Presiden UMNO maupun sebagai seorang pemimpin negara yang berwibawa dan kompeten dalam mengelola negara dan rakyatnya. Peran Tunku dalam usaha mencapai kemerdekaan negara sangat penting. Sebagai pemerintah, beliau bertanggung jawab dalam mendapatkan kemerdekaan Tanah Melayu dari pihak penjajah pada tahun 1957. Beliau juga memainkan peran penting dalam membentuk Persekutuan Malaysia pada tahun 1963.4

Di antara kebijakan politik Tunku Abdul Rahman adalah, beliau berhasil membangkitkan semangat nasionalisme dalam diri masyarakat Tanah Melayu dan menyatukan etnis di Malaya. Meskipun pada waktu itu hubungan etnis sedikit tegang. Tunku banyak membantu mendirikan UMNO pada tahun 1945 dan beliau diangkat sebagai Presiden UMNO pada tahun 1952. Beliau juga berhasil membentuk Partai

3

Firdaus Haji Abdullah, Redical Malay Politics, Its Origins and Development (Kuala Lumpur: Pelanduk Publications, 1985, hlm.3.

4

Ibrahim Mahmood, Sejarah Perjuangan Bangsa Melayu (Kuala Lumpur: Pustaka Antara, 1981), Cet. Pertama, hlm.335.


(13)

Perikatan, dan partai tersebut telah memenangkan pemilihan umum atau pemilu pertama Tanah Melayu pada tahun 1955.5

Kewibawaan Tunku Abdul Rahman yang berhasil menyatukan penduduk negara ini yang terdiri daripada tiga etnis yang utama yaitu Melayu, Cina, dan India. Penyatuan ketiga etnis tersebut di bawah pimpinan Tunku telah memberi keyakinan kepada pihak Inggeris untuk memberi kemerdekaan kepada Persekutuan Tanah Melayu pada 31 Agustus 1957.

Selain memperjuangkan Melayu, Tunku Abdul Rahman juga memperjuangkan agama Islam dari jajahan Inggris. Beliau telah diakui oleh Arab Saudi dan negara-negara Islam lain karena kontribusi beliau kepada pembangunan Islam. Misalnya di tingkan nasional, Organisasi Kebajikan Islam Malaysia (PERKIM) telah membantu saudara baru memeluk Islam yang dipimpin oleh Tunku sendiri.6

Tunku Abdul Rahman telah banyak memberikan kontribusinya terhadap perkembangan Islam di negara Malaysia malah mengharumkan nama negara di persada dunia. Beliau banyak terlibat dalam penyelenggaraan Kompensi Membaca Al-Quran. Beliau juga pernah menjadi Presiden Organisasi Kebajikan Islam Malaysia (PERKIM) pada Agustus 1960. Atas kemampuan dan daya usaha gigihnya itu, beliau berhasil meletakkan PERKIM sebagai sebuah organisasi yang terkemuka dan dihormati oleh semua umat Islam di Malaysia. Tunku Abdul Rahman adalah seorang

5

Siti Mariam Daud dan Sulaiman Zakaria, Tunku Abdul Rahman Putra al-Haj (Kuala Lumpur: Jade Green Publications, 1996), Cet. Pertama, hlm.1.

6

Zaid Ibrahim, Saya Pun Melayu (Selangor: Zi Publications SDN. BHD, 2009), Cet. Pertama, hlm.291.


(14)

pejuang kemanusiaan yang murni. Beliau telah mengizinkan PERKIM cabang Negeri Kedah menggunakan tanah miliknya untuk membangun rumah anak-anak yatim dan orang tua yang diberi nama Darul Aliam Wal Masalan Tunku Abdul Rahman Putra.7

Dengan latar belakang yang cukup komplek itu (model negara, dan pribadi Tunku Abdul Rahman Putra al-Haj), penulis harap penelitian ini akan lebih menarik. Tunku Abdul Rahman Putra al-Haj sebagai tokoh yang menjadi kajian, dalam membentuk serta mengembangkan pemikiran nasionalisme Melayu di Malaysia. Dengan demikian, penelitian berjudul “PEMIKIRAN TUNKU ABDUL RAHMAN

PURTA AL-HAJ TENTANG NASIONALISME MELAYU” sebagai langkah

mengetahui perjuangan terhadap Nasionalisme Melayu di Malaysia.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Sebagai kajian, maka penulis akan membuat kajian terhadap perjuangan yang telah dilalui oleh Tunku Abdul Rahman Putra al-Haj dan pemikirannya tentang nasionalisme Melayu, dan berbagai aliran nasionalisme.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang dan pembatasan masalah di atas dan supaya tidak menjadi kajian yang melebar, penulis merumuskan permasalah dengan rincian dalam bentuk persoalan seperti berikut.

a. Bagaimanakah perjuangan Tunku Abdul Rahman Putra al-Haj, sebelum dan sesudah kemerdekaan?

7 Ibid., hlm.292.


(15)

b. Bagaimanakah Tunku Abdul Rahman Putra al-Haj menyelesaikan masalah nasionalisme yang berkaitan dengan etnis?

c. Bagaimanakah perjuangan Tunku Abdul Rahman Putra al-Haj dalam memjadikan agama Islam sebagai agama resmi negara Malaysia?

d. Bagaimanakah Tunku Abdul Rahman Putra al-Haj menyatukan penduduk negara Malaysia yang berbagai etnis?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini penulis memiliki tujuan di antaranya:

1. Untuk memberikan pemahaman tentang bagaimana perjuangan Tunku Abdul Rahman Putra al-Haj dalam perjuangan, sebelum dan sesudah kemerdekaan dan apa saja perjuangannya.

2. Supaya dapat diketahui bagaimana Tunku Abdul Rahman Putra al-Haj menyelesaikan masalah nasionalisme etnis.

3. Untuk mengetahui bagaimana perjuangan Tunku Abdul Rahman Putra al-Haj dalam menjadikan agama Islam sebagai agama resmi negara Malaysia.

4. Untuk mengetahui bagaimana Tunku Abdul Rahman Putra al-Haj menyatukan penduduk negara Malaysia yang berbagai etnis.

Adapun manfaat dari penelitian penulis ini adalah sebagai berikut:

1. Supaya penelitian ini bermanfaat bagi penulis dan bagi orang lain, tentang pemikiran Tunku Abdul Rahman Putra Al-Haj tentang nasionaslsme Melayu.


(16)

2. Agar dapat dijadikan bahan masukan dan dan informasi bagi mahasiswa yang ingin menambahkan pengatahuan tentang perjalanan politik Malaysia.

3. Sebagai sumbangan pemikiran pada pembaca yang ingin menambah pengatahuan tentang sejarah persatuan bangsa di Malaysia.

D. Studi Terdahulu

Sejumlah penelitian dengan bahasan tentang pemikiran-pemikiran tokoh telah dilakukan, baik mengkaji secara spesifik topik tersebut atau yang mengkajinya secara umum yang sejalan dengan bahasan penelitian ini. Berikut ini adalah tampilan tinjauan umum atas sebahagian karya-karya penelitian tersebut baik yang berupa buku maupun skripsi, di antaranya adalah:

Penelitian yang ditulis oleh Iwan Marwan yang berjudul Nasionalisme Ahmad Hassan, Studi Pemikiran Ahmad Hassan tentang Paham Kebangsaan, tahun 2007 penelitian ini di antaranya membahas tentang pemikiran Ahmad Hassan tentang paham kebangsaan di Indonesia.8

Penelitian yang ditulis oleh Mohd Faiz Bin Awang yang berjudul Nasionalisme Dalam Pandangan Partai Islam Se-Malaysia (PAS), penelitian ini membahas pandangan PAS sebagai partai yang berbasis ideologi Islam terhadap nasionalisme atau faham kebangsaan khususnya di Malaysia.9

8

Iwan Marwan, Nasionalisme Ahmad Hassan: Studi atas Pemikiran Ahmad Hassan tentang Paham Kebangsaan (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007).

9

Mohd Faiz Bin Awang, Nasionalisme dalam Pandangan Partai Islam Se-Malaysia (PAS) (Skripsi S1 Fakultas Syari’ah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010).


(17)

Selain skripsi di atas, berikut ini merupakan tampilan tinjauan tentang nasionalisme Melayu telah dilakukan, sebagian karya-karya penelitian tersebut adalah:

Buku pertama, Sejarah Politik Melayu Berbagai Aliran. Buku ini membahas artikel-artikel terpilih mengenai persoalan sejarah politik Melayu berbagai aliran yang pernah mewarnai arus perdana politik Malaysia sebelum dan sesudah merdeka. Di dalam buku ini juga membicarakan persoalan sejarah politik sayap kiri. Secara spontan pandangan masyarakat umum akan mempersoalkan tentang suatu gerakan yang berbentuk revolusi atau ekstrim.10

Buku kedua, Orang Melayu Masalah dan Masa Depan. Buku ini menjelaskan tentang orang Melayu dan masyarakat Malaysia umumnya.11 Penulis mencoba mengkaji sejarah dan perkembangan orang Melayu dari berbagai sudut sebagai latar belakang mengenali isu-isu asas, karekter sosial serta masalah yang dihadapi mereka.

Buku ketiga, Perjuangan Membela Melayu: UMNO Selangor 1946-2006. Buku ini menjelaskan perjuangan Melayu Selangor menentang dan menggagalkan rancangan Malayan Union yang diperkenalkan oleh Inggeris sekembalinya menguasai Tanah Melayu pada 13 September 1945 tidak lama setelah Jepang

10

Ishak Saat, Sejarah Politik Melayu Berbagai Aliran (Shah Alam: Karisma Publications Sdn. Bhd., 2007).

11


(18)

menyerah kalah dalam Perang Dunia Kedua. Perjuangan itu telah membawa kepada kelahiran United Malays National Organisation atau lebih dikenal dengan UMNO.12

Buku keempat, Malaysia Kita. Buku ini memperjelas sejarah Tanah Melayu sejak dari lahirnya negeri Melaka hingga negara mencapai kemerdekaan.13 Buku ini mengandung sembilan bagian, sebagian yang meliputi sejarah Tanah Melayu, sejarah Persekutuan Melayu, sejarah pembentukan negara Malaysia, sistem pemerintahan dan administrasi negara Malaysia, pengelolaan ekonomi negara Malaysia, rancangan pembangunan negara dan dasar-dasar utama negara Malaysia, sistem pendidikan dan persatuan negara Malaysia, kebijakan luar negeri Malaysia dan Malaysia yang wujud pada hari Ini. Buku ini juga mengandung informasi terkini tentang kemajuan yang telah dicapai oleh negara Malaysia.

Buku kelima, Saya Pun Melayu. Buku ini menceritakan tentang politik Malaysia dan hal-hal yang terkait dengan kepentingan rakyat Malaysia.14 Buku ini memperlihatkan perkembangan dari perspektif seorang mantan pemimpin UMNO dan juga mantan seorang Menteri.

E. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan

1. Jenis Penelitian

Untuk permasalahan dan meneliti data dalam skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif. Penulis mencoba mengumpulkan

12

Chamil Warina, Perjuangan Membela Melayu: UMNO Selangor 1946-2006 (Kuala Lumpur: Media Global Matrix Sdn. Bhd., 2006).

13

Malaysia Kita (Kuala Lumpur: Internasional Law Book Services, 2002), Cet. Pertama, hlm.15.

14


(19)

data berasal dari sumber-sumber kepustakaan, baik berupa buku-buku yang berkenaan dengan Nasionalisme Melayu, seperti Sejarah Perjuangan Bangsa Melayu yang dikarang oleh Ibrahim Mahmood, jurnal, internet dan buku-buku yang berkait dengan permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini.

2. Obyek Penelitian

Dalam kajian ini obyek penelitiannya adalah tentang sosok Tunku Abdul Rahman dalam perjuangan nasionalisme Melayu sebelum dan sesudah kemerdekaan, dan pemikirannya tehadap aliran nasionalisme yang timbul.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapat data yang lebih akurat dan faktual, teknik pengumpulan data dilakukan kepustakaan (library research) dengan mengumpul dokumenter dari bahan-bahan tertulis yakni dengan mencari bahan-bahan yang terkait tentang Nasionalisme Melayu serta memiliki relevensi dengan obyek penelitian. Data yang diperoleh adalah menjadi sekunder dan tertier.

Sumber data sekunder adalah biografi Tunku Abdul Rahman Putra al-Haj yang diambil dari buku Ishak Saat, Sejarah Politik Melayu Berbagai Aliran, Shah Alam: Karisma Publications Sdn. Bhd., 2007, literatur-literatur, website yang berkait dengan obyek penelitian. Kemudian data tertier berupa artikel.

4. Teknik Analisis Data

Dalam melakukan analisis data, penulis menggunakan teknik deskriptif analisis data yang terhimpun, dengan cara-cara mengumpulkan data-data dan mencoba untuk menganalisis pemikiran seorang tokoh politik, yaitu Tunku Abdul Rahman Putra al-Haj.


(20)

5. Teknik Penulisan Skripsi

Penulisan skripsi ini berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007” yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudahkan dan memperoleh gambaran yang utuh serta menyeluruh, penelitian skripsi ini ditulis dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang berisi tentang latar belakang penelitian, pembahasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian studi terdahulu (review), metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab kedua membahas tentang pengertian dan definisi nasionalisme, sejarah munculnya nasionalisme, pengertian nasionalisme menurut tokoh-tokoh kontemporer dan menurut tokoh-tokoh Islam, serta kemunculan dan perkembangan nasionalisme di Malaysia.

Bab ketiga menceritakan tentang biografi, latar belakang pendidikan, dan perjalanan karir politik Tunku Abdul Rahman.


(21)

Bab keempat menceritakan tentang nasionalisme berbagai aliran yang muncul di Malaysia, serta perjuangan Tunku Abdul Rahman sebelum dan sesudah kemerdekaan.

Bab kelima merupakan penutup yang di dalamnya terdapat kesimpulan dan saran.


(22)

BAB II

KONSEP NASIONALISME

Nasionalisme merupakan suatu kesadaran kelompok manusia untuk membentuk sebuah komunitas yang bekerbudayaan sama, yang terikat oleh garis-garis batas wilayah yang jelas, memiliki sejarah silam yang mirip, memiliki proyek masa depan yang sama dan mengklaim hak pemerintahan sendiri.

Singkatnya, nasionalisme berkeyakinan bahwa umat manusia terbagi dalam bangsa-bangsa dan bahwa semua bangsa memiliki pemerintahan dan menentukan nasibnya sendiri. Negara dan bangsa multinasional yang terdiri atas berbagai negara secara inheren adalah salah. Oleh karena itu, negara bangsa adalah satu-satunya unit politik yang sah sebagai penjaga identitas bangsa. Persatuan bangsa merupakan tujuan utama dari tindakan politik etnis nasionalis. nasionalisme adalah doktrin dan sebuah ideologi.15

A. Pengertian Nasionalisme

Nasionalisme dari segi bahasa berasal dari kata nation yang bererti bangsa. Bangsa memiliki dua pengertian yaitu: dalam pengertian antropologis, sosiologis, dan politik.16 Dalam pengertian antropologis dan sosiologis, bangsa adalah suatu masyarakat yang merupakan suatu persekutuan hidup yang berdiri sendiri dan masing-masing merasa satu kesatuan ras, bahasa, agama, sejarah, dan istiadat.

15

Ian Adams, Ideologi Politik Mutakhir, Konsep, Ragam, Kritik, dan Masa Depan (Yogyakarta: Qalam, 1993), Cet. Pertama, hlm.119.

16

Aminuddin Nur, Pengantar Studi Sejarah Pergarakan Nasional (Jakarta: Pembimbing Massa, 1967), hlm.87.


(23)

Adapun yang dimaksud bangsa dalam pengertian politik adalah masyarakat dalam suatu daerah yang sama, dan mereka tunduk kepada kedaulatan negaranya sebagai suatu kekuasaan tertinggi ke luar dan ke dalam.

Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia. Para nasionalis menganggap negara adalah berdasarkan

beberapa “kebenaran politik” (political legitimacy).17 Para ilmuwan politik biasanya menumpukan penyelidikan mereka kepada nasionalisme yang ekstrem seperti nasionalisme sosialis, pengasingan, dan sebagainya.

Nasionalisme juga adalah satu konsep yang berpendapat bahwa kesetiaan individu diserahkan sepenuhnya kepada negara. Paham kebangsaan ini pada mulanya berpusat di Eropa Barat dan tersebar ke Asia Tenggara khususnya di Malaysia melalui pelajar yang belajar di luar negeri maupun di tanah air. Nasionalisme di Asia pada umumnya adalah nasionalisme yang timbul sebagai reaksi terhadap penjajahan Barat.18

Ideologi nasionalisme telah didefinisikan dengan berbagai cara, tetapi kebanyakan definisi tersebut tumpang tindih dan menyingkapkan tema yang sama. Tentu saja tema utamanya adalah masalah yang mendominasi bangsa. Nasionalisme adalah suatu ideologi yang meletakkan bangsa dipusat masalahnya dan berupaya mempertinggi keberadaannya. Namun, pernyataan ini agak kabur, dan kita harus

17 Yudhim, “Nasionalisme”, artikel diakses pada 07 Februari 2011 dari

http://yudhim. blogspot.com/2008/01/nasionalisme.html.

18

Nazaruddin Sjamsuddin, Soekarno Pemikiran Politik dan Kenyataan Praktek (Jakarta: PT. Raja Persada, 1993), Cet. Kedua, hlm.37.


(24)

melangkah lebih jauh dan menetapkan sasaran utama, tempat nasionalisme berupaya mempertinggi derajat bangsa. Sasaran ini ada tiga yaitu otonomi nasional, kesatuan nasional, dan identitas nasional.

Bagi para nasionalis, suatu bangsa tidak bisa meneruskan kehidupannya jika tidak ada tiga sasaran tersebut dalam derajat yang memadai. Dari sini muncul definisi

kerja nasionalisme: “Suatu gerakan ideologis untuk mencapai dan mempertahankan otonomi, kesatuan, dan identitas bagi suatu populasi, yang sejumlah anggotanya

bertekad untuk membentuk suatu “bangsa” yang aktual atau “bangsa” yang potensial.” Itulah definisi kerja yang didasarkan pada unsur umum dari ideal nasionalis yang mempunyai gaya sendiri, sehingga berkarakter induktif.19 Sememangnya setiap nasionalisme mengajar sasaran identitas nasional ini dalam tingkatan yang berbeda-beda. Tetapi, selalu akan kembali ke ideal bangsa itu sendiri.

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa nasionalisme ini adalah

suatu ideologi dan paham yang hanya memperjuangkan “bangsa” semata-mata, dan berupaya dalam mempertinggi derajat dan keberadaan bangsanya. Meskipun di sana ada bentuk nasionalisme agama, tetapi agama hanya sebagai simbol bagi perjuangan

bangsa itu saja. Yang paling utama bagi perjuangan “nasionalisme” ini adalah bangsa

bagi sesebuah negara, jika bangsa itu Melayu, maka Melayulah yang akan diperjuangkannya. Kenyataan itu adalah sangat berbeda dengan zaman kegemilangan Islam, yaitu ketika Rasulullah SAW berhijrah bersama sahabat-sahabatnya serta

19

Anthony D. Smith, Nasionalisme Teori, Ideologi, Sejarah (Jakarta: Erlangga, 2003), hlm.10-11.


(25)

kaum Muhajirin ke Yastrib pada 1 Rabi’ul Awal (6 Juni 622 M). Di situlah baginda

berhasil mendirikan sebuah negara politik Islam yang pertama.20

Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, bentuk negara ini kemudian dikenal sebagai kekhalifahan. Sebelum kedatangan Islam, orang-orang Arab tidak mengenal konsep negara. Konsep ini bersumber dari agama baru tersebut dan sangat berbeda dari konsep-konsep semacamnya yang telah ada pada waktu itu. Negara Madinah tidak berdasarkan batas-batas geografi, ras, warna kulit, atau nasionalitas (bangsa). Negara ini mewakili kehendak bersama dari sebuah masyarakat muslim yang teroganisir dan tidak mengenal klan, suku dan nasional yang disebut bangsa (ummah).21

B. Sejarah Munculnya Nasionalisme

Ada suatu sejarah nasionalisme yang secara meluas diterima, dan itu adalah dianggap mordernis. Sejarah ini dimulai pada perempat terakhir abad ke-18, dengan Partisi Polandia dan Revolusi Amerika serta Revolusi Prancis, hingga reaksi terhadap penaklukan yang dilakukan Napoleon atas Prusia, Rusia, dan Spanyol.22 Menurut pandangan ini, nasionalisme dilahirkan dalam revolusi yang berlangsung selama empat puluh tahun.

Nasionalisme menyebar secara meluas kebagian Eropa lainnya, yaitu, Serbia, Yunani, dan Polandia dan juga di kalangan elit creole Amerika Latin, sejak 1810

20

Qamaruddin Khan, Pemikiran Politik Ibnu Taimiyyah (Bandung: Penerbit Pustaka, 1983), Cet. Pertama, hlm.170.

21

Ibid., hlm.171-172. 22


(26)

hingga 1820-an. Gelombang nasionalisme besar yang pertama memuncak pada berbagai Revolusi di Eropa pada tahun 1848. Peristiwa ini disebut juga “berseminya

rakyat”. Pencapaian pertama yang dihasilkannya adalah penyatuan Jerman dan Italia

dengan bantuan Prusia dan Piedmontese, serta bangkitnya Hubgaria yang terletak di dalam kekaisaran Habsburg.

Dalam sepertiga teakhir abad ke-19, nasionalisme gelombang kedua menjamur di Eropa Timur dan Eropa Utara, yaitu merentang dari Ceko, Slovak, Rumania, Bulgaria, Lithuania, Finlandia, Norvegia, Yahudi serta beberapa nasionalisme di luar Eropa di antaranya, Meiji di Jepang, India, Amerika, dan Mesir. Kemudian terakhir segera disusul dengan munculnya berbagai nasionalisme etnis di Asia pada beberapa dekade pertama abad ke-20, seperti Turki, Arab, Persia, Burma, Jawa, Filipina, Vietnam, dan China, juga perkembangan nasionalisme pertama di Afrika yang merentan dari Nigeria, Ghana, dan Afrika Selatan. Pada tahun 1930-an, sungguh sulit menemukan bagian bola bumi yang tidak dilanda wabah gerakan nasionalis. Periode yang sama menjadi saksi klimaks nasionalisme di Eropa, yang memuncak pada Nazisme dan pembunuhan missal yang terjadi dalam Perang Dunia Kedua, pada sisi lain diusul dengan Asia dan Afrika yang mengambil bentuk gerakan

“kemerdekaan” yang anti kolonial.23

Dalam pendapat yang lain, sejarah nasionalisme dimulai dari benua Eropa sekitar abad pertengahan. Kesadaran berbangsa yang dipelopori oleh Martin Luther di Jerman. Saat itu, Luther yang menentang Gereja Katolik Roma menerjamahkan perjanjian baru dalam bahasa Jerman dengan menggunakan gaya bahasa yang

23


(27)

memukau dan kemudian merangsang rasa kebangsaan Jerman. Terjemahan Injil membuka luas penafsiran pribadi yang sebelumnya hak eksklutif untuk mereka yang menguasai bahasa Latin, seperti para pastor, uskup, dan kardinal. Implikasi yang sedikit demi sedikit muncul adalah kesadaran pada bangsa dan kebangsaan yang memiliki identitas sendiri. Bahasa Jerman yang digunakan Luther untuk menerjemahkan Injil mengurangi dan secara bertahap menghilangkan pengaruh bahasa Latin yang saat itu bahasa ilmiah dari kesadaran masyarakat Jerman. Mesin cetak yang ditemukan Johann Gothenberg turut mempercepatkan penyebaran kesadaran bangsa dan kebangsaan. Hal ini penting dicatat, mengingat pada sekitar tahun yang sama (1518-1521), Majapahit mengalami kehancuran yang disebabkan oleh pemberontakkan daerah-daerah dan kemerosotan internal pemerintahan. Majapahit waktu itu merupakan kerajaan besar yang menguasai sebagian besar wilayah yang saat itu disebut Nusantara. Namun, kebesaran ini tidak memunculkan kesadaran berbangsa, dalam arti modern, hal itu disebabkan tidak adanya alat percetakan yang mengakselerasi penyedaran missal seperti yang terjadi di Jerman.24

Namun demikian, nasionalisme yang pada kelahirannya menghasilkan deklarasi hak-hak manusia berubah menjadi kebijakan yang didasarkan atas kekuatan dan self interest, bukan atas kemanusiaan. Dalam perkembangan nasionalisme Eropa berpindah haluan menjadi persaingan fanatisme nasional antar bangsa-bangsa Eropa yang melahirkan penjajahan terhadap negeri-negeri yang saat itu belum memiliki identitas kebangsaan (nasionalisme) di benua Asia, Afrika, dan Amerika Latin.25

24

Anthony D. Smith, op. cit., hlm.110. 25

Artikel diakses pada 13 Februari 2011 dari http://robbani.wordpress. com/2007/08/4/.html.


(28)

Justru, agak sulit untuk disimpulkan mengenai sejarah nasionalisme ini.

Ketika secara luas karena muncul anggapan bahwa “kekuatannya sudah habis”

nasionalisme justru kembali bersemi dalam gerakan otonomi etnis di Barat pada tahun 1960-an dan 1970-an di Catalonia. Dalam membicarakan nasionalisme di Tanah Melayu, latar belakang pengaruh merupakan hal penting yang perlu dilihat. Hubungan politik luar seperti China, Jepang, India, Filipina, dan Indonesia banyak mempengaruhi politik Tanah Melayu. Khususnya untuk nasionalisme Melayu Raya. Golongan nasionalis radikal di Tanah Melayu mengambil ide dan iktibar dari perjuangan rakyat Indonesia menentang Belanda.

Nasionalisme di Tanah Melayu pada dasarnya merupakan efek pengaruh nasionalisme negara-negara luar. Dua aliran penting yang mempengaruhi semangat nasionalisme awal di Tanah Melayu yaitu aliran reaksi kebudayaan Islam yang menentang Barat dan aliran pergerakan nasionalisme Indonesia.26 Pengaruh Islam dari Timur Tengah membentuk aliran nasionalisme Melayu pada tahap pertama pada 1906-1926.27 Sedangkan aliran nasionalisme Melayu tahap kedua di Tanah Melayu pada tahun 1926-1937. Gerakan ini diinspirasikan dari keberhasilan pemimpin-pemimpin politik Indonesia, melalui jalur pendidikan Sultan Idris Training College (SITC). Semangat kebangsaan Indonesia telah berhasil mempengaruhi

26

Roslan Saadon, Gagasan Nasionalisme Melayu Raya: Organisasi dan Perkembangan (Shah Alam: Karisma Publications 2009), Cet. Pertama, hlm.20.

27

Mohammad Redzuan Othman, Islam dan Masyarakat Melayu, Peranan dan Pengaruh Timur Tengah (Kuala Lumpur: Universitas Malaya, 2005), Cet. Pertama. hlm.7.


(29)

mahasiswa di SITC, hingga menjadi pusat kegiatan politik Melayu.28 Kedua pengaruh ini meresap masuk ke Tanah Melayu melalui saluran koran dan majalah.

Kebangkitan kesadaran kebangsaan di kalangan orang Indonesia terkait dengan perubahan yang telah terjadi di Asia setelah tahun 1900. Kemenangan Jepang terhadap Rusia pada tahun 1905 dilihat sebagai fajar baru dalam sejarah. Dengan kemenangan Jepang tersebut, ia telah mendorong pemimpin-pemimpin Indonesia mencari persamaan hak penduduk-penduduk Eropa di negara meraka. Berawal dari gerakan kebangsaan yang bercorak sederhana dan terbatas pada kaum idealis yang berpendidikan Barat, kemudiaannya secara bertahap berkembang menjadi luas dan teratur. Hal ini terjadi karena meluasnya pendidikan Barat.29

Jika dilihat dari kebijakan awal Melayu, yang berpendidikan Arab berkiblat kepada konsep Pan-Islamisme yang didirikan oleh Sheikh Muhammad Abduh di Mesir. Sedangkan dasar berpendidikan Melayu terutama di SITC dipengaruhi oleh semangat kebangsaan Indonesia.30 Ibrahim Haji Yaakob merupakan tokoh awal pejuang nasionalisme di Tanah Melayu. Beliau adalah seorang yang suka membaca bahan-bahan bacaan dari Indonesia dan telah terdedah kepada segala pergolakan politik Indonesia yang tentunya meninggalkan dampak pada pemikiran dan tindakannya.31 Pengakuan Ibrahim Yaakob terhadap peristiwa melawan Belanda di

28

Kamaruzzaman Abd. Kadir, Nasionalisme dalam Puisi Melayu (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1988), Cet. Pertama, hlm.8.

29

Roslan Saadon, Ibid., hlm.21. 30

Roslan Saadon, op. cit, hlm.22. 31

Ramlan Adam, Biografi Sumbangan Dikenang (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 2005), Cet. Pertama, hlm.43.


(30)

Jawa dan Sumatera tahun 1926, dan peristiwa Sumpah Pemuda 1928 telah menjadi pemangkin kesadaran anti kolonial dalam jiwa orang Melayu. Hal ini jelas memperlihatkan pengaruh Indonesia dalam gerakan kebangsaan Melayu sejak akhir tahun 1920-an lagi. Ia juga telah banyak dikatakan dan diakui banyak orang, bisa kita lihat semangat nasionalisme Indonesia dalam melawan penjajah Belanda telah mempengaruhi semangat para nasionalis Melayu untuk mengusir penjajah Inggeris.

C. Nasionalisme Menurut Tokoh-Tokoh Kontemporer

1. Hassan al-Banna

Menurut Imam Hassan al-Banna, beliau berpendapat bahwa jika paham ini bertepatan dengan Islam, maka ia di alu-alukan, tetapi jika ia bertentangan dengan Islam maka Islam adalah bebas darinya. Beliau menegaskan bahwa Islam mewajibkan umatnya agar menyayangi tanah air mereka serta mempertahankannya.32 Menurutnya, bila yang dimaksudkan dengan nasionalisme adalah kerinduan atau keberpihakan terhadap tanah air, keharusan berjuang membebaskan tanah air dari penjajahan, ikatan kekeluargaan antar masyarakat, dan pembebasan negeri-negeri lain, maka nasionalisme dalam makna demikian dapat diterima dan bahkan dalam kondisi tertentu dianggap sebagai kewajiban.

Imam Hassan al-Banna menjelaskan lagi tentang kecintaan yang harus ada pada pecinta tanah air yang sebetulnya, yaitu dengan mengerat ikatan antar penduduk suatu negara berdasarkan ketakwaan serta mencapai kemashlahatan dunia dan akhirat mereka.

32

Muhammad Abdul Qadir Abu Faris, Fiqh Siyasah Menurut Imam Hassan al-Banna (Kuala Lumpur: Pustaka Syuhada, 2000), Cet. Pertama, hlm.149-150.


(31)

2. Mohammad Natsir

Bagi Mohamamad Natsir,33 paham kebangsaan ini harus memiliki semacam landasan teologis. Karena itu, beliau menyatakan bahwa perjuangan mencapai kemerdekaan harus diperintah atau diniatkan sebagai bagian dari pengabdian diri yang lebih tinggi kepada Allah. Menurutnya lagi, gerakan nasionalisme ini akan mencapai tujuannya dengan tercapainya kemerdekaan. Bangsa Muslim akan melanjutkan perjuangannya selama negara belum diatur dan didasarkan pada Islam.34 Tenaga harta dan jiwa mereka tersedia untuk digunakan dengan berbekalkan semangat kebangsaan mereka sebagai tali pengikat bangsa dan sebagai dasar dalam upaya mencari kemerdekaan sejati.35

3. Agus Salim

Menurut Agus Salim,36 mencintai tanah air karena elok, cantik dan sebagainya mengandung bahaya, yaitu tergoda oleh hawa nafsu. Oleh karena itu, seseorang mestilah mencintai tanah airnya karena keadilan, prioritas, yang batas-batasnya telah ditentukan oleh Allah.37

4. Soekarno

33

Mohammad Natsir adalah pemimpin Masyumi dan salah seorang tokoh politik dan tokoh Islam di Indonesia. Selain itu beliau juga merupakan Perdana Menteri Indonesia pada era awal 1950-an.

34

Badri Khaeruman, Islam Ideologis, Perspektif Pemikiran dan Peran Pembaharuan Islam (Jakarta: Misaka Galiza, 2005), Cet. Pertama, hlm.288.

35

M. Natsir, Agama dan Negara dalam Perspektif Islam (Jakarta: Media Dakwah, 2001), Cet. Pertama, hlm.29.

36

Agus Salim adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1915, beliau bergabung dengan Sarekat Islam (SI) dan menjadi pemimpin kedua di SI.

37

Panitia Peringatan, Seratus Tahun Haji Agus Salim (Jakarta: Sinar Harapan, 1996), hlm.348.


(32)

Menurut Soekarno,38 nasionalisme itu adalah cinta tanah air, kesediaan yang tulus untuk membaktikan diri dan mengabdi pada tanah air, serta kesediaan untuk mengesampingkan kaum sempit. Dalam tulisan yang lain, beliau mengatakan bahwa nasionalisme adalah keyakinan, kesadaran di kalangan rakyat, dan mereka bersatu dalam satu bangsa.39

5. Burhanuddin al-Helmy

Bagi Burhanuddin al-Helmy,40 Islam memandang kebangsaan itu sebagai suatu alat, bukan tujuan. Nasionalisme harus mengambil tempat yang sederhana dan bulat sebagai suatu lambang atau simbol yang dapat menarik dan menyatukan suatu bagian energi untuk mencapai cita-cita mulia yang besar dan abadi. Sebagaimana Islam memandang dunia bukan tujuan tetapi hanya satu alat atau tunggangan yang menyampaikan ke akhirat.41

Kesimpulannya, walaupun tampak perbedaan dalam perumusannya, namun kebanyakan terdapat unsur-unsur yang disepakati yaitu nasionalisme adalah paham bahwa kesetiaan tertinggi bagi induvidu. Ia harus diserahkan kepada negara, perjuangan membebaskan tanah air dari penjajah, dan ikatan kekeluargaan antar

38

Soekarna adalah Presiden Indonesia pertama pada periode 1945-1966. Beliau adalah penggali pancasila dan merupakan Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945. Beliau juga merupakan pendiri Partai Nasional Indonesia yang didirikan pada tahun 1927.

39

Soekarno, Nasionalisme, Islam, and Marxism, Penerjemah Karel h. Warouw dan Peter D. Weldon, dalam Bahtiar Effendi, Islam dan Negara, Tranformasi Pemikiran dan Praktek Politik Islam di Indonesia (Jakarta: Paramadina, 1998), Cet. Pertama, hlm.71.

40

Burhanuddin al-Helmy adalah Yang DiPertua Agung/Presiden Partai Islam Se-Malaysia (PAS) pada tahun 1956-1969.

41

Akmal Hisham, “Dr. Burhanuddin al-Helmy”, artikel diakses pada 18 Februari 2011 dari


(33)

masyarakat negeri-negeri lain. Tetapi menurut penulis, kecintaan yang harus ada pada pencinta tanah air dan mengeratkan ikatan antar penduduk sebuah negara dan negara-negara lain berdasarkan ketakwaan dan mencapai kemashlahatan dunia dan akhirat mereka.

D. Nasionalisme di Malaysia

Nasionalisme di Malaysia pada mulanya timbul sebagai reaksi terhadap penjajahan Barat.42 Ini bisa dilihat ketika Malaysia berada di bawah kekuasaan Portugis dan Belanda sebelum menjadi wilayah jajahan Inggeris sejak akhir abad ke-18, kemudian Malaysia merdeka dari jajahan Inggeris pada 31 Agustus 1957.43

Gerakan kesadaran bangsa Melayu muncul dengan cara yang sistematis dibandingkan dengan penentangan awal yang dilakukan oleh bangsa Melayu pada abad ke-18 dan ke-19 dalam organisasi yang tersusun. Orang Melayu bisa melahirkan rasa tidak puas hati mereka terhadap kebijakan Inggeris di Tanah Melayu. Menjelang abad ke-20, gerakan kesadaran di kalangan orang Melayu semakin meluas, dan semangat nasionalisme semakin membara dalam jiwa mereka. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebangkitan semangat nasionalisme orang Melayu di antara adalah: 1. Pengaruh nasionalisme Filipina yang berjaya mengusir penjajah Sepanyol.

2. Perang Rusia-Jepang memberi dampak yang mendalam atas semangat orang Melayu untuk bangkit melawan penjajah Inggeris.

42

Nazaruddin Sjamsuddin, Sorkarno Pemikiran Politik dan Kenyataan Praktek (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993), Cet. Kedua, hlm.37.

43

Taufik Adnan Amal dan Samsul Rizal Panggabean, Politik Syariah Islam dari Indonesia Hingga Nigeria (Jakarta: Alvabet, 2004), Cet. Pertama, hlm.156.


(34)

3. Pengaruh Gerakan Pemuda Turki yang berjaya menebus kembali imej negara Turki.

4. Pengaruh dari Sarekat Islam Indonesia yang telah berhasil membangkitkan semangat nasionalisme di Indonesia, dan juga di Tanah Melayu.

Pada akhir abad ke-19, terdapat banyak mahasiswa Melayu yang telah melanjutkan studi ke Universitas Al-Azhar di Mesir. Modenisme dalam Islam yang diperkenalkan oleh Muhammad Abduh pada waktu itu, telah mempengaruhi pelajar-pelajar Melayu. Menerusi penerbitan majalah Al-Imam, mereka menyebarkan pemikiran baru dalam Islam di Tanah Melayu.44

Gerakan kesadaran ini juga mempengaruhi kaum elit Melayu yaitu kaum Melayu yang berpendidikan. Efek positif dari pendidikan sekular Inggeris, terdapat satu kelas elit Melayu yang beranggotakan guru-guru yang berkualifikasi dari Maktab Perguruan Sultan Idris (MPSI) atau SITC, Tanjung Malim, Perak. MPSI merupakan pusat yang melahirkan banyak nasionalis Melayu seperti Ibrahim Yaakob, Harun Aminurrashid, Isa Mahmud, dan lain-lain. Pada tahun 1929 dan 1930, kaum elit Melayu ini telah membentuk sebuah organisasi yang berbau politik yaitu Ikatan Pemuda Pelajar. Pendirian itu lahir efek dari pengaruh dan perjuangan Partai Nasional Indonesia (PNI) yang dipimpin oleh Soekarno.

Pada tahun 1938, Ibrahim Yaakob telah mendirikan Kesatuan Melayu Muda (KMM). Motif perjuangan organisasi tersebut adalah untuk melindungi hak-hak bangsa Melayu dan melawan penjajahan Inggeris. KMM juga berjuang untuk

44

Malaysia Kita (Singapura dan Kuala Lumpur: Internasional Law Book Services, 2002), Cet. Pertama, hlm.90.


(35)

menggulingkan pihak Inggeris di Tanah Melayu melalui tindakan yang keras. Ini merupakan sifat radikal organisasi itu. Pemimpin-pemimpin KMM juga ingin untuk menyatukan Tanah Melayu dengan Indonesia di bawah Panji Melayu Raya jika mereka berjaya menumpas kekuasaan penjajah. Perjuangan radikal KMM ini menyebabkan pihak Inggeris menganggap mereka sebagai pejuang sayap kiri. Menjelang Perang Dunia Kedua, pejuang KMM menjadi lemah akibat banyak pemimpinnya telah ditangkap oleh pihak Inggeris. Kelemahan KMM makin jelas setelah Tanah Melayu dikuasai Jepang pada tahun 1942-1945. Namun demikian, KMM telah membantu serangan tentara Jepang ke Tanah Melayu pada sepanjang tahun 1941-1942.45

Meskipun usia KMM tidak panjang saat diharamkan oleh Inggeris, baik Inggeris maupun Jepang karena diklaim sebagai gerakan radikal yang dapat menggugat kepentingan pihak penjajah, namun semangat pejuang dan para pendukung gerakan KMM ini akhirnya terpaksa menggunakan strategi baru untuk melanjutkan perjuangan mereka. Akhirnya, mereka memilih untuk membentuk gerakan politik baru dan juga menggunakan strategi lain yaitu dengan menyerap masuk ke dalam beberapa organisasi politik yang memiliki jiwa perjuangan yang sama yaitu bersemangat kental dan radikal.46

Gerakan sayap kiri muncul kembali setelah Perang Dunia Kedua, sebagaimana tokoh-tokoh pimpinan yang suatu masa dahulu memimpin gerakan

45

Malaysia Kita, Ibid., hlm.91. 46

Ishak Saat, Sejarah Politik Melayu Berbagai Aliran (Shah Alam, Selangor: Karisma Publications Sdn. Bhd., 2007), Cet. Pertama, hlm.85.


(36)

KMM. Setelah KMM diharamkan, mereka telah mendirikan dan menjaga gerakan-gerakan sayap kiri yang lain seperti Kesatuan Rakyat Indonesia Semenanjung (KRIS) pada bulan Juli 1945 yang dipimpin oleh Ibrahim Yaakub, Dr. Burhanuddin al-Helmy, dan Ishak Hj. Muhammad. Kemudian, sejak itu terbentuknya Partai Kebangsaan Melayu Malaya (PKMM) pada 17 Oktober 1945 yang dipimpin oleh Moktaruddin Laso, Dr. Burhanuddin al-Helmy, Ishak Hj. Muhammad, dan Ahmad Boestamam yang suatu masa dahulu merupakan penggerak utama KMM. Kemudian lahir pula Partai Rakyat Malaya (PRM) pada 11 November 1955 dipimpin oleh Ahmad Boestamam yang baru saja dibebaskan dari Rumah Tahanan Politik Inggeris. Mereka merupakan pendukung perjuangan KMM yang berjiwa ideologi Kebangsaan Melayu radikal yang melawan penjajah Inggeris serta menuntut pemerintahan sendiri.47

UMNO adalah di antara organisasi politik terawal yang berpegang kepada nasionalisme konservatif. Ia bukan saja mempertahankan tradisi kebangsaan Melayu, malah mengekalkan tradisi kerjasama dengan pihak Inggeris. Hubungan baik dan sikap lunak terhadap Inggeris memberi banyak kebaikan kepada UMNO. Keistimewaan yang paling besar yang diterima oleh UMNO adalah bila pihak Inggeris sanggup mengadakan peundingan dengan UMNO dan Raja-raja Melayu. Pada tahun 1948, ketika Undang-undang Darurat dilaksanakan, banyak organisasi politik diharamkan tetapi UMNO diperbolehkan untuk bergerak dan hal ini telah

47


(37)

memungkinkan UMNO menjadi partai yang dominan dan berhasil pula menguasai Pemilihan umum atau Pemilu pada tahun 1955.48

Partai Perikatan telah dibentuk pada Januari 1952. Ia beranggotakan oleh dua partai komponen terbesar di Persekutuan Tanah Melayu yaitu UMNO dan Malayan Chinese Association (MCA). Partai itu dibentuk untuk menghadapi Pemilu Majelis Perbandaran Kuala Lumpur pada Februari 1952. Berdasarkan persetujuan yang telah dicapai oleh kedua partai, MCA tidak akan tanding di area UMNO dan begitu juga UMNO tidak akan tanding di area MCA. Hasil dari kerjasama ini, Partai Perikatan telah memenangkan 9 dari 13 kursi yang telah dipertandingkan. UMNO dan MCA telah mencapai satu persetujuan untuk pembentukan Partai Perikatan ditingkat nasional bagi bertanding dalam Pemilu 1955.

Pada tahun 1955, Malayan Indian Congress (MIC) bergabung dengan Partai Perikatan. Tujuan utama pergabungan tersebut adalah mengakhiri keadaan darurat, memperjuangkan Kemerdekaan Persekutuan Tanah Melayu dan memenangkan Pemilu 1955. Pada tahun 1953, Partai Perikatan muncul sebagai partai politik yang paling berpengaruh di Persekutuan Tanah Melayu. Partai ini telah mengajukan saran agar anggota-anggota Majelis Rapat Undangan Persekutuan dipilih melalui sistem pemilu dan tidak lagi dipilih oleh pihak Inggeris.49

Pada 27 Juli 1955, Pemilu yang pertama untuk Persekutuan Tanah Melayu telah diadakan. Partai Perikatan yang beranggotakan tiga partai terbesar yaitu UMNO, MCA, dan MIC telah menempatkan 35 orang calon, dengan 15 orang calon

48

Saadon Roslan, op. cit., hlm.19. 49


(38)

dari MCA dan dua orang calon dari MIC. Partai-partai lain yang ikut dalam pemilu ini ialah Partai Islam Se-Malaysia (PAS), Partai Buruh, Partai Negara, dan Partai Progresif Rakyat.50

Partai Perikatan telah mendapat kemenangan yang cemerlang dalam Pemilu 1955, yaitu 51 dari jumlah 52 kursi yang telah dipertandingkan. PAS hanya memenangkan 1 kursi saja, sedangkan partai lain telah mengalami kekalahan teruk. Hasil dari kemenangan itu, Partai Perikatan berhasil mencapai tujuan untuk menjadi kelompok mayoritas dalam Majelis Rapat Undangan Persekutuan dan menciptakan bentuk pemerintahan dan dipimpin oleh Tunku Abdul Rahman Putra. Sejak itu. Persekutuan Tanah Melayu telah menjadi sebuah negara yang memiliki pemerintahan sendiri.51

Dalam kampanye Pemilu 1955, Partai Perikatan mengusulkan satu kebijakan politik, yaitu Kemerdekaan Persekutuan Tanah Melayu harus dicapai dalam waktu 4 tahun. Namun demikian, dalam waktu 2 tahun saja Persekutuan Tanah Melayu telah mencapai kemerdekaan. Faktor utama berhasilnya percapaian ini adalah persatuan dan gabungan tiga etnis terbesar di Tanah Melayu. Faktor kedua adalah keadaan darurat yang berlaku pada ketika itu. Inggeris telah mengajukan satu syarat untuk Persekutuan Tanah Melayu mencapai kemerdekaan yaitu tiga etnis utama di Tanah Melayu harus bersatu dan bekerjasama dalam bidang politik. Persatuan ini dapat mempercepatkan lagi proses kemerdekaan Persekutuan Tanah Melayu.52

50

Ibid., hlm.110. 51

Ibid., hlm.111. 52


(39)

Kesimpulannya, nasionalisme di Malaysia bisa dikatakan mulai timbulnya adalah sebagai reaksi terhadap penjajah. UMNO telah membawa gerakan dan perjuangan nasionalisme dengan sangat concern berdasarkan slogan “Hidup

Melayu”. Tanggal 31 Agustus 1957, sebagaimana yang telah dijanjikan oleh pihak

penjajah Inggeris, Persekutuan Tanah Melayu mencapai kemerdekaan dan berakhirlah perjuangan menuntut kemerdekaan baik bagi gerakan sayap kanan maupun kiri dalam persoalan anti Inggeris. Dimulai dari tanggal keramat tersebut akhirnya seluruh gerakan sayap kiri berubah menjadi partai-partai oposisi di Malaysia. Namun, tidak kurang juga ada di antara gerakan tersebut yang bergabung dengan Partai Perikatan setelah merdeka.


(40)

BAB III

BIOGRAFI TUNKU ABDUL RAHMAN

Tunku Abdul Rahman Putra Al-Haj, adalah nama yang tidak asing dalam sejarah politik di Malaysia. Tunku dikenal sebagai seorang negarawan berjiwa rakyat yang lahir di kalangan Istana. Sebagai putra raja, beliau memiliki kharisma yang sangat unik dan sepanjang kiptah beliau dalam bidang politik. Beliau banyak memberi kontribusi kepada bangsa dan negara. Tunku juga dianggap sebagai penyatu bangsa, karena beliau telah berhasil menyatukan etnis-etnis di Malaya dalam melawan pihak Inggeris dan menuntut kemerdekaan Malaysia.53

Tunku Abdul Rahman adalah seorang pemimpin yang senantiasa tenang ketika berdepan dengan sesuatu kondisi yang dihadapinya. Beliau juga banyak berkorban untuk negara. Berbagai tantangan dan hambatan yang dihadapi, namun segalanya berjaya diselesaikannya dengan bijak. Kualitas Tunku memang tiada persamaan atau bandingannya dengan orang lain. Jika beliau sudah yakin akan sesuatu hal, biasanya beliau akan bertindak tegas dengan apa cara sekalipun. Tunku tidak akan menghampakan harapan teman-temannya dan tidak mengecewakan amanah yang diberi kepadanya.

Dalam menghadapi sesuatu masalah, Tunku senantiasa bersikap mengejar masalah dan bukannya menanti masalah. Beliau tidak membiarkan sesuatu masalah itu terselesai dengan sendirinya. Sifat atau kelebihan ini memang sudah terlihat sejak beliau mulai mengambil alih pimpinan UMNO dari Dato’ Onn. Dengan penuh tekad

53

Tunku Abdul Rahman Bin Abdul Hamid, Memoir Patriotik (Kuala Lumpur: Pustaka Antara, 1991), Cet. Pertama, hlm.52.


(41)

dan tegas itulah banyak perkara yang pada mulanya mustahil telah menjadi kenyataan. 54

A. Riwayat Hidup Tunku Abdul Rahman

Almarhum Tunku Abdul Rahman Putra Al-Haj ibni Almarhum Sultan Abdul Hamid Shah, lahir pada tanggal 8 Februari 1903. Beliau merupakan Ketua Menteri Persekutuan Tanah Melayu 1955 dan Perdana Menteri Pertama sejak kemerdekaan pada tahun 1957 hingga 1970. Pembentukan Malaysia pada tahun 16 September 1963 merupakan salah satu dari pencapaiannya yang teragung. Biasanya dikenal sebagai "Tunku", beliau juga dikenang sebagai "Bapa Kemerdekaan" dan "Bapa Malaysia".

Beliau lahir di Istana Tiga Tingkat, Alor Setar, Kedah yang lebih dikenal sebagai Istana Pelamin. Tunku merupakan anak laki-laki kepada Sultan Abdul Hamid Halim Shah, Sultan Kedah yang ke-24 yang ke-7 dari 20 bersaudara. Bundanya Makche Menyelara, seorang istri Sultan Abdul Hamid yang tidak berdarah gahara, adalah anak perempuan Luang Naraborirak (Kleb), seorang pegawai daerah Thailand. Kelahiran Tunku disambut secara biasa saja karena beliau bukan bakal pengganti Sultan Kedah. Pengganti Sultan Kedah, yaitu Sultan Badlishah ibni Sultan Abdul Hamid, yang sudah berumur 30 tahun ketika itu.

Sejak kecil, Tunku dipanggil Awang karena rupa parasnya yang tidak sesegak saudara laki-lakinya yang lain. Beliau bebas bermain di luar Istana dan pernah membentuk tim sepak bola kampung. Tunku biasa mengendap burung dan melastik, serta bermain lumpur hingga

54

Wikipedia, “Tunku Abdul Rahman Putra al-Haj”, Artikel diakses pada 12 Maret 2011 dari http://ms.wikipedia.org/wiki/Tunku_Abdul_Rahman_Putra_Al-Haj.html.


(42)

beliau tidak panjang karena istri kesayangannya meninggal dunia akibat menghidap penyakit puru di kakinya.55

Pada tahun 1931, beliau mengakhiri zaman bujangnya dengan menikahi gadis Cina berketurunan Siam, bernama Mariam setelah memeluk agama Islam. Pernikahan mereka dikurniakan dua orang cahaya mata, bernama Tunku Khatijah dan Tunku Ahmad Nerang. Namun jodoh menderita penyakit malaria.56

Setelah kematian Mariam, Tunku menikah dengan Violet Coulson, mantan tuan rumahnya di Inggeris. Antara saksi perkawinannya di Geylang Serai, Singapura ialah Syed Ahmad al-Sagoff. Sebenarnya, kerabat diraja Kedah dilarang menikah dengan wanita Inggeris karena peristiwa penipuan Penang oleh Kapten Francis Light, seorang Inggeris. Tunku mengalami nasib yang sama seperti Tunku Yusuf ibni Sultan Abdul Hamid. Disuruh untuk menceraikan Violet oleh Pemangku Raja Kedah.57

Beliau mendirikan rumah tangga buat kali yang ketiga dengan Sharifah Rodziah Syed Alwi Barakbah dan berkekalan hingga ke akhir hayat.58 Seorang saudara jauh yang juga merupakan adik Syed Omar Barakbah, rakan sekuliahnya di Inggeris, pada tahun 1939. Perkawinan ini direstui karena istrinya itu keturunan Arab yang ternama dan kaya di Kedah (Islam disamakan dengan Arab). Karena perkawinan ini tidak dikaruniakan anak, mereka mengambil tiga anak angkat yaitu

55

Artikel diakses pada 18 April 2011 dari http://merdeka09.smkaminuddinbakichemor. com/indexfiles/Page511.html.

56

Ishak Saat, Sejarah Politik Melayu Pelbagai Aliran (Shah Alam: Karisma Publications Sdn. Bhd., 2007), Cet. Pertama, hlm.1.

57

Yusuf Harun, Tunku: Idealisme dalam Kenangan (Kuala Lumpur: Yayasan Bumiputra, 1991), Cet. Pertama, hlm.54.

58


(43)

Faridah, Sulaiman, dan Mariam. Tunku juga telah menikahi seorang yang berbangsa Cina pada tahun 1963 secara rahasia dan telah mendapat dua orang cahaya mata perempuan yang diberi nama Tunku Noor Hayati dan Tunku Mastura.59

Tunku Abdul Rahman adalah seorang penulis yang berbakat. Karya beliau mampu menarik perhatian orang publik. Meskipun pada waktu itu, beliau pensiun ketika berumur 85 tahun, beliau masih bergiat cergas malah semakin aktif dalam bidang penulisan seperti ruangan Looking Back dan As I See It dalam koran The Star. Sepanjang 16 September 1974 sehingg 16 Agustus 1975, Tunku telah menghasilkan sebanyak 53 artikel dalam ruangn Looking Back. Pada tahun 1969, Tunku telah menghasilkan bukunya yang pertama, yaitu May 13, Before and After. Setelah itu, beliau melanjutkan penulisannya dalam koran The Star melalui ruangan baru, yaitu As I See It. Artikel-artikel yang beliau tulis dalam koran adalah terkait dengan masyarakat dan menghasilkan Viewpoints (1970), Looking Back (1977), As Matter of Interest (1981), Something to Remember (1983), Less We Forget dan Contemporary Issues in Malaysia Politics (1984), Challenging Times (1986) dan Political Awakening (1986). Semua hasil tersebut adalah tentang isu-isu semasa.60

Tunku juga tertarik pada bidang seni dan kebudayan negara. Sebelum menjadi Perdana Menteri, beliau bercita-cita menjadikan Kuala Lumpur sebagai pusat kebudayaan. Pada 27 Agustus hingga 30 Agustus 1969, beliau meluncurkan Konferensi Internasional Drama dan Muzik Tradisional Asia Tenggara dengan tujuan menonjolkan Kebudayaan Melayu di mata dunia. Tunku telah menghasilkan tiga

59

Artikel diakses pada 13 Maret 2011 dari http://merdeka09.smkaminuddinbakichemor. com/index_files/Page613.html.

60

Siti Mariam Daud dan Sulaiman Zakaria, Tunku Abdul Rahman Putra al-Haj (Kuala Lumpur: Jade Green Publication, 1996), Cet. Pertama, hlm.24.


(44)

karya yang kemudian difilmkan, yaitu “Mahsuri”, “Raja Bersiung” dan “Sumpahan

Mahsuri”. Film Malaysia yang ditayangkan adalah untuk mengutip derma dan kemudian diberikan kepada Tabung Tugu Peringatan Rosli Dhobie.

B. Latar Belakang Pendidikan Tunku Abdul Rahman

Tunku bermula pendidikannya pada 1909 di sebuah sekolah dasar Melayu di Jalan Baharu, Alor Setar. Beliau belajar bahasa Melayu di sekolah. Tunku biasa berbahasa Siam di rumah. Seorang guru pula datang ke rumahnya untuk mengajar bahasa Inggeris. Tunku kemudian pindah ke sebuah sekolah bahasa Inggeris yang kini dinamakan Kolej Sultan Abdul Hamid. Di situ, beliau belajar di sekolah pada waktu siang dan membaca Al-Quran pada waktu petang.

Pada tahun 1913, sewaktu berumur 10 tahun, Tunku dikirim ke Bangkok untuk tinggal bersama Tunku Yusuf ibni Sultan Abdul Hamid, abang sulungnya, dan belajar di Sekolah Thebsirintrawat (Debsirindir School). Pada tahun 1915,61 Tunku pulang dan melanjutkan studinya di Penang Free School. Antara gurunya ialah HR Cheeseman dan SM Zainal Abidin. Beliau juga seorang yang aktif, dan pernah bergabung dengan Pengakap dan Korps Kadet.62

Pada tahun 1919, ketika berumur 16 tahun, Tunku menerima Beasiswa Negeri Kedah untuk melanjutkan studinya di Sekolah Tinggi St Catharine di Universitas Cambridge. Beliau merupakan mahasiswa pertama menerima pendidikan di United Kingdom, London di bawah sponsor Kerajaan Negeri Kedah. Ketika itu, Tunku tidak

61

Siti Mariam Daud dan Sulaiman Zakaria, Ibid., hlm.5. 62

Ramlan Adam, Biografi Politik Tunku Abdul Rahman (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 2005), Cet. Pertama, hlm.15.


(45)

diizinkan tinggal di asrama St Catharine karena Dasar Aparteid (warna kulit) masih diamalkan. Beliau bertindak membantah amalan tersebut kepada William Peel, Penasehat Inggeris kepada Sultan Kedah. Akhirnya, pengetua sekolah itu terpaksa meminta maaf.

Dari segi berpakaian, Tunku agak kebaratan. Saat beliau dihantar ke Inggeris, tidak ada sepasang pun baju Melayu yang dibawa. Tunku dan keluarganya hanya memesan pakaian Barat di toko Pritchards di Penang. Ketika di Inggeris, Tunku amat berbeda dengan Sultan Perak yang berbaju Melayu, siap dengan tengkolok (peci).63

Awalnya, Tunku mengambil jurusan hukum bersama rekannya, Sir Ivor Jenning, H.V. Davies dan George Brown, kemudian beralih kepada jurusan sastra (Sejarah). Beliau suka berjalan-jalan dengan motor Riley Sport dan mobil mewah. Beliau telah melakukan 28 kesalahan trafik jalan raya ketika berada di Cambridge. Tunku tidak dapat menduduki ujian yang memungkinkannya memperoleh ijazah gelar sarjana Sastra karena lupa jadwal waktu ujian. Dengan bantuan dan kerjasama dari sahabatnya, Taib Andak, akhirnya beliau berhasil memperoleh ijazahnya pada tahun 1925.

Pada tahun 1927, Tunku dikirim kembali ke Inggeris untuk studi hukum di Universitas Cambridge karena keluarganya tidak puas dengan prestasinya yang lalu. Beliau lulus semester pertama dalam jurusan hukum di Inner Temple pada tahun 1930.64

63

Sejarah Hidup Tunku Abdul Rahman, artikel diakses pada 23 April 2011 dari

http://www.scribd.com/doc/13416649/Sejarah-Hidup-Tunku-Abdul-Rahman.html. 64


(46)

Pada tahun 1938, Tunku kembali lagi ke Inggeris buat kali yang ketiga untuk melanjutkan studi hukum. Di antara temannya adalah Sardon Haji Jubir. Beliau kembali ke Kedah pada tahun 1939 karena ada berita bahwa perang akan meletus di Eropa. Pada tahun 1940, beliau diangkat sebagai Wakil Direktur Pelayanan Tim Kontrol Am Selatan Kedah.65

Pada 9 Desember 1941, Tunku menyembunyikan Sultan Abdul Hamid Halim Syah, ayahandanya yang ketika itu berumur 80 tahun, sewaktu pegawai Inggeris hendak membawanya ke India. Bagi beliau, tidak wajarlah seseorang raja melarikan diri dari tanah airnya sewaktu perang. Dengan berpakaian Tentara Utara Australia, Tunku menculik ayahandanya yang ketika itu bersama dengan Syed Abu Bakar al-Idrus, seorang Merinyu Kesehatan Kedah dan menyembunyikannya di Sedim, dekat dengan Kulim, dijaga oleh Penghulu Wahab. Tunku Badlishah, Pemangku Raja Kedah, tidak puas dengan tindakan Tunku yang membelakangkannya sebagai bakal pengganti Sultan Kedah.

Pada 19 Desember 1941, Sultan Abdul Hamid dibawa pulang ke Alor Star, Kedah. Jepang mengakui baginda sebagai Sultan Kedah, tetapi pengelolaannya berada di bawah Gubernur dan Tentara Jepang. Sultan Abdul Hamid meninggal pada tahun 1943. Saat Jepang berkuasa, Tunku kekal sebagai Pegawai Jajahan Kulim, tetapi ditemani oleh Ohata, seorang pejabat Jepang yang pernah menjadi tukang gunting di pekan Alor Star. 66

65

Abdul Aziz Ishak, Riwayat Hidup Tunku Abdul Rahman (Kuala Lumpur: Karya Bistari), Cet. Pertama, hlm.15.

66


(47)

Tunku melanjutkan studi lagi di Inner Temple, Inggeris pada tahun 1947 dan ketika itu beliau bertemu dengan Abdul Razak Hussein. Beliau dipilih sebagai presiden untuk Persatuan Pelajar Melayu Inggeris, dan Abdul Razak, yang berumur 26 ketika itu, dipilih sebagai sekretarisnya. Saat itu, Tunku bergabung dalam "Persatuan Pelajar India Islam" yang menuntut kemerdekaan India. Beliau juga berkampanye untuk Lyold George Jurith, seorang calon Partai Liberal. Tunku akhirnya diizinkan menjadi jaksa pada tahun 1949.67

C. Perjalanan Karir Politik Tunku Abdul Rahman

Sekembalinya Tunku Abdul Rahman dari Inggeris pada bulan April 1931, beliau bertugas sebagai Pegawai Pelatihan di Kantor Penasehat Hukum. Beliau dipilih sebagai Pegawai Jajahan untuk Kuala Nerang pada tahun berikutnya. Beliau kemudian dipindahkan ke Pulau Langkawi pada tahun 1935 oleh Clayton, Penasehat Inggeris waktu itu. Pada tahun 1937, Tunku bertugas sebagai Pegawai Jajahan di Sungai Petani di samping tugas sebagai Hakim Daerah dan Kepala Dewan Kebersihan Sungai Petani. Sebuah mesjid di Sungai Petani telah dinamakan Mesjid Rahmaniah diambil dari nama Tunku.68

Karena ingin menghilangkan gelisah dan perderitaan masyarakat Malaya akibat pendudukan Jepang di Malaya, beliau merancang untuk membentuk organisasi, yaitu

“Persatuan Sandiwara Belia-belia Melayu” dan organisasi ini dipimpin oleh beliau sendiri. Dasar perjuangan organisasi tersebut adalah untuk mengumpulkan dana bagi membantu buruh-buruh paksa yang dipaksa oleh pihak Jepang. Tunku juga pernah bergabung dalam Gerakan Bintang Tiga dan Malayan People Anti-Jepanese Army

67

Abdul Aziz Ishak, op. cit., hlm.21. 68


(48)

(MPAJA). Tujuannya adalah untuk melawan pendudukan Jepang pada waktu itu. Sewaktu Jepang berkuasa, Tunku dan beberapa temannya berharap dan meminta agar pihak Inggeris kembali memerintah Malaya.69

Setelah “Persatuan Sandiwara Belia-belia Melayu” merubah nama ke

“Serikat Kerjasama Am Satoburi” (SEBERKAS), Tunku telah menjadi anggota

organisasi ini. Organisasi ini merubah nama karena ada kaum muda Melayu yang ingin menjadikan organisasi ini sebagai organisasi yang berguna kepada masyarakat Malaya, terutama dalam memajukan ekonomi dan pendidikan bagi orang-orang Melayu. Perubahan ini juga untuk menghindari dari dicurigai oleh pihak Inggeris karena ada kepentingan politik dalam organisasi itu. Dengan munculnya rancangan pembentukan Malayan Union, Persatuan SEBERKAS telah menunjukkan dan memperjuangkan dasar politiknya.70 Pada tahun 1947, beliau ke Inggeris untuk melanjutkan studinya dalam jurusan hukum di Universitas Cambridge hingga tahun 1949.

Sekembalinya Tunku Abdul Rahman ke Malaya pada tahun 1949, beliau ditugaskan untuk bekerja di sebuah kantor Pegawai Hukum di Alor Star, Kedah. Beliau kemudian meminta ditukarkan ke Kuala Lumpur di mana beliau menjadi Jaksa dan kemudian diangkat sebagai Yang DiPertua Mahkamah Sesyen.

Pada periode itu, semangat nasionalisme bertambah hebat di kalangan orang Melayu di tengah-tengah pengakuan pembentukan Malayan Union oleh Inggeris.

Dato’ Onn Jaafar mengepalai United Malays National Organisation (UMNO) untuk

69

Ramlan Adam, Biografi Politik Tunku Abdul Rahman (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 2005), Cet. Pertama, hlm.53.

70


(49)

melawan Malayan Union dan Tunku juga bersama-sama bergabung dalam partai

tersebut. Pada Agustus 1951, suatu krisis di dalam UMNO memaksakan Dato’ Onn

meletakkan jabatan sebagai presiden partai dan Tunku dipilih sebagai presiden yang baru selama 20 tahun.71

Pengunduran Dato’ Onn Jaafar dari UMNO telah memberi ruang yang cukup

untuk Tunku Abdul Rahman memperlihatkan kepemimpinannya yang dinamis dan hala tuju orang Melayu ke arah yang lebih jelas dan terbuka. Tugas sebagai Pegawai Daerah telah banyak mendidik beliau untuk menjadi salah seorang politikus Melayu yang prihatin dengan perjuangan membela nasib orang Melayu.

Pada tahun 1951, beliau dipilih menjadi Presiden UMNO. Peluang itu memberi beliau kesempatan yang baik untuk memperjuangkan nasib orang Melayu yang dilihatnya sebagai satu bangsa yang jauh ketinggalan dalam semua lapangan kehidupan. Meskipun beliau dari golongan aristorat Melayu, namun sejak zaman anak-anak lagi beliau memperlihatkan bahwa beliau lebih nyaman bergaul dengan rakyat jelata.72

Langkah pertama yang telah diambil oleh Tunku adalah meletakkan jabatannya sebagai jaksa sebagaimana yang telah dijanjikannya. Satu pengumuman telah dibuat dengan tegas oleh Tunku yaitu bahwa setiap anggota UMNO yang masuk menjadi

anggota partai Dato’ Onn, akan dipecat. Selanjutnya, Tunku mulai melaksanakan langkah dan program-program mengorganisasi kembali UMNO. Beliau mengadakan beberapa kunjungan ke setiap tempat dan daerah. Tujuannya adalah untuk memberi

71

Wikipedia Indonesia. “Tunku Abdul Rahman”, artikel diakses pada 29 Maret 2011 dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Tunku_Abdul_Rahman.html. 72

Ishak Saat, Sejarah Politik Melayu Berbagai Aliran (Shah Alam, Karisma Publications Sdn. Bhd., 2007), Cet. Pertama, hlm.3.


(50)

penerangan dan dorongan ke seluruh daerah dan terutama area yang pengaruh UMNO lemah. Bisa dikatakan bahwa Tunku tidak pernah berada di rumah bersama anak-anak dan istrinya lebih dari dua hari dalam seminggu. kunjungannya, di mana pun telah mendapat sambutan yang baik.73 Di dalam semua kunjungan itu, Tunku telah membelanjakan uangnya sendiri tanpa tidak sedikit pun membelanjakan uang UMNO.

Tindakan Tunku Abdul Rahman meletakkan jabatan sebagai jaksa, semata-mata karena ingin terlibat dalam UMNO telah menjadi satu daya tarikan kepada masyarakat. Selain itu, masyarakat mula percaya bahwa Tunku sebenarnya jujur dan sanggup berkorban meninggalkan jabatan bergaji besar hampir dua ribu ringgit sebulan serta beberapa kesenangan yang lain. Dengan cara itu, beliau telah meyakinkan banyak orang bahwa tindakan yang dilakukannya membuktikan kepentingan rakyat lebih utama dari kepentngan pribadi. Tunku sanggup turun hidup bersama rakyat dan mengakui bahwa meskipun beliau seorang putra raja tetapi gelar itu tidak menjadi hambatan untuk dirinya bersifat jiwa rakyat.74

Pada 31 Desember 1956, sebagai Ketua Menteri dan Menteri Hal Ehwal Dalam Negeri, Tunku Abdul Rahman telah memimpin rombongan ke London untuk melakukan negosiasi atau perundingan dengan pihak Inggeris tentang kemerdekaan Malaya. Hasil pertemuan tersebut, Perjanjian Merdeka (Independent Treaty) telah ditandatangani di Lancaster House, London. Dalam perjanjian tersebut, ia menyatakan bahwa Malaya akan merdeka pada tanggal 31 Agustus 1957. Setelah

73

Mahmood Ibrahim, Sejarah Perjuangan Bangsa Melayu (Kuala Lumpur: Antara Pustaka, 1981), Cet. Pertama, hlm.336.

74


(51)

merdeka, Tunku diangkat sebagai Perdana Menteri Pertama, dan terus memimpin Partai Perikatan dalam Pemilu pada tahun 1959, 1964 dan 1969.75

Pada bulan Mei 1961, Tunku berusaha memelihara hubungan baik dengan negara-negara luar. Beliau telah melakukan pertemuan di Singapura dengan beberapa jurnalis dari negara asing. Dalam pertemuan itu, Tunku mengumumkan bahwa, Malaya akan mengadakan satu persepakatan dengan Brunei, Singapura, Sabah dan Sarawak untuk mendirikan Malaysia. Hasrat Tunku untuk mendirikan Malaysia pernah ditantang oleh Filipina dan Indonesia. Namun, dengan kesungguhan dan ketabahan beliau, Malaysia berhasil didirikan pada 6 September 1963 yang terdiri dari Malaya, Singapura, Sabah dan Sarawak. Pada tahun 1965, Tunku terpaksa mengeluarkan Singapura dari Malaysia.76

Pada 22 September 1970, Tunku mengundurkan diri dari terus mempertahankan jabatan sebagai Perdana Menteri dan Presiden UMNO. Meskipun telah pensiun dalam dunia politik, beliau tetap aktif dalam lapangan sosial dan kebajikan, seperti kegiatan dakwah dan memgembangkan Islam di Malaysia dan di tingkat internasional.77 Dengan ini, bisa dilihat bahwa Tunku adalah sosok seorang negarawan yang tidak ada tolok bandingannya. Kontribusi dan pengorbanan yang beliau berikan untuk kesejahteraan rakyat dan Negara Malaysia. Maka, beliau wajar dijadikan teladan yang baik dan diabadikan agar dapat dihayati oleh generasi

75

Hasnah Hussin dan Mardiana Nordin, Pengajian Malaysia (Selangor: Oxford Fajar Sdn. Bhd., 2007), Cet. Pertama, hlm.72.

76

Muhdi Shuid. dkk, Longman, Sejarah Malaysia (Selangor: Pearson Malaysia, Sdn. Bhd., 2009), Cet. Pertama, hlm.243.

77

Malaysia Kita, (Singapura dan Kuala Lumpur: Internasional Law Book Services, 2002), Cet. Pertama, hlm.15.


(52)

mendatang. Beliau harus diberi penghargaan yang tinggi atas jasa dan pengorbanan beliau sebagai seorang manusia, negarawan, dan pembela bangsa Melayu. Sifatnya yang penuh pertimbangan terhadap rakyat khususnya orang-orang bukan Melayu dan kesabaran serta penderitaan yang beliau alami sepanjang menjadi pemimpin negara harus dicontohi. Hingga kini dan untuk selama-lamanya rakyat negara Malaysia akan terus menganggap beliau sebagai seorang pemimpin yang berwibawa dan berjiwa rakyat.


(53)

BAB IV

NASIONALISME YANG DITERAPKAN OLEH TUNKU ABDUL RAHMAN

Nasionalisme di Malaysia dapat dibedakan kepada dua macam, yaitu nasionalisme konservatif dan nasionalisme radikal. Nasionalisme konservatif ini adalah paham yang lebih cenderung mempertahankan dan mendukung kolonialisme. Sedangkan nasionalisme radikal ialah paham yang melawan kolonial.

Paham konservatif dapat dikatakan sebagai lanjutan atau penyempurnaan dari paham yang sebelumnya78. Lanjutan dari paham itu kemudiannya melahirkan organisasi politik awal yang mendukung gagasan nasionalisme konservatif yaitu United Malays National Organisation (UMNO). Objektifnya bukan sekedar mempertahankan tradisi kebangsaan Melayu, tetapi juga mempertahankan tradisi kerjasama dengan pihak kolonial Inggeris. Karena Inggeris sendiri menghendaki kerja sama penuh dengan UMNO.

Tunku Abdul Rahman adalah salah seorang pejuang nasionalisme konservatif. Beliau mula berjuang sejak masih dalam usia yang amat muda dan berusaha memberi kemerdekaan Tanah Melayu. Tunku telah menaikkan semangat para nasionalis pada zamannya demi menuntut kemerdekaan Tanah Melayu dari jajahan Inggeris. Penerapan semangat nasiaonalisme Tunku dimulai ketika kekalutan UMNO setelah

78Yaitu paham mengatakan bahwa “Inggeris adalah sebuah

pemerintahan yang adil. Inggeris sudah lama melindungi orang-orang Melayu dan menaungi negeri-negeri Melayu. Jika tidak kepada mereka, ke mana lagi orang-orang Melayu mengadu masalah”.


(54)

Dato’ Onn Jaafar meletakkan jabatan sebagai presiden dan mendirikan Independent of Malayan Party (IMP). Karisma beliau terserlah bila berhasil mengontrol situasi genting dalam politik orang Melayu. Selanjutnya, menyatupadukan penduduk berbilang bangsa di Tanah Melayu melalui permuafakatan politik UMNO-MCA-MIC. Hasilnya membawa kepada terbentuknya Partai Perikatan yang mencapai kejayaan yang besar dalam Pemilu 1955. 79

Tunku Abdul Rahman Putra Al-Haj adalah salah seorang yang hadir dalam Kongres Melayu Se-Malaya yang telah diadakan di Kelab Sultan Sulaiman pada tahun 1946. Lima tahun kemudian, beliau menjadi pengerusi UMNO bagian Negeri Kedah. Tunku telah dipilih dengan sebulat suara terbanyak bagi mengisi kekosongan sebagai Presiden UMNO pada 26 Agustus 1951.80

Meskipun pun beliau telah lama bercita-cita ingin meninggalkan jabatan pemerintah, kemudian berniat untuk berkhidmat kepada rakyat. Setelah pemilihannya itu dibuat, Tunku masih belum dapat menentukan pendirian beliau baik menerima ataupun sebaliknya pencalonan sebagai Presiden UMNO. Namun, setelah dipujuk oleh Abdul Razak dan Bahaman bin Shamsuddin barulah beliau setuju untuk menerima pencalonan sebagai Presiden UMNO. Beliau sering berkunjung ke beberapa kampung untuk melihat sendiri kondisi sebenar rakyatnya. Beliau sanggup

79

Dasar Luar Era Tunku Abdul Rahman, artikel diakses pada 06 April 2011 dari

http://www.scribd.com/doc/19011858/Dasar-Luar-Era-Tunku-Abdul-Rahman.html.

80

Ibrahim Mahmood, Sejarah Perjuangan Bangsa Melayu (Antara Pustaka: Kuala Lumpur, 1981), Cet. Pertama, hlm.336.


(55)

mengorbankan segala kesenangan serta kesehatannya karena tidak ingin mengecewakan rakyatnya.81

Setelah mengambil alih kepimpinan UMNO dari Dato' Onn, Tunku Abdul Rahman Putra Al-Haj telah membuat satu kerjasama dengan MCA dengan memdirikan Partai Perikatan pada tahun 1952. Sejak itu, partai tersebut menjadi partai yang sangat dominan dalam memperjuangkan kemerdekaan hingga negara boleh memperoleh kebebasan mutlak. Pada pagi 31 Agustus 1957, Tunku membacakan pengakuan kemerdekaan yang kini disambut setiap tahun sebagai Hari Nasional Negara Malaysia untuk menyambut kemerdekaan.

Tunku Abdul Rahman Putra Al-Haj juga telah membuktikan kenegarawanan beliau setelah Partai Perikatan dihasilkan bersama-sama dengan MCA dan kemudian diikuti pula oleh MIC.82 Tunku menegaskan bahwa kemerdekaan hanya akan dicapai melalui kerjasama di antara tiga etnis yang utama yaitu Melayu, Cina dan India.

Kewibawaan beliau sebagai seorang pemimpin lebih terserlah setelah berhasil dalam pemilu yang pertama pada 31 Agustus 1955 dan Partai Perikatan telah memenangi 51 dari 52 kursi yang dipertandingkan. Tunku juga telah diangkat menjadi Ketua Menteri.83 Di antara usaha beliau yang penting adalah cobaan menyelamatkan negara dari ancaman komunis saat keadaan darurat dengan memberi penawaran pengampunan massal jika pengganas menyerah diri. Ini diikuti oleh

81

Ibrahim Mahmood, Ibid., hlm.337. 82

Malaysia Kita (Singapura dan Kuala Lumpur: Internasional Law Book Services, 2002), Cet. Pertama, hlm.110.

83


(1)

Tunku telah berhasil menyatukan penduduk Malaysia yang terdiri dari tiga etnis utama iaitu Melayu, Cina, dan India. Tunku juga berusaha membujuk Partai Komunis Malaya (PKM) supaya menghentikan kekacauan.

5. Dapat juga disimpulkan di sini bahwa penerapan nasionalisme Tunku Abdul Rahman kepada rakyat Malaysia, bukan saja membela orang Melayu, tetapi beliau juga membela nasib bangsa lain yang berada di Tanah Melayu. Selain itu, beliau mempermudahkan proses menuntut kemerdekaan Tanah Melayu dari jajahan Inggeris karena telah memenuhi persyaratan yang disepakati bersama.

B. Saran

Dengan semangat nasionalisme dan hasil perjuangan serta kebijakan politik Tunku Abdul Rahman bersama teman seperjuangannya, penulis memberikan beberapa saran, sebagai berikut:

1. Penulis menyarankan pemerintah Malaysia memberikan penjelasan yang lebih rinci kepada seluruh rakyat tentang sejarah awal semangat nasionalisme serta tokoh-tokoh nasionalis di Malaysia. Melalui radio, film, pembelajaran disekolah dari tingkat rendah hingga tingkat atas.

2. Dengan kondisi Malaysia yang memiliki masyarakat majemuk, penulis menyarankan semua rakyat Malaysia yang berbeda etnis menghargai dan mengingati perjuangan tokoh-tokoh politik Malaysia yang telah berhasil merealisasikan kemerdekaan Malaysia. Etnis-etnis di Malaysia juga harus bersatu dan mengekalkan persatuan bangsa jika ingin keamanan dan kemajuan berkekalan baik dalam maupun luar negara tercinta ini.


(2)

3. Kepada semua pemimpin Malaysia agar pemerintahan yang dijalankan dengan kejujuran, adil, amanah dan tetap mempertahankan agama Islam, karena agama Islam adalah agama resmi negara.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hamid, Tunku Abdul Rahman. 13 Mei Sebelum dan Selepas. Kuala Lumpur: Utusan Publication dan Distributors, 2007.

---. Political Awakening. Selangor: Pelanduk Publication, 1986. ---. Memoir Patriotik. Kuala Lumpur: Pustaka Antara,1991.

Abd. Kadir, Kamaruzzaman. Nasionalisme dalam Puisi Melayu. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1988.

Abu Faris, Muhammad Abdul Qadir. Fiqh Siyasah Menurut Imam Hassan al-Banna. Kuala Lumpur: Pustaka Syuhada, 2000.

Adams, Ian. Ideologi Politik Mutakhir, Konsep, Ragam, Kritik, dan Masa Depan. Yogyakarta: Qalam, 1993.

Ali, Syed Husin. Orang Melayu: Masalah dan Masa Depan. Buku Harakah, 2005. Amal, Taufik Adnan dan Panggabean, Samsul Rizal. Politik Syariah Islam dari

Indonesia Hingga Nigeria. Jakarta: Alvabet, 2004.

Awang, Mohd Faiz. Nasionalisme dalam Pandangan Partai Islam Se-Malaysia (PAS). Jakarta: Skripsi SI Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

Azhar, Muhammad. Filsafat Politik: Perbandingan antara Islam dan Barat. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997.

Daud, Siti Mariam dan Zakaria, Sulaiman. Tunku Abdul Rahman Putra al-Haj. Kuala Lumpur: Jade Green Publications, 2006.

D. Smith, Anthony. Nasionalisme: Teori, Ideologi, Sejarah. Jakarta: Erlangga, 2003. Haji Abdullah, Firdaus. Radical Malay Politics, Its Origins and Development. Kuala

Lumpur: Pelanduk Publications, 1985,

Harun, Yusuf. Tunku: Idealisme dalam Kenangan. Kuala Lumpur: Yayasan Bumiputra, 1991.

Hussin, Hasnah dan Nordin, Mardiana. Pengajian Malaysia. Selangor: Oxford Fajar Sdn. Bhd., 2007.


(4)

Ibrahim, Mahmood. Sejarah Perjuangan Bangsa Melayu. Kuala Lumpur: Pustaka Antara, 1981.

Ibrahim, Zaid. Saya Pun Melayu. Selangor: Zi Publications Sdn.Bhd., 2009.

Internasional Law Book Services. Malaysia Kita. Singapura dan Kuala Lumpur: 2002.

Ishak, Abdul Aziz. Riwayat Hidup Tunku Abdul Rahman. Kuala Lumpur: Karya Bistari, 1990.

Khaeruman, Badri. Islam Ideologis, Perspektif Pemikiran dan Peran Pembaharuan Islam. Jakarta: Misaka Galiza, 2005.

Khan, Qamaruddin. Pemikiran Politik Ibnu Taimiyyah. Bandung: Penerbit Pustaka, 1983.

Marwan, Iwan. Nasionalisme Ahmad Hassan: Studi dan Pemikiran Ahmad Hassan tentang Paham Kebangsaan. Jakarta: Skripsi SI Fakultas Ushusuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.

Natsir, M., Agama dan Negara dalam Perspektif Islam. Jakarta: Media Dakwah, 2001.

Nur, Aminuddin. Pengantar Studi Sejarah Pergarakan Nasional. Jakarta: Pembimbing Massa, 1967.

Othman, Mohammad Redzuan. Islam dan Masyarakat Melayu, Peranan dan Pengaruh Timur Tengah. Kuala Lumpur: Universitas Malaya, 2005.

Panitia Peringatan. Seratus Tahun Haji Agus Salim. Jakarta: Sinar Harapan, 1999. Ramlan, Adam. Biografi Sumbangan Dikenang. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan

Pustaka, 2005.

Saadon Roslan, Gagasan Nasionalisme Melayu Raya: Organisasi dan Perkembangan. Selangor: Karisma Publications, 2009.

Saat, Ishak. Sejarah Politik Melayu Berbagai Aliran. Shah Alam, Selangor: Karisma Publications Sdn. Bhd., 2007.

Shuid, Muhdi. dkk, Longman, Sejarah Malaysia, Selangor: Pearson Malaysia, Sdn. Bhd., 2009.

Sjamsuddin, Nazaruddin. Soekarno: Pemikiran Politik dan Kenyataan Praktek. Jakarta: PT. Raja Persada, 1993.


(5)

Soekarno, Nasionalisme, Islam, and Marxism, Penerjemah Karel h. Warouw dan Peter D. Weldon, dalam Bahtiar Effendi, Islam dan Negara, Tranformasi Pemikiran dan Praktek Politik Islam di Indonesia, Jakarta: Paramadina, 1998. Warina, Chamil. Perjuangan Membela Melayu: UMNO Selangor 1946-2006. Kuala

Lumpur: Media Global Matrix Sdn. Bhd., 2008.

Website:

Akmal Hisham. “Dr. Burhanuddin al-Helmy”. Artikel diakses pada 18 Februari 2011

dari http://akmalhisham.blogspot.com/2007/07/dr-burhanuddin-al-helmy-brief.html. Aniza. “Abdul Rahman”. Artikel diakses pada 10 April 2011 dari

http://www.angelfire.com/wa2/aniza/abdul_rahman.html.

Artikel diakses pada 13 Februari 2011 dari http://robbani.wordpress.com/2007/08/4/.html. Artikel diakses pada 13 Februari 2011 dari http://robbani.wordpress.com/2007/08/01/4.html. Artikel diakses pada 18 April 2011 dari

http://merdeka09.smkaminuddinbakichemor.com/indexfiles/Page511.html. Artikel diakses pada 20 April 2011 dari

http://pendidikan.dunyahalal.com/index.php?id=195&mnu=195.html.

Artikel diakses pada 11 April 2011 dari http://eforum1.cari.com.my/archiver/?tid-170176.html.

Artikel diakses pada 17 April 2011 dari

http://www.mykedah2.com/20hall_fame/level2/102a_1_l2d.html.

Dasar Luar Era Tunku Abdul Rahman. Artikel diakses pada 06 April 2011 dari http://www.scribd.com/doc/19011858/Dasar-Luar-Era-Tunku-Abdul-Rahman.html.

Keris Warisan. “PKM dan Darurat 1948-1960”. Artikel diakses pada 15 April 2011

dari http://www.keriswarisan.com/live/blog/view/id_365/title_pkm-dan-darurat-1948-1960/html.

PERKIM. Artikel diakses pada 26 April 2011 dari http://www.perkim.net.my/content.cfm?ID=CCF1B74FEEAE5ECC97434FFC499180.html. Proses Kemerdekaan Dipelopori dan Terajui Orang-orang Melayu. Artikel diakses

pada 13 Maret 2011 dari http://bigdogdotcom.wordpress.com/2007/09/01/proses-kemerdekaan-dipelupuri-dan-terajui-orang-orang-melayu/html.


(6)

Sejarah Hidup Tunku Abdul Rahman. Artikel diakses pada 23 April 2011 dari http://www.scribd.com/doc/13416649/Sejarah-Hidup-Tunku-Abdul-Rahman.html.

Sejarah Darurat Tanah Melayu 1948-1960. Artikel diakses pada 15 April 2011 dari http://wzwh.blogspot.com/2010/08/sejarah-darurat-tanah-melayu-1948-1960.html.

Yudhim, “Nasionalisme”. Artikel diakses pada 07 Februari 2011 dari

http://yudhim.blogspot.com/2008/01/nasionalisme.html.

Wikipedia. “Tunku Abdul Rahman Putra al-Haj”. Artikel diakses pada 12 Maret

2011 dari http://ms.wikipedia.org/wiki/Tunku_Abdul_Rahman_Putra_Al-Haj.html.

Wikipedia Indonesia. “Tunku Abdul Rahman”. Artikel diakses pada 29 Maret 2011 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Tunku_Abdul_Rahman.html.